• Tidak ada hasil yang ditemukan

TREN POLA KONSUMSI MEDIA DI INDONESIA TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TREN POLA KONSUMSI MEDIA DI INDONESIA TAHUN 2019"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

The 5

th

Indonesia Media Research

Awards & Summit (IMRAS) 2019

TREN POLA KONSUMSI

MEDIA DI INDONESIA

TAHUN 2019

Surabaya, 6 Februari 2019

(2)
(3)

The 5

th

Indonesia Media Research

Awards & Summit (IMRAS) 2019

TREN POLA KONSUMSI

MEDIA DI INDONESIA

TAHUN 2019

Surabaya, 6 Februari 2019

(4)

Editor : Asmono Wikan Penerbit :

Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat Redaksi :

Gedung Dewan Pers Lantai 6 Jl. Kebon Sirih 32-34, Jakarta 10110 T: 021 - 345 9671 ; 021 - 381 1228 F: 021 - 386 2373 E: spspusat@spsindonesia.or.id W: www.spsindonesia.org Cetakan I, Mei 2019 ISBN: 978-623-91201-0-8

Surabaya, 6 Februari 2019

Panita Pelaksana : Ketua Pelaksana: Asmono Wikan Wakil Ketua: Dr. Irwa Rochimah Zarkasi Bendahara: Marlia Yoanita Sponsor & Promosi: Agusnia Ayu

Ratnaningtyas Acara: Dea Mustarina Kesekretariatan: Dwi Hartomo,

Tarja S. Jaya Desain & Layout: Malhaf Budiharto Steering Committee : Januar Primadi Ruswita Pung Purwanto H. Muhammad Ridwan Arif Zetta Saraswati H. Syafriadi Suhendro Boroma Syamsuddin H. Sutarto Nelson Daniel Boling Arief Budisusilo Reviewer : Dr. Lestari Nurhayati, M.Si Dr. Edi Santoso, M.Si Dr. Rita Gani, M.Si Dr. Turnomo Rahardjo, M.Si Dr. M. Sulhan, M.Si Dr. Bekti Istiyanto, M.Si Dr. Yanuar Luqman, M.Si Dr. Catur Suratnoaji, M.SI Mario Antonius Birowo, M.A, Ph.D Dr. Murti K. Wirasti, M.Si

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

(5)

Pengaruh Intensitas Kegiatan Komunitas Terhadap Minat Membaca Suara Merdeka Melalui Customer Engagement

Immanuel Dwi Asmoro Tunggal dan Choirul Ulil Albab

1

Pembingkaian Isu Islam Radikal pada Media Online di Bali

Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel S.Sos M.Si

19

MENGUKUHKAN KEMBALI KEKUATAN MEDIA CETAK

(Menakar Model Bisnis Surat Kabar Jawa Pos di Tengah Gempuran Era Digital)

Veza Aditya Lenggawa

41

KONSTRUKSI PESAN MEDIA SOSIAL CALON PUBLIC FIGURE DI PILKADA SERENTAK 2018 DAN KETERTARIKAN PEMILIH MILENIAL

Choirul Fajri, Anang Masduki

70

KICK OUT HOAX “INDONESIA RAMAH BERSOSMED”

Suraya Suraya, Leni Marliana, Sulistiani

86

PENYANDANG DISABILITAS MENEMBUS BATAS MEDIA MAINSTREAM DALAM KAMIBIJAK.COM

Swita Amallia Hapsari, Heni Indrayani, Naiza Rosalia

105

PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL, ORIENTASI

KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU BERDAKWAH AGAMA SECARA ONLINE PADA GENERASI MILENIA MUSLIM

(6)

Pembingkaian Isu Islam Radikal

pada Media Online di Bali

Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel S.Sos M.Si

Program Studi Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

rasamanda13@unud.ac.id

Perkembangan aliran Islam radikal di Indonesia kini telah menjadi isu nasional. Isu mengenai Islam radikal ini pun mendapat sorotan di media, tidak hanya media nasional namun juga media-media lokal. Salah satunya adalah media di Bali. Masyarakat Bali sendiri memiliki traumatik tersendiri dengan isu radikal yang khususnya terkait dengan terorisme. Media sebagai pembentuk agenda di masyarakat pun memiliki peranan penting dalam menentukan cara pandang masyarakat terhadap suatu Isu. Media lokal di Bali pun menjadikan isu islam radikal dalam agenda setting mereka. Maka menarik untuk diteliti mengenai bagaimana pembingkaian isu Islam radikal pada media di Bali 2018. Media yang dijadikan unit analisis adalah media online Balipost.com dan beritabali.com Metode yang digunakan adalah analisis isi dengan menggunakan teori framing pendekatan Entman. Pengemasan/pembingkaian berita terkait Islam, Muslim, dan Isu Radikalisme di khususnya pasca Bom di Surabaya adalah tergolong mengedepankan jurnalisme damai. Isu yang diangkat kedua media adalah isu nasional yaitu Terorisme dan Islam radikal. Namun dalam penonjolan aspek keduanya menekankan pada pentingnya toleransi, tidak bersikap diskriminatif maupun reaktif. Kemasan media yang cenderung positif ini menjadi salah satu faktor terjaganya hubungan yang baik antara Umat Muslim dengan masyarakat Bali pada umumnya.

(7)

BAB I. PENDAHULUAN

Pascareformasi, Indonesia kini beralih ke fase transisi demokrasi. Demokrasi membuka keran keberagaman dan perbedaan. Demokrasi memberi wadah pada pluralisme, perbedaan dengan tetap berdialog serta menghormati. Namun keran demokrasi ini pun membuka jalan untuk mengkristalnya identitas kelompok. Penguatan identitas ini selain menegaskan kebhinekaan dan pluralisme namun juga dipergunakan kelompok-kelompok tertentu untuk mengkotakkan masyarakat secara horizontal dengan politik identitas. Posisi Negara pun dihadapkan pada posisi yang sulit, menekan kelompok intoleran dinilai tidak pro pada kebebasan dan demokrasi, namun bila dibiarkan akan memecah belah bangsa Indonesia.

Dalam posisi Negara yang tersandera seperti ini, maka pers sebagai pilar keempat demokrasi diharapkan mengambil peran penting. Pers diharapkan mampu menjalankan fungsinya yakni control dan pengawasan terhadap perkembangan masyarakat dan Negara. Adapun bentuk jurnalisme yang

sepatutnya diusung adalah jurnalisme yang mengedepankan keberagaman, yang mampu menghantarkan Indonesia pada sebuah konsolidasi demokrasi. Pers pun diharapkan mampu menekan tumbuhkan gerakan-gerakan radikalisme di Indonesia.

Pers sebagai wadah public sphere, diharapkan mampu menjadi penyeimbang atas maraknya pemberitaan maupun isu yang berkembang mengenai Islam radikal. Isu yang dikembangkan oleh penganut Islam radikal cenderung menolak keberagaman. Namun kerap kali pers tidak sepenuhnya, kurang konsisten, ketika memberitakan isu-isu keberagaman. Bahkan terdapat media yang sama sekali tidak mempedulikan isu keberagaman hingga menolak keberagaman. Padahal apabila semakin banyak dan konsistennya media mengabarkan isu keberagaman, semakin gencar pula upaya positif dalam mempengaruhi publik untuk menerima keberagaman sehingga semakin cepat Indonesia mencapai konsolidasi demokrasi. Bahkan George (2016) penulis Hate Spin menilai, demokrasi di Indonesia kini mengalami ketidakpastian, di mana dalam konteks keberagaman, demokrasi di Indonesia sedang mengalami ujian akibat meningkatnya intoleransi.

(8)

Isu radikalisme Islam sendiri menjadi isu yang kadang tabu dibicarakan di media massa. Pengemasan berita yang menyangkut isu radikalisme ini pun beragam baik di tingkat nasional hingga local. Gerakan 212 adalah titik tolak di mana isu radikalisme di Indonesia mendapat tempat khusus di media. Gerakan ini pun mendapat cara pengemasan yang beragam dari media di Indonesia bahkan di media asing. Rane dkk(2016) menyatakan bahwa mayoritas media barat melakukan framing terhadap dunia Islam dengan narasi kekerasan, fanatisme, ekstremisme, dan memusuhi peradaban barat. Rane dkk (2016) melihat hampir di setiap pemberitaan dikaitkan dengan doktrin Islam dan terdapat aksi

terorisme yang menyatut simbol-simbol Islam.

Pertarungan wacana Islam Radikal ini pun tidak hanya terjadi di media nasional namun juga media lokal. Bagaimana pengemasan berita atau pembingkaian berita terkait gerakan islam radikal pun berbeda-beda di setiap daerah, tergantung dari kebijakan dan khalayak media yang dimaksud. Begitu halnya dengan Bali. Untuk daerah yang cenderung homogen seperti Bali dengan 90 persen didominasi oleh masyarakat bersuku Bali dengan beragama Hindu, maka menarik untuk melihat bagaimana Media Cetak dengan oplah terbesar dengan ideologi yang meng”ajeg”kan Bali mengemas berita mengenai Islam, muslim dan isu mengenai gerakan Islam radikal. Masyarakat Bali sendiri pun memiliki catatan buruk terhadap hubungannya dengan masyarakat Muslim pasca peristiwa Bom Bali 1 pada tahun 2002 dan Bom Bali 2 pada tahun 2005. Namun satu hal yang patut dijadikan kebanggaan masyarakat Bali adalah masyarakat tidak tersulut oleh isu-isu dan provokasi yang dapat menghancurkan rasa persatuan dan kesatuan (Erviani dan Lea, 2017). Bagaimana media mengemas berita mengenai terorisme saat itu tentu saja mempengaruhi bagaimana cara pandang masyarakat di Bali mengenai terorisme dan Islam. Hal ini menjadi dasar perbandingan bagaimana saat ini media BaliPost.com saat ini sebagai media cetak tertua dan oplah terbesar di Bali mengemas berita terkait Islam, muslim dan isu radikalisme terkait dengan perkembangan isu radikalisme Islam di Indonesia. Mengikuti perkembangan media, maka penelitian juga akan mengambil unit analisis lainnya yakni media online yang memiliki jumlah viewers terbesar di Bali yakni beritabali.com. Hal ini menjadi menarik untuk melihat apakah ada perbedaan cara pengemasan dan pembingkaian berita mengenai

(9)

Islam, muslim dan isu radikalisme di kedua media ini.

Jadi beberapa permasalahan penelitian yang diangkat adalah:

1. Bagaimana pengemasan/pembingkaian berita terkait Islam, Muslim, dan Isu Radikalisme di Media Bali Post.com pada tahun 2018?

2. Bagaimana pengemasan/pembingkaian berita terkait Islam, Muslim, dan Isu Radikalisme di Media Beritabali.com pada tahun 2018?

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Dalam perkembangannya, media dan praktik jurnalisme keberagaman menjadi hal yang kerap kali tidak sejalan dengan nilai-nilai obyektifitas berita. Ade Armando (2013) melakukan penelitian analisis isi terhadap empat Koran, di mana mengungkapkan dua Koran yakni Media Indonesia dan Koran Tempo memperlihatkan kepada keberagaman dalam pemberitaan mereka. Dua Koran lainnya yakni Kompas dan Republika, tidak memperlihatkan keberpihakan kepada keberagaman.

Penelitian lainnya Sumarno (2009) menemukan hal yang berbeda di mana media seperti Kompas dan Media Indonesia memperlihatkan keberpihakan yang tegas kepada pluralism, meski terkesan bias. Media lainnya yakni Republika sebaliknya tidak berpihak pada isu pluralism, dan Gatra berpihak pada pluralism dan cenderung berimbang.

Kansong (2016) menilai penyebab media belum sepenuhnya prokeberagaman di antaranya SARA phobia pada media arus utama di Indonesia. Media dinilai masih cenderung menghindari pemberitaan-pemberitaan konflik antarkelompok. Kansong (2016) juga menilai kekurangpedulian ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa atau pemilihan kata yang tidak tepat dan cenderung diskriminatif. Ironinya pers yang memilih tidak hadir dalam keberagaman bahkan memicu munculnya konflik antarkelompok; bukannya mengedepankan jurnalisme damai, pers justru memicu jurnalisme perang.

Menurut Shoemaker and Reese (2000), peran individu pekerja media pun memiliki peranan penting dalam penentuan isi media. Wartawan di media

(10)

cetak adalah salah satu gatekeeper yang menentukan isi media. Kansong (2016) menilai apabila produk jurnalistik bermasalah mada sikap jurnalistik pada isu keberagaman juha yang bermasalah. Yayasan Pantai melakukan penelitian tentang sejumlah isu keberagaman terhadap 600 jurnalis berbagai jenis media di 16 provinsi pada pertengahan 2009. Sebagian besar atau 64,3 persen jurnalis setuju dengan pelarangan Ahmadiyah. Sebagian besar atau 63,1% jurnalis juga mendukung Undang-undang Antipornografi. Sebagian besar jurnalis 63,5 persennya setuju dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (Gatra, 21 September 2011). Berita dalam media tidak dibuat dalam ruang hampa. Identitas dan latar belakang wartawan memiliki peran penting atas berita yang bias. Dalam konteks ini, bias akan keberagaman menyebabkan produk yang dihasilkan para jurnalis justru antikeberagaman.

Selain jurnalis, ketidakberpihakan jurnalisme terhadap keberagaman dapat dilihat dari diksi atau penggunaan kata dalam menyusun kalimat berita. Padahal diksi yang tidak tepat akan memberi stigma negatif kepada kelompok tertentu. Faktor lain dapat dilihat dari pemilihan berita yang akan naik cetak atau tidak. Pers kerap kali menempatkan berita dengan isu keberagaman secara tidak proporsional. Surat kabar dinilai kadang menyembunyikan berita isu-isu keberagaman di halaman-halaman dalam. Factor lainnya adalah ketidaktuntasan sebuah berita.

KERANGKA TEORI

Bagaimana komunikasi massa mempengaruhi masyarakat dan budaya dapat dilihat dari beberapa teori penting di antaranya mengenai Agenda-setting theory,

Agenda-setting theory

Agenda-setting theory dirumuskan oleh McCombs and Shaw pada 1972, di mana menjelaskan relasi antara penekanan media massa pada isu tertentu dan arti penting yang dinisbahkan audiensi kepada isu tersebut. Namun dalam perkembangannya teori ini telah membantu mengkaji media dalam memberi kerangka isu dan peristiwa yang dengan tidak langsung membentuk opini publik, entah secara sengaja atau tidak.

(11)

persepsi khalayak, nilai dan prioritas khalayak. Media dinilai memiliki kekuatan memberitahu khalayak isu apa yang mesti dipikirkan. Dalam perkembangannya McCombs (1997) sendiri mempertanyakan dan intervensinya menghasilkan banyak revisi dan perluasan teori. Di antara isu penting yang diangkat adalah siapa yang menentukan agenda media? Banyak periset mengemukakan pada yang tampaknya adalah pertanyaan jelas jika media berita menentukan agenda public, siapa atau apa yang menentukan agenda media? Apakah pasar, politisi atau praktisi public relations ikut membentuk agenda media, di mana agenda media tidak mungkin dikonstruksi dalam ruang hampa. Pertanyaan berikutnya adalah berapa banyak agenda?

Rogers dan Dearing (1988) mengemukakan agenda ketiga selain agenda media dan agenda public yakni agenda kebijakan atau hirarki isu yang ditangani pemerintah dan pembuat kebijakan. Rogers dan Dearing menawarkan istilah penciptaan agenda atau agenda building sebagai istilah yang lebih tepat untuk proses kolektif dan resiprokal dari ketiga agenda yang muncul. Agenda-setting theory juga menilai hingga bukan hanya apa yang dipikirkan namun apa yang dinilai, bagaimana sikap dan penilaian kita terhadap sesuatu isu. Penekanan dari suatu isu dalah berkaitan dengan evaluasi anggota khalayak tentang aktor politik yang diasosiasikan dengan isu tersebut. Teori ini pun berkembang dengan memasuki aspek kognitif serta afektif di mana khalayak menilai suatu isu.

Perkembangan ini adalah konsep priming dan framing oleh McCombs. Kedua konsep ini adalah perluasan dari teori agenda-setting. Repetisi dan penekanan yang diberikan pada satu pesan media tentang suatu topik akan membawa pikiran khalayak untuk mengutamakan topik itu.

Ketika diaplikasikan ke liputan berita, istilah framing mendeskripsikan proses pengorganisasian, pendefinisian, dan penyusunan berita. Jurnalis pun dinilai dalam membuat pemberitaan walaupun objektivitas dituntut tinggi namun mereka cenderung melaporkan isu dengan menentukan dan menekankan pada aspek mana dan aspek yang diabaikan. Bagaimana berita disampaikan akan memengaruhi framing dan oleh karena itu akan mempengaruhi penyampoaian dari bagaimana isu dan aktor berita akan dievaluasi oleh khalayak.

(12)

Cohen (1963) dibantah dengan perkembangan ilmu di mana studi terbaru menunjukkan bahwa variable personal dapat mengurangi efek penentuan agenda media pada anggota audiensi individual. Mereka yang tidak mencari media lebih kecil kemungkinannya dipengaruhi oleh agenda media. Demikian pula, orang yang tidak setuju dengan nilai berita dari sumber yang mereka gunakan akan tidak mudah dipengaruhi agenda setting media.

Framing Theory

Akar Teori Framing dikaitkan dengan Sosiolog Erving Goffman di mana disebutkan bahwa frame atau kerangka membantu khalayak mereduksi kompleksitas informasi, namun ia bertindak dengan cara dua arah: Frame membantu menginterpretasikan dan merekonstruksi realitas. Konsep frame dari Goffman memiliki akar konseptual dalam fenomenologi, pendekatan filsafat yang menyatakan bahwa makna dunia dipahami oleh individu berdasarkan keyakinan, pengalaman, dan pengetahuan dunia mereka (Littlejohn, 2016:493). Teori Framing dalam perkembangannya menjadi penting dalam bidang ilmu komunikasi, dan bidang riset media dalam jurnalisme dan komunikasi politik. Pengunaan teori framing tidak hanya untuk mengidentifikasi kerangka yang berbeda dari sutau cerita atau berita di banyak bentuk berita, namun juga memungkinkan kita untuk mendeteksi bias jurnalistik. Penggunaan framing stereotip, frame gender, atau ketidakseimbangan representasi komunitas masyarakat yang relevan adalah contoh penggunaan kerangka yang berbeda-beda.

BAB III. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan

klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah temuan yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada

(13)

metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai.

Metode Penelitian dengan Model Analisis Framing Robert Entman

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar; seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu (Eriyanto, 2002:187). Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditamilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. Penonjolan aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih,

bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu ditampilkan kepada khalayak. Misalnya penempatan-penempatan yang mencolok, pengulangan, pemakaian grafis, pemakaian label tertentu untuk menggambarkan orang atau peristiwa, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan sebagainya.

Framing pun dilihat sebagai cara bercerita atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan wacana. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang ini menentukan fakta yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan ke mana arah berita tersebut. Dapat disimpulkan bahwa analisis framing sangat bergantung pada konteks-konteks sosial, budaya, politik dari masyarakat sewaktu peristiwa tersebut terjadi.

(14)

BAB IV. PEMBAHASAN

Bahasan dalam penelitian ini adalah pada pemberitaan saat terjadinya tragedi bom di Surabaya, pada tanggal 13 Mei 2018. Dua portal berita yang dijadikan obyek penelitian adalah balipost.com dan beritabali.com.Berikut berita mengenai bom di Surabaya dan hal-hal yang terkait dengan hal tersebut di beritabali.com:

No Tanggal Judul berita

1 Minggu ,13 Mei 2018 Polres Jembrana Doakan Personil Polri yang Gugur di Mako Brimob 2

Senin, 14 Mei 2018

IKAYANA Serukan kepada Masyarakat Bali untuk Tingkatkan Kewaspadaan

3 Amuba Dukung Pemerintah Keluarjan Perppu AntiTerorisme 4 Kutuk Aksi Terorisme, Wabup Kembang Tandatangani Span-duk Dukung Polri 5 Mantra-Kerta Kutuk Teror Bom di Tiga Gereja Surabaya 6 Antisipasi Teror Bom, Polda Bali Sempat Amankan Wanita Bercadar 7 Partai Gerindra Denpasar, Kutuk Aksi Teror Bom di Surabaya 8 Peledakan Bom Surabaya, Polda Bali Tetapkan Status Siaga 1 9 Selasa,15 Mei 2018 Pasca Bom Surabaya, Polres Karangasem Sebar Personil

Jaga Obyek Vital

10 Pasca Bom Surabaya, Polresta Denpasar Perketat Penjagaan 11

Jumat, 18 Mei 2018

Kecam Aksi Terorisme, MUDP Bali Minta Desa Pekraman Tingkatkan Kewaspadaan

12 Antisipasi teroris, Satpol PP Jembrana dan Kelurahan Gencar Operasi Duktang 13 Senin,

21 Mei 2018

Penjagaan Pintu Masuk Bali Melalui Karangasem Diperketat 14 300 Mobil Kuno Terlibat Aksi Pawai Tolak Terorisme di Bali

(15)

Berikut berita mengenai bom Surabaya dan hal-hal yang terkait dengan hal tersebut di balipost.com

no Tanggal Judul berita

1.

Minggu, 13 Mei 2018

Darurat Terorisme, Jawringan Sel Teroris yang Tidur Diyakini Muncul Kembali

2. Pasca Bom Surabaya, Gilimanuk dan Pelabuhan Rakyat Diperketat 3. Polres Tabanan Gencarkan Patroli Pascabom Surabaya 4. Bom Surabaya, Pemerintah Pastikan Penanganan Korban Berjalan Baik 5. PW GP Ansor Jateng Kutuk Aksi Bom Surabaya

6. Diduga, Satu Keluarga Lakukan Aksi Pengeboman Gereja di Surabaya 7. Pengeboman Gereja di Surabaya Terkait Aksi di Mako Brimob 8. Korban Tewas Pengeboman Surabaya Lebih dari 11 Orang 9.

Senin, 14 Mei 2018

Sempat Viral di Medsos, Polisi Lacak Wanita Bercadar 10. Pengebom Gereja GKI Diponegoro Surabaya Anak Juragan Jamu 11. MUI Kutuk Pengeboman 3 Gereja di Surabaya

12. Mobil yang Digunakan Ngebom Gereja GPPS Surabaya Dibeli di Banyuwangi 13. Kamis17 Mei 2018 Pawai Taaruf, Warga Kecicang Islam Kutuk Radikalisme-Ter-orisme

Dari beberapa berita di atas dapat dibagi menjadi dua jenis berita yakni hard news dan soft news. Berita yang tergolong hard news adalah berita yang

memberitakan mengenai peristiwa bom itu sendiri, dengan angle berita seperti jumlah korban, kronologi peristiwa pengeboman, penanganan korban, langkah yang dilakukan kepolisian pasca peristiwa pengeboman. Berita yang tergolong soft news pun menghiasi timeline kedua portal berita ini, seperti tanggapan beragam elemen masyarakat atas peristiwa pengeboman, gerakan-gerakan yang dilakukan masyarakat mengecam peristiwa pengeboman di Surabaya.

Melihat munculnya kembali geliat terorisme yang meresahkan masyarakat Indonesia, khususnya lagi masyarakat yang berdomisili di Bali, akibat dari tragedi

(16)

Bom Bali I dan Bom Bali II juga memberikan rasa traumatik bagi sebagian besar masyarakat di Bali.

Balipost.com dan BeritaBali.com selaku portal media online lokal yang dipercaya mampu membawa informasi positif bagi masyarakat di Bali tentunya memberi peran penting dalam membingkai berbagai macam kasus, termasuk tragedi Bom yang terjadi pada bulan Mei 2018 dengan melibatkan sedikitnya 3 keluarga Bom asal Surabaya, serta turut andil di dalamnya ialah anak-anak yang usianya jauh masih di bawah standar.

Kasus Bom Surabaya ini juga turut mengangkat isu-isu radikalisme dari sebuah ajaran keagamaan yang dipahami oleh banyak orang akan sangat membahayakan bagi sebagian umat lainnya. Isu radikalisme Islam sendiri menjadi isu yang kadang tabu dibicarakan di media massa. Pengemasan berita yang menyangkut isu radikalisme ini juga cukup beragam baik di tingkat lokal hingga di tingkat nasional.

Dengan demikian, isu radikalisme yang mencuat pada awal 2018 ini menarik untuk di teliti. Adapun beberapa berita yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah berita mengenai isu radikalisme dari BeritaBali.com dan BaliPost.com

BeritaBali.com

Berita 1: Antisipasi Teror Bom, Polda Bali Sempat Amankan Wanita Bercadar

Pada berita yang dimuat oleh Beritabali.com pada tanggal 14 Mei 2018, disebutkan pasca kejadian peledakan BOM Surabaya yang menyasar tempat ibadah seperti Gereja dan kantor kepolisian, Polda Bali meningkatkan kewaspadaannya terhadap berbagai macam potensi. Termasuk kehadiran wanita bercadar yang diketahui saat itu tengah bersama seorang anaknya dan beristirahat di sekitaran kantor polisi dan bahkan masuk ke wilayah asrama Polda bali yang berada di jalan Angsoka, GOR Ngurah Rai Denpasar. Mendengar keluhan warga yang saat itu juga melapor karena merasa khawatir dengan kejadian tersebut, Polda Denpasar secara langsung mengambil sikap dengan

(17)

menginterogasi serta menggeledah wanita terebut. Namun pemeriksaan tersebut membuktikan bahwa wanita bercadar itu tidak memiliki benda atau bahan berbahaya lainnya.

Dalam berita tersebut disebutkan bahwa wanita tersebut hanya diinterogasi sesuai dengan aturan, dan terbukti tidak bersalah, sehingga dapat dilepaskan. Kabid Humas Polda Bali juga menuturkan bahwa kehadiran sosok wanita bercadar di sekitaran kantor Polda Bali merupakan aktivitas biasa dari masyarakat dan tidak ada kaitannya dengan terorisme.

Di sisi lain, dalam berita yang dimuat oleh beritabali.com di judul yang sama juga menyebutkan bahwa terdapat aksi pemeriksaan oleh polda Bali terhadap pasangan suami istri yang di mana sang istri juga mengenakan pakian bercadar. Setelah dilakukan pemeriksaan intensif oleh polda bali terhadap terduga berkaitan dengan aksi radikalisme, polisi tidak menemukan bukti-bukti bahwa pautri yang tinggal d wilayah Sidakarya Denpasar tersebut terlibat dengan jaringan terorisme.

sumber:

https://www.beritabali.com/read/2018/05/14/201805140020/Antisipasi-Teror-Bom-Polda-Bali-Sempat-Amankan-Wanita-Bercadar.html

(18)

Langkah yang diambil polda bali dalam menindaklanjuti dugaan ancaman dari oknum-oknum radikal dituliskan oleh Beritabali.com dalam berita ini memang sangat cepat tanggap. Hal ini tentunya didasari oleh keresahan masyarakat yang trauma terhadap kejadian Bom Surabaya yang melibatkan pelaku-pelaku dari jaringan radikal yang secara semiotik, terlihat memiliki benang merah yang sama, yaitu sama-sama memiliki paham islam radikal, dan pelaku wanita yang terlibat sama-sama mengenakan cadar.

Beritabali.com juga menuliskan bahwa Polda Bali sempat menutup akses jalan yang berada tepat di depan kantor Polda Bali, banyak masyarakat berspekulasi bahwa penutupan jalan tersebut akhibat dari kasus pemeriksaan terhadap wanita bercadar yang dianggap meresahkan warga. Namun pihak Polda Bali melalui perwakilannya menegaskan bahwa penutupan jalan tersebut semata-mata untuk keperluan pengalihan akses lalu lintas dan tidak ada kaitannya dengan kejadian tersebut. Di sini dapat dilihat bahwa Beritabali.com berupaya untuk mengupas keresahan masyarakat dengan cara memberikan informasi lengkap dan dibarengi dengan konfirmasi yang terpercaya. Sehingga diharapkan dapat meredam kegaduhan yang terjadi di masyarakat akibat kejadian tersebut.

Berita 2: Remaja Denpasar Berharap Tak Ada Diskriminasi karena Berpakaian Mirip Teroris

“Beritabali.com, Denpasar. Remaja di Kota Denpasar berharap tidak ada diskriminasi terhadap orang yang berpakaian mirip dengan pakaian teroris. Para remaja Denpasar juga berharap tidak ada prasangka berlebihan dan mengkaitkan dengan aksi terorisme karena cara berpakaian ataupun karena alasan agama. Harapan tersebut salah satunya disampaikan oleh remaja asal Kertalangu-Denpasar I Nyoman Tri Sendyana. Apalagi terorisme tidak dapat dinilai dari penampilan dan agama”

Setelah sebelumnya beritabali.com sempat membahas mengenai kecurigaan terhadap sosok wanita bercadar, di mana dalam pemberitaan tersebut, beritabali.com berusaha membenarkan stigma bahwa masyarakat di Bali memang merasa trauma dan khawatir terhadap beberapa orang yang dari segi penampilan terlihat mencurigakan. Namun dalam pemberitaan kali ini, beritabali.com mengangkat judul “Remaja Denpasar Berharap Tak Ada

(19)

Diskriminasi karena Berpakaian Mirip Teroris”. Dari judul yang dipilih untuk diangkat, beritabali.com lagi-lagi mencoba meredam keresahan warga dengan mengangkat berita positif yang cenderung mengarahkan pola pikir masyarakat di Bali khususnya kaum muda untuk bisa menerima perbedaan.

Dalam berita yang dirilis pada hari rabu tanggal 23 Mei 2018 tersebut, beritabali. com merangkum banyak pendapat dari anak muda atau remaja di Denpasar. Banyak di antara para remaja tersebut mengajak masyarakat utnuk tidak berperilaku diskriminatif terhadap ajaran atau cara berpakaian dari kelompok tertentu. Dapat dilihat dari tulisan berita dalam judul ini, beritabali.com ingin melihat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.

Dipilihnya remaja yang merupakan anak-anak usia 15-18 tahun sebagai responden dalam berita ini juga memunculkan presepsi bahwa remaja di Bali saat ini sudah memiliki pola pikir yang terbuka dan siap menghadapi perbedaan. Selain menuliskan pendapat dari para remaja, berita bali.com juga menuliskan pendapat akademisi guna mengimbangi opini yang disampaikan oleh para remaja. Pendapat akademisi tersebut diharapkan dapat membantu menguatkan

sumber:

https://www.beritabali.com/read/2018/05/23/201805230007/Remaja-Denpasar-Berharap-Tak-Ada-Diskriminasi-Karena-Berpakaian-Mirip-Teroris.html

(20)

presepsi para remaja untuk mengajak masyarakat agar tidak berlarut-larut tenggelam dalam pemikiran yang mengutamakan penampilan fisik dari pada latar belakang seseorang itu sendiri.

Berita 3: Kecam Aksi Terorisme, MUDP Bali Minta Desa Pekraman Tingkatkan Kewaspadaan

“Beritabali.com.Denpasar, Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali menyatakan sikap mengecam dan mengutuk aksi terorisme yang terjadi di Surabaya dan daerah lain di Indonesia. Hal tersebut disebutkan Bendesa Agung MUDP Bali Jero Gede Suwena Putus Upadesha dalam pertemuan dengan jajaran MUDP Bali, Jumat (18/5) di Denpasar

Berita pilihan yang peneliti gunakan dalam penelitian kali ini adalah berita mengenai Majelis Utama Desa Pekraman Bali yang menyatakan sikap untuk mengecam dan mengutuk segala bentuk aksi terorisme yang terjadi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terlebih aksi-aksi terorisme yang

melibatkan wanita dan anak-anak di bawah umur.

Pertemuan yang dilaksanakan oleh MUDP ini diberitakan oleh beritabali. com diinisiasi oleh keresahan masyarakat Bali akibat dari beberapa tindakan kriminal yang dilakukan oleh teroris. Dalam acara tersebut juga turut

dilakukan penandatanganan surat yang berisi kesepakatan agar seluruh

(21)

elemen masyarakat tidak terpancing dan terprovokasi serta menyerahkan dan mempercayakan proses hukum kepada aparat yang berwenang.

Selain itu, dalam surat yang ditandatangani oleh seluruh anggota MUDP juga berisi tentang permintaan terhadap seluruh bendesa Desa Pekraman se-Bali untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap masyarakat yang masuk ke wilayah Desa Pekramannya masing-masing. Dalam hal ini, beritabali.com selaku media online lokal bali berusaha memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat guna meningkatkan perhatian dan pengetahuan masyarakat mengenai cara untuk mengantisipasi bahaya yang dilakukan oleh jaringan teroris melalui himbauan yang di keluarkan oleh MUDP.

Dalam hal ini, Beritabali.com memberikan informasi yang sangat berguna untuk meredam keresahan masyarakat di Bali. Selain itu, pilihan mengangkat berita mengenai himbuan yang berasal dari MUDP yang tidak lain adalah Majelis Utama Desa Pekraman juga mampu memberikan pengaruh positif bagi masyarakat dan sangat tepat untuk di bagikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Bali yang measih menjunjung tinggi unsur kedaerahan dan adat yang secara langsung menempatkan MUDP sebagai lembaga strategis yang mampu memberi pengaruh bagi masyarakat di Bali.

Berita 4: PAWAI TA’ARUF, WARGA KECICANG ISLAM KUTUK RADIKALISME-TERORISME

“AMLAPURA, BALIPOST.com – Menyambut datangnya bulan puasa, Selasa (15/5) malam warga muslim Banjar Kecicang Islam, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Karangasem menggelar pawai ta’aruf. Pawai yang mirip malam pengerupukan menjelang hari raya Nyepi tapi tanpa ogoh-ogoh itu dipusatkan di sepanjang Jalan Veteran atau Bypass Jalur 11 Karangasem setelah sebelumnya start dari Masjid Jami Baiturrahim, Kecicang Islam.”

Terkait dengan pemberitaan kasus terorisme yang marak terjadi di bulan Mei lalu, Balipost.com juga turut andil menyebarkan informasi yang terkait dengan hal tersebut. Contoh saja berita yang berjudul “Pawai Ta’aruf, Warga Kecicang Islam Kutuk Rdikalisme-Terorisme” yang disebarluaskan pada hari kamis, 17 Mei 2018.

(22)

Dalam berita tersebut, Balipost.com menyebutkan bahwa dalam rangka menyabut bulan suci Ramadhan, warga Muslim Banjar Kecicang Islam desa Bungaya Kangin Karangasem menggelar Pawai Ta’aruf. Pawai tersebut disebut-sebut mirip dengan pawai ogoh-ogoh khas Bali dan dipusatkan penyelenggaraannya di Jalan Veteran Karangasem.

Pawai Ta’aruf merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan warga muslim di Banjar Kecicang Islam. Namun, pawai kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Sejumlah warga terlihat membentangkan spanduk dukungan kepada aparat kepolisian dalam menindak terorisme. Melawan aksi radikalisme dan mengutuk aksi terorisme yang terjadi di Kota Surabaya dan beberapa kota lainnya di Tanah Air. Hal yang dilakukan oleh warga Banjar Kecicang dituliskan oleh Balipost.com merupakan bentuk toleransi antar umat beragama. Dilihat dari langkah yang dilakukan oleh warga kecicang, menandakan bahwa warga kecicang yang beragama Muslim juga sangat mengutuk perilaku terorisme yang dilakukan sebagian oknum radikal yang mengatasnmakan ajaran agama tertentu.

sumber:

http://www.balipost.com/news/2018/05/17/45722/Pawai-Taaruf, Warga-Kecicang-Islam...html

(23)

Berita 5: KARENA INI, RADIKALISME TAK BISA BERKEMBANG DI INDONESIA

“DENPASAR, BALIPOST.com – Radikalisme bukan “barang” baru. Sudah ada dari dulu bahkan sejak zaman Soeharto.Namun radikalisme tidak mampu berkembang di Indonesia karena warga negara Indonesia memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. “Itu sudah dibuktikan sampai saat ini, negara kita masih kokoh berdiri. Artinya bahwa orang-orang penganut paham radikalisme tidak mampu

berkembang biak karena seluruh komponen masyarakat Indonesia bergandengan tangan saling bahu membahu untuk mempertahankan NKRI,” kata Dr. Gede Wirata, S.Sos., SH., M.AP, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ngurah Rai (Fisipol UNR), Sabtu (19/5).”

Dalam tulisannya kali ini, balipost.com mengungkap bagaimana cara masyarakat Indonesia khususnya di Bali melindungi diri dari pengaruh radikalisme. Hal ini turut didukung oleh Narasumber yang berkompeten di bidang sosial dan politik guna membahas isu mengenai radikalisme yaitu Dr. Gede Wirata, S.Sos., SH., M.AP, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ngurah Rai (Fisipol UNR).

Balipost menambahkan bahwa selain masyarakat Indonesia yang mayoritas masih memegang teguh jiwa nasionalisnya, dikatakan bahwa masyarakat Indonesia umumnya dan Bali khususnya memiliki adat dan budaya yang bekerja

sumber:

http://www.balipost.com/news/2018/05/20/45920/Karena-Ini,Radikalisme-Tak-Bisa...html Gambar 5.

(24)

sekaligus menjadi aturan dan norma bagi kehidupan sosial. Meski disebutkan bahwa masih ada sebagian orang yang memiliki perbedaan paham yang

belakangan kembali muncul ke permukaan (radikalisme), namun kadarnya tidak dalam kondisi yang gawat. Karena terbukti NKRI masih kokoh berdiri hingga saat ini.

Selain itu, Balipost.com juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa aksi radikal yang disebabkan oleh perbedaan paham ini hendaknya disikapi dengan bijak. Bersikap waspada dan awas adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan bisa terjadi di kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, pada era yang memiliki banyak kemajuan teknologi ini, Balipost.com menuturkan bahwa media memiliki peran untuk memberi porsi pemberitaan secara seimbang. Agar tidak menimbulkan kegaduhan yang berlebihan di tengah masyarakat.

Analisi Isi

Dalam penelitian kali ini, peneliti membagi jumlah berita penelitian ke dalam 5 berita. Yang masing-masing adalah 3 berita dari Beritabali.com dan 2 berita dari Balipost.com dengan judul yang berbeda-beda. Di setiap judul, dijelaskan mengenai kaitan antara paham radikal, terorisme derta ajaran atau paham tertentu yang berkaitan dengan keagamaan. Berawal dari munculnya serangan teror Bom bunuh diri beruntun di Surabaya serta melibatkan pelaku yang keseluruhannya menggunakan anggota keluarganya sebagai pelaku bom bunuh diri membuat isu mengenai paham radikalisme kembali mencuat. Selain itu di setiap pembahasan di masing-masing judul berita yang peneliti teliti, menyebutkan adanya paham radikalisme yang memunculkan tidakan terorisme yang kemudian meresahkan warga. Hal ini menegaskan bahwa kejahatan tersebut dilakukan dengan skala besar, menginginkan kehancuran, menciptakan kebencian dan ketakutan, serta adanya kepentingan dari satu paham tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa isu yang ingin ditonjolkan oleh Beritabali.com dan Balipost.com melalui berita yang diterbitkan selama bulan Mei 2018 adalah paham radikalisme dan terorisme.

(25)

Adanya kepentingan untuk menciptakan ketakutan dan kebencian oleh oknum-oknum radikal kepada masyarakat Indonesia ini dipercaya dilakukan untuk memperlihatkan eksistensi paham radikal yang sedikit demi sedikit mulai muncul lagi di tanah air. Dari 5 judul bahasan yang di tuliskan, masing-masing tulisan memunculkan fakta-fakta menarik mengenai paham radikal dan gerakan terorisme. 3 berita dari Beritabali.com secara terbuka menyebutkan bahwa paham radikal bersumber dari oknum-oknum beragama Islam yang tidak bertanggungjawab, sementara 2 berita dari Balipost.com menyebutkan bahwa paham radikalisme justru harus ditanggapi dengan santai agar tidak menimbulkan kegaduhan yang berlebihan, sehingga dapat berdampak pada sektor kehidupan yang lainnya.

Dari 2 media online terbesar di Bali tersebut, dapat dilihat bahwa masing-masing memiliki agenda setting tersendiri untuk melihat darimana sisi fakta untuk sebuah berita dapat diambil. Secara hipotesa, peneliti menemukan bahwa Beritabali.com cenderung tegas dan lugas dalam pemberitaan mengenai kasus terorisme dan islam radikal. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata dalam kalimat judul berita, penyebutan Islam radikal, serta pilihan fakta yang ditampilkan dalam berita yang juga menegaskan bahwa ada hal yang harus ditindaklanjuti secara tegas setelahnya. Sedangkan di sisi lain, Balipost.com melalui tulisan-tulisan dalam beritanya cenderung memilih kata-kata yang umum dan mudah dipahami, tidak keras dan kaku pada satu fakta tertentu, namun juga tetap memberi himbauan kepada masyarakat mengenai toleransi dan menghargai perbedaan. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa dua portal media yang diteliti memiliki kepentingan yang berbeda. keduanya memiliki tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya laten paham radikalisme.

Penonjolan aspek

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Frame berita itu sendiri muncul dalam dua level yang pertama adalah konsepsi mental, yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita sedangkan yang kedua yakni perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa.

(26)

Beritabali.com menekankan pada aspek perlunya kewaspadaan pada isu terorisme namun tetap mengedepankan toleransi dalam masyarakat, bahkan mengajak masyarakat untuk menjaga hubungan dan tidak ada perlakuan diskriminasi atas umat Islam di Bali khususnya. Beritabali.com pun menggunakan foto di mana dua remaja berbeda agama terlihat berboncengan motor bersama. Beritabali.com menonjolkan aspek jurnalisme damai dalam pemberitaannya.

Balipost.com mencoba men-counter isu terorisme ini dengan berita budaya warga Muslim yang damai berbeda dengan aksi radikalisme yang berkembang. Melalui berita ini, balipost.com mencoba memperlihatkan bahwa umat Muslim yang berada di Bali khususnya bukan bagian dari gerakan radikalisme terkait kasus Bom di Surabaya. Balipost.com pun mencoba memberikan pandangan lebih damai tentang perkembangan isu radikalisme. Memahami kekhawatiran masyarakat di Bali pada umumnya Balipost.com menyuguhkan berita mengenai penonjolan aspek di mana paham radikalisme tidak mungkin berkembang di Bali. Kedua berita ini digolongkan memberikan pandangan jurnalisme damai untuk kasus Bom di Surabaya.

BAB V. KESIMPULAN

Pengemasan/pembingkaian berita terkait Islam, Muslim, dan Isu Radikalisme di Media Bali Post.com dan beritabali.com khususnya pasca Bom di Surabaya adalah tergolong mengedepankan jurnalisme damai. Isu yang diangkat kedua media adalah isu nasional yaitu Terorisme dan Islam radikal. Namun dalam penonjolan aspek keduanya menekankan pada pentingnya toleransi, tidak bersikap diskriminatif, dengan menampilkan foto yang mencerminkan toleransi dan himbauan untuk tidak reaktif maupun diskriminatif. Aspek lainnya yang ditonjolkan adalah dengan menampilkan budaya masyarakat Muslim yang antithesis dari Isu Islam radikal. Kemasan media yang cenderung positif ini menjadi salah satu faktor terjaganya hubungan yang baik antara Umat Muslim dengan masyarakat Bali pada umumnya.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, B.C. (1963) The Press and Foreign Policy. Princeton, NJ: Princeton University Press

Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Kansong, Usman. (2016). Jurnalisme Keberagaman untuk Konsolidasi Demokrasi. Jakarta: Media Indonesia

Littlejohn, S, Karen Foss. (2016). Ensiklopedia Teori Komunikasi Jilid 1. Jakarta: Prenadamedia Group

McCombs, M.E. (1997) New Frontiers in agenda setting: Agendas of attributes and frames. Mass Communication Review

McCombs, M.E, Shaw, D.L. (1972) The Agenda-setting Functions of Mass Media. Public Opinion Quaterly, 176-178

Rogers, E.M., Dearing, J.W. (1988). Agenda-setting research: Where has it been, where it is going? . Communicatio Yearbook, 11

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rokhmah yang menunjukkan mayoritas ODHA memiliki sikap yang positif terhadap HIV/AIDS dan

Kematian Yesus Kristus melalui penyaliban di tangan Pontius Pilatus adalah fakta sejarah yang benar-benar terbukti (lih. Bagaimana- pun, Orang yang mati di kayu salib Kalvari

Peran pemerintah sendiri sangatlah penting untuk di daerah yang relatif kurang berkembang, seperti halnya Kabupaten Lebak dan Kota Serang yang dimana daerah ini

Dasar perhitungannya adalah membuat semua biaya yang diperlukan menjadi biaya tahunan, jika alternatif-alternatif yang muncul mempunyai manfaat yang identik, maka

Keterangan: Jika dalam e-book ini disebutkan ¾ cangkir single shot misalnya, itu berarti Anda cukup membuat single shot espresso (2 sdt kopi) dengan menggunakan air (mendidih)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas yang dimaksud dari judul urgensi profesionalisme guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter adalah proses pemberian

pemanasan pada suhu 550°C dapat diamati bahwa interaksi kelongsong AIMg dengan daging elemen bakar terjadi lebih besar jika dibandingkan dengan PEB mini U3Si2-AI

(Sumber: kompas.com).. 2 suara bergerak yang dapat kita nikmati di kemudian hari, baik sebagai suatu kenangan ataupun sebagai bahan pembelajaran untuk ilmu