KELAYAKAN DAN SKALA USAHA AGROINDUSTRI
TEMPE DI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN
BANYUMAS
Feasibility and Business Scale of
Soybean Agroindustry in Kembaran Sub district
Banyumas Regency
Oleh: Deden Abdul Wahab*) dan Budi Dharmawan**)
ABSTRAK
Penurunan ekspor komoditas kedelai di Amerika Serikat menyebabkan naiknya harga komoditas tersebut di pasar dunia. Ketergantungan terhadap kedelai impor (60 persen dari kebutuhan nasional) ternyata membawa permasalahan, yaitu tidak dapat menahan naiknya harga kedelai. Kenaikan harga kedelai yang tinggi membawa dampak berjenjang terhadap sentra produksi tempe. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui kelayakan usaha; 2) mengetahui kondisi skala usaha; dan 3) mengetahui efisiensi skala usaha pada agroindustri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada perajin tempe. Metode analisis yang digunakan adalah: 1) mengukur kelayakan usaha menggunakan kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (B/C); 2) mengukur kondisi skala usaha dengan menggunakan model analisis fungsi keuntungan UOP Cobb-Douglas; dan 3) mengukur efisiensi skala usaha pada agroindustri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dengan menggunakan Return Cost Ratio (R/C). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kelayakan usaha nilai NPV sebesar Rp6.460.284,40 dengan discount factor sebesar 12,5 persen, nilai IRR sebesar 15,90 persen dan nilai B/C sebesar 1,39 sehingga agroindustri tempe layak untuk diusahakan; 2) kondisi skala usaha agroindustri tempe berada pada skala dengan kenaikkan hasil berkurang (decreasing return to scale) artinya pengembangan skala usaha akan mengurangi keuntungan; dan 3) tingkat efisiensi agroindustri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas sebesar 1,53 sehingga tingkat usahanya berada pada kondisi efisien.
Kata kunci: kedelai, kelayakan, skala usaha, efisiensi
*) Dosen tetap Prodi Manajemen STIESA **) Dosen Tetap Unsud
ABSTRACT
Decreasing of soybean export from USA cause its price in world market. Dependency to imported soybean (60 percent from national need) is causing problems, i.e. could not hold soybean price. Increasing of soybean price give multiplier effect to center of soybean production. The aim of this research were to identify: 1) feasibility study; 2) condition of business scale; and 3) business scale efficiency of soybean cake agroindustry in Pliken Village Kembaran Sub district Banyumas Regency. Research used case study method. Analysis methode used were: 1) measure the feasibility study using investment criteria, i.e. Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and Benefit Cost Ratio (B/C); 2) measure business scale using analysis model of profit function UOP Cobb-Douglas; and 3) measure the business scale efficiency using Return Cost Ratio (R/C). Result of research showed that: 1) feasibility study from NPV value was Rp6.460.284,40 with discount factor was 12,5 percent, IRR was 15,90 percent and B/C was 1,39 so soybean cake agroindustry was feasible; 2) business scale condition of soybean cake agroindustry was on decreasing return to scale, so by developing business scale would reduce profit; and 3) efficiency level of soybean cake agroindustry in in Pliken Village Kembaran Sub district Banyumas Regency was 1,53 so it was on efficient level.
PENDAHULUAN
Industri tempe adalah salah satu industri kecil pengolahan hasil-hasil pertanian yang diusahakan oleh masyarakat di daerah pedesaan dan berpotensi untuk dikembangkan karena peranannya yang cukup besar dalam menciptakan kesempatan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubyarto (1985) yang menyatakan bahwa industri kecil adalah industri yang punya kemampuan menyerap tenaga kerja, dan penyelenggaraannya tidak membutuhkan modal yang besar dan tingkat teknologi yang tinggi, sangat relevan untuk dikembangkan. Permintaan tempe terus meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 1,7 persen per tahun. Peningkatan permintaan ini selain dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk juga dipengaruhi oleh harga tempe itu sendiri yang relatif masih murah dibandingkan dengan sumber protein lainnya
Salah satunya industri tempe di Kecamatan Banyumas berada di Desa Pliken Kecamatan Kembaran. Desa Pliken merupakan salah satu sentra industri tempe yang terbesar di Kabupaten Banyumas karena sebagian besar penduduknya mengusahakan tempe seperti tersaji pada Lampiran 1. Kecamatan Kembaran mempunyai unit usaha tempe terbesar diantara kecamatan lainnya yaitu sebanyak 385 unit usaha dengan nilai investasi sebesar Rp23.695.000,00. Sebagian besar unit usaha
tempe di Kecamatan Kembaran terpusat di Desa Pliken. Industri tempe di Desa Pliken ini sebagian besar merupakan industri rumah tangga dengan tenaga kerja sebanyak 2-3 orang dan masih mempunyai hubungan kerabat. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah kedelai kuning lokal dengan harga Rp4.000,00 per kilogram (Disperindagkop, 2008). Kebutuhan kedelai dalam pembuatan tempe adalah sekitar 3-5 ton per hari.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) mempelajari kelayakan usaha; 2) mempelajari kondisi skala usaha; dan 3) mempelajari efisiensi skala usaha pada agroindustri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada industri tempe di desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Metode ini digunakan karena dapat memberi gambaran terperinci mengenai daerah penelitian yang memiliki sentra agroindustri tempe. Rancangan pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling dan rumus yang digunakan untuk menetapkan ukuran sampel adalah sebagai berikut (Parel, 1974):
2 2 2 2 2
.S
Z
N.d
.S
N.Z
n
+
=
; dimana(
)
(
n
1
)
n
X
X
n
S
2 2 2−
−
=
∑
∑
Keterangan :n = Jumlah sampel yang akan diteliti N = Jumlah populasi secara keseluruhan
Z = Variabel normal atau tingkat kepercayaan 95 persen (1,96)
d = Standar error yang diinginkan (0,05 atau 5 %) S2 = Varians relatif taksiran populasi
X = Jumlah bahan baku (kg)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 38 orang perajin tempe.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2008. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data primer dan data sekunder yang diperoleh dari petani responden maupun dari dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Bappeda, BPS Kabupaten Banyumas dan pihak lainnya yang mempunyai hubungannya dengan penelitian ini.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Analisis kelayakan usaha a. Net Present Value (NPV)
metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang datang (Husnan dan Suwarsono, 1993).
NPV =
∑
=+
−
n 0 t t t ti)
(1
C
B
Keterangan:Bt = Benefit Bruto pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya Bruto pada tahun ke-t (Rp)
N = Umur ekonomis (tahun) i = tingkat suku bunga (%) t = Tingkat investasi (t = 1,2,3..,N) b. Internal Rate of Return (IRR)
merupakan nilai discount rate yang membuat NPV usaha sama dengan nol atau dapat membuat B/C sama dengan satu (Kadariah, 1978).
(
1 2)
2 1ti
i
NPV
NPV
NPV
1
IRR
−
+
+
=
Keterangan:NPV1 = Nilai NPV yang positif (Rp)
NPV2 = Nilai NPV yang negatif (Rp)
i1 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV
positif (%)
i2 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV
negatif (%) c. Benefit Cost Ratio (B/C)
Membandingkan antara nilai sekarang manfaat netto dengan nilai sekarang dari biaya investasi ditambah biaya operasional. B/C =
∑
∑
= =+
+
n 1 t t t n 1 t t ti)
(1
C
i)
(1
B
Keterangan:Bt = Benefit Bruto pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya Bruto pada tahun ke-t (Rp)
N = Umur ekonomis (tahun) i = tingkat suku bunga (%) t = Tingkat investasi (t = 1,2,3..,N) 2. Analisis Fungsi Keuntungan
Model analisis fungsi keuntungan UOP Cobb-Douglas yang digunakan adalah untuk mengetahui hubungan antara harga input variabel dan tetap sebagai variabel bebas serta tingkat keuntungan sebagai variabel tak bebas. Menurut Simatupang (1998) bentuk umum dari fungsi keuntungan Cobb-Douglas dirumuskan sebagai berikut:
Ln π* = ln A*+
∑
= m 1 i α1* ln Ri* +∑
= n i i βj* ln ZjBerdasarkan peubah-peubah yang dipilih dalam penelitian ini, maka fungsi keuntungan dinyatakan dalam bentuk persamaan logaritma natural sebagai berikut:.
Ln π* = ln A* + α1* ln (R1*) + α2*ln (R2) + α3*ln (R3*) + α4*ln (R4Z*) +
α5* ln (R5*) + α1* (R6*) + β1*ln (Z1) + β2*ln (Z2) + β3*ln (Z3)
Keterangan:
π* = Keuntungan UOP yang dinormalkan A* = Konstanta
R1* = Harga kedelai yang dinormalkan
R2* = Harga ragi yang dinormalkan
R3* = Harga bahan bakar yang dinormalkan
R4* = Biaya tenaga kerja yang dinormalkan
R5* = Harga kemasan yang dinormalkan
R6* = Biaya transportasi yang dinormalkan
R7* = Harga oman yang dinormalkan
R8* = Harga lilin yang dinormalkan
Z1 = Jumlah kedelai yang diolah per hari
Z2 = Nilai penyusutan peralatan
Z3 = Nilai penyusutan gedung
α1* = Parameter input variabel yang diduga (i = 1,2,3,4,5)
βj* = Parameter input tetap yang diduga (j = 1,2)
Pengujian secara keseluruhan pengaruh peubah bebas yang meliputi harga kedelai, harga ragi, harga bahan bakar, biaya tenaga kerja, harga kemasan dan biaya transportasi, jumlah kedelai yang diolah per hari dan nilai penyusutan peralatan terhadap peubah tak bebas, yaitu keuntungan dilakukan pengujian dengan menggunakan uji F (Supranto, 1983) dengan rumus sebagai berikut:
Fhitung =
k)
RSS/(n
1)
ESS/(k
−
−
3. Analisis Skala Usaha
Hipotesis yang diuji untuk analisis skala usaha adalah apakah Σβj* = 1. Pengujian terhadap kondisi skala usaha yang diduga digunakan uji t (Marmen, 1993) sebagai berikut:
t hit =
SSU/Vn
1
SU
−
Keterangan:
SU = nilai pengamatan skala usaha (nilai koefisien input tetap)
SSU = simpangan baku skala usaha
n = jumlah sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Kelayakan Usaha
Kriteria yang dipakai dalam analisis kelayakan usaha ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (B/C). Discount factor yang digunakan sebesar 12,5 persen merupakan tingkat suku bunga kredit komersial rata-rata dari beberapa bank di daerah penelitian yang meliputi Bank BRI, yang berlaku pada tahun 2008. Hasil analisis kriteria investasi agroindustri tempe tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis kelayakan investasi Perajin di Desa Pliken Kecamatan Kembaran
Kriteria Investasi Hasil
NPV Rp6.460.284,40
IRR 15,90%
B/C 1,39
Sumber: Data primer diolah, 2008
Hasil analisis menunjukkan besar nilai NPV dari Perajin tempe adalah sebesar Rp6.460.284,40. Indikasi tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Nilai NPV positif menunjukkan jumlah penerimaan total agroindustri setelah discount factor nilainya lebih besar dibandingkan jumlah discount factor dari biaya total yang dikeluarkan selama dua tahun investasi. Hal ini mengindikasikan perajin tempe selama dua tahun dapat memberikan tingkat penerimaan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Hasil analisis nilai IRR diketahui sebesar 15,90 persen dan nilai IRR yang dimiliki Perajin tempe sebesar 15,90 persen lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank yang berlaku sebesar 12,5 persen sehingga usaha agroindustri dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), jika nilai IRR yang didapat lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut mampu membayar pinjaman berikut bunganya. Sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan. Nilai IRR sebesar 15,90 persen menunjukkan bahwa apabila modal yang digunakan perajin tempe selama dua tahun dianggap sebagai
pinjaman dari lembaga perbankan dengan tingkat suku bunga sebesar 12,5 persen per tahun, maka usaha industri tempe akan mampu membayar beban pinjaman berikut bunga.
Nilai B/C untuk Perajin tempe sebesar 1,39. Nilai B/C Ratio sebesar 1,39 mempunyai arti jika terjadi pengeluaran biaya sebesar satu rupiah, maka akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 39. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), jika nilai B/C Ratio lebih tinggi dari satu, maka usaha tersebut mempunyai penerimaan lebih tinggi dari pada biaya pengeluaran dan usaha tersebut layak untuk diusahakan. Berdasarkan B/C berarti agroindustri Tempe pada perajin tersebut layak untuk diusahakan.
Nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp6.460.284,40 yakni lebih besar dari nol, dan bernilai positif artinya bahwa usaha tersebut menguntungkan karena memberikan tingkat penerimaan lebih besar dari pada pengeluarannya.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha dengan Net Present Value, Internal Rate of Return dan Benefit Cost Ratio, maka diketahui agroindustri tempe perajin tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas layak untuk diusahakan.
2. Skala Usaha Agroindustri Tempe
Kondisi skala usaha memiliki keterkaitan dengan usaha memaksimalkan keuntungan. Skala usaha dapat menunjukkan
hubungan antara biaya produksi rata-rata dengan perubahan ukuran usaha. Pengujian skala usaha perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi skala usaha yang sedang dijalani perajin tempe berada pada increasing, constant atau decreasing return scale dengan syarat:
1) Jika βj<1, maka kondisi skala usaha berada pada penerimaan
berkurang (decreasing return to scale)
2) Jika βj>1, maka kondisi skala usaha berada pada penerimaan
bertambah (increasing return to scale)
3) Jika βj=1, maka kondisi skala usaha berada pada penerimaan
tetap (constant return to scale)
Hasil pengujian jumlah kedelai yang diolah per periode produksi menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 16,59 lebih besar dari t tabel dengan tingkat kesalahan satu persen, yaitu 2,779. Kondisi menolak nol hipotesis dan menerima hipotesis alternatif. Nilai parameter jumlah kedelai yang diolah per produksi sebesar 0,95167. Kondisi ini menunjukkan bahwa skala usaha agroindustri tempe berada pada decreasing return to scale sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ∑βj<1. Hal ini berarti bahwa skala usaha berada pada kondisi dimana penerimaan akan semakin berkurang (Soekartawi, 2003).
Analisis Efisiensi Skala Usaha
Menurut Hernanto (1996), Revenue Cost Ratio atau R/C merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung besarnya efisiensi dengan syarat:
1) R/C > 1 maka tingkat usaha tersebut efisien.
2) R/C = 1 maka penerimaan hanya cukup untuk menutupi biaya produksi.
3) R/C < 1 maka tingkat usaha tidak efisien.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa R/C sebesar 1,53. Artinya bahwa skala usaha yang dilakukan oleh agroindustri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas adalah efisien. Kondisi tersebut berdasarkan teori dari Hernanto (1996) bahwa R/C>1, maka tingkat usaha agroindustri tempe efisien. Menurut penelitian Koesoema (2008), bahwa skala usaha yang dilakukan oleh agroindustri tempe di daerah penelitian juga menunjukkan Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar 1,39. Berdasarkan analisis B/C, maka agroindustri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas layak untuk diusahakan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha dengan Net Present Value, Internal Rate of Return dan Benefit Cost Ratio, maka
diketahui agroindustri tempe perajin tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas layak untuk diusahakan.
2. Kondisi skala usaha agro industri tempe berada pada skala dengan kenaikkan hasil berkurang (decreasing return to scale) artinya pengembangan skala usaha akan mengurangi keuntungan.
3. Tingkat efisiensi agro industri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas sebesar 1,53. Hal ini berarti tingkat usahanya pada kondisi sekarang sudah efisien.
SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka saran yang diajukan sebagai berikut:
1. Agroindustri tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas perlu dipertahankan sebab masih menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
2. Komponen masukan tetap, terutama peralatan yang dipakai agar penggunaannya lebih diefektifkan lagi sehingga keuntungan dapat lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Aspek Pemasaran Tahu-Tempe. http:/www.bi.go.id. diakses 16 April 2008.
Astamawan. 2003. Tempe Terbukti Mencegah Penyakit. (On-line), www.kompas.com. diakses 12 Pebruari 2007.
Boediono. 2000. Ekonomi Mikro. BPFE, Yogyakarta. Hal. 87 – 105. Disperindagkop [Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi]
Kabupaten Banyumas. 2008. Data Industri Kecil Kabupaten Banyumas. Purwokerto.
__________ , 2008. Data Harga-harga Produk Makanan Kabupaten Banyumas. Purwokerto.
Hernanto. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Husnan, S. dan M. Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek Edisi
keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. 398 hal.
Mubyarto. 1985. Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan. LPFE Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 512 hal.
Marmen S. J. 1993. Analisis Skala Usaha, Fungsi Permintaan Input dan Fungsi Penawaran Output Bank Perkreditan Rakyat. Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Parel, P.C. dan C.G. Galdito. 1974. Rancangan Teknik Pengambilan Sampel dan Prosedurnya. Terjemahan oleh Rudy N.S. Soewignyo. 1982. FAPERTA Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Simatupang, P. 1998. Penentuan Skala Usaha dengan Fungsi Keuntungan: Landasan Teoritis dengan contoh Fungsi Cobb-Douglas dan Translog. Jurnal Agro Ekonomi (JAG) 7: 1-16 hal.
Supranto, J. 1983. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 2. Erlangga. Jakarta. 411 hal.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lampiran 1. Data jumlah unit usaha tempe per Kecamatan di Kabupaten Banyumas pada Tahun 2008
No. Kecamatan
Tempe Kedelai Unit Usaha Investasi Alat
(000) 1. Lumbir 9 405 2. Wangon 22 990 3. Jatilawang 7 135 4. Rawalo 43 1.935 5. Kebasen 68 3.060 6. Kemranjen 87 3.915 7. Sumpiuh 96 4.320 8. Tambak 105 4.725 9. Somagede 124 5.580 10. Kalibagor 30 1.350 11. Banyumas 30 1.350 12. Patikraja 57 2.565 13. Purwojati 37 1.665 14. Ajibarang 183 8.235 15. Gumelar 3 135 16. Pekuncen 64 2.880 17. Cilongok 56 2.520 18. Karanglewas 73 3.285 19. Kedungbanteng 43 1.935 20. Baturaden 59 2.655 21. Sumbang 81 3.645 22. Kembaran 385 23.695 23. Sokaraja 115 5.175 24. Purwokerto Selatan 7 315 25. Purwokerto Barat 103 4.635 26. Purwokerto Timur - - 27. Purwokerto Utara 3 740 Jumlah : 1.890 91.845 Sumber: Diperindagkop, 2008.
Lampiran 2. Perhitungan jumlah sampel perajin tempe dengan N = 304
(
)
(
)
(
) (
)
( )
9
10
4,06
1,9012
10
1
n
n
Xi
Xi
n
S
2 2 2 2−
=
−
−
=
∑
∑
90
4836
,
16
012
,
19
−
=
90
5284
,
2
=
=
0
,
0281
Jumlah sampel yang diambil ditentukan menggunakan rumus Parel (1982) :
(
) (
)
(
0,05
)
(
1,96
)(
0,0281
)
304
0,0281
1,96
304
.S
Z
N.d
.S
N.Z
n
2 2 2 2 2 2 2+
=
+
=
(
)(
)
(
0
,
0025
) (
3
,
8416
)(
0
,
0281
)
304
0281
,
0
8416
,
3
304
+
=
8679489
,
0
816484
,
32
=
n