• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kolaboratif dengan Metode POE (Predict-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kolaboratif dengan Metode POE (Predict-"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran Kolaboratif dengan Metode POE (Predict-Observe-Explain)

Menurut Sagala (2010:11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Belajar aktif merupakan sebuah kondisi siswa mampu mengembangkan kemampuannya secara mandiri dengan panduan oleh guru atau yang ahli dalam bidangnya, dengan demikian siswa dituntut untuk mampu mengambangkan kemampuannya secara aktif dengan cara mengeluarkan ide-idenya dengan berpikir untuk memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi oleh siswa tersebut. Siswa akan lebih mampu mengembangkan kemampuannya.

Menurut Warsono dan Hariyanto (2012:49), pembelajaran aktif terdiri dari dua jenis yaitu pembelajaran aktif individual dan pembelajaran aktif kolaboratif. Pembelajaran aktif kolaboratif terdiri dari pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran kooperatif. Hal ini masih ada yang perlu disepakati bersama, mengingat adanya dualisme pemikiran. Pemikiran yang pertama menganggap bahwa pembelajaran kolaboratif dengan pembelajaran kooperatif adalah sama saja, sedangkan pemikiran yang kedua menganggap terdapat perbedaan

(2)

yang jelas antara pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kolaboratif dengan teknik POE terdiri dari kelompok-kelompok siswa. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

a. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil berkisar antara 3-8 orang bergantung pada jumlah siswa dalam kelas serta tingkat kesukaran materi ajar. Semakin sukar, semakin diperlukan jumlah siswa yang lebih besar dalam kelompok tersebut agar diperoleh buah pikiran yang lebih variatif. b. Menyiapkan demonstrasi yang terkait dengan topik yang

akan diajari. Memilih kegiatan yang membangkitkan minat siswa, sehingga siswa akan berupaya melakukan observasi dengan cernat.

c. Menjelaskan kepada siswa yang sedang guru lakukan. Lagkah 1: Melakukan prediksi (predict)

 Meminta kepada siswa secara perseorangan untuk menuliskan prediksinya tentang apa yang akan terjadi.  menanyakan kepada siswa tentang apa yang siswa pikirkan terkait apa yang akan siswa lihat dan mengapa siswa berpikir seperti itu.

d. Langkah 2: Melakukan observasi (Observe)  Melaksanakan sebuah demonstrasi.

(3)

 Menyediakan waktu yang cukup agar siswa dapat fokus dengan observasinya.

 Meminta para siswa menuliskan apa yang siswa amati.

e. Langkah 3: Menjelaskan (Explain)

 Meminta siswa memperbaiki atau menambahkan penjelasan kepada hasil observasinya.

 Setelah setiap siswa siap dengan makalah untuk menjelaskan, melaksanakan diskusi kelompok. (Warsono dan Haryanto:2012:93)

Berdasarkan penjelasan langkah-langkah pembelajaran kolaboratif teknik POE, maka pelaksanaan pembalajaran IPA di kelas eksperimen adalah dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik POE adalah sebagai berkut:

a. Guru menyiapkan materi yang berkaitan dengan gaya magnet. b. Guru membagi siswa dalam bentuk kelompok-kelompok,

setiap kelompok terdiri dari 3-8 siswa.

c. Guru mendemonstrasikan sesuatu yang berkaitan dengan perubahan gaya magnet. Guru memilih kegiatan yang menarik siswa agar melakukan observasi dengan cermat.

d. Guru menjelaskan apa yang sedang guru lakukan. Langkah 1: melakukan prediksi (Predict).

(4)

 Guru meminta kepada siswa secara perorangan untuk menuliskan prediksi tentang apa yang akan terjadi.  Guru menanyakan kepada siswa mengenai apa yang

siswa pikirkan setelah melihat demonstrasi guru dan alasan siswa berpikir seperti itu.

e. Langkah 2: Melakukan observasi (Observe)  Siswa melaksanakan sebuah demonstrasi.

 Guru menyediakan waktu yang cukup agar siswa dapat fokus dalam observasinya.

f. Langkah 3: Menjelaskan (Explain)

 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki atau menambahkan penjelasan kepada hasil observasinya.

 Setelah semua siswa siap dengan makalah untuk penjelasan, laksanakan diskusi kelompok.

Dalam setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya, berikut kelebihan dari pembelajaran kolaboratif dengan teknik POE yaitu:

a. Siswa dapat mengembangkan kemampuan awal atau gagasan awal siswa.

(5)

c. Memotivasi siswa agar berkeinginan untuk melakukan eksplorasi konsep.

d. Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa.

Kekurangan dari pembelajaran kolaboratif teknik POE yaitu teknik POE tidak cocok diterapkan untuk semua pokok bahasan. Pokok bahasan yang tidak bersifat pengalaman langsung (hands-on) sulit atau tidak dapat menggunakan teknik ini.

2. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horward Kingsley (dalam Sudjana 2010:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Hasil belajar ada beberapa tipe yang telah dikemukakan olah para ahli, salah satunya tipe hasil belajar menurut Benjamin dalam Sudjana, (2010:22) menggolongkan tipe hasil belajar sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif rendah dan keempat aspek berikut termasuk kognitif tingkat tinggi. Menurut Sagala (2010:157)

(6)

tujuan-tujuan kognitif adalah tujuan-tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir/intelektual.

Tabel 2.1 Hasil aspek Kognitif Materi Gaya Magnet

No. Indikator Aspek

kognitif

Soal 1. Siswa mampu

mengelompokan benda yang bersifat magnetis dan benda yang tidak bersifat magnetis

Pengetahuan Berikut ini merupakan benda yang dapat ditarik magnet adalah.. 2. Siswa mampu menunjukkan kekuatan magnet dalam menembus beberapa benda

Pemahaman Faktor apa saja yang mempengaruhi kekuatan magnet. 3. Siswa mampu memberikan contoh penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari Pemahaman Mencontohkan penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari 4. Siswa mampu membuat magnet buatan.

Penerapan Bagaimana cara membuat magnet buatan?

b. Aspek Afektif

Aspek Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban, organisasi,dan internalisasi.

Tujuan-tujuan afektif adalah tujuan-tujuan yang banyak berkaitkan dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik atau siswa. {Sagala (2010:158)}

(7)

Menurut Sudjana (2010:30) ada beberapa katagori ranah afektif sebagai hasil belajar. Katagori tersebut dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.

a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadpa stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencagkup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai.

(8)

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadan dan tingkah lakunya.

Nilai yang akan dikembangkan dalam model kolaboratif dengan metode POE yaitu pendidikan karakter kerja keras. Kerja keras siswa dilihat saat melakukan sebuah pengamatan maupun penelitian dalam pembelajaran IPA terkait materi gaya magnet. Kerja keras ini akan melatih siswa untuk tidak mudah putus asa dalam melakukan sebuah pengamatan atau penelitian sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas (Kesuma, dkk; 2011:17), jadi kerja keras diperlukan dalam setiap kegiatan terlebih dalam pelajaran IPA dengan menggunakan metode POE, karena dalam metode POE ini siswa mengalami fase observe atau pengamatan. Pengamatan dilakukan secara langsung, jadi dalam melaksanakan pengamatan siswa harus bekerja keras untuk menghasilkan sebuah jawaban atau hasil dari sebuah pengamatan.

(9)

Tabel 2.2. Hasil Belajar Aspek Afektif Materi Gaya Magnet

No Indikator Aspek Afektif Kegiatan

1.

.

Mengerjakan semua tugas dengan teliti

dan rapi Kerja Keras - Siswa meneliti kembali tugasyang telah dikerjakan sebelum dikumpulkan/dinilai. 2. Mencari informasi dari sumber di luar sekolah

- Siswa mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku saat istirahat.

3.

Menyelesaikan tugas-tugas dari guru pada waktunya

- Siswa mengerjakan PR di rumah agar bisa dikumpulkan tepat waktu 4. Fokus pada

tugas-tugas yang diberikan guru di kelas

- Siswa mengerjakan tugas dengan serius. 5 Mencatat dengan

sungguh-sungguh sesuatu yang dibaca, diamati, dan didengar untuk kegiatan kelas

- Siswa mencatat semua yang

ditugaskan guru, agar tidak lupa dengan perintah tersebut.

c. Ranah Psikomotoris

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Aspek ranah psikomotoris ada enam, yakni (a) gerakan reflek, (b) ketrampilan gerak dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ranah ini dinilai tentang penampilan siswa dalam menjalankan sebuah tugas atau kompetensi. Unjuk kerja siswa

(10)

dapat digunakan saat siswa mempersiapkan alat untuk eksperimen ketrampilan saat melakukan eksperimen, dan kemampuan siswa memprediksi hasil eksperimen.

Tabel 2.3. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Materi Gaya Magnet

No Indikator Aspek Psikomotor Kegiatan 1 Mempersiapkan alat sesuai dengan tugasnya Ketepatan Peserta didik menyiapkan bahan alat peraga 2 Mampu melakukan eksperimen Ketepatan

Peserta didik mampu melakukan eksperimen 3 Mampu menggunakan alat peraga Peniruan

Peserta didik mampu menggunakan alat peraga

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

a. Faktor Intern

Terdiri dari tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor Psikologis, dan faktor Kelelahan.

(11)

Dikelompokan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Menurut Aunurrahman (2010:178) beberapa faktor internal yang mempengaruhi proses belajar siswa yaitu

a. Ciri khas/karakteristik siswa

Masalah masalah belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar pada umumnya berkenaan dengan minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman. Siswa yang mempunyai minat yang tinggi saat belajar, maka siswa akan berupaya mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajaran secara lebih baik.

b. Sikap terhadap belajar

Dalam kegiatan belajar, sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan. Siswa yang pada saat menerima pelajaran memiliki sikap menerima atau ada kesediaan emosional untuk belajar, maka siswa cenderung untuk berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Siswa yang dominan menolak sebelum belajar atau ketika akan memulai pelajaran, maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.

c. Motivasi belajar

Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk

(12)

mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. d. Kensentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang seringkali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar.

e. Mengolah bahan belajar

Siswa yang mengalami kesulitan di dalam mengolah pesan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru.

f. Menggali hasil belajar

Kesulitan di dalam proses menggali kembaali pesan-pesan lama merupakan kendala di dalam proses pembelajaran karena siswa akan mengalami kesulitan untuk mengolah pesan baru yang memiliki keterkaitan dengan pesan-pesan lama yang telah diterima sebelumnya.

g. Rasa percaya diri

Siswa yang sering mencapai keberhasilan di dalam melaksanakan tugas, di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan apalagi diiringi dengan adanya pengakuan umum atas keberhasilan yang dicapai maka rasa percaya diri siswa akan semakin kuat, begitu juga sebaliknya.

(13)

Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. kebiasaan yang buruk dalam belajar dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar diperoleh.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:248) beberapa faktor ekstern dalam belajar meliputi:

a. Guru sebagai pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Siswa tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda.

b. Prasarana dan saran pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain.

c. Kebijakan penilaian

Penilaian hasil belajar penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran.

(14)

Siswa yang memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama, jika seorang siswa diterima, maka siswa dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar.

e. Kurikulum sekolah

Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah bagi guru, siswa, petugas pendidikan, dan orang tua siswa. Guru harus mengadakan perubahan pembelajaran berdasarkan perubahan kurikulum.

4. Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Purnama (1997:4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekeliling alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari yang dipandangnya bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri. Menurut Roosmini, dkk (1990:24) ilmu/Ilmu Pengetahuan(termasuk IPA) mempunyai ciri khas yang objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Menurut Jasin (2000:32) IPA/ ilmu alamiah (Natural Science) yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya.

Ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Kelompok ilmu alam (physical sciences) yang mempelajari zat-zat yang membentuk alam semesta.

(15)

b. Kelompok ilmu hayat (biological sciences), yang mempelajari makhluk yang hidup di alam semesta. (Purnama 1997:76)

Berdasarkan pengertian IPA dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa IPA/ IlmuPengetahuan Alam yaitu sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berasal dari alam. IPA berfungsi memberi penjelasan/pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan menjawab semua yang berkaitan dengan alam. Manusia dan makhluk hidup yang lain akan dibahas dalam pembelajaran IPA, oleh karena itu keberadaan IPA ini penting dalam dunia pendidikan.

a. Materi Pelajaran IPA

Materi pembelajaran IPA dalam penelitian ini mengambil materi gaya magnet kelas V semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang dijadikan bahan penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5. memahami hubungan antara

gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.

5.1 Mendiskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)

Sumber : Panduan KTSP

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar diatas dapat diketahui bahwa materi yang dipakai yaitu hubungan antara gaya dan

(16)

sub babnya yaitu mengenai gaya magnet. Magnet dapat menarik bebarapa benda yang sejenis logam. Penyelidikan digunakan untuk mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan benda yang tidak magnetis.

b. Gaya Magnet

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gaya magnet. Beberapa benda yang bersifat magnetis atau dapat ditarik oleh magnet merupakan benda yang terbuat dari logam, dan benda yang bersifat non magnetis atau tidak dapat ditarik oleh magnet yaitu benda yang tersusun dari bahan yang tidak dapat menghantar listrik sebagai contoh terbuat dari kertas, kain, kayu, dan lain-lain. Magnet mempunyai kekuatan dalam menarik benda. Besarnya daya tembus gaya magnet dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis penghalang, tebal tipisnya penghalang, dan kekuatan magnet. Pengaruh gaya magnet juga ditentukan oleh jarak magnet dengan benda.

Beberapa alat-alat yang memanfaatkan gaya magnet di antaranya pintu lemari es, ujung obeng, ujung gunting, kotak tempat pensil, papan catur, kompas, dinamo, speaker, dan kaset. Magnet dalam kehidupan sehari-hari sangat besar manfaatnya, sebagai contoh:

1) penggunaan magnet pada ujung gunting untuk memudahkan mengambil jarum jahit.

(17)

3) Papan catur agar buah catur tidak mudah terguling. 4) Kompas sebagai penunjuk arah utara-selatan.

5) Dinamo sepeda dan generator untuk membangkitkan tenaga listrik.

6) Alat ukur mengangkut benda-benda dari besi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan permasalahan yang peneliti teliti, tapi ada yang dilakukan oleh:

1. Herni Budiati, Sugiyarto, dan Sarwanto (2012). Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS Surakarta. Penelitian tersebut berjudul Pengaruh Model Pembelajaran POE (Prediction, Observation, and Explanation) menggunakan eksperimen sederhana dan eksperimen terkontrol ditinjau dari ketrampilan metakognitif dan gaya belajar terhadap ketrampilan proses sains. Hasil penelitian tersebut adalah model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen terkontrol lebih baik dalam mempengaruhi keterampilan proses sains dibandingkan metode eksperimen sederhana; 2. tidak ada pengaruh keterampilan metakognitif tinggi dan rendah terhadap keterampilan proses sains; 3. tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap keterampilan proses sains; 4. tidak ada pengaruh interaksi antara model POE menggunakan metode eksperimen sederhana dan terkontrol dengan keterampilan metakognitif terhadap keterampilan proses sains; 5. tidak ada

(18)

pengaruh interaksi antara model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen sederhana dan terkontrol dengan gaya belajar terhadap keterampilan proses sains; 6. tidak ada pengaruh interaksi antara keterampilan metakognitif dan gaya belajar terhadap keterampilan proses sains; 7. interaksi antara model pembelajaran POE menggunakan metode eksperimen terkontrol, keterampilan metakognitif tinggi dan gaya belajar visual memberi pengaruh paling baik terhadap keterampilan proses sains. 2. M. P. Restami, K. Suma, M. Pujani (2013). Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Sains, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Judul penelitian tersebut adalah pengaruh model pembelajaran poe (predict-observe-explaint) terhadap pemahaman konsep fisika dan sikap ilmiah ditinjau dari gaya belajar siswa. Hasil penelitian adalah menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran POE dan gaya belajar terhadap pemahaman konsep fisika dan sikap ilmiah siswa.

C. Kerangka Pikir

Metode POE dilandasi oleh teori pembelajaran kontruksivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan melakukan prediksi, observasi dan menerangkan sesuatu hasil pengamatan (Warsono dan Hariyanto 2012:93). Siswa membina pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengalaman yang didapat. Pengalaman yang didapat diolah sendiri oleh siswa secara langsung dalam sebuah pengamatan/eksperimen

(19)

sehingga siswa akan menemukan konsep secara mandiri berdasarkan pengalaman yang telah didapat.

Siswa akan menjadi lebih aktif karena terlibat secara langsung dalam suatu proses baik mengemukakan sebuah gagasan maupun dalam pengamatan langsung, hal ini pastinya akan lebih bermakna untuk siswa dan pemahaman siswa akan lebih membekas dalam ingatan siswa. Siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran IPA dilihat dari segi afektif, karena siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih siap belajar dan lebih semangat dalam belajar. Siswa akan lebih terampil dalam mengembangkan kemampuan dalam sebuah pengamatan atau praktek pengamatan, dilihat dari segi psikomotoris.

Metode POE ini melibatkan siswa secara langsung dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam mengemukakan sebuah gagasan atau ide dalam sebuah diskusi. Penerapkan model pembelajaran kolaboratif dengan metode POE diharapkan siswa akan aktif dan berusaha untuk bekerja keras dalam sebuah pengamatan dalam pelajaran IPA, dengan demikian hasil belajar akan meningkat baik itu di ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.

D. Hipotesis Penelitan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(20)

1. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan model pembelajaran kolaboratif dengan metode POE terhadap hasil belajar IPA aspek kognitif peserta didik kelas V SD Negeri 2 Sokaraja Tengah.

2. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan model pembelajaran kolaboratif dengan metode POE terhadap hasil belajar IPA aspek afektif peserta didik kelas V SD Negeri 2 Sokaraja Tengah.

3. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan model pembelajaran kolaboratif dengan metode POE terhadap hasil belajar IPA aspek psikomotor peserta didik kelas V SD Negeri 2 Sokaraja Tengah.

Gambar

Tabel 2.1 Hasil aspek Kognitif Materi Gaya Magnet
Tabel 2.2. Hasil Belajar Aspek Afektif Materi Gaya Magnet
Tabel 2.3. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Materi Gaya Magnet
Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar  Standar Kompetensi  Kompetensi Dasar  5

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup mengontrol

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(1) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang bersekolah di SMA dengan status

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran radio komunitas sebagai media komunikasi bencana pada Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY). Penelitian ini

Salah satu ciri-ciri bangunan eco-tech yaitu pemakaian bahan bangunan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan memiliki kesinambungan dengan

Imam Mahmudi (2016) Analisis Pemasaran Ubi Kayu Pada Anggota Kelompok Tani Makmur Di Desa Pekaja Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.. Pembimbing : Pujiati Utami, S.P.,M.P

(2) Tarif Pelayanan non kesehatan lainnya sesuai pengembangan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan baru sesuai dengan perkembangan ilmu dan

Anita Lie (2003) yang menjelaskan bahwa percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Adanya kepercayaan

(1) Dalam hal jangka waktu pembekuan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (3), telah terlampui dan pemegang izin tidak melakukan perbaikan serta tidak