• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Pembungaan Tanaman Anggrek Dendrobium Sp Akibat Pemberian Pupuk NPK (10:30:10) dan Zat Pengatur Tumbuh 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Pembungaan Tanaman Anggrek Dendrobium Sp Akibat Pemberian Pupuk NPK (10:30:10) dan Zat Pengatur Tumbuh 1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Respon Pertumbuhan Dan Pembungaan Tanaman Anggrek

Dendrobium Sp Akibat Pemberian Pupuk NPK (10:30:10)

dan Zat Pengatur Tumbuh

1)

Sunawan dan Djuhari2)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui pengaruh kombinasi antara pupuk NPK (10:30:10) dengan zat pengatur tumbuh (Hormonik) yang mampu mempercepat pembungaan tanaman anggrek Dendrobium, 2) Untuk mengetahui dosis pemberian pupuk NPK (10:30:10) yang dapat mempercepat pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium, 3) Untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh (Hormonik) yang dapat mempercepat pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium. Penelitian dilaksanakan dirumah kasa (Screen house), di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang dengan ketinggian 50 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai bulan Oktober 2010. Percobaan factorial yang disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 2 faktor perlakuan: Faktor 1 : Dosis pupuk NPK, 4 level yaitu : P0 : Tanpa Pupuk NPK, P1 : Pupuk NPK 2 g/pot, P2 : Pupuk NPK 4 g/pot, P3 :

Pupuk NPK 6 g/pot, Faktor 2 : Konentrasi zat pengatur tumbuh, 4 level yaitu : Z0 :

Tanpa ZPT hormonik, Z1 : ZPT hormonik 1 cc/l air, Z2 : ZPT hormonik 2 cc/l air,

Z3 : ZPT hormonik 3 cc/l air. Variabel pertumbuhan yang diamati :Saat

munculnya tunas (hari), Jumlah tunas, Tinggi tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Luas daun (cm²). Variabel Pembungaan : Jumlah tanaman berbunga, Saat munculnya tangkai bunga (hari), Panjang tangkai bunga (cm), Jumlah kuntum bunga total, Diameter bunga (cm). Darai hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan kombinasi pemupukan NPK dan Zat Pengatur Tumbuh tidak memberikan pengaruh interaksi yang nyata terhadap semua peubah pertumbuhan kecuali pada peubah jumlah tunas. Kombinasi P2Z2 memberikan jumlah tunas paling banyak. Secara terpisah perlakuan pemupukan NPK berpengaruh nyata pada peubah jumlah daun pada pengamatan 75 HAS, 90, HAS dan 105 HAS, dan pada peubah luas daun pada pengamatan 30 HAS, 60 HAS dan 105 HAS. Hasil tebaik untuk peubah jumlah daun dan luas daun dicapai pada perlakuak P1 dan P2 ( NPK 2 g/pot, dan NPK 4 g/pot,). Sedangkan peubah pembungaan belum bias diamati karena tanaman belum berbunga.

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

Anggrek merupakan tanaman bunga yang paling beraneka ragam. Anggrek memiliki kurang lebih 30.000 spesies dan 700 genera yang berbeda. Bentuk dan sifat anggrek yang bervariasi dan unik, serta berjumlah besar menyebabkan anggrek dimaksudkan dalam kelompok tanaman tersendiri. Jenis anggrek yang dikenal sebagai tanaman hias dan bunga potong antar lain Dendrobium, Cattleya, Vanda

dan Phalaenopsis (Bahar, 1994). Salah

satu anggrek yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpeluang besar untuk dikembangkan sebagai bunga potong adalah anggrek Dendrobium. Konsumsi bunga potong di kota-kota besar di Indonesia rata-rata mencapai 1.286 juta

tangkai perminggu. Bunga anggrek

memduduki peringkat kedua setelah bunga mawar (Sutater, 1991), Saat ini anggrek adalah salah satu tanaman hias yang

mendapat prioritas utama untuk

dikembangkan di Indonesia.

Amggrek Dendrobium mempunyai nilai komersial tinggi karena bentuknya yang khas, indah dan relatif lebih tahan lama

dibandingkan dengan bunga potong

lainnya. Dendrobium merupakan jenis anggrek yang rajin berbunga (Asandhi,

1991). Kecepatan pertumbuhan dan

pembentukan primodia bunga pada

tanaman anggrek berbeda-beda tiap

jenisnya. Pertimbuhan fase vegetatif

dipengaruhi oleh perawatan rutin

(penyiraman, pemupukan serta

pengendalian hama dan penyakit ). Dalam

kondisi sehat, tanaman akan cepat

berbunga (2 bulan), terlebih bila kondisi

lingkungannya mendukung (Harmono,

2003). Pembungaan pada tanaman anggrek memerlukan waktu 2-3 tahun dari mulai penanaman. Oleh karena itu perlu dicari

solusi untuk mempercepat fase

pembungaan.

Zat pengatur tumbuh diartikan sebagai senya organik bukan hara, yang dalam

jumlah sedikit dapat mendukung

pertumbuhan tanaman tetapi dalam jumlah banyak dapat menghambat pertumbuhan

dan merubah proses fisiologis tanaman (Wudianto, 1995). Salah satu cara memacu pertumbuhan adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman akan merangsang pembelahan, pembesaran dan pemenjangan sel, baik akar, batang dan daun serta

merangsang pembungaan. Pemberian

pupuk yang tepat perlu dilaksanakan agar

dapat memacu pertumbuhan dan

perkembangan anggrek. Dalam penelitian ini akan dicoba pupuk NPK (10:30:10) dan zat pengatur tumbuh untuk mendukung pertumbuhan tanaman anggrek secara optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui pengaruh kombinasi antara pupuk NPK (10:30:10) dengan zat pengatur tumbuh (Hormonik) yang mampu mempercepat pembungaan tanaman anggrek Dendrobium. 2) Untuk mengetahui dosis pemberian pupuk NPK

(10:30:10) yang dapat mempercepat

pertumbuhan dan pembungaan tanaman

anggrek Dendrobium. 3) Untuk

mengetahui konsentrasi zat pengatur

tumbuh (Hormonik) yang dapat

mempercepat pertumbuhan dan

pembungaan tanaman anggrek

Dendrobium

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dirumah kasa (Screen house), di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang dengan ketinggian 50 m dpl. Suhu rata-rata pada malam hari 21 – 24 ºC dan siang hari 24 – 28 ºC, kelembaban relatif

rata-rata 60 – 80 %. Penelitian

dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai bulan Oktober 2010. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : alat tulis, label perlakuan, hand sprayer,

thermometer, plastic, jangka sorong,

timbangan, dan stik besi. Bahan yang digunakan meliputi : anggrek jenis

Dendrobium sp yang sudah berumur 1,5

tahun keluar dari botol dan belum berbunga yang diperoleh dari Rys Orchid. Bahan baku media tumbuh (pakis dan

(3)

arang), pot, pupuk NPK (10:30:10) serta zat pengatur tumbuh merk Hormonik yang mengandung auksin, sitokinin dan giberlin yang dibeli di stokist NASA. Penelitian ini

menggunakan rancangan percobaan

factorial yang disusun dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 2 faktor perlakuan. Adapun perlakuannya sebagai berikut : Faktor 1 : Dosis pupuk NPK, 4 level yaitu : P0 : Tanpa Pupuk NPK, P1 : Pupuk NPK 2

g/pot, P2 : Pupuk NPK4 g/pot, P3 : Pupuk

NPK 6 g/pot. Faktor 2 : Konentrasi zat pengatur tumbuh, 4 level yaitu : Z0 : Tanpa

ZPT hormonik, Z1 : Konsentrasi ZPT

hormonik 1 cc/l air, Z2 : Konsentrasi ZPT

hormonik 2 cc/l air, Z3 : Konsentrasi ZPT

hormonik 3 cc/l air Pengamatan dilakukan pada umur 30, 45, 60, 75, 90 dan 105 hari setelah aplikasi. Pengamatan dilakukan secara non destraktif (tanpa perusakan) setiap dua minggu sekali dengan variabel

pengamatan sebagai berikut :

Pertumbuhan vegetatif : Saat munculnya tunas (hari), Jumlah tunas (satuan), Tinggi tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Luas

daun (cm²). Pertumbuhan Genratif

(Pembungaan ): Jumlah tanaman

berbunga, Saat munculnya tangkai bunga (hari), Panjang tangkai bunga (cm) , Jumlah kuntum bunga total, Diameter bunga (cm).Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. Jika

terdapat interaksi antar perlakuan

dilanjutkan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% (untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan Saat Munculnya Tunas (Anakan)

Dari hasil analisis ragam peubah saat munculnya tunas pertama, kedua dan ketiga (Lampiran 1a, 1b dan 1c) tidak menunjukkan adanya pengaruh interkasi antara perlakuan pemupukan NPK dan Zat Pengatur Tumbuh. Demikian juga secara terpisah masing-masing perlakuan tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata pada

uji F 0.05. Nilai rata-rata peubah saat munculnya tunas pertama, kedua dan ketiga ditunjukkan pada tabel 2 berikut. Tabel : 2. Nilai rata-rata peubah saat

munculnya tunas pada berbagai perlakuan pupuk NPK dan Zat Pengartur Tumbuh.

Keterangan:

TN = Tidak terjadi beda nyata pada Uji BNT 0,05 P0 = Tanpa Pukuk NPK (0 g) Z0 = Tanpa ZPT (0 cc) P1 = Pupuk NPK 2 g/Tanaman Z1 = ZPT 2 cc/ Tanaman P2 = Pupuk NPK 4 g/ Tanaman Z2 = ZPT 4 cc/ Tanaman P3 = Pupuk NPK 6 g/ Tanaman Z3 = ZPT 6 cc/ Tanaman

3.2. Hasil Pengamatan Jumlah Tunas Dari hasil analisis ragam peubah jumlah tunas (Lampiran 1 d) menunjukkan adanya

pengaruh inerksi antara perlakuan

pemupukan NPK dan Zat Pengatur Tumbuh pada uji F 0.05. Nilai rata-rata peubah jumlah tunas disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Nilai rata-rata peubah jumlah tunas pada berbagai perlakuan pupuk NPK dan Zat Pengartur Tumbuh

BNT 0,05 0.392

Perlakuan Tunas I Tunas II Tunas III ………..Hari………. P0 28.71 130.21 139.83 P1 23.00 125.25 154.75 P2 32.21 125.83 135.42 P3 30.96 113.33 135.08 Nilai BNT 0.05 TN TN TN Z0 28.71 137.46 152.42 Z1 29.67 138.33 146.58 Z2 24.92 104.33 131.25 Z3 31.58 114.50 134.83 Nilai BNT 0.05 TN TN TN PERLAKUAN Z0 Z1 Z2 Z3 P0 2.67 b C 1.50 a A 2.67 b C 2.00 b B P1 2.50 b C 2.00 b AB 1.83 a A 1.50 a A P2 2.00 a A 2.67 c B 2.83 b B 2.00 b A P3 2.33 ab B 2.17 b B 1.50 a A 2.17 b B

(4)

Keterangan:

Angka yang didampingi huruf besar yang sama pada baris yang sama dan Angka yang didampingi huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak terjadi beda nyata pada Uji BNT 0.05 TN = Tidak terjadi beda nyata pada Uji

BNT 0,05 P0 = Tanpa Pukuk NPK (0 g) Z0 = Tanpa ZPT (0 cc) P1 = Pupuk NPK 2 g/Tanaman Z1 = ZPT 2 cc/ Tanaman P2 = Pupuk NPK 4 g/ Tanaman Z2 = ZPT 4 cc/ Tanaman P3 = Pupuk NPK 6 g/ Tanaman Z3 = ZPT 6 cc/ Tanaman

3.3. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Dari hasil analisis ragam peubah tinggi tanaman (Lampiran 2) tidak menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara perlakuan pemupukan NPK dan Zat Pengatur Tumbuh. Demikian juga secara terpisah

masing-masing perlakuan tidak

menunjukkan pengaruh nyata pada uji F

0.05. Nilai rata-rata peubah saat

munculnya tunas pertama, kedua dan ketiga ditunjukkan pada tabel 4 berikut.

3.4. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Dari hasil analisis ragam peubah jumlah daun (Lampiran 3) tidak menunjukkan adanya pengaruh interkasi antara perlakuan pemupukan NPK dan Zat Pengatur Tumbuh. Akan tetapi secara terpisah

perlakuan pemupukan menunjukkan

pengaruh nyata pada uji F 0.05 pada umur pengamatan 75 HAS, 90 HAS dan 105 HSA. Nilai rata-rata peubah jumlah daun disajikan pada tabel 5 berikut.

Tabel : 4. Nilai rata-rata peubah tinggi tanaman pada berbagai perlakuan pupuk NPK dan Zat Pengartur Tumbuh.

Keterangan:

TN = Tidak terjadi beda nyata pada

Uji BNT 0,05

HSA = Hari Setelah Aplikasi

P0 = Tanpa Pukuk NPK (0 g) Z0 = Tanpa ZPT (0 cc) P1 = Pupuk NPK 2 g/Tanaman Z1 = ZPT 2 cc/ Tanaman P2 = Pupuk NPK 4 g/ Tanaman Z2 = ZPT 4 cc/ Tanaman P3 = Pupuk NPK 6 g/ Tanaman Z3 = ZPT 6 cc/ Tanaman

Tabel 5. Nilai rata-rata peubah jumlah daun pada berbagai perlakuan pupuk NPK dan Zat Pengartur Tumbuh.

Keterangan:

TN = Tidak terjadi beda nyata pada

Uji BNT 0,05

HSA = Hari Setelah Aplikasi

P0 = Tanpa Pukuk NPK (0 g) Z0 = Tanpa ZPT (0 cc) P1 = Pupuk NPK 2 g/Tanaman Z1 = ZPT 2 cc/ Tanaman Perlakuan 15 HSA 30 HSA 45 HSA 60 HSA 75 HSA 90 HSA 105 HSA ………..………Cm ………. P0 14.74 15.18 15.20 15.25 15.50 16.24 16.83 P1 15.00 15.54 15.59 15.91 16.15 17.15 17.60 P2 14.57 14.69 14.83 14.87 14.99 15.14 15.85 P3 15.06 15.20 15.25 15.30 15.47 15.82 16.44 Nilai BNT 0.05 TN TN TN TN TN TN TN Z0 15.09 15.31 15.31 15.52 15.85 16.71 17.48 Z1 14.60 15.07 15.08 15.20 15.34 15.95 16.17 Z2 14.97 15.07 15.54 15.62 15.84 16.27 17.09 Z3 14.71 14.84 14.94 15.00 15.08 15.42 15.98 Nilai BNT 0.05 TN TN TN TN TN TN TN Perlakuan 15 HSA 30 HSA 45 HSA 60 HSA 75 HSA 90 HSA 105 HSA ………..….Helai………..…..……… P0 10.88 10.25 9.96 11.00 11.75 a 12.17 a 13.08 a P1 11.25 10.88 11.50 9.67 14.00 d 15.00 c 15.88 c P2 11.25 10.96 10.83 11.92 13.50 c 14.88 c 16.13 c P3 11.08 10.83 10.92 11.42 12.63 b 13.75 b 14.50 b Nilai BNT 0.05 TN TN TN TN 0.377 0.376 0.489 Z0 10.75 10.33 10.54 11.29 12.75 13.54 14.42 Z1 11.83 11.50 11.42 9.26 12.92 14.13 14.71 Z2 10.63 10.13 10.29 11.46 13.08 14.21 15.00 Z3 11.25 10.96 10.96 12.00 13.13 13.92 15.46 Nilai BNT 0.05 TN TN TN TN TN TN TN

(5)

P2 = Pupuk NPK 4 g/ Tanaman

Z2 = ZPT 4 cc/ Tanaman

P3 = Pupuk NPK 6 g/ Tanaman

Z3 = ZPT 6 cc/ Tanaman

3.5. Hasil Pengamatan Luas Daun

Dari hasil analisis ragam peubah luas daun (Lampiran 4) tidak menunjukkan adanya

pengaruh interkasi antara perlakuan

pemupukan NPK dan Zat Pengatur Tumbuh. Akan tetapi secara terpisah

perlakuan pemupukan menunjukkan

pengaruh nyata pada uji F 0.05 pada umur pengamatan 30 HAS, 60 HAS dan 105 HSA. Nilai rata-rata peubah luas daun disajikan pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Nilai rata-rata peubah luas daun pada berbagai perlakuan pupuk NPK dan Zat Pengartur Tumbuh.

Keterangan:

Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak terjadi beda nyata pada Uji BNT 0.05

TN = Tidak terjadi beda nyata pada

Uji BNT 0,05

HSA = Hari Setelah Aplikasi

P0 = Tanpa Pukuk NPK (0 g) Z0 = Tanpa ZPT (0 cc) P1 = Pupuk NPK 2 g/Tanaman Z1 = ZPT 2 cc/ Tanaman P2 = Pupuk NPK 4 g/ Tanaman Z2 = ZPT 4 cc/ Tanaman P3 = Pupuk NPK 6 g/ Tanaman Z3 = ZPT 6 cc/ Tanaman

3.6. Hasil Pengamatan Pembungaan Sampai laporan ini di susun tanaman belum bisa diamati peubah pembungaan karena tanaman belum berbunga.

3.7. Pembahasan

Secara umum dari hasil pengamatan peubah pertumbuhan tidak menunjukkan adanya pengaruh interaksi antara perlakuan pemupukan NPK dengan Zat Penatur tumbuh kecuali pada peubah jumlah tunas (Lampiran 1d dan Tabel 3). Sedangkan secara terpisah perlakuan pemupukan NPK memberikan pengaruh yang nyata pada

peubah jumlah daun pada umur

pengamatan 75 HSA, 90 HSA dan 105 HSA (Lampiran 3 dan Tabel 5).

Sedangkan pada pubah luas daun

pemupukan NPK memberikan pengaruh nyata pada umur pengamatan 30 HSA, 60 HSA dan 105 HSA (Lampiran 4 dan Tabel 6). Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh tidak memberikan pengaruh nyata pada semua peubah pertumbuhan yang diamati.

Dari uraian di atas tidak terjadinya

interaksi pada berbagai peubah

pertumbuhan diduga bahwa tanaman tidak mampu merespon kedua perlakuan tersebut

secara baik sehingga masing-masing

perlakuan memberikan pengaruh secara

terpisah. Hal ini ditunjukkan pada

perlakuan pemupukan NPK memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun dan luas daun. Menurut Gardner (1991) bahwa

investasi hasil asimilasi dalam

pertumbuhan tanaman selama periode vegetatif menentukan produktifitas pada

tingkat perkembangan berikutnya.

Pemberian pupuk phospor dalam jumlah cukup tersedia bagi tanaman dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Fungsi pemupukan bagi tanaman adalah untuk menyusun makromolekul protein yang dipakai untuk membuat jaringan tubuh (protoplasma) dan membentuk kuncup daun, cabang, tunas baru, bunga, buah dan biji.

Peningkatan luas daun disebabkan

pertambahan luas sel atau perluasan ukuran sel (Harjadi, 1991). Peningkatan luas daun

Perlakuan 15 HSA 30 HSA 45 HSA 60 HSA 75 HSA 90 HSA 105 HSA ………..………..Helai………..…..……… …. P0 206.04 206.85 b 181.76 211.01 a 225.90 235.60 248.30 a P1 217.56 216.35 b 225.43 266.64 b 288.78 302.73 343.88 c P2 189.24 174.36 a 192.28 202.84 a 244.33 263.56 299.21 b P3 193.80 167.78 a 199.99 213.50 a 236.23 316.73 294.07 b Nilai BNT 0.05 TN 11.435 TN 12.096 TN TN 15.786 Z0 207.09 186.21 209.03 228.50 253.20 269.02 298.20 Z1 216.50 216.78 213.98 245.26 266.72 286.20 318.71 Z2 210.61 189.73 196.70 218.78 255.00 277.59 306.81 Z3 172.45 172.61 179.76 201.45 220.33 285.81 261.73 Nilai BNT 0.05 TN TN TN TN TN TN TN

(6)

akan mendorong tanaman untuk tumbuh lebih baik, sehingga tinggi tanaman akan lebih baik. Irawati, 1990, mengatakan

bahwa pertumbuhan tanaman sangat

dipengaruhi oleh kecepatan pembelahan

dan perpanjangan didalam jaringan

meristem pada titik tumbuh tanaman. Pengaruh perlakuan zat pengatur tumbuh hanya terjadi pada jumlah tunas. Hal ini diduga bahwa respon tanaman terhadap zat pengatur tubuh lebih banyak di fokuskan pada pembentukan tunas, sesuai dengan pendapat Syarif et al, 1994, bahwa proses pembentukan dan pekembangan tunas membutuhkan zat pengatur tumbuh untuk merangsang munculnya tunas.

Tertundanya proses pembungaan diduga

karena adanya pengaruhn faktor

lingkungan akibat perubahan cuaca yang

kurang mendukung perkembangan

primordia bunga. Selama penelitian

berlangsung sering terjadi hujan sehingga sinar matahari yang diterima oleh tanaman

sangat berkurang. Tanaman anggrek

dendrobium termasuk jenis anggrek yang suka cahaya sehingga bila jumlah cahaya

yang diterima tidak cukup untuk

pertumbuhan normalnya, maka masa pertumbuhan dan pembungaannya menjadi lebih lambat. Menurut Widiastoety dan Bahar (1995). Intensitas cahaya sebesar 55 persen mendorong pertumbuhan daun dan pembentukan tunas. Widiastoety dan Prasetyo (1998), Anggrek Dendrobium adalah tanaman epifit yang tumbuh normal

pada intensitas cahaya tertentu.

Kelembaban berkisar antara 70-80 persen cocok untuk pertumbuhan anggrek yang sedang tumbuh di bawah naungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan dengan paranet 55 persen diberi penutup plastik bagian atasnya dengan

frekwensi penyiraman 4 x sehari

memberikan hasil yang baik terhadap

pertumbuhan tanaman anggrek

Dendrobium Sonia

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan bahwa perlakuan kombinasi pemupukan NPK dan Zat Pengatur Tumbuh tidak memberikan pengaruh interaksi yang nyata terhadap semua peubah pertumbuhan kecuali pada peubah

jumlah tunas. Kombinasi P2Z2

memberikan jumlah tunas paling banyak. Secara terpisah perlakuan pemupukan NPK berpengaruh nyata pada peubah jumlah daun pada pengamatan 75 HAS, 90, HAS dan 105 HAS, dan pada peubah luas daun pada pengamatan 30 HAS, 60 HAS dan 105 HAS. Perlakuan pemupukan NPK dengan dosis 2 - 4 gram/tanaman memberikan jumlah daun dan luas daun

yang tertinggi. Sedangkan peubah

pembungaan belum bisa diamati karena tanaman belum berbunga.

4.2. Saran

Perlu diteliti lebih lanjut pengaruh pemupukan NPK dan ZPT pada kondisi lingkungan pertumbuhan yang normal.

5. DAFTAR PUSTAKA

Ashandhi. 1991. Program Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Hias.

Prosding Seminar Tanaman Hias. Cipanas. Hal 51-55.

Bahar. 1994. Pengaruh Kematangan

Serabut Kelapa sebagai Medium Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggrek. CV Ananda

Berthabraga. Jurnal Holtikultura 4 (1): 77-80.

Gardner, F.P. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya, Alih Bahasa Susilo H.

Cetakan I. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Irawati, S.1990. Pengaruh Dosis Interval

Pemupukan N terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

(7)

Sayuran. Skripsi Sarjana Faperta

UNIBRAW Malang.

Syarief, S. 1994. Kesuburan Dan

Pemupukan Tanah Pertanian.

Pustaka Buana. Bandung. 13-16. Widiastoety, D dan Bahar, F.A. 1995.

Pengaruh intensitas cahaya

terhadap pertumbuhan anggrek

Dendrobium (Balai Penelitian

Tanaman Hias, Jakarta). Jurnal Hortikultura ISSN 0853-7097 1995 v. 5(4) p. 72-75 3 tables; 8 ref.

Widiastoety, D.; Prasetyo, W 1998. Peningkatan kualitas bunga dengan

manipulasi lingkungan/. (Balai

Penelitian Tanaman Hias, Jakarta) p. 111-121

Widiastoety, D. Prasetio, W dan Solvia, N.

2000. Pengaruh Naungan

Terhadap Produksi Tiga Kultivar Bunga Anggrek Dendrobium. Balai

Penelitian Tanaman Hias. Jurnal

Gambar

Tabel  :  2.  Nilai  rata-rata  peubah  saat  munculnya  tunas  pada  berbagai  perlakuan  pupuk  NPK  dan  Zat  Pengartur Tumbuh
Tabel  :    4.    Nilai  rata-rata  peubah  tinggi  tanaman pada berbagai perlakuan  pupuk  NPK  dan  Zat  Pengartur  Tumbuh
Tabel  6.    Nilai  rata-rata  peubah  luas  daun  pada  berbagai  perlakuan  pupuk  NPK dan Zat Pengartur Tumbuh

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ketinggian muka air didalam Floodway dilakukan dengan menggunakan metode Tahapan Standar dengan memperhitung kehilangan energi akibat gesekan (friction)

Penelitian yang dilakukan oleh Aiyub fokus pembahasannya adalah potensi bank syariah yang diteliti melalui preferensi dan perilaku masyarakat yang mana dianalisis

(1) Pertimbangan operasional pesawat sinar-X sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf a meliputi hal-hal yang harus diperhatikan dan/atau dilakukan saat pengoperasian pesawat

a) Sumber Daya Manusia, yaitu kemampuan baik kualitas maupun kuantitas yang dimiliki dalam penerapan program Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Jumlah

Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang

Hasil terbaik ditunjukkan frekuensi 3 kali dalam seminggu mendapatkan rata-rata lebih baik, artinya bahwa pasien DM latihan Hatha Yoga dengan frekuensi jumlah 3

Hasil pengamatan pada satu bulan setelah inokulasi menunjukkan semua lubang (100%) yang diinokulasi dengan Fusarium F1 maupun F2 memperlihatkan gejala infeksi di sekitar

Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan