• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SIMTOM KECEMASAN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL RASYIDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN SIMTOM KECEMASAN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL RASYIDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

105

GAMBARAN SIMTOM KECEMASAN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL RASYIDA

1RANGGA PRADIDO, 2SHAHRUL RAHMAN 1,2UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Anxiety is a disorder that is triggered by the existence of a a clear situation or object (from outside the individual itself), which actually does no harm. Unresolved anxiety can lead to some impact on which a person tends to have a negative assessment of the meaning of life, decreased quality of life, emotional changes such as chronic depression and psychosis disorders. The general objective in this research is to find out the symptoms of anxiety symptoms of chronic kidney disease patients undergo hemodialysis. This research is a descriptive study with cross sectional design, This study uses a sampling method that is non-probability sampling type quota sampling. Calculated using the Slovin formula: and obtained a sample amount of 171. The proportion of patient with chronic kidney disease treated with hemodialysis in Rasyida, kidney speciality hospital based on the anxiety level resulting mild anxiety (86,5%) and moderate anxiety (13,5%). There are symptoms of anxiety symptoms in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis.

Keywords : Anxiety Symptoms, Chronic Kidney Disease, Hemodialysis

PENDAHULUAN

Kecemasan (ansietas) merupakan suatu gangguan yang dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Kecemasan yang tidak teratasi dapat menimbulkan beberapa dampak diantaranya seseorang cenderung mempunyai penilaian negatif tentang makna hidup, penurunan kualitas hidup, perubahan emosional seperti depresi kronis serta gangguan psikosa. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang semakin meningkat. Insidensi Penyakit Ginjal Kronik di banyak negara sebesar 200 kasus per satu juta penduduk per tahun. Hasil systematic review dan metaanalisis yang dilakukan oleh Hill et

al, 2016, mendapatkan prevalensi global Penyakit Ginjal Kronik sebesar 13,4%, di Indonesia, perawatan penyakit ginjal

mendapatkan peringkat kedua pembiayaan terbesar dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan setelah penyakit jantung. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang

irreversible, sehingga pada derajat tertentu akan memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal yang berupa hemodialisis atau

transplantasi ginjal. Kriteria Penyakit Ginjal Kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Penyakit Ginjal Kronik juga dapat terjadi apabila nilai GFR kurang dari 60 mL/menit/1,73m2 yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Penyakit Ginjal Kronik sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah Penyakit Ginjal Kronik seperti mengatur pola makan (diet), dialisis dan transplantasi ginjal. Tahapan Penyakit Ginjal Kronik didasarkan pada faal ginjal yang masih tersisa yang dapat diukur dengan klirens kreatinin. Pada Penyakit Ginjal Kronik stadium V dengan tes klirens kreatinin menunjukkan kurang dari 15 mL/menit/1,73m2 dianjurkan untuk menjalani terapi hemodialisis. Hemodialisis adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser. Hemodialisis menggunakan prinsip-prinsip difusi zat terlarut menembus membran semipermeabel. Pada penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis akan mengalami

(2)

106

tekanan psikologis pasca menjalani terapi hemodialysis. Tekanan psikologis yang terjadi berupa kecemasan, , insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, merasa putus asa berlebihan, dan hilangnya semangat hidup. Tekanan psikologis terjadi karena pada pasien yang menjalani hemodialisis sangat tergantung pada alat, apabila penderita Penyakit Ginjal Kronik tidak menjalani terapi maka akan menjadi ancaman vonis mati yang tinggal menunggu waktu. Pada penelitian Luana NA yang berjudul Kecemasan pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS Universitas Kristen Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan bahwa berdasarkan skor HDRS diketahui sebagian besar (77,8%) responden memiliki gangguan cemas dalam berbagai derajat. Sebanyak 29,6% penderita hemodialisis menderita gangguan cemas ringan, dan 27,8% subyek menderita gangguan cemas berat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dimana pengambilan data hanya diambil satu kali pengambilan untuk mengetahui gambaran proporsi tingkat kecemasan pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida pada bulan Januari 2020. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner Beck Anxiety Inventory (BAI). Kuisioner BAI akan diberikan kepada pasien dan diminta untuk menjawab kuisioner yang telah disediakan dengan wawancara. Penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel yaitu

non- probability sampling jenis quota sampling. Dihitung menggunakan rumus slovin: dan didapatkan jumlah sampel sebesar

171. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer. Data primer yang dikumpulkan meliputi: Data mengenai tingkat kecemasan pasien Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Ginjal Rasyida. Data yang digunakan didapat menggunakan kuisoner Beck Anxiety Inventory (BAI).

HASIL

Jenis Kelamin Pasien PGK

Hasil penelitian pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida diperoleh proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat kecemasan responden adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Proporsi Jenis Kelamin Jenis Kelamin Cemas

Ringan Sedang Cemas Cemas Berat Total n % n % n % n %

Laki-Laki 103 60,2 19 11,1 0 0 122 71,3 Perempuan 45 26,3 4 2,3 0 0 49 28,7 Total 148 86,5 23 13,5 0 0 171 100,0

Tabel 4.1 menunjukan bahwa proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat kecemasan penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida yaitu laki-laki dengan cemas ringan 103 orang (60,2%), perempuan dengan cemas ringan 45 orang (26,3%), laki-laki dengan cemas sedang 19 orang (11,1%), perempuan dengan cemas sedang 4 orang (2,3%).

Usia Pasien PGK

Hasil penelitian pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida diperoleh distribusi frekuensi lama menjalani hemodialisa responden adalah sebagai berikut :

(3)

107

Tabel 2. Proporsi Usia Usia

(Tahun) Cemas Ringan Sedang Cemas Cemas Berat Total

n % n % n % N % 20-30 7 4,1 2 1,2 0 0 9 5,3 31-40 32 18,7 5 2,9 0 0 37 21,6 41-50 71 41,5 11 6,4 0 0 82 48,0 51-60 21 12,3 1 0,6 0 0 22 12,9 61-70 14 8,2 3 1,8 0 0 17 9,9 71-80 3 1,8 1 0,6 0 0 4 2,3 Total 148 86,5 23 13,5 0 0 171 100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa proporsi usia berdasarkan tingkat kecemasan penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida yaitu cemas ringan pada usia 41-50 tahun 71 orang (41,5%), cemas ringan pada usia 31-40 tahun 32 orang (18,7%), cemas ringan pada usia 51-60 tahun 21 orang (12,3%), cemas ringan pada usia 61-70 tahun 14 orang (8,2%), cemas ringan pada usia 20-30 tahun 7 orang (4,1%), dan cemas ringan pada usia 71-80 tahun 3 orang (1,8%). Cemas sedang pada usia 41-50 tahun 11 orang (6,4%), cemas sedang pada usia 31-40 tahun 5 orang (2,9%), cemas sedang pada usia 61-70 tahun 3 orang (1,8%), cemas sedang pada usia 20-30 tahun 2 orang (1,2%), cemas sedang pada usia 51-60 tahun 1 orang (0,6%) dan cemas sedang pada usia 71-80 tahun 1 orang (0,6%).

Lama Hemodialisa Pasien PGK

Hasil penelitian pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida diperoleh proporsi usia berdasarkan tingkat kecemasan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Proporsi Lama Menjalani Hemodialisa

Tabel 4.3 menunjukan bahwa proporsi lama menjalani hemodialisa berdasarkan tingkat kecemasan penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida yaitu cemas ringan pada lama hemodialisa >1-3 tahun 49 orang (28,7%), cemas ringan pada lama hemodialisa >3-5 tahun 38 orang (22,2%), cemas ringan pada lama hemodialisa >5-7 tahun 30 orang (17,5%), cemas ringan pada lama hemodialisa 1-12 bulan 19 orang (11,1%), dan cemas ringan pada lama hemodialisa >7-9 tahun 12 orang (7,0%). Cemas sedang pada lama hemodialisa >1-3 tahun 8 orang (4,7%), cemas sedang pada lama hemodialisa >3-5 tahun 5 orang (2,9%), cemas sedang pada lama hemodialisa >5-7 tahun 5 orang (2,9%), cemas sedang pada lama hemodialisa 1-12 bulan 4 orang (2,3%), cemas sedang pada lama hemodialisa >7-9 tahun 1 orang (0,6%).

(4)

108

Gambaran Simtom Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronik

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Gambaran Kecemasan

Tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida berdasarkan tingkat kecemasan yaitu, cemas ringan 148 orang (86,5%), dan cemas sedang 23 orang (13,5%).

PEMBAHASAN

Kecemasan (ansietas) merupakan suatu gangguan yang dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas. Kecemasan yang tidak teratasi dapat menimbulkan beberapa dampak diantaranya, penurunan kualitas hidup, perubahan emosional seperti depresi kronis serta gangguan psikosa. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal sehingga pada derajat tertentu akan memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal seperti hemodialisa. Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser. Hemodialisis menggunakan prinsip-prinsip difusi zat terlarut menembus membran semipermeabel. Hasil systematic review dan metaanalisis yang dilakukan oleh Hill et al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis akan mengalami tekanan psikologis berupa: kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, merasa putus asa berlebihan, dan hilangnya semangat hidup. Tekanan psikologis terjadi karena pada pasien yang menjalani hemodialisis sangat tergantung pada alat, apabila penderita PGK tidak menjalani terapi maka akan menjadi ancaman vonis mati yang tinggal menunggu waktu.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis univariat yang berjumlah 171 responden menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat kecemasan pasien PGK laki-laki mendominasi yaitu cemas ringan 103 orang (60,2%) dan penderita perempuan dengan cemas ringan 45 orang (26,3%), laki-laki dengan cemas sedang 19 orang (11,1%), dan perempuan dengan cemas sedang 4 orang (2,3%). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Riselligia Caninsti di Jakarta Pusat menyebutkan bahwa subjek dengan tingkat kecemasan yang tergolong borderline abnormal berjumlah 7 orang, yaitu sekitar 23.3% dengan jumlah pria lebih banyak daripada wanita. Sedangkan subjek dengan kecemasan yang tergolong normal terdiri dari 22 orang, yaitu sekitar 73.33%, dengan jumlah pria sebanyak 14 orang dan wanita 8 orang. Penelitian Erlina dkk di RSJ Padang menjelaskan adanya perbedaan kadar hormon estrogen antara laki-laki dan perempuan. Pada sistem saraf pusat estrogen dapat mengubah konsentrasi dan ketersediaan neurotransmiter seperti serotonin dan nonadrenalin, serta estrogen meningkatkan ikatan dari agonis GABA dan reseptor GABA yang upregulasi menjadi berubah pada keadaan depresi, hal ini mengakibat estrogen dapat menjadi anti depresan alami (neuroprotektif) pada wanita.

Hasil penelitian proporsi usia berdasarkan tingkat kecemasan pasien PGK, didominasi oleh pasien yang berusia 41-50 tahun dengan cemas ringan yaitu sebanyak 71 orang (41,5%), diikuti dengan usia 31-40 tahun dengan cemas ringan 32 orang (18,7%). Hal ini selaras dengan penelitian Lutfa menunjukkan hubungan usia pasien dengan kecemasan diperoleh koefisien r = 0.592 dengan nilai p=0.02, arah korelasi negatif sehingga berarti semakin bertambahnya usia pasien maka ada kecenderungan kecemasan pasien semakin menurun. Gangguan kecemasan dimulai pada awal masa dewasa, antara usia 15 dan 25 tahun, tetapi angka terus meningkat setelah usia 35 tahun, orang dengan usia dewasa memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan-gangguan kecemasan karena masalah psikososial yang banyak terjadi seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan kecemasan. Hasil penelitian ini menunjukan proporsi lamanya menjalani hemodialisa pasien PGK yaitu pasien yang paling banyak menjalani hemodialisa sudah selama >1-3 tahun dengan cemas ringan yaitu sebanyak 49 orang (28,7%). Hal ini selaras dengan penelitian Lestari Asri di Unit Hemodialisa RSUD Wates menyebutkan bahwa reponden terbanyak yang lama menjalani hemodialisa adalah selama >6 bulan (89,8%) dengan cemasan ringan sebanyak 32 orang (54,2%). Berdasarkan hasil penelitian Paputungan dkk menyebutkan, lama menjalani hemodialisis seorang pasien penyakit ginjal kronik dapat dipengaruhi oleh penyakit sebelumnya yang dapat berakibat komplikasi lanjut,

Tingkat Kecemasan N %

Ringan 148 86,5

Sedang 23 13,5

(5)

109

serta mengalami penurunan fungsi tubuh menyebabkan pasien dalam kehidupan sehari-harinya terganggu sehingga masalah tersebut dapat menyebabkan pasien mengalami kecemasan. Responden yang telah lama menjalani hemodialisa cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih ringan dibandingkan dengan responden yang baru menjalani hemodialisis hal ini disebabkan karena dengan lamanya seseorang menjalani hemodialisa maka seseorang akan lebih adaptif dengan alat/unit dyalisis. Hasil penelitian Sunardi (2001) tentang lama menjalani hemodialisa dengan tingkat kecemasan didapatkan nilai r sebesar 0,22 hasil ini menunjukkan korelasi sangat rendah antara lama menjalani hemodialisis dengan kecemasan.

Keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian mengenai gambaran simtom kecemasan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida adalah peneliti tidak mengetahui adanya faktor penyebab lain dari kecemasan seperti faktor dukungan keluarga, faktor sosial ekonomi, faktor penyakit penyerta, dan faktor lain yang mungkin dapat menjadi penyebab timbulnya kecemasan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan mengenai gambaran simtom kecemasan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ditemukan sebagian besar gambaran simtom kecemasan pasien PGK di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida dalam

kategori cemas ringan sebanyak 148 orang (86,5%).

2. Proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat kecemasan pasien PGK di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida didominasi oleh laki-laki dengan cemas ringan yaitu 103 orang (60,2%).

3. Proporsi usia berdasarkan tingkat kecemasan pasien PGK di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida didominasi oleh rentang usia 41-50 tahun dengan cemas ringan yaitu 71 orang (41,5%).

4. Proporsi lama menjalani hemodialisa berdasarkan tingkat kecemasan pasien PGK di Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida banyak ditemukan pada rentang lama menjalani hemodialisa >1-3 tahun dengan cemas ringan yaitu 49 orang (28,7%).

SARAN

1. Diharapkan peneliti selanjutnya mampu mencari faktor penyerta yang mempengaruhi kecemasan pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa seperti: faktor sosial ekonomi, psikologis, penyakit penyerta dan lain-lain.

2. Peneliti mengaharapkan kepada pihak klinisi lebih mempertajam dalam memberikan edukasi mengenai kesehatan psikis pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa.

DAFTAR PUSTAKA

Gangguan Panik. Kusumadewi, Elvira, S. D. In: Hadisukanto, G. Elvira, S. D. Editors. Buku Ajar Psikiatri Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017;289-294.

Panggabean S, Lengkong JVM, Christine I. et al. Kecemasan pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS Universitas Kristen Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah. 2012;(46):151-156.

Penyakit Ginjal Kronik. Suwitra K. In: Setiati S, Idrus A, Aru W. Sudoyo D, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid II. Jakarta: Interna Publishing. 2014;2159-2161.

Tokala BF, Lisabeth FJK, Dundu AE. Hubungan Antara Lamanya Menjalani Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 2015;3(1):402-407.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ministry of Helath Republic of Indonesia). Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat. 2016.

(6)

110

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. 2017 © World Kidney Day 2006-2017.© http://emojione.com

Aziz, Ika HA, Sudiro. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta. 2017;2(1):1-61.

Insani AA, Ayu PR, Anggraini DI, et al. Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Status Nutrisi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr . H . Abdul Moeloek. Program Studi Profesi Dokter, Bagian Ilmu Patologi Klinik, Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2019;8(1).55-59.

Hidayati E, Nurwanah N. Tingkat Kecemasan Terhadap Prestasi Akademik Pengurus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Indonesian Journal for Health Sciences. 2019;3(1):13-19.

Goh, Zhong S, Griva, Konstadina. Anxiety and Depression in Patients with End-Stage Renal Disease: Impact and Management Challenges – A Narrative Review. International Journal of Nephrology and Renovascular Disease 2018;11:93– 102.

Caninsti R. Kecemasan dan Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis. Jurnal Psikologi Ulayat. 2016;1(2):207-222.

Arafah S, Yustina I, Ardinata D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisis Di Rsud Dr. Pirngadi Medan. Idea Nursing Journal . 2017;6(3):1-9.

Lemos MF, Lemos-neto SV, Barrucand L, Tibirica E. Preoperative Education Reduces Preoperative Anxiety in Cancer Patients Undergoing Surgery : Usefulness of The Self-Reported Beck Anxiety Inventory. Departments of Psychiatry and Nephrology, Government Medical College and Hospital, Kota, Rajasthan, India. 2019;69(1).1-6.

Lee K, Kim D, Cho Y. Exploratory Factor Analysis of the Beck Anxiety Inventory and the Beck Depression Inventory-II in a Psychiatric Outpatient Population. Department of Psychiatry, Gangnam Eulji Hospital, Eulji University, Seoul, Korea, Department of Addiction Rehabilitation with Social Welfare, Eulji University, Seongnam, Korea, Department of Psychiatry, Hanyang University College of Medicine, Guri Hospital, Guri, Korea, Department of Psychology, Hallym University, Chuncheon, Korea. 2018;33(16):1-11.

Great Plains Health Behavioral Health. This scale is a self-report measure of anxiety. Beck Anxiety Inventory (BAI). 2018. Cohen SD, Cukor D, Kimmel PL. Mini-Review Anxiety in Patients Treated with Hemodialysis. Clin J Am Soc Nephrol . 2016;11.2250-2251.

Imelda, Fitri. Gambaran Klinis dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir yang Menjalani Hemodialisis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Ginjal Hipertensi, Unit Epidemiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. 2017;4(3):128-136.

Patimah I, Nuraeni A. Pengaruh Relaksasi Dzikir terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2017;4(3).18-23.

Tim Indonesian Renal Registry. 10th Report Of Indonesian Renal Registry 2017. 2018.

(7)

111 Jakarta. Buletin Penelitian Kesehatan. 2017;45(1):17-26.

Tjekyan RM, Suryadi, Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya. 2014;(4):275-282.

Agustin I, Haryanti P, Nisa K. Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. 2015;4(6):49-54.

Filali AE, Bentata Y, Oneib B. et al. Depression and Anxiety Disorders in Chronic Hemodialysis Patients and their Quality of Life: A Cross-sectional Study about 106 Cases in the Northeast of Morocco. Departments of 1Psychiatry, 2Nephrology and 3Community Health and Epidemiology, Faculty of Medicine, CHU Mohammed VI, University Mohammed I, Oujda, Morocco. 2017;28(2):341-348.

Gambar

Tabel 1. Proporsi Jenis Kelamin  Jenis Kelamin  Cemas
Tabel 2. Proporsi Usia  Usia   (Tahun)  Cemas  Ringan  Cemas  Sedang  Cemas Berat  Total  n  %  n  %  n  %  N  %  20-30  7  4,1  2  1,2  0  0  9  5,3  31-40  32  18,7  5  2,9  0  0  37  21,6  41-50  71  41,5  11  6,4  0  0  82  48,0  51-60  21  12,3  1  0,

Referensi

Dokumen terkait

Rencana perbaikan penampang dan kemiringan alur sungai yang dilakukan hampir di sepanjang alur Sungai Babon dengan memperdalam, memperlebar dan memperbaiki

Berdasarkan pembahasan dan pengujian data diperoleh hasil penelitian yang menyangkut tentang pengaruh kualitas produk, biaya peralihan, dan persepsi harga terhadap kepuasan

Setelah analisis struktur pada ketiga jenis graf diatas, selanjutnya analisis dilakukan pada graf jembatan yang terbentuk dari (1) graf lingkaran dan lingkaran, (2) graf bintang dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 dengan

[r]

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2012 Dinas Bina Marga

dengan kemampuan kognitif yang diukur dominan pada C2 atau kemampuan memahami. Sementara, penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak pernah digunakan.;

Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali, yang dengan penuh perhatian telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam