• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi di Padukuhan Tegalsari Desa Purwosari Kecamatan Cirimulyo Kabupaten Kulon Progo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi di Padukuhan Tegalsari Desa Purwosari Kecamatan Cirimulyo Kabupaten Kulon Progo"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 88 JURNAL ILMIAH AGRITAS VOL 4 NO 2, OKTOBER 2020 : 88-105

MOTIVASI PETANI DALAM MEMBUDIDAYAKAN

TANAMAN KOPI DI PADUKUHAN TEGALSARI DESA PURWOSARI KECAMATAN CIRIMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Siti Sara Herlina1, Danang Manumono2,Suprih Sudrajat3

1,3Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tanamansiswa Yogyakarta.

2Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.

Sitisaraherlina21@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi petani ekonomi dan motivasi sosiologis dalam membudidayakan tanaman kopi dan hubungan antara faktor motivasi petani dengan tingkat motivasi ekonomi dan motivasi sosiologis dalam membudidayakan tanaman kopi di Padukuhan Tegalsari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan purposive. Penentuan sampel menggunakan metode sampling jenuh atau sensus dengan jumlah sampel 70 petani. Analisis data menggunakan analisis skala likert dan uji Korelasi Rank Spearman (rs).Hasil penelitian menunjukan tingkat motivasi ekonomi petani dalam kategori sangat tinggi (82,8%), sedangkan tingkat motivasi sosiologis petani dalam kategori tinggi (75,4%). Hubungan antara faktor motivasi petani dengan tingkat motivasi ekonomi dan motivasi sosiologis dalam membudidayakan tanaman kopi yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi ekonomi petani dengan pendidikan non formal, luas lahan, pendapatan petani, sarana saprodi, kehadiaran penyuluh namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi ekonomi petani dengan pengalaman bertani dan jaminan pasar. Hubungan motivasi sosiologis petani dengan pendidikan non formal, luas lahan, pendapatan petani, sarana saprodi, kehadiaran penyuluh terdapat hubungan yang signifikan sedangkan hubungan antara motivasi sosiologis petani dengan pengalaman bertani dan jaminan pasar tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Kata kunci : motivasi ekonomi petani, motivasi sosiologis petani, budidaya kopi

(2)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 89 ABSTRACT

Study aims to determine the level of motivation of economic farmers and sociological motivation in cultivating coffee plants and the relationship between farmer motivation factors andthe level of economic motivation and sociological motivation in cultivating coffee plants in Tegalsari, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, DIY. The basic method of this research is using descriptive method. The method of determining theresearch location was determined purposively. Determination of the sample using saturatedsampling method or census with a sample size of 70 farmers. Data analysis used Likert scale analysisand Spearman Rank Correlation (rs) test. The results showed that the level of economic motivation of farmers was in the very high category (82.8%), while the level of sociological motivation of farmers was in the high category (75.4%). Therelationship between farmer motivation factors with the level of economic motivation andsociological motivation in cultivating coffee plants : there is a significant relationship between the economic motivation of farmers and non-formal education, land area, farmers ‘income, input means, presence of extension workers, but there is no significant relationship between the economic motivation of farmers with farming experience and market security. There is a significant relationship between the sociological motivation of farmers and non-formal education, land area, farmers ‘income, input means, presence of extension workers, while the relationship between the sociological motivation of farmers and farming experience and market security has no significant relationship.

Key words: farmer economic motivation, farmer sociological motivation, cultivating coffee

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian dapat juga diartikan sebagai pembangunan ekonomi di sektor pertanian, karena pertanian memang merupakan salah satu sektor dalam kehidupan ekonomi dan pertanian sendiri mengandung tekanan unsur ekonomi. Pembangunan di sektor pertanian sudah selayaknya tidak hanya berorientasi pada produksi atau terpenuhinya kebutuhan pangan saja tetapi juga harus mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama petani (Yuwono, 2019).

Salah satu komoditas yang dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri adalah tanaman kopi. Indonesia merupakan Negara terbesar keempat yang memproduksi biji kopi setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hal ini membuat produk kopi kita memiliki keunggulan dalam

(3)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 90 volume produksi dibandingkan Negara lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura yang menjadikan kopi sebagai salah satu komoditas unggulan. Peran komoditas kopi bagi perekonomian Indonesia cukup penting, baik sebagai sumber pendapatan bagi petani kopi, sumber devisa, penghasil bahan baku industri, maupun penyedia lapangan kerja melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, dan perdagangan (ekspor dan impor) (Ditjen Perkebunan, 2015).

Di Indonesia lahan pertanian kopi menempati urutan ketiga setelah tanaman karet dan sawi.Kopi pada awalnya tumbuh dihutan-hutan liar dan daerah rendah, sekarang ini kopi banyak ditanam di perkebunan dan dipekarangan rumah, di dalam penenamannya tanaman kopi memerlukan pemeliharaan yang intensif dan teknik budidaya yang baik agar dapat menghasilkan biji kopi yang berkualitas (Suwarto, 2012).

Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan dan hidup di dataran tinggi. Hasil utama tanaman kopi adalah biji kopi yang kemudian diolah untuk menghasilkan berbagai macam produk turunan.Kopi merupakan jenis minuman yang banyak disukai oleh setiap orang karena berkhasiat menghangatkan badan, kopi juga merupakan komoditi tanaman yang memiliki nilai jual ekonomi yang cukup tinggi (Nurhikmah, 2018).

Tabel 1 Produksi Tanaman Kopi (ton) menurut kecamatan di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016- 2017

Kecamatan Tanaman Kopi

Produksi Perkebunan (Ton)

2017 2016

Temon - -

Wates - -

Panjatan - -

Galur - -

Lendah - -

Sentolo - -

Pengasih 1.26 1.42

Kokap 50.63 17.17

Girimulyo 164.81 26.81

Nanggulan - -

Kalibawang 14.70 9.44

Samigaluh 192.60 361.51

Kabupaten Kulon Progo 424 416.36

Sumber data: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kulon Progo.

(4)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 91 Kecamatan Girimulyo merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi produksi tanaman kopi di kabupaten Kulon Progo yakni 164.81 Ton pada tahun 2017 dan 26.81 ton pada tahun 2016, hal ini dapat dilihat pada tabel 2. Kecamtan Girimulyo mengalami peningkatan produksi sebesar 138 ton dalam satu tahun. Peningkatan produksi ini disebabkan adanya dorongan dari faktor internal maupun ekternal, salah satunya adalah Kecamatan Girimulyo memiliki potensi lahan yang sesuai dengan budidaya tanaman kopi, sehingga petani memiliki kesempatan untuk usahatani kopi.

Petani kopi dalam melaksanakan usahataninya memiliki dorongan dalam melakukan budidaya tanaman kopi. Petani sebagai pengelola usahatani tentunya memiliki motivasi untuk menjalankan serta mengembangkan usahataninya. Petani memilih membudidayakan tanaman kopi tentunya juga karena adanya kesempatan. Kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan budidaya tanama kopi juga menjadi faktor pendukung dalam usahatani.Pengembangan usahatani tersebut terkait dengan teknik budidaya, pengelolaan, perbaikan mutu tanaman sehingga petani kopi mampu menghasilkan kopi yang berkualitas tinggi.

Selain faktor pendukung, faktor penghambat juga perlu diperhatikan, salah satu faktor penghambat adalah kepemilikan modal, sikap petani, dimana petani tidak mudah untuk merubah kebiasaan petani untuk melakukan perbaikan tanaman, keterbatasan petani dalam pengelolaan usahatani tanaman kopi. Adanya motivasi yang tinggi dari para petani dalam mengelola dan mengembangan budidaya tanaman kopi di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo diharapkan ada upaya- upaya yang dilakukan oleh petani tanaman kopi, pemerintah setempat agar petani memperoleh hasil yang maksimal dari budidaya tanaman kopi.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survey. Metode pemilihan tempat yang digunakan ialah metode (purposive sampling), yaitu secara sengaja memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian.Penelitian ini dilakuakan di Padukuhan Tegalsari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY.Kecamatan Girimulyo merupakan salah satu kecamatan yang memiliki lahan yang luas dan potensi produksi tanaman kopi yang tinggi dari tahun ketahun di Kabupaten KulonProgo (Tabel 2).Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2020. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka hasil pengukuran atau penghitungan (Juanda, 2009).

(5)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 92 Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan oleh penelitian untuk mengolah data yang telah diperoleh mengenai objek yang diteliti. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.

Untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam membudidayakan tanaman kopi di Padukuhan Tegalsari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY.

Dilakukan analisis data dengan menggunakan Skala Likertdengan ketentuan sebagai berikut (Riduwan, 2014) :

Tingkat Motivasi = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖x 100%

Keterangan : kriteria interpreasi skor (Riduwan, 2014) 0% - 20% = Sangat Rendah

21% - 40% = Rendah 41% - 60% = Sedang 61% - 80% = Tinggi

81% - 100% = Sangat Tinggi

Pengujian Hipotesis

Untuk mengkaji signifikasi hubungan antara faktor motivasi petani dengan tingkat motivasi petani dalam membudidaya tanaman kopi adalah mengunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs) yang didukung dengan program SPSSdapat diketahui dengan rumus korelasi Rank Spearman (Siegel dalam Riduawan 2014:

𝑟𝑠 = 1 −6 ∑𝑁𝑖−1𝑑𝑖² 𝑁³ − 𝑁 Dimana :

rs= Nilai korelasi Rank Spearman N= Jumlah sampel

di= Selisih ranking anatar variable

(6)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 93 Analisis korelasi Rank Spearman, dilakukan pengujian dengan menggunakan kriteria yangditetapkan, yaitu dengan membandingkan nilai rs hitung dengan rs tabel yangdirumuskan sebagai berikut.

H0. Jikars hitung ≤0,05 berarti H0ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara faktor motivasi petani dengan tingkat motivasipetani (motivasi ekonomi dan motivasi sosiologis) dalam membudidayakan tanaman kopi, di Padukuhan Tegalsari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten KulonProgo, DIY.

H1. Jika rs hitung >0,05 berarti berarti H0 diterima, artinya tidak terdapathubungan yang signifikan antara faktor motivasi petani dengan tingkat motivasi petani (motivasi ekonomi dan motivasi sosiologis) dalam membudidayakan tanaman kopi, di Padukuhan Tegalsari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten KulonProgo, DIY.

Jika probabilitas <0,05, berarti H1diterima H0 ditolak . Jika, probabilitas >0,05, berarti H0diterimaH1 ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Tingkat Motivasi Petani

a. Analisis Tingkat Motivasi Petani Dalam Membudidayakan Tanaman Kopi

Setiap petani mempunyai motivasi yang berbeda dalam mendorong usahataninya. Hal ini dikarenakan setiap orang pasti memiliki tujuan tertentu dalam setiap berusaha. motivasi merupakan suatu proses/usaha untuk mencari kehidupan yang lebih baik kedepannya.

Motivasi yang menjadi kajian disini adalah motivasi ekonomi dan motivasi sosiologis.

1) Motivasi Ekonomi

Berdasarkan data yang diperoleh dari 70 orang responden yang disebarkan melalui pernyataan yang berada didalam kuesioner, jumlah skor motivasi ekonoi yaitu sebesar 1.449, skor ideal 1.750 (5 x 70 responden x 5 pertanyaan). Adapun persentase tingkat motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi di Padukuhan Tegalsari sebagi berikut :

Tingkat Motivasi Ekonomi = 1.449

1.750x 100%

= 82,8%

(7)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 94

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 20 40 60 80 100 Gambar 1. Garis Kontinum Persentase Motivasi Ekonomi

Dari hasil perhitungan diatas tingkat motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi diPadukuhanTegalsari,Desa Purwosari, KecamatanGirimulyo, Kabupaten Kulonprogo diperoleh presentase skor sebanyak 82,8%. Maka dapat kita ketahui bahwa motivasi ekonomi petani berada dalam kategori sangat tinggi, hal ini disebabkan karena petani termotivasi untuk meningkatkan tabungan dan memenuhi kebutuhan ekonominya,termasuk keinginannya untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan, serta untuk meningkatkan hidup lebih sejahtera.

Hal ini menunjukan bahwa hipotesis dalam pengkajian ini ditolak. Dimana hipotesis motivasi petani dalam membudidayakan tanaman kopi diPadukuhanTegalsari,Desa Purwosari, KecamatanGirimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY diduga tinggi. namun kenyataan di lapangan dinyatakan bahwa motivasi ekonomi petani cenderung atau kemuaan petani untuk meningkatkan bermacam kebutuhan hidup adalah sangat tinggi. hal ini disadarin oleh adanya motivasi ekonomi yaitu motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekonomi yang berhubungan dengan hal finansial untuk kelangsungan hidup petani.

2) Motivasi Sosilogis

Berdasarkan data yang diperoleh dari 70 orang responden yang disebarkan melalui pernyataan yang berada didalam kuesioner, jumlah skor motivasi ekonoi yaitu sebesar 1.319, skor ideal 1.750 (5 x 70 responden x 5 pertanyaan). Adapun persentase tingkat motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi di Padukuhan Tegalsari sebagi berikut :

Tingkat Motivasi Sosiologis= 1.319

1.750x 100%

= 75,4%

8 2 , 8

(8)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 95

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 20 40 60 80 100

Gambar 2. Garis Kontinum Persentase Motivasi Sosiologis

Dari hasil perhitungan diatas tingkat motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi diPadukuhanTegalsari,Desa Purwosari, KecamatanGirimulyo, Kabupaten Kulon Progo diperoleh presentase skor sebanyak 75,4%. Maka dapat kita ketahui bahwa motivasi sosiologis petani berada dalam kategori tinggi. hal ini dapat dikatakan bahwa keinginan untuk bertukar pendapat dengan petani lain dalam kategori tinggi dimana motivasi sosiologi petani adalah untuk bertukar pendapat, karena manusia makhluk sosial yang hidup bermasyarkat tentu tidak mungkin bisa memisahkan diri atau hidupnya dengan manusia lainnya, segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena intraksi dan hubungan kepentingan antara satu sama lainnya.

Tabel 2. Analisis Hubungan Anatara Faktor Motivasi Petani Dengan Tigkat Motivasi Ekonomi Petani Dalam Membudidayakan Tanaman Kopi

Variabel X

Motivasi Ekonomi

(Sig 2- tailed)

Correlation Coefficient (Rs)

X1 Pengalaman Petani .626 .059

X2 Pendidikan Non Formal .000 .501**

X3 Luas Lahan .002 .372**

X4 Pendapatan .020 .278*

X5 Sarana Saprodi .000 .439**

X6 Jaminan Pasar .902 -.015

X7 Kehadiran Penyuluhan .020 .278*

Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Catatan : Tanda bintang satu (*) menunjukan korelasi pada signifikansi 1% atau 0,01. Sedangkan tanda bitang dua (**) menunjukkan korelasi pada signifikansi 5% atau 0,05.

7 5 , 4

(9)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 96 Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukan hubungan yang signifikan dan tidak signifikanantara variable. Untuk mengetahui analisis hubungan tiap variabel diatas diuaraikan sebagai berikut :

a. Hubungan Tingkat Motivasi Ekonomi Dengan Faktor Intrinsik

1) Hubungan antara pengalaman petani (X1) dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis pengalaman petani menunjukan bahwa nilai rs 0,626 artinya kedua variabel tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengalam petani dan motivasi ekonomi petani. Nilai correlation 0.059, artinya hubungan yang sangat lemah dengan ketentuan 0 s/d 0.25 : korelasi sangat lemah. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pengalaman petani dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi diPadukuhanTegalsari,Desa Purwosari, KecamatanGirimulyo, Kabupaten KulonProgo, DIY. Maka hipotesis penelitian ini tidak sejalan dengan keadaan dilapangan. Hal ini disebabkan bahwa petani kopi di Padukuhan Tegalsari menjadikan budidaya tanaman kopi sebagai tambahan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, menurut petani pengalam bukanlah modal utama untuk melakukan budidaya tanaman kopi.

Lamanya pengalaman petani sama sekali tidak mempengaruhi motivasi mereka karena ilmu dimilikinya tidak ada, sehingga hasilnya sama saja dengan yang tidak berpengalaman.

Pengalaman juga tidak bisa dijadikan patokan apakah dengan pengalaman yang lebih lama petani dapat melakukan inovasi dengan baik, bukan seberapa lama pengalaman tersebut tetapi seberapa tepat pengelaman tersebut mendukung petani dalam membudidayakan tanaman kopi.

2) Hubungan antara pendidikan non formal (X2) dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis pendidikan non formal menunjukan bahwa nilai rs 0.000 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal dan motivasi ekonomi petani. Nilai correlation 0.501**, artinya hubungan yang kuat dengan ketentuan

>0.5 s/d 0.75 : korelasi kuat. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara pendidikan non formal terhadap motivasi ekonomi petani. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara faktor pendidikan non formal dengan motivasi ekonomi petani, karena adanya pendidikan non formal yang terdiri dari kegiatan penyuluhan, temu wicara dan kegiatan pelatihan ini bisa membantu menyelesaikan masalah yang

(10)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 97 dialami oleh petani kopi sehingga mempengaruhi motivasi petani kopi dalam membudidaykan tanaman kopi. Semakin tinggi frekuensi pertemuan terhadap petani maka pola piker petani terbuka.

Karena pendidikan non formal bertujuan untuk mengubah perilaku petani enjadi lebih baik sehingga dapat hidup lebih sejahtera. Petani yang memiliki pendidikan non formal rendah maupun tinggi sama-sama memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Tetapi petani yang memiliki pendidikan non formal yang lebih tinggi akan lebih mengerti dalam membudidayakan tanaman kopi dengan baik, dan meningkatkan kualitas kopi yang baik sehingga dengan begitu akan memperoleh peningkatan ekonomi yang lebih tinggi. sedangkan petani yang petani yang memiliki pendidikan nonformal yang lebih rendah tidak terlalu memahami atau mengerti dalam membudidayakan tanaman kopi, dan meningkatkan kualitas kopi yang baik sehingga peningkatan ekonomi dalam membudidayakan tanaman kopi belum maksimal.

b. Hubungan Tingkat Motivasi Ekonomi Petani Dengan Faktor Ekstrinsik

1) Hubungan antara luas lahan (X3) dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis luas lahan menunjukan bahwa nilai rs 0.002 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang sangat signifikan antaraluas lahan dan motivasi ekonomi petani.

Nilai correlation 0.373**, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara luas lahan terhadap motivasi ekonomi petani. Dapat disimpulkan bahwaada hubungan yang sangat signifikan antara faktor luas lahan dengan motivasi ekonomi petani. Oleh sebab itu, semakin luas lahan yan dimiliki seseorang biasanya akan lebih terdorong untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Petani yang menguasai lahan yang luas akan memperoleh hasil produksi yang besar dan begitu pula sebaliknya. Petani yang memiliki lahan yang luas atau pun sempit sama-sama memiliki keinginan yang sama untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang lebih baik dari sebelumnya. Luas lahan merupakan asset yang dimiliki petani yang dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani.

2) Hubungan antara pendapatan petani (X4) dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis pendapatan petani menunjukan bahwa nilai rs 0.020 artinya kedua variabelterdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan petani dan motivasi ekonomi

(11)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 98 petani. Nilai correlation 0.278*, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara pendapatan petani terhadap motivasi ekonomi petani. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan petani dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi di Padukuhan Tegalsari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Maka dari itu pendapatan petani memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi ekonomi petani, karena semua petani memilki keinginan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Petani yang memiliki pendaptan kecil ataupun besar sama-sama memiliki keinginan untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Meskipun pendapatan petani dari usahatani kopi rata-rata permusim panen berkisaran 2-3 juta, tetapi tidak akan mempengaruhi motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi.

3) Hubungan antara sarana saprodi (X5) dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis sarana saprodi menunjukan bahwa nilai rs 0.000 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang sangat signifikan antara sarana saprodi dan motivasi ekonomi petani. Nilai correlation 0.439**, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara sarana saprodi terhadap motivasi ekonomi petani. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang sangat signifikan antara sarana saprodi dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi di Padukuhan Tegalsari, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY.

Hubungan signifikasi ini terjadi karena sarana saprodi salah satu faktor yang penting terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Hal ini sangat berpengaruh pada keinginan petani untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Semua petani mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya lebih baik dengan adanya dukungan persediaan saprodi di Padukuhan Tegalsari.

4) Hubungan antara jaminan pasar(X6) dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis jaminan pasar menunjukan bahwa nilai rs 0.902 artinya kedua variabel tidak terdapat hubungan yang sangat signifikan antara jaminan pasar dan motivasi ekonomi petani. Nilai correlation -0.015, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan 0 s/d

(12)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 99 0.25 : korelasi sangat lemah. Maka hipotesis penelitian tidak sejalan dengan penelitian ini, karena tidak terdapat hubungan antara faktor jaminan pasar dengan motivasi ekonomi. Hal ini disebabkan karena adanya jaminan pasar tidak membantu petani untuk memperoleh harga yang sesuai sehingga tidak membantu petani untuk memperoleh harga yang sesuai sehingga tidak mempengeruhi motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi.Biasanya petani di Padukuhan Tegalsari menjual hasil panen kopinya di Kelompok taninya sendiri tapi dengan kualitas kopi yang baik, dan biasanya hasil panen kopi yang tidak terlalu baik di jual kepasaran.

Di kelompok tani hanya membeli kopi yang berkualitas baik dari petani. Ada tidaknya jaminan pasar yang mendukung atau tidak mendukung,petani tetap melakukan budidaya tanaman kopi karena sudah sejak lama membudidayakan tanaman kopi dan petani akan mencari solusi untuk mengatasi masalah pemasaran kopi dengan meningkatkan produktivitas kopi yang berkualitas.

5) Hubungan antara kehadiran penyuluhan (X7) dengan motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis kehadiran penyuluhan menunjukan bahwa nilai rs 0.020 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan antara kehadiran penyuluhan dan motivasi ekonomi petani. Nilai correlation 0.278*, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara kehadiran penyuluhan terhadap motivasi ekonomi petani. Petani dengan tingkat aktivitas penyuluhan yangtinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang kurang aktif. Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan dibidang pertanian, maka informasi yang diperoleh petani akan semakin banyak.

Pengetahuan petani inilah yang yang mampu menilai baik tidaknya usaha yang yang sedang dilakukannya. Petani dengan pengetauan yang tinggi akan lebih mampu bagaimana cara meningkatkan usahataninya. Hal ini akan berpengaruh terhadap keterampilan petani dalam mengelolah usahataninya. Dengan mengikuti penyuluhan petani bisa mengetahui dan mempunyai kemauan serta kemampuan memecahkan masalahnya sendiri dalam usahataninya atau kegiataian- kegiatan meningkatkan hasil usahataninya dan tingkat kehidupannya.

(13)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 100

Tabel 3. Analisis Hubungan Anatara Faktor Motivasi Petani Dengan Tigkat Motivasi Sosiologis Petani Dalam Membudidayakan Tanaman Kopi

Variabel X Motivasi Sosiologis

(Sig 2-tailed) Correlation Coefficient (Rs)

X1 Pengalaman Petani .304 -.125

X2 Pendidikan Non Formal .009 .310**

X3 Luas Lahan .005 .333**

X4 Pendapatan Petani .022 .272*

X5 Sarana Saprodi .022 .273*

X6 Jaminan Pasar .178 .163

X7 Kehadiran Penyuluhan .006 .325**

Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Catatan : Tanda bintang satu (*) menunjukan korelasi pada signifikansi 1% atau 0,01.

Sedangkan tanda bitang dua (**) menunjukkan korelasi pada signifikansi 5% atau 0,05.

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukan hubungan yang signifikan dan tidak signifikan antara variable. Untuk mengetahui analisis hubungan tiap variabel diatas diuaraikan sebagai berikut :

a. Hubungan Tingkat Motivasi Sosiologis Petani Dengan Faktor Intrinsik

1) Hubungan antara pengalaman petani (X1) dengan motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis pengalaman petani menunjukan bahwa nilai rs 0,304 artinya kedua variabel tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengalam petani dan motivasi sosiologis petani. Nilai correlation -0.125, artinya hubungan yang sangat lemah dengan ketentuan 0 s/d 0.25 : korelasi sangat lemah. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengalaman petani dengan motivasi sosiologi petani dalam membudidayakan tanman kopi diPadukuhanTegalsari,Desa Purwosari, KecamatanGirimulyo, Kabupaten KulonProgo, DIY.Maka hipotesis penelitian ini tidak sejalan dengan keadaan dilapangan. Karena hal ini disebabkan karena hidup bermasyarakat dan bekerjasama dengan orang lain tidak perlu memandang lama atau tidaknya seseorang dalam berusahatani. Dimana tidak ada perbedaan antara

(14)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 101

petani yang sudah lama berusahatani dengan petani yang baru melakukan usahatani, didalam suatu kegiatan usahatani, selagi seseorang mampu bekerja dana ada kemauan maka orang tersebut dapat bekerjasama dengan siapapun. Kerjasama tersebut bisa terjalin antar petai, petani dengan pedagang, petani dengan penyuluhan, atau kerjasama dengan yang lainnya.

2) Hubungan antara pendidikan non formal (X2) dengan motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis pendidikan non formal menunjukan bahwa nilai rs 0.009 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dan motivasi sosiologis petani. Nilai correlation 0.310**, artinya hubungan yang kuat dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara pendidikan non formal dengan motivasi sosiologis petani.Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara pendidikan non formal terhadap motivasi sosiologis petani.

Hubungan yang signifikan terjadi karena semakin sering kegiatan penyuluhan, pelatihan dan temu wicara dapat mempertemukan anggota kelompok tani sehingga mereka akan lebih sering berinteraksi dan berkerjasama dalam menyelsaikan masalah yang ada secara bersama-sama. Petani yang memiliki pendidikan non formal akan lebih mudah berinteraksi dengan petani yang lain dalam membudidayakan tanaman kopi, sedangkan petani yang memiliki pendidikan non formal yang lebih rendah akan sulit untuk berinteraksi dengan petani lain.

b. Hubungan Tingkat Motivasi Sosiologis Petani Dengan Faktor Ekstrinsik

1) Hubungan antara luas lahan (X3) dengan motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis luas lahan menunjukan bahwa nilai rs 0.005 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan dan motivasi sosiologis petani. Nilai correlation 0.333**, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara luas lahan terhadap motivasi sosiologis petani. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan motivasi sosiologis petani. Hubungan signifikan ini terjadi karena dengan adanya luas lahan dapat memotivasi petani untuk berkerjasama dengan pihak lain. Petani yang yang memiliki lahan luas atau sempit sama-sama membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain. Tanaman kopi bisa ditanam di lahan luas maupun lahan sempit,

(15)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 102

sehingga petani masih bisa untuk berkerjasama dengan pihak lain. Namun, hal ini sangat bertentangan dengan pendapatan Lains dalam Panurat (2014), beliau berpendapat luas lahan sangat mempengaruhi minat, apabila luas lahan semakin luas maka minat petani untuk berusahatani semakin tinggi.

2) Hubungan antara pendapatan petani (X4) dengan motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis pendapatan petani menunjukan bahwa nilai rs 0.022 artinya kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan petani dan motivasi sosiologis petani. Nilai correlation 0.272*, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara pendapatan petani terhadap motivasi sosiologis petani. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan petani dengan motivasi sosiologis petani.

Karena dalam membina hubungan dengan orang lain tidak perlu melihat dari pendapatan petani itu tinggi atau rendah, ia harus tetap menjaga kerjasam dalam usahatani tersebut tidak memndang tinggi atau rendahnya pedapatan petani tersebut. Kerjasama tersebut terbentuk kerana ada keinginan dari diri petani itu dengan adanaya rasa saling membutuhkan satu sama lain sehingga tidak ada batas untuk berkerjasama. Kerjasama dan berinteraksi dengan orang lain dalam membudidayakan tanaman kopi dapat dilakukan oleh siapapun tanpa melihat berapa pendapatan yang dihasilkan oleh petani itu sendiri.

3) Hubungan antara sarana saprodi (X5) dengan motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis sarana saprodi menunjukan bahwa nilai rs 0.022 artinya kedua variabel terdapat berhubungan yang signifikan antara sarana saprodi dan motivasi sosiologis petani. Nilai correlation 0.273*, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan > 0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara sarana saproditerhadap motivasi sosiologis petani. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sarana saprodi dengan motivasi sosiologis petani. Hubungan signifikan ini terjadi karena tersedianya input produksi pertanian yang mendukung dalam membudidayakan tanaman kopi dan sarana saprodi melibatkan anggota kelompok tani. Seperti adanya roasting, mesin pengupasan kulit kering, mesin bubuk kopi yang tersedia di kelompok tani,

(16)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 103

sehingga petani bisa termotivasi untuk berkerjasama dengan pihak lain. Petani pun juga bisa berintraksi dengan sesame petani dan kelompok taninya. Adanya ketersediaan sarana saprodi yang akan mendukung petani berusahatani.

4) Hubungan antara jaminan pasar (X6) dengan motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis jaminan pasar menunjukan bahwa nilai rs 0.178 artinya kedua variabel tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jaminan pasar dan motivasi sosiologis petani. Nilai correlation 0.163*, artinya hubungan yang sangat lemah dengan ketentuan 0 s/d 0.25 : korelasi sangat lemah. Maka hipotesis penelitian tidak sejalan dengan penelitian ini karena tidak terdapat hubungan nyata antara jaminan pasar terhadap motivasi sosiologis petani. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jaminan pasar dengan motivasi sosiologis petani. hubungan yang tidak signifikan ini terjadi karena petani dapat berkerjasama dengan orang lain dalam membudidayakan tanaman kopi tanpa harus memperhatikan jaminan pasar. Ada tidaknya jaminan pasar yag mendukung atau tidak mendukung petani petani akan tetap berkerjasama dengan orang lain dalam membudidayakan tanaman kopi, karena mereka hidup bermasyarakat. Pemasaran di sini juga hanya sekedar penjual pembeli hasil panen kopi dari petani dengan harga yang sudah di tentukan di pasar yang sudah ditetapkan. Harga kopi hanya disesuaikan dengan harga yang sedang berlaku sehingga kegiatan interaksi antar pedang hanya sedikit. Ada tidaknya jaminan pasar yang mendukung atau tidak mendukung, petani tetap akan bertukar pendapat dengan petani lain dalam membudidayakan tanaman kopi.

5) Hubungan antara kehadiran penyuluh (X7) dengan motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi

Berdasarkan hasil analisis kehadiran penyuluh menunjukan bahwa nilai rs 0.006 artinya kedua variabel terdapat berhubungan yang signifikan antara kehadiran penyuluh dan motivasi sosiologis petani. Nilai correlation 0.325**, artinya hubungan yang cukup dengan ketentuan >

0.25 s.d 0.5 : korelasi cukup. Maka hipotesis penelitian sejalan dengan penelitian ini karena terdapat hubungan nyata antara kehadiran penyuluhterhadap motivasi sosiologis petani. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kehadiran penyuluh dengan motivasi sosiologis petani. Hubungan signifikan ini terjadi karena dalam melakukan budidaya tanaman kopi peran penyuluh itu sangat dibutuhkan, maka dari itu dengan melakukan penyuuhan yang intens

(17)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 104

dari penyuluh membuka pola piker petani kopi di Padukuhan Tegalsari dengan diberinya penyuluhan yang rutin membuat petani lebih termotivasi dari segi sosiologis sebagai wahana bertukar pendapat.

Penyuluhan yang rutin membuat petani semakin aktif membuat petani untuk memperbaiki kebutuhan pasar sehingga harga kopi lebih baik lagi. petani dengan tingkat aktivitas penyuluhan yang tinggi akan memiliki pengetahuan lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang kurang aktif.

Pengetahuan petani ini lah yang mampun menilai baik tidaknya usaha yang sedang dilakukan.

Petani dengan pengetahuan yang tinggi akan lebih mampu bagaimana cara meningkatkan usahanya.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang mekaji motivasi petani dalam membudidayakan tanamn kopi diPadukuhanTegalsari,Desa Purwosari, KecamatanGirimulyo, Kabupaten KulonProgo, DIY, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat motivasi ekonomi petani dalam kategori sangat tinggi yaitu 82,8% dan tingkat motivasi sosiologis petani dalam kategori tinggi yaitu 75,4%.

2. Hubungan antara faktor motivasi petani dengan tingkat motivasi ekonomi petani dalam membudidayakan tanaman kopi:

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi ekonomi petani dengan pendidikan non formal, luas lahan, pendapatan petani, sarana saprodi, kehadiaran penyuluh.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi ekonomi petani dengan pengalaman bertani dan jaminan pasar.

Hubunganantara faktor motivasi petani dengan tingkat motivasi sosiologis petani dalam membudidayakan tanaman kopi:

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi sosiologis petani dengan pendidikan non formal, luas lahan, pendaptan petani, sarana saprodi, kehadiaran penyuluh.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi sosiologis petani dengan pengalaman bertani dan jaminan pasar.

(18)

Motivasi Petani dalam Membudidayakan Tanaman Kopi (Herlina, Manumono, Sudrajat) 105

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2016. Luas Tanaman Kakao. Diakses pada tanggal 02 Desember 2019.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kopi 2014 – 2016. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Nurhikmah, Siti. 2018. Pengaruh Budidaya Tanaman Kopi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masrayakat Di Kec. Subang Kab. Kuningan.Skripsi.Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univarsitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Riduawan dan Sunarto.2014. Pengantar Statistik Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis.Bandung : Alfabeta.

Suwarto, Y. Octaviyanti dan S. Hermawati. 2012. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yuwono, Tribowo. 2019.Pembangunan Pertanian: Membangun Kedaulatan Pangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dampak psikososial menunjukkan masalah lebih besar dari dampak fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk

Seorang peksos yang bekerja dalam ranah HAM, memiliki beberapa perspektif yang bisa digunakan ketika akan menangani masalah klien yang terkait dengan HAM, yaitu (i)

Pemetaan sebaran nilai percepatan tanah maksimum menunjukkan bahwa wilayah bagian utara Kabupaten Minahasa Utara merupakan daerah yang relatif lebih rawan terhadap

Penggunaan antibiotik secara rasional diartikan sebagai pemberian antibiotik yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada terhadap efek samping obat

Tahap pertama dalam pengolahan data yaitu menentukan komponen kritis pada 6 mesin screw press menggunakan metode FMEA dengan cara memberikan tabel FMEA yang telah dirancang

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan penggiat kesejahteraan hewan di Indonesia dan desainer ui/ux, penulis mendapatkan hasil bahwa diperlukannya edukasi

Apabila data yang didapat sudah tercukupi, maka tahap selanjutnya adalah training dan testing model Jaringan Syaraf Tiruan dengan beberapa variabel yang diubah-ubah

Bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter anak melui lagu dolanan anak yang nantinya akan