• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) Di UPT Pemasyarakatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) Di UPT Pemasyarakatan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

1

DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan

Bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan

Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) Di UPT Pemasyarakatan

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi dapat

menyelesaikan penyusunan Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitas

Pemasyarakatan Bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan sebagai pedoman dalam perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan di UPT Pemasyarakatan.

Standar ini disusun bersama-sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Sosial RI, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI, Komisi Teknis Penyusun SNI 8807:2019, UNODC, Ikatan Konselor Adiksi Indonesia, Yayasan PEKA, Rumah Cemara dan perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM serta UPT Pemasyarakatan penyelenggara Layanan Rehabilitasi.

Dalam standar ini diatur tentang penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang mencakup Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kebutuhan Sarana dan Prasarana, Sistem Mekanisme dan Prosedur, Jangka Waktu Penyelesaian, Anggaran serta Instrument Penilaian Kinerja dalam penyelenggaraannya.

Besar harapan kami, standar ini menjadi acuan dalam perencanaan penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan dan implementatif bagi petugas pelaksana serta para pihak terkait yang terlibat dalam penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan WBP Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika di UPT Pemasyarakatan.

Terima kasih kepada para pihak yang telah terlibat, mendukung dan memberi masukan demi tersusunnya standar ini, kami sadari bahwa masih jauh dari sempurna dan dokumen ini terbuka untuk penambahan dan perubahan yang diperlukan dimasa yang akan datang. Bersama kita akan mengawal dan mengoptimalkan pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan di UPT Pemasyarakatan.

Jakarta, 23 Desember 2020

Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi,

A. Yuspahruddin

NIP 19630528 198503 1 002

(3)

iii

SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh, Salam sejahtera untuk kita semua,

Shalom,

Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.

Di akhir tahun 2020, dengan penuh rasa syukur, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI menyampaikan bahwa Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan telah selesai disusun, sebagai acuan dalam perencanaan dan penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan di UPT Pemasyarakatan.

Pemasyarakatan telah melaksanakan Layanan Rehabilitasi Narkotika secara mandiri dengan kerja sama para pihak terkait di 66 UPT Pemasyarakatan pada 27 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan target peserta rehabilitasi 21.540 orang Tahanan, Narapidana dan Anak pada tahun 2020. Standar khusus Layanan Rehabilitasi Narkotika di lingkungan Pemasyarakatan ini dibutuhkan berdasarkan hasil evaluasi dalam pelaksanaannya dan mengatur penerapan Standar Nasional Indonesia tentang Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Tahun 2019 (SNI 8807:2019) pada situasi khusus UPT Pemasyarakatan.

Berikutnya, UPT Pemasyarakatan sebagai penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan, dengan lingkup Rehabilitasi Medis, Rehabilitasi Sosial dan Pascarehabilitasi akan menyelenggarakan Layanan Rehabilitasi dengan sungguh-sungguh menerapkan hal-hal yang diatur dalam standar dimaksud, meningkatkan kualitas layanan dan mempertanggung jawabkannya dengan baik dan benar.

Terima kasih atas kerja sama dan dukungan semua pihak terkait baik dari unsur Kementerian, Lembaga Pemerintahan Nasional dan Daerah, Perwakilan Badan Dunia, Organisasi Profesi Konselor dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Semoga Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mengoptimalkan pembinaan hidup, kehidupan dan penghidupan Tahanan / Narapidana / Anak di UPT Pemasyarakatan, juga turut memberi warna yang baik dalam pelaksanaan rehabilitasi bagi pecandu, penyalahguna dan korban penyalahguna NAPZA di Indonesia.

Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh, Om Shanti Shanti Shanti Om.

Jakarta, 23 Desember 2020

DirekturJenderal Pemasyarakatan,

Reynhard Silitonga NRP 67090332

(4)

iv

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PAS-168.OT.02.02 TAHUN 2020

TENTANG

STANDAR PENYELENGGARA LAYANAN REHABILITASI PEMASYARAKATAN BAGI TAHANAN DAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PECANDU,

PENYALAHGUNA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA (NAPZA) DI UPT

PEMASYARAKATAN

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dengan tingginya jumlah hunian di Lapas dan Rutan khususnya kasus narkotika, maka kebutuhan layanan rehabilitasi bagi Tahanan dan WBP semakin meningkat;

b. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan mengamanatkan agar pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan narkotika mendapatkan layanan rehabilitasi narkotika pada Rumah Tahanan Negara, Lembaga Penempatan Anak Sementara, Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak dan RS Pengayoman;

c. bahwa perlu Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan sebagai pedoman bagi petugas di UPTPemasyarakatan yang berkorelasi dengan SNI 8807:2019.

(5)

v Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3641);

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5062);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3846) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3857);

6. Intruksi Presiden No. 2 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun 2020-2024;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-syaratdan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3858);

(6)

vi 8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Narkotika Bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 907); 9. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 69/PMK.02/2018

tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2019 Lampiran II (hal.65) Kementerian Negara/Lembaga: Hukum dan HAM (013) Kode 013.05 Sub Output Layanan Perawatan Narapidana/Tahanan No.35 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Medis, No.36 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Sosial, No.37 Pelaksanaan Kegiatan Pascarehabilitasi;

10. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-30.PS.01.07.01 Tahun 2016 tentang Standar Terapi Rehabilitasi Medik.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : STANDAR PENYELENGGARA LAYANAN REHABILITASI PEMASYARAKATAN BAGI TAHANAN DAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN PECANDU, PENYALAHGUNA DAN KORBAN PENYALAHGUNA NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA

DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA (NAPZA) DI UPT

PEMASYARAKATAN

KESATU : Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan.

KEDUA : Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan Bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan sebagaimana disebut dalam DIKTUM KESATU disusun dengan sistematika sebagai berikut:

(7)

vii A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Ruang Lingkup C. Dasar Hukum

D. Definisi Global dan Detail Standar E. Maksud dan Tujuan

F. Sumber Daya Manusia G. Sarana dan Prasarana

H. Sistem, Mekanisme dan Prosedur

1. Kriteria Peserta Rehabilitasi Pemasyarakatan 2. Syarat Komponen Program

3. Prosedur/Tahapan Pelaksanaan I. Jangka Waktu Penyelesaian

J. Anggaran Penyelenggaraan Layanan K. Instrumen Penilaian Kinerja

Lampiran

KETIGA : Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan Bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keputusan ini.

KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila ada perubahan maka dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Jakarta

Pada tanggal: 23 Desember 2020

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN,

REYNHARD SILITONGA NRP 67090332

(8)

viii

TIM PENYUSUN PENGARAH

Drs. Reynhard Silitonga, S.H., M.H. Direktur Jenderal Pemasyarakatan

PENANGGUNG JAWAB

A. Yuspahruddin BH, Bc.I.P., S.H., M.H.

Direktur Perawatan Kesehatan Dan Rehabilitasi

TIM PENYUSUN

dr. Hetty Widiastuti;Tri Winarsih, Bc.I.P., S.Sos., M.Si.; Muhammad Kamal, S.Sos., S.H., M.Si.; dr. Astia Murni; Hendra Wahyudi, SKM; Asep Hoilid Abdullah, A.Md.I.P., S.H., M.H.; Livety Marwati , S.Sos.; Mutia Sari, S.S; Surantoro, S.H.; Lusi Utari,S.Pd; Agus Purwanto; Oke Tri Komaladewi, S.K.M; Yuni Sulistiawati, A.Md.I.P., S.H.; Lily Pendiawati, S.Pd.; Irna, AMK; Badriah; Saraswati; Johannes Simanjuntak, S.H.; Reza Antha Kusuma, A.Md.P.; Anita Pusvitasari; Eri Astriani, S.Md.; Junaedi, S.E.; Christiani Sarira, ST; Sapto Winarno, Bc.I.P., S.H., M.H.; Totok Budiyanto, A.Md.I.P., S.H.; Zainal Arifin, S.Sos., M.Si.; Darma Lingganawati, Bc.I.P., S.H., M.H., M.Si.; Soleh Joko Sutopo, A.Md.I.P., S.H., M.H.; Atiek Meikhurniawati, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si.; Dimas Krisna Setiawan, A.Md.I.P., S.H., M.Si.; Elita Fransisca , S.E.; Theodora Dyah Ayu Ratna Ningsih, S.H.; Kadek Anton Budiharta, Amd.I.P, SH, MH; Soleh Joko Sutopo, A.Md.I.P., S.H., M.H; Narya, A.Md.I.P, S.H; Suprayitno, S.Sos; Agung Ardiansyah, A.Md.IP., S.H.; Chaidir Rahman, S.Sos.; Humaira Febrinaharnum, S.H.; Victor Teguh Prihartono, Bc.I.P., S.Sos., M.H.; Sukino, S.Sos., M.H; Jalu Yuswa Panjang, A.Md.I.P., S.H., M.Si.; Agus Pritiatno, Bc.I.P., S.H., M.H.; Hasan Basri, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si.; dr. Zumrotus Saadah; dr. ST Wahida Jalil, M.Kes., Sp.KJ; Andi Mapaewa; DR. Adhayani Lubis, Sp.KJ. MKM; J. Kasogi Surya Fattah; Kelik Sulistyanto, A.Md.I.P., S.H., M.H.; dr. Hanifah Rahmawati Hasanah; Tommy Virgaus, Amd.IP; dr. Birindra Dewi Atisaphala Santi; Rusli Amin, SH; dr. Meta Ardiana; dr. Mirza Hapsari Massarapa; Heru Prasetyo, Bc.I.P., S.Sos., M.H.; Lis Susanti, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si.; dr. Elvina Katerin S, Sp.KJ; Winanti, S.Psi., Psikolog, M.Si.; Aris Munandar, SE, MM.; drg. Luki Hartanti, MPH.; dr. Esther M L Sinsuw, Sp.KJ; drh. Rama P. S. Fauzi; dr. Herbert Sidabutar, Sp.KJ; dr. Iman Firmansyah, Sp.KJ; Narendra Narotama, Lucky Pramitasari, Mpsi., Psikolog.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ii

Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ... iii

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ... iv

Tim Penyusun ... viii

Daftar Isi ... ix

A. Latar Belakang ... 1

B. Ruang Lingkup Ruang Lingkup ... 3

C. Dasar Hukum ... 3

D. Definisi Global dan Detail Standar ... 4

E. Maksud dan Tujuan ... 10

F. Sumber Daya Manusia... 11

G. Sarana dan Prasarana ... 12

H. Sistem, Mekanisme dan Prosedur ... 14

1. Kriteria Peserta Rehabilitasi Pemasyarakatan ... 14

2. Syarat Komponen Program ... 15

3. Prosedur/Tahapan Pelaksanaan ... 20

I. Jangka Waktu Penyelesaian ... 24

J. Anggaran Penyelenggaraan Layanan ... 24

K. Instrumen Penilaian Kinerja ... 24 Lampiran ...

(10)

1

A. Latar Belakang

Paradigma global mengenai pecandu narkotika dalam perkembangannya bukanlah lagi diartikan sebagai pelaku kriminal melainkan sebagai orang yang menderita penyakit kecanduan, sehingga perlu dilakukan rehabilitasi. Paradigma ini semakin kuat mempengaruhi negara-negara di dunia, terutama bagi negara-negara yang tergabung dalam World Health Organization termasuk Indonesia, semua mengikuti perubahan pandangan internasional tersebut. Melalui Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, tindakan bagi pelaku, produsen, impor dan ekspor ilegal, serta peredaran gelap narkotika adalah dengan hukuman berat, namun sangat humanis terhadap para pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika (Jurnal BNN, 2010).

Menurut UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) yang tercantum dalam Prinsip ke 3 International Standards for the treatment of drug

use diorders 2020, Gangguan penyalahgunaan napza harus dianggap terutama

sebagai masalah kesehatan daripada perilaku kriminal. Penting untuk mempertimbangkan penggunaan narkoba oleh orang-orang dengan gangguan penyalahgunaan napza secara eksklusif sebagai masalah kesehatan yang membutuhkan akses ke dukungan dan pengobatan yang tepat jika diperlukan, daripada sanksi pidana. Jika diberikan sanksi pidana, pengobatan juga harus ditawarkan kepada Narapidana dengan gangguan penyalahgunaan napza selama mereka berada di Lapas dan setelah pembebasan mereka karena pengobatan yang efektif akan menurunkan risiko kekambuhan, kematian akibat overdosis, dan pengulangan tingkah laku kriminal. Sangat penting untuk memastikan dan memfasilitasi kesinambungan perawatan dan intervensi pencegahan kekambuhan setelah pembebasan Narapidana dengan gangguan penyalahgunaan napza.

Meningkatnya kasus tindak pidana dan penyalahgunaan narkotika di Lapas/LPKA/Rutan tidak terlepas dari persoalan permintaan (demand) dan kesediaan pasokan (supply) narkotika secara agresif dan terus menerus yang terjadi di lingkungan masyarakat umum.

Penyalahgunaan narkotika dan masalah kesehatan yang timbul harus dicegah dan ditangani selama Tahanan dan WBP berada di Lapas/Rutan/LPKA. Tingginya risiko penyalahgunaan kembali selama masa penahanan atau setelah bebas dan risiko kematian akibat penyakit yang terkait

(11)

2 perilaku penyalahgunaan narkotika antara lain seperti HIV, TBC dan Hepatitis serta overdosis narkotika menyebabkan layanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika harus tersedia di Lapas/Rutan/LPKA.

Berdasarkan data pada situs http://smslap.ditjenpas.go.id/ (Desember 2020), jumlah total Tahanan dan Narapidana di seluruh Indonesia sebanyak 249.459 orang dengan dominasi kasus narkotika sebanyak 130.957 orang atau sebesar 52% yang tercatat sebagai kasus narkotika baik pengguna, bandar atau pengedar. Dengan tingginya jumlah hunian di Lapas dan Rutan khususnya kasus narkotika, maka kebutuhan layanan rehabilitasi bagi Tahanan dan WBP semakin meningkat.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan mengamanatkan agar pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika mendapatkan layanan rehabilitasi narkotika pada Rumah Tahanan Negara, Lembaga Penempatan Anak Sementara, Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak dan Balai Pemasyarakatan.

Rehabilitasi narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan disebut Rehabilitasi Pemasyarakatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses perawatan kesehatan dan pembinaan. Oleh karena itu layanan rehabilitasi narkotika harus terintegrasi dengan layanan kesehatan dan pembinaan yang tersedia di UPT Pemasyarakatan. Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan tersebut mencakup layanan rehabilitasi medis, layanan rehabilitasi sosial dan pascarehabilitasi.

Dalam rangka menjalankan strategi demand reduction (pengurangan kebutuhan zat narkotika) serta meningkatkan kualitas hidup Tahanan dan WBP pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan narkotika sehingga dapat diterima kembali dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat diperlukan peningkatan layanan rehabilitasi narkotika.

Dalam hal implementasi SNI 8807: 2019 di UPT Pemasyarakatan terdapat beberapa hal dalam Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi khusus Pemasyarakatan

(12)

3 karena itu diperlukan penyusunan standar khusus untuk Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan yang diadaptasi dari SNI 8807: 2019.

B. Ruang Lingkup

Standar ini mengatur dan menetapkan persyaratan umum dan persyaratan khusus penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan. Rehabilitasi Pemasyarakatan yang dimaksud meliputi Rehabilitasi Medis, Rehabilitasi Sosial dan Pascarehabilitasi.

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

Pasal 14: Narapidana berhak mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal

54:Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.Pasal 56 Ayat (2): Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri. Yang dimaksud dengan “instansi pemerintah” misalnya Lembaga Pemasyarakatan Narkotika dan Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata

Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 14:

Setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak;

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1999

tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3857);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat- syarat

dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

(13)

4

1999 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3858);

6. Intruksi Presiden No. 2 Tahun 2020 Tentang RAN P4GN Layanan

rehabilitasinarkotika terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan pascarehabilitasi. Salah satu penyelenggara rehabilitasi narkotika adalah Kementerian Hukum dan HAM dalam hal ini Pemasyarakatan;

7. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 12 Tahun 2017 Tentang

Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan

Pemasyarakatan. Layanan rehabilitasi narkotika terdiri dari rehabilitasi

medis, rehabilitasi sosial dan pascarehabilitasi;

8. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 69/PMK.02/2018 Tentang

Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2019Lampiran II (hal.65)

KementerianNegara/Lembaga: Hukum dan HAM (013) Kode 013.05 Sub Output Layanan Perawatan Narapidana/TahananNo.35 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Medis, No.36 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Sosial, No.37 Pelaksanaan Kegiatan Pascarehabilitasi;

9. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan No.

PAS-985.PK.01.06.04 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Layanan

Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT

Pemasyarakatan;

10. Surat Keputusann Kepala Badan Standarisasi Nasional Indonesia

Nomor 618/KEP/BSN/12/2019 Tentang Penetapan SNI 8807.

D. Definisi Global dan Detail Standar

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

2. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau

menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya baik secara fisik maupun psikis.

(14)

5

3. Penyalahguna Narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika

tanpa hakatau melawan hukum.

4. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak

sengaja menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika.

5. Rehabilitasi Pemasyarakatan adalah serangkaian proses rehabilitasi

terpadu yang mencakup rehabilitasi medis, sosial dan pascarehabilitasi bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) di UPT Pemasyarakatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari layanan kesehatan dan pembinaan dalam rangka pemulihan fisik dan mental pada kondisi sebelumnya, agar produktif dan berfungsi sosial dimasyarakat.

6. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.

7. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara

terpadu,baik fisik, mental maupun sosial, agar mantan pecandu narkotika (recoveryaddict) dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.

8. Rawat Inap dalam Rehabilitasi Pemasyarakatan adalah situasi dimana

Tahanandan WBP yang menjadi peserta rehabilitasi mendapatkan perawatan di blok khusus yang digunakan untuk rehabilitasi.

9. Rawat Jalan dalam Rehabilitasi Pemasyarakatan adalah situasi dimana

peserta rehabilitasi mengikuti program rehabilitasi dan mendapatkan intervensi singkat, namun tetap tinggal di kamar hunian/bloknya dan hanya mengikuti kegiatan rehabilitasi dengan jadwal tertentu.

10. Intervensi Singkat, intervensi yang diberikan kepada peserta rehabilitasi untuk memulai perubahan perilaku yang tidak sehat atau berisiko. Dalam hal ini adalah para peserta rehabilitasi dengan skor rendah pada hasil skrining menggunakanASSIST.

11. Pascarehabilitasi adalah layanan perawatan lanjutan yang diberikan kepada Peserta, yaitu mantan pecandu, penyalahguna atau korban penyalahgunaan narkotika yang telah menyelesaikan rehabilitasi medis dan atau rehabilitasi sosial guna mempertahankan kepulihan.

(15)

6 12. Skrining adalah merupakan suatu upaya dalam menduga ciri-ciri suatu penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan cara menguji, memeriksa atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat.

13. Skrining ASSIST adalah skrining pertama yang mencakup semua zat psikoatif dengan menggunakan kuisioner yang telah dikembangkan oleh WHO pada tahun 1997 dan peneliti spesialis adiksi.

14. Asesmen Rehabilitasi adalah pengumpulan informasi untuk mendapatkan gambaran klinis dan mendalam dari calon peserta rehabilitasi, membuat rencana pemberian layanan rehabilitasi dan pengukuran keberhasilan dalam menjalani layanan rehabilitasi dengan menggunakan formulir Addiction Severity Index (ASI);

15. Bimbingan penghidupan adalah usaha memberikan keterampilan kepada penerima layanan agar mampu hidup mandiri dan/atau hidup produktif yang meliputi keterampilan hidup, keterampilan kerja, dan kewirausahaan.

16. Bimbingan mental dan spiritual adalah upaya pendekatan mental dan spiritual bagi penerima layanan untuk perbaikan tata cara ibadah, akhlak, kepribadian dan persepsi dalam memandang masalah.

17. Dokter spesialis lainnya adalah dokter spesialis selain spesialis kedokteran jiwa, yang ada hubungan dengan penyakit penyerta lainnya, misalnya dokter spesialis penyakit dalam.

19. Indeks kepuasan penerima layanan adalah suatu cara untuk mengukur tingkat kepuasan penerima layanan terhadap layanan rehabilitasi yang dilakukan setelah selesai menerima pelayanan dengan melihat pada 9 (sembilan) indikator, yaitu: (1) persyaratan, (2) prosedur, (3) waktu pelayanan, (4) biaya/tarif, (5) produk spesifikasi jenis pelayanan, (6) kompetensi pelaksana, (7) perilaku pelaksana, (8) maklumat pelayanan, dan (9) pelayanan pengaduan, saran, dan masukan. Indeks perubahan

kualitas hidup penerima layanan adalah suatu cara untuk mengukur

kualitas hidup yang dilakukan berdasarkan 4 aspek yang meliputi aspek fisik, aspek psikologis, aspek hubungan sosial, dan aspek sumber daya lingkungan.

(16)

7 20. Intervensi krisis adalah upaya yang diberikan saat penerima layanan menghadapi keadaan kegawat daruratan fisik dan/atau psikis yang membahayakan nyawa diri sendiri dan/atau orang lain.

21. Konseling individual adalah proses yang menggunakan kerangka pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk membantu penerima layanan secara individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta mencapai tujuan dengan memobilisasi sumber-sumber, merubah sikap dan tata nilai penerima layanan.

22. Konselor adiksi adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam melakukan konseling dibidang rehabilitasi bagi penerima layanan yang didapat melalui pelatihan atau peningkatan kompetensi dan atau pengalaman praktik atau memiliki sertifikat kompetensi nasional.

23. Komorbiditas adalah satu penyakit atau lebih secara bersama-sama pada satu individu. Pada buku ini, komorbiditas mencakup penyalahgunaan narkotika dengan gangguan mental/psikiatri, HIV, TBC, IMS dan Hepatitis.

24. Lembar persetujuan (Informed Consent) adalah surat persetujuan intervensidan/ atau pelepasan informasi dari penerima layanan. Lembar persetujuan tidak harus mengakomodasi pilihan untuk menolak intervensi atau pemutusan mengikuti proses layanan karena layanan rehabilitasi Pemasyarakatan menggunakan pendekatan mandatori.

25. Manajer Program adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap berjalannya program harian pada rehabilitasi Pemasyarakatan. Bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan rehabilitasi dan memastikan program berjalan dengan baik.

26. Instruktur/Fasilitator adalah seseorang yang bertugas untuk menjalankan kegiatan harian yang sudah terjadwal program rehabilitasi. Biasanya membantu dalam menjalankan kegiatan yang melibatkan kelompok seperti seminar atau kegiatan kelompok lainnya.

25. Pembimbing kemasyarakatan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan dibidang bimbingan kemasyarakatan.

(17)

8 26. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatan sertifikat kompetensi.

29. Pencegahan kekambuhan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegahpenerima layanan kembali menggunakan NAPZA (relapse). 30. Pendekatan kelompok adalah suatu pendekatan yang dilakukan kepada

dua orang atau lebih yang memiliki isu/masalah serupa untuk membantu memperbaiki kondisi fisik, psikis dan sosial.

31. Pendekatan keluarga dan/atau pasangan adalah suatu pendekatan yang dilakukan pada penerima layanan dan keluarganya atau pasangannya untuk tujuan edukasi, rekonsiliasi dan/atau reintegrasi diantara anggota keluarga.

32. Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah salah satu hal yang penting sebagai metode pendekatan dalam rangka pembinaan pelanggar hukum.

33. Rekam rehabilitasi adalah berkas penerima layanan yang berisikan catatan dan dokumen lengkap identitas penerima layanan, hasil asesmen/pemeriksaan, pengobatan, tindakan/intervensi dan pelayanan yang telah diberikan kepada penerima layanan. Dapat pula disebut sebagai rekam medis/catatan kasus.

34. Tenaga pembimbing mental dan spiritual adalah tenaga yang memberikan pembinaan mental dan spiritual dengan latar belakang pendidikan atau keahlian dibidang keagamaan atau motivasi.

35. Terapi penyakit komorbid adalah terapi yang ditujukan untuk mengobati penyakit baik fisik maupun mental yang juga diderita penerima layanan misalnya HIV/AIDS, TBC, Hepatitis, Skizofrenia dan Depresi.

36. Terapi perilaku dan kognitif adalah terapi yang menggabungkan berbagai prinsip terapi dari teori perilaku, belajar sosial dan kognitif. Dilakukan oleh petugas yang terlatih dan mempunyai kompetensi.

37. Terapi putus zat adalah suatu proses intervensi medis yang bertujuan untuk membantu pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan NAPZA mengatasi gejala putus zat akibat penghentian NAPZA dari tubuh yang mengalami ketergantungan fisik.

(18)

9 38. Terapi rumatan adalah terapi jangka panjang minimal 6 bulan bagi penerima layanan ketergantungan opioid dengan menggunakan golongan opioid sintetis agonis atau parsial antagonis.

39. Wawancara motivasional adalah sebuah wawancara yang interaksinya berpusat pada peserta dan bertujuan untuk membantu peserta menggali dan mengetahui ambivalensi tentang penyalahgunaan NAPZA melalui tahap perubahan.

40. Petugas Asesmen Rehabilitasi adalah petugas yang sudah dilatih melakukan asesmen narkotika.

41. Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut

UPT Pemasyarakatan merupakan tempat untuk melakukan pembinaan

danpengamanan Tahanan dan WBP melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi yang menjadi tempat Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan yaitu Lapas, LPKA, Rutan dan Bapas.

42. UPT Pemasyarakatan penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan merupakan UPT Pemasyarakatan yang ditetapkan oleh

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan sebagai penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan Bagi Pecandu, Penyalahguna dan Korban penyalahgunaan NAPZA.

43. Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut Rutan adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di Sidang Pengadilan.

44. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak.

45. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disebut LPKA adalah lembaga atau tempat Anak menjalani masa pidananya.

46. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan.

47. Rumah Sakit Pengayoman, yang selanjutnya di sebut RS Pengayoman adalah UPT Pemasyarakatan yang memberikan layanan kesehatan dan menjadi rujukan bagi Lapas dan Rutan.

(19)

10 48. Tahanan adalah seorang tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di

dalam Rutan.

49. Warga Binaan Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut WBP adalah Narapidana, Anak dan Klien Pemasyarakatan.

50. Intoksikasi adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan respon psikologis.

51. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.

52. Terapi simtomatik adalah salah satu metode detoksifikasi dengan memberikan obat-obatan sesuai gejala dan keluhan yang timbul akibat penyalahgunaan zat pada fase akut.

54. Supervisi Klinis adalah keilmuan, proses pengajaran, prinsip-prinsip yang diterapkan pada ketrampilan praktis dari konselor senior kepada konselor junior yang bertujuan untuk peningkatan kualitas dan implementasi praktik berbasis bukti.

55. Case Conference adalah ‘sarana’ bagi suatu lembaga/instansi dalam upaya mendiskusikan secara bersama untuk membantu peserta rehab dalam memecahkan masalah mereka. Case conference ini dimaksudkan untuk memperoleh data/informasi tambahan dari seluruh peserta yang terdiri dari konselor, psikolog, dokter, perawat, petugas rehab danjabatan terkait lainnya,agar pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi oleh peserta rehab menjadi lebih mendalam dan komprehensif.

E. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Standar Rehabilitasi Pemasyarakatan ini adalah terwujudnya Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi yang berkualitas, terstandar, dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan pembinaan bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan. Standar ini bertujuan untuk: 1. Tersedianya Standar yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan

Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan dan berkorelasi dengan SNI 8807;

(20)

11 2. Terciptanya kesamaan persepsi dalam penyelenggaraan Layanan

Rehabilitasi Pemasyarakatan;

3. Terlaksananya Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan Tahanan dan WBP sekaligus mendukung program pembinaan;

4. Tersedianya ukuran keberhasilan pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan.

F. Sumber Daya Manusia

Semua petugas atau staf pelaksana yang terlibat di dalam Rehabilitasi Pemasyarakatan harus dalam kondisi bebas dari pengaruh NAPZA illegal ketika sedang menjalankan tugas. Ilegal berarti adalah semua jenis NAPZA yang dipergunakan tidak atas anjuran dokter resmi, digunakan tidak sesuai dosis dan aturannya, maupun didapatkan dengan cara yang tidak legal (mencuri, membeli di distributor tidak resmi tanpa ijin, dll). Metadon, bufrenorfin dan terapi subtitusi resmi lainnya yang legal, dilakukan dengan ketentuan yang berlaku atau sesuai anjuran dokter, tidak termasuk sebagai kategori NAPZA ilegal. Minuman beralkohol, meskipun beberapa jenis diperjualbelikan secara legal di Indonesia, namun tetap para petugas pelaksana program Rehabilitasi Pemsyarakatan tidak diperkenankan untuk mengkonsumsinya ketika sedang bertugas:

1. Syarat Umum untuk kebutuhan Sumber Daya Manusia bagi

Rehabilitasi Narkotika di UPT Pemasyarakatan

Syarat umum sumber daya manusia yang diperlukan untuk menjalankan rehabilitasi narkotika di UPT Pemasyarakatan adalah sebagai berikut: a. Kepala UPT Pemasyarakatan

b. Penanggung jawab Teknis/Manajer Program c. Petugas Administrasi dan Keuangan

d. Konselor Adiksi e. Fasilitator/Instruktur

(21)

12

2. Syarat Khusus untuk kebutuhan Sumber Daya Manusia bagi

Rehabilitasi Narkotika di UPT Pemasyarakatan

Adapun syarat minimum untuk kebutuhan khusus SDM bagi rehabilitasi Narkotika di UPT pemasyarakatan yang sudah disesuaikan dengan SNI adalah sebagai berikut:

Sumber Daya

Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Sosial

Manusia

Dokter Umum Ada Ada, melalui sistem

rujukan

Dokter Spesialis Ada, melalui sistem Ada, melalui sistem

Kedokteran Jiwa rujukan rujukan

Dokter Spesialis Ada, melalui sistem Ada, melalui sistem

lainnya rujukan rujukan

Perawat Ada Ada

Ada, telah mengikuti Ada, telah mengikuti

pelatihan adiksi, rasio pelatihan adiksi, rasio

konselor peserta 1 : 10 konselor peserta 1 : 10

Atau bisa Atau bisa

Konselor Adiksi 1:20 1:20

dengan catatan konselor dengan catatan konselor

adiksi hanya melakukan adiksi hanya melakukan

tugas konseling dan tugas konseling dan

tidak melaksanakan tidak melaksanakan

kegiatan lainnya kegiatan lainnya

Psikolog Ada, melalui sistem Ada melalui sistem

rujukan rujukan

G. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Prasarana Umum

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki sarana prasarana umum yang memadai, terdiri dari:

a. Sarana kebersihan b. Instalasi listrik

c. Sistem sirkulasi udara d. Sistem pencahayaan

(22)

13

2. Sarana Prasarana Khusus

Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan memerlukan persyaratan sarana-prasarana khusus yang harus terpenuhi selain terpisahnya tempat rehabilitasi dari blok tempat populasi umum.

Syarat Sarana

Prasarana Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Sosial

Ruang Pendaftaran atau Ruang Tunggu

Ada (bergabung dengan ruangan lain)

Ada (bergabung dengan ruangan lain)

Ruang Konsultasi/

Konseling

Tersedia khusus Tersedia khusus

Ruang Administrasi Tersedia khusus Tersedia khusus

Ruang Obat/Farmasi Ada Ada

Ruang Tindakan Medis Ada -

Ruang Intervensi Krisis Ada Ada

Ruang Rawat Inap Tersedia, proporsional

sesuai dengan jumlah penghuni per kamar

(untuk program rehabilitasi)

Tersedia, proporsional sesuai dengan jumlah penghuni per kamar

(untuk program rehabilitasi)

Ruang Pojok Laktasi Ada (menjadi bagian

layanan di UPT)

Ada (menjadi bagian layanan di UPT)

Kamar Mandi/WC Ada Ada

Ruang Dapur Ada (menjadi bagian

layanan di UPT)

Ada (menjadi bagian layanan di UPT)

Ambulans Tersedia melalui

kerjasama Tersedia melalui kerjasama Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Ada Ada

Tabung Oksigen Ada Ada

(23)

14

H. Sistem, Mekanisme dan Prosedur

1. Kriteria Peserta Rehabilitasi Pemasyarakatan

Kriteria peserta Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Sosial

a) Hasil Skrining dengan a) Hasil Skrining dengan

menggunakan ASSIST menunjukkan menggunakan ASSIST

hasil minimal skor ringan (> 0 dan menunjukkan hasil minimal skor

terisi selain tembakau) ringan (> 0 dan terisi selain

b) Memiliki penyakit komorbiditas tembakau)

(gangguan psikiatri, HIV, TBC, IMS, b) Tidak mengalami gangguan dan Hepatitis), intoksikasi, dan putus fisik berat, seperti gagal ginjal,

zat. payah jantung, infeksi oportunistik

c) Tidak mengalami gangguan fisik yang mengganggu keikutsertaan

berat, seperti gagal ginjal, payah dalam program, dan lain- lain. jantung, infeksi oportunistik yang Peserta dengan gangguan fisik

mengganggu keikutsertaan dalam yang berat perlu

program, dan lain- lain. Peserta mendapatkan perawatan

dengan gangguan fisik yang berat kesehatannya terlebih dahulu.

perlu mendapatkan perawatan c) Tidak mengalami gangguan

kesehatannya terlebih dahulu. mental berat seperti psikotik,

d) Tidak mengalami gangguan mental halusinasi, waham, kekeliruan

berat seperti psikotik, halusinasi, identifikasi, gangguan

waham, kekeliruan identifikasi, psikomotor, afek yang

gangguan psikomotor, afek yang abnormal.

(24)

15

2. Syarat Komponen Program

Syarat Komponen Program yang harus diselenggarakan oleh UPT Pemasyarakatan penyelenggara Layanan Rehabilitasi:

Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi Sosial

(Rawat Jalan) (Rawat Inap)

Terapi Medis

Terapi putus zat Ada dengan sistem rujukan - Ada dengan sistem rujukan

Terapi simtomatik Tersedia, sesuai SOP PPK I - Ada dengan sistem rujukan

(primer)

Terapi penyakit Komorbid Tersedia sesuai SOP, - Ada dengan sistem rujukan

(TBC, Hepatitis, HIV, Gangguan dengan rujukan

Jiwa)

Terapi Psikososial

Wawancara motivasional Ada, terdokumentasi sesuai Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi sesuai

panduan, dan memiliki SOP sesuai panduan, dan panduan, dan memiliki SOP

memiliki SOP

Terapi perilaku dan kognitif Ada dan terdokumentasi - Ada dan terdokumentasi

Pencegahan kekambuhan Ada dan terdokumentasi Ada dan terdokumentasi Ada dan terdokumentasi

Konseling individual Ada, terdokumentasi sesuai Ada dan terdokumentasi Ada dan terdokumentasi

(25)

16

Pendekatan kelompok Ada, terdokumentasi sesuai Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi sesuai

panduan, dan memiliki SOP sesuai panduan, dan panduan, dan memiliki SOP

CATATAN memiliki SOP CATATAN

Kegiatan dapat dilaksanakan CATATAN Kegiatan dapat dilaksanakan

dalam bentuk edukasi/ Kegiatan dapat dalam bentuk edukasi/

konseling/ terapi dilaksanakan dalam konseling/ terapi

bentuk edukasi/ konseling/ terapi

Pendekatan keluarga dan/atau Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi sesuai

pasangan sesuai panduan, dan panduan, dan memiliki SOP

memiliki SOP

Layanan intervensi krisis Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi

Bimbingan mental dan spiritual - Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi

Bimbingan Penghidupan - Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi (dalam

(dalam betuk seminar, betuk seminar, pelatihan, pelatihan, survival skill) survival skill)

Kegiatan Rekreasional - - Ada, terdokumentasi dan

terjadwal Catatan : Kegiatan dapat berupa olahraga dan bermusik

(26)

17

Pascarehabilitasi Psikososial

Konseling individual Ada dan terdokumentasi

Pendekatan kelompok Ada, terdokumentasi sesuai panduan, dan memiliki SOP

CATATAN

Kegiatan dapat dilaksanakan dalam bentuk edukasi/ konseling/ terapi

Pendekatan keluarga dan/atau

pasangan Ada, terdokumentasi sesuai panduan, dan memiliki SOP

Ada, terdokumentasi :

Bimbingan penghidupan CATATAN :

Disesuaikan dengan jenis bimbingan yang memang ada di dalam lapas/ rutan tersebut

Ada, terdokumentasi dan terjadwal

Kegiatan rekreasional CATATAN

Kegiatan dapat berupa olahraga dan bermusik

(27)

18

i. Sistem Rujukan dan Jejarin

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus menjalin kerja sama dengan lembaga/institusi lain untuk mendukung pelayanan yang lebih komprehensif sesuai kebutuhan penerima layanan, antara lain:

a. Rujukan kepada unit pelayanan kesehatan (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL));

b. Rujukan kepada penyelenggara layanan rehabilitasi lainnya sesuai kebutuhan;

c. Kerja sama lintas program dengan unit layanan sesuai kebutuhan lainnya.

d. Kerja sama dengan lembaga atau institusi lain harus didokumentasikan.

ii. Sistem Pelaporan

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki sistem pelaporan rekam rehabilitasi yang terintegrasi dan terdokumentasi.

iii. Evaluasi Layanan

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki sistem evaluasi yang

mencakup:

a. Indeks kepuasan penerima layanan (Lampiran A);

b. Indeks perubahan kualitas hidup penerima layanan (Lampiran B) Pengukuran dilakukan oleh petugas layanan rehabilitasi dengan menggunakan WHOQoL,waktu pengukuran dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, dimana pengukuran pertama dilakukan diawal rehabilitasi (B0), pengukuran kedua dilakukan pada bulan ketiga (B03) masa rehabilitasi dan pengukuran ketiga dilakukan di akhir program (B06); Sistem evaluasi penyelenggara layanan rehabilitasi harus didokumentasikan.

iv. Penerimaan Awal

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus melaksanakan tahap

penerimaan awal yang dibuktikan dengan

dokumen/formulir/instrumen yang tervalidasi sebagai berikut: 1. Registrasi/pendaftaran

2. Penapisan/skrining (menggunakan ASSIST) Lampiran C dan Lampiran D

(28)

19 3. Kesepakatan awal (Informed Consent)

v. Asesmen

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi melaksanakan tahap asesmen komprehensif yang didokumentasikan menggunakan instrumen Addiction Severity Index (ASI)

vi. Rencana Terapi

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki rencana terapi yang memenuhi prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Timely) yang terdokumentasi untuk setiap calon penerima layanan yang mencakup:

1. Jenis intervensi yang akan diberikan; 2. Indikator keberhasilan;

3. Waktu pelaksanaan;

4. Petugas yang melaksanakan; dan 5. Evaluasi rencana terapi.

vii. Monitoring penggunaan Napza secara berkala

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi secara berkala melakukan pemantauan dan pencatatan penggunaan NAPZA terhadap penerima layanan

dan didokumentasikan melalui:

1. Catatan konseling yang merupakan bagian dari rekam rehabilitasi; 2. Hasil pemeriksaan urin yang tercatat dilembar asesmen atau form

catatan medis/rekam rehebilitasi.

viii. Pencatatan Kemajuan Penerimaan layanan

Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki catatan kemajuan penerima layanan dalam bentuk rekam rehabilitasi dan didokumentasikan yang mencakup informasi sebagai berikut:

1. Data diri sesuai NIK/KTP/No Register Pemasyarakatan; 2. Lembar persetujuan terapi;

3. Hasil asesmen awal;

4. Hasil pemeriksaan fisik di tempat (spot check); 5. Hasil pemeriksaan medis;

6. Pengobatan dan/atau tindakan; 7. Intervensi psikososial;

(29)

20 8. Perkembangan kesehatan; dan

9. Catatan rujukan.

3. Prosedur/Tahapan Pelaksanaan Program

Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan WBP pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di UPT Pemayarakatan dibagitiga tahapan:

a. Rehabilitasi Medis b. Rehabilitasi Sosial; dan

c. Pascarehabilitasi.

a. Rehabilitasi Medis& Pascarehabilitasi

TAHAPAN KEGIATAN WAKTU KETERANGAN

Penerimaan 1. Skrining ASSIST 1 hari Sesuai dengan

Awal 2. Cek kesehatan kriteria inklusi yang

dasar sudah ditentukan

Administrasi 1. Pengisian informed 1 hari Jika lolos skrining

consent

2. Pengisian biodata awal untuk rekam rehabilitasi

Masa Orientasi 1. Stabilisasi fisik dan Menyelesaikan WBP yang sampai

Psikis terapi sesuai tahap ini sudah

2. Terapi Medis : rekomendasi memenuhi syarat

Terapi Simtomatik dokter inklusi dalam arti

dan/ atau Terapi tidak memiliki

Penyakit penyerta penyakit berat

(berdasarkan rekomendasi medis)

3. Asesmen ASI dan WHOQoL

4. Membuat Treatment Plan 5. Pengenalan

Program

Terapi 1. Konseling 17-18 minggu Akan dijelaskan

Psikososial Individual lebih lanjut dalam

2. Pendekatan Juklak

kelompok 3. Pendekatan

keluarga dan pasangan

Terminasi 1. Persiapan pasca 3 minggu

(30)

21 2. Asesmen Akhir (ASI dan WHOQoL) 3. Menyiapkan

rujukan dan rekam

rehab untuk lanjutan pasca rehabilitasi Pasca rehabilitasi Mengikuti kegiatan pascarehabilitasi (terintegrasi dengan program pembinaan): 6 bulan Dilaksanakan di Lapas/Rutan/LPKA 1. Vokasional 2. Seminar/support grup (2 minggu sekali) 3. Konseling

(sebulan sekali) Dilaksanakan di

Dilaksanakan oleh

Bapas

Pembimbing 6 bulan

Kemasyarakatan (PK)

b. Rehabilitasi Sosial : Rawat Inap & Pascarehabilitasi

TAHAPAN KEGIATAN WAKTU KETERANGAN

Penerimaan Awal 1. Skrining ASSIST 1 hari Sesuai dengan

2. Cek kesehatan kriteria inklusi

dasar yang sudah

ditentukan

Administrasi 1. Pengisian informed 1 hari Jika lolos

consent skrining

2. Litmas awal

Masa Orientasi 1. Stabilisasi fisik dan 1 – 14 hari WBP yang

Psikis

(Menyelesaikan sampai tahap ini

2. Terapi Medis : Terapi sudah

terapi sesuai

Simtomatik dan/ atau memenuhi

rekomendasi

Terapi Penyakit syarat inklusi

dokter)

penyerta dalam arti tidak

(berdasarkan memiliki

rekomendasi medis) penyakit berat

3. Asesmen ASI

(global) dan

WHOQOL

4. Membuat Treatment

(31)

22

5. Pengenal an Program

Intervensi 1. Fase Younger 1. Max. 6 Penjelasan lebih

Psikososial member minggu detil ada pada

dengan modalitas 2. Fase Middle Member 2. Max. 9 Juklak

TC berbasis 3. Fase Older Member minggu

pemasyarakatan, 3. Min. 4

terdiri dari 3 fase minggu

Total 19 minggu

Terminasi 1. Persiapan pasca 3 minggu

rehab

2. Asesmen Akhir (ASI dan WHOQOL) 3. Menyiapkan rujukan

dan rekam medis untuk pembinaan pascarehabilitasi

Pasca Mengikuti kegiatan 6 bulan Dilaksanakan di

Rehabilitasi pascarehabilitasi Lapas/Rutan/LP

(terintegrasi dengan KA program pembinaan): 1. Vokasional 2. Seminar/support grup (2 minggu sekali) 3. Konseling (sebulan sekali) Dilaksanakan oleh Pembimbing Dilaksanakan di

(32)

23

c. Rehabilitasi Sosial : Intervensi Singkat& Pascarehabilitasi

Administrasi 1. Pengisian informed 1 hari Jika lolos

consent skrining

2. Litmas awal

Masa Orientasi 1. Asesmen ASI 1 hari WBP yang

(global) dan sampai tahap ini

WHOQOL sudah

2. Membuat Treatment memenuhi

Plan syarat inklusi

3. Pengenalan dalam arti tidak

Program memiliki

penyakit berat

Intervensi 1. Konseling Individual 12minggu

Psikososial (sebulan sekali)

singkat 2. Psikoedukasi

(seminggu sekali) 3. Support grup

minimal seminggu sekali

Pascarehabilitasi Mengikuti kegiatan 6 bulan Dilaksanakan di

pascarehabilitasi Lapas/Rutan/LP (terintegrasi dengan KA program pembinaan): 1. Vokasional 2. Seminar/supp ort grup (2 minggu sekali) 3. Konseling (sebulan sekali) Dilaksanakan di

Dilaksanakan oleh 6 bulan Bapas

Pembimbing

Kemasyarakatan (PK)

Kegiatan dalam alur program akandijelaskan dalam Juklak penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan.

TAHAPAN KEGIATAN WAKTU KETERANGAN

Penerimaan Awal 1. Skrining ASSIST 1 hari Sesuai dengan

2. Cek kesehatan kriteria inklusi

dasar yang sudah

(33)

24

I. Jangka Waktu Penyelesaian

1. Rehabilitasi Medis : 6 bulan 2. Rehabilitasi Sosial

• Rehabilitasi Sosial : 6 bulan • Intervensi Singkat : 3 bulan 3. Pascarehabilitasi

• Di Lapas/Rutan/LPKA : 6 bulan

• Di Bapas : 6 bulan

J. Anggaran Penyelenggaraan Layanan

Postur Anggaran Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan dengan target output 10 orang

1. Layanan Rehabilitasi Medis : Rp 26.400.000,00 • Skrining dan Asesmen

• Layanan Rehabilitasi medis • Asesmen Akhir

2. Layanan Rehabilitasi Sosial : Rp 32.780.000,00 • Skrining dan Asesmen

• Layanan Rehabilitasi medis • Asesmen Akhir

3. Layanan Pascarehabilitasi : Rp 14.700.000,00 Pelaksanaan di Bapas.

K. Instrumen Penilaian Kinerja

OUTPUT OUTCOME

1. Capaian Target JumlahPeserta 1. Kepuasan peserta rehabilitasi

Rehabilitasi 2. Keberhasilan program

2. Serapan Anggaran Rehabilitasi 3. Perbandingan WHOQoL awal

dan akhir

4. Perbandingan ASI pada awal dan akhir

5. Hasil tes urine negatif selama dan setelah selesai

(34)

1

LAMPIRAN A (Normatif) INSTRUMEN SURVEI

KEPUASAN PENERIMA LAYANAN REHABILITASI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

DATA RESPONDEN Nama Responden

NIK/No Register Tempat, Tanggal Lahir Umur Jenis Kelamin Alamat : : : : : : Petunjuk penggunaan:

1. Bacalah instrumen dengan seksama 2. Silang yang sesuai dengan pendapat anda 3. Penilaian dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Diberi nilai 1 (tidak memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan tidak sederhana, alumya tidak mudah, loket terlalu banyak, sehingga prosesnya tidak efektif

b. Diberi nilai 2 (kurang memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan masih belum mudah, sehingga prosesnya belum efektif.

c. Diberi nilai 3 (memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa mudah, sederhana, tidak berbelit-belit tetapi masih perlu diefektifkan.

d. Diberi nilai 4 (sangat memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa sangat mudah, sangat sederhana, sehingga prosesnya mudah dan efektif.

(35)

2

PENDAPAT RESPONDEN

Bagaimana pendapat saudara mengenai perihal berikut:

No Perihal Sangat Memuaskan (4) Memuaskan (3) Kurang Memuaskan (2) Tidak Memuaskan (1) 1

Bagaimana pendapat saudara tentang kemudahan persyaratan administrasi untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi?

2

Bagaimana pendapat saudara tentang persyaratan teknis (usia, penyakit penyerta, lama penanganan, hasil urine test) untuk mendapatkan pelayanan?

3 Bagaimana pendapat saudara tentang kemudahan untuk mendapatkan

akses layanan rehabilitasi di lembaga ini?

4 Menurut anda bagaimana tentang pelakasnaan alur layanan rehabilitasi di

lembaga rehabilitasi ini?

5 Bagaimana pendapat saudara tentang ketepatan waktu pelayanan yang

diberikan ?

6 Bagaimana pendapat saudara tentang ketepatan waktu pelaksanaan

dengan jadwal yang sudah ditentukan?

7 Bagaimana pendapat saudara tentang transparansi biaya lain yang

sudahdikeluarkan diluar biaya inti?

8 Bagaimana menurut saudara tentang kesesuaian jenis layanan yang

diterima dengan rencana terapi?

9

Bagaimana pendapat saudara tentang pemahaman yang dimiliki oleh petugas tentang rehabilitasi?

(36)

3

10 Bagaimana pendapat saudara tentang ketanggapan petugas dalam

memberikan pelayanan?

11 Bagaimana pendapat saudara tentang komunikasi petugas dalam

memberikan pelayanan?

12 Bagaimana pendapat saudara tentang sikap petugas dalam memberikan

pelayanan?

13 Bagaimana pendapat saudara tentang kedisiplinan petugas dalam

memberikan pelayanan?

14 Bagaimana menurut saudara tentang kesesuaian antara standar pelayanan

yang telah diberikan dengan informasi awal?

15 Bagaimana pendapat saudara tentang kesesuaian jumlah petugas dalam

memberikan pelayanan?

16 Bagaimana pendapat saudara tentang keadilan dalam mendapatkan

pelayanan tanpa melihat perbedaan?

17 Bagaimana pendapat saudara tentang kondisi sarana dan prasarana di unit

layanan?

18 Bagaimana pendapat saudara tentang kebersihan di lingkungan unit

layanan?

19 Bagaimana pendapat saudara tentang penyediaan makanan/minuman di

unit layanan?

20 Bagaimana pendapat saudara tentang keamanan lingkungan di unit

(37)

4

Saran untuk Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan yang lebih baik:

...

...

... 21 Bagaimana pendapat saudara tentang penanganan pengaduan di unit

layanan?

(38)

1

LAMPIRAN B (Normatif)

WHO Quality Of Life -BREF

NIK: ___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___ Kode Peserta: ___/___/___/___/___/___/___

Nama Pewawancara: ________________________ Tanggal: DAY/MO/YR

Waktu Wawancara: ___ (0) awal (1) 3-bulan, dalam masa rehabilitasi (2 ) 6-bulan, akhir rehabilitasi

[Catatan: Berikan Kartu Respons 4 kepada partisipan]

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda palingsesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.

Ingatlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda satu bulan sebelum wawancara ini dilakukan

Sangat

Buruk Biasa-biasa Baik Sangat

buruk saja baik

6.1 Bagaimana menurut anda 1 2 3 4 5

kualitas hidup anda?

Sangat

Tidak Sangat

tidak memuask Biasa-biasa Memuas memua

memuaska an saja -kan s-kan

n

6.2 Seberapa puas anda terhadap 1 2 3 4 5

kesehatan anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini dalam satu bulan sebelum wawancara ini dilakukan

Tidak

Sangat

sama Sedikit Cukup Selalu

sering sekali

6.3 Seberapa sering rasa sakit fisik 5 4 3 2 1

anda mencegah anda dalam

(39)

2

beraktivitas sesuai kebutuhan anda? 6.4 Seberapa sering anda

membutuhkan terapi medis untuk 5 4 3 2 1

dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari anda?

6.5 Seberapa sering anda menikmati 1 2 3 4 5

hidup anda?

6.6 Seberapa sering anda merasa hidup 1 2 3 4 5

anda berarti?

6.7 Seberapa sering anda mampu 1 2 3 4 5

berkonsentrasi?

6.8 Secara umum, seberapa aman anda

rasakan dalam kehidupan anda 1 2 3 4 5

sehari-hari?

6.9 Seberapa sehat lingkungan dimana

anda tinggal (berkaitan dengan 1 2 3 4 5

sarana dan prasarana)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam satu bulan sebelum wawancara ini dilakukan

Tidak

sama Sedikit Sedang Seringkali Selalu

sekali 6.10 Apakah anda memiliki

vitalitas yang cukup untuk 1 2 3 4 5

beraktivitas sehari2?

6.11 Apakah anda dapat

menerima penampilan tubuh 1 2 3 4 5

anda?

6.12 Apakah anda memiliki cukup

uang untuk memenuhi 1 2 3 4 5

kebutuhan anda?

6.13 Seberapa jauh ketersediaan

informasi bagi kehidupan 1 2 3 4 5

anda dari hari ke hari? 6.14 Seberapa sering anda

memiliki kesempatan untuk 1 2 3 4 5

bersenang-senang /rekreasi?

Sangat

Buruk Biasa- Baik Sangat

(40)

3

6.15 Seberapa baik kemampuan 1 2 3 4 5

anda dalam bergaul?

Sangat

Tidak Sangat

tidak Biasa- Memuaska

memuaska memuaska

memuaska biasa saja n

n n n

6.16 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5

dengan tidur anda? 6.17 Seberapa puaskah anda

dengan kemampuan anda 1 2 3 4 5

untuk menampilkan aktivitas kehidupan anda sehari-hari? 6.18 Seberapa puaskah anda

dengan kemampuan anda 1 2 3 4 5

untuk bekerja?

6.19 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5

terhadap diri anda? 6.20 Seberapa puaskah anda

dengan hubungan personal / 1 2 3 4 5

sosial anda?

6.21 Seberapa puaskah anda

dengan kehidupan seksual 1 2 3 4 5

anda?

6.22 Seberapa puaskah anda

dengan dukungan yang 1 2 3 4 5

anda peroleh dari teman anda?

6.23 Seberapa puaskah anda

dengan kondisi tempat anda 1 2 3 4 5

tinggal saat ini?

6.24 Seberapa puaskah anda

dengan akses anda pada 1 2 3 4 5

layanan kesehatan? 6.25 Seberapa puaskah anda

dengan transportasi yang 1 2 3 4 5

harus anda jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam satu bulan sebelum wawancara ini dilakukan

Tidak

Jarang Cukup Sangat Selalu

(41)

4

6.26 Seberapa sering anda

memiliki perasaan negatif 5

seperti ‘feeling blue’ 4 3 2 1

(kesepian), putus asa, cemas dan depresi?

Komentar pewawancara tentang penilaian ini?

[Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai]

Transformed

Equations for computing domain scores Raw score scores*

0-100 6.27 Domain 1 Q3+Q4+Q10+Q15+Q16+Q17+Q18 a. = c:

+



+



+

+

+

+

 6.28 Domain 2 Q5+ Q6+Q7+ Q11+ Q19+ Q26 a. = c:

+

+

+



+



+

 6.29 Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 a. = c:

+

+

 6.30 Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24 + Q25 a. = c:

+

+

+

+

+

+

+



(42)

Gambar

Foto kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pengperpaduan tersebut kemudian menghasilkan “ Model Penyembuhan dalam bimbingan bagi korban penyalahgunaan NAPZA ” yang akan di gunakan dalam bimbingan bagi

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi awal korban penyalahgunaan NAPZA di lembaga rehabilitasi Rumah Cemara Bandung, metode apa yang digunakan

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis

“fungsi dan tugas pembinaan pemasyarakatan terhadap warga binaan pemasyarakatan (narapidana, anak negara, klien pemasyarakatan, dan tahanan) dilaksanakan secara terpadu

Rehabilitasi Medis bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang sedang dalam proses. penyidikan, Penuntutan, dan Persidangan atau telah

a) Proses penerapan rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika oleh Satnarkoba Polres Kepulauan Mentawai udah berjalan sesuai dengan peraturan

Pelaksanaan pembinaan penyalahguna narkoba di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Makassar kurang efektif dikarenakan tidak tercapainya tujuan dalam pembinaan penyalahguna

Hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, Pelaksanaan Tim asesmen terpadu dalam menyelamatkan pecandu atau korban penyalahgunaan narkotika, apabila seseorang sebagai pecandu atau