• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. menggambarkan bagaimana suatu perusahaan menghasilkan uang dengan. menentukan dimana posisinya dalam rantai nilai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. menggambarkan bagaimana suatu perusahaan menghasilkan uang dengan. menentukan dimana posisinya dalam rantai nilai."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Model Bisnis

Dalam pengertian yang paling dasar, model bisnis adalah suatu metode dalam melakukan bisnis yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan bisnisnya dan dapat menghasilkan pendapatan. M odel bisnis menggambarkan bagaimana suatu perusahaan menghasilkan uang dengan menentukan dimana posisinya dalam rantai nilai.

Ada model yang sangat sederhana, seperti suatu perusahaan menghasilkan suatu barang atau jasa dan menjualnya ke pelanggan. Jika perusahaan berjalan baik, maka penghasilannya dari penjualan akan melebihi biaya operasional, sehingga perusahaan memperoleh keuntungan.

Definisi dari bisnis model menurut Paul Timmers (Business M odel for Electric M arket, 1998) adalah:

• Arsitektur dari produk/jasa dan arus informasi, termasuk di dalamnya penjelasan mengenai berbagai pelaku bisnis (business actors) dan perannya masing-masing;

• Penjelasan mengenai beberapa potensi keuntungan bagi berbagai pelaku bisnis; dan

• Penjelasan mengenai sumber-sumber pendapatan usaha (sources of revenue) M enurut Eisenmann (2002, p.12), Bisnis M odel adalah hipotesis tentang bagaimana perusahaan menghasilkan uang dalam jangka panjang: apa yang

(2)

perusahaan akan jual, dan kepada siapa, bagaimana perusahaan akan mengumpulkan pendapatan, teknologi apa yang akan digunakan, kapan perusahaan akan bergantung kepada mitra bisnisnya, serta bagaimana dengan biayanya.

M enurut Turban (2002,p.6), Business Model adalah metode dalam melakukan bisnis dimana perusahaan akan mendapatkan pendapatan untuk dapat bertahan. M odel ini menjelaskan bagaimana perusahaan menempatkan posisinya dalam rantai nilai.

M enurut Eisenmann (2002, p.12), Business M odel memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. M erencanakan pemberian nilai lebih. Yaitu nilai yang diciptakan untuk pengguna dengan menawarkannya melalui penggunaan berbasiskan teknologi. 2. M engidentifikasikan segmen pasar. Yaitu kepada pengguna mana teknologi

itu akan bermanfaat dan untuk tujuan apa.

3. M endefinisikan struktur dari rantai nilai yang ada diperusahaan yang dibutuhkan untuk menciptakan dan mendistribusikan penawaran.

4. M emperkirakan struktur biaya dan keuntungan potensial dalam membuat penawaran.

5. M enggambarkan posisi perusahaan dalam jaringan nilai yang menghubungkan antara perusahaan penyedia bahan/kebutuhan dan pelanggan, termasuk didalamnya mengidentifikasi kemungkinan perusahaan pelengkap dan pesaing.

(3)

6. M emformulasikan strategi kompetitif dimana perusahaan akan mendapat dan memegang keuntungan lebih dibandingkan para pesaingnya.

2.2 Konsep Produk

Definisi produk adalah semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya. (Kotler, p.337) Yang termasuk produk adalah objek fisik, jasa, kegiatan, orang, tempat, organisasi, ide, atau campuran keseluruhan hal tersebut. Jasa adalah produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual yang pada dasarnya tidak terwujud.

2.2.1 Klasifikasi Produk

M enurut Kotler (2001, p.342), Produk dan jasa dikelompokkan ke dalam dua kategori besar berdasarkan tipe konsumen yang menggunakannya, yaitu: 1. Produk konsumen (consumer product) adalah semua produk yang dibeli oleh

konsumen akhir untuk dikonsumsi secara pribadi. Para pemasar umumnya mengklasifikasikan produk lebih lanjut berdasarkan cara konsumen membelinya. Produk konsumen meliputi:

• produk sehari-hari (convenience product), adalah produk dan jasa yang dibeli oleh konsumen secara teratur, cepat, dan dengan perbandingan dengan produk lain yang minimal serta untuk mendapatkan produk tersebut yang juga minimal.

(4)

• produk belanja (shopping product), adalah barang yang frekuensi pembeliannya tidak sesering produk sehari-hari dan dalam pembeliannya konsumen melakukan pembandingan dengan produk lain berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya.

• produk khusus (specialty product), adalah produk dan jasa konsumen yang mempunyai karakteristik dan identifikasi merek yang sangat unik sehingga kelompok pembeli yang cukup signifikan bersedia melakukan usuha pembelian yang khusus.

• produk yang tidak dicari (unsought product), adalah produk konsumen yang konsumen tidak mengetahui ataupun mengetahuinya tetapi biasanya tidak terpikirkan untuk membeli produk tersebut.

2. Produk industri (industrial product) adalah produk yang dibeli dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut atau digunakan untuk menjalankan bisnis. Tiga kategori produk dan jasa industri adalah bahan baku dan suku cadang, barang modal, dan perlengkapan dan jasa.

Oleh karena itu, perbedaan antara produk konsumen dan produk industri didasarkan pada tujuan pembelian produk itu.

2.2.2 Strategi Pengembangan Produk

Dengan adanya perubahan selera konsumen, teknologi, dan persaingan yang pesat, perusahaan harus mengembangkan secara terus-menerus produk dan jasanya. Perusahaan dapat memperoleh produk baru dari dua cara. Pertama, melalui akuisisi yaitu dengan membeli seluruh perusahaan, suatu paten, atau suatu

(5)

lisensi untuk memproduksi produk perusahaan lain. Cara kedua ialah melalui pengembangan produk-baru dalam departemen riset dan pengembangan milik perusahaan. Produk baru yang dimaksudkan disini ialah produk original, produk perbaikan, produk modifikasi, dan merek baru yang perusahaan kembangakan melalui depertemen riset dan pemgembangannya sendiri. (Kotler, p389)

Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keberhasilan produk baru bergantung pada pengembangan produk unggul yang unik, yakni produk baru dengan kualitas yang lebih tinggi, fitur baru, dan nilai penggunaan yang lebih tinggi. Intinya, untuk menciptakan produk baru yang berhasil, perusahaan harus memahami konsumen, pasar, dan pesaingnya serta mengembangkan produk yang memberikan nilai yang unggul kepada pelanggannya.

Solusi terhadap tingkat keberhasilan produk baru lebih tinggi daripada kegagalannya terletak pada perencanaan produk baru yang matang dan penetapan proses pengembangan produk baru yang sistematis untuk menemukan dan mengembangkan produk baru.

Dalam proses pengembangan produk baru terdapat langkah-langkah utama yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu:

1. Penggalian Ide

Pengembangan produk baru dimulai dengan penggalian ide. Ide produk-baru yang bagus juga bisa muncul dari mengamati dan mendengarkan pelanggan. Perusahaan dapat melakukan survei atau kelompok diskusi terfokus untuk mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen.

(6)

2. Penyaringan Ide

Tujuan penggalian ide adalah untuk menciptakan ide yang banyak sekali. Selanjutnya ialah mengurangi jumlah ide tersebut. Tujuan penyaringan ide adalah untuk membantu menyaring ide produk baru yang baik dan membuang ide yang buruk secepat mungkin.

3. Pengembangan dan pengujian konsep

Ide yang menarik harus dikembangkan menjadi konsep produk. Konsep produk adalah versi rinci ide-ide yang dinyatakan dalam istilah yang dapat dimengerti konsumen. Pengujian konsep produk baru ditujukan kepada kelompok konsumen sasaran, dan konsep-konsep tersebut mungkin ditampilkan kepada konsumen secara simbolis atau secara fisik.

4. Pengembangan strategi pemasaran

Pengembangan startegi pemasaran adalah merancang startegi pemasaran awal untuk memperkenalkan suatu produk baru berdasarkan konsep produk tersebut kepada pasar.

5. Analisis bisnis

Analisis bisnis merupakan tinjauan terhadap proyeksi penjualan, biaya, dan laba produk baru untuk mencari tahu faktor-faktor tersebut untuk memenuhi tujuan perusahaan.

6. Pengembangan produk

Strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk modifikasi atau produk baru ke segmen pasar yang ada sekarang. Pengembangan konsep produk menjadi produk fisik dalam upaya memastikan

(7)

bahwa ide produk bisa diubah menjadi produk yang bisa diwujudkan secara efektif.

7. Pemasaran uji-coba

Tahap pengembangan produk baru dimana produk dan program pemasaran diuji di suasana pasar yang lebih realistis.

8. Komersialisasi

Pemasaran uji-coba memberi manajemen informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan akhir tentang apakah perusahaan harus meluncurkan produk baru atau tidak. Setelah disetujui untuk diluncurkan, maka perusahaan akan memperkenalkan produk baru ke pasar atau disebut komersialisasi.

Gambar 2.1 Tahap-tahap utama dalam pengembangan produk baru

2.3 Proses Pemasaran

M enurut Kotler (2001, p.21), konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih

(8)

efektif dan efisien. M enerapkan konsep pemasaran berarti lebih dari sekedar merespon hasrat atau kebutuhan jelas yang diungkapkan oleh konsumen. Perusahaan yang didorong oleh konsumen (customer-driven marketing) meneliti konsumen saat ini untuk mempelajari hasrat mereka, memperoleh ide produk dan layanan baru, dan menguji usulan pengembangan produk baru.

Dalam tiap-tiap unit bisnis, pemasaran memainkan peran dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Sasarannya adalah menjalin hubungan yang kuat dan menguntungkan dengan para pelanggan. Pertama-tama, perusahaan mengidentifikasi pasar secara keseluruhan, kemudian membaginya kedalam segmen-segmen yang lebih kecil, memilih segmen-segmen yang paling menjanjikan dan memfokuskan diri untuk melayani dan memuaskan segmen-segmen itu. Perusahaan kemudian mendesain bauran pemasaran yang berisi faktor-faktor yang dapat dikendalikan – produk, harga, promosi, dan tempat (distribusi). Untuk mendapatkan bauran pemasaran yang terbaik dan melaksanakannya, perusahaan melakukan analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian pemasaran.

2.4 Strategi Pemasaran

Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari bahwa mereka tidak dapat menarik semua pembeli di pasar, atau setidaknya mereka tidak dapat menarik semua pembeli dengan cara yang sama. Para pembeli terlalu banyak, terlalu luas tersebar, dan terlalu beragam kebutuhan dan pola pembelian mereka. Lebih dari itu, perusahaan-perusahaan itu sendiri berbeda-beda kemampuan mereka

(9)

melayani segmen pasar yang berbeda. Daripada berusaha bersaing dalam pasar secara keseluruhan, bahkan kadangkala harus bersaing dengan yang sangat kuat, tiap-tiap perusahaan harus dapat mengidentifikasi bagian pasar mana yang sanggup dilayaninya dengan baik dan yang paling menguntungkan baginya. Sehingga sebagian besar perusahaan memilih untuk mengidentifikasi sejumlah segmen pasar, memilih satu atau lebih segmen yang ada, kemudian mengembangkan produk dan program pemasaran yang dirancang khusus bagi tiap-tiap segmen.

Tiga langkah utama pemasaran bersasaran adalah: 1. Segmentasi pasar

2. Pembidikan pasar

3. Penetapan posisi di pasar (Market Positioning)

2.4.1 Segmentasi Pasar

M embagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang khas berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah. M elalui segmentasi pasar, perusahaan membagi pasar yang besar dan heterogen ke dalam segmen-segmen yang kecil, sehingga dapat dijangkau oleh perusahaan secara lebih efisien dan efektif dengan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dalam segmen tersebut.

Segmentasi pasar dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan yang berbeda-beda, yaitu:

(10)

• Pemasaran Massal (tanpa segmentasi)

Pemasaran dengan memproduksi secara massal, mendistribusikan secara massal dan mempromosikan secara massal produk yang nyaris sama dengan cara yang nyaris sama kepada semua konsumen.

• Pemasaran Segmen

Pemasaran dengan memisah-misahkan segmen-segmen yang membentuk suatu pasar dan mengadaptasi tawarannya supaya sesuai dengan kebutuhan satu atau lebih segmen tersebut.

• Pemasaran Relung

Pemasaran dengan memfokuskan diri pada sub-segmen atau relung pasar yang memiliki sejumlah ciri bawaan yang khas yang mungkin mencari kombinasi sejumlah manfaat yang khusus.

• Pemasaran Mikro (segmentasi menyeluruh)

Pemasaran dengan praktek perancangan produk dan program pemasaran supaya sesuai benar dengan selera individu dan lokasi yang spesifik. Pemasaran mikro mencakup:

o Pemasaran Lokal

Pemasaran dengan melibatkan perancangan merek dan promosi supaya sesuai benar dengan kebutuhan dan keinginan kelompok-kelompok pelanggan lokal, seperti kota-kota, pemukiman, bahkan toko yang spesifik. o Pemasaran Individual

Pemasaran dengan merancang produk dan program pemasaran supaya sesuai benar dengan kebutuhan dan preferensi pelanggan secara

(11)

individual. Pemasaran individual juga dikenal dengan sebutan pemasaran satu ke satu, pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan pemasaran pasar satu orang.

Tidak ada yang baku dalam melakukan segmentasi suatu pasar. Karena itu, terdapat variabel-variabel yang berbeda untuk melihat yang mana yang memberikan peluang-peluang segmentasi yang terbaik. Variabel-variabel yang digunakan juga harus dibedak untuk tipe pemasarannya, seperti:

• Untuk pemasaran konsumen

Variabel-variabel segmentasi yang utama adalah: o Geografis

Pasar dibagi menjadi unit-unit geografis yang berbeda seperti negara bagian, kabupaten, kota, atau pemukiman.

o Demografis

Pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel demografi yang mencakup usia, gender, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan. o Psikografis

Pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian.

o Perilaku

Pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan konsumen terhadap suatu produk.

(12)

• Untuk pemasaran industri

Pemasar industri dapat menggunakan variabel yang sama dengan variabel segmentasi pasar konsumen. Tetapi, pasar industri juga dapat disegmentasi dengan menggunakan demografi konsumen bisnis (industri, ukuran perusahaan), karakteristik operasi, pendekatan pembelian, faktor-faktor situasional, dan karakteristik personal.

Keefektifan analisis segmentasi tergantung pada penemuan segmen-segmen yang dapat diukur, dapat dijangkau, substansial, dapat dibedakan, dan dapat ditindaklanjuti.

2.4.2 Pembidikan Pasar

Proses mengevaluasi daya tarik tiap-tiap segmen dan memilih satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Pasar sasaran terdiri dari seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan dan karakteristik yang sama, yang diputuskan untuk dilayani oleh perusahaan. Untuk menentukan pasar sasaran dapat mengadopsi strategi peliputan pasar, seperti:

1. Pemasaran Tanpa Diferensiasi

Strategi peliputan pasar dimana perusahaan mungkin memutuskan untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan yang ada pada tiap-tiap segmen pasar, dan masuk ke pasar secara keseluruhan dengan satu tawaran.

(13)

2. Pemasaran Dengan Diferensiasi

Strategi peliputan pasar dimana perusahaan memutuskan untuk membidik beberapa segmen pasar atau relung pasar dan mendesain tawaran yang terpisah bagi masing-masing segmen.

3. Pemasaran Terkonsentrasi

Strategi peliputan pasar dimana perusahaan memilih untuk meraih pangsa pasar yang besar pada satu atau beberapa subpasar.

2.4.3 Penetapan Posisi di Pasar (Market Positioning)

M engatur produk supaya dapat menempati posisi dalam benak konsumen yang jelas, khas, dan yang diinginkan secara relatif terhadap produk pesaing. Posisi produk adalah cara produk didefinisikan oleh konsumen berdasarkan beberapat atribut penting, atau tempat yang diduduki produk dalam benak konsumen dibandingkan dengan produk-produk pesaing. Tugas penetapan posisi terdiri dari tiga langkah:

1. M engidentifikasi serangkaian keunggulan bersaing yang mungkin digunakan untuk membangun posisi.

2. M emilih berbagai keunggulan bersaing yang tepat. 3. M emilih strategi penetapan posisi yang menyeluruh.

Secara umum, perusahaan dapat memilih satu dari lima proposisi nilai yang unggul yang dapat menjadi dasar penetapan posisi produk mereka, yaitu: • Lebih untuk lebih

(14)

• Sama untuk kurang

• Kurang untuk sangat kurang • Lebih untuk kurang

Harga

Lebih Sama Kurang Lebih Lebih untuk lebih Lebih untuk sama Lebih untuk kurang Sama Sama untuk kurang Kurang Ma nf aa t Kurang untuk kurang Gambar 2.2 Proposisi-proposisi nilai yang mungkin

2.5 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari unsur dimana unsur-unsur tersebut adalah produk, harga, tempat dan promosi. Keempat unsur-unsur ini lebih dikenal sebagai 4P (product, prize, place, promotion). Diantara unsur-unsur yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan supaya tujuan perusahaan dapat tercapai. Berikut ini penjelasan mengenai keempat unsur tersebut:

a. Produk (product)

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan oleh perusahaan kepada seseorang untuk memuaskan kebutuhan. Yang termasuk didalamnya adalah mutu, ciri khas, gaya, merek dan pengemasan, besarnya service/pelayanan, jaminan dan pengembalian produk.

(15)

b. Harga (prize)

Harga adalah nilai suatu barang/jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang/perusahaan bersedia melepaskan barang/jasa yang dimiliki kepada pihak lain.

c. Tempat (place)

Tempat menunjukan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjadikan produk dapat diperoleh dan tersedia bagi para konsumen. Penetapan daripada tempat ini meliputi saluran yang digunakan untuk menyalurkan hasil produk perusahaan tersebut.

d. Promosi (promotion)

Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menyampaikan informasi suatu produk yang dihasilkan kepada konsumen untuk mempengaruhi konsumen agar membeli/memakai produk tersebut.

2.6 Penetapan Harga

Biaya produk menjadi batas bawah harga dan persepsi konsumen tentang nilai produk menjadi batas atas harga. Perusahaan harus mempertimbangkan harga yang ditetapkan oleh para pesaing dan faktor eksternal serta internal lain dalam rangka mendapatkan harga terbaik di antara kedua ekstrem tersebut.

Perusahaan-perusahaan menetapkan harga dengan memilih pendekatan penetapan harga umum yang mencakup satu atau lebih dari tiga rangkaian faktor, yaitu:

(16)

1. Pendekatan berdasarkan biaya (the cost-based approach)

M etode penetapan harga berdasarkan biaya yang paling sederhana adalah penetapan harga berdasarkan biaya-plus (cost-plus pricing) yaitu dengan cara menambahkan bagian laba (markup) standar ke biaya produk.

Untuk menghitung biaya unit atau harga pokok produksi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Untuk menghitung harga berdasarkan markup dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Biaya Unit Harga berdasarkan markup =

(1 - Hasil atas Penjualan yang Diinginkan)

Pendekatan penetapan harga yang berorientasi pada biaya lainnya adalah penetapan harga titik impas (break-even pricing), atau variasinya yang dinamakan penetapan harga laba sasaran (target profit pricing). Penetapan harga sasaran menggunakan konsep grafik titik impas (break-even chart), yang menunjukkan biaya total dan penerimaan total yang diharapkan pada tingkatan volume penjualan yang berbeda-beda. Kemiringan (slope) kurva penerimaan total mencerminkan harga perunit. Perpotongan kurva penerimaan total dan kurva biaya total merupakan volume titik impas (break-even volume). Volume titik impas juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut: Biaya Tetap

Biaya Unit = Biaya Variabel +

Jumlah Penjualan Unit

Biaya Tetap Volume titik impas =

(17)

2. Pendekatan berdasarkan pembeli (buyer-based approach)

Penetapan harga berdasarkan pembeli merupakan bentuk yang sama dengan penetapan harga berdasarkan nilai (value-based pricing). Penetapan harga berdasarkan nilai menggunakan persepsi para pembeli tentang nilai, bukan pada biaya penjual, sebagai kunci dalam penetapan harga. Penetapan harga berdasarkan nilai berarti bahwa pemasar tidak dapat begitu saja merancang produk dan program pemasaran dan kemudian menetapkan harganya. Harga dipertimbangkan bersama dengan variabel-variabel bauran pemasaran lainnya sebelum program pemasaran ditetapkan.

3. Pendekatan berdasarkan persaingan (competition-based approach)

Penetapan harga berdasarkan persaingan (competition-based pricing) adalah penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku (going-rate pricing), dimana perusahaan mendasarkan harga produknya terutama pada harga yang ditetapkan oleh para pesaing, dengan sedikit sekali memperhatikan biaya yang dikeluarkannya atau pun permintaan.

2.7 Analisis Kelayakan Proyek

M enurut M artin, Keown, Petty dan Scott.Jr yang diterjemahkan oleh Haris M unandar (1999) menyatakan bahwa ada 5 metode teknik yang paling umum digunakan dalam menganalisa kelayakan suatu proposal investasi. Kelima metode tersebut adalah:

(18)

2. M etode Tingkat Hasil Pengembalian Rata-rata (Average Rate of Return) / (Return On Investment / ROI)

3. M etode Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value) 4. M etode Indeks Profitabilitas (Profitability Index)

5. M etode Tingkat Hasil Pengembalian Intern (Internal Rate of Return)

2.8 Metode Jangka Waktu Pengembalian (Payback Period)

M enurut Garrison / Noreen (2000), Payback Period (Pb) merupakan lamanya waktu (dalam tahun) yang diperlukan oleh benefit (B) dan depresiasi (D) untuk mengembalikan investasi (I) berarti:

Pb menunjukkan perbandingan antara I dengan B + D, benefit dalam hal ini dapat ditinjau dari segi:

1. Benefit (B) itu saja.

2. Benefit dikurangi costs (B-C), yaitu surplus. Rumus Payback Period adalah sebagai berikut: Pb = I / (B+D)

Pb (nett) = I / [(B-C)+D]

2.9 Metode Tingkat Hasil Pengembalian Rata-rata (Average Rate of Return) / (Return On Investment / ROI)

M enurut Weston et al., “M etode Average rate return (ARR) menghitung satu hasil pengembalian rata-rata untuk proyek” (hal 371). Ini dihitung dengan

(19)

merata-rata arus kas yang diharapkan atas lamanya suatu proyek kemudian membagi arus kas tahunan rata-rata dengan pengeluaran investasi awal.

Dengan demikian ARR dari suatu investasi dengan masa atau usia n tahun dapat dihitung dengan rumus:

= = n t n t wal Investasia ArusKas ARR 0 / ) (

M enurut Garrison / Noreen (2000, p602) Return On Investment adalah tingkat pengembalian yang mampu dihasilkan oleh manajer pusat investasi pada aktiva mereka.

ROI didefinisikan sebagai pendapatan operasi neto dibagi dengan rata-rata operasional:

Laba neto operasi ROI =

Rata-rata aktiva operasional Dimana,

M enurut Garrison / Noreen (2000, p603) Labe neto operasi adalah pendapatan sebelum bunga dan pajak dan kadang-kadang disebut sebagai EBIT (Earning Before Interest and Taxes).

Sedangkan Aktiva operasional adalah mencakup kas, piutang, inventaris, pabrik, dan peralatan, dan aktiva-aktiva lain yang dipertahankan untuk penggunaan produktif di dalam organisasi.

Semakin tinggi tingkat pengembalian pada investasi (ROI) suatu segmen usaha, semakin besar laba yang ditimbulkan per dolar yang diinvestasikan dalam aktiva operasional segmen tersebut.

(20)

ROI = Margin x Turn Over Dimana,

Laba neto operasi Margin = Penjualan

Penjualan

Turnover = Rata-rata aktiva operasional

Margin adalah suatu ukuran kemampuan manajeman untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya dengan penjualan. Sedangkan Turnover adalah suatu ukuran penjualan yang dihasilkan dari investasi dalam aktiva operasional.

Elemen-elemen ROI

Gambar 2.3. Elemen-elemen ROI

2.10 Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value)

Menurut Garrison / Noreen (2000), NPV merupakan suatu selisih antara benefit dengan cost + investment, yang dapat dihitung sebagai berikut:

(21)

NPV = Total B – (Total C + I) Dimana: B Æ Benefit

C Æ Cost

I Æ Investment

• Jika NPV lebih besar dari nol (NPV positif), hal ini berarti bahwa:

Total B lebih besar dari total C + I, berarti benefit lebih besar dari cost + invesment, usulan tersebut favourabel.

• Jika NPV sama dengan nol, berarti:

Total B = Total C + I, berarti bahwa benefit hanya cukup untuk menutupi cost + investment selama umur teknis-ekonomis proyek bersangkutan.

• Jika NPV lebih kecil dari nol (NPV negatif), berarti:

Total B lebih kecil dari Total C + I, berarti pula bahwa benefit tidak cukup untuk menutupi cost + invesment selama umur teknis-ekonomis proyek yang bersangkutan unfavourable.

2.11 Metode Indeks Profitabilitas (Profitability Index)

M enurut Nafarin (2000), Indeks profitabilitas (IP) merupakan pelengkap dari metode NPV, yaitu apabila terdapat beberapa usul investasi menghasilkan NPV yang sama, sementara kita harus memilih salah satu dari usul investasi tersebut. Dengan demikian, kita harus memilih usul investasi yang mempunyai IP paling tinggi. Akan tetapi, bila dari masing-masing usul investasi tersebut menghasilkan NPV yang berbeda, maka dipilih usul investasi yang mempunyai

(22)

NPV paling tinggi, walaupun usul investasi yang dipilih ini mempunyai IP paling rendah.

Usul investasi dapat disetujui bila mempunyai IP satu ke atas, sebaliknya IP lebih kecil dari satu maka usul investasi ditolak. Indeks Profitabilitas (IP) dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Dimana,

Proceed = Laba setelah Pajak + Penyusutan

M enurut Husnan (1999) “M etode Indeks Profitabilitas adalah metode yang membandingkan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa datang dengan nilai sekarang investasi”. PI dihitung dengan cara membagi nilai sekarang dari aliran kas bersih dengan investasi awal:

O n n I k CF k CF k CF PI  + + +   + + + = ) 1 ( ... ) 1 ( ) 1 ( 2 2 1 1 O n t t I k CF

= + = 1 1 ) 1 (

Sepanjang indeks keuntungan lebih dari sama dengan 1, maka proposal investasi dapat diterima. Untuk setiap proyek metode NPV dan IP memberikan tanda-tanda penerimaan-penolakan yang sama. IP lebih besar daripada 1 menunjukkan nilai sekarang proyek lebih besar dari arus keluar kas awal yang juga berarti NPV lebih dari nol. M etode NPV, bagaimanapun lebih sering dipilih daripada metode IP. Alasannya adalah NPV memberikan informasi yang berkaitan sehubungan dengan penerimaan/penolakan proyek dan juga menyatakan

Present value dari proceed IP =

(23)

kontribusi ekonomis rupiah/dollar absolut yang diberikan proyek terhadap kekayaan pemegang saham. Sedangkan IP hanya menyatakan tingkat keuntungan relatif.

Karena metode IP dan NPV sebetulnya sama, kelebihan-kelebihannya terhadap metode lain juga sama, yakni keduanya memakai arus kas tersebut, dan keduanya konsisten dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kelemahan pokok dari metode ini sebagaimana metode NPV, adalah perlunya dibuat ramalan jangka panjang yang mendetil.

2.12 Metode Tingkat Hasil Pengembalian Intern (Internal Rate of Return)

M enurut Garrison / Noreen (2000), Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate diperoleh B/C Ratio = 1 atau NPV = 0.

Untuk menentukan IRR perlu dicari harga dari B/C ratio atau NPV untuk beberapa tingkatan discount rate sampai diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Untuk memperoleh tingkatan discount rate yang demikian sangat sulit. M aka ditempuh cara lain untuk menentukan harga IRR sebagai berikut:

1. Dicari harga dari NPV yang positif pada tingkatan discount rate tertentu. M isalkan memperoleh: NPV = + Rp X (positif) pada discount rate p%.

2. Dicari lagi harga dari NPV yang negatif pada tingkatan discount rate yang lebih tinggi dari p%. M isalkan diperoleh: - Rp Y (negatif) pada discount rate q%.

(24)

Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) dan NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

NPV (positif) IRR = p% + NPV (positif) + NPV (negatif) x (q% - p%) Atau, NPV (positif) IRR = q% + NPV (positif) + NPV (negatif) x (q% - p%) 2.13 Sistem Kontrol

Sistem merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama-sama dan melakukan suatu sasaran tertentu. (Ogata, 1997). Jadi pengertian sistem disini tidak berarti secara fisik saja tetapi dapat berupa suatu abstrak, dimana sistem dapat terjadi saat perubahan ekonomi yang dapat dijadikan suatu sistem ekonomi.

Proses adalah operasi atau perkembangan alamiah yang berlangsung secara kontinyu yang ditandai oleh suatu deretan perubahan kecil yang berurutan dengan cara yang relatif tetap dan menuju suatu hasil atau keadaan terakhir tertentu. Alat suatu operasi yang sengaja dibuat, berlangsung secara kontinyu yang terdiri dari beberapa aksi atau perubahan yang dikontrol, yang diarahkan secara sistematis menuju ke suatu hasil atau keadaan akhir tertentu.

Feedback adalah sifat dari closed-loop control system yang memperbolehkan output untuk dibandingkan dengan input sehingga aksi kontrol yang sesuai dapat dibentuk sebagai fungsi dari output dan input.

Plant disebut juga sistem yang dikontrol, dapat berupa proses atau mesin. Gangguan (disturbance) adalah suatu bentuk sinyal yang cenderung mempunyai

(25)

pengaruh yang merugikan pada harga keluaran sistem. Namun tidak semua gangguan bersifat merugikan, ada juga gangguan yang bersifat menguntungkan. Gangguan internal adalah gangguan yang dibangkitkan dari dalam sistem, sedangkan gangguan eksternal adalah gangguan yang dibangkitkan di luar sistem dan merupakan suatu masukan bagi sistem.

Sistem kontrol dibagi menjadi dua yaitu sistem kontrol lup terbuka (Open-loop control system) dan sistem kontrol lup tertutup (Closed-(Open-loop control system). Sistem kontrol digunakan dalam mengontrol sistem dalam berbagai aplikasinya. 1. Sistem Kontrol Lup Terbuka

Sistem kontrol lup terbuka (Open-loop control system) adalah sistem kontrol yang tidak memiliki kontrol umpan balik dan hasil keluarannya tidak mempengaruhi aksi pengontrolan sistem. Sistem kontrol seperti ini tidak memiliki feedback sehingga sistem ini tidak akan mengukur atau mengumpanbalikkan hasil keluarannya untuk dapat dibandingkan dengan masukannya. Ketelitian sistem kontrol hanya ditentukan oleh kalibrasi, sebaiknya proses kalibrasi ini harus dilakukan dan diperhitungkan secara hati-hati agar dengan masukan-masukan yang diinput didapat harga hasil keluaran yang diharapkan. Sistem kontrol ini digunakan pada sistem yang sederhana dan tidak terlalu kompleks serta tidak membutuhkan tingkat ketelitian dan kestabilan yang tinggi. Penggunaan sistem ini dirancang jika di dalam sistem tidak terdapat gangguan (disturbance) yang dapat menurunkan tingkat ketelitian dan kestabilan sistem dan hubungan antara masukan dan keluaran diketahui secara tepat. Kelebihan dari sistem ini yaitu perancangan sistem

(26)

kontrol akan lebih mudah dibandingkan dengan lup tertutup. Sedangkan kekurangannya yaitu tingkat ketelitian yang tidak tinggi.

Gambar 2.4 Sistem kontrol lup terbuka

2. Sistem Kontrol Lup Tertutup

Sistem kontrol lup tertutup (Closed-loop control system) adalah sistem kontrol yang memiliki kontrol umpan balik dan hasil keluarannya mempengaruhi langsung pada aksi pengontrolan sistem. Sistem kontrol seperti ini memiliki feedback sehingga sistem akan mengukur atau mengumpanbalikkan hasil keluarannya untuk dapat dibandingkan dengan masukannya. Apabila terdapat perbedaan nilai antara sinyal keluaran dan sinyal umpan baliknya maka akan diumpankan balik ke kontroler untuk dikalkukasi dan diperkecil kesalahannya sehingga didapat suatu keluaran sistem yang mendekati dengan nilai yang diinginkan. Kelebihan dari sistem ini yaitu adanya elemen umpan balik yang berfungsi memperbesar tingkat ketelitian sistem. Sedangkan kekurangannya yaitu sistem akan lebih kompleks untuk dirancang. Pada skripsi ini digunakan sistem kontrol lup tertutup (Closed-loop control system).

(27)

Gambar 2.5 Sistem Kontrol Lup Tertutup

2.14 Mikrokontroler ATMEL 89C52

M ikrokontroler adalah sebutan yang umum diberikan pada kumpulan komponen (Integrated Circuit = IC) yang terdiri dari mikroprosesor (Central Processing Unit = CPU), Latch, RAM, I/O, dan perangkat lainnya. M ikrokontroler menggunakan EPROM (Erasable Programable Read Only Memory) sebagai media penyimpanan programnya. Perangkat I/O bukan hanya digunakan untuk berkomunikasi dengan pemakai, tetapi juga untuk memantau dan mengendalikan mekanisme proses peralatan yang dikendalikan.

M ikrokontroler AT89C52 merupakan salah satu produk keluaran dari ATM EL, mikorokontroler ini juga kompatibel dengan produk keluaran INTEL yaitu keluarga M CS-51 (8051, 8751, 8951, 8051, 8752, 8952, dll).

2.15 Motor Langkah

M otor adalah suatu komponen yang dapat merubah energi listrik menjadi energi mekanik (gerak putar). Berdasarkan pada tegangan kerjanya, jenis-jenis motor dibagi menjadi dua yaitu motor AC (motor arus bolak-balik) dan motor DC

(28)

M otor DC (motor arus searah) adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah (listrik DC) menjadi tenaga atau tenaga mekanis di mana tenaga gerak tersebut berupa putaran dari pada rotor.

Dalam kehidupan kita sehari-hari motor arus searah dapat kita lihat pada motor starter mobil, pada tape recorder, pada mainan anak-anak, dan sebagainya. Sedangkan ada pabrik-pabrik motor arus searah kita jumpai pada traksi, elevator, conveyer, dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan torsi adalah putaran atau pemuntiran dari suatu gaya terhadap suatu poros.

Terdapat berbagai macam jenis motor DC, antara lain motor DC shunt, motor DC seri, motor DC kompond pendek, motor DC kompond panjang, motor DC konvensional, motor langkah, dan lain-lain. M otor langkah yaitu sebuah motor arus searah yang dirancang sedemikian rupa sehingga motor dapat berputar dalam jumlah derajat tertentu sesuai dengan input pulsa yang diberikan. Pada skripsi ini digunakan motor DC jenis motor langkah. Alasan penggunaan motor jenis ini karena mudahnya implementasi pada sistem yang dirancang, lebih ekonomis, dan ketepatan putaran motor.

M otor langkah itu sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: 1. Motor langkah magnet permanen (Permanent magnet stepper motor)

M otor langkah jenis ini mempunyai rotor yang terbuat dari magnet permanen. Torsi yang dihasilkannya cukup besar, akan tetapi tidak memiliki kecepatan langkah yang tinggi. M otor ini mempunyai sudut perlangkah sebesar 1,8 derajat sampai dengan 90 derajat. M otor jenis ini dapat ditemukan

(29)

di floppy disk drive 5 ¼ “. Arus yang dikonsumsi motor ini relatif kecil, memiliki ketelitian yang cukup baik, dan sistemnya tidak memerlukan umpan balik untuk dapat mengetahui posisi motor.

2. Motor langkah variabel reluktansi (Variabel Reluctance Stepper Motor) M otor langkah jenis ini mempunyai rotor yang bersifat ferromagnetik dan mempunyai banyak katup. Torsi yang dihasilkannya lebih kecil dari motor langkah magnet permanen tetapi mempunyai kecepatan langkah yang tinggi. M otor ini menghasilkan sudut per-step sebesar 7,5 derajat sampai dengan 30 derajat.

Gambar 2.6 Motor Langkah Dengan Magnet Permanen 3. Motor langkah hibrida (Hybrid Stepper Motor)

Sifat yang dimiliki oleh motor langkah ini merupakan kombinasi dari kedua jenis motor langkah di atas. Torsi yang dihasilkan besar dan dapat bekerja pada kecepatan langkah yang tinggi. Sudut per-step yang dihasilkan sebesar 0,36 derajat sampai dengan 1,8 derajat.

(30)

Pada skripsi ini digunakan motor langkah magnet permanen. Alasan penggunaannya karena torsi yang dihasilkan cukup besar dan mempunyai sudut putar yang relatif cukup kecil. Selain itu motor ini ekonomis, mudah didapat, dan gear pembanding yang diperlukan untuk memperbesar torsi putaran lebih sedikit.

Kekurangan motor langkah ini yaitu dalam kecepatan putaran yang dihasilkan, namun pada skripsi ini motor yang dipakai tidak digunakan untuk kecepatan putar yang tinggi.

2.15.1 Prinsip Kerja Motor Langkah

Bentuk dasar dari sebuah motor langkah yang sederhana terdiri dari sebuah rotor dan sebuah stator. Rotor berfungsi sebagai magnet permanen, sedangkan stator memiliki lilitan kumparan yang dapat membentuk kutub magnet. Apabila kutub magnet stator dan rotor sama, maka kedua magnet akan saling tolak-menolak dan meyebabkan rotor akan berputar. Arah perputaran dapat terjadi dua arah, tergantung pada faktor mekanik dari motor langkah itu sendiri. Sedangkan besarnya perputaran yaitu sebesar 180 derajat.

Untuk motor langkah yang terdiri dari dua buah stator dan sebuah rotor, prinsip kerjanya sama dengan motor langkah yang terdiri dari sebuah stator dan sebuah rotor.

Apabila arus listrik dan arah rotor membentuk konfigurasi listrik magnet, maka rotor akan berputar sebesar 90 derajat berlawanan arah jarum jam (CCW). Perputaran ini disebut sebagai langkah penuh (full step).

(31)

Apabila magnet permanen dan medan listrik maka rotor akan berputar sebesar 45 derajat searah jarum jam (CW). Perputaran ini disebut sebagai setengah langkah (half step). Apabila motor langkah terdiri dari empat pasang stator, maka besar langkah penuh yaitu sebesar 45 derajat dan setengah langkah sebesar 22,5 derajat.

Untuk menjalankan motor langkah terus menerus dapat dilakukan dengan memberikan pola pulsa (pattern) yang digeser.

2.15.2 Pola Pulsa Motor Langkah

Sebuah motor langkah membutuhkan sejumlah masukan pada setiap kumparannya (coil) elektroda motor dalam bentuk pola (pattern) pulsa agar motor dapat berputar.

2.16 Sensor Suhu

Sensor merupakan suatu piranti yang mengalirkan efek fisikal seperti panas, cahaya atau getaran mekanik menjadi sinyal tegangan. Beberapa jenis sensor yang sering digunakan yaitu sensor suhu, sensor kelembaban, sensor tekanan, sensor optic dan lain sebagainya. Sensor yang digunakan di sini adalah sebuah sensor suhu LM 35.

LM 35 adalah sensor suhu yang berbentuk IC, yang tegangan output-nya secara linear proporsional terhadap suhu celcius. Berikut adalah karakteristik dari LM 35:

(32)

• Skala faktornya +10mV/oC

• Jangkauan suhu antara -55 oC sampai +150 oC • Akurasinya 0,5 o

C (pada +25 oC) • Beroperasi dari 4 – 30 V

• Arus drain-nya kurang dari 60 µA • Ketidaklinieran hanya sebesar 1/4 oC

Gambar

Gambar 2.1 Tahap-tahap utama dalam pengembangan produk baru
Gambar 2.3. Elemen-elemen ROI
Gambar 2.4 Sistem kontrol lup terbuka
Gambar 2.5 Sistem Kontrol Lup Tertutup
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh sebagai hasil penelitian adalah data kualitas melalui test sebelum dan sesudah perlakuan Latihan spiderman crawl terhadap kelenturan otot

Adapun tingkat pemahaman para peserta dalam memahami materi yang sudah disampaikan dikelompokkan pada skala 71%-80,99%, jadi dalam kegiatan pengabdian masyarakat

Tugas akhir ini membahas mengenai perbandingan penggunaan besi pada gedung seokolah yang ada di Surabaya , membandingan pemakaian besi pada gambar Asbuilt drawing yang di pakai

Pada beberapa kasus yang terjadi pada pengujian beban geser sambungan las menerima pembebanan tarik maupun geser atau biasa disebut juga dengan Beban Tarik-Geser

Skripsi dengan judul “ Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Dengan Konteks Oban Yadikon Rasan Kayuagung Untuk Siswa SMP “ disusun untuk memenuhi salah satu

Hal ini sudah relevan dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan, karakteristik dan ciri khas utama dari euglena yaitu adanya flagel pada ujung sel sebagai alat gerak.. Sel

Sebagai tambahan, tren-tren yang berlaku di pasar keramik Belgia pada beberapa tahun terakhir juga dapat membantu eksportir/produsen Indonesia untuk memahami pasar

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 huruf s Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, dilihat dari obyeknya hak ulayat yang dapat dimiliki