• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lingkaran kehidupan manusia dilihat dari penggolongan umur terdiri dari empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia. Khususnya bagi mereka yang tergolong dalam lanjut usia mempunyai pemahaman yang dapat dilihat dari beberapa aspek. Misalnya aspek fisik ditandai dengan umur yang tergolong tua dan kondisi tubuh yang lemah dibandingkan dengan masa kanak-kanak atau dewasa.

Proses penuaan ditandai dengan tahapan menurunnya kemampuan mempertahankan homeostasis tubuh dan penurunan fungsi fisiologis yang beragam pada berbagai sistem. Terpaut dengan waktu yang menjurus pada proses degeneratif yang berakhir dengan kematian. Gejala umum dari penuaan yaitu menurunnya kemampuan tubuh dan mudah terserang penyakit. Misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan dan sebagainya.

Beberapa tahun lalu muncul dua ilmu spesialisasi baru yaitu gerontologi dan geriartry. Gerontologi merupakan suatu cabang ilmu spesialisasi yang mempelajari tentang proses menjadi tua dan masalah yang dihadapi lanjut usia. Berdasarkan gerontologi lanjut usia terbagi dalam dua golongan yaitu young old yang berumur 65-74 tahun, old-old yang berumur di atas 75 tahun. Dilihat dari segi kesehatan terbagi dua kelompok yaitu; pertama, kelompok yang sehat dan tidak sakit-sakitan (well old); kedua, kelompok yang menderita penyakit dan memerlukan pertolongan medis psikiatris (sick old). Sedangkan dalam dunia kedokteran berkembang spesialisasi geriartry yang memperhatikan lanjut usia dari aspek medis atau fisik, aspek kejiwaan

(2)

Usia lanjut merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dielakkan dan berpengaruh pada kehidupan fisik, mental, sosial dan spiritual. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Pengertian Lanjut Usia adalah orang, baik pria maupun wanita yang telah berumur 60 tahun ke atas. Kadang-kadang dalam kehidupan usia lanjut ada yang merasa sejahtera (well being) dan masih ada yang tidak sejahtera. Rasa sejahtera berkaitan dengan taraf kesehatan jiwa dan pemenuhan kebutuhan spiritual lanjut usia (Departemen Sosial RI, 2002b).

Sebelum orang memasuki dalam kategori lanjut usia terjadi masa transisi karena perubahan-perubahan pada tubuh yang menyertai proses penuaan, merosotnya kondisi fisik dan kematian. Perasaan ini akan semakin memuncak manakala yang bersangkutan sering sakit-sakitan, kehilangan orang atau kawan yang dicintainya. Kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan menimbulkan sikap menyerah pada keadaan yang pasif dan menunggu nasib.

Di Indonesia ditinjau dari aspek hukum pernah diterbitkan pertama kali peraturan perundang-undangan tentang lanjut usia yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Peraturan tersebut diikuti dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor HUK. 3-1-50/107 Tahun 1971 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Ada pun pengertian orang jompo tertulis dalam Pasal 1 ayat (1) yang berbumyi:

Seorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun.

Peraturan tersebut dijadikan sebagai acuan untuk Pegawai Negeri Sipil yang akan memasuki usia pensiun, sehingga ia harus berhenti dari pekerjaannya. Sejak itu pula yang bersangkutan tergolong sebagai lanjut usia. Kemudian di kalangan

(3)

masyarakat pembatasan usia kerja tersebut dijadikan sebagai batasan untuk menggolongkan seseorang sebagai lanjut usia.

Setelah lebih tiga dasawarsa, peraturan perundang-undangan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Khususnya dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

Kemudian diterbitkan peraturan pendukung yang lebih rendah sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut berupa keputusan Menteri Sosial RI, meskipun demikian belum ada pengaruh yang berarti dalam pelaksanaannya, misalnya usia pensiun masih tetap 55 tahun. Sebagai tambahan dalam peraturan tersebut terdapat tiga pokok keputusan yakni; pertama, lanjut usia dikelompokkan menjadi dua yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial; kedua, adanya perbedaan jenis pelayanan sosial yang dilakukan; ketiga, adanya hukum pidana bagi yang tidak melakukan pelayanan sosial terhadap lanjut usia.

Sebagian masyarakat ada yang menyatakan, bahwa orang yang mengalami lanjut usia mendapat berkah dan rahmat dari Tuhan karena diberi umur panjang mengalami seluruh lingkaran kehidupan dengan berbagai kenikmatan yang diperolehnya. Oleh karena itu, banyak lanjut usia secara terus menerus mendekatkan diri kepada Tuhan dengan harapan semua yang telah diperolehnya dapat berguna bagi dirinya dan orang lain. Pengalaman hidupnya menjadi contoh bagi generasi penerus atau generasi muda dalam memanfaatkan hidup ini secara baik dan bijaksana.

Sebagian lagi dikaitkan berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama makin terpenuhinya kebutuhan rohani dan jasmani serta pemenuhan gizi. Hasil yang dirasakan yaitu bertambahnya usia harapan hidup, sehingga menambah

(4)

umur seseorang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan ilmuan yang dapat melakukan perekayasaan untuk memperpanjang usia.

Abad ini sudah ada ahli yang dapat merekayasa penampilan dengan cara operasi kulit, penyuntikan hormon dan terapi medis lainnya. Ada yang senang dengan menggunakan ramuan tradisional supaya tetap awet muda. Termasuk ada yang percaya, hanya dengan memakan sayuran atau vegetarian dapat memperlambat proses penuaan.

Tugas Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah sebagai instansi pemerintah untuk melakukan pelayanan social bagi lanjut usia. Adapun tujuan yang akan dicapai yaitu; meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan melembaganya lanjut usia dalam kehidupan bangsa agar dapat menjalin hari tuanya dalam suasana aman, tenteram dan sejahtera lahir dan batin. Kebijakan teknis secara umum yang dilaksanakan dengan; meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dalam masyarakat; membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia; meningkatkan dan memperluas aksesibilitas bagi kesejahteraan sosial lanjut usia; meningkatkan dan memantapkan peran kelembagaan lanjut usia bagi peningkatan kualitas pelayanan sosial lanjut usia.

Sebagai upaya mencapai kebijakan tersebut, maka ditempuh berbagai kegiatan pokok pelayanan sosial lanjut usia antara lain; pelayanan sosial lanjut usia dalam panti dan luar panti; pembinaan dan pemberdayaan lembaga atau organisasi sosial yang peduli terhadap lanjut usia; meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha bagi kesejahteraan lanjut usia; serta melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pelayanan sosial lanjut usia.

(5)

Dilihat dari karakteristik lanjut usia (Departemen Sosial; 1999: 46-47; 2000 2-3) dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori yaitu lanjut usia tidak terlantar, lanjut usia terlantar dan lanjut usia rawan terlantar. Lanjut usia yang tidak terlantar artinya mendapat pelayanan yang memadai, baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan masyarakat. Pelayanan dan perhatian yang diperoleh memenuhi ketentuan sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan masing-masing.

Khususnya lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara rohani dan jasmani maupun sosial. Kelompok inilah yang menjadi perhatian UPTD Panti Asuhan Budi Luhur untuk dilakukan pelayanan sosial dalam panti dan luar panti.

Ciri-cirinya lanjut usia terlantar :

1. Usia 60 tahun ke atas (laki-laki atau perempuan), pendidikan tamat SD atau kurang;

2. Makan hanya dua kali sehari atau kurang, hanya mampu makan makanan berprotein rendah kurang dari empat kali dalam seminggu;

3. Pakaian yang dimiliki kurang empat potong;

4. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan, ada atau tidak ada keluarga atau sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu mengurusnya.

Lanjut usia yang hanya memenuhi satu kriteria digolongkan dalam kategori tidak terlantar. Lanjut usia yang memenuhi dua kriteria digolongkan rawan terlantar.

Berdasarkan data tersedia, tahun 2000 jumlah lanjut usia di Propinsi Aceh terlantar sebanyak 134.304 orang dan lanjut usia rawan terlantar berjumlah 182. 800 orang. Namun kenyataannya, pelayanan terhadap lanjut usia masih memerlukan

(6)

waktu dan pengembangan yang lebih baik dalam menanggulangi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat (Dinas Sosial; Prov NAD).

Sehubungan dari data tersebut, kondisi tersebut dipengaruhi perubahan administrasi pemerintahan. Penerapan otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 telah menyebabkan peralihan wewenang pengelolaan panti sosial lanjut usia. Semula terdapat 46 panti sosial lanjut usia yang secara langsung dikelola Departemen Sosial, tetapi sekarang tinggal dua yang masih dikelola dan masih menggunakan dana yang bersumber dari APBN. Sebagian besar diserahkan dan dikelola pemerintah daerah provinsi yang menggunakan dana yang bersumber dari APBD.

Di Indonesia, perhatian terhadap lanjut usia memiliki nilai sejarah. Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ditetapakan tiap tanggal 29 Mei. Pada tanggal 29 Mei 1945 dalam sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) telah mempercayakan Bapak Dr. KRT Radjiman Widiodiningrat (almarhum). Seorang anggota yang paling tua untuk memimpin sidang pertama. Berdasarkan pengalaman dan pandangan yang luas, maka dalam kata pembukaannya mengemukakan perlunya dasar filosofi Negara Indonesia. Saat itulah timbul ide falsafah bangsa Indonesia adalah Pancasila. Peristiwa ini dianggap penting yang merupakan pencerminan kepribadian yang luhur. Kearifan ini dapat dijadikan suri tauladan bagi segenap generasi penerus, sehingga perlu diperingati secara nasional (Departemen Sosial;1996).

Perhatian terhadap lanjut usia secara nasional dan internasional sudah dimulai secara sosial budaya yang ditunjukkan seluruh suku bangsa di Indonesia. Pengesahan secara nasional dimulai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. Kemudian ditindaklanjuti

(7)

dengan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor HUK 3-1-50/107 Tahun 1971 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo.

Peraturan tersebut diperbaharui tahun 1998 dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Sebelumnya sudah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 15/KEP/Menko/IX/1994 tentang Panitia Nasional Pelembagaan Lanjut Usia dalam Kehidupan Bangsa. Berikutnya terbit Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 10/HUK/1998 tentang Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia. Makin dipertegas lagi melalui Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.

Secara internasional berawal dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 45/206 Tahun 1991, tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Lanjut Usia Internasional (International Day for the Elderly) yang merupakan bentuk perhatian dunia terhadap penduduk lanjut usia. Penetapan ini berdasarkan “Vienna Plan for Action on Aging” tahun 1982 yang memuat kesepakatan mengajak bangsa-bangsa lain yang belum melaksanakan agar menetapkan hari bagi lanjut usia. Dilandasi kenyataan di seluruh dunia terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang (Departemen Sosial RI, 2004a:32).

Setelah berawal dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 45/206 Tahun 1991, peningkatan partisipasi terhadap lanjut usia yaitu dengan muncul ajakan dalam suatu pertemuan ESCAP tahun 1998 di Macau yang mendukung perlu kemudahan atau aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia. Dukungan peningkatan kesejahteraan lanjut usia dalam memberikan kemudahan telah

(8)

dibicarakan dalam pertemuan The Second World Assembly on Ageing (SWAA) tahun 2002 di Madrid, Spanyol.(Jayaputra, 2005-27).

Penanganan masalah kesejahteraan sosial lanjut usia melalui sistem panti adalah dimana asuhan diberikan kepada para lanjut usia yang sangat terlantar atau pun dikarenakan keadaan keluarga yang sudah tidak sanggup lagi untuk menghidupi para lanjut usia yang mereka miliki. Asuhan dalam panti adalah sebagai pengganti dari keluarga lajut usia sehingga para lanjut usia merasa lebih terjamin hidup. Dimana pelayanan yang diberikan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, bimbingan rohani serta keterampilan dimana diharapkan para lanjut usia tersebut mengembangkan kegiatan mereka dimasa tua mereka secara optimal.

Dari pengertian kesejahteraan lanjut usia tersebut pada dasarnya selalu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang bersifat rohaniah melalui keluarga sendiri maupun asuhan khususnya. Misalnya kesempatan memperoleh ketenagan rohani dimasa tua serta sosialisasi pada umumnya. Kemudian pemenuhan kebutuhan jasmaniah seperti kesehatan dan kebutuhan fisik lainnya serta santunan atau peningkatan kemampuan berfungsi sosial bagi lanjut usia yang mengalami masalah sosial.

Dalam hal ini keluarga adalah orang yang pertama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan lanjut usia. Akan tetapi tidak semua keluarga dapat menjalankan peranannya. Oleh sebab itu, untuk menyelamatkan lanjut usia terlantar, maka ditempuh dengan jalan memasukkan lanjut usia terlantar tersebut ke Panti Asuhan atau Panti Jompo, agar mereka dapat menjalankan sisa hidup mereka tanpa dirasai beban hidup. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Panti Jompo berfungsi dalam membantu, merawat dan membina lanjut usia.

(9)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan Masalah adalah langkah yang penting untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1992:47). Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan suatu masalah yaitu bagaimanakah pemberian pelayanan sosial yang baik oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah terhadap lanjut usia.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh Dinas Sosial Transmigrasi dan Tenaga Kerja oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Asuhan Budi Luhur kepada lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia terlantar.

2. Untuk mengetahui bagaimana standar pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Panti Asuhan Budi Luhur Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Aceh Tengah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, melatih diri dalam mengembangkan pemahaman kemampuan berfikir penulis melalui penulisan karya ilmiah tentang pelayanan sosial bagi lanjut usia di (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Kabupaten Aceh Tengah dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(10)

2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi UPTD Panti Asuhan Budi Luhur Kabupaten Aceh Tengah untuk menjadikan Panti ini yang terbaik dalam pembinaan lanjut usia. Secara khusus, pemerintah, maupun pihak-pihak luar secara umum melalui intervensi pelayanan sosial terhadap lanjut usia.

3. Secara Akademis, dapat menjadi masukkan bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial secara nyata melalui bentuk-bentuk pelayanan sosial, baik dalam lembaga-lembaga tertentu maupun dalam masyarakat luas.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang pengertian lanjut usia, pelayanan sosial, model pelayanan sosial lanjut usia, kebijakan dan strategi pelayanan sosial lanjut usia, kerangka berpikir, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI DAN LOKASI PENELITIAN

(11)

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang bermanfaat.

Referensi

Dokumen terkait

akan dan sedang dilakukan pemerintah. Dari kondisi tersebut, bermunculanlah lembaga- lembaga yang tumbuh di tengah masyarakat yang bukan saja sebagai wujud kepedulian

pada interval 2,34 – 3 maka dapat disimpulkan bahwa pengamalan tentangzikir dan do’a sehabis melaksanakan salat lima waktu termasuk kategori baik. Berdasarkan hasil

Hal ini didorong didalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat Tahun 2006 bahwa sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan yang dikembangkan dalam upaya menggerakkan roda

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairani (2014) membuktikan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh negatif terhadap turnover intention , lingkungan kerja

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif yang menjelaskan hubungan kausalitas, dan pengujian hipotesis dengan pendekatan penelitian kuantitatif

Melihat isi pemberitaan tersebut terlihat adanya keinginan dari pimpinan TVRI untuk membenahi dari segi isi (content) siaran. Ini di lakukan untuk dapat mengimbangi tingkat

Jenis huruf yang akan digunakan bersifat tegas namun memiliki kesan bermain karena teks pada ilustrasi tersebut diutarakan oleh perasaan anak kepada sang ayah nya

Sektor pendidikan dan kesehan merupakan pos anggaran yang besar namun cenderung pemanfaatan anggaran pada peningkatan kuantitas belum pada peningkatan kualitas,