• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam Suyatno (2009:51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inquiri. Dengan adanya pembelajaran kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Melalui model cooperative learning siswa juga belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara kolaboratif (Slavin dalam Solihatin & Raharjo, 2008:4).

Hal senada juga dikemukakan oleh Sanjaya dalam Rusman (2010:203), bahwa cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model pembelajaraan kooperatif menjadi model pembalajaran yang banyak digunakan serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Menurut Slavin dalam Rusman (2010:205) hal tersebut karena:

“(1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.”

Menurut Taniredja, dkk (2011:55) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana dalam system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dan timbul adanya kerjasama antar siswa. Dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tujuan materi dapat tercapai karena dalam pembelajaran terdapat kegiatan-kegiatan berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan. Untuk itu pembelajaran kooperatif juga sebagai suatu alternatif menarik dalam memecahkan masalah siswa yang ada dalam pembelajaran.

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif tidak menerapkan sistem kompetisi seperti pada pembelajaran tradisional dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain (Taniredja dkk, 2011:60). Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Taniredja, dkk (2011:60) “adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.”

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan guna mencapai tiga tujuan penting yaitu, 1) meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu dalam hal akademik akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu. 2) pembelajaran kooperatif memiliki peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang memiliki perbedaan latar belajar. Misalnya suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) mengembangkan keterampilan sosial siswa misalnya berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja salam kelompoknya. Hal senada juga dikemukakan oleh Huda (2012:13) bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian produktivitas yang lebih tinggi (seperti, semangat belajar) daripada pembelajaran individualistik.

2.1.3.3 Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2010:29) model pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok. Terdapat unsur-unsur dasar yang membedakan pada pembelajaran kooperatif dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara

asal-asalan. Dengan adanya pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif yang benar maka akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie, 2010:29). Menurut Roger & David Jhonson dalam Lie (2010:31) ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Hal senada juga dikemukakan oleh Johnson & Jhonson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2009:60) yang menyebutkan ada lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Adanya saling ketergantungan antara siswa yang bersifat positif

Siswa merasa terikat satu sama lain dan saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan. Siswa juga merasa menjadi bagian dari kelompok yang memiliki andil untuk mencapai kesuksesan kelompok. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Menurut Lie (2010:32) beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap siswa yang lebih pandai karena teman yang lebih pandai akan memberikan sumbangan. Siswa yang kurang akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan akan menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena teman yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan.

b. Semakin meningkatnya interaksi antar siswa

Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif akan menciptakan suatu interaksi antar siswa yang kuat. Dan kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan bagi semua anggota (Lie,

2010:33). Menurut Lie (2010:34) inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan pada masing-masing anggota. Tentunya setiap anggota kelompok memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lain yang berupa pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi. Sinergi didapatkan melalui proses yang panjang sehingga siswa mampu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain. Interaksi juga dapat terjadi ketika seorang siswa akan membantu siswa lain dan saling memberikan bantuan untuk sukses sebagai anggota kalompok. Interaksi juga akan tercipta dalam hal tukar-menukar ide tantang masalah yang dipelajari bersama.

c. Tanggung jawab individual

Tanggung jawab tersebut terlihat ketika membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak hanya sekedar “membonceng” hasil

kerja teman sekelompoknya. Menurut Lie (2010:33) unsur tanggung jawab individual ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama saling ketergantungan antarsiswa yang positif. Apabila setiap siswa merasa bertanggung jawab maka akan melalukan hal yang terbaik untuk kelompoknya. Agar siswa mampu memiliki tanggung jawab individual, guru yang efektif dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif akan membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa (Lie, 2010:33). Sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas dalam kelompok bias dilaksanakan.

d. Komunikasi antar anggota

Dalam unsur ini juga menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi (Lie, 2010:34). Sebaiknya guru sebelum menugaskan siswa dalam kelompok perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak setiap siswa memiliki keahlian dalam mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada ketersediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapat (Lie, 2010:33). Adanya keterampilan interpersonal dan kelompok kecil yang diperlukan ketika mendapatkan tugas mempelajari materi secara mandiri serta ketika berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya dan bagaimana sikap siswa sebagai anggota kelompok dalam menyampaikan ide dalam kelompok. e. Belajar kelompok tidak akan berlangsung tanpa adanya proses kelompok

Proses kelompok ini terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan cara mereka mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Menurut Lie (2010:35) guru juga perlu membuat jadwal khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Riyanto (2009:269-270) yaitu pertama, dalam pembelajaran kooperatif mengambangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat. Kedua, saling ketergantungan positif antar

individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan). Ketiga, dalam pembelajaran kooperatif terdapat tanggung jawab secara individu. Keempat, temu muka dalam proses pembelajaran. Kelima, komunikasi antar anggota kelompok. Dan keenam, evaluasi proses pembelajaran dilakukan secara kelompok.

Hal senada juga diutarakan oleh Rusman (2010:207) bahwa terdapat karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus membuat seluruh anggota berkemauan untuk belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu: (a) Sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, (b) Sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan efektif, (c) Sebagai kontrol, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non-tes.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Ketrampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Selain beberapa ciri pembelajaran kooperatif tersebut, terdapat beberapa ciri lain, yaitu dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok secara koopertif untuk menuntaskan materi belajarnya; kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; apabila mungkin anggota kelompok dapat berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda; dan penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu (Rusman, 2010:208-209). Hal senada juga diungkapkan oleh Riyanto (2009:270) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu, kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah; siswa dalam kelompok sehidup semati; siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama; evaluasi untuk semua; berbagi kepemimpinan dan ketrampilan untuk bekerja sama; dan diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.

Dari beberapa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri sebuah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan anggota yang heterogen. Dimana didalam kelompok tersebut terdapat suatu sikap bekerja sama dan ada keterlibatan antar anggota kelompok dengan tujuan mencapai hasil belajar yang optimal. Setiap anggota kelompok saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.

2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat empat langkah kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut (Taniredja, dkk, 2011:61-62):

a. Orientasi

Kegiatan diawali dengan orientasi untuk memhamai dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana pembelajarannya. Guru dapat mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan untuk dikuasai oleh siswa.

b. Kerja kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat berbentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan yang telah dipersiapkan oleh guru.

c. Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan siswa telah mampu memahami topic/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap topik atau masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

d. Penghargaan kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih skor dasar dengan skor tes individual, kemudian menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat siswa didalam kelompok dan dicari rata-ratanya. Selanjutnya, melalui skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok.

Hal senada juga dijelaskan oleh Sthal dalam Taniredja, dkk (2011:63-64) langkah-langkah pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Guru merancang rencana program pembelajaran.

b. Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lambar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar.

c. Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun sikap dan perilaku siswa selama kegiatan berlangsung.

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw II

Dokumen terkait