• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI ANJING SEBAGAI PENULAR RABIES DI DKI JAKARTA, BEKASI, DAN KARAWANG, Salma Maroef *) '4B STRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPADATAN POPULASI ANJING SEBAGAI PENULAR RABIES DI DKI JAKARTA, BEKASI, DAN KARAWANG, Salma Maroef *) '4B STRACT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI ANJING SEBAGAI PENULAR RABIES DI DKI JAKARTA, BEKASI, DAN KARAWANG, 1986

Salma Maroef *) '4B STRACT

Direct interviews among households in ruml areas as the Districts of Bekasi and Karawang and in trban areas as Central, South, East and North Jakarta have been conducted to know the relationship between dog population and rabies prevalence in the above endemic areas in 1986.

The dog population in every household was also observed since the dog is known as the main trans- m itter o f rab ies

More than two thirds of the households have dogs as pet animals

The percentage o f households who have dogs as pet animals were 77.6% in rural and 75.2% in urban zreas

The average numbers of dogs was is 1.5 and 1.7 per household for ruml and urban families 7spectively.

PENDAH ULUAN

Rabies adalah suatu penyakit lnfeksi yang akut pada mammalia, terutama pada kelompok karnivoral, yang disebabkan , o leh virus neurotropik dengan gej ala lrangsangan susunan saraf pusat diikuti

kelumpuhan dan kematian.

'

*

Binatang mammalia piaraan yang se- ring menj adi masalah sumberl penularan ini adalah anjing. Penularan dapat terjadi melalui gigitan hewan penderita. Virus yang terdapat pada air liur hewan ini ma- suk penderita. Virus yang terdapat pada lair liur hewan ini masuk ke tubuh mang- sanya melalui luka gigitan. Menurut lapor- an Direktorat Jenderal PPM & PLP, pada tahun 1985 ditemukan 1.069 hewan ter-

,

jangkit rabies pada 17 provinsi d i Indone- sia4, di antaranya d i Jawa Barat. Di DKI ,Jakarta tidak dilaporkan adanya rabies

tetapi ia termasuk daerah endemis.' * 2 9 3 * 4 Di daerah bebas rabies, tinggi kepadat-

,an populasi anjing tidaklah merupakan masalah penularan rabies terhadap pendu- duk, tetapi di daerah endemis rabies wa- laupun tingkat endemisitasnya rendah, ke- padatan populasi anjing akan mempenga- ruhi "positivity rate" rabies, yaitu timbul- nya jumlah spesimen positif rabies pada gigitan hewan tersangka rabies.

Dalam rangka memberikan masukan informasi untuk program penanggulangan rabies di Indonesia, maka dilakukan ob- servasi tentang kepadatan populasi anjing d i DKI Jakarta dan Jawa Barat pada ta-

hun 1986 yang dibiayai oleh Badan Pe- nelitian dan Pengembangan Kesehatan be- kerja sama dengan Direktorat Jenderal PPM & PLP

BAHAN DAN CARA KERJA Daerah survai yang dipilih adalah Dati I1 (Daerah Tingkat 11) d i Jawa Barat seba- gai daerah pedesaan dan daerah endemis *) Pusat Penelitian ~ k o l o ~ i Kesehatan, Jakarta

(2)

Kepadatan popuhsi anjing

. . .

.

. . .

Salma Maroef

rabies, yaitu Dati-I1 Bekasi dan Dati-I1 Karawang. Untuk daerah perkotaan dan daerah yang tidak dilaporkan adanya rabies di tahun 1985 dipilih daerah di DKI Jakarta yang berdekatan dengan dae- rah Jawa Barat tersebut d i atas yaitu Dati- I1 Jakarta Pusat, Dati-I1 Jakarta Selatan, Dati I1 Jakarta Timur dan Dati I1 Jakarta Utara. Dari keempat Dati-11 yang dipilih ini ditentukan keluarga sebagai unit popu- lasi yang akan disurvai, masing-masing Da- ti-I1 sejumlah 400 yang didapat secara multistage random sampling.

Setiap keluarga yang dicakup dikun- jungi dan kepada Kepala Keluarga atau anak tertua ditanyakan tentang pemilik- an hewan kesayangan, jenis dan jumlah hew an kesayangan (anjing, kucing, dan lain-lain), nama kepala keluarga, dan jum- lah anggota keluarga, dengan mengguna- kan daftar kuesioner.

H A S I L

Sejumlah 800 keluarga di daerah pe- desaan, masing-masing 400 keluarga di Dati-I1 Bekasi dan 400 keluarga di Dati-I1 Karawang dan 1 600 keluarga di. daerah perkotaan, masing-masing 400 keluarga d j Dati-11 Jakarta Pusat, Dati-I1 Jakarta Sela- tan, 400 keluarga di Dati I1 Jakarta Timur dan 400 keluarga d i Dati I1 Jakarta Utara telah dapat dicakup dalam survai ini pada tahun 1986.

Jumlah keluarga pemilik hewan kesa- yangan dan jumlah keluarga pemilik an- jing yang ditemukan pada keluarga yang dicakup dalam survai ini disajikan pada tabel I . Prosentase keluarga yang memiliki

hewan kesayangan anjing pilihannya un- tuk daerah pedesaan berkisar dari 7 3 3 s/d 8 1,1, median 77,6 (jumlah keluarga pemi- lik anjing dibagi jumlah keluarga pemilik hew an kesay angan) sedangkan untuk daerah perkotaan berkisar antara 57,9 s/d 86,4, median 7 5,2 (jumlah keluarga pemi- lik anjing dibagi jumlah keluarga pemilik hewan kesayangan). Rata-rata j umlah an- jing per keluarga yang dicakup dan per

keluarga pemilik anjing disajikan pada ta- be1 2. Di sini terlihat perbedaan pemilikan anj ing yang bermakna antara daerah pe- desaan dan perkotaan yaitu p

-

0,001 (p

<

0,05), pada tabel 3.

P E M B A H A S A N

Dalam survai ini diperoleh data bahwa keluarga di daerah perkotaan memiliki hewan kesayangan lebih banyak (46,6%) dibandingkan dengan keluarga yang tinggal di daerah pedesaan, (36,9%). Lebih dari dua per tiga dari keluarga yang memiliki hewan kesayangan di pedesaan (77,676) dan perkotaan (75,2%) memilih anj ing sebagai hewan kesay angannya (Ta- be1 I).

Dari survai ini terlihat bahwa anjing merupakan pilihan pertama sebagai hewan kesayangan. Hal ini disebabkan anjing da- pat membantu pemiliknya untuk peng- amanan dan dalam perburuan. Oleh sebab itu anjing sangat dibutuhkan oleh keluarga di daerah pedesaan. Sehubungan dengan data dari penelitian lain yang memban- dingkan potensi penularan dari berbagai macam hewan yang menunjukkan bahwa anjing merupakan hewan berpotensi tinggi sebagai penular rabies, maka dapat disim- pulkan bahwa tingginya populasi anjing

(3)

Kepadatan populasi anjing . . . .

.

. . .

.

.

. . . :

.

Salma Maroef pada penelitian ini merupakan sumber pe-

nularan rabies yang potensial di masa mendatang. Oleh sebab itu kegiatan peme- liharaan yang baik dan pemberian imuni- sasi khususnya pemberian vaksin anti rabies terhadap anjing, perlu diperhatikan agar penularan rabies pada penduduk khu- susnya pemilik anjing tersebut dapat dice- gah.

Bila dilihat kepadatan anjing per ke- luarga yang dicakup, dalam survai ini, ma- ka pada setiap 10 keluarga terdapat 4 sampai 5 ek0.r anjing dan rata-rata setiap keluarga pemilik anj ing mempunyai leb ih dari satu ekor anjing. Perbedaan kepadat- an populasi anjing ini untuk daerah pede- saan dan daerah perkotaan terlihat ber- makna p = 0,001 (Tabel 3). Tidak adanya

kasus rabies di daerah perkotaan DKI Ja- karta disebabkan karena mungkin kesa- daran masyarakat untuk mengvaksinasi

,

anjingnya dan memeliharanya dengan

baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar keluarga yang dicakup dalam survai ini memiliki anjing. Di an- tara mereka yang memiliki anjing, ini le- bih dari dua per tiga memilih anjing sebagai hewan kesayangannya terutama keluarga pemilik hewan kesayangan di daerah pedesaan. Oleh karena itu anjing merupakan hewan penular rabies yang potensial baik di daerah perkotaan DKI Jakarta maupun di daerah pedesaan Jawa Barat. Kepadatan populasi anjing per ke- luarga yang dicakup atau pun persentase keluarga pemilik anjing di daerah pe- desaan Jawa Barat dan di daerah perkota-

an DKI Jakarta, tidak banyak berbeda namun di daerah perkotaan DKI Jakarta masih dapat dipertahankan bebas rabies. Guna melindungi penduduk daerah perko- taan DKI Jakarta dari rabies daerah pede- saan d i sekitarnya yang endemis rabies, maka perlu diperhatikan dan ditingkatkan kegiatan penyuluhan dan kegiatan vaksi- nasi di daerah pedesaan Jawa Barat yang berbatasan dengan dki Jakarta. Juga untuk penduduk DKI Jakarta sendiri, di- samping pengawasan terhadap anj ing-an- ning yang rnasuk ke DKI Jakarta untuk di- pe jualbelikan.

'UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Ny. H. Sri Soe- wasti Soesanto MPH, Kepala Pusat Pene- litian Ekologi Kesehatan, Badan Peneliti- an dan Pengembangan Kesehatan, Depar- teman Kesehatan atas bimbingan dan pe- tunjuknya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Peneliti juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Drh. Gindo Simanjuntak dan staf dari Sub Direktorat Zoonosis Direktorat Jenderal PPM & PLP, teman-teman sejawat di Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan di daerah survai atas ke- ikutsertaannya sehingga hasil survai ini dapat dilaporkan.

DAFTAR RUJUKAN

1. Pedoman Pelaksanaan Program Penanggu- langan Rabies di Indonesia (1984). Direktorat Jenderal PPM & PLP. Ja karta: 1 - 45.

(4)

Kepedaten populasi anjing

.

.

. . .

. .

. .

.

. . .

Sslma Maroef

'2. Pedoman Kegiatan Kader dalam Pence- g a h n dan Pemberantasan Penyakit Anjing Gila di masyarakat (1986).

Direktorat Jenderal PPM & PLP. Ja- karta: 1 - 9.

3. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies

(1982). Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta: 1 - 10. -

4. Rabies dan Pencegahannya (1984). Perum

Bio Farma: 2 - 5.

5. Keadahn endernisitas rabies menurut hasil

pemeriksaan spesimen positif rabies ter- hadap spesirnen otak hewan d i Indone- sia, 198 1-1985. (1986). Sub-Direktorat Zoonosis, Direktorat Jenderal PPM-& PLP. Jakarta.

Tabel 1. Jumlah keluarga pemilik hewan kesayangan dan jumlah keluarga pemilik anjing

di daerah pedesaan Jawa Barat dan di daerah perkotaan DKI Jakarta

Bul. Penelit. Kesehat. 17 ( 1 ) 1989

KELUARGA PEMILM ANJING JUMLAH % (4)

.

129 3 2,3 100 25,O 229 28,7 184 46 ,O 158 39,s 102 25,5 1 1 7 29,3 561 35,1 790 32,9 I KELUARGA PEMILM HEWAN KESAYANGAN JUMLAH % (3) 159 39,8 136 34,O ,295 36,9 21 3 53,3 217 54,3 176 44,O 140 35,O 746 46 6 1041 43,4 DATI-I1 SURVAI (1) I . Bekasi 2. Karawang DAERAH PEDESAAN 3. Jakarta Pusat 4. Jakarta Selatan 5. Jakarta Tirnw 6. Jakarta Utara DAERAH PERKOTAAN J U M L A H JUMLAH KELUAR- GA DICAKUP (2) 400 400 800 400 400 400 400 1600 2400

(5)

Kepadatan populasi anjing

. .

. .

. . . .

.

. . .

. . . Salma Maroef

Tabel 2. Rata-rata jumlah anjing per keluarga dicakup dan per keluarga pemilik anjing di daerah pedesaan Jawa Barat dan di daerah perkotaan DKI Jakarta

Tabel 3. Perbandingan yang memiliki anjing dan yang tidak memiliki anjing di daerah' pedesaan dan perkotaan

DATI-I1 SURVAl 1. Bekasi 2. Karawang DAERAH PEDESAAN 3. Jakarta Pusat 4. JakartaSelbtan 5. Jakarta Timur 6. Jakarta Utara DAERAH PERKOTAAN J U M L A H

Bul. Penelit. Kesehet. 17 (1) 1989 J U M L A H ANJING 203 131 334 295 265 174 199 933 1267

-

DAERAH Pedesaan Perkotaan JUMLAH i KELUARGA DICAKUP

JUMLAH ANJING PER SEPULUH KELUARGA 400 5,1 400 3,3 800 4 2 400 7,4 400 6,6 400 0,4 400 5,o 1 600 5,9 2400 5,3 JUMLAH KELUARGA YANG PUNYA ANJING 229 561 790 KELUARGA PEMILM ANJING

JUMLAH ANJING PER KELUARGA 129 1,6 100 1,3 229 1,s 1 84 1 6 158 1,8 117 1,7 117 1,7 56 1 1,7 790 1 ,fj JUMLAH KELUARGA YANG TIDAK PUNYA

ANJING 571 1029 1600 JUMLAH RESPONDEN 800 1590 2390

Gambar

Tabel  1.  Jumlah keluarga pemilik hewan kesayangan dan jumlah keluarga pemilik anjing  di daerah pedesaan Jawa Barat dan  di  daerah perkotaan  DKI  Jakarta
Tabel  3.  Perbandingan yang memiliki anjing dan yang tidak memiliki anjing  di daerah' pedesaan dan perkotaan

Referensi

Dokumen terkait

Pada Kabupaten Bekasi air limbah domestik terbagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu grey water  yaitu air buangan yang tidak mengandung kotoran manusia misalnya air

Jadi setiap terjadi penambahan tegangan keluaran dari sisi sekunder transformator arus sebesar 4.8 mV akan terbaca pada pengkonversian ADC (Analog Digital

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 3l Tahun 2013 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah harus memiliki kompetensi dan dalam pasal 6

Kenaikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Peraturan daerah ini, setinggi- tingginya 50% dapat ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kejadian brucellosis pada ternak sapi perah di Kota Batu berdasarkan uji serologis (seroprevalensi) serta

Mengalami penurunan menjadi sebesar 199,84% pada tahun 2009, hal ini terjadi dikarenakan hutang lancar mengalami peningkatan di tahun 2009 namun penurunan rasio

Dalam memberikan kredit, Terdakwa Sang Ayu Raiyoni bersama- sama dengan Ni Nyoman Nilawati dan juga Ni Made Sutria tidak berpedoman pada Sistem dan Prosedur Perkreditan

PERUSAHAAN harus membangun dan memelihara j aringan j alan di dalam areal kerj anya sesuai dengan perat uran perundangan yang berlaku t ent ang pembuat an j alan angkut an hasil