• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

Unsur yang ditampilkan pada Peta Laut Teritorial Indonesia, meliputi : • unsur garis pantai,

• unsur garis pangkal,

• unsur garis batas Laut Teritorial,

• unsur garis air rendah sepanjang pantai, • unsur karang-karang,

• unsur garis air rendah pada sisi karang,

• unsur deretan pulau sepanjang pantai di dekatnya,

• unsur titik-titik yang tepat untuk posisi garis pangkal lurus,

• unsur delta dan kondisi alam lainnya yang garis pantainya tidak tetap, • unsur pantai dan dan bagian laut yang berada di dalam garis pantai, • unsur elevasi surut,

• unsur mercusuar,

• unsur perairan pedalaman, • unsur sungai,

• unsur mulut sungai,

• unsur garis air rendah kedua tepi sungai, • unsur teluk pada pantai,

• unsur pintu masuk alamiah teluk,

• unsur air rendah pada pintu masuk alamiah teluk, • unsur teluk sejarah,

(2)

• unsur Instalasi lepas pantai, • unsur pulau buatan,

• unsur tempat berlabuh di tengah laut, • unsur air surut pada elevasi surut,

• unsur garis batas untuk negara pantai yang bersebelahan,

• daftar titik-titik koordinat geografis yang menjelaskan datum geodetik, • unsur untuk keselamatan navigasi,

• unsur Perairan Pedalaman,

• unsur tempat berlabuh di tengah laut (roadstead), • unsur fasilitas pelabuhan di luar Perairan Pedalaman, • unsur tempat membuang jangkar,

• unsur batasan lintas pada alur laut, untuk kapal tanki, kapal bertenaga nuklir, kapal yang mengangkut bahan nuklir, dan kapal yang mengangkut barang atau bahan lain yang berbahaya atau beracun,

• peringatan bagi kapal selam dan kendaraan bawah air lainnya agar melakukan navigasi diatas permukaan air Laut Teritorial dan menunjukkan benderanya, • alur laut dan skema pemisah lalu lintas.

Penyeleksian unsur berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu, yaitu posisi unsur berada di wilayah pantai, dan laut sejauh 12 mil laut, unsur dapat menunjang dalam penentuan batas Laut Teritorial, serta dapat menunjang untuk navigasi lintas damai. Oleh karena itu penggunaan peta ini tidak dapat digunakan untuk keperluan lain selain untuk penetapan batas Laut Teritorial dan untuk navigasi lintas damai saja.

(3)

4.2 Analisis terhadap Manipulasi dan Generalisasi Unsur

Manipulasi dan generalisasi unsur dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu skala dan tujuan penggunaan peta.

Adapun unsur yang dapat dimanipulasi meliputi:

• unsur kedalaman, • unsur kualitas dari dasar, • unsur mercusuar,

• unsur garis pantai, • unsur garis pangkal,

• unsur garis batas Laut Teritorial,

• unsur garis batas untuk negara pantai yang bersebelahan, • unsur pertolongan untuk navigasi, dan

• unsur objek-objek yang mencolok.

Unsur-unsur yang digeneralisasi meliputi :

• unsur garis pantai, • unsur garis pangkal,

• unsur garis air rendah sepanjang pantai, dan • unsur instalasi pelabuhan terluar.

Dinding laut pada peta skala besar Dinding laut pada peta skala kecil

Garis pantai pada peta skala besar Garis pantai pada peta skala kecil

(4)

Derajat generalisasi dalam Peta Batas Laut Teritorial tidak begitu besar karena skala peta yang digunakan tergolong pada skala besar, yaitu 1 : 50.000 sampai 1 : 100.000. Sebaliknya terjadi pada eksagerasi, peta batas Laut Teritorial mengalami derajat eksagerasi yang besar, dimana objek pada peta disajikan dengan jelas dan ketelitian yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kegunaan Peta Batas Laut Teritorial sebagai peta batas laut dan peta navigasi untuk lintas damai.

4.3 Analisis terhadap Penyimbolan dan Singkatan

Proses penyimbolan dan singkatan dilakukan berdasarkan Chart No.1. Simbol yang digunakan dapat diklasifikasikan simbol-simbol yang pasti ada dalam Peta Batas Laut Teritorial Indonesia dan simbol-simbol yang belum pasti ada dalam Peta Batas Laut Teritorial Indonesia, yaitu sebagai berikut :

• simbol yang pasti ada dalam Peta Batas Laut Teritorial Indonesia, meliputi : singkatan posisi geografis, simbol titik kontrol, simbol garis batas, simbol garis pantai, simbol kedalaman, simbol kompas, dan simbol serta singkatan dasar laut,

• simbol yang belum pasti ada dalam Peta Batas Laut Teritorial Indonesia, meliputi : simbol kondisi alam yang garis pantainya tidak tetap, simbol sungai, simbol instalasi pelabuhan terluar, simbol instalasi lepas pantai, simbol pulau buatan, simbol tempat membuang jangkar, simbol alur laut dan skema pemisah lalu lintas, simbol pertolongan navigasi, simbol radionavigasi, simbol objek-objek yang mencolok, serta informasi pasut.

Pada informasi tepi dapat ditampilkan legenda sebagai pengganti dari Chart No.1 karena simbol-simbol yang ditampilkan juga sangat terbatas dan tidak semua simbol terdapat pada sebuah lembar peta.

Simbol-simbol yang terdapat pada Chart No.1 belum mencakup seluruh simbol yang diperlukan dalam sebuah Peta Batas Laut Teritorial, sehingga simbol-simbol tersebut harus dilengkapi seperti simbol garis pangkal. Dengan demikian, simbol-simbol yang terdapat pada Chart No.1 belum memenuhi kebetuhan untuk pemetaan laut yang lebih lanjut.

(5)

4.4 Analisis terhadap Sistem Proyeksi dan Skala

Sistem proyeksi yang cocok adalah proyeksi Mercator, karena proyeksi ini cocok untuk kegiatan navigasi dimana garis loxodrome digambarkan sebagai garis lurus berarti mempunyai azimuth yang tetap, selain itu pula sifat dari proyeksi Mercator adalah normal konform yang baik digunakan untuk daerah ekuator dan dapat memberikan pengukuran sudut, jarak dan arah yang baik.

Skala Peta Laut Teritorial yang memadai berdasarkan TALOS 1982 adalah 1 : 50.000 hingga 1 : 100.000, pemilihan penggunaan skala dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

• efisiensi biaya,

• ketersediaan basepoint,

• optimalisasi penetapan batas Laut Teritorial, dan • ketersediaan peta dasar

Dalam perancangan ini dipilih skala peta 1:100.000 dengan alasan pertimbangan aspek biaya. Biaya yang dibutuhkan untuk skala 1 : 100.000 akan lebih murah dibandingkan jika menggunakan skala yang lebih besar dari 1 : 100.000.

Cakupan area pemetaan yang disajikan pada peta skala 1 : 100.000 akan lebih kecil dibandingkan dengan cakupan area pemetaan skala 1 : 200.000 ini dapat menyebabkan jumlah basepoint yang terpetakan tidak memenuhi standar yang dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI AL sebelumnya bahwa jumlah basepoint yang harus terpetakan yaitu minimal dua basepoint terdapat dalam satu lembar peta laut. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diberikan keterangan pada peta yang menyatakan bahwa peta tersebut juga mengacu pada basepoint lain yang terdapat pada peta lain (sebutkan nomor basepoint, dan nomor peta), meskipun pada kenyataannya simbol basepoint pada Peta Batas Laut Teritorial tidak digunakan untuk kepentingan navigasi.

(6)

Tingkat kerapatan titik-titik pangkal akan mempengaruhi optimalisasi penetapan batas Laut Teritorial yan berpengaruh terhadap luas Laut Teritorial. Untuk mendapatkan luas Laut Teritorial yang optimal maka sebaiknya menggunakan skala peta yang besar.

Pertimbangan lain dalam pemilihan skala peta adalah ketersediaan peta dasar. Saat ini, Indonesia memiliki peta dasar wilayah perairannya dengan skala yang berbeda-beda. Apabila skala yang dipilih merupakan skala besar maka harus menggunakan peta dasar dengan skala yang besar pula. Oleh karena itu, dipilih skala kecil untuk Peta Batas Laut Teritorial Indonesia yaitu 1 : 100.000 karena peta dasar Indonesia belum seluruhnya memiliki skala yang besar.

Pemiliha penggunaan skala 1 : 100.000 mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar peta yang dihasilkan yaitu sekitar 136 lembar peta (20 lembar untuk wilayah laut Indonesia bagian barat, 48 lembar peta untuk wilayah laut bagian selatan, dan 68 lembar peta untuk wilayah laut Indonesia bagian utara).

Apabila suatu negara pantai menggunakan Peta Batas Laut Teritorial dengan skala 1 : 100.000 sebagai acuan dalam perlindungan wilayah lautnya maka Negara pantai tersebut hanya boleh mengambil langkah pencegahan terhadap lintas kapal yang tidak damai apabila kapal tersebut telah berada pada posisi 20 m dari posisi batas yang seharusnya, mengingat karena ketelitian Peta Laut Teritorial dengan skala 1 : 100.000 adalah sekitar 20 m.

4.5 Analisis terhadap Peta Batas Laut Teritorial Indinesia Sebelumnya

Peta Batas Laut Teritorial Indonesia yang telah dimiliki sebelumnya merupakan Peta Garis Pangkal yang dilengkapi dengan simbol garis batas Laut Teritorial. Peta tersebut diproduksi oleh DISHIDROS TNI AL, memiliki skala 1 : 200.000, dan terdapat catatan bahwa peta tersebut tidak dipergunakan untuk kepentingan navigasi pelayaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa selama ini Peta Batas Laut Teritorial Indonesia belum memenuhi ketentuan UNCLOS 1982 dan TALOS 1982.

(7)

Adapun penambahan unsur untuk Peta Batas Laut Teritorial Indonesia yang telah diproduksi sebelumnya oleh DISHIDROS TNI AL (Gambar 4.2) adalah :

• perubahan skala peta dan datum vertikal sesuai dengan TALOS 1982

• penyisipan simbol garis air rendah, simbol alur laut (sebelumnya hanya tulisan),

• penyisipan batasan lintas pada alur laut, untuk kapal tanki, kapal bertenaga nuklir, kapal yang mengangkut bahan nuklir, dan kapal yang mengangkut barang atau bahan lain yang berbahaya atau beracun.

• penyisipan peringatan bagi kapal selam • penyisipan informasi pasut

Gambar 4.2 Peta Batas Laut Teritorial Indonesia Diproduksi oleh DISHIDROS TNI AL

(8)

Perbandingan konstruksi peta pada Peta Batas Laut Negara Belgia, Australia, Selat Torres (Australia), Madilarri-Ildugij, Burma-Thailand, Indonesia (produksi DISHIDROS), Indonesia (rekomendasi penelitian ini) dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat dianalisis bahwa secara umum Peta Batas Laut Teritorial yang telah ada baik di Indonesia maupun di negara lain belum memenuhi ketentuan UNCLOS 1982 dan fungsinya sebagai peta ilustratif.

Tabel 4.1 Perbandingan Konstruksi Peta

Belgia Australia Selat Torres (Australia) Madilarri-Ildugij Burma-Thailand Indonesia (DISHIDROS) Indonesia (rekomendasi) Skala 1 : 1.200.000 - 1 : 300.000 - 1 : 965.000 1 : 200.000 1 : 100.000 Sistem Proyeksi

Mercator Bonne Mercator

Australian Map Grid Zone 53

Mercator Mercator Mercator

Datum Horisontal WGS 84 Australian Geodetic Datum (1966) Australian Geodetic Datum (1966) - DMAHTC 63025 WGS 84 WGS 84 Datum Vertikal - - - - - Air Rendah Perbani LAT Selang Garis Gratikul

Gambar

Gambar 4.1 Contoh Generalisasi terhadap Simbol Dinding Laut dan Garis Pantai
Gambar 4.2 Peta Batas Laut Teritorial Indonesia Diproduksi oleh DISHIDROS  TNI AL
Tabel 4.1 Perbandingan Konstruksi Peta

Referensi

Dokumen terkait

Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain itu oleh Kitab Undang- Undang Hukum Pidana yang dewasa ini berlaku telah disebut sebagai seuatu pembunuhan. Untuk menghilangkan nyawa

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan Simple Additive Weighting (SAW) kedalam bagian dari sistem pendukung keputusan (DSS) dalam

Guru Kristen adalah mereka yang sudah mengalami kelahiran kembali di dalam Kristus, harus menjadi model sebuah kehidupan yang bersandar pada realitas, yang

Dengan saling memberi tanda damai kita membaharui komitmen untuk menjalani hidup baru yang membuat pengakuan kita kepada Tuhan dan seorang dengan yang lain menjadi titik balik

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini yang berjudul “Corak Batik Mega Mendung sebagai Warisan Budaya Cirebon dalam Fashion Photography ” adalah sebuah penciptaan

Pengurus Karang Taruna desa/kelurahan melaksanakan fungsi-fungsi operasional di bidang kesejahteraan sosial sebagai tugas pokok Karang Taruna dan fungsinya serta program kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan hasil penelitian antara lain sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengolahan data secara parsial

Dari uji coba yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa; (1) aplikasi E-Tour Guide dapat memudahkan pengguna mengatur kegiatan wisatanya dan menambah fungsionalitas smartphone