• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan diri penderita HIV dan AIDS studi fenomenologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerimaan diri penderita HIV dan AIDS studi fenomenologi"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Robertus Sandy Purna Putra NIM: 101114066

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Robertus Sandy Purna Putra NIM: 101114066

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kita akan lebih menghargai sisa

hidup kita ketika kita menemukan

kehidupan kita yang sebenarnya di

diri orang lain

( Mika )

Mungkin kita dilahirkan untuk kalah, tetapi kita

tidak di lahirkan untuk menyerah

( Suck Seed )

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Orangtuaku tercinta

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

Orang-orang yang ku cinta

Teman-teman BK Angkatan 2010

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI

Robertus Sandy Purna Putra

Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang Peneriman Diri Penderita HIV dan AIDS. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita umur 29 tahun yang positif menderita HIV dan AIDS, karena tertular dari suaminya. Saat ini subjek sudah memiliki seorang putrid buah cinta dari pernikahan dengan suaminya. Subjek awalnya mengalami keterpurukan dan tidak menerima keadaan dirinya yang dinyatakan menderita HIV dan AIDS. Seiring berjalanya waktu subjek mampu menerima keadaan dirinya sebagai penderita HIV dan AIDS.

Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hidup penderita HIV dan AIDS mampu menerima diri dan ingin melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Subjek juga sudah menerima akan keadaan dirinya sekarang sebagai penderita HIV dan AIDS. Keberanian subjek juga bersikap tegar dalam menghadapi penderitaan untuk melanjutkan hidupnya. Harapan untuk menikah dan mewujudkan impian-impian yang sempat tertunda.

(9)

viii ABSTRACT

SELF-ACCEPTANCE OF HIV AND AIDS SUFFERER PHENOMENOLOGY STUDY

Robertus Sandy Purna Putra

Sanata Dharma University

2017

This research is aimed at getting description of self-acceptance of an HIV and AIDS sufferer. The subject of this research was a woman aged 29 years old who was diagnosed with AIDS who got HIV from her husband. At the moment, subject already has a daughter as the result of her marriage to her husband. At first, subject was devastated and unable to accept her condition, which was diagnosed with HIV and AIDS. As time went by, subject could accept her condition as an HIV and AIDS sufferer.

This research is a phenomenology study research with qualitative method and its data collection tool is interview and observation. Data collection in this research was interview arranged based on 7 aspects of self-acceptance, which are (1) Self-knowledge (2)

Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta

penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Budi Sarwono, M.A selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak

pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis

dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.

4. Diah yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subjek dalam

penelitian ini.

5. Orangtuaku tercinta Ignatius Sutadi dan Ibu Yustina Widiastuti, serta

kakak, adik dan keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih

(11)
(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .. vi

ABSTRAK ... vii

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peneriman Diri . 12 B. HIV dan AIDS ... 17

1. Sejarah HIV dan AIDS ... 17

2. Pengertian HIV dan AIDS ... 17

3. Penularan HIV dan AIDS ... 18

(13)

xii

5. Upaya Pencegahan HIV dan AIDS ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain/ Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Metode Pengumpulan Data ... 24

D. Analisis Data ... 28

E. Validasi Penelitian ... 30

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 32

B. Subjek ... 33

C. Cara Seorang Penderita HIV dan AIDS Mampu Menerima Dirinya ... 36

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Penderita HIV dan AIDS ... 42

E. Trianggulasi Teori Penerimaan Diri ... 48

F. Trianggulasi Penerimaan Diri HIV dan AIDS ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panduan Wawancara... 24

Tabel 2. Hasil observasi………. 26

Tabel 3. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek I ... 31

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Verbatim I

Lampiran 2 Verbatim II

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah yang

mendeskripsikan mengenai fenomologi yang terjadi di lapangan. Selain itu pada

bab ini juga dideskripsikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dalam hidupnya mendambakan kehidupan yang

bahagia. Tetapi bila pada suatu kenyataan bahwa dirinya divonis menderita

suatu penyakit yang parah bahkan obat penyembuhannya belum ada, seperti

penyakit HIV dan AIDS, maka dari itu manusia menjadi putus asa. Selain itu

penderita juga akan sedih, depresi berat dan bisa sampai kehilangan arti

dalam sebuah hidup dan pada akhirnya mencari jalan pintas untuk mengakhiri

hidupnya.

Pada usia 30-39 tahun, sebanyak 393 kasus ditemukan sebanyak 116

kasus didentifikasi sebagai HIV dan 227 kasus lainya adalah AIDS.

Mengingat HIV dan AIDS berdampak pada aspek kesehatan, maka dari itu

penelitian terhadap HIV dan AIDS merupakan hal yang sangat penting utuk

menemukan solusi-solusi terbaik. Apalagi HIV dan AIDS memiliki stigma

bagi para penderitanya yang berarti melibatkan pula masalah kemanusian.

Pasuhuk (1996) menunjukan bahwa dimensi stigma dari HIV-AIDS dan

kanker mempunyai dampak negatif terhadap unsur-unsur diri dari penderita

(17)

tanpa memandang jenis penyait-penyakitnya. Dampak ini tentu juga dapat

mempengaruhi motivasi untuk memeroleh kesembuhan di pihak penderita,

pada giliranya dapat berakibat negatife bagi proses pengobatannya.

Penerimaan Diri (self aceptance) adalah kemampuan individu dalam

menyadari dan mengakui karakteristik dirinya dalam menjalani hidup tanpa

memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri. Peneriman diri yang awal

belum menerima akan dirinya menjadi mampu menerima akan dirinya. Hal

tersebut terjadi di salah satu LSM di Yogyakarta. Seringkali penderita kaget

ketika pertama kali mengetahui positif terkena HIV dan AIDS. Hal tersebut

terlihat dari perilaku penderita yang mengurung diri, menangis setiap hari,

tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat, melakukan kegitan juga tidak

mau, dan dalam dirinya hanya jengkel dan marah. Keadaan demikian tetap

terjadi meskipun banyak kegitan yuang sudah dilakukan di Lembaga

penanggulangan HIV dan AIDS, misalnya kegitan sosial, olahraga,

kunjungan lembaga lain, dan setiap bulan ada pertemuan penderita HIV dan

AIDS. Dalam penelitian ini akan melakukan fenomenologi terhadap salah

satu penderita yang terjangkit HIV dan AIDS di lembga bersangkutan terkait

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, fokus permasalahan

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Upaya apa seorang penderita HIV dan AIDS mampu menerima dirinya?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peneriman diri penderita HIV

dan AIDS?

C. Tujuan

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahaui bagaimana seorang

penderita HIV dan AIDS mampu menerima dirinya.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peneriman diri

penderita HIV dan AIDS.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat,

antara lain:

1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pengetahuan ilmu pengetahuan Bimbingan dan Konseling, khususnya

menyangkut penerimaan diri seorang penderita HIV dan AIDS.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini dapat masukan tentang pentingnya pemenuhan

(19)

menderita HIV dan AIDS, agar dapat memberikan dukungan moril dan

material si penderita

b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini masukan agar masyarakat tidak mengucilkan orang

yang hidup dengan HIV dan AIDS, sebaiknya dapat mendampingi

mereka untuk menerima dan menghadapi kenyataan hidupnya.

c. Bagi penulis

1. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya keterampilan

penulisan dalam memberikan layanan konseling, dengan

memadukan unsur-unsur penemuan akan penerimaan diri pada

konseli yang dilayani.

2. Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bekal penulis dimasa

mendatang dan mendampingi kaum muda, baik yang belum

terkena virus sebagai pencegahan maupun yang sudah terjangkit

virus tersebut supaya dapat menemukan arti dalam sebuah

kehidupan.

E. Batasan Istilah

1. Penerimaan diri merupakan sikap penderita HIV dan AIDS yang merasa

puas dengan dirinya sendiri, kualitas-kualitas, dan bakat-bakat sendiri,

serta pengakuan akan keterbatasan diri.

2. Penderita adalah seseorang yang terjangkit HIV dan AIDS

3. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang item

(20)

4. AIDS (Acquierd Immune Deficiency syndrome) adalah kumpulan gejala

atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekekbalan tubuh akibat

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penerimaan Diri

1. Definisi Penerimaan Diri

Berdasarkan kamus lengkap psikologi yang disusun oleh Bastaman

(2007), penerimaan diri diartikan sebagai sikap seseorang yang merasa

puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas, dan bakat-bakatnya sendiri,

serta pengakuan akan keterbatasan diri. Ada dua hal penting dalam arti

penerimaan diri tersebut, pertama adanya persaan puas terhadap apa yang

telah dimiliki, kedua adanya pengakuan akan keterbatasan yang

dimilikinya.

Pengakuan dan rasa puas terhadap diri dapat mendatangkan rasa

berharga. Misalnya, individu mengakui akan ketidakmampuan berjalan

bila tidak menggunakan alat bantu dan individu dapat menerima keadaan

tersebut. sikap yang demikian membuat individu tidak akan mencela diri

sendiri ketika menemukan hambatan beraktivitas akibat cacat kakinya.

Individu yang dapat menghargai diri sendiri akan membantu proses

penerimaan dirinya.

Menurut Supratiknya (2004) menerima diri adalah memiliki

penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau tidak bersikap

merendahkan terhadap diri sendiri. Ini berarti seseorang yang mampu

menerima dirinya mampu melihat kebaikan sekaligus kekurangan yang

(22)

ada dirinya. Penghargaan yang tinggi bukan berarti memiliki sikap tinggi

hati, melainkan dapat menghargai diri sendiri beserta kekurangan dan

kelebihannya. Individu yang menghargai dirinya tidak akan mencela diri

atas kekurangan yang dimiliki.

Keadaan kurang terkadang membuat individu memimpikan

keadaan yang sebaliknya, yaitu kesempurnaan, namun senantiasa berada

pada mimpi akan membuat diri melayang dan lupa diri. Individu perlu

menampak pada kenyataan yang ada tentang dirinya, agar proses

penerimaan diri menjadi lebih mudah. Schultz Duane (1991)

mengungkapkan bahwa menerima diri dimaksudkan agar individu dapat

menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri individu tersebut

bukan khayalan dan impian. Usaha yang perlu dilakukan adalah

memelihara keadaan jasmaninya, wajah, kekuatan, kelembutan yang

dimilikinya sendiri, serta memanfatkannya secara efektif. Misalnya, saat

individu memiliki kaki bengkok maka yang lebih utama dilakukan adalah

merawat kaki tersebut dan menjaganya agar tidak terkena penyakit yang

dapat memeburuk keadaan kakinya, daripada mengkhayalkan dirinya

menjadi seorang model.

Ketidakmampuan menerima diri sendiri membuat individu sering

mengeluhkan hal-hal buruk tentang dirinya kepada orang lain. Keluhan

yang tidak berkesudahan dapat membuat orang lain terganggu, sehingga

membuat orang lain menjaga jarak dengan individu tersebut. Terganggu

(23)

karena merasa tidak memiliki teman, sebaiknya jika individu dapat

menerima diri sendiri maka itu dapat memberikan persaan yang nyaman

bagi individu yang bersangkutan dan lingkungannya. Artinya diri sendiri

menjadi senang orang lain pun ikut senang.

Hurlock (1990) juga berpendapat bahwa menerima diri sendiri

dapat menimbulkan perilaku yang membuat orang lain menyukai dan

menerima remaja. Ini kemudian mendorong perilaku remaja yang baik dan

mendorong persaan menerima diri sendiri. Sikap menerima diri dapat

menentukan kebahagian seseorang.

Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa

penerimaan diri adalah kemauan individu untuk dapat mengakui dan

menerima diri apa adanya diawali proses mengetahui kelebihan,

kekurangan, dan atribut pribadi lainnya, sehingga individu mampu

membadingkan antara dirinya yang ideal dengan yang riil. Selanjutnya

individu mampu menyesuaikan diri dengan keadaaanya dengan cara

memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif dan memiliki tanggung

jawab untuk melakukan perubahan kearah positif tidak mengritik dan tidak

bersikap merendah diri, menerima pujian secara wajar dan mampu

memberikan pujian, sehingga timbul rasa menghargai diri sendiri, mampu

bersikap baik dan berani mengungkapkan diri kepada lingkungan. Dampak

yang ditimbulkan adalah persaan membuat diri sendiri dan orang lain

mersa senang.

(24)

2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri

Sobur (2009) mengemukakan beberapa Aspek-aspek yang

terkandung dalam penerimaan diri, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan Diri

Menurut Bastaman (2007) proses penerimaan diri dapat ditempuh

melalui pengetahuan terhadap diri sendiri terutama keterbatasan diri

sehingga individu tidak berbuat berpura-pura sanggup melakukan sesuatu.

Pengetahuan diri dapat dilakukan dengan mengenal diri, baik secara

internal maupun eksternal. Mengenal secara internal dapat dilakukan

dengan cara menilai diri sendiri dalam hal kelebihan, kelemahan,

sifat-sifat, dan lain-lain. Seacara eksternal pengenalan diri dilakukan dengan

cara menilai diri menurut pandangan orang lain.

b. Peneriman Diri Pantulan (reflected self-acceptance)

Penerimaan diri pantulan yaitu membuat kesimpulan tentang diri

kita berdasarkan penangkapan kita tentang bagaimana orang lain

memandang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta

pendapat orang lain tentang diri sendiri (Supratiknya, 2004).

c. Penerimaan Diri Dasar (basic self-acceptance)

Penerimaan diri dasar yaitu keyakinan bahwa diri diterima secara

intrinsic dan tanpa syarat. Penerimaan diri dasar ini lebih berorientasi pada

urusan personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima diri

apa adanya serta tidak menempatkan standar atau syarat yang tinggi di luar

(25)

d. Pembandingan antara yang Real dan Ideal (real-ideal comparison)

Pembandingan antara yang real dan ideal yaitu penilaian tentang

diri yang sebenarnya di bandingkan dengan diri yang di impikan atau yang

di inginkan (Supratiknya, 2004). Kesenjangan antara diri ideal dan real

hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah

frustasi.

e. Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri mengandung arti bahwa penerimaan diri dapat

ditempuh dengan upaya mengasah keberanian untuk mengungkapkan diri

(pikiran, perasaan atau lainnya) kepada orang lain (Supratiknya, 2004).

Pengungkapan diri dapat member informasi kepada individu tentang siapa

dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback

yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya.

Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif

sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian

yang sehat dari pada cara agresif maupun pasif. Menurut (Sobur, 2009)

elemen penting dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol

emosi. Upaya mengontrol emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif,

sebab didalam asertif terdapat pengontrolan emosi sehingga pengungkapan

diri antar individu yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan tidak

(26)

f. Penyesuaian Diri

Menurut Bastaman (2007) di dalam penerimaan diri terdapat

penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri

menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya,

ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya maka individu harus

menyesuaikan diri dengan cacat tersebut agar cacatnya dapat diterima

menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu

menyesuaikan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi

negative bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa,

frustrasi, mengacuhkan dirinya,dll. Reaksi tersebut menunjukkan

bahwa individu berupaya melakukan penolakan terhadap cacat

tubuhnya. Jika keadaan ini di biarkan maka individu tidak akan

mampu menerima dirinya.

g. Memanfaatkan potensi secara efektif

Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara

efektif dapat membantu terciptanya penerimaan diri. Supratiknya

(2004) mengatakan bahwa penerimaan diri berarti mampu menerima

diri apa adanya dan memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif.

Pendapat Hurlock (1990) mengandung dua hal, yaitu: pertama, proses

penerimaan diri terdapat kemampuan untuk mengenali potensi diri.

Kedua, ada upaya yang positif untuk memanfaatkan apa yang

dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk mencapai masa depan

(27)

3. Ciri-Ciri Penerimaan Diri

Hurlock (1990) mengemukakan beberapa cirri penerimaan diri

untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dengan

orang yang menolak keadaan diri. Berikut ini adalah cirri dari orang

yang menerima keadaan dirinya:

a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis

terhadap keadaannya dan menghargai dirinya sendiri.

b. Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa

terpaku pada pendapat oranglain.

c. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat

pada dirinya sendiri secara irasional.

d. Menyadari asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk

menarik atau melakukan semua keinginannya.

e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peneriman Diri

Hurlock (1990) mengemukakan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam peneriman diri adalah:

a. Adanya Pemahaman tentang Diri Sendiri

Hali ini timbul adanya kesempatan seseorang untuk

mengenali kemampuan dan ketidakkemampunya. Individu yang

dapat memahami dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari

(28)

untuk penemuan diri sendiri, maksudknya semakin orang dapat

memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima dirinya.

b. Adanya Hal yang Realistik

Hali ini timbul jika individu menentukan sendiri harapanya

dengan disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuanya,

dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuanya

dengan memiliki harapan yang realistik, maka akan semakin besar

kesempatan tercapainya harapan itu, dan hal ini akam

menimbulkan kepuasan diri yang merupakan hal penting dalam

peneriman diri.

c. Tidak Adanya Hambatan di Dalam Lingkungan

Walapun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik,

tetapi jika lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan

atau bahkan menghalangi, maka harapan individu tersebut akan

sulit tercapai.

d. Sikap-sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan

Tidak menimbulkan prasangka, karena adanya penghargaan

terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu

mengikuti kebiasaan lingkungan.

e. Tidak Adanya Gangguan Emosional yang Berat

Akan terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik

(29)

f. Pengaruh Keberhasilan yang Dialami, Baik Secara Kualitatif

Maupun Kuantitatif

Keberhasilan yang dialami individu akan dapat

menimbulkan peneriman diri dan sebaliknya jika kegagalan yang

dialami individu akan dapat mengakibatkan adanya penolakan

diri.

g. Identifikasi Dengan Orang yang Memiliki Penyesuian Diri yang

Baik

Individu yang mengenidentifikasi dengan individu yang

memiliki penyesuian diri yang baik akan dapat membangun

sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku

dengan baik yang menimbulkan penilaian diri yang baik dan

peneriman diri yang baik

h. Adanya Perspektif Diri yang Luas

Yaitu memperhatikan pandangan orang lain tentang diri

perspektif yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan

belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang

peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perpektif

dirinya.

i. Pola Asuh Dimana Kecil yang Baik

Seorang anak yang diasuh secara demokratis akan

cenderung berkembang sebagai individu yang dapat menghargai

(30)

j. Konsep Diri yang Stabil

Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan

sulit menunjukkan pada orang lain, siapa ia yang sebenarnya,

sebab ia sendiri ambivelen terhadap dirinya.

Ada faktor lain yang dapat mengambat peneriman diri yaitu

konsep diri yang negatif, kurang terbuka dan kurang menyadari

perasan-perasan yang sesungguhya, kurang adanya kenyakinan

terhadap diri sendiri, merasa rendah diri

Sedangkan menurut Sobur (2009) faktor-faktor yang

menghambat peneriman diri, antara lain:

a. Sikap anggota masyarakat yang tidak menyenagkan atau

kurang terbuka

b. Adanya hambatan dalam lingkungan

c. Memiliki hambatan emosional yang berat

d. Selalu berfikir negatif tentang masa depan

Pendapat lain dikemukakan oleh Bastaman (2007)

mengenai beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan

hidup tak bermakna. Komponen-komponen tersebut adalah:

a. Pemahaman Diri ( Self Insight)

Yakni meningkatkan kesadaran atas buruknya kondisi

diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan

(31)

b. Makna Hidup ( The Meaning Of Life)

Nilai-nilai penting yang bermakna bagi kehidupan

pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang

harus dipenuhi dan pengarah kegitan-kegitannya.

c. Pengubahan Sikap (Changing Attitude)

Merubah diri yang bersikap negatif menjadi positif dan

lebih tepat dalam menghadapi masalah.

d. Keikatan Diri (Self Commitment)

Merupakan komitmen individu terhadap makna hidup

yang ditetapkan. Komitmen yang kuat akan membawa diri

pada hidup yang lebih bermakna dan mendalam.

e. Kegiatan Terarah (Directed Activities)

Suatu upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan

sengaja, berupa pengembangan potensi pribadi yang positif

serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk mencapai tujuan

hidup.

f. Dukungan Sosial (Social Support)

Yaitu hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang

akrab, dapat dipercaya, dan selalu memberi bantuan pada

(32)

B. HIV dan AIDS

1. Sejarah HIV dan AIDS

Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981.

Meskipun demikian dari beberapa literature sebelumnya ditemukan kasus

yang cocok dengan definisi surveilans AIDS, dimana para peneliti

Amerika mendiagnosa duabelas kasus infeksi opurtunitik pada kaum

homoseksual, Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006). Dalam kasus-kasus

ini mereka mengobservasi jika bakteri, virus, fungi dan protoa yang

biasanya tidak merugikan manusia tetapi disini dapat menimbulkan infeksi

berat seperti radang paru, radang selaput otak, radang lambung yang cukup

fatal. Setelah diteliti, infeksi itu sebagai suatu manifestasi dari suatu

divensi pada item kekebalan tubuh yakni kerapuhan definisi tubuh. Maka

disebutlah fenomena itu AIDS.

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh

departemen kesehatan RI tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara

belanda di Bali. Kasus yang kedua ditemukan pada bulan maret 1987 di

rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada pasien hemophilia dan termasuk

jenis nonprogreor artinya kondisi kesehatan dan kekebalan cukup baik

selama 17 tahun tanpa pengobatan serta masih berobat jalan sampai tahun

2002, Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006)

2. Pengertian HIV dan AIDS

AIDS sinngkatan dari (Acquierd Immuno Deficiency Syndrome)

(33)

infeksi oleh Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk

family retroviridae, AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV,

Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006)

AIDS (Acquierd Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan

gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh.

Berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri disebabkan virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus). Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat

yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. virus ini

berkembang biak pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih

seperti darah, cairan plasenta, air mania tau cairan sperma, cairan sumsum

tulang, cairan vagina, air susu ibu.

3. Penularan HIV dan AIDS

AIDS adalah penyakit yang berkaitan dengan pola hidup, siapa saja

bisa mengidap AIDS tetapi ada beberapa orang yang beresiko besar

terjangkit virus HIV. Kelompok-kelompok tersebut antara lain:

a. Homoseksual dan Biseksual

Kaum homoseksual dalam hal ini adalah pasangan sejenis

laki-laki dengan laki-laki-laki-laki, melakukan aktifitas seksualnya secara anal. Oleh

karena itu resiko mengalami luka sangat besar. Jika ada bagian yang

luka dan salah satu pasangan ada yang terinfeksi virus HIV maka virus

(34)

b. Pemakai obat terlarang melalui suntikan

Jika jarum suntik tersebut habis digunakan oleh seorang yang

terinfeksi HIV, kemudian jarum suntuk tersebut digunakan oleh orang

lain lagi, maka orang lain tersebut sangat beresiko tertular HIV.

c. Pengidap hemophilia atau gangguan koagulasi lainnya

Hemophilia yaitu penyakit yang berhubungan dengan darah.

Sehingga penderitanya harus sering mendapat tranfusi darah. Jika

darah yang ditranfusi tersebut sudah terdapat virus HIV maka akan

sangat mudah penularannya kependerita hemophilia tersebut.

d. Kontak heteroseksual dengan penderita AIDS atau dalam resiko AIDS

Jika homoseksual aktivitas seksualnya dengan sejenis maka

heteroseksual aktivitas seksualnya laki-laki dengan perempuan. Bila

salah satu pasangan sudah ada yang tertular, maka virus akan mudah

masuk ke tubuh pasangan yang lainnya melalui cairan yang terdapat

pada alat kelaminnya.

e. Orang yang pernah ditranfusi darah dan darah tersebut positif HIV

Hal ini sudah jelas sekali karena virus HIV ini penularannya

paling cepat melaui darah ke darah.

f. Bayi yang lahir dari ibu yang telah terinfeksi HIV

Penularan melalui ASI yang diberikan oleh ibu kepada bayinya

karena ASI itu sebenarnya adalah darah. Oleh karena itu ibu yang

(35)

4. Tahapan Dari Infeksi Virus HIV Sampai AIDS

Menurut UN AIDS (lembaga dibawah PBB yang mengurusi

masalah HIV-AIDS) dalam sebuah situsnya menyebutkan ada beberapa

tahapan ketika mulai terinfeksi HIV sampai timbul gejala AIDS:

a. Tahap 1: Periode jendela

HIV masuk kedalam tubuh sampai terbentuknya antibody

terhadap HIV dalam darah tidak ada tanda-tanda khusus, penderita

HIV tampak sehat dan merasa sehat, tes HIV belum bisa mendeteksi

keberadaan virus ini. Tahap ini umumnya berkisar 2 minggu-6 bulan.

b. Tahap 2: HIV positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun

HIV berkembang biak dalam tubuh, tidak ada tanda-tanda

khusus penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat, tes HIV sudah

dapat mendeteksi status HIV seseorang karena telah terbentuk

antibody terhadap HIV. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10

tahun tergantung daya tahan tubuhnya.

c. Tahap 3: HIV positif (muncul gejala)

Item kekebalan tubuh semakin turun, munculnya gejala infeksi

opurtuni seperti pembengkakan kelenjar limfa, diare, flu,dll. Umumnya

berlangsung selama lebih dari 1 bulan tergantung daya tahan tubuhnya.

d. Tahap 4: AIDS

Kondisi item kekebalan tubuh lemah, berbagai penyakit lain

(36)

5. Upaya Pencegahan HIV dan AIDS

Kontak biasa dengan penderita AIDS tidak mudah membuat orang

terkena penyakit itu. Sampai saat ini belum ada kasus yang dilaporkan

berkaitan dengan hal ini. Petugas kesehatan dan laboratium harus meneliti

prosedur standar keamanan bila mengenai darah dan sampel dari pasien

yang mengidap penyakit menular termasuk AIDS, harus hati-hati jangan

sampai terluka oleh jarum suntik.

Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan

dibeberapa Negara dan amat dianjurkan oleh badan kesehatan WHO

sebagai upaya pencegahan HIV dan AIDS antara lain :

a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa

b. Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai

kelompok sasaran

c. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik dalam

memberikan penyuluhan

d. Paket pencegahan komperhensif untuk pengguna narkoba, termasuk

pengadaan jarum suntik steril

e. Program pendidikan agama

f. Pelatihan keterampilan hidup

g. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling

Program pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa

(37)

universitas dan remaja yang ada di luar supaya tepat sasarannya, D.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang desain/jenis penelitian, subjek

penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, dan validitas penelitian.

A. Desain/ Jenis Penelitian

Penelitian studi fenomenologi merupakan jenis penelitian kualitatif.

Studi kasus adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam

untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang studi kasus dan

pendidikan yang diteliti, dan menggunakan satu subyek. Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam studi kasus adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Hal itu karena studi kasus merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia.

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi fenomenologi

terkait dengan judul adalah, penghayatan sendiri berarti kesadaran diri dalam

menghadapi suatu peristiwa yang kemudian menjadi sebuah pengalaman.

Kesadaran diri merefleksikan pada sesuatu yang dilihat, dipikirkan, diingat

dan diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi studi kasus.Penelitian ini

dibuat untuk mendapatkan deskripsi mengenai penghayatan kehidupan

penderita HIV dan AIDS yang notabene menjalani kehidupan selibat.

Penelitian ini juga akan mempelajari bagaimana penderita HIV dan AIDS

(39)

merasakan dan mengalami kehidupan seksualitas dan bagaimana cara

mengelolanya.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang dipilih pada penelitian ini ialah seorang penderita HIV

dan AIDS, yang bernama Diah, umur 29 tahun. Tempat tinggal Diah di

Kalasan bersama ibunya dan anaknya. Diah bekerja di LSM sebagai

motivator, agama Diah Islam.

C. Metode Pengumpulan Data

Ada empat macam metode pengumpulan data pada peneltian kualitatif,

yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi (Muhadjir, 2000).

Penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam juga

observasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat mengumpulkan informasi-informasi

yang dibutuhkan peneliti secara lisan. Peneliti menggunakan teknik

wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Langkah-langkah yang

dilakukan peneliti adalah menetapkan kepada siapa wawancara itu akan

dilakukan, menyiapkan pokok-pokok yang akan dibicarakan, menuliskan

hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak

lanjut wawancara yang telah di diperoleh Moleong (2009). Selain itu

peneliti menyiapkan alat rekam suara seperti tape recorder ataupun

handphone untuk merekam hasil wawancara dengan subjek. Hasil

(40)

menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Dalam

penelitian ini peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstruktur.

Panduan wawancara terstruktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Panduan wawancara

NO ASPEK ITEM PERTANYAAN

1. Pengetahuan Diri Internal

a. Diah apa hoby anda?

b. Menurut anda apa

kekurangan yang anda miliki?

External

a. Bagaimana pendapat dari orang lain mengenai diri anda?

b. Apakah pendapat orang lain mempengaruhi perubahan diri anda

2. Peneriman Diri Pantulan a. Apakah anda pernah menanyakan pendapat orang lain mengenai diri anda dan apa pendapat orang tersebut? 3. Peneriman Diri Dasar a. Apakah anda puas dengan

keberadaan diri anda? b. Kalau tidak kenapa?

4. Pembadingan Real dan ideal a. Menurut anda type orang seperti apa?

b. Anda ingin menjadi orang yang seperti apa?

5. Pengungkapan Diri a. Upaya apa yang anda lakukan untuk merubah diri anda lebih baik?

b. Apa komunikasi upaya tersebut?

c. Apakah dalam berkomunikasi

tersebut anda mengungkapkan pikiran atau

perasan anda?

6. Penyusuain Diri a. Bagaimana respon anda

(41)

b. Apa yang anda pikirkan dan rasakan saat itu?

c. Apakah anda dapat menerima kondisi saat ini?

7. Memanfatkan potensi secara

efektif

a. Adakah kegiatan yang mendukung hoby?

b. Sering anda mengikuti kegiatan tersebut?

c. Apakah menurut anda kegiatan tersebut bermanfaat? d. Perubahan apa yang terjadi

dalam diri anda setelah mengikuti kegitan tersebut?

2. Observasi

Teknik pengumpulan data kedua yang dilakukan oleh peneliti

adalah observasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan

peneliti untuk mengamati perilaku dan proses kerja subjek. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif moderat

dengan terlibat dalam kegiatan sehari-hari subjek. Sambil melakukan

pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh subjek

dalam beberapa kegiatan. Dengan observasi pastisipan ini, maka data yang

diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat

makna dari setiap perilaku yang nampak. Dalam setiap observasi ini

peneliti menyiapkan catatan lapangan untuk mencatat setiap perilaku dan

proses kerja subjek sebagai sumber data. Catatan lapangan juga sering

digunakan peneliti ketika dalam proses menjalankan teknik wawancara

(42)

Table 2. Hasil Observasi

Perilaku Pikiran Perasaan

(43)

tulisan-Analisis data pada penelitian ini ialah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan

lapangan yang didapatkan melalui observasi secara langsung, sehingga mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain. Proses analisis

data sendiri dimulai dari pembuatan verbatim melalui rekaman wawancara,

reduksi data, coding, dan analisisnya. Verbatim adalah percakapan wawancara

dengan cara menuliskan setiap kata per kata jawaban dan pertanyaan yang

sudah diajukan kepada subjek. Sebelum menganalisis, peneliti melakukan

proses reduksi data. Selanjutnya peneliti menentukan coding untuk

(44)

sendiri hanya diketahui oleh peneliti. Selanjutnya peneliti membuat analisis

berdasarkan data yang sudah ada, dan menyajikannya dalam bentuk teks

deskriptif. Berikut ini merupakan prosedur kerja reduksi data dan coding

dalam membantu analisis penelitian ini:

1. Reduksi Data

Reduksi data peneliti mengidentifikasi adanya satuan yaitu bagian

terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan

dengan fokus dan masalah penelitian (Moleong, 2009). Setelah itu peneliti

mulai memilah-milah hal penting, merangkum data, mencari pola atau

tema dan membuang data-data yang tidak perlu

2. Pengkodean/Coding

Pengkodean/coding yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengkodean terbuka/open coding (Muhadjir 2000). Pengkodean terbuka

merupakan bagian dari analisis yang terutama berkaitan dengan pemberian

nama dan melalui pemeriksaan data yang cermat. Dalam penelitian ini

hanya ada dua prosedur yang digunakan oleh peneliti yaitu:

a. Pelabelan Fenomenologi

Pelabelan study kasus, peneliti memisah-misahkan amatan,

kalimat, paragraf, dan menamai insiden, ide, atau peristiwa-peristiwa

dengan sesuatu yang mewakili study kasus. Kalau tidak, maka akan

menemukan kesulitan dan sangat kebingungan karena akan terlalu

banyak nama (Muhadjir 2000). Peneliti menggunakan kode yang

(45)

b. Variasi cara pengkodean terbuka

Terdapat beberapa cara pendekatan terhadap proses

pengkodean terbuka yaitu, analisis dengan pengkodean baris per baris,

per kalimat atau paragraf, dan analisis dengan pengkodean yang

menggunakan seluruh dokumen, pengamatan, atau wawancara.

Penelitian ini sendiri menggunakan analisis dengan pengkodean

kalimat per kalimat atau paragraf. Peneliti menentukan gagasan utama

yang terkandung dalam kalimat atau paragraf dari wawancara dan

catatan lapangan dan memberikannya nama/kode. Selanjutnya

dilakukan analisis yang lebih rinci melalui pengkodean yang telah

dibuat oleh peneliti (Muhadjir 2000).

E. Validitas Penelitian

Dalam wawancara untuk mengumpulkan informasi, peneliti

menggunakan teknik triangulasi untuk melihat validitas penelitian. Moleong

(2009) menjelaskan bahwa ada dua jenis triangulasi yaitu, triangulasi teknik

dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peniliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara

mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Data diperoleh dari beberapa

(46)

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009). Hal itu dapat

dicapai dengan jalan, Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan hasil wawancara

(47)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang pelaksaaan penelitian, dan informasi-informasi yang

telah diperoleh di lapangan sebagai hasil studi fenomenologi dengan metode

seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya. Informasi diperoleh langsung dari

subjek dan dari pihak terkait. Penulis berusaha mendalami tentang keadaan

subjek.

A.Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dengan Subjek dimulai pada hari kamis, tanggal 2

November 2015 dengan datang ke LSM. Peneliti mempersiapkan pedoman

wawancara, perekam suara berupa handphone dan surat persetujuan untuk

menjadi subjek. Penelitian terus berlanjut sampai pada awal bulan Desember.

Sebelum melakukan penelitian tentunya peneliti sudah melakukan

pendekatan dengan Subjek penelitian baik melalui media sosial, alat

komunikasi, maupun bertemu langsung. Berikut agenda pertemuan peneliti

dengan Subjek, dan Informan terkait:

Tabel 3. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek, dan informan

SUBJEK

No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan 1. Senin, 2

November 2015

Wawancara Kegiatan Subjek di LSM

2. Kamis, 5

November 2015

Wawancara Pandangan Subjek mengenai peneriman diri

3. Selasa, 10 November 2015

Wawancara Aspek-aspek peneriman diri berdasarkan pedoman

wawancara yang telah dibuat oleh peneliti

(48)

4. Senin, 16 November 2015

Menggali Informasi Informasi mengenai data diri subjek

5. Rabu, 18

November 2015

Mengggali informasi

Melihat kegiatan subjek dari pagi sampai siang

6. Jumat, 20 November 2015

Wawancara a. Latar belakang kehidupan keluarga

b. Lingkungan Fisik, sosio ekonomi, dan sosio kultural

c. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan

wawancara yang telah dibuat

B.Subjek

1. Penghimpunan Data Subjek

Nama : Diah

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 18 Febuari 1986

Usia : 29

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jawa Tengah

Alamat Sekarang : Yogyakarta

Penampilan Fisik : Tinggi, putih agak hitam, mata sipit

Penampilan Psikis : Tenang, murah senyum, tegas

2. Sejarah subjek

Berawal dari chating Diah berkelanan dengan N saling tukar

(49)

Diah berpacaran dengan N, seiring berjalanya waktu keduanya menikah dan

dikarunia anak. Hari terus berjalan dan rasa keluargaan yang kental,

keharmonisan selalu muncul dalam keluarga tersebut. Entah kenapa Diah

yang begitu sabar dan baik hati selalu salah dimata N. Waktu itu sempat

KDRT, namun tidak sampai kefisik hanya bicara kotor dan tidak sopan

terhadap wanita. Tingkah laku N yang seharusnya tidak perlu dilakukan

seperti narkoba dan minuman keras, tapi N tetap saja melakukan bersama

teman-temannya. Dengan sabar Diah selalu berdoa dan sholat, semoga N

segera sadar akan kelakuanya. Tidak terduga pada tanggal 8 Desember 2006

N meningal dunia karena narkoba, Diah dan keluarga besar sudah

mengikhlaskan perginya N. Setelah 3 hari meninggal dunia N, Diah pergi ke

rumah sakit untuk periksa dan hasilya positif terkena HIV dan AIDS.

Diah hanya merenung dan diam lesu dirumah sakit, 2006-2008

Diah belum bisa menerima akan penyakit yang Diah derita. Dari situ Diah

menyadiri apabila penyakit HIV dan AIDS yang terus dipirkan

lama-kelaman hanya bersedih dan jengkel. Hati yang sudah diketuk untuk

semangat dan menjalani hidup dengan baik Diah tergugah dari pikiran yang

negatif menjadi positif. 2 tahun yang begitu lama dan pengobatan yang terus

dilakukan, namun sampai sekarang penyakit HIV dan AIDS yang diderita

Diah belum bisa disembuhkan. Diah ikhlas menerima keadaan yang sampai

saat. Yang berlalu sudahlah berlalu, semua itu hanya cobaan dan menjadi

(50)

3. Analisis Data Subjek

a. Latar belakang kehidupan keluarga

Keluarga besar Diah beragama Islam, kedua orang tuanya tinggal

diyogyakarta. Diah anak yang terakhir dari 5 bersaudara. Diah tinggal

bersama mertua dan putrinya. Kedua orang tua Diah ibunya sudah

meninggal dan bapaknya menikah lagi.

b. Lingkungan fisik, sosio-ekonomi dan sosio kultural

Lingkungan daerah asal Diah termasuk golongan menengah dalam

hal ekonomi karena Diah tinggal di daerah perumahan. Kebanyakan

masyarakat di sana bekerja di kantoran setempat. Lingkungan sosialnya

baik tidak ada saling menjatuhkan dan saling membantu. Sosio-kultural

di daerah Diah kebanyakan asli suku Jawa. Tidak banyak pendatang yang

tinggal di daerah mereka.

c. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan

Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan Diah sangat baik jika

berdasarkan rekam medisnya. Walaupun Diah terkena penyakit HIV dan

AIDS Diah tetap percaya diri dan penyakit tersebut tidak ada.

Pengalaman Diah tersebut tidak mempengaruhi kondisi

kesehatannya sampai saat ini, Diah tidak mengingat hal itu sebagai

pengalaman yang menyakitkan sehingga hal itu tidak mempengaruhi

(51)

d. Perkembangan sosial dan status sosial sekarang ini

Perkembangan sosial Diah cukup menarik. Diah merupakan tipe

pribadi yang cukup mudah membangun hubungan dengan orang lain.

Jiwa sosial yang tinggi Diah disegani oleh teman dan keluarga.

Tolong-menolong sebagai kewajiban bagi Diah dan pada saat diah perlu bantuan

pasti sekelilingnya juga membantu Diah.

e. Ciri-ciri kepribadian

Diah memiliki kepribadian yang baik. Diah dikenal sebagai pribadi

yang cukup tenang. Baik itu dalam mengerjakan tugas dan tanggung

jawabnya, maupun mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya maupun

lingkungannya. Diah adalah pribadi semangat, ulet dan ramah kepada

orang lain. Diah tipe orang yang suka menghabiskan waktu sendirian dan

menikmati emosi yang dalam dirinya.

C. Cara Seorang Penderita HIV dan AIDS Mampu Menerima Dirinya 1. Pengetahuan Diri

Semua kegitan harus dilakukan dan perlu dicoba, hal baru

merupakan tantangan bagi kita sebelum melakukan dan mencoba agar

hasilnya sempurna. Hoby merupakan kegiatan yang telah digeluti selama

hati dan perasan yang telah diketuk agar tangan dan pikiran berjalan selama

melakukan apa yang kita inginkan. Entah itu hobynya membaca buku,

kuliner dan memasak. Dari situ apabila kegitan itu membuat hati senang

pasti hoby tersebut akan memuaskan dan bangga akan dirinya. Hoby

(52)

apabila kita malas-malasan dan tidak melakukan hal baru, pasti hanya itu-itu

aja yang dilakukan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

Hoby saya memasak, kuliner dan membaca buku mas. Tapi yang paling aku suka adalah memasak, biasa mas jadi ibu kalau gak bisa masak gak enak sama mertua. Dan yang enggak saya suka adalah mencuci pring, gelas dan perabotan masak.

Pernyataan Diah diatas menunjukkan bahwa hoby yang digeluti

luar biasa. Dari situ Diah ingin menunjukan bahwa Diah mampu melakukan

apa yang diinginkan. Tetapi ada sisinya yaitu malas, dari situ kekurangan

dan kelebihan Diah. Saya menyimpulkan hoby merupakan kegitan yang

membuat kita senang, terkadang kalau melalakukan hoby tidak dari hati dan

hanya asal-asalan hasilnya kurang memuaskan.

Pendapat dari orang lain terkadang menyakitkan, apakah itu

masukan atau sidiran yang membuat kita jatuh. Banyak orang itu masukan

agar kedepanya menjadi lebih baik. Tujuan untuk saling terbuka dan

kepercayaan membuat kita tidak sungkan pada saat bercerita dengan teman

maupun keluarga. Dari situ kita dapat masukan pendapat dari seseorang

yang dipercaya, entah itu rahasia atau sharing tentang sifat dan tingkah laku

sehari-hari. Ini kutipan saya dengan Diah.

Bagaimana pendapat orang lain mengenai diri anda?

kata orang-orang saya itu pantang menyerah, semangat, percaya diri dan tolong menolong. Selama saya bisa ya saya lakukan dengan cara apapun. Sesuatu itu kalau dilakukan dengan hati pasti hasilnya baik

Pernyataan Diah diatas menunjukkan bahwa kepribadian Diah jiwa

(53)

disegani oleh teman maupun keluarga. Tindakan merupakan awal kita yang

akan dinilai oleh orang lain, apakah bisa dipercaya atau sebaliknya. Maka

dari itu banyak-banyaklah bersyukur dan tolong menolong.

2. Peneriman Diri Pantulan

Seseorang akan menyimpulkan tentang diri kita berdasarkan

penangkapan kita tentang bagaimana orang lain memadang diri kita. Hal

tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta pendapat orang lain mengenai

tentang diri sendiri. Dengan cara tersebut kekurangan dan kelebihan kita

dapat dinilai oleh orang lain. Kutipan wawancara dengan Diah:

Apakah anda pernah menanyakan pendapat orang lain mengenai diri anda?

Pernah mas, pendapatnya oramg-orang saya tenang, bertanggung jawab, pantang menyerah. Saya kalau menanyakan diri saya dengan ibu mertua terkadang sam teman saya mas, dari situ saya tau tentang diri saya.

Melihat dari wawancara Diah sering bercerita dengan ibu

mertuanya etah itu bercerita dirinya sendiri atau anaknya. Kedekatan

dengan keluarga merupakan tanda keharmonisan yang untuh dan sangat

tinggi nilainya. Orang lain yang dekat dengan kita sering juga memberikan

saran dan pendapat agar kedepanya menjadi baik.

3. Peneriman Diri Dasar

Keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsic dan tanpa syarat.

Peneriman diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan personal individu.

Individu mampu menghargai dan menerima diri apa adanya serta tidak

(54)

Kemampuan mampu mengukur diri kita, sampai mana kekuatan kita dan

kekurangan yang perlu diperbaiki. Kutipan wawancara dengan Diah:

Apakah anda puas dengan keberadaan diri anda ?

Puas, dengan keadaan seperti ini saya bangga akan diri saya, walupun saya punya penyakit tidak membuat saya lemah, malah menjadi semangat hidup.

Apabila kita mempunyai prinsip yang kuat dan yakin semua apa

yang kita miliki akan menjadi kemampuan kita untuk melakukan sesuatu

entah itu tugas berat atau ringan. Setiap individu pasti mempunyai

kekurangan dan kelebihan, dari situ bagaimana cara kita menghargai

tentang hidup. Semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Keluarga dan

sahabat hanya dorongan semangat unyuk menjalani kehidupan. Tidak ada

kata menyerah dan menyesal sebelum kita melakukan atau mencoba.

4. Pembandingan Antara Yang Real dan Ideal (real-ideal comparison) Penilaian tentang diri yang sebenarnya di bandingkan dengan diri yang di impikan atau yang di inginkan. Kesengjangan antara diri ideal dan

real hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah

frustasi. Kepribadian seseorang terkadang dibadingkan oleh orang lain,

bagaimana penampilan saya, selama ini perbuatan apa yang telah aku

lakukakan terhadap orang lain, bermanfaat atau tidak bagi orang lain.

Hal-hal seperti itu perlu dipertanyakan pada diri kita. Kutipan wawancara

dengan Diah

Anda ingin menjadi orang yang seperti apa?

(55)

Keinginan seseorang menjadi lebih baik dan kemarin tindakan

yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Sesuatu apabila dilakukan dengan

ikhlas pasti hasilya berkah, dari situ kita bisa menilai kemampuan kita.

Kekurangan tidak mengurangi harga diri kita, maka dari itu berbuatlah

baik pada orang lain agar kita dihargai dan disegani.

5. Pengungkapan Diri

Peneriman diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian

untuk mengungkapkan diri (pikiran dan perasaan) kepada orang lain.

Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang siapa

dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback

yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya.

Pengungkapan pikiran atau persaan hendaknya dilakukan secara asertif

sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian

yang sehat dari pada cara agresif maupun pasif. Kutipan wawancara dengan

Diah:

Upaya saya untuk merubah diri ialah tanyakan pada diri saya dan mengetuk hati saya, apakah saya baik kepada orang lain, anak, dan keluarga Semua itu selalu saya tanyakan pada diri saya, entah saya merenung dan sholat. Komunikasi sering saya dengan keluarga terutama anak dan ibu. Saya selalu sharingkan kepada ibu dan anak, dengan itu kejujuran dan keterbukaan selalu saya utamakan demi keluarga yang harmonis.

Ungkapan yang begitu luar biasa dari Diah, dengan kemampuan

pikiran dan perasaan semua jadikan satu demi kelurga dan orang lain.

Dengan situasi apapun apabila di bawa dengan pikiran dan perasaan yang

(56)

ialah mendekatkan pada tuhan agar kemampuan, pikiran, dan persaan

selalu hadir pada saat kita terjatuh dan saat kita lemah.

6. Penyesuian Diri

Dalam penyesuian diri individu tidak mampu menyesuikan diri

menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika

individu memiliki cacat pada tubuhnya maka individu harus menyesuikan

diri dengan cacat tersebut agar cacatnya dapat diterima menjadi bagian dari

dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu menyesuiakan diri maka individu

cenderung mengembangkan reaksi negative bagi dirinya seperti terus

menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dll. Reaksi

tersebut menunjukan bahwa individu berupaya melakukan penolakan

terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu tidak

akan mampu menerima dirinya. Kutipan wawancara dengan Diah:

Respon saya saat terkena HIV-AIDS saya diam, merenung dan saat itu saya kan dirumah sakit hanya tidur kalau tidak sholat biar tenang. Yang saya rasakan dan dalam pikiran saya jengkel, marah dan kenapa harus saya terkena penyakit ini kok tidak yorang lain. Lama kelaman saya menyadari apabila saya seperti ini terus saya hanya mengeluh dan putus asa. Lebih baik saya jalani dengan keadaan seperti ini. Dan saya bisa menerima semua ini dengan tegar.

Peneriman diri dan penyesuian diri yang kuat bagi Diah yang

awalnya tidak menerima akan keadaanya dan butuh waktu yang lama bisa

menerima akan penyakit yang Diah alami. Pikiran dan perasan yang

membuat Diah untuk berfirkir keras, dengan doa Diah bisa menerima

keadaanya. Arti dalam perjuangan menghasilkan benih-benih pengharapan

(57)

7. Memanfatkan Potensi Secara Efektif

Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif

dapat mebantu terciptanya peneriman diri. Proses peneriman diri terdapat

kemampuan untuk mengenali potensi diri. Upaya yang positif untuk

memanfaatkan apa yang dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk

mencapai masa depan yang baik. Kutipan wawancara dengan Diah:

Yang mendukung kegiatan saya berkebun, siram tanaman biasa mas jadi seorang ibu hehe..setiap hari pasti melakukan biar enggak bosan. Kegitan tersebut sangat bermanfaat mas. Saya tidak sibuk dirumah juga, pasti saya selalu kekantor Victory dengan kegitan Victory saya bisa berbagi dengan orang lain dan teman-teman. Bahkan kalau ada acara seminar pasti saya datang dan mengikuti acara tersebut bahkan bisa menjadi motivator. Kegitan ini sangat bermanfaat banget mas bagi saya. Itulah kegitan dan kesibukan saya selama ini mas.

Kegiatan dan hoby yang digeluti Diah sangat bermanfaat,

kesibukan di rumah dan di Victory Diah bisa mengatur waktu. Dengan

adanya kegitan Diah menjadi peran utama bagi keluarganya, keluarganya

tak henti-hentinya selalu mendukung dan memberi semangat untuk

menjalani hidupnya. Waktu yang sangat penting dan berharga bisa

digunakan Diah manfaatkan. Semoga kegitan yang Diah tekuni selalu

diberikan kemudahan dan diberi kesehatan bagi Diah dan keluarganya.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Penderita HIV dan AIDS

1. Adanya Pemahaman Tentang Diri Sendiri

Hal ini timbul adanya kesempatan seseorang untuk mengenali

(58)

dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan

intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk penemuan diri

sendiri, maksudknya semakin orang dapat memahami dirinya, maka

semakin ia dapat menerima dirinya. Inilah kutipan saya wawancara dengan

Diah;

Kemampuan saya mudah begaul, ramah, rendah hati, peduli sama orang lain dan baik. Inilah diri saya yang sebenarnya

Dari hasil ungkapan Diah saya menyimpulkan, bahwa Diah orang

yang mudah bergaul dan sosialisasinya baik. Diah tidak memandang itu

siapa cowok atau cewek, yang terpenting Diah nyaman bergaul dengan

siapapun. Kepedulian yang selalu ditonjolkan pada Diah itu bermanfaat

bagi dirinya, selama Diah bisa pasti pasti di bantu.

2. Adanya Hal Yang Realistik

Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapanya dengan

disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuannya, dan bukan

diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuanya dengan memiliki

harapan yang realistik, maka akan semakin besar kesempatan tercapainya

harapan itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan diri yang merupakan

hal penting dalam penerimaan diri. Inilah hasil wawancara bersama Diah:

Harapan kedepanya saya mau menikah, dan sampai sekarang belum puas dan pastinya selalu usaha. Dan serahkan pada Tuhan agar kedepanya tercapai, tak lupa selalu berdoa

Dari hasilnya saya menyimpulkan bahwa Diah ingin segera

menikah, dan saat bercerita sama saya Diah sudah mendapatkan calonya.

(59)

semakin akrab. Semoga kedepanya Diah tercapai dengan harapanya dan

tak lupa selalu berdoa.

3. Tidak Adanya Hambatan Di Dalam Lingkungan

Walapun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, jika

lingkungan disekitarnya memberikan kesempatan. Maka harapan individu

tersebut akan tercapai. Inilah hasil kutipan wawancara dengan Diah:

Dalam lingkungan saya baik dengan tetangga maupun masyarakat lainya. Dalam medis HIV dan AIDS ( B20 ) saya tidak bercerita dengan lingkungan rumah saya, dan masyarakat kampung saya tidak mengetahui kalau saya penderita HIV dan AIDS. Hanya teman yang mengetahuinya itu saja yang akrab dan kenal.

Kepribadian Diah yang tidak asal bicara dengan orang, hanya

teman dekat yang Diah mau cerita. Perlu teman yang benar-benar bisa

dipercaya, tanpa itu rahasia benar-benar harus di jaga karena itu semua

setengah dari hidup. Dalam masyarakat Diah baik, dan tidak ada hambatan

yang Diah alami dalam bermasyarakat.

4. Sikap-sikap Anggota Masyarakat Yang Menyenangkan

Tidak menimbulkan prasangka, karena adanya penghargaan

terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu mengikuti

kebiasaan lingkungan. Kutipan wawancara dengan Diah:

Ikut serta dalam kelompok Ibu PKK dan apabila lahiran, nikah dan kematian ikut nyumbang.

Singkat dalam menjawab dan menghasilkan apa yang saya

maksudk. Ikut kesertaan wajib sebagai Ibu, kelompok Ibu PKK

(60)

kampung ada pernikahan, layatan, lahiran Diah ikut menyumbang dan

layaknya umum di masyarakat.

5. Tidak Adanya Gangguan Emosional Yang Berat

Akan terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan

merasa bahagia. Inilah hasil wawancara bersama Diah:

Sangat bahagia dan bermanfaat bagi orang lain, dan semua itu saya merasa kepuasan sendiri. Dari kata Bob Sadino kerja kalau kita kerja mengerjakan hoby kita.

Arti dalam sebuah hidup pasti kita punya tokoh entah itu siapa saja,

asalkan tokoh tersebut selalu memberikan inspirasi buat kedepanya.

Contoh seperti Diah, sampai saat ini Diah bangga dan bahagia akan

pekerjaan yang digelutinya. Bahkan insipirasi-insipirasi Diah bermanfaat

bagi orang lain, itu semua merupakan kebanggaan tersendiri bagi Diah.

Semoga kedepnya inspiranya selalu menyinari bagi orang disekitarnya

6. Pengaruh Keberhasilan Yang Dialami, Baik Secara Kualitatif maupun

Kuanti

Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan

penerimaan diri dan sebaliknya jika kegagalan yang dialami individu akan

dapat mengakibatkan adanya penolakkan diri. Inilah hasil wawancara saya

bersama Diah:

(61)

Keberhasilan merupakan hasil kita selama kita mau mencoba dan

tak henti-hentinya selalu belajar demi terwujudnya hasil tersebut. Dari

hasil wawacaranya Diah tak mudah putus asa dan selalu mencoba, saya

melihat dari kerja kerasnya yang orang-orang sekitarnya memuji Diah.

Keberhasilan Diah tidak sia-sia dan sangat berguna bagi dirinya dan orang

lain.

7. Indentifikasi Dengan Orang Yang Memiliki Penyesuian Diri Yang Baik

Individu yang mengenindentifikasi dengan individu yang memiliki

penyesuian diri yang abaik akan dapat membangun sikap-siakap yang

positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik yang

menimbulkan penilian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik

Kalau dalam bermasyarakat saya baik, toleransi dan layaknya sebagai masyarakat pada umumnya. Sikap dalam bermasyarakat yang terpenting sopan dan menghormati yang lebih tua, entah itu menyapa dan saling membatu pada saat kesusahan.

Kebaikan, sopan, saling membantu dan menyapa orang

disekitarnya merupakan ciri khas entah itu di kota maupun di desa.

Semangat bermasayarakat merupakan tanda orang yang bersosialisasi

tinggi seperti Diah yang tak henti-hentinya selalu ikut serta dalam

bermasyarakat. Tetangga Diah semuanya pada rukun, dan saling

mengingatkan kalau kampung ada acara.

8. Pola Asuh Dimana Kecil Yang Baik

Seorang anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung

(62)

Dalam keluarga saya pola asuh Patriarki, dimana lelaki yang memimpin keluarga dan yang cewek harus mengalah dengan lelaki itu ciri khas orang Jawa. Kalau Ibuk kalah dengan bapak, karena bapak dominan dan harus menjadi panutan dalam keluarga.

Setiap kelurga mungkin berbeda-beda, keluarga Diah menganut

pola asuh Patriarki dimana lelaki harus menjadi panutan dalam keluarga,

yang perempuan harus ikut lelakinya. Keluarga Diah kental dengan adat

jawa, maka dari itu Diah punya prinsip seperti keluarganya.

9. Adanya Perspektif Diri Yang Luas

Memperhatikan pandangan orang lain tentang diri perspektif yang

luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan

tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk

mengembangkan perpektif dirinya. Inilah kutipan wawancara bersama

Diah:

Pandangan terhadap saya baik, ramah, sopan, walupun ceplas ceplos inilah aku. Dan saya bisa menerima, itu semua adalah pendapat dari orang-orang sekitar.

Kepribadian Diah merupakan ciri khas beliau karena pendapat

orang lain merupakan masukan-masukan bagi Diah buat kedepanya. Perlu

diperbaiki atau tidak dengan sifatnya, sikapnya dan tutur kata saat bicara.

Penerimaan diri Diah bisa menyatu, dengan itu Diah melakukan apa saja

itulah kebahagian Diah miliki. Pengalaman Diah menurut saya sudah

cukup dengan masuknya kerja ke LSM, dari situ awal Diah memulainya

(63)

10.Konsep Diri Yang Stabil

Individu yang memiliki konsep diri yang stabil merupakan

peneriman diri yang sudah menerima akan dirinya. Dengan itu semuanya

akan menjadi lebih nyaman, termotivasi, dan gembira. Dari hal kecil

tersebut merupakan konsep diri yang seharusnya setiap hari dilakukan

dengan cara apapun. Pikiran yang positif, semangat, dan jujur awal yang

menjadi lebih baik. Inilah hasil wawancara saya bersama Diah:

Dalam psikologis saya baik-baik saja, bisa beradaptasi dengan keluarga, lingkungan, masyarakat dan tidak ada hambatan apapun

Keseluruan secara psikologis tidak diragukan semuanya baik dan

sehat, dengan itu Diah bisa melakukan kegiatan apa yang dia senangi

entah itu hoby, pekerjaan di LSM atau lainya. Dari semanagat Diah merasa

tidak ada kekurangan apaapun, dan bisa menerima akan keadaanya.

Kebaikan Diah menjadi panutan bagi teman-temanya.

E. Trianggulasi Teori Penerimaan Diri

Patton (dalam Poerwandari, 2001) mengemukakan empat macam

trianggulasi anatara lain:

1. Trianggulasi data, menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen,

arsip, hasil observasi, atau mewawancari lebih dari satu subjek yang

dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Dalam penelitian

mewawancari satu (significant other) untuk masing-masing subjek.

2. Trianggulasi pengamat, adanya pengamat diluar penelitian yang turut

Gambar

Tabel 1. Panduan Wawancara..............................................................
Tabel 1. Panduan wawancara
Table 2. Hasil Observasi
Tabel 3.  Agenda pertemuan peneliti dengan subjek, dan informan

Referensi

Dokumen terkait

Gaharu adalah salah satu hasil hutan non kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, memiliki kandungan kadar damar wangi dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Sementara itu resolusi konflik yang dicapai dalam konflik sumber daya alam di Kabupaten Batanghari khususnya mengenai konflik Suku Anak Dalam dengan PT Asiatic Persada

Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang masalah kiranya menjadi masalah inti adalah kurangnya motifasi dan minat belajar siswa di SMA Negeri 2

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan berfikir kritis siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS, kemudian

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil pembelajaran dimensi tiga menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Hasil yang diperoleh dari pembuatan ekstrak etanol daun sirsak dengan nilai rendemen 20,71%. Untuk hasil dari pembuatan basis gel menghasilkan gel yang sedikit lebih kental

Sebelum melaksanakan praktek mengajar, praktikan membuat RPP sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Praktikan mendapat kesempatan untuk mengajar

Layanan prima dalam perpustakaan sudah ditekankan dalam undang-undang perpustakaan nomor 47 tahun 2007, tentang layanan perpustakaan pasal 14 ayat (1) “ layanan