• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN FISIK BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN FISIK BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

32

PERTUMBUHAN FISIK BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN METODE KANGAROO

MOTHER CARE (KMC)

Mega Silvia1, Meitria Syahadatina2, Emmelia Astika F.D.S3

1

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

2

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

3

Bagian Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat badan bayi pada waktu kelahiran kurang dari 2500 gram. Kangaroo mother care (KMC) adalah perawatan untuk bayi BBLR dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu dalam posisi seperti kanguru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan fisik bayi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan metode KMC di RSUD Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan metode dekskriptif dengan teknik totally sampling. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi BBLR yang lahir di RSUD Banjarbaru yaitu didapatkan 8 bayi BBLR. Hasil penelitian adalah rata-rata berat dan panjang badan bayi BBLR sebelum dilakukan KMC yaitu 2006.25 gram dan 43 cm. Rata-rata berat dan panjang badan bayi BBLR sesudah dilakukan KMC yaitu 2281.25 gram dan 44.1875 cm. Rata-rata selisih berat dan panjang badan bayi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan KMC yaitu 275 gram dan 1.19 cm. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat peningkatan pertumbuhan fisik bayi BBLR setelah dilakukan KMC.

Kata-kata kunci: bayi berat badan lahir rendah, kangaroo mother care, pertumbuhan fisik

ABSTRACT

Low birth weight (LBW) is the the baby’s weight at birth of less than 2500 grams. Kangaroo Mother Care (KMC) is a method of early treatment for LBW by direct skin contact mother and infants in the kangaroo position. This method is simple and effective to give the basic need of newborns such as warmth, breastfeeding, and prevent from infection. The aim of this study was to knowing the descriptive of the physical growth of LBW infants before and after using KMC method at RSUD Banjarbaru. This study used descriptive method with total sampling technique. The population and sample were all LBW at RSUD Banjarbaru and found eight LBW infants. The result of the study was the average of weight and length of LBW before using KMC are 2006.25 grams and 43 cm. The average of weight and length of LBW after using KMC are 2281.25 grams and 44.1875 cm. The average of difference between weight and length of LBW before and after using KMC are 275 grams and 1.19 cm. The conclusion of this study was increase of physical growth in LBW infants after used KMC.

(2)

33 PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) mendefinisikan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat badan pada waktu lahir kurang dari 2500 g, dan dikatakan sangat rendah jika berat badan bayi kurang dari 1500 g. Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi dengan berat badan lahir rendah terutama di negara berkembang sekitar 95,6% (1). Kejadian bayi BBLR di beberapa negara sangat bervariasi, dengan insiden paling tinggi yaitu di Asia. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 ditemukan angka kejadian bayi BBLR di Indonesia sekitar 7,5%. Angka kejadian bayi BBLR antara satu daerah dengan daerah lain sangat bervariasi yaitu berkisar antara 9%-30% (2). Berdasarkan hasil studi pendahuluan jumlah bayi BBLR di Kota Banjarbaru pada tahun 2011 berjumlah 136 bayi, bayi BBLR laki-laki yaitu 68 bayi, dan bayi BBLR perempuan yaitu 68 bayi. Data yang didapat dari Rekam Medis RSUD Banjarbaru menunjukkan bahwa kejadian bayi BBLR sejak bulan Januari sampai Maret 2012 sebanyak 34 bayi dari 159 bayi yang dilahirkan.

Bayi BBLR merupakan faktor risiko kematian bayi dan gangguan perkembangan anak. Penelitian menunjukkan kejadian BBLR dipengaruhi oleh faktor biologis ibu dan fetus, lingkungan sosial orang tua, dan efektifitas perawatan medis selama periode perikonseptual, prenatal dan perinatal (3). Sepertiga bayi BBLR meninggal sebelum stabilisasi atau dalam dua belas jam pertama (1). BBLR memberikan kontribusi 60% sampai 80% kematian neonatal (4).

Perawatan bayi BBLR yang berkualitas dapat menurunkan kematian neonatal meliputi inkubator dan perlengkapannya pada neonatal intensive care unit (NICU). Namun penggunaan inkubator ini dinilai menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian ASI. Penelitian pakar bidang perinatologi menemukan metode Kangoroo

Mother care (KMC) yang banyak memberi

manfaat dalam menangani bayi BBLR (5). Manfaat pelaksanaan metode KMC bagi bayi BBLR meliputi bayi lebih sering menetek, bayi tidak rewel, kenaikan berat badan lebih cepat (6).

Penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Lina Marliyani (2010) yaitu sebagian besar tenaga kesehatan di ruang perinatalogi rumah sakit Banjarbaru memiliki pengetahuan baik (62,5%) dan pelaksanaan yang baik terhadap metode KMC pada bayi BBLR (68,75%). Selain itu penelitian yang dilakukan Wahyuni (2010) menunjukkan bahwa KMC dapat meningkatkan berat badan bayi BBLR walaupun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara ibu yang melakukan KMC dengan ibu yang tidak melakukan KMC. Berdasarkan studi pendahuluan, metode KMC pada bayi BBLR di RSUD Banjarbaru sudah dilakukan tetapi pemberian perawatan metode KMC ini hanya dilakukan saat ibu berkunjung ke ruangan bayi dan pada saat ibu dan bayi sudah siap untuk pulang sehingga untuk mengontrol pertumbuhan fisik bayi tidak dilakukan. Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran pertumbuhan fisik bayi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan metode Kangaroo Mother Care (KMC) di RSUD Banjarbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pertumbuhan fisik bayi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan metode Kangaroo Mother Care (KMC) di RSUD Banjarbaru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi BBLR di RSUD Banjarbaru dengan jumlah sampel 8 bayi BBLR. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah totally sampling (7). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua bayi BBLR dengan berat badan < 2500 g, tidak mengalami kecacatan bawaan yang berhubungan dengan pertumbuhan, dan perkembangan bayi baik dalam inkubator baik. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah bayi BBLR meninggal, kondisi bayi BBLR tidak stabil saat pelaksanaan KMC dan ibu berhenti melakukan KMC sebelum 7 hari. Subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang sudah ditentukan dengan cara melihat rekam medis dan status ibu yang melahirkan bayi BBLR. Ibu bayi BBLR diberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan diberikan lembar

(3)

34 persetujuan penelitian (informed consent).

Berat badan dan panjang badan pada bayi BBLR diukur sebelum diberikan metode KMC kemudian responden yang sesuai dengan kriteria sampel diintervensi dengan melakukan metode KMC pada ibu yang melahirkan bayi BBLR. Berat badan dan panjang badan bayi diukur untuk mengetahui pertambahan berat badan dan panjang badan setelah 7 hari melakukan KMC. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar informed

consent, timbangan untuk mengukur berat

badan bayi BBLR, dan meteran untuk mengukur panjang badan bayi BBLR. Pengolahan data terdiri dari 2 tahap yaitu

editing dan tabulating.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat yang disajikan dalam bentuk tabulasi data. Penelitian ini dilakukan di ruang perinatalogi RSUD Banjarbaru. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juni-September 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dengan jumlah sampel 8 bayi BBLR di ruang perinatologi di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Penelitian

dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2012.

Karakteristik Responden

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu dan umur ibu bayi BBLR dapat dilihat pada tabel 1.

Hasil penelitian seperti terlihat pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar latar belakang ibu bayi BBLR sebagai ibu rumah tangga yaitu berjumlah 6 orang (75%) dan yang bekerja sebagai pegawai negeri berjumlah 2 orang (25%). Ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu dirumah dibandingkan dengan ibu yang bekerja sebagai pegawai sehingga mereka dapat lebih maksimal melakukan KMC pada bayi mereka.

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang berumur 20-30 tahun yaitu berjumlah 5 orang (62,5%) dan ibu yang berumur 31-40 tahun yaitu 1 orang. Ibu yang muda dan baru melahirkan bayi pertama beberapa dari mereka antusias terhadap metode KMC karena lebih terbuka dalam menerima informasi tentang KMC sehingga dapat mendukung pelaksanaan KMC tetapi sebagian lagi juga takut untuk melakukan KMC karena kurang mengetahui metode tersebut.

Tabel 1. Karakteristik Responden Ibu Bayi BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Banjarbaru

Karakteristik Jumlah Presentasi

Pekerjaan Ibu Bayi BBLR Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri 6 2 75% 25% Jumlah 8 100% Umur 20-30 31- 40 41- 50 5 1 2 62,5% 12,5% 25% Jumlah 8 100%

(4)

35 Pertumbuhan Fisik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Kangaroo Mother Care (KMC)

Tabel 2. Berat Badan Bayi BBLR Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Kangaroo Mother Care (KMC)

Tabel 3. Panjang Badan Bayi BBLR Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Kangaroo

Hasil penelitian berat badan bayi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan metode KMC dapat dilihat pada tabel 2.

Berdasarkan tabel 2 didapatkan sampel sebanyak 8 bayi BBLR dengan berat badan kurang dari 2500 gram sebelum dilakukan KMC pengukuran berat badan yang paling kecil adalah 1600 gram, dan paling besar adalah 2400 gram dengan rata-rata berat badan yaitu 2006.25 gram. Setelah dilakukan KMC pada bayi BBLR didapatkan berat yang paling kecil adalah 1600 gram dan berat badan paling besar adalah 3200 gram dengan rata-rata berat badan yaitu 2281.25 gram.

Ada 5 bayi BBLR menunjukkan pertambahan berat badan, sedangkan 3 bayi BBLR tidak menunjukkan pertambahan berat badan. Pemberian KMC pada bayi BBLR menunjukkan pertambahan berat badan dengan rata-rata 275 gram. KMC terbukti aman dan memberikan manfaat pada bayi BBLR baik untuk perkembangan maupun dalam mengatur termoregulasi bayi BBLR (8).

Penelitian Ashraf Mohammadzadeh et

al (2011) menunjukkan bahwa pemberian

KMC pada bayi BBLR dengan berat badan

dibawah 2000 gram akan meningkatkan berat badan bayi pada minggu pertama dan meningkatkan lingkar kepala sekitar 0.75 cm yang merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang mendasari dari pertumbuhan otak bayi (9). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sloan et al (2008), KMC berpengaruh terhadap pertambahan berat badan bayi BBLR, kenaikan berat badan pada bayi BBLR terlihat pada keenam dan ketujuh setelah diberikan metode KMC (10).

Hasil penelitian panjang badan bayi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan metode KMC dapat dilihat pada tabel 3.

Berdasarkan tabel 3 didapatkan sampel sebanyak 8 bayi BBLR pengukuran panjang badan sebelum dilakukan KMC yang paling kecil adalah 40 cm sebanyak 3

bayi BBLR, dan yang paling panjang adalah 46 cm dengan rata-rata panjang badan yaitu 43 cm. Pengukuran panjang badan sesudah dilakukan KMC yang paling kecil adalah 40 cm sebanyak 2 bayi BBLR, dan yang paling panjang adalah 49 cm dengan rata-rata panjang badan yaitu 44.1875 cm. Dapat diketahui ada 4 bayi BBLR yang menunjukkan pertambahan panjang badan dan 4 bayi BBLR tidak menunjukkan

Sebelum Perlakuan (g) Sesudah Perlakuan (g) Selisih (g)

1850 1850 0 1800 1800 0 2100 2800 700 2000 2400 400 2400 3200 800 2300 2500 200 2000 2100 100 1600 1600 0 Rata-rata 2006.25 2281.25 275

Sebelum Perlakuan (cm) Sesudah Perlakuan (cm) Selisih

(cm) 44 44 0 40 40 0 44 45,5 1,5 46 46 0 45 49 4 45 46 1 40 43 3 40 40 0 Rata-rata 43 44.1875 1.19

(5)

36 pertambahan panjang badan. Pemberian

KMC pada bayi BBLR menunjukkan pertambahan panjang badan dengan rata-rata 1.19 cm. Tabel 3 menunjukkan terdapat peningkatkan panjang badan bayi BBLR yang dilakukan KMC.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Gathwala G et al (2010) menunjukkan adanya perbedaan panjang badan bayi BBLR yang dilakukan metode KMC dan bayi BBLR yang tidak dilakukan metode KMC. Panjang badan bayi BBLR yang dilakukan metode KMC bertambah 1.03 cm perminggu sedangkan bayi yang tidak dilakukan metode KMC mengalami pertambahan panjang badan 0.74 cm perminggu (11). Penelitian Ahn et al (2010) menunjukkan bahwa bayi BBLR yang diberi KMC akan meningkatkan panjang badan dan lingkar kepala bayi (12). Penelitian yang dilakukan Suman R et al (2008) menunjukkan bahwa bayi yang dilakukan KMC panjang badannya akan meningkat yaitu 0.99 cm perminggu dengan pemberian KCM setiap harinya yaitu 13 jam/hari karena semakin lama melakukan KMC maka akan lebih mempererat hubungan antara ibu dan bayi dan akan lebih baik lagi apabila dilakukan secara regular sampai 24 jam. Sifat dari KMC ini adalah berperan melindungi bayi BBLR dari hipoglikemi, sepsis, penyakit berat, infeksi saluran pernapasan bawah, memperpendek masa rawat dan menurunkan risiko kematian dini pada bayi (13). KMC biasanya dimulai di rumah sakit dan dilanjutkan di rumah dengan follow up yang rutin untuk mengontrol berat badan bayi, asupan nutrisi dan memeriksa tanda gejala berbahaya. Sebelum pemulangan perawat mengajarkan dan melatih KMC pada ibu sebelum melanjutkan KMC di rumah (14).

Berdasarkan tabel 2 dan 3 didapatkan gambaran bahwa KMC dapat meningkatkan berat badan dan panjang badan bayi BBLR. KMC sangat dianjurkan dilakukan pada bayi BBLR karena pada saat kulit ibu bertemu dengan kulit bayi maka akan terjadi perubahan temperatur. Hal ini terjadi karena bayi dalam keadaan rileks, beristirahat dengan posisi yang menyenangkan, mirip dengan posisi dalam rahim, sehingga kegelisahan bayi berkurang dan tidur lebih lama. Pada keadaan demikian konsumsi oksigen dan kalori berada pada tingkat paling rendah, sehingga kalori yang ada

digunakan untuk menaikkan berat badan. Selain itu, pertambahan berat badan bayi disebabkan oleh produksi ASI yang meningkat dan frekuensi menyusu yang lebih sering yang merupakan salah satu manfaat dari KMC (15). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syed MA et al (2009) yaitu metode KMC merupakan metode konvesional yang tepat karena dapat meningkatkan kenaikan berat badan bayi selama di rumah sakit, meningkatkan panjang badan dan lingkar kepala setelah bayi berusia 6 bulan, serta dapat menurunkan resiko infeksi dan menstabilkan psikologis bayi (16). Selain it, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iman dan Madiha (2011) bahwa penerapan metode KMC pada bayi BBLR memberikan efek positif pada berat badan bayi sehingga direkomendasikan untuk menerapakan metode KMC pada bayi BBLR untuk perawatan bayi BBLR yang ada di NICU (17). KMC dapat meningkatkan pertumbuhan fisik pada bayi BBLR dan memperbaiki kelangsungan hidup bayi BBLR yang biasanya disebabkan karena distress pernapasan, hipotermi, apnea, asfiksia, hemorage intraventrikular,

skor apgar yang rendah, kegagalan

pengaturan steroid antenatal dan syok (18).

Menurut penelitian Suman rao et al (2008) menyebutkan bahwa manfaat KMC pada bayi adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap normal yaitu pada jam pertama dapat mencapai 36,5° C, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif terdapat dalam batas normal, menurunkan insiden apnea pada BBLR secara signifikan (13). Menurut penelitian Fay F. Warnock et al (2010) KMC dapat meningkatkan produksi ASI, menurunkan stress BBLR yang ditandai dengan kadar kortisol yang rendah. Metode KMC ini disebut sebagai pendekatan non farmakologi pada prosedur perawatan nyeri pada bayi premature yang dapat menurunkan distress tingkah laku melalui termoregulasi skin to skin ibu-bayi (19).

Pada saat pemberian KMC terdapat sampel bayi BBLR yang tidak mengalami penambahan berat badan dan panjang badan atau berat badan dan panjang badan bayi tetap. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu nutrisi, lama pelaksanaan KMC dan kondisi fisik bayi BBLR masih lemah. Nutrisi yang dimaksud adalah pemberian ASI kepada bayi BBLR. ASI adalah

(6)

37 makanan yang paling sempurna, baik

kualitas maupun kuantitasnya ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. Rulina menyatakan bahwa terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, taurin, dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi, dan tidak ada satu pun jenis susu lain bisa menyamainya. ASI mengandung antibodi sangat penting untuk membangun daya tahan tubuh bayi terutama bayi BBLR yang sangat rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang masih kurang (20). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti ada beberapa ibu yang tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya, karena ASI yang tidak keluar atau ASI yang keluar hanya sedikit (tidak lancar), sehingga untuk memenuhi kebutuhan dari bayi sendiri masih kurang. Beberapa ibu biasanya memberikan ASI dengan diperas kemudian disendokkan ke mulut bayi karena refleks menghisap dan menelan bayi BBLR yang biasanya sangat lemah.

Lama pelaksanaan KMC yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah 2 x 15 menit dalam satu hari selama 7 hari. Jadi satu hari lamanya ibu melakukan KMC pada bayinya hanya setengah jam saja. Di Rumah Sakit Umum Banjarbaru, KMC diberikan hanya jika ibu berkunjung ke ruang perinatalogi dan waktu pemberian KMC hanya 15 menit karena ditakutkan kondisi bayi akan mengalami hipotermi kalau terlalu lama di luar inkubator. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan 15 menit untuk melakukan KMC. Menurut Depkes, apabila bayi masih di dalam inkubator, KMC tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari. KMC tidak boleh dilakukan selama kurang dari 60 menit karena dapat mengakibatkan bayi menjadi stress. Apabila kondisi bayi sudah stabil dan dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Lama bayi dalam posisi kanguru yaitu 24 jam terus menerus. Apabila ibu tidak sempat, dapat digantikan oleh orang lain (suami, nenek, bibi atau anggota keluarga yang lain). KMC

dilakukan pada bayi yang dirawat di

neonatal intensive care unit (NICU) secara

bertahap misalnya selama satu jam (agar tidak mengganggu waktu istirahat bayi) sebelum terus menerus selama 24 jam. KMC dihentikan atau tidak dipakai apabila bayi sudah tidak menghendaki lagi atau apabila berat badan bayi sudah mencapai lebih dari 2500 gram. Pada usia tersebut pada umumnya bayi mulai gelisah atau rewel kalau diletakkan pada posisi kanguru (21).

Hal yang dapat mengganggu pelaksanaan metode KMC salah satunya adalah kondisi fisik bayi BBLR yang masih lemah. Biasanya keadaan bayi BBLR apabila sudah bisa bernapas dengan baik dan keadaan umum sudah baik seperti suhu tubuh stabil, bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen dan refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik maka pihak rumah sakit bisa memperbolehkan bayi BBLR dibawa pulang. Saat dibawa ke rumah kondisi bayi dapat tiba-tiba saja menjadi buruk karena sistem tubuh pada bayi BBLR belum matang dan daya tahan tubuh bayi BBLR yang belum maksimal sehingga akan mempengaruhi metabolisme bayi BBLR itu sendiri.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu jumlah sampel tidak memenuhi syarat dan evaluasi terhadap pelaksanaan KMC yang sulit diakibatkan perubahan prosedur pada saat penelitian. Sampel yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 22 bayi BBLR tetapi bayi yang masuk kedalam kriteria inklusi hanya 8 bayi. Hal tersebut dikarenakan setelah melahirkan para ibu bayi BBLR memerlukan istirahat dan ada beberapa ibu yang takut melakukan KMC karena tidak mengetahui tentang KMC, berat badan bayi mereka yang kurang dari 2500 gram dan beberapa ibu baru melahirkan anak pertama mereka sehingga mereka tidak berani untuk melakukan metode KMC. Selain itu, ibu dan bayi BBLR berada di rumah sakit sekitar 2-3 hari, apabila bayi sudah dalam keadaan stabil ibu dan keluarga langsung membawa bayi BBLR pulang ke rumah dikarenakan biaya perawatan yang cukup mahal.

Kebanyakan bayi BBLR dipulangkan ke rumah sebelum 7 hari sehingga peneliti mengubah prosedur penelitian yaitu pada awalnya KMC dilakukan di rumah sakit selama bayi BBLR masih berada di rumah sakit dan dilanjutkan melakukan KMC di

(7)

38 rumah. Pada saat bayi BBLR berada di

rumah sakit peneliti lebih mudah untuk memantau pelaksanaan KMC tetapi saat KMC dilanjutkan di rumah peneliti mengalami kesulitan untuk mengontrol pelaksanaan KMC karena jarak ke rumah bayi BBLR yang jauh.

PENUTUP

Kesimpulan penelitian ini adalah gambaran berat badan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sebelum dilakukan metode

kangaroo mother care (KMC) dengan

rata-rata yaitu 2006.25 gram dan berat badan bayi BBLR sesudah dilakukan metode

kangaroo mother care (KMC) dengan

rata-rata yaitu 2281.25 gram. Gambaran selisih berat badan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sebelum dan sesudah dilakukan metode kangaroo mother care (KMC) dengan rata-rata pertambahan berat badan yaitu 275 gram. Gambaran panjang badan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sebelum dilakukan metode kangaroo mother

care (KMC) dengan rata-rata yaitu 43 cm

dan panjang badan bayi BBLR sesudah dilakukan metode kangaroo mother care (KMC) dengan rata-rata yaitu 44.1875 cm. Gambaran selisih panjang badan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sebelum dan sesudah dilakukan metode kangaroo mother

care (KMC) dengan rata-rata pertambahan

panjang badan yaitu 1.19 cm.

Tenaga kesehatan khususnya di ruang perinatologi diharapkan setelah keadaan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) membaik dapat segera melakukan metode

kangaroo mother care (KMC) dan menyampaikan serta memberikan saran kepada ibu atau keluarga bayi berat badan lahir rendah (BBLR) agar melanjutkan pemberian metode kangaroo mother care (KMC) di rumah dengan durasi KMC minimal 60 menit dan durasi pemberian KMC ditambah sampai berat badan dan panjang badan bayi BBLR menjadi normal sesuai dengan usianya.

KEPUSTAKAAN

1. Blackwell K, A Cattaneo. What is the evidence for kangaroo mother care of the very low birth weight baby?. International Child Health Review Collaboration 2007: 1-3. The WHO Pocketbook of Hospital Care for Children recommends skin contact for LBW and VLBW babies (Pocketbook chapter 3.10.2, page 53 ff).

2. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta, 2007.

3. Thompson LA, DC Goodman, CH Chang, et al. Regional variation in rates of low birth weight. Pediatrics 2005; 116: 1114-1121.

4. World Health Organization. Care of the preterm and/or low-birth-weight newborn. WHO, 2012; (online); Available from: URL

http://www.who.int/maternal_child_adol escent/topics/newborn/care_of_preterm/ en/, Diakses pada tanggal 28 maret 2012).

5. Sari DT. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan metode kanguru pada BBLR. Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo 2008 Juni; 10: 81- 88.

6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman kader seri kesehatan anak. Jakarta, 2010. 7. Sarwono J. Pintar menulis karangan

ilmiah. Kunci sukses dalam menulis ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010.

8. Ohgi S, Masafumi F, Hiroyuki M, et al. Comparison of kangaroo care and standard care: behavioral organization, development, and temperament in healthy, low-birth-weight infants through 1 year. Journal of Perinatology 2002; 22: 374 – 379.

9. Mohammadzadeh A, Ahmadshah F, Mohsen J, et al. Advantages of kangaroo mother care in less than 2000 grams low birth weight neonates. Medical Journal of Islamic Republic of Iran 2011; 25(1): 11- 15.

10. Sloan NL, S Ahmed, SN Mitra, et al. Community-based kangaroo mother care to prevent neonatal and infant mortality: a randomized, controlled cluster trial. Pediatric 2008 May; 121(5): e1047- e1059.

(8)

39 11. Gathwala G, Singh B, Singh J. Effect of

kangaroo mother care on physical growth, breastfeeding and its acceptability. Tropical Doctor 2010; 40: 199-202.

12. Ahn HY, Lee JY, Shin HJ. Kangaroo Care on premature infant growth and maternal attachment and post-partum depression in South Korea. Journal of Tropical Pediatrics, 2010; 56(5): 342-344.

13. Rao S, R Udani, R Nanavati. Kangaroo mother care for low birth weight infants: a randomized controlled trial. Indian Pediatrics 2008 January; 45: 17-23. 14. Nguah SB, PNL Wobil, R Obeng, et al.

Perception and practice of kangaroo mother care after discharge from hospital in kumasi, ghana: A longitudinal study. BMC Pregnancy and Childbirth 2011; 11(99): 1-8.

15. Suradi R, Piprim BY. Metode kanguru sebagai pengganti inkubator untuk bayi berat lahir rendah. Sari Pediatri 2000; 2 (1): 29 – 35.

16. Ali SM, Jyoti S, Rajyashree S, et al. Kangaroo mother care as compared to conventional care for low birth weight babies. Dicle Med J Cilt 2009; 36(3): 155- 160.

17. El Moniem IIA, Madiha AM. The effectiveness of kangaroo technique on preterm infant’s weight gain. Journal of American Science 2011;7: 1.

18. Basu S, P Rathore, BD Bhatia. Predictors of mortality in very low birth weight neonates in India. Singapore Med J 2008; 49(7): 556-560.

19. Warnock FF, TC Castral, R Brant, et al. Brief report: maternal kangaroo care for neonatal pain relief: a systematic narrative review. Journal of Pediatric Psychology 2010; 35(9): 975–984. 20. Mustofa A, Hayu P. Pemberian asi

eksklusif dan problematika ibu menyusui. Jurnal Studi Gender dan Anak 2010 ; 5: 2.

21. Margaretha SL. Metoda kanguru pada perawatan bayi berat lahir rendah. Sari Pediatri, 2006; 8 (3): 181- 187.

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Antara lain siswa autis dapat dengan baik saat berkonsentrasi, fokus, mampu bermain angklung sendiri, mampu berinteraksi dengan siswa normal, mampu adanya

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalis hubungan pola asuh dengan status gizi anak balita di desa Sokawera Wilayah Kerja Puskesmas Patikraja,

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan April 2018, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember sudah menggunakan Sistem Informasi HIV/AIDS

PENGADILAN NEGERI SE-WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI PADANG TAHUN

yang berbeda dalam susunan fisika dan kimia yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai akibat dari proses perkembangan tanah. Pedon  satuan individu terkecil dalam

Dari hasil penelitian yang dilakukan dari empat informan terhadap pelaksanaan kebijakan KTR di SMPN 07 Pekanbaru diketahui dari ke empat informan ini seluruhnya

Dimulai ketika Vasco da Gama dan Christopher Columbus dari Eropa 500 tahun lalu untuk berdagang, namun hal ini menjadi awal munculnya kehendak menguasai wilayah