• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan model kooperatif teknik JIGSAW II dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan model kooperatif teknik JIGSAW II dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 - USD Repository"

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS MINGGIR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Maria Ristianawanti

NIM: 091134061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS MINGGIR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Maria Ristianawanti

NIM: 091134061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

“Sebab itu, hai saudara-saudara yang kukasihi, hendaklah kamu tetap

dengan tiada bergerak, dan senantiasalah berusaha didalam pekerjaan

Tuhan, karena kamu mengetahui, bahwa usaha-usahamu tiada sia-sia di

dalam Tuhan.”

(1 Korintus 15:58)

“Janganlah takut, karena Akulah sertamu! janganlah engkau bimbang,

karena Akulah Allahmu; Aku menguatkan dikau, lagi Aku menolong engkau

lagi Aku memapah engkau dengan tangan kanan kebenaranKu.”

(6)

v

PERSEMBAHAN

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Ristianawanti

NIM : 091134061

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul: PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS MINGGIR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Juli 2013 Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

Ristianawanti, Maria. (2013). Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw II dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui bagaimanakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013, (2) Mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013, (3) Mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II

dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin yang setiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, observasi, dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 dengan model kooperatif teknik Jigsaw II dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengadakan pre-test, (b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (c) siswa membaca materi yang akan dipelajari secara keseluruhan, (d) pembentukan kelompok asal terdiri dari 6 ahli dengan bidang yang berbeda, (e) diskusi kelompok ahli dengan bidang yang sama, (f) tim ahli kembali dalam kelompok asal untuk mengajarkan topik yang dibahas kepada teman satu tim, (g) mengadakan post-test, dan (h) pemberian penghargaan, (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut nampak pada skor rata-rata minat siswa pada kondisi awal sebesar 41,08. Rata-rata minat siswa pada siklus I yaitu 50,56 sedangkan rata-rata minat belajar pada siklus II yaitu 67,23, (3) Penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013. Skor rata-rata prestasi belajar pada kondisi awal 62,58 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 37,93%. Rata-rata prestasi belajar siklus I yaitu 76,67 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 90%. Sedangkan rata-rata prestasi belajar pada siklus II yaitu 90,60 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 100%.

Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif teknik

(10)

ix ABSTRACT

Ristianawanti, Maria. (2013). The Increasing of Students Interest and Achievement Using Cooperative Model Jigsaw II Technique In Social Science Learning at Kanisius Minggir Primary School Grade V Academic Year 2012/2013. Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program. Sanata Dharma University.

This study aims (1) to determine how the increase of the students interest and achievement in social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in academic year 2012/2013 using a cooperative learning Jigsaw II technique in social sience learning, (2) to determine whether the application of cooperative learning Jigsaw II technique can improve students interest at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013, (3) to determine whether the application of cooperative learning Jigsaw II technique can improve students achievement in social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013.

This study was a classroom action research of Kurt Lewin which its cycles consist of four steps: planning, action, observation, and reflection. This study was conducted in March 2013. The subject in this study was 30 students of Year V of SD Kanisius Minggir in the academic year 2012/2013. The instruments for collecting the data were a test, observation, and questioner. The data were analyzed by using descriptive qualitative and quantitative.

The results showed that: (1) Efforts to increase interest and achievement of social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013 with a model of cooperative Jigsaw II technique is done through the following steps: (a) hold a pre-test, (b) teachers communicate learning goals, (c) students read the material to be studied as a whole, (d) the establishment of the original group consisted of 6 experts in different fields, (e) discussions with the expert group the same field, (f) team of experts back in the home group to teach the topics covered to teammates, (g) hold a post-test, and (h) rewards, (2) implementation a cooperative technique Jigsaw II can improve students interest at SD Kanisius Minggir grade V in the academic year 2012/2013. It can be showed from the students average score in the beginning (41,08). The average score of the students interest in cycle I is 50,56, in cycle II 67,23, (3) implementation a cooperative technique Jigsaw II can improve students achievement social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013. The average score of the students achievement in the beginning is 62,58 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score (65) 37,93%. The average score of the students achievement in cycle I is 76,67 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score 90%. The average score of the students achievement in cycle I is 90,60 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score 100%.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw II dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat selesai dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan FKIP yang telah mengesahkan skripsi ini. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi

PGSD.

3. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam mendidik penulis dalam penyusunan sejak awal hingga skripsi ini selesai.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing II yang penuh kebijakan dan kesabaran mendidik penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., dosen penguji yang dengan teliti memberikan

masukan untuk perbaikan skripsi.

6. Christina Kusumastuti, S.Pd. SD., Kepala Sekolah SD Kanisius Minggir yang telah memberikan izin penelitian dan mendukung terlaksananya penelitian. 7. Christiana Sugirah, S.Pd. SD., wali kelas V SD Kanisius Minggir yang telah

mendukung terlaksananya penelitian.

(12)

xi

9. Bapak Supriyono, S.Pd. dan Ibu Deonesia Dyah Pramuwati, orang tua yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, materi, dan menjadi tempat berkeluh kesah.

10. Teman dekat penulis Dwi Nugraha Putra Susila, kakak Yuliana Dewi Sari Ningrum yang telah memberikan dukungan dan memberikan inspirasi dalam proses penulisan skripsi.

11. Teman satu kelompok bimbingan skripsi dan semua teman PGSD angkatan 2009, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.

12. Semua pihak yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, semangat, fasilitas, baik spiritual maupun materi.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1.2 Ciri-ciri Minat ... 11

(14)

xiii

2.1.1.4 Cara Mengetahui Minat ... 18

2.1.2 Prestasi Belajar ... 20

2.1.2.1 Pengertian Belajar ... 20

2.1.2.2 Prinsip Belajar ... 21

2.1.2.3 Pengertian Prestasi ... 23

2.1.2.4 Pengertian Prestasi Belajar ... 23

2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 26

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... 28

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 28

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 30

2.1.3.3 Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 30

2.1.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 36

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw II ... 38

2.1.4.1 Pengertian Jigsaw II ... 38

2.1.4.2 Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II ... 39

2.1.4.3 Langkah Pembelajaran Teknik Jigsaw II ... 40

2.1.4.4 Evaluasi dalam Jigsaw II ... 42

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 44

2.1.5.1 Hakikat IPS ... 44

2.1.5.2 Tujuan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar ... 47

2.1.5.3 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 49

2.1.5.4 Kompetensi Dasar IPS di Sekolah Dasar ... 49

2.2 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw II pada Mata Pelajaran IPS ... 50

2.3 Hasil Penelitian yang Relevan ... 52

2.4 Kerangka Berpikir ... 56

2.5 Hipotesis Tindakan ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 59

3.2 Setting Penelitian ... 61

(15)

xiv

3.3.1 Persiapan ... 63

3.3.2 Rencana Tindakan ... 64

3.3.2.1 Siklus I ... 64

3.3.2.2 Siklus II ... 67

3.4 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 71

3.4.1 Peubah (variabel) ... 71

3.4.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 74

3.4.3.1 Instrumen Minat ... 74

3.4.2.2 Instrumen Prestasi ... 77

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 79

3.4.4.1 Validitas ... 79

a. Validasi Soal Siklus ... 80

b. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 83

c. Validasi Pedoman Observasi ... 84

3.4.4.2 Reliabilitas ... 84

3.4.5 Teknik Analisis Data ... 86

3.4.5.1 Kriteria Keberhasilan Minat ... 87

3.4.5.2 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 88

3.4.5.3 Cara Menghitung Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 92

4.1.1 Kondisi Awal Sebelum Penelitian ... 92

4.1.1.1 Kondisi Awal Minat Siswa ... 93

4.1.1.2 Kondisi Awal Prestasi Belajar ... 94

(16)

xv

4.1.3.1 Perencanaan ... 108

4.1.3.2 Pelaksanaan ... 108

4.1.3.3 Observasi ... 112

4.1.3.4 Refleksi ... 116

4.2 Pembahasan ... 117

4.2.1 Minat Siswa ... 117

4.2.2 Prestasi Belajar ... 122

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 126

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 127

5.3 Saran ... 128

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II ... 39

Tabel 2.2 Skala Poin Peningkatan/Kemajuan ... 43

Tabel 2.3 Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis ... 44

Tabel 2.4 Kualifikasi Skor Tim ... 44

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 62

Tabel 3.2 Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 71

Tabel 3.3 Rubrik Observasi Minat ... 75

Tabel 3.4 Kisi-kisi Minat Belajar Siswa ... 76

Tabel 3.5 Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 76

Tabel 3.6 Pengukuran Skala Likert ... 77

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Sebelum Uji Coba Siklus I ... 77

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Sebelum Uji Coba Siklus II ... 78

Tabel 3.9 Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II ... 78

Tabel 3.10 Indikator Afektif ... 78

Tabel 3.11 Indikator Psikomotorik ... 78

Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Soal Siklus I ... 81

Tabel 3.13 Hasil Uji Coba Soal Siklus II ... 82

Tabel 3.14 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 83

Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 83

Tabel 3.16 Kriteria Koefisiensi Reliabilitas ... 85

Tabel 3.17 Tingkat Penguasaan Kompetensi PAP II ... 87

Tabel 3.18 Kriteria Penilaian Minat ... 87

Tabel 3.19 Kriteria Keberhasilan Minat Siswa ... 88

Tabel 3.20 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 88

Tabel 4.1 Kondisi Awal Minat Siswa ... 93

Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Minat Siswa ... 94

Tabel 4.3 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 95

Tabel 4.4 Minat Siswa Siklus I ... 102

(18)

xvii

Tabel 4.6 Prestasi Belajar Siklus I ... 104

Tabel 4.7 Minat Siswa Siklus II ... 113

Tabel 4.8 Data Minat Siswa Siklus II ... 113

Tabel 4.9 Prestasi Belajar Siklus II ... 114

Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar ... 117

Tabel 4.11 Minat Siswa ... 119

Tabel 4.12 Data Perbandingan Minat Siswa ... 120

Tabel 4.13 Data Kenaikan Skor Minat Siswa ... 121

Tabel 4.14 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas V ... 123

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Alur Model Penelitian Tindakan Kelas ... 60

Gambar 4.1 Diagram Data Kondisi Awal Minat Siswa ... 94

Gambar 4.2 Diagram Data Minat Siklus I ... 104

(20)

xix

DAFTAR BAGAN

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 133

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 137

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SIklus II ... 147

Lampiran 4 Ringkasan Materi Siklus I ... 157

Lampiran 5 Ringkasan Materi Siklus II ... 163

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ... 168

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ... 177

Lampiran 8 Kunci Jawaban LKS ... 185

Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus I ... 195

Lampiran 10 Soal Evaluasi Siklus II ... 198

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Evaluasi ... 201

Lampiran 12 Tabel Uji Validitas Siklus I ... 203

Lampiran 13 Tabel Uji Validitas Siklus II ... 205

Lampiran 14 Data Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 207

Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas Siklus I ... 208

Lampiran 16 Data Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 210

Lampiran 17 Hasil Uji Reliabilitas Siklus II ... 211

Lampiran 18 Indeks Kesukaran Soal ... 213

Lampiran 19 Observasi Minat Siswa Kondisi Awal ... 214

Lampiran 20 Kuesioner Minat Siswa Kondisi Awal ... 215

Lampiran 21 Observasi Minat Siklus I ... 216

Lampiran 22 Observasi Minat Siklus II ... 218

Lampiran 23 Kuesioner Minat Siklus I ... 220

Lampiran 24 Kuesioner Minat SiklusII... 221

Lampiran 25 Hasil Penilaian Prestasi Belajar Siklus I ... 222

Lampiran 26 Hasil Penilaian Prestasi Belajar Siklus II ... 223

Lampiran 27 Lembar Skor Jigsaw II Siklus I ... 224

Lampiran 28 Lembar Skor Jigsaw II Siklus II ... 227

(22)

xxi

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di sekolah dasar menjadi salah satu peranan penting dalam usaha untuk mengembangkan potensi peserta didik sejak dini. Hal tersebut dikarenakan agar siswa mulai belajar untuk lebih peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi di masyarakat, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga dunia yang cinta damai (Rosdijati & Aqib & Trimo, 2010:58).

(24)

dicapai dapat maksimal dan berpengaruh pada minat siswa terhadap mata pelajaran IPS.

Berdasarkan hasil observasi minat siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran IPS di kelas V SD Kanisius Mingir pada hari Senin, 4 Februari 2013 diketahui bahwa rata-rata minat sebesar 41,08 yang memiliki kategori rendah. Hal itu dikarenakan ketika proses pembelajaran berlangsung perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat kurang, siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan siswa tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, ketika pembelajaran IPS berlangsung siswa asyik dengan aktivitasnya sendiri-sendiri seperti mengerjakan PR Bahasa Indonesia, membaca buku cerita dan ada siswa yang jalan-jalan di pinggir kelas.

(25)

Kurangnya prestasi belajar siswa juga terlihat dari hasil observasi dokumen nilai siswa. Hal tersebut nampak pada Kompetensi Dasar 2.3 pelajaran IPS kelas V semester 2 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan tahun pelajaran 2011/2012 rata-rata prestasi belajar siswa adalah 62,58 dari 29 siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS di SD Kanisius Minggir adalah 65. Sehingga, persentase siswa yang tidak tuntas KKM adalah 62,07% atau sebanyak 18 siswa. Sedangkan persentase siswa tuntas KKM adalah 37,93% atau 11 siswa.

Melihat masalah yang terjadi di kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013, maka dibutuhkan suatu model pembelajaran aktif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa sehingga berpengaruh pada kualitas proses dan prestasi belajar. Dalam strategi pembelajaran aktif memiliki ciri mengaktifkan siswa melalui beragam aktivitas sesuai dengan mata pelajaran yang digelutinya (Rosdijati,dkk, 2010:4). Dalam merancang suatu pembelajaran IPS yang aktif dan menyenangkan guru sebaiknya melakukan proses pembelajaran melalui kegiatan yang menarik.

(26)

menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual (Suyono, 2009:51). Hal senada juga dikemukakan oleh Slavin dalam Huda (2012:15) bahwa pembelajaran kooperatif bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan prestasi siswa.

Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif, siswa akan diberi kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari anggota belajar lainnya serta guru (Solihatin & Raharjo, 2008:6). Siswa yang kurang bergairah atau kurang berminat dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain yang mempunyai gairah dan minat lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

Jigsaw II ini dirasa mampu menumbuhkan kerjasama antarsiswa, ketertarikan belajar, dan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Apabila bahan pembelajaran mampu menarik minat siswa, maka akan lebih mudah untuk mempelajari dan mengingat suatu materi pembelajaran.

Bertolak dari beberapa hal diatas, maka peneliti akan mangambil judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Kooperatif Teknik

Jigsaw II dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dengan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II

(27)

mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan Kompetensi Dasar menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini berfokus pada peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis memaparkan rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II

dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

(28)

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.4 Pemecahan Masalah

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengadakan pre-test, (b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (c) siswa membaca materi yang akan dipelajari secara keseluruhan, (d) pembentukan kelompok asal terdiri dari 6 ahli dengan bidang yang berbeda, (e) diskusi kelompok ahli dengan bidang yang sama, (f) tim ahli kembali dalam kelompok asal untuk mengajarkan topik yang dibahas kepada teman satu tim, (g) mengadakan post-test, dan (h) pemberian penghargaan.

1.5 Batasan Pengertian

Batasan istilah pada penelitian ini adalah minat, prestasi belajar, pembelajaran kooperatif, pembelajaran teknik Jigsaw II, dan Ilmu Pengetahuan Sosial:

1. Minat

Minat adalah rasa suka dan tertarik pada suatu hal atau aktivitas yang muncul tanpa ada yang menyuruh.

2. Belajar

(29)

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh siswa dalam hal kegiatan pembelajaran bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik yang menggambarkan kemampuan siswa.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran yang terdiri dari beberapa siswa dari berbagai tingkat kemampuan yang melakukan berbagai kegiatan belajar secara berkelompok untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.

5. Pembelajaran teknik Jigsaw II

Pembelajaran teknik Jigsaw II adalah suatu pembelajaran yang di setiap kelompoknya terdiri dari kelompok asal dan ada kelompok ahli serta pada akhir kegiatan siswa akan mendapatkan penghargaan.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu kajian ilmu sosial yang mempelajari tentang beberapa disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi.

1.6 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(30)

kelas V SD Kanisius Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik

Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.

3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik

Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.

1.7 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Dapat menjadi contoh atau inspirasi dalam penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dalam pembelajaran IPS.

2. Bagi Sekolah

Dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan serta memberikan masukan bagi guru yang tertarik untuk menerapkan model kooperatif teknik

Jigsaw II dalam melakukan proses pembelajaran IPS. 4. Bagi Peneliti Lain

(31)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab II ini akan dibahas mengenai kajian teori, penelitian terdahulu, dan kerangka berpikir. Pada landasan teori ini juga dijelaskan mengenai variabel-variabel yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu penjelasan mengenai minat, belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II, dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Minat

2.1.1.1 Pengertian Minat

(32)

bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi tersebut. Untuk itu, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila anak melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, maka mereka berminat dan kemudian akan mendatangkan sebuah kepuasan. Disamping itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai.

Drever dalam Herliani, Indrawati, Setiawan, & Noeraida (2009:41) meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya. Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu obyek tertentu. Sedangkan secara struktural minat merupakan elemen dalam diri individu baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan seseorang merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu obyek atau merasa berhubungan dengan obyek atau pengetahuan.

(33)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah perasaan mau menerima dan tertarik terhadap suatu hal dengan suatu keterlibatan yang diikuti perasaan senang untuk melakukan perubahan tingkah laku dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru. Semakin kuat kebutuhan akan sesuatu hal, maka semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut. Selanjutnya, semakin sering minat diekspresikan dalam suatu kegiatan, maka semakin kuat pula sebuah minat. Untuk itu, minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan memiliki dampak yang besar pada perilaku dan sikap.

2.1.1.2 Ciri-ciri Minat

Hurlock (1978:115) mengemukakan bawa ada tujuh ciri-ciri minat pada anak yaitu minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, minat bergantung pada kesiapan belajar, minat bergantung pada kesempatan belajar, perkembangan minat mungkin terbatas, minat dipengaruhi budaya, minat berbobot emosional, dan minat itu egosentris. Beberapa ciri tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembanga fisik dan mental. Misalnya, anak yang memiliki perkembangan fisik yang lebih cepat akan memiliki minat diatas temannya yang memiliki keterlambatan dalam mencapai kematangan. b. Minat yang bergantung pada kesiapan belajar, yaitu anak-anak tidak akan

(34)

c. Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa yang menjadi bagian dari lingkungan anak-anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah dan “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambahnya lingkungan sosial, mereka akan menjadi tertarik pada minat di luar rumah yang mulai mereka kenal.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas pada ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang membatasi minat anak. Misalnya, anak yang cacat fisik tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

e. Minat dipengaruhi oleh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka yang dianggap sesuai, Dan anak tidak akan diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi budaya mereka.

f. Bobot emosional, aspek afektif, dari minat menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan akan memperkuat minat.

g. Sepanjang masa kanak-kanak minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematik sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah merupakan langkah menuju kedudukan dan gengsi.

(35)

membaca buku yang berkaitan bidang studi, bertanya di kelas, bertanya kepada teman, bertanya kepada orang lain, dan mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh. Hal senada juga dikemukakan oleh Isnandar (2012:14-15) bahwa indikator minat siswa antara lain:

1) Ekspresi perasaan senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas oleh guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang siap untuk belajar.

2) Perhatian dalam mengikuti pembelajaran, meliputi: siswa aktif bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.

3) Ketertarikan siswa pada materi, meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, siswa serius dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, meliputi: siswa menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru, siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan saat guru mejelaskan di depan kelas, siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

(36)

kesulitan dalam belajar, siswa bekerjasama dengan kelompok, siswa maju ke depan mengerjakan tugas, dan siswa mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan spontan dari guru.

Dari beberapa uraian di atas mengenai indikator-indikator siswa yang berminat, peneliti hanya menyimpulkan empat indikator saja karena pada setiap indikator tersebut peneliti juga menyusun deskriptor yang telah mewakili indikator-indikator dari para ahli. Indikator tersebut antara lain:

1) Menunjukkan ekspresi rasa senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas oleh guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang siap untuk belajar.

2) Menunjukkan perhatian terhadap pelajaran, meliputi: siswa aktif bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.

3) Merespon pertanyaan atau materi, meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran, siswa membuat catatan, siswa serius dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, siswa menanyakan kesulitan, dan siswa memberikan tanggapan.

(37)

siswa berdiskusi dengan serius, bekerjasama dalam kelompok, dan membantu memecahkan persoalan dalam kelompok.

2.1.1.3 Faktor Pendorong Minat

Singer (1973:92-93) memberikan beberapa persyaratan yang menjadi dasar-dasar dari timbulnya suatu minat yaitu, (1) menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata agar menarik bagi siswa, (2) guru mampu memanfaatkan kemungkinan yang ada untuk menonjolkan adanya pertalian yang penting antara pelajaran dengan kehidupan siswa, (3) mengaitkan langsung pelajaran dengan kehidupan siswa, (4) memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat giat sendiri dalam pelajaran yang berupa memiliki kesempatan mengambil sendiri dan giat secara mandiri, (5) minat akan bertambah jika siswa dapat melihat dan mengalami bahwa dengan apa yang dipelajari dapat mencapai tujuan tertentu yang berarti siswa segera menerapkan apa yang telah ia pelajari, (6) mengadakan pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan dan rasa keterlibatan bagi siswa, dan (7) terjalin hubungan yang baik antara siswa, guru, dan orangtua.

(38)

mengajar memiliki perasaan atau suasana hati yang kurang menunjang proses belajar mengajar mampu mengubahnya untuk memiliki pesasaan atau suasana hati yang lebih baik agar timbul suatu minat belajar.

Suatu minat yang dikembangkan akan membantu siswa melihat hubungan materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses tersebut dilakukan dengan menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan mempengaruhi dirinya, melayani tujuannya. dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Slameto (1988:182-183) mengemukakan bahwa, apabila siswa menyadari belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggapnya penting serta apabila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan, maka kemungkinan besar siswa akan memiliki minat untuk mempelajarinya. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan suatu minat menurut Herliani, Indrawati, Setiawan, & Noeraida (2009:42) yaitu faktor dorongan dalam, faktor motivasi sosial, dan faktor emosional.

a. Faktor dorongan dalam

Dorongan dari individu itu sendiri dapat menimbulkan minat untuk melakukan tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya dorongan makan menimbulkan minat untuk mencari makan.

b. Faktor motivasi sosial

(39)

kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, minat belajar timbul karena ingin mendapatkan penghargaan dari orang tua.

c. Faktor emosional

Emosi selalu menyertai seseorang saat berhubungan dengan obyek minat. Kesuksesan seseorang akan suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan senang, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan tersebut.

(40)

mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis akan merasa lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi minat menurut beberapa ahli tersebut tentunya tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah, tetapi terpadu sebagai penyebab timbulnya minat pada diri seseorang karena kepribadian orang yang kompleks. Beberapa pendapat diatas juga dapat menunjukkan bahwa minat merupakan suatu hal yang penting karena merupakan suatu kondisi awal sebelum subyek mempertimbangkan atau membuat keputusan untuk melakukan tindakan. Untuk itu, aktivitas yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dan menjadi landasan penting untuk melakukan atau memperoleh sesuatu.

2.1.1.4 Cara Mengetahui Minat

Karena pentingnya peranan minat dalam kehidupan anak, minat yang akan membantu penyesuaian pribadi dan sosial anak perlu sekali untuk ditemukan dan dipupuk (Hurlock, 1978:116). Terdapat cara-cara yang dapat digunakan untuk mengetahui minat siswa. Menurut Djiwandono (2006:365), ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui minat siswa. Cara langsung yang dapat digunakan yaitu dengan menanyakan kepada siswa sendiri, angket, atau berbicara dengan para siswa. Contohnya, siswa dapat ditanya “dari sekian banyak kegiatan

(41)

paling memperhatikan selama pelajaran berlangsung karena hal tersebut adalah salah satu metode untuk mengukur minat siswa.

Hal senada dengan Djiwandono juga dikemukakan oleh Hurlock. Menurut Hurlock (1978:117) terdapat beberapa cara untuk menemukan minat pada anak yaitu sebagai berikut:

a. Pengamatan kegiatan dapat dilakukan dengan mengamati mainan anak dan benda-benda yang mereka beli, kumpulkan, atau gunakan dalam aktivitas yang ada unsur spontanitas. Melalui aktivitas anak tersebut kita dapat memperoleh petunjuk mengenai minat mereka.

b. Guru juga dapat menemukan minat anak melalui pertanyaan yang diajukan oleh anak. Bila anak terus menerus bertanya mengenai sesuatu, minatnya pada hal yang sering ditanyakan tersebut lebih besar dibandingkan minatnya pada hal yang hanya sekali-sekali ditanyakan.

c. Pokok pembicaraan seorang anak dengan orang dewasa atau teman sebaya juga memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut akan sesuatu hal.

d. Aktivitas membaca dapat menjadi cara menemukan minat anak, yaitu dengan cara anak bebas memilih buku untuk dibaca sesuai topik yang menarik minatnya.

(42)

f. Keinginan yaitu bila ditanya apa yang diinginkan bila mereka dapat memperoleh sesuatu yang mereka inginkan, kebanyakan anak dengan jujur akan menyebut hal-hal yang paling diminati.

g. Laporan mengenai apa saja yang diminati dapat menjadi petunjuk tentang hal-hal yang memberikan mereka kepuasan melalui pertanyaan untuk menyebutkan atau menulis tiga benda yang paling diminati.

Dengan menggunakan beberapa metode dalam menemukan minat anak tersebut dapat memperkuat dalam menentukan apakah anak benar-benar berminat pada suatu kegiatan atau bidang tertentu. Lebih aman lagi guru sebaiknya menggunakan beberapa metode sehingga yang satu dapat mengkoreksi yan lain. 2.1.2 Prestasi Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

(43)

“Belajar secara umum juga dapat diartikan sebagai perubahan para individu yang terjadi melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir.”

Dari penjelasan tersebut belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku serta sikap, dimana ada usaha serta aktivitas untuk melakukan perubahan pada diri sendiri demi memperoleh pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan. Dengan belajar siswa akan berusaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dan akan ada hasil pengalaman dari interaksi pada lingkungannya. Serta belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan berreaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi, belajar adalah berubahnya tingkah laku seseorang menjadi lebih baik, karena dari tidak tahu menjadi tahu.

2.1.2.2 Prinsip Belajar

Suprijono (2009:4) memaparkan beberapa prisip-prinsip belajar yaitu

Pertama, belajar sebagai suatu perubahan perilaku; Kedua, belajar merupakan proses yang terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;

(44)

membimbing untuk mencapai tujuan intruksional. Dalam belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai

tujuan intruksional. Syarat lain, belajar membutuhkan lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan efektif. Dan belajar memerlukan sebuah interaksi siswa dengan lingkungan. Terdapat empat prinsip belajar berdasarkan materi atau bahan yang harus dipelajarai dalam belajar yaitu pertama, belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga mudah untuk menangkap pengertiannya. Kedua, belajar harus dapat mengembangkan kemapuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai. Ketiga, belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa belajar dengan tenang. Dan keempat, repetisi dalam proses belajar perlu latihan berkali-kali agar tumbuh pengertian/ ketrampilan/ sikap yang mendalam pada siswa.

(45)

Jadi, prinsip-prinsip dalam belajar adalah suatu landasan dan pedoman yang diperlukan untuk meningkatkan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan motivasi bagi siswa. Apabila suatu prinsip belajar tersebut terpenuhi maka tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Serta proses belajar antara guru dengan siswa lebih terarah dan dinamis yang menjadi salah satu tujuan belajar yaitu kemampuan kritis dan kreatif.

2.1.2.3 Pengertian Prestasi

Menurut Supardi (2011:167) prestasi merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah dicapai dan memerlukan suatu keahlian dalam bidang akademis maupun non akademis. Hal senada juga dikemukakan oleh Chaplin dalam Supardi (2011:476) bahwa prestasi merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai memerlukan suatu kecakapan atau keahlian dalam tugas-tugas akademis maupun non-akademis. Jadi, prestasi adalah hasil yang dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan guna memperoleh suatu kebanggan bagi diri sendiri atas pencapaian yang diperoleh.

2.1.2.4 Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2009:12) kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu

(46)

yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu, bahan atau materi yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi peserta didik. Dengan adanya faktor tersebut mempu memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa (Mulyana, 2006:190). Hal lain juga dikemukakan oleh Linawati dalam Hawadi (2006:168) bahwa “prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil pelajar siswa sesuai dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa.”

Makmun dalam Mulyasa (2006:190) mengemukakan bahwa terdapat beberapa komponen dalam pembelajaran yang berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu:

“(1) masukan mentah (raw-input), menunjuk pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, (2) masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, dan (3) masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.”

Prestasi belajar sangat penting untuk dibahas karena memiliki beberapa fungsi utama (Arifin, 2009:12) yaitu:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai oleh siswa.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu yang biasa disebut sebagai “tendensi keingintahuan danmerupakan kebutuhan manusia” oleh para

ahli psikologi.

(47)

pengetahuan dan teknologi. Serta berperan sebagai umpan balik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern berarti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Dengan asumsi bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Indikator ekstern berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dalam masyarakat. Asumsi indikator ekstern adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator kecerdasan peserta didik. Dalam proses pembelajaran siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan agar siswa dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

(48)

2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa. Menurut Miranda & Winkel & Santrock dalam Hawadi (2006:168) menyatakan bahwa prestasi belajar dipenggaruhi oleh lima faktor yaitu pertama, faktor yang ada pada siswa berupa taraf intelegensi, bakat khusus, taraf pengetahuan yang dimiliki, kemampuan berbahasa, taraf organisasi kognitif, motivasi, kepribadian, perasaan, sikap, minat, konsep diri, dan kondisi fisik psikis. Kedua, faktor yang ada pada lingkungan sekolah berupa hubungan antar orang tua, hubungan orang tua-anak, jenis pola asuh, dan keadaan sosial ekonomi keluarga. Ketiga, faktor yang ada di lingkungan sekolah berupa kepribadian guru, sikap guru terhadap siswa, ketrampilan didaktik, gaya mengajar, kurikulum, organisasi sekolah, sistem sosial di sekolah, keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan, hubungan sekolah dengan orang tua, dan lokasi sekolah. Dan keempat, yaitu faktor lingkungan sosial yang lebih luas berupa keadaan sosial, politik, dan ekonomi serta keadaan fisik cuaca dan iklim. Matindas dalam Hawadi (2009:169) menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut sebagai kenyataan internal yang ada pada diri siswa dan kenyataan eksternal yang ada di luar diri siswa. Hal lain juga dikemukakan oleh Mulyasa (2006:191) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta yaitu:

a. Faktor eksternal

(49)

yaitu lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik, lingkungan sekolah, teman dan masyarakat umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor yang berasal dari lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

Faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam hal tersebut peranan guru dan keterlibatannya masih menjadi posisi penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Guru memiliki peranan dalam efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan instrument sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar. Proses belajar tidak berlangsung satu arah tetapi dua arah. Siswa dan guru memiliki peran secara aktif dalam kerangka kerja dan penggunaan cara dan kerangka berfikir. Guru selayaknya menjadi demonstrator, pengelola kelas, fasilitator, mediator dan evaluator.

Peran guru dalam pencapaian prestasi belajar peserta didik sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II ini adalah sebagai berikut:

1. Guru mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial yang dibutuhkan siswa untuk dapat bekerjasama secara efektif (Huda, 2012:80).

2. Guru akan memonitor perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran (Huda, 2012:80).

(50)

4. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang dalam kelompok-kelompok belajar (Kusnandar, 2009:273).

b. Pengaruh Faktor Internal

Keberhasilan belajar juga ditentukan oleh faktor diri (internal) serta usaha yang dilakukannya seperti, 1) Intelegensi menjadi salah satu faktor tinggi rendahnya prestasi belajar serta menjadi dasar potensial bagi pencapaian hasil pelajar, 2) Minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu serta pemusatan perhatian juga memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan 3) Sikap menjadi gejala berupa reaksi atau respon dengan cara yang relatif tetap (Mulyasa, 2006:193-194).

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam Suyatno (2009:51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inquiri. Dengan adanya pembelajaran kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Melalui model

cooperative learning siswa juga belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara kolaboratif (Slavin dalam Solihatin & Raharjo, 2008:4).

(51)

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model pembelajaraan kooperatif menjadi model pembalajaran yang banyak digunakan serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Menurut Slavin dalam Rusman (2010:205) hal tersebut karena:

“(1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.”

Menurut Taniredja, dkk (2011:55) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana dalam system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

(52)

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif tidak menerapkan sistem kompetisi seperti pada pembelajaran tradisional dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain (Taniredja dkk, 2011:60). Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Taniredja, dkk (2011:60) “adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.”

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan guna mencapai tiga tujuan penting yaitu, 1) meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu dalam hal akademik akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu. 2) pembelajaran kooperatif memiliki peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang memiliki perbedaan latar belajar. Misalnya suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) mengembangkan keterampilan sosial siswa misalnya berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja salam kelompoknya. Hal senada juga dikemukakan oleh Huda (2012:13) bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian produktivitas yang lebih tinggi (seperti, semangat belajar) daripada pembelajaran individualistik. 2.1.3.3 Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

(53)

asal-asalan. Dengan adanya pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif yang benar maka akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie, 2010:29). Menurut Roger & David Jhonson dalam Lie (2010:31) ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Hal senada juga dikemukakan oleh Johnson & Jhonson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2009:60) yang menyebutkan ada lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Adanya saling ketergantungan antara siswa yang bersifat positif

Siswa merasa terikat satu sama lain dan saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan. Siswa juga merasa menjadi bagian dari kelompok yang memiliki andil untuk mencapai kesuksesan kelompok. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Menurut Lie (2010:32) beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap siswa yang lebih pandai karena teman yang lebih pandai akan memberikan sumbangan. Siswa yang kurang akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan akan menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena teman yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan.

b. Semakin meningkatnya interaksi antar siswa

(54)

2010:33). Menurut Lie (2010:34) inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan pada masing-masing anggota. Tentunya setiap anggota kelompok memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lain yang berupa pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi. Sinergi didapatkan melalui proses yang panjang sehingga siswa mampu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain. Interaksi juga dapat terjadi ketika seorang siswa akan membantu siswa lain dan saling memberikan bantuan untuk sukses sebagai anggota kalompok. Interaksi juga akan tercipta dalam hal tukar-menukar ide tantang masalah yang dipelajari bersama.

c. Tanggung jawab individual

(55)

d. Komunikasi antar anggota

Dalam unsur ini juga menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi (Lie, 2010:34). Sebaiknya guru sebelum menugaskan siswa dalam kelompok perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak setiap siswa memiliki keahlian dalam mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada ketersediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapat (Lie, 2010:33). Adanya keterampilan interpersonal dan kelompok kecil yang diperlukan ketika mendapatkan tugas mempelajari materi secara mandiri serta ketika berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya dan bagaimana sikap siswa sebagai anggota kelompok dalam menyampaikan ide dalam kelompok. e. Belajar kelompok tidak akan berlangsung tanpa adanya proses kelompok

Proses kelompok ini terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan cara mereka mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Menurut Lie (2010:35) guru juga perlu membuat jadwal khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

(56)

individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan). Ketiga, dalam pembelajaran kooperatif terdapat tanggung jawab secara individu. Keempat, temu muka dalam proses pembelajaran. Kelima, komunikasi antar anggota kelompok. Dan keenam, evaluasi proses pembelajaran dilakukan secara kelompok.

Hal senada juga diutarakan oleh Rusman (2010:207) bahwa terdapat karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus membuat seluruh anggota berkemauan untuk belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

(57)

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Ketrampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(58)

Dari beberapa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri sebuah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan anggota yang heterogen. Dimana didalam kelompok tersebut terdapat suatu sikap bekerja sama dan ada keterlibatan antar anggota kelompok dengan tujuan mencapai hasil belajar yang optimal. Setiap anggota kelompok saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.

2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat empat langkah kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut (Taniredja, dkk, 2011:61-62):

a. Orientasi

Kegiatan diawali dengan orientasi untuk memhamai dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana pembelajarannya. Guru dapat mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan untuk dikuasai oleh siswa.

b. Kerja kelompok

(59)

c. Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan siswa telah mampu memahami topic/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap topik atau masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

d. Penghargaan kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih skor dasar dengan skor tes individual, kemudian menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat siswa didalam kelompok dan dicari rata-ratanya. Selanjutnya, melalui skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok.

Hal senada juga dijelaskan oleh Sthal dalam Taniredja, dkk (2011:63-64) langkah-langkah pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Guru merancang rencana program pembelajaran.

b. Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lambar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar.

(60)

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw II

2.1.4.1 Pengertian Jigsaw II

Awalnya Jigsaw I dikembangkan dan diujikan oleh Elliot Aronson dan temannya di Unversitas Texaz, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-temannya di Unversitas John Hopkins menjadi Jigsaw II (Trianto, 2009:73). Arti

Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah potongan gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2011:217).

Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain (Rusman, 2011:218). Pendapat lain juga dikemukakan oleh Slavin (2008:237), bahwa

Jigsaw II juga digunakan ketika siswa mempelajari materi yang berbentuk narasi tertulis, salah satunya seperti pelajaran ilmu sosial.

(61)

saat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam”kelompok ahli”

untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan digunakan dalam skor tim guna memperoleh penghargaan kelompok/ group reward (Slavin, 2008:237).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti mendifinisikan Jigsaw II adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan interaksi antar siswa, dimana siswa berbagi tugas untuk membaca bab atau unit dengan topik yang berbeda yang sebelumnya setiap siswa juga telah mempelajari keseluruahan topik yang akan dipelajari. Dan diakhir kegiatan kelompok akan mendapatkan penghargaan. 2.1.4.2 Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II

Berikut ini disajikan tabel perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II: Tabel 2.1

Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II

No. Jigsaw I Jigsaw II

1. Siswa hanya belajar konsep yang menjadi spesialisasinya, untuk menjadi expert. 2. Waktu yang dibutuhkan lebih

3. Tidak ada penghargaan kelompok (reward).

(62)

2.1.4.3 Langkah Pembelajaran Teknik Jigsaw II

Dalam Trianto (2009:238), terdapat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif learning teknik Jigsaw II adalah sebagai berikut:

a. Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan dengan memberikan penekanan manfaat penggunaan Jigsaw II dalam kegiatan belajar mengajar. Guru juga senantiasa mengingatkan pada siswa untuk percaya diri, kritis, dan kooperatif selama kegiatan berlangsung. Sebelumnya peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan agar memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep yang akan dipelajari.

b. Pengelompokan

Dalam pembentukan kelompok guru dapat mengelompokkan berdasarkan peringkat kemampuan siswa di kelasnya tanpa sepengetahuan siswa. Guru membagi dalam 25% kelompok sangat baik, 25% kelompok baik, 25% kelompok sedang, dan 25% kelompok rendah. Selanjutnya, guru membagi dalam kelompok yang isi tiap-tiap groupnya heterogen berdasarkan peringkat kemampuan siswa di setiap bidang mata pelajaran. Berikan indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, …, A4 berarti group A dari kelompok rendah. Contohnya:

Group A {A1, A2, A3, A4}

Group B {B1, B2, B3, B4}

(63)

Group D {D1, D2, D3, D4}

Group E {E1, E2, E3, E4}

c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya group yang telah terbentuk tadi dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya.

Contoh:

Misalnya pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dalam mata pelajaran IPS materi menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklasikan kemerdekaan Indonesia.

Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1} Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2} Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3} Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4}

Setiap kelompok tersebut diharapkan dapat mempelajari topik yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam group sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran guru sangat penting dalam fase ini.

d. Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam group

(64)

persatu. Pada proses ini akan terjadi sharing pengetahuan antara tiap anggota

group. Terdapat aturan dalam fase ini yaitu:

a. Siswa harus bertanggung jawab untuk memastikan setiap anggota tim mempelajari materi yang telah diberikan.

b. Tidak ada yang selesai belajar sebelum setiap anggota tim menguasai konsep dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan baru.

c. Apabila ada yang kurang dimengerti sebaiknya siswa tetap bertanya pada anggota group sebelum bertanya pada guru.

d. Ketika melakukan pembicaraan dalam tim sebaiknya dilakukan dengan suara yang pelan agar tidak mengganggu tim lainnya.

e. Ketika kegiatan dikusi berakhir dengan “merayakan” agar memperoleh kepuasan.

Dalam teknik Jigsaw II ini penilaian dilakukan dengan cara guru memberikan tes tertulis yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Selama kegiatan tes berlangsung siswa mengerjakan secara individu. Sedangkan penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu pada seberapa jauh skor melampaui rata-rata skor berikutnya, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam skor kelompok yang didasarkan skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

2.1.4.4 Evaluasi dalam Jigsaw II

Gambar

Gambar 4.3 Diagram Data Minat Siklus II .....................................................
Tabel 2.2 Skala Poin Peningkatan/Kemajuan
Tabel 2.3 Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis
Gambar 3.1 Alur Model Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) PDPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e dipakai untuk melaksanakan kegiatan dinas pesiar pada malam hari dan kegiatan khusus lain yang ditentukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD dan mempelajari

Setelah itu peneliti membandingkan antara perilaku earnings management yang berada pada tahap growth dan mature, juga mature dan stagnant dan hasilnya terdapat

dapat bcroperlsi dcnsln baik dan lancd Schi.gea dengaD dikudeinva pnnsil dan legkah keria dari Frasara. reacbul nraka diaenosa lerhada! kerusakm yang nNngkin eja

relir K€rojuu Mudr d@ lnu

Mengingat impulse buying sangat memberikan manfaat bagi pelaku ritel, penelitian ini berusaha untuk mengkaji faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi

Dalam sistem Toyota, kita perlu melihat aliran produksi secara terbalik; dengan kata lain, orang dari suatu proses tertentu pergi ke proses terdahulu untuk mengambil unit

psrai