• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) PIPIH NURPARIDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) PIPIH NURPARIDAH"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA

PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

PIPIH NURPARIDAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Pertanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015 Pipih Nurparidah NIM A34110044

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

(4)
(5)

5

ABSTRAK

PIPIH NURPARIDAH. Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Pertanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Dibimbing Oleh I Wayan Winasa.

Hama Lamprosema indicata, Longitarsus suturellinus, dan Nezara viridula merupakan hama penting pada pertanaman kedelai, dan dapat menurunkan produksi bila populasinya tinggi. Untuk mengendalikan hama ini diperlukan informasi tentang perkembangan populasi dari tiga hama utama pada pertanaman kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi L. indicata, L. suturellinus, dan N. viridula pada pertanaman kedelai. Pengamatan dilakukan pada sepuluh petak pertanaman kedelai berukuran 5 m × 7 m. Pengamatan dilakukan mulai umur tanaman 1sampai 10 minggu setelah tanam (MST). Setiap petak diamati 20 rumpun tanaman yang letaknya menyebar diagonal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerapatan populasi L. indicata mencapai puncaknya pada umur tanaman kedelai 4 MST, L. suturellinus ditemukan 4 MST dengan puncak populasi pada umur kedelai 10 MST, N. viridula ditemukan pada umur kedelai 5 MST dan populasi mencapai puncaknya pada umur kedelai 10 MST.

Kata kunci: kedelai, Lamprosema indicata, Longitarsus suturellinus, Nezara viridula, perkembangan populasi.

(6)

6

ABSTRACT

PIPIH NURPARIDAH. Population Development of Three Major Pests on Soybean Field (Glycine max (L.) Merrill). Supervised by I WAYAN WINASA.

Lamprosema indicata, Longitarsus suturellinus and Nezara viridula are an important pest on soybean field that can reduce the production when its population is high. To control this pests require the information about the population development of three major pests on soybean field. The aim of this study is to know population development of L. indicata, L. suturellinus, and N.

viridulla on soybean field. The observation were made on 10 plots of land

measuring 5 m x 7 m. The observation were begin at 1 until 10 week after planting (WAP). Each plot were observed on 20 clumps of plants with diagonal spread. The results showed that the population density of L. indicata is the highest when soybean plant on 4 WAP. L. suturellinus found on the 4 WAP with the highest population on 10 WAP. N. viridula found 5 WAP with the highest population on 10 WAP.

Keyword: Lamprosema indicata, Longitarsus suturellinus, Nezara viridula, population development, soybean field.

(7)

7

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(8)
(9)

9

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA

PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

PIPIH NURPARIDAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)
(12)

12

PRAKATA

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Pertanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill”, yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Dr. Ir. I Wayan Winasa, MSi selaku dosen pembimbing, Fitrianingrum K, SP, MSi, selaku dosen penguji tamu, Dr. Ir. Purnama Hidayat, MSc selaku dosen pembimbing akademik, Bapak dan ibu dosen, serta seluruh civitas akademi Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan ilmu, arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran selama penulis mengikuti proses pembelajaran sampai penyusunan tugas akhir. Teman-teman angkatan 48 yang telah banyak memberikan bantuan, arahan, motivasi, dan kerjasama selama penulis mengikuti proses pembelajaran di Departemen Proteksi Tanaman.

Penulis ucapkan terimakasih kepada Ayahanda Muhtar, Ibunda Juhriah, kakak-kakak tercinta, dan keponakan-keponakan (Imanda, Nafis Nafilah, Mahya Ainun) yang selalu menjadi penyemangat, serta seluruh keluarga besar yang telah mencurahkan tenaga pikiran, dan doa untuk penulis. Terimakasih kepada Rafillah (Umi Khasanah, Ana Jannati, Ida Mafaza, Ulfah Sarifah, Wilda Karima Husna), teman-teman satu lingkaran (Mba Eli, Irwina Eka, Monicha Septia Harni, Ulfah, Hafiza Nahlunissa, Eva Yanti, Farah Nurahmah, Fatimah, Zahrina, Widia Ayu) yang telah memberikan masukan, doa, dan bantuan selama penulis studi di Institut Pertanian Bogor.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, November 2015 Pipih Nurparidah

(13)

13

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

BAHAN DAN METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Metode Penelitian 4

Tanaman kedelai 4

Penentuan tanaman contoh dan pengamatan hama 5

Pengolahan Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Perkembangan Populasi Lamprosema indicata 9 Perkembangan Populasi Longitarsus suturellinus 10 Perkembangan Populasi Nezara viridula 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 16

(14)

14

DAFTAR GAMBAR

1 Penentuan tanaman contoh pada petak pengamatan kedelai 4 2 Perkembangan populasi larva L. indicata pada pertanaman kedelai 6 3 Perkembangan intensitas serangan L. indicata pada pertanaman kedelai 7 4 Berbagai gejala serangan larva L. indicata pada tanaman kedelai 8 5 Berbagai stadia perkembangan L. indicata pada tanaman kedelai 8 6 Perkembangan populasi imago L. suturellinus pada pertanaman kedelai 9 7 Berbagai gejala serangan L. suturellinus pada tanaman kedelai 10 8 Perkembangan populasi pengisap polong N. viridula pada pertanaman

kedelai 11

9 Berbagai gejala yang disebabkan N. viridula 11 10 Berbagai stadia N. viridula pada tanaman kedelai 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Populasi tiga hama utama pada pertanaman kedelai 16 2 Populasi musuh alami pada pertanaman kedelai 16

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang berguna bagi kesehatan manusia. Kedelai dapat diolah menjadi berbagai bahan makanan antara lain tauge, susu kedelai, kembang tahu, tahu, kecap, tauco, oncom, tempe, dan kedelai bubuk (Hermana 1985). Kedelai hasil olahan pada umumnya merupakan makanan bernilai gizi baik dan harganya tidak terlalu mahal, sehingga berperan penting dalam peningkatan gizi masyarakat. Menurut BPS (2015), produksi kedelai di Indonesia tahun 2012 sebesar 843 153 ton, 2013 sebesar 779 992 ton, dan 2014 sebesar 954 997 ton. Produksi kedelai dari tahun 2012 sampai 2014 mengalami fluktuasi karena berbagai faktor seperti musim tanam yang tidak tepat, kualitas benih rendah dan adanya gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman kedelai salah satunya yaitu hama (Marwoto 2007).

Menurut Tengkano dan Soehardjan (1985), tanaman kedelai dapat diserang oleh berbagai jenis hama dan sering menimbulkan kerugian diantaranya penggulung daun Lamprosema indicata Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae) yang menyerang pada fase vegetatif dan Nezara viridula Linnaeus (Hemiptera: Pentatomidae) yang menyerang pada fase generatif. Beberapa tahun terakhir ditemukan kumbang Longitarsus suturellinus Caiki (Coleoptera: Chrysomelidae) menyerang tanaman kedelai.

L. indicata menyebabkan kerusakan pada stadia larva. Larva L. indicata menyebabkan kerusakan pada daun dengan cara melipat dan menggulung daun. Larva berada di dalam gulungan daun. Larva makan dari dalam gulungan daun dan menyisakan tulang daun (Kalshoven 1981). Menurut Marwoto (2015), kehilangan hasil akibat serangan hama L. indicata dengan kerusakan pada daun kedelai yang cukup parah dapat mencapai 80% bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian.

Imago L. indicata memiliki warna sayap coklat muda dengan garis hitam yang miring serta bergelombang (Biswas et al. 2001). Siklus hidup L indicata adalah 25 hari dan kemampuan imago betina meletakan telur 280 butir (CAB Internasional 2007). Imago dari serangga ini merupakan ngengat yang berukuran ramping dengan tungkai yang relatif panjang (Pranyoto 1980). Ngengat betina dengan lebar rentangan sayap sekitar 20 mm. Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada daun-daun muda, dalam setiap kelompok terdiri dari 2 sampai 5 butir telur. Larva yang baru menetas berwarna hijau, licin, transparan dan agak mengkilap serta pada bagian toraks terdapat bintik hitam (Marwoto 2015). Larva berbentuk bulat panjang bila dilihat dari atas dan dari samping (Pranyoto 1980). Panjang larva instar akhir mencapai 16 sampai 18 mm. Larva L. indicata terdiri dari 6 instar dengan lama stadium larva 12 sampai 15 hari (Biswas dan Islam 2012). Pupa berada di dalam gulungan daun, dengan warna pupa coklat. Musuh alami L. indicata yaitu parasitoid larva Carceliella octava Bar. (Diptera: Tachinidae), Apanteles inquisitor (Hymenoptera: Braconidae), Elasmus phipinensis (Hymenoptera: Eulophidae). Predator L. indicata yaitu Chlaenius

(16)

2

bimaculatus dan Chlaenius flaviguttatus (Coleoptera: Carabidae) (Kalshoven 1981).

L. suturellinus menyerang Crotalaria dan tanaman kacang-kacangan (CAB Internasional 2007). L. suturellinus merupakan hama yang pertama kali ditemukan di Sri Lanka, stadia imago merupakan stadia yang dapat merusak kedelai. L. suturellinus merupakan hama pada kedelai yang sangat umum di jawa. Gejala yang disebabkan L. suturellinus adalah kerusakan pada kotiledon, daun yang masih muda dan tunas bibit yang akhirnya tanaman mati. L. suturellinus memiliki bentuk tubuh agak ramping, dengan panjang 2.5 mm, elitra berwarna kuning dengan jalinan warna hitam. Larva L. suturellinus hidup di dalam tanah, sejauh ini tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman (Kalshoven 1981).

N. viridula dari famili Pentatomidae, merupakan salah satu hama yang sangat penting di dunia. Hama ini termasuk kosmopolit dan polifag (Todd 1989). Siklus hidup N. viridula 31 sampai 76 hari (Gonzalez dan Ferrero 2008). N. viridula imago berukuran panjang 16 mm. Kemampuan imago betina bertelur rata-rata berkisar antara 100 sampai 250 butir. Biologi N. viridula sangat bervariasi, ditentukan oleh tanaman inang dan keadaan iklim (Singh dan Emden 1979). Bentuk tubuh bulat panjang dan ukuran tubuh imago jantan lebih kecil dari imago betina (Tarigan 1983). Imago N. viridula maupun nimfa menyerang polong kedelai dengan cara menusuk dan menghisap. Serangan berat pada polong dapat menyebabkan biji berkerut, serangan ringan ditandai dengan adanya bintik-bintik hitam bekas tusukan pada biji (Jensen dan Newson 1972). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan N. viridula bisa mencapai 80%, apabila populasinya sangat tinggi (Correra dan Azevedo 2002).

N. viridula menyerang kedelai pada fase generatif, karena hama ini termasuk hama pengisap polong. Menurut Kalshoven (1981), N. viridula merupakan salah satu spesies hama penting tanaman kedelai di Indonesia. N. viridula imago maupun nimfa menusuk polong kedelai dan menghisap cairan biji yang mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas komoditi tersebut. N. viridula mulai menghisap polong dari stadia nimfa instar 2 sampai imago (Tarigan 1983).

N. viridula perkembangan nimfanya melalui lima instar. Imago betina N. viridula meletakan telur secara berkelompok, dengan bentuk telur seperti drum, bagian atas rata dan bagian bawah sedikit cembung. Warna tubuh imago betina dan jantan relatif sama yaitu hijau terang (Tarigan 1983). Musuh alami N. viridula Ooencyrtus malayensis dan Telenomus sp., kedeua spesis tersebut merupakan parasitoid telur (Kalshoven 1981). Pengendalian N. viridula selain menggunakan parasitoid telur, bisa menggunakan cendawan entomopatogen Beauveria bassiana. Cendawan entomopatogen Beauveria bassiana mampu menginfeksi telur N. viridula sehingga telur yang terinfeksi tidak mampu menetas. Semakin muda umur telur N. viridula semakin rentan terhadap infeksi cendawan B. bassiana. Telur yang baru diletakkan imago (0 hari) sangat rentan terhadap infeksi B. bassiana karena tidak mampu menetas hingga mencapai 96%, sedangkan kontrol yang tidak mampu menetas hanya 1% B. bassiana juga mampu menginfeksi stadia nimfa N. viridula. Nimfa instar I dan II lebih rentan terhadap infeksi B. bassiana dibandingkan instar III, IV maupun instar V dengan mortalitas masing-masing 86% dan 69% (Prayogo 2013).

(17)

3 Kerusakan tanaman kedelai akibat serangan L. indicata, L. suturellinus, dan N. viridula dapat menyebabkan penurunan produksi kedelai, terutama bila tingkat serangannya sangat tinggi. Petani sering menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama tersebut, tetapi petani sering terlambat dalam melakukan tindakan pengendalian menggunakan insektisida, karena tidak memahami waktu yang tepat untuk melakukan pengendalian berdasarkan kemunculan dan meningkatnya populasi hama di lapangan.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi hama penggulung daun L. indicata, L. suturellinus, dan pengisap polong N. viridula pada pertanaman kedelai.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perkembangan populasi hama penggulung daun L. indicata, L. suturellinus dan pengisap polong N. viridula pada pertanaman kedelai. Informasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan waktu pengendalian yang tepat.

(18)

4

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada pertanaman kedelai di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Identifikasi hama dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Mei 2015.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah pertanaman kedelai, alkohol 70%, ajir bambu, kertas label, kamera, mikroskop, lampu, alat tulis, dan kantong plastik.

Metode Penelitian Tanaman Kedelai

Luas lahan pertanaman kedelai yang digunakan sebagai tempat pengamatan seluas 350 m2, terdiri dari 10 petak dengan ukuran setiap petak 5 m x 7 m. Lahan diolah menggunakan cangkul, gulmanya dibersihkan, kemudian tanahnya digemburkan dan diratakan. Lahan yang sudah diolah dibiarkan selama satu minggu sebelum ditanami. Benih ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 40 cm. Benih yang digunakan adalah varietas Grobogan. Penanaman benih dilakukan dengan cara membuat lubang dengan menggunakan tugal, kemudian satu lubang dimasukkan benih sebanyak 2 sampai 3 biji. Pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan dan penyiangan. Pemupukan menggunakan Phonska sebanyak 10 kg untuk luas lahan 350 m2. Pemupukan diberikan pada umur tanaman 24 hari setelah tanam (HST). Penyiangan dilakukan pada umur tanaman 32 HST.

Penentuan Tanaman Contoh dan Pengamatan Hama

Gambar 1 Penentuan tanaman contoh pada petak pengamatan kedelai di Kelurahan Situgede

Lahan dengan luas 350 m2 dibagi menjadi 10 petak. Setiap petak contoh diamati 20 rumpun tanaman, sehingga jumlah tanaman contoh yang diamati sebanyak 200 rumpun tanaman. Tanaman contoh yang diamati dalam petak

(19)

5 pengamatan letaknya menyebar secara diagonal (Gambar 1), satu garis diagonal terdiri dari 10 rumpun tanaman kedelai.

Pengamatan L. indicata dilakukan pada umur tanaman 1 sampai 10 MST dengan interval pengamatan satu minggu. Pengamatan dilakukan secara langsung pada seluruh tajuk tanaman contoh. Parameter yang diamati yaitu populasi larva dan intensitas serangan atau persen daun terserang. Populasi larva diamati dengan menghitung larva yang terdapat dalam gulungan daun pada tanaman contoh. Larva yang ada di dalam gulungan daun dilihat tanpa merusak gulungan daunnya. Intensitas serangan atau persen daun terserang L. indicata pada tanaman kedelai dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

% daun terserang =

Pengamatan L. suturellinus dilakukan secara langsung dengan menghitung populasi imago pada rumpun tanaman contoh. Pengamatan dilakukan mulai umur 1 MST sampai 10 MST dengan interval satu minggu satu kali.

Pengamatan N. viridula dilakukan pada umur tanaman 1 sampai 10 MST dengan interval satu minggu. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan cara menghitung populasi nimfa dan imago per rumpun tanaman contoh. Pengamatan intensitas serangan N. viridula pada polong kedelai dilakukan dengan menghitung jumlah polong terserang pada rumpun tanaman contoh dengan menggunakan rumus berikut:

% polong terserang =

Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diolah menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excell 2007. Data disajikan dalam bentuk grafik.

(20)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Populasi Lamprosema indicata

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa L. indicata mulai ditemukan pada tanaman kedelai umur 2 MST. Larva instar 1 dan 2 ditemukan di dalam gulungan daun khususnya pada daun tunggal yang masih muda, dengan gejala hanya sebagian daun dilipat. Larva instar 3 dan 4 ditemukan di dalam gulungan daun yang dibuat dari 2 sampai 3 daun trifoliat yang dijalin, larva berwarna hijau agak mengkilap dengan kepala berwarna kekuning-kuningan. Larva instar akhir ditemukan di dalam gulungan daun, dengan ukuran gulungan lebih besar yang dibuat dari jalinan beberapa daun trifoliat, larva instar akhir berukuran panjang sekitar 20 mm. Larva instar akhir berpindah dari daun yang sudah rusak ke daun yang masih utuh untuk membentuk pupa. Pupa berwarna cokelat berada di dalam gulungan daun. Larva L. indicata terdiri dari 6 instar dengan stadium larva 12 sampai 15 hari (Biswas dan Islam 2012).

Kerapatan populasi larva L. indicata mulai meningkat pada umur tanaman 3 MST dengan jumlah larva 61 ekor per 200 rumpun tanaman. Populasi L. indicata mencapai puncaknya pada umur tanaman 4 MST dengan jumlah larva 142 ekor per 200 rumpun tanaman (Gambar 2). Meningkatnya populasi larva berkaitan dengan tersedianya daun muda sebagai sumber makanan larva sehingga populasi larva meningkat pada fese vegetatif awal.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumla h larv a L. indic ata (ekor per 200 rumpun tana man) Umur Tanaman (MST) L. indicata

Gambar 2 Perkembangan populasi larva penggulung daun L. indicata pada pertanaman kedelai

Penelitian Harun (1986), menunjukkan populasi L. indicata mengalami peningkatan pada umur kedelai 29 sampai 39 HST. Peningkatan populasi L. indicata dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya populasi musuh

(21)

7 alami. Musuh alami L. indicata yaitu parasitoid larva C. octava, A. inquisitor, E. phipinensis. Predator L. indicata yaitu C. bimaculatus dan C. flaviguttatus (Kalshoven 1981). Populasi L. indicata mengalami penurunan pada umur tanaman 5 MST. Populasi penggulung daun terendah pada umur tanaman 7 MST, yaitu jumlah larva 2 ekor per 200 rumpun tanaman. Siklus hidup L indicata adalah 25 hari (CAB Internasional 2007).

Penurunan populasi larva L. indicata pada 6 dan 7 MST karena sebagian larva telah menjadi pupa atau imago, serta berkurangnya daun muda pada tanaman kedelai. Menurut Marwoto (2015), imago L. indicata meletakkan telur pada daun kedelai yang masih muda. Tanaman lain yang dapat menjadi inang alternatif L. indicata adalah kacang hijau, kacang tolo, kacang panjang, Calopogonium sp., dan kacang tanah (Kalshoven 1981). Tanaman di sekitar lahan pengamatan sebelah utara terdapat tanaman kacang panjang, sebelah timur tanaman kedelai sehingga dimungkinkan imago L. indicata meletakkan telur pada daun muda kacang panjang dan kedelai tersebut. Populasi larva L. indicata meningkat kembali pada 8 MST karena sebagian telur yang telah diletakkan imago menetas menjadi larva, walaupun jumlahnya sudah sangat berkurang.

0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D au n t er se ran g (% p er 2 0 0 r u mp u n t an aman ) Umur Tanaman (MST) daun terserang

Gambar 3 Perkembangan intensitas serangan L. indicata pada pertanaman kedelai Kerusakan pada daun merupakan proses awal penurunan produksi, karena secara fisiologis daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis untuk menghasilkan bahan pembentuk biji kedelai. Menurut Tengkano dan Soehardjan (1985), L. indicata merupakan hama penting yang merusak daun pertanaman kedelai pada umur 31 sampai 50 HST, kerusakan daun pada fase ini menyebabkan fotosintesis tidak berlangsung normal, sehingga pengisian biji tidak berlangsung sempurna.

Hasil pengamatan persentase daun terserang larva L. indicata paling tinggi pada 4 MST sebesar 5% (Gambar 3). Hal ini tidak menyebabkan kerugian yang tinggi. Menurut Tengkano dan Soehardjan (1985), kehilangan daun yang berlangsung sejak umur 37 dan 44 HST atau sejak umur 51 dan 58 HST, menurunkan hasil sebesar 4.3; 8.7; 13.0; dan 17.3% berturut-turut untuk kerusakan daun sebesar 12.5; 25.0; 37.5; dan 50.0%. Hubungan populasi L.

(22)

8

indicata dengan persen daun terserang (intensitas serangan) berbanding lurus yaitu, populasi puncak L. indicata pada umur tanaman 4 MST diikuti persen daun terserang tertinggi pada umur yang sama yaitu 4 MST. Populasi larva rendah pada 7 sampai 10 MST, begitu juga persen daun terserang pada umur 7 sampai 10 MST.

Gejala serangan L. indicata yang terlihat yaitu, daun melipat, sedikit berkerut, dan ini merupakan gejala awal (Gambar 4a). Gejala lain yaitu antara daun-daun terjalin kemudian tergulung menjadi satu (Gambar 4b). Bila gulungan dibuka, akan dijumpai ulat atau kotorannya yang berwarna coklat hitam. Gejala serangan yang sudah parah, daun menjadi berlubang hanya tulang daun yang tersisa Gambar (4c).

Gambar 4 Berbagai gejala serangan larva L. indicata pada tanaman kedelai: (a) gejala serangan larva instar awal, (b) gejala serangan larva instar akhir (c), gejala serangan berat

Larva L. indicata berada pada lipatan daun dan larva tersebut memakan dari bagian dalam daun. Daun yang bergejala dibuka, didalamnya terdapat larva yang berwarna hijau muda transparan dan di dalam lipatan daun terdapat kotoran larva tersebut (Gambar 5a).

Gambar 5 Berbagai stadia perkembangan L. indicata pada tanaman kedelai: (a) stadia larva, (b) stadia pupa, (c) imago

a b c

a b

Sumber : CABI 2007 sumber CABI 2007 c

(23)

9 Menurut Marwoto (2015), larva L. indicata membentuk gulungan daun dengan merekatkan daun yang satu dengan yang lainnya dari sisi dalam dengan benang sutera yang dihasilkannya. Pupa terbentuk di dalam gulungan daun (Gambar 5b). Pupa berada dalam lipatan daun dengan jalinan seperti benang-benang putih sebagai perekat daun. Daun yang digulung untuk stadia pupa merupakan daun yang masih utuh. Menurut Pudjianto (1981), waktu stadia pupa sampai menjadi imago berkisar antara enam sampai tujuh hari. Imago berukuran kecil berupa ngengat, warna sayap coklat muda dengan garis hitam miring bergelombang (Gambar 5c).

Perkembangan Populasi Longitarsus suturellinus

L. suturellinus mulai ditemukan pada umur kedelai 4 MST dengan kerapatan populasi masih rendah, hanya 8 ekor per 200 tanaman. Kerapatan populasi terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya umur tanaman kedelai. Umur tanaman pada 10 MST, kerapatan populasi kumbang mencapai 291 ekor per 200 tanaman (Gambar 6). Serangan kumbang pada kedelai umur 4 MST menyebabkan daun-daun muda berlubang sehingga bentuk daun tidak normal.

Menurut Kalshoven (1981), L. suturellinus merupakan hama yang menyebabkan kerusakan pada kotiledon dan daun yang masih muda. Peningkatan populasi L. suturellinus disebabkan oleh tersedianya makanan di lahan pertanaman kedelai. Selain menyerang daun muda, kumbang juga ditemukan menyerang daun tua, bunga dan polong muda. Serangan pada daun tua menyebabkan daun berlubang dan tinggal tulang daunnya saja (Gambar 7a). Serangan pada bunga menyebabkan mahkota bunga berlubang dan pertumbuhan bunga tidak sempurna (Gambar 7b). Serangan pada polong berupa gerigitan pada pangkal polong sehingga menyebabkan polong gugur (Gambar 7c). Secara umum, Gambar 6 Perkembangan populasi imago L. suturellinus pada pertanaman

(24)

10

kerusakan yang disebabkan oleh L. suturellinus pada tanaman kedelai tidak berat tetapi populasinya cukup tinggi dan menyerang beberapa bagian penting dari tanaman kedelai.

Gambar 7 Berbagai gejala serangan Longitarsus suturellinus pada tanaman kedelai: (a) pada daun, (b) pada bunga, (c) pada polong

Perkembangan Populasi Nezara viridula

Hasil pengamatan N. viridula pada pertanaman kedelai yang dilakukan pada fase generatif. Stadia N. viridula yang diamati adalah stadia nimfa dan imago. N. viridula mulai ditemukan di lahan pertanaman kedelai pada umur tanaman 5 MST, namun pada umur 6 MST tidak ditemukan (Gambar 8). Umur tanaman 5 MST merupakan fase awal berbunga. Umur 7 MST populasi imago yang ditemukan meningkat menjadi 34 ekor per 200 rumpun tanaman dan pada saat itu tanaman sudah mulai memasuki fase pembentukan polong. Populasi imago pada umur tanaman 8 MST ditemukan meningkat 48 ekor per 200 rumpun tanaman. Umur tanaman 9 MST selain imago mulai ditemukan nimfa dan sebagian besar nimfa masih instar awal dan hidupnya masih berkelompok pada tanaman di sekitar telur diletakkan. Umur tanaman 9 MST sudah memasuki fase pengisian polong.

Populasi N. viridula pada umur 10 MST meningkat drastis mencapai 208 ekor per 200 rumpun tanaman dengan dominasi populasi nimfa kecil dan nimfa besar (Gambar 8). Umur tanaman 10 MST merupakan saat polong kedelai sudah berisi dan siap untuk dipanen sebagai kedelai rebus. Imago N. viridula yang datang ke pertanaman setelah tanaman mulai membentuk polong diikuti dengan peletakkan telur. Stadium telur 6 hari, stadium nimfa instar 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 4, 3, 4, 5, dan 8 hari. Lama hidup imago berkisar antara 5 sampai 47 hari (Puslitbangtan 1990). Periode pengisian biji merupakan periode paling kritis dalam masa pertumbuhan kedelai. Gangguan pada periode ini akan berakibat berkurangnya hasil (Hidajat 1985).

Perkembangan populasi N. viridula yang mengalami peningkatan drastis pada umur 10 MST disebabkan sebagian besar telur yang diletakkan imago yang datang pada umur 7 dan 8 MST berhasil menetas menjadi nimfa. Musuh alami N. viridula yaitu parasitoid telur Ooencyrtus malayensis dan Telenomus sp. (Kalshoven 1981). Menurut Kalshoven (1981), N. viridula tergolong serangga

(25)

11 polifag selain kedelai juga mempunyai inang alternatif lainnya yaitu padi, tembakau, jagung, kentang, dan kapas.

0 50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ju ml ah N . vi ri d u la (e k o r p er 200 ru mp u n t an aman ) Umur Tanaman (MST) N. viridula

Gambar 8 Perkembangan populasi hama pengisap polong N. viridula pada pertanaman kedelai

Serangan pada fase pertumbuhan polong dan pembentukan serta perkembangan biji menyebabkan biji dan polong hampa kemudian mengering (Gambar 9a). Serangan pada polong muda menyebabkan polong mengerut dan sering kali menyebabkan polong gugur (Gambar 9b). Serangan pada fase pengisian biji menyebabkan biji hitam dan busuk, dan serangan pada polong tua dan biji- bijinya telah mengisi penuh menyebabkan kualitas biji turun oleh adanya bintik- bintik hitam pada biji atau kulit biji menjadi keriput (Tengkano dan Soehardjan 1985).

Gambar 9 Berbagai gejala yang disebabkan N. viridula: (a) polong hampa dan mengering, (b) polong mengkerut

Telur N. viridula berbentuk tabung dengan bagian bawah lonjong, terlihat seperti drum. Telur ditemukan pada polong kedelai (Gambar 10a). N. viridula stadia nimfa instar awal ditemukan bergerombol, lalu nimfa instar 4 tersebar ke tanaman lain (Gambar 10b). Nimfa N. viridula pada berbagai instar mempunyai

(26)

12

warna yang berbeda. N. viridula pada pagi hari berada di permukaan daun bagian atas (Gambar 10c), sedangkan pada siang hari berada di sekitar polong karena akan mengisap polong. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup berkisar antara 31 sampai 76 hari (Gonzalez dan Ferrero 2008). Kemampuan imago betina bertelur rata-rata berkisar antara 100 sampai 250 butir. Biologi N. viridula sangat bervariasi, ditentukan oleh tanaman inang dan keadaan iklim (Singh dan Emden 1979).

Gambar 10 Berbagai stadia N. viridula pada tanaman kedelai: (a) Telur, (b) Nimfa, (c) Imago

Intensitas serangan N. viridula pada polong berdasarkan hasil pengamatan relatif rendah, yaitu 10.09%. Umur suatu varietas kedelai berpengaruh terhadap intensitas serangan N. viridula di lapangan. Varietas Grobogan memiliki umur genjah dengan masa panen polong masak kurang lebih 76 hari. Menurut Suhartina (2008), penanaman kedelai umur genjah seperti varietas Grobogan, Malabar, dan Tidar dengan umur panen 74 sampai 78 hari dapat menekan kerusakan yang disebabkan oleh N. viridula. Penanaman kedelai umur genjah merupakan salah satu usaha untuk memperpendek masa tanaman terserang hama.

(27)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

L. indicata mulai ditemukan pada fase awal pertumbuhan kedelai dan mencapai puncak populasi pada umur tanaman 4 MST. L. suturellinus mulai ditemukan pada umur tanaman kedelai 4 MST dan mencapai puncak populasi pada umur tanaman 10 MST. Kumbang ini mampu menyerang pucuk, daun muda, bunga dan polong kedelai. Imago N. viridula mulai datang pada pertanaman kedelai setelah tanaman mulai berbunga dan pengisian polong, mencapai puncak populasi pada umur kedelai 10 MST dengan dominasi populasi adalah nimfa.

Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh serangan hama L. indicata, L. suturellinus, dan N.viridula dikaitkan dengan perkembangan populasi musuh alaminya pada pertanaman kedelai pada lokasi dan musim tanam yang berbeda-beda untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap sebagai dasar untuk menyusun strategi pengendalian.

(28)

14

DAFTAR PUSTAKA

Biswas GC, Hossain MM, Majumder UK. 2001. Screening of some soybean entries against leafroller (Lamprosema indicata F.). Bangladesh J Agril Res. 26(2):295-300.

Biswas GC, Islam R. 2012. Infestation and management of the leaf roller (Lamprosema indicata Fab.) in soybean (Glycine max L.). Bangladesh J Agril Res. 37(1):19-25.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Luas panen, produktivitas dan produksi kedelai 2010-2014 [Internet]. [diunduh 14 Februari 2015]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

[CABI] Commonwealth Agricultural Bureaux International. 2007. Crop Protection Compendium. Wallingford (UK): CAB International.

Correra FBS, Azevedo J. 2002. Soybean seed damage by differents species of stink bugs. Forest Entomol. 4:145-152.

Gonzalez JOW, Ferrero AA. 2008. Table of life and fecundity by Nezara viridula var. Smaragdula (Hemiptera: Pentatomidae) feed on Phaseolus vulgaris L. (Fabaceae) fruits. IDESIA. 26(1):9-13.

Harun J. 1986. Pengamatan populasi ulat penggulung daun kedelai (Lamprosema indicata F.) di Desa Sukajadi Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hermana. 1985. Pengolahan kedelai menjadi berbagai bahan makanan. Di dalam: Somaatmadja S, Ismunadji M, Sumarno, Syam M, Manurung SO, Yuswadi, editor. Kedelai. Bogor: Puslitbangtan. hlm 295-318.

Hidajat OO. 1985. Morfologi tanaman kedelai. Di dalam: Somaatmadja S, Ismunadji M, Sumarno, Syam M, Manurung SO, Yuswadi, editor. Kedelai. Bogor: Puslitbangtan. hlm 73-86.

Jensen RL, Newson LD. 1972. Effect of stink bug damaged seed on germination, emergence and yield. J Econ Entomol. 65:261-264. DOI: 10.1093/JEE/65.1 1.261.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. PA van der Laan, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Marwoto. 2007. Dukungan pengendalian hama terpadu dalam program bangkit ke delai. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 2 (1):79-92.

Marwoto. 2015. Hama penggulung daun pada tanaman kedelai. Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi [Internet]. 09:54; 13:21 [diunduh 2015 agu 05]. Tersedia pada: http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/kilas-litbang/1794-hama-penggulung-daun-pada-tanaman-kedelai.html.

Pranyoto S. 1980. Biologi Hama penggulung daun, Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) pada kedelai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prayogo Y. 2013. Efikasi cendawan entomopatogen Beauveria bassiana Bals. terhadapkepik hijau (Nezaraviridula L.). Jurnal HPT Tropika. 13(1):75-86. Pudjianto. 1981. Pengaruh beberapa tanaman kacang-kacangan terhadap

keperidian Lamprosema indicata F. (Lepidoptera: Pyralidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

15 [Puslitbangtan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1990. Petunjuk bergambar untuk identifikasi hama dan penyakit kedelai di Indonesia. Bogor.

Singh RS, Emden HFV. 1979. Insect pests of grain legumes. Annu Rev Entomol. 24:255-78. DOI: 10.1146/ANNUREV.EN.24.010179.001351.

Suhartina. 2008. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi- umbian. Malang: Balitkabi. Hlm 1-154.

Tarigan YR. 1983. Biologi Nezara viridula Linnaeus (Pentatomidae: Hemiptera) pada biji kedelai, kacang merah dan polong kecipir [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tengkano W, Soehardjan M. 1985. Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. Di dalam: Somaatmadja S, Ismunadji M, Sumarno, Syam M, Manurung SO, Yuswadi, editor. Kedelai. Bogor: Puslitbangtan. hlm 295-318.

Todd JW. 1989. Ecology and behaviour of Nezara viridula. Annu Rev Entomol. 34:273-292. DOI:10.1146/ANNUREV.EN.34.010189.001421.

(30)

16

LAMPIRAN

Tabel 1 Populasi tiga hama utama pada pertanaman kedelai

Hama Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nezara viridula 0 0 0 0 3 0 34 48 76 208 L. indicate 0 11 61 142 33 4 2 19 12 2 Longitarsus suturellinus 0 0 0 8 14 34 144 198 168 291

Tabel 2 Populasi musuh alami pada pertanaman kedelai

Musuh Alami Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Coccinelidae 0 0 3 8 0 1 5 2 3 0

Paederus 0 2 1 3 5 10 25 16 7 0

(31)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Tasikmalaya pada tanggal 9 September 1992 dari pasangan Bapak Muhtar dan Ibu Juhriah. Penulis merupakan putri ke empat dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 8 Tasikmalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama setelah lulus diterima di kampus rakyat Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan dengan mayor Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Penulis selama kuliah mendapatkan beasiswa Bidik Misi periode 2011-2015 (angkatan ke-2).

Pengalaman organisasi penulis sebagai staf departemen Advokasi dan Kesejahtraan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas pertanian tahun 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis aktif dikepanitian kampus sebagai Medis di Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru angkatan 49, sebagai PJK (penanggung jawab kelompok) dikepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas angkatan 49dan anggota divisi Dana Usaha dikepanitiaan Open House 49. Kegiatan diluar kampus yang pernah penulis ikuti sebagai peserta IPB Goes To Field tahun 2013, dan pengajar sekolah Bintang.

Gambar

Gambar 3  Perkembangan intensitas serangan L. indicata pada pertanaman kedelai  Kerusakan  pada  daun  merupakan  proses  awal  penurunan  produksi,  karena  secara  fisiologis  daun  merupakan  tempat  terjadinya  fotosintesis  untuk  menghasilkan  bahan
Gambar  4    Berbagai  gejala  serangan  larva  L.  indicata  pada  tanaman  kedelai:  (a)  gejala serangan larva instar awal, (b) gejala serangan larva instar akhir  (c), gejala serangan berat
Gambar  7    Berbagai  gejala  serangan  Longitarsus  suturellinus  pada  tanaman    kedelai: (a) pada daun, (b) pada bunga, (c) pada polong
Gambar  8    Perkembangan  populasi  hama  pengisap  polong  N.  viridula  pada    pertanaman kedelai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dapat digunakan untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE), yang memiliki input-output yang relatif sama,

Jenis Data Sig. Ini artinya siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan komunikasi yang berbeda. Dengan demikian, penelitian ini menunjukan

Kondisi sosial masyarakat Jerman yang tercermin dalam drama Woyzeck karya Georg Büchner, antara lain (1) Penindasan, pemerintahan absolut yang menindas rakyat

Erizainak lana egiten duen lekuan bularreko minbizia duten emakumeen elkarteak dauden aztertu beharko du eta elkarte horiek eskaintzen dituzten laguntza-programa

Pemerintah Pusat dan Provinsi, Kabupaten Kota sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengendalikan wabah COVID-19 ini agar masyarakat tidak terjangkit.  Namun,

H0 = Tidak terdapat aktivitas hepatoprotektif dari pemberian ekstrak kurma ruthab ( Phoenix dactylifera ) terhadap sayatan histologi hepar mencit ( Mus musculus )

menggunakan software design expert dengan metode simplex latice design pada kekerasan dan waktu hancur tablet sebagai parameter kritisnya didapatkan hasil formula

Pembelajaran mengenal lambang bilangan di TK menurut Sriningsih (2008: 120) yaitu untuk mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan operasinya melalui proses