• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESY NURJANAH B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESY NURJANAH B"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DERAJAT DESENTRALISASI DAN

KETERGANTUNGAN KEUANGAN TERHADAP BELANJA MODAL

(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tengah Tahun 2013-2015)

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

DESY NURJANAH

B 200130281

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENGARUH PAD, DAU, DAK, DERAJAT DESENTRALISASI

DAN KETERGANTUNGAN KEUANGAN TERHADAP

BELANJA MODAL

(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Wilayah Jawa Tengah Tahun 2013-2015)

Abstrak

Dalam pembelanjaan daerah tidak lepas dari sumber penerimaan, baik berupa dana perimbangan, pinjaman daerah, maupun pendapatan asli daerah. Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendanaan yang bersumber dari daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 kabupaten dan 6 kota di Provinsi Jawa Tengah dengan 3 tahun amatan. Sehingga total sampel yang diteliti adalah 105. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD, DAK dan Derajat Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Sementara itu variabel DAK dan Ketergantungan Keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

Kata Kunci: PAD, DAU, DAK, Derajat Desentralisasi, Ketergantungan Keuangan dan Belanja Modal.

Abstract

In the local expenditure can’t be loose from acceptance source, either balance of fund, regional loan, or regional income. Balance of fund is a funding sourced from APBN consisting of divide income fund, general allocation fund, and special allocation fund, while regional income is a funding sourced from regional. This research used quantitative research. In this research used taking sample method is saturation sample that is all of population made a research sample. Sample of this research amount to 29 regencies and 6 cities in Central Java Province with 3 years of observation. So the total sample studied was 105. The analysis tool used is the Multiple Linear Regression Analysis.The results of this study indicate that the PAD, DAK and significant effect on the degree of decentralization of Capital Expenditure. While the variable DAK and Financial Dependence no significant effect on Capital Expenditure.

Keywords: PAD, DAU, DAK, Degree of Decentralization, Reliance Financial and Capital Expenditures.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi sistem pemerintahan yang dianut bersifat sentralistik, kemudian semenjak tahun 1999 berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era otonomi daerah (Novianto dan Hanfiah, 2015). Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah yang disusun secara tahunan dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Derajat desentralisasi atau biasa di sebut dengan derajat otonomi fiskal daerah merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan otonomi daerah secara keseluruhan. Hal ini disebabkan derajat otonomi fiskal merupakan gambaran kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan terselenggaranya pembangunan nasional mengingat Indonesia yang mempunyai banyak kekayaan budaya dan adat istiadat yang berbeda disetiap daerah.

Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat (36)belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi/kabupaten/kota. Hubungan dalam bidang keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana perimbangan tersebut terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dwirandra dan Putra (2015) menyatakan bahwa pemerintah daerah dituntut untuk bisa lebih mandiri dalam mengelola penerimaaan daerah yang ditujukan untuk proses pembangunan daerah. Meningkatkan belanja daerah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan daerah yang direalisasikan dalam bentuk pengadaan

(7)

3

fasilitas, infrastruktur dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kepentingan publik. Agar pemerintah daerah mampu menyediakan pelayanan publik yang memadai, disinilah diperlukan alokasi belanja modal yang lebih tinggi.

Dalam pembelanjaan daerah tidak lepas dari sumber penerimaan, baik berupa dana perimbangan, pinjaman daerah, maupun pendapatan asli daerah. Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendanaan yang bersumber dari daerah. Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, menegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan kepada pemerintah daerah.

Berlakunya otonomi daerah dimaksudkan agar daerah otonom memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat. Dengan demikian pemerintah daerah dapat mengembangkan potensi daerah, serta diberi kewenangan untuk mengeksplorasi sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut secara efektif dan efisien, agar dapat mengoptimalkan kinerja keuangannya tanpa bergantungan dengan pemerintah pusat.

Dengan adanya peningkatan PAD, masyarakat mengharap adanya peningkatan pelayanan terutaman di sektor publik. Peningkatan layanan publik ini diharapkan mampu meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah. Harapan ini bisa terwujud apabila ada upaya dari pemerintah memberikan fasilitas pendukung investasi. Apabila investor mau menanamkan modalnya di kabupaten/kota di Jawa Tengah, maka PAD kabupaten/kota di Jawa Tengah akan meningkat

(8)

4 2. METODE PENELITIAN

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah data PAD, DAU, DAK, derajat desentralisasi, ketergantungan keuangan dan belanja modal kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang meliputi 29 daerah kabupaten dan enam daerah kota sehingga total populasi adalah 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode Non Propabillity Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi sampel dalam penelitian. Metode Non Propabillity Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2009:122) sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian.

Definisi dan Operasional Variabel Variable Dependen

Belanja Modal

Dalam penelitian ini yang dipakai sebagai variabel independen adalah belanja modal. Alokasi belanja modal adalah alokasi pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dibandingkan dengan total belanja dalam APBD. Indikator belanja modal dapat diukur dengan:

Belanja modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan + Belanja Aset Lainnya Variabel Independen

Pendapatan Asli Daerah

PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah dan lain-lain pendapatan yang sah, yang dirumuskan:

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Sah + Pendapatan Lain-lain yang Sah

(9)

5 Dana Alokasi Umum

DAU merupakan salah satu transfer dana pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU untuk daerah provinsi maupun daerah kabupaten/kota dapat dinyatakan sebagai berikut:

DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar

Dalam hal ini celah fiskal dapat diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal.

Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Dana Alokasi Khusus selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Maksud dari kebutuhan khusus sendiri adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum juga memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN.

Derajat Desentralisasi

Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Derajat desentralisasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Error! Reference source not found. Ketergantungan Keuangan

Ketergantungan keuangan dihitung dengan membandingkan jumlah pendapatan transfer dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat/ propinsi. Ketergantungan keuangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(10)

6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda (Multiple Linier Regression Method). Analisis ini digunakan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah:

ABM =Error! Reference source not found. Keterangan:

ABM = Alokasi Belanja Modal α = Konstanta

= Koefisien regresi PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum

DAK = Dana Alokasi Khusus DD = Derajat Desentralisasi

KK = Ketergantungan Keuangan Error! Reference source not found.

= Kesalahan Residual

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Maka, dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.

Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil Kolmogrov-Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,554 dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,919. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi dalam penelitian memiliki sebaran data normal

Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF pada hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel independennya kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas.

(11)

7 Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser. Berdasarkan hasil uji glejser yang dilakukan, nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari 0,05 maka diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan nilai mutlak residual sehingga menunjukkan tidak adanya masalah heterokedastisitas dalam model regresi.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi sehingga dapat lebih efisien. Asumsi autokorelasi diuji dengan menggunakan Uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson merupakan dasar untuk menentukan apakah telah terjadi autokorelasi atau tidak. nilai DW terletak diantara dU dan 4 – dU (dU<DW< 4 – dU), hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi positif/negatif.

Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja modal

Pendapatan Asli Daerahmemiliki tingkat signifikansi< 0,05 yaitu sebesar 0,000. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar pendapatan asli daerah (PAD) yang dihasilkan suatu daerah, maka berarti semakin besar daerah tersebut mampumemenuhi kebutuhan belanjanya sendiri, tanpa harus tergantung pada pemerintah pusat.

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal

Dana Alokasi Umummemiliki tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,794. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dana alokasi umum tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan dana transfer (DAU) pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, maka akan semakin meningkatkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat dalam rangka membiayai pembangunan infrastruktur maupun sarana dan prasarana yang menjadi alokasi untuk belanja modal.

(12)

8

Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap belanja modal

Dana Alokasi Khusus memiliki tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,000. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dana alokasi khusus berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa,peningkatan dana transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional telah digunakan secara tepat untuk peningkatan sarana dan prasarana maupun pembangunan infrastruktur melaui peningkatan belanja modal.

Pengaruh Derajat Desentralisasi terhadap belanja modal

Derajat Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap belanja modal dimana nilai signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,016 namun memiliki Standardized Coefficients Beta -6518,990 sehingga arah pengaruhnya negatif. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kontribusi PAD yang dimiliki pemerintah daerah juga semakin tinggi. Perhitungan rasio derajat desentralisasi adalah PAD dibagi dengan total pendapatan daerah dikali 100% hasilnya berupa presentase. Hasil presentase deraajat desentralisasi yang meningkat tidak menentukan belanja modal juga meningkat. Transfer yang terjadi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah berupa dana perimbangan memang cukup besar, namun penggunannya dalam belanja modal belum menjadi prioritas.

Pengaruh Ketergantungan Keuangan terhadap belanja modal

Ketergantungan Keuangan memiliki tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,091. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ketergantungan keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini membuktikan bahwa, dengan ketergantungan yang rendah, maka semakin kecil ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat/provinsi, yang berarti kemampuan keuangan pemerintah daerah lebih baik, sehingga dapat mengalokasikan belanja modal lebih besar.

(13)

9 4. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: PAD, DAK, Derajat Desentralisasi berpengaruh terhadap belanja modal sedangkan DAU, dan Ketergantungan Keuangan tidak berpengaruh terhadap belanja modal.

Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Penelitian hanya menggunakan objek penelitian pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. (2) Penelitian hanya berdasarkan data kuantitatif, yaitu data realisasi anggaranpada akhir tahun anggaran selain itu tidak melibatkan variabel non keuangan. (3) Penelitian ini hanya menggunakan variabel independen yang terbatas.

Saran

Atas dasar simpulan serta keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan rekomendasi sebagai berikut:(1) Penelitian mendatang diharapkan dapat menggunakan ruang lingkup secara lebih luas agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik tidak hanya dengan data secara statistik dan informasi tertulis tentang APBD saja. (2) Penelitian selanjutnya disarankan dapat menambah variabel independen lainnya dan juga variabel moderating maupun intervening sebagai bagian dari interaksi yang diduga mampu menjelaskan secara maksimal variasi terhadap variabel dependen.(3) Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya menggunakan data sekunder laporan data sensus terbaru dan termutakhirkanyang didapatkan dari data realisasi anggaran Kemendagri dan juga masing-masing pemerintah daerah, tetapi juga melalui metode observasi atau pengamatan terhadap obyek secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Sutaryo. 2014. “Pengaruh Rasio Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pemerintah Provinsi di Indonesia”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

(14)

10

Arsa, Setiawina. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan Pada Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bali Tahun 2006-2013”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015.

Bastian, Indriyanto. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 1, BPFE: Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Edisi Kelima.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Irawan. 2016. “Pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH Terhadap Pengalokasian

Belanja Modal Provinsi di Indonesia”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Martini, Dwirandra. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Pada Alokasi Belanja Modal di Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 10 No. 2 Hal. 426-443, ISSN: 2302-8556.

Novianto, Hanafiah. 2015. “Pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan Kinerja KeuanganTerhadap Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat”. Jurnal Ekonomi, Vol. 4 No. 1, ISSN: 2302-7169.

Pelealu. 2013. “Pengaruh DAK dan PAD Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-2012”. Jurnal Emba, Vol. 1 No. 4 Hal, 1189-1197, ISSN: 2303-1174.

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2011 tentang Dana Alokasi

Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Permatasari, Mildawati. 2016. “Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Jawa Timur”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 5 No. 1 Januari 2016, ISSN: 2460-0585.

Putra, Dwiranda. 2015. “DAU, DBH, DAK, dan PAD Daerah Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 13 No. 3 Desember 2015, ISSN: 2303-1018.

Rosidin, Utang. 2012. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Edisi 1, Pustaka Setia. Bandung.

(15)

11

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Edisi kesepuluh. CV. Alfabeta. Bandung.

Sularso, Restianto. 2011. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah”. Media Riset Akuntansi, Vol. 1 No. 2 Agustus 2011, ISSN: 2088-2106.

Sumartini, Yasa. 2014. “Pengaruh PAD dan DAU Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui Belanja Modal di Provinsi Bali”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 4 No. 4 Hal. 258-271, ISSN: 2303-0178.

Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi 4, BPFE: Yogyakarta.

Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Edisi 1, Bahasa Indonesia. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Yuwana, Sony. Suheiry Zein. dan A.R. Azrafiany. 2008. Memahami APBD dan Permasalahannya. Edisi 1, Bayumedia. Malang.

Referensi

Dokumen terkait

aktifitas sosial keagamaan tersebut karena proses pencarian amal pembangunan masjid dijalan raya itu dianggap mencemarkan citra dan prestise umat Islam di Indonesia, akan tetapi

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada disebabkan karena baik pada kelompok kasus maupun kelompok kendali bertempat tinggal pada lingkungan

Jundah pencari kerja atau pengangguran di Indonesia dan di dunia saat ini sangat banyak dm semakin bertafirbah, dirnana jrxnlah tersebut tidak sebanding

SHP untuk melindungi hutan dari kebakaran diantaranya: - Pemasangan satu buah CCTV di Base Camp dengan cakupan radius 10 km sebagai alat dari sistem deteksi

Limbah kotoran ternak yang dihasilkan juga tercatat setiap harinya.perlu ditingkatkan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan oleh peternakan BBG mengenai pengolahan limbah

Seluruh Dosen Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

BAB V : Hasil dan Pembahasan Studi Kasus , berisi tentang sebaran dan waktu penyejukan, gradien temperatur vertikal ruang, dan kecepatan

Artinya ketika peneliti masih ada yang kurang dalam mengambil atau memperoleh data maka peneliti melakukan perpanjangan pengamatan sehingga peneliti akan