• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik mesin pendingin jenasah dengan menggunakan satu dan dua kipas pendingin kondensor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik mesin pendingin jenasah dengan menggunakan satu dan dua kipas pendingin kondensor."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Mesin pendingin saat ini semakin banyak dimanfaatkan sesuai dengan kemajuan teknologi. Penggunaan umumnya salah satunya adalah pengkondisian jenasah yang dibutuhkan oleh masyarakat Bali dan dalam dunia medis. Tujuan dari penelitian mengenai karakteristik mesin pendingin jenasah ini adalah: (a) membuat mesin pendingin untuk mengkondisikan jenasah (b) mengetahui karakteristik mesin pendingin jenasah: (1) COP (Coefficient Of Performance) mesin pendingin jenasah (Aktual/Ideal) (2) efisiensi mesin pendingin jenasah.

Mesin yang diteliti adalah mesin pendingin jenasah yang bekerja dengan siklus kompresi uap. Komponen utama siklus kompresi uap meliputi: kompresor, kondensor, evaporator dan pipa kapiler. Refrigeran yang dipakai adalah R-134a. Daya kompresor sebesar 1/5 hp, ukuran komponen utama yang lain menyesuaikan dengan besar daya kompresor. Variasi penelitian adalah (a) tanpa beban pendinginan dengan tambahan satu dan dua kipas (b) dengan beban pendinginan 20 kg air sebagai pengganti jenasah, dengan tambahan satu dan dua kipas. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan (a) mesin pendingin jenasah dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. (b) karakteristik mesin pendingin jenasah (1) untuk tanpa beban, satu kipas: nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,33, untuk dua kipas nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,60. Untuk dengan beban, satu kipas: nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,44, untuk 2 kipas nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,58. (2) untuk tanpa beban, satu kipas: nilai efisiensi rata-rata-ratanya sebesar 70 %, dua kipas nilai efisiensi rata-ratanya sebesar 75 %. Untuk dengan beban, satu kipas: nilai efisiensi rata-ratanya sebesar 74 %, dua kipas nilai efisiensi rata-ratanya sebesar 76 %.

(2)

ABSTRACT

Cooling machine is now increasingly utilized in accordance with technological advances. Use of generally one of which is the conditioning of bodies needed by the people of Bali and in the medical world. The purpose of the research on the characteristics of the engine cooling bodies are: (a) make the mortuary refrigerator (b) determine the characteristics of mortuary refrigerator: (1) COP (Coefficient Of Performance) mortuary refrigerator (Actual / Ideal) (2) efficiency mortuary refrigerator.

Engineering studied are mortuary refrigerator working with the vapor compression cycle. The main component of the vapor compression cycle include: compressor, condenser, evaporator and capillary tube. The refrigerant used is R-134a. Amounting to 1/5 hp compressor power, the size of the other major components that adjust with great power the compressor. Variations of research is (a) without the cooling load in addition to one and two fans (b) with the cooling load of 20 kg of water in addition to one and two fans. The study was conducted at the Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma University in Yogyakarta.

The results showed (a) mortuary refrigerator can work well as expected. (B) the characteristics of mortuary refrigerator (1) for no-load, one fan: COPAktual the average value of 2.33, for two fans COPAktual the average value of 2.60. To load, one fan: COPAktual the average value of 2.44, for the second fan COPAktual the average value of 2.58. (2) for the no-load, one fan: the value of the average efficiency of 70 %, the two fans value the average efficiency of 75 %. To load, the fan: the value of the average efficiency of 74 %, the two fans value the average efficiency of 76 %.

(3)

i

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH

DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS

PENDINGIN KONDENSOR

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin

Oleh :

SIGIT JALU PRAKOSA

NIM : 125214081

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii

CHARACTERISTICS OF MORTUARY REFRIGERATOR

USING ONE AND TWO CONDENSER COOLING FAN

FINAL PROJECT

As partial Fullfillment of The Requirement

to Obtain the Sarjana Teknik Degree in Mechanical Engineering

By

SIGIT JALU PRAKOSA

Student Number : 125214081

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)

iii

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH

DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS

PENDINGIN KONDENSOR

Disusun Oleh :

SIGIT JALU PRAKOSA

NIM : 125214081

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing Skripsi

(6)

iv

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH

DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS

PENDINGIN KONDENSOR

Dipersiapkan dan disusun oleh:

NAMA : SIGIT JALU PRAKOSA NIM : 125214081

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 26 Agustus 2016

Susunan Dewan Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Doddy Purwadianto, S.T, M.T ………

Sekretaris : RB Dwiseno Wihadi, S.T, M.Si ………

Anggota : Ir. PK. Purwadi, M.T ………

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

(7)

v

PERYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta:

Nama : Sigit Jalu Prakosa

NIM : 125214081

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Karya ilmiah yang berjudul:

Karakteristik Mesin Pendingin Jenasah Dengan Menggunakan Satu dan Dua Kipas Pendingin Kondensor

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media yang lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalty kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

Yang menyatakan

(9)

vii

ABSTRAK

Mesin pendingin saat ini semakin banyak dimanfaatkan sesuai dengan kemajuan teknologi. Penggunaan umumnya salah satunya adalah pengkondisian jenasah yang dibutuhkan oleh masyarakat Bali dan dalam dunia medis. Tujuan dari penelitian mengenai karakteristik mesin pendingin jenasah ini adalah: (a) membuat mesin pendingin untuk mengkondisikan jenasah (b) mengetahui karakteristik mesin pendingin jenasah: (1) COP (Coefficient Of Performance) mesin pendingin jenasah (Aktual/Ideal) (2) efisiensi mesin pendingin jenasah.

Mesin yang diteliti adalah mesin pendingin jenasah yang bekerja dengan siklus kompresi uap. Komponen utama siklus kompresi uap meliputi: kompresor, kondensor, evaporator dan pipa kapiler. Refrigeran yang dipakai adalah R-134a. Daya kompresor sebesar 1/5 hp, ukuran komponen utama yang lain menyesuaikan dengan besar daya kompresor. Variasi penelitian adalah (a) tanpa beban pendinginan dengan tambahan satu dan dua kipas (b) dengan beban pendinginan 20 kg air sebagai pengganti jenasah, dengan tambahan satu dan dua kipas. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan (a) mesin pendingin jenasah dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. (b) karakteristik mesin pendingin jenasah (1) untuk tanpa beban, satu kipas: nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,33, untuk dua kipas nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,60. Untuk dengan beban, satu kipas: nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,44, untuk 2 kipas nilai COPAktual rata-ratanya sebesar 2,58. (2) untuk tanpa beban, satu kipas: nilai efisiensi rata-rata-ratanya sebesar 70 %, dua kipas nilai efisiensi rata-ratanya sebesar 75 %. Untuk dengan beban, satu kipas: nilai efisiensi rata-ratanya sebesar 74 %, dua kipas nilai efisiensi rata-ratanya sebesar 76 %.

(10)

viii

ABSTRACT

Cooling machine is now increasingly utilized in accordance with technological advances. Use of generally one of which is the conditioning of bodies needed by the people of Bali and in the medical world. The purpose of the research on the characteristics of the engine cooling bodies are: (a) make the mortuary refrigerator (b) determine the characteristics of mortuary refrigerator: (1) COP (Coefficient Of Performance) mortuary refrigerator (Actual / Ideal) (2) efficiency mortuary refrigerator.

Engineering studied are mortuary refrigerator working with the vapor compression cycle. The main component of the vapor compression cycle include: compressor, condenser, evaporator and capillary tube. The refrigerant used is R-134a. Amounting to 1/5 hp compressor power, the size of the other major components that adjust with great power the compressor. Variations of research is (a) without the cooling load in addition to one and two fans (b) with the cooling load of 20 kg of water in addition to one and two fans. The study was conducted at the Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma University in Yogyakarta.

The results showed (a) mortuary refrigerator can work well as expected. (B) the characteristics of mortuary refrigerator (1) for no-load, one fan: COPAktual the average value of 2.33, for two fans COPAktual the average value of 2.60. To load, one fan: COPAktual the average value of 2.44, for the second fan COPAktual the average value of 2.58. (2) for the no-load, one fan: the value of the average efficiency of 70 %, the two fans value the average efficiency of 75 %. To load, the fan: the value of the average efficiency of 74 %, the two fans value the average efficiency of 76 %.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan

lancar.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib untuk mendapatkan gelar

sarjana S-1 pada Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan

Skripsi ini melibatkan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin

Universitas Sanata Dharma, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi dan

Dosen Pembimbing Akademik.

3. Seluruh pengajar dan staf Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan

memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Kedua orang tua, Yustinus Yono dan Yumariah, A.Ma yang telah memberi

(12)

x

kepada penulis selama belajar di Program Studi Teknik Mesin Universitas

Sanata Dharma.

5. Kedua kakak, Natalia Puspitarini.S.Sn dan Setia Wahyu Wijayanti, A.Md yang

telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

6. Karel Goivanni dan Daniel Hutahaean selaku teman satu team pembuatan alat.

7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan semua pihak yang tidak

dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan

bantuan dalam wujud apapun selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini

masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan

masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca.

Terima Kasih

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

(13)

xi

DARTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

TITLE PAGE ……….... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……….. vi ABSTRAK……… vii

ABSTRACT ………... viii

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 2

1.4 Batasan - batasan Masalah ……… 3

1.5 Manfaat Penelitian ……… 4

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ………. 5

(14)

xii

2.1.1 Mesin Pendingin Jenasah ………... 5

2.1.2 Refrigerant……… 6

2.1.3 Siklus Kompresi Uap ………... 7

2.1.4 Komponen Utama Alat ……… 10

2.1.5 Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin ……… 15

2.2 Tinjauan Pustaka ……….. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PEMBUATAN ALAT….. 21

3.1 Persiapan pembuatan mesin pendingin jenasah……….... 21

3.1.1 Komponen utama mesin pendingin jenasah………. 21

3.1.2 Alat-alat ……… 24

3.1.3 Bahan ………... 27

3.1.4 Peralatan pendukung pembuatan mesin……… 30

3.1.5 Langkah-langkah pembuatan mesin pendingin jenasah... 31

3.2 Obyek Penelitian ……….. 35

3.2.1 Alur Penelitian ………. 36

3.2.2 Skematik Alat Uji ……….... 37

3.2.3 Alat Bantu Penelitian ………... 38

3.2.4 Variasi Penelitian ………... 41

3.2.5 Cara Pengambilan Data ……… 42

3.2.6 Cara Pengolahan Data ……….. 43

3.2.7 Kesimpulan ……….. 44

(15)

xiii

4.1 Hasil Penelitian……….. 45

4.2 Perhitungan……….... 52

4.3 Pembahasan……… 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 82

5.1 Kesimpulan ………... 82

5.2 Saran ………... 83

DAFTAR PUSTAKA………... 84

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penelitian Tanpa Beban Tanpa Kipas Pendingin ……… 46

Tabel 4.2 Data penelitian Tanpa Beban Satu kipas Pendingin ………… 47

Tabel 4.3 Data Penelitian Tanpa Beban Dua Kipas Pendingin ……… 48

Tabel 4.4 Data Penelitian Dengan Beban Tanpa Kipas Pendingin …….. 49

Tabel 4.5 Data Penelitian Dengan Beban Satu Kipas Pendingin ……… 50

Tabel 4.6 Data Penelitian Dengan Beban Dua Kipas Pendingin ………. 51

Tabel 4.7 Nilai Entalpi Tanpa Beban ……….. 53

Tabel 4.8 Nilai Entalpi Dengan Beban ……….. 54

Tabel 4.9 WinKompresor Tanpa Beban ……… 55

Tabel 4.10 WinKompresor Dengan Beban ………... 56

Tabel 4.11 QoutKondensor Tanpa Beban ………. 58

Tabel 4.12 QoutKondensor Dengan Beban ……… 59

Tabel 4,13 QinEvaporator Tanpa Beban ……… 61

Tabel 4.14 Qin Evaporator Dengan Beban ……… 62

Tabel 4.15 COPAktualTanpa Beban ……… 64

(17)

xv

Tabel 4.17 COPIdealTanpa Beban ………... 67

Tabel 4.18 COPIdealDengan Beban ………... 68

Tabel 4.19 Efisiensi Tanpa Beban ……… 70

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Refrigerant………... 7

Gambar 2.2 Skematik Siklus Kompresi Uap ………... 7

Gambar 2.3 P-h Diagram………. 8

Gambar 2.4 T-s Diagram………. 8

Gambar 2.5 Kompresor Jenis Terbuka………. 11

Gambar 2.6 Kompresor Jenis Hermetic……… 12

Gambar 2.7 Kompresor Jenis Semi Hermetic……….. 12

Gambar 2.8 Kondensor ………... 13

Gambar 2.9 Evaporator ………... 13

Gambar 2.10 Pipa kapiler ………. 14

Gambar 2.11 Filter ……… 14

Gambar 3.1 Kompresor………... 21

Gambar 3.2 Kondensor……… 22

Gambar 3.3 Filter………. 22

Gambar 3.4 Pipa Kapiler……….. 23

(19)

xvii

Gambar 3.6 Refrigerant ……….. 24

Gambar 3.7 Pemotong Pipa ……… 24

Gambar 3.8 Pembengkok Pipa ……… 25

Gambar 3.9 Pompa Vakum ………. 25

Gambar 3.10 Pipa PVC ………. 27

Gambar 3.11 Sterofoam ……… 28

Gambar 3.12 Kipas ………... 29

Gambar 3.13 Pipa Tembaga ……….. 29

Gambar 3.14 Pressure Gauge ……… 30

Gambar 3.15 Thermocouple dan APPA ……… 30

Gambar 3.16 Rangka Mesin dan Ruangan Peti ………. 32

Gambar 3.17 Pemasangan Sterofoam ………... 33

Gambar 3.18 Pengelasan Pipa ………... 33

Gambar 3.19 Pemvakuman dan Pengisian Refrigerant ………. 34

Gambar 3.20 Objek Penelitian ……….. 35

Gambar 3.21 Diagram Alir untuk Penelitian ………. 36

Gambar 3.22 Skematik Mesin Pendingin Jenasah ………. 37

(20)

xviii

Gambar 3.24 Pressure gauge ………. 39

Gambar 3.25 P-h Diagram ……… 39

Gambar 3.26 Stopwatch ……… 40

Gambar 3.27 Botol Air mineral ………. 40

Gambar 3.28 P-h Diagram ……… 44

Gambar 4.1 Perbandingan WinTanpa Beban ……….. 57

Gambar 4.2 Perbandingan WinDengan Beban ……… 57

Gambar 4.3 Perbandingan QoutTanpa Beban ………. 60

Gambar 4.4 Perbandingan QoutDengan Beban ………... 60

Gambar 4.5 Perbandingan QinTanpa Beban ………... 63

Gambar 4.6 Perbandingan QinDengan Beban ………. 63

Gambar 4.7 Perbandingan COPAktualTanpa Beban ………. 66

Gambar 4.8 Perbandingan COPAktualDengan Beban ……….. 66

Gambar 4.9 Perbandingan COPIdealTanpa Beban ………... 69

Gambar 4.10 Perbandingan COPIdealDengan Beban ……… 69

Gambar 4.11 Perbandingan Efisiensi Tanpa Beban ……….. 72

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi pendingin pada saat ini sangat mempengaruhi kehidupan dunia

modern, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup,

namun juga sudah menyentuh hal-hal penunjang kehidupan manusia, terkait dengan

proses pengawetan. Mesin pendingin saat ini semakin banyak dimanfaatkan sesuai

dengan kemajuan teknologi. Penggunaan yang umum adalah untuk mengawetkan

makanan, meliputi sayuran, ikan-ikan, daging dan berbagai minuman. Kegunaan

lainnya adalah untuk penyejuk ruangan dan untuk mengawetkan jenasah atau mayat

dirumah sakit.

Penggunaan mesin pendingin jenasah sangat besar peranannya. Dalam dunia

medis, mesin pendingin selain membekukan atau mengawetkan darah, serum dan

obat-obatan juga untuk mendinginkan jenasah. Mesin pendingin untuk

mengkondisikan jenasah digunakan karena, jenasah orang tidak tahan lama dan

mudah membusuk jika ditempatkan di udara terbuka dan pada suhu kamar biasa.

Penyebab kerusakan mayat diantaranya adalah aktifnya mikroorganisme dan

bakteri yang ada dalam tubuh manusia. Pada suhu ruangan mikroorganisme dan

bakteri dapat berkembang biak dengan cepat, bakteri dapat dipasifkan atau tidak

hidup dengan syarat suhu ruangan dibawah 12 oC (Bates JR. 1997). Untuk itu

(22)

Dalam masyarakat di Bali, untuk melakukan ritual pemakaman (Ngaben),

biaya yang dikeluarkan sangat mahal. Waktu yang di butuhkan bisa

berminggu-minggu untuk dapat mengumpulkan uang. Akan tetapi selama pengumpulan uang,

jenasah keluarga jika tidak dikondisikan proses pembusukannya akan berjalan

dengan cepat. Untuk itu, masyarakat Bali menggunakan mesin pendingin untuk

mengawetkan jenasah keluarganya sampai dananya mencukupi untuk melakukan

ritual pemakaman.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk merancang dan

membuat mesin pendingin yang dipergunakan untuk mengkondisikan jenasah yang

di ganti media ujinya menjadi air. Penggunaan air sebagai media pembebanan

sebagai solusi yang wajar bila melihat komposisi tubuh manusia sekitar 60-70 %

adalah air. Untuk itu pada penelitian ini menggunakan 20 kg air sebagai

pembebanannya, sekaligus untuk melihat bagaimana karakteristik mesin pendingin

pengkondisi jenasah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah diperlukan suatu mesin untuk dapat

mengkondisikan jenasah agar jenasah tidak segera membusuk dalam waktu yang

lama. Dipasaran masih sulit ditemukan mesin khusus yang dipergunakan untuk

mengkondisikan jenasah. Untuk itu, perlu dicoba untuk merancang dan membuat

suatu alat sederhana mesin pendingin jenasah dengan menggunakan satu dan dua

(23)

dipecahkan. Jika sudah dibuat, bagaimana karakteristik dari mesin pendingin

jenasah tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Membuat mesin pengkondisian jenasah.

2. Mengetahui karakteristik mesin pengkondisian jenasah:

a. Kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigerant (Qin). b. Kalor yang dikeluarkan condenser persatuan massa refrigerant (Qout). c. Kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigerant (Win). d. COP (Coefficient Of Performance) aktual.

e. COP (Coefficient Of Performance) ideal.

f. Efisiensi Kalor.

1.4 Batasan-batasan Masalah

Batasan – batasan yang dipergunakan di dalam pembuatan mesin

pengkondisian jenasah adalah:

a. Mesin bekerja dengan siklus kompresi uap.

b. Komponen utama siklus kompresi uap meliputi, kompresor, kondensor,

(24)

c. Daya kompresor sebesar 1/5 HP, komponen utama yang lain menyesuaikan

dengan besarnya daya kompresor, dan mempergunakan komponen standar yang

ada dipasaran.

d. Kapasitas mesin hanya dipergunakan untuk 1 jenasah orang dewasa.

Diasumsikan dengan menggunakan 20 liter air yang dimasukan ke dalam botol

air mineral ukuran 1500 ml.

e. Diameter pipa kapiler sebesar 0,028 inci, terbuat dari bahan tembaga, dengan

panjang 150 cm.

f. Jenis evaporator adalah pipa bersirip, terbuat dari bahan aluminium.

g. Diasumsikan proses kompresi pada kompresor berlangsung secara isentropic

adiabatic.

h. Mesin ini menggunakan tambahan berupa satu dan dua kipas untuk

mendinginkan kondensor.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk menambah koleksi ilmu

pengetahuam tentang mesin pengkondisian jenasah yang dapat ditempatkan

diperpustakaan.

b. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi bagi para peneliti yang

tertarik pada mesin pengkondisian jenasah.

c. Mesin hasil penelitian dapat dipergunakan untuk mengkondisikan jenasah

untuk masyarakat di Bali.

(25)

BAB II

DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Dasar Teori

2.1.1 Mesin Pendingin Jenasah

Mesin pendingin jenasah adalah mesin pendingin yang memiliki fungsi

mengkondisikan jenasah manusia dalam jangka waktu yang cukup lama. Mesin

pendingin jenasah ini menggunakan tambahan satu dan dua buah kipas pendingin

kondensor sebagai variasi penelitiannya. Bagian atas peti terbuat dari kaca

transparan yang berguna agar jenasah yang dikondisikan dapat terlihat dari luar.

Siklus yang digunakan pada mesin pendingin jenasah adalah siklus kompresi uap,

dan menggunakan fluida kerja refrigerant. Penggunaan refrigerant pada siklus

kompresi uap sebagai fluida kerja yang mengalami proses kompresi, kondensasi,

ekspansi dan evaporasi. Siklus kompresi uap diawali ketika kompresor dihidupkan.

Dengan bekerjanya kompresor, suhu dan tekanan refrigerant akan naik. Refrigerant

kemudian akan mengalir menuju kondensor untuk melepaskan kalor ke lingkungan

sekitar kondensor. Kalor dari kondensor dapat mengalir ke lingkungan di sekitar

karena suhu kondensor lebih tinggi dari suhu lingkungan. Setelah mengalami

perubahan fase dari gas menjadi cair, refrigerant keluar dari kondensor. Refrigerant

kemudian mengalir menuju pipa kapiler dengan melewati filter terlebih dahulu

untuk mengalami proses penyaringan kotoran. Di pipa kapiler refrigerant

mengalami proses penurunan tekanan dan suhu akibat adanya gesekan yang

(26)

berlangsung pada entalpi yang tetap. Fase refrigerant berubah dari fase cair ke fase

campuran yaitu fase cair dan gas. Dari pipa kapiler refrigerant mengalir ke

evaporator, Didalam evaporator refrigerant mengalami perubahan fase dari fase

campuran (cair + gas) menjadi gas semuanya. Proses perubahan fase pada

evaporator dapat terjadi karena adanya kalor yang mengalir dari lingkungan sekitar

evaporator ke dalam evaporator. Kalor dapat mengalir karena suhu lingkungan

lebih tinggi dari suhu kerja evaporator. Keluar dari evaporator refrigerant dihisap

kembali ke kompresor dan siklus kompresi berlangsung kembali seperti semula.

2.1.2 Refrigerant

Refrigerant adalah fluida kerja yang dipergunakan di dalam mesin pendingin

jenasah yang berfungsi untuk mengambil kalor dari evaporator dan membuangnya

ke kondensor. Sifat aman yang dimiliki refrigerant merupakan syarat utama yang

harus diperhatikan yaitu: tidak mudah terbakar, tidak beracun baik dalam keadaan

murni maupun setelah bercampur dengan air. Tidak bereaksi dengan material dari

komponen-komponen pendukungnya, dan tidak berkontaminasi dengan bahan

makanan maupun produk yang disimpan jika terjadi kebocoran. Refrigerant yang

dipakai dalam mesin pendingin jenasah adalah refrigerant R-134a. Refrigerant ini

dilambangkan R-134a. pada tekanan 101,3 kPa mempunyai titik didih – 26,2 °C

dan memiliki titik beku – 96,6 C. Refrigerant ini memiliki kelebihan tidak mudah

terbakar, tidak merusak ozon, memiliki kestabilan yang tinggi, dan ramah

lingkungan. Kelemahan R-134a harga belinya relatif mahal. Pada saat ini

(27)

Gambar 2.1: Refrigerant

2.1.3 Siklus Kompresi Uap

Salah satu penerapan yang banyak digunakan dari termodinamika adalah

refrijerasi (refrigeration) yang berfungsi untuk memindahkan kalor dari tempat

bersuhu rendah ke tempat yang bersuhu tinggi. Pada mesin ini siklus refrijerasi yang

digunakan adalah siklus kompresi uap. Sikuls ini digunakan karena pemakaiannya

yang sangat luas dan fluida kerjanya bermacam-macam (misalnya: amonia, R12,

R22, R502, R134a, dll). Pada siklus kompresi uap umumnya menggunakan

refrigerant R134a sebagai fluida kerja karena lebih ramah lingkungan. Siklus

kompresi uap memiliki 4 komponen utama, yaitu: evaporator, kompresor,

kondensor dan pipa kapiler serta peralatan tambahan yaitu filter.

(28)

Pada siklus kompresi uap refrigerant bertekanan rendah akan dikompresikan

kompresor sehingga menjadi refrigerant bertekanan tinggi, selanjutnya refrigerant

bertekanan tinggi diembunkan menjadi cairan refrigerant bertekanantinggi saat

melewati kondensor. Kemudian cairan refrigerant bertekanan tinggi tersebut

tekanannya diturunkan oleh pipa kapiler agar cairan refrigerant bertekanan rendah

tersebut dapat menguap kembali dalam evaporator menjadi uap refrigerant tekanan

rendah.

Gambar 2.3: P-h Diagram

(29)

Dalam siklus kompresi uap, refrigerant mengalami beberapa proses yaitu:

a. Proses 1-2 merupakan proses kompresi isentropik (proses berlangsung pada

entropi (s) konstan) refrigerant. Proses ini dilakukan oleh kompresor,

refrigerant yang berupa gas bertekanan rendah mengalami kompresi yang

mengakibatkan refrigerant menjadi gas panas lanjut bertekanan tinggi.

b. Proses 2-2a merupakan proses penurunan suhu. Proses ini berlangsung ketika

refrigerant memasuki kondensor. Refrigerant gas panas lanjut yang

bertemperatur tinggi diturunkan suhunya sampai memasuki titik gas jenuh,

berlangsung pada tekanan yang konstan.

c. Proses 2a-3a merupakan proses kondensasi atau pelepasan kalor ke udara

lingkungan sekitar kondensor pada suhu konstan. Pada saat yang sama terjadi

perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Perubahan fase ini

dikarenakan temperatur refrigerant lebih tinggi dari pada suhu udara

lingkungan sekitar kondensor. Berlangsung pada tekanan dan suhu yang

konstan.

d. Proses 3a-3 merupakan proses pendinginan lanjut, proses ini terjadi pelepasan

kalor sehingga suhu refrigerant keluar dari kondensor menjadi lebih rendah dan

berada pada fase cair. Hal ini agar refrigerant dapat lebih mudah mengalir

dalam pipa kapiler.

e. Proses 3-4 merupakan proses penurunan tekanan secara drastis dan berlangsung

pada entalpi yang konstan, proses ini berlangsung selama di dalam pipa kapiler.

(30)

campuran (cair-gas). Akibat dari penurunan tekanan, suhu refrigerant juga

mengalami penurunan.

f. Proses 4-1a merupakan proses evaporasi atau penguapan. Ketika proses ini

berlangsung terjadi perubahan fase dari campuran (cair-gas) menjadi gas jenuh.

Perubahan fase ini terjadi dikarenakan suhu refrigerant lebih rendah dari pada

suhu udara lingkungan sekitar evaporator sehingga terjadi penyerapan kalor dari

udara lingkungan sekitar evaporator. Proses ini berlangsung pada tekanan dan

suhu yang konstan.

g. Proses 1a-1 merupakan proses pemanasan lanjut. Proses yang terjadi karena

penyerapan kalor terus menurus pada proses 4-1a, refrigerant yang akan masuk

ke kompresor berubah fase dari gas jenuh manjadi gas panas lanjut. Pada proses

ini mengakibatkan kenaikan tekanan dan suhu refigerant.

2.1.4 Komponen Utama Siklus Kompresi Uap

a. Kompresor

Kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan refrigerant. Tekanan

refrigerant naik dari tekanan kerja evaporator ke tekanan kerja kondensor. Proses

yang terjadi pada kompresor dikenal dengan proses kompresi. Akibat dari tekanan

yang naik, suhu refrigerant hasil kompresi juga akan mengalami kenaikan.

Kompresor dapat bekerja karena ada daya listrik yang diberikan ke kompresor.

Jenis kompresor yang sering digunakan pada mesin pendingin adalah kompresor

hermetik. Fase refrigerant ketika masuk dan keluar kompresor berupa gas. Kondisi

(31)

kompresor tinggi, lebih tinggi dari suhu kerja kondensor demikian pula dengan nilai

tekanannya.

Ada 3 macam kompresor yang biasa digunakan dalam mesin pendingin saat ini,

yaitu; (1) kompresor jenis terbuka (2) kompresor jenis hermetik (3) kompresor jenis

semi hermetik.

1. Kompresor Jenis Terbuka

Jenis kompresor ini terpisah dari tenaga penggeraknya, dan masing-masing

bergerak sendiri dalam keadaan terpisah dengan menggunakan puli.

[image:31.595.87.514.212.621.2]

Gambar 2.5 : Kompresor jenis terbuka

2. Kompresor Jenis Hermetik

Jenis kompresor hermetik adalah kompresor yang motor penggeraknya dan

kompresornya berada dalam satu rumahan yang tertutup. Motor penggerak

langsung memutar poros dari kompresor sehingga putaran motor penggerak sama

(32)
[image:32.595.85.512.113.628.2]

Gambar 2.6: Kompresor Jenis Hermetik

3. Kompresor Jenis Semi Hermetik

Jenis kompresor ini merupakan kompresor yang motor penggerak serta

kompresornya berada dalam satu rumahan, akan tetapi motor penggeraknya

terpisah dari kompresor. Kompresor digerakkan oleh motor penggerak dengan

sebuah poros penghubung antara motor penggerak dengan kompresor.

Gambar 2.7 : Kompresor Jenis Semi Hermetik

b. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk merubah fase refrigerant dari gas menjadi cair.

Pada kondensor berlangsung dua proses utama yaitu proses penurunan suhu

refrigerant dari gas panas lanjut ke gas jenuh dan proses dari gas jenuh ke cair jenuh

(33)

melalui permukaan rusuk-rusuk dan diambil oleh udara sekitar. Kondensor yang

sering dipakai pada mesin pendingin adalah jenis pipa dengan jari-jari penguat,

pipa dengan pelat besi dan pipa dengan sirip-sirip.

Gambar 2.8 : Kondensor

c. Evaporator

Evaporator adalah tempat terjadinya proses penguapan refrigerant dari cair

menjadi gas. Pada saat perubahan fase proses memerlukan energi kalor. Energi

kalor diambil dari lingkungan evaporator (bahan makanan/minuman yang terdapat

di dalam evaporator). Evaporator berbentuk pipa yang diberi plat yang

dikonstruksikan sedemikian rupa. Proses penguapan refrigerant di evaporator

berlangsung pada tekanan dan suhu tetap. Jenis evaporator yang digunakan pada

mesin pendingin adalah pipa dengan plat datar, pipa dan pipa bersirip.

[image:33.595.84.516.199.713.2]
(34)

d. Pipa Kapiler

Pipa kapiler berguna untuk menurunkan tekanan refrigerant. Pipa kapiler

merupakan pipa berdiameter paling kecil dibandingkan pipa-pipa lainnya. Diameter

untuk pipa kapiler yaitu 0,026 inch atau 0,028 inch. Kerusakan mesin pendingin

paling banyak dijumpai pada pipa kapiler mudah bocor dan mudah tersumbat.

[image:34.595.85.514.241.712.2]

Gambar 2.10 : Pipa Kapiler

e. Filter

Filter berfungsi sebagai penyaring kotoran. Ditempatkan sebelum pipa

kapiler, sehingga tidak ada kotoran yang akan dapat menyumbat pipa kapiler yang

akan dilewati. Bentuk umum filter berupa tabung kecil dengan diameter antara

12-15 mm dan panjangnya kurang dari 14-12-15 cm.

(35)

2.1.5 Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin

Dengan diagram P-h, nilai entalpi di dalam siklus kompresi uap dapat

diketahui. Dengan diketahui nilai entalpi maka kerja kompresi, pengeluaran energi

kalor, penyerapan laju kalor, koefisien prestasi (COP), dan efisiensi dapat

diketahui.

a. Kerja Kompresor (Win)

Kerja kompresor persatuan massa refrijerant merupakan perubahan entalpi,dari

titik 1-2 yang dapat dihitung dengan Persamaan 2.1:

Win = h2 – h1 (2.1) Pada persamaan (2.1)

Win : Kerja kompresor persatuan massa refrigerant, kJ/kg. h1 : Nilai entalpi refrigerant saat masuk kompresor, kJ/kg. h2 : Nilai entalpi refrigerant saat keluar kompresor, kJ/kg.

b. Energi kalor persatuan massa refrigerant yang dilepas oleh kondensor (Qout). Energi kalor persatuan massa refrijerant yang dilepas oleh kondensor

merupakan perubahan entalpi dari titik 2 ke titik 3. Perubahan entalpi tersebut dapat

dihitung dengan Persamaan 2.2 :

Qout = h2– h3 (2.2) Pada persamaan (2.2).

Qout : Kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigerant, kJ/kg. h2 : Nilai entalpi refrigerant saat keluar kompresor, kJ/kg.

(36)

c. Energi kalor persatuan massa yang diserap evaporator (Qin)

Energi kalor persatuan massa yang diserap oleh evaporator merupakan proses

perubahan entalpi dari titik 4 ketitik 1, perubahan entalpi tersebut dapat dihitung

dengan Persamaan 2.3:

Qin= h1 – h4 (2.3) Pada persamaan (2.3).

Qin : Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigerant, kJ/kg. h1 : Nilai entalpi refrigerant saat masuk kompresor, kJ/kg.

h4 : Nilai entalpi refrigerant saat masuk evaporator, kJ/kg.

d. Coefficient Of Performance (COPaktual).

Koefisien prestasi siklus kompresi uap standar adalah pembanding antara panas

yang dilepaskan dari ruang yang didinginkan dengan kerja yang disalurkan. Dapat

dihitung dengan Persamaan 2.4:

COPactual = Qin / Win (2.4)

Pada persamaan (2.4).

COP aktual : Koefisien prestasi kerja mesin pendingin secara aktual.

Qin : Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigerant, kJ/kg. Win : Kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigerant, kJ/kg.

e. Coefficient Of Performance (COPideal).

Koefisien prestasi ideal pada siklus kompresi uap standar dapat dihitung dengan

(37)

COPideal = (273,15 + Te ) / (Tc - Te). (2.5) Pada persamaan (2.5).

COPideal : Koefisien prestasi kerja mesin pendingin secara ideal. Te : Suhu evaporator, oC.

Tc : Suhu kondensor, oC.

f. Efisiensi Mesin Pendingin

Efisiensi dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.6:

Efisiensi = ( COPactual / COPideal ) x 100 % (2.6) Pada persaamaan (2.6).

COPideal : Koefisien prestasi kerja mesin pendingin secara ideal. COP aktual : Koefisien prestasi kerja mesin pendingin secara aktual.

2.2 Tinjauan Pustaka

Boby Himawan Putra Prasetya dan Ary Bachtiar Krishna Putra (2013). Teknologi

pendinginan lama yang mulai digunakan salah satunya adalah mesin pendingin

Difusi Absorpsi COP dari mesin pendingin difusi absorpsi banyak dipengaruhi dari

desain generator. Pada penelitian ini eksperimen dilakukan dengan mendesain

ulang generator pada mesin pendingin difusi absorpsi yang menggunakan pasangan

refrigeran R22-DMF serta penambahan fan di kondensor. Metode dalam penelitian

ini adalah pengambilan data dilakukan dengan empat variasi laju pendinginan pada

kondensor. Hasil yang diperoleh dari pengujian untuk variasi laju pendinginan dari

(38)

baik performa pada sistem. Kapasitas pendinginan optimal ialah 143 W, COP

tertinggi 0,96, laju alir massa refrigeran terbesar ialah 0,72 gram/s, dan circulation

ratio terendah yaitu 2,11.

Royyan Firdaus, Ary Bachtiar Khrisna Putra (2014). Sistem refrigerasi cascade

merupakan kombinasi dua sistem refrigerasi tunggal yang digunakan untuk

mendapatkan temperatur sangat rendah dimana aplikasinya adalah sebagai cold

storage. Salah satu kelebihan dari cascade ini adalah dalam hal penghematan daya

kompresor yang berkaitan langsung dengan penghematan konsumsi listrik bila

dibandingkan dengan multistage. Eksperimen yang dilakukan dengan

menggunakan refrigerant R-22 pada high stage dan R-404A pada low stage.

Metode pada penelitian ini adalah pengambilan data dilakukan dengan cara

switching kecepatan fan yang berbeda dengan 5 variasi kecepatan fan pada

kondensor high stage. Hasil yang didapatkan pada saat variasi kecepatan fan

tertinggi adalah nilai effectiveness alat penukar kalor tipe concentric sebesar

90,42%, COP sistem sebesar 1,28, kapasitas refrigerasi sebesar 0,55 kW, HRR

sistem sebesar 1,78, temperatur evaporator LS sebesar -36,950C, dan temperatur

kabin terendah sebesar -37,30C.

Heroe Poernomo (2015). Pengkondisian udara pada ruangan berfungsi untuk

mengatur kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara di dalam ruangan

tersebut. Pengkondisian ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga mampu

mengurangi keletihan. Untuk mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang

(39)

menaikkan koefisien perpindahan kalor kondensasi dan dengan menambahkan

kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan diperoleh harga koefisien

prestasi yang lebih besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

percobaan dengan menggunakan peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin

udara di laboratorium Fluida, Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan dan

perbedaan tekanan di kompresor. Untuk membuat variasi putaran poros fan

kondensor dilakukan dengan melakukan beberapa perubahan frequensi motor

listrik yang menggerakkannya. Variasi putaran motor listrik fan kondensor yang

digunakan adalah 50 rpm sampai dengan 150 rpm. Data hasil pencatatan berupa

tekanan dan temperatur selanjutnya diplot pada diagram P-h untuk refrigeran R-22.

Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data yang diperoleh, dapat ditarik

beberapa kesimpulan karakteristik dan unjuk kerja sistem pendingin, Semakin besar

laju aliran udara untuk mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien prestasi

semakin meningkat. Karena laju pelepasan kalor yang besar akan berimbas pada

temperature kondensor yang semakin rendah, sehingga dapat mencapai temperatur

yang lebih rendah lagi pada keluaran evaporator. Jadi kerja kompresor lebih ringan

pada variasi laju pelepasan kalor yang paling besar.

Puji Saksono melakukan analisis pengaruh gangguan heat transfer kondensor

terhadap performasi air conditioning. Dalam penelitian ini dirakit satu unit uji

sistim refrigerasi berupa seperangkat AC window yang meliputi kompresor,

kondensor, evaporator, pipa kapiler, air dryer, dan refrigeran yang dipergunakan

adalah R-22. Bagian kondensor dipasang kipas angin yang yang bisa diatur

(40)

dari fan akan diukur dengan anemometer. Dalam penelitian ini akan diperoleh data

tekanan, temperatur, dan laju aliran massa refrigeran dengan variasi putaran kipas

kondensor terhadap kecepatan udara pendingin. Variasi kecepatan udara pendingin

antara 1,6 – 3,5 m/s yang dihasilkan dari putaran kipas 600 – 1200 rpm. Hasil

penelitian menunjukkan semakin cepat putaran kipas semakin besar laju aliran

udara untuk mendinginkan kondensor sehingga koefisien prestasi (COP) semakin

meningkat.

Muhammad Hasan Basri telah melakukan penelitian mengenai efek

perubahan laju aliran massa air pendingin pada kondensor terhadap kinerja mesin

refrigerasi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan pengaruh perubahan

laju aliran massa air pendinggin pada kondensor terhadap kinerja mesin siklus

refrigerasi R633 dan mendapatkan suatu kondisi optimal dan aman dalam

pengoperasian mesin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan laju aliran

massa air pendingin menyebabkan temperature air keluar turun,tetapi kalor yang

dilepaskan ke sekeliling juga naik dan daya kompresor juga naik serta COP yang

bervariasi. Kondisi optimal dan aman untuk pengoperasian mesin di laboratorium

yaitu pada laju aliran massa air pendingin di kondensor 20 gr/s dengan laju aliran

(41)

BAB III

PEMBUATAN ALAT DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Persiapan Pembuatan Mesin Pendingin 3.1.1 Komponen Utama Mesin Pendingin

Komponen utama mesin pendingin jenasah yang di gunakan dalam penelitian

ini terdiri dari: kompresor, kondensor, pipa kapiler, dan evaporator, refrigerant

R-134a dan peralatan tambahan yaitu filter.

a. Kompresor

Jenis kompresor yang digunakan adalah jenis hermetik dengan daya 1/5 HP.

Tegangan yang digunakan sebesar 220 volt, arus yang bekerja pada kompresor 2

ampere.

(42)

b. Kondensor

Jenis kondensor yang digunakan merupakan jenis kondensor tipe U, Jumlah U

sebanyak 6 U. Pipa yang digunakan berbahan baja dan sirip berbahan baja. Ukuran

dari kondensor yang digunakan adalah 110 cm × 57,5 cm dengan diameter pipa luar

4,8 mm, dan jarak antar sirip 1 cm.

Gambar 3.2 : Kondensor

c. Filter

Filter yang digunakan memiliki panjang 90 mm, dan berdiameter 19 mm,

berbahan tembaga.

[image:42.595.85.510.221.733.2]
(43)

d. Pipa Kapiler

Pipa kapiler yang digunakan berbahan tembaga, memiliki panjang 150 cm

dengan diameter sebesar 0,028 inch (0,71 mm).

[image:43.595.83.514.186.680.2]

Gambar 3.4: Pipa Kapiler

e. Evaporator

Jenis evaporator yang digunakan merupakan jenis pipa bersirip dengan bahan

pipa serta sirip berbahan alumunium, ukuran dari evaporator adalah 34 cm ×

20 cm × 6 cm dengan ukuran diameter sebesar 8,5 mm dan jumlah lintasan

sebanyak 8.

Gambar 3.5 : Evaporator

f. Refrigerant R-134a

(44)

Gambar 3.6 : Refrigerant

3.1.2 Alat

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan mesin pendingin jenasah, antara

lain adalah :

a. Pemotong Pipa

Alat pemotong pipa adalah alat yang mempunyai fungsi untuk memotong pipa,

[image:44.595.84.513.105.630.2]

agar hasil potongan pipa menjadi lebih rapih.

Gambar 3.7 : Pemotong Pipa

b. Pembengkok Pipa

Pembengkok pipa berfungsi untuk membengkokan pipa agar pipa tidak rusak

(45)
[image:45.595.84.511.98.633.2]

Gambar 3.8 : Pembengkok Pipa

c. Pompa Vakum

Pompa vakum adalah alat yang mempunyai fungsi untuk proses pemvakuman

atau untuk mengeluarkan udara dari dalam sistem mesin pendingin jenasah

sebelum diisi refrigerant sebagai fluida kerja mesin.

Gambar 3.9 : Pompa Vakum

d. Gergaji kayu

Gergaji kayu yang digunakan untuk memotong kayu yang akan dijadikan

(46)

e. Bor

Bor digunakan untuk membuat lubang, pada pembuatan mesin pendingin

jenasah bor digunakan untuk membuat lubang paku dan lubang untuk baut.

f. Meteran dan mistar

Meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, dalam pembuatan

mesin pendingin jenasah meteran digunakan untuk mengukur panjang kayu.

Sedangkan mistar digunakan untuk mengukur panjang sterofoam.

g. Palu

Palu digunakan untuk memukul paku dalam pemasangan rangka dan casing

mesin pendingin jenasah.

h. Obeng dan kunci pas

Digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut, menggunakan obeng

(-) dan obeng (+(-) sedangkan kunci pas digunakan untuk mengencangkan baut.

i. Pisau cutter dan gunting plat

Pisau cutter digunakan untuk memotong sterofoam dan lakban.

J, Gas las Hi-cook

Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan

(47)

k. Bahan las

Bahan las yang digunakan dalam penyampungan pipa kapiler menggunakan

perak, kawat las kuningan dan borak. Borak berfungsi untuk menyambung

antara tembaga dan besi. Penggunaan borak sebagai bahan tambahan bertujuan

agar sambungan pengelasan lebih merekat.

3.1.3 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan mesin pendingin jenasah, antara

lain adalah:

a. Kaca

Kaca digunakan pada bagian tutup peti jenasah. Penggunaan kaca pada mesin

pendingin dikarenakan sifatnya yang transparan, dengan tujuan agar isi peti

jenasah dapat dilihat dari luar.

b. Pipa PVC

Pipa PVC digunakan karena praktis dan simple, memiliki fungsi sebagai

penyambung aliran refrijeran dari ruang evaporator ke peti. Pipa pvc yang

digunakan memiliki ukuran 4” (inci), karena lubang yang dibuat cukup besar.

(48)

c. Sterofoam

Sterofoam memiliki kemampuan penghantar panas yang rendah. Sterofoam

digunakan untuk penutup ruangan evaporator dan ruang pendingin/peti agar Fluida

udara yang mengalir tidak keluar/bocor.

Gambar 3.11: Sterofoam

d. Lakban dan lem

Lakban digunakan untuk menutup celah-celah sambungan antara kayu.

Sedangkan lem digunakan untuk sterofoam dan pada permukaan kayu ataupun

seng.

e. Paku

Paku digunakan untuk menyatukan rangka agar dapat menyatu sehingga

konstruksi dapat menjadi kokoh.

f. Roda

Roda digunakan untuk membantu atau memudahkan pada saat memindahkan

(49)

g. Plat seng

Plat seng digunakan sebagai alas dari komponen evaporator. Pemilihan plat

seng sebagai alas dari komponen evaporator adalah agar rangka kayu tidak terkena

langsung air hasil kondensasi.

h. Kipas

Kipas digunakan untuk mensirkulasikan udara dingin dari evaporator ke ruang

pendingin dan kembali lagi ke evaporator. Banyaknya kipas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 4 buah dengan ukuran 120 mm x 120 mm, jumlah

sudu sebanyak 7 buah dan daya kipas 30 Wdan arus 0,14 A.

Gambar 3.12 : Kipas

i. Pipa Tembaga

Pipa tembaga memiliki fungsi sebagai komponen penyambung antara

kompresor dengan kondensor, dan antara pipa kapiler dengan evaporator. Diameter

pipa tembaga adalah 7,5 mm.

(50)

3.1.4 Peralatan Pendukung Pembuatan Mesin Pendingin

a. Pressure gauge

Pressure gauge adalah alat yang mempunyai fungsi untuk mengukur tekanan

refrigerant saat pengisian maupun pada saat mesin pendingin bekerja. Yang terukur

dalam pressure gauge adalah tekanan evaporator dan tekanan kondensor.

Gambar 3.14 : Pressure Gauge

b. Alat ukur APPA dan Thermocoupel

Termocoupel yaitu sebuah kabel penyambung alat ukur dari APPA yang

berfungsi untuk mengukur suhu pada mesin pendingin jenasah, yaitu mengukur

suhu keluar kondensor, masuk evaporator, keluar evaporator, masuk kompresor,

ruang pendinginan/peti, dan suhu sekitar.

(51)

c. Tang Ampere

Digunakan untuk mengukur arus yang bekerja pada kompresor mesin pendingin

jenasah.

3.1.5 Langkah-langkah Pembuatan Mesin Pendingin

Langkah-Langkah pembuatan mesin pendingin jenasah dapat diketahui

sebagai berikut ini:

a. Mempersiapkan semua komponen utama mesin pendingin jenasah seperti

kompresor, kondensor, evaporator, pipa kapiler, filter, refrigerant R-134a, dan

komponen pendukung pembuatan mesin pendingin jenasah seperti alat

pemotong pipa, alat pembengkok pipa, pompa vakum, alat las, pressure gauge,

dan alat-alat lain yang digunakan dalam pembuatan mesin pendingin jenasah.

b. Proses pembuatan rangka mesin pendingin jenasah dan peti, pada proses ini

memerlukan alat sebagai berikut alat pemotong kayu untuk memotong sesuai

ukuran yang telah ditentukan, dan paku untuk menyambungkan antara kayu

yang telah dipotong. Setelah selesai membuat rangka dan petinya, selanjutnya

dibuat lubang pada kedua sisi ruangan evaporator dan sisi peti dengan diameter

(52)
[image:52.595.85.512.109.636.2]

Gambar 3.16 : Rangka mesin dan ruang peti

c. Setelah selesai membuat rangka mesin dan peti jenasah, selanjutnya memasang

sterofoam pada peti jenasah dan ruangan evaporator, pada bagian sisi-sisi peti

dengan tebal 5 cm dan di tambah dengan isolasi untuk menutup sambungan

sterofoam. Sedangkan untuk ruang evaporator menggunakan sterofoam dengan

(53)

Gambar 3.17 : Pemasangan Sterofoam

d. Proses penyambungan dengan las antara kompresor dengan kondensor. Bahan

yang digunakan pada proses pengelasan atau penyambungan ini menggunakan

bahan perak dan kuningan.

e. Proses penyambungan dengan las antara kondensor dengan input filter.

f. Proses penyambungan dengan las antara filter dengan pipa kapiler.

(54)

g. Proses penyambungan dengan las antara pipa kapiler dengan evaporator.

h. Proses pemvakuman dalam mesin pendingin, dalam proses pemvakuman

diperlukan pompa vakum. Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan

udara-udara yang masih terjebak dalam saluran-saluran pipa di mesin pendingin agar

siklus dalam mesin pendingin jenasah dapat bekerja dengan baik.

i. Proses pengisian refrigerant 134a, dalam proses ini diperlukan refrigerant

R-134a sebagai fluida kerja mesin pendingin. Tekanan refrigerant yang akan

dimasukan dalam siklus mesin pendingin harus sesuai dengan standar kerja

kompresor agar dapat bekerja dengan baik.

Gambar 3.19 : Proses Pemvakuman dan Pengisian Refrigerant

j. Setelah selesai pengisian refrigerant, mesin dapat diuji coba. Setelah berjalan

(55)

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah mesin pendingin jenasah hasil buatan sendiri,

Gambar dari alat yang dipergunakan di dalam penelitian disajikan pada Gambar

3.20.

(56)

3.2.1 Alur Penelitian

Alur penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram alir yang tersaji

pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21 : Diagram Alir untuk Penelitian. Mulai

Perancangan mesin pendingin jenasah

Mempersiapkan komponen-komponen mesin pendingin jenasah

Penyambungan komponen-komponen mesin pendingin jenasah

Pemvakuman mesin pendingin jenasah

Pengisian refrigeran R-134a

Uji coba alat

Pengambilan data T1,T3,P1,P2

Perhitungan h1,h2,h3,h4,Win,Qin,Qout,COP,Efisiensi dan laju aliran massa

Pengolahan Data, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran

Selesai

Tidak Baik

(57)

3.2.2 Skematik Penelitian

Skematik mesin pendingin jenasah dapat dilihat melalui Gambar 3.22. Pada

Gambar 3.22 dijelaskan letak penempatan Pressure Gauge dan alat ukur

termokopel.

Gambar 3.22 : Skematik mesin pendingin jenasah.

Berikut adalah penjelasan untuk Gambar 3.22:

Menunjukan kalor yang diserap oleh evaporator.

Menunjukan kalor yang dilepas oleh kondensor, akibat adanya aliran udara

oleh kipas pendingin kondensor.

Menunjukan udara dingin yang dihembuskan melalui evaorator.

Menunjukan posisi Pressure Gauge, biru untuk tekanan refrigeran masuk

kompresor, merah untuk tekanan refrigeran keluar kompresor.

Menunjukan posisi peletakan termokopel pada sistem kompresi uap. Pada

penelitian, digunakan 7 buah termokopel, yang masing masing di letakkan

(58)

a. Pada pipa setelah kompresor.

b. Pada pipa kapiler.

c. Udara yang dihembuskan kipas sebelum dan setelah melewati evaporator.

d. Udara di dalam peti.

e. Pada air yang digunakan sebagai spesimen.

f. Udara luar.

3.2.3 Alat Bantu Penelitian

Proses penelitian mesin pendingin jenasah membutuhkan alat bantu untuk

pengambilan data penelitian, meliputi:

a. Termocouple dan Penampilan Suhu Digital

Termocouple adalah sensor suhu yang digunakan untuk mengubah perbedaan

suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase), APPA berfungsi

sebagai alat yang memperlihatkan nilai suhu yang diukur.

a. Termocouple b. APPK

(59)

b. Alat Ukur Tekanan (Pressure Gauge)

Pressure gauge mempunyai fungsi untuk mengetahui nilai tekanan refrigerant.

Pressure gauge berwarna merah untuk mengukur tekanan tinggi sedangkan yang

berwarna biru untuk tekanan rendah.

Gambar 3.24 : Pressure Gauge

c. P-h Diagram

Diagram P-h berfungsi untuk menggambarkan siklus kompresi uap mesin

pendingin jenasah. Dengan Diagram P-h dapat mengetahui nilai entalpi disetiap

titik yang diteliti, (h1,h2,h3,h4) dan juga suhu kerja evaporator dan kondensor.

(60)

d. Stopwatch

Stopwatch berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengukur lamanya

pengambilan data dalam pengujian mesin pendingin jenasah.

Gambar 3.26 : Stopwatch

e. Botol Air Mineral

Botol air mineral digunakan sebagai media pembebanan pada penelitian mesin

pendingin jenasah, yang berjumlah 20 botol ukuran 1500 ml.

(61)

f. Terminal

Terminal digunakan untuk membagi daya listrik antara kompresor dan kipas

pendingin, karena panjang kabel kompresor dan kipas pendingin yang pendek dan

soket listrik yang terbatas.

3.2.4 Variasi Penelitian

Variasi penelitian yang digunakan adalah pada bagian kipas pendingin

kondensor, untuk meneliti efek pendinginan pada kondensor dengan suhu akhir

keluaran evaporator. Pada penelitian dilakukan perbandingan antara mesin

pendingin jenasah tanpa kipas pendingin kondensor dengan mesin jenasah yang

menggunakan kipas pendingin kondensor dengan variasi sebanyak satu dan dua

kipas pendingin kondensor. Berikut adalah rincian variasi penelitian:

a. Penelitian tanpa menggunakan kipas pendingin, tanpa beban pendinginan.

b. Penelitian dengan menggunakan satu kipas pendingin, tanpa beban

pendinginan.

c. Penelitian dengan menggunakan dua kipas pendingin, tanpa beban

pendinginan.

d. Penelitian tanpa menggunakan kipas pendingin, dengan beban pendinginan.

e. Penelitian dengan menggunakan satu kipas pendingin, dengan beban

pendinginan.

f. Penelitian dengan menggunakan dua kipas pendingin, dengan beban

(62)

3.2.5 Cara Pengambilan Data

Langkah – langkah pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Sebelum mengambil data, termokopel harus dikalibrasi dengan menggunakan air

mendidih, agar dapat diketahui selisih perbedaan alat ukurnya. Cara mendapatkan

data melalui proses sebagai berikut :

a. Penelitian dilakukan di Laboratorium Universitas Sanata Dharma. Perubahan

suhu sekitar dalam penelitian ini diabaikan, karena suhu udara sekitar

berubah-ubah sesuai cuaca.

b. Memastikan bahwa termocouple sudah dikalibrasi.

c. Memeriksa kipas bekerja dengan baik serta saluran pembuangan air hasil

kondensasi tidak tersumbat.

d. Alat bantu penelitian diletakkan pada tempat yang sudah ditetapkan.

e. Mengecek kebocoran refrigerant pada mesin pendingin.

f. Mengisi botol kemasan 1500 ml dengan air dan ditaruh di ruang pendinginan

jenasah.

g. Setelah tahap diatas selesai hidupkan mesin pendingin jenasah dan Stopwatch.

h. Yang perlu dicatat dalam pengambilan data yaitu :

1. Waktu penelitian (menit)

2. Suhu refrigerant keluar evaporator, (oC) 3. Suhu refrigerant masuk evaporator, (oC)

(63)

6. P1 : Tekanan refrigerant sebelum masuk kompresor, (Psi) 7. P2 : Tekanan refrigerant setelah keluar kompresor, (Psi) 8. Suhu ruangan pendingin, (oC)

9. Suhu specimen yang diuji, (oC) 10.Suhu ruangan sekitar, (oC)

i. Proses pengambilan data dicatat setiap 10 sekali selama 2 jam untuk tanpa

beban. Lalu 20 menit sekali selama 6 jam untuk dengan beban 20 kg air. Hasil

dari data yang diperoleh kemudian dijumlahkan hasil dari kalibrasi alat bantu.

3.2.6 Cara Pengolahan Data

Dari data yang diperoleh (P1, P2, T1, T3) dapat dibuat siklus kompresi uap pada diagram P-h. Dari Diagram P-h tersebut dapat diperoleh nilai entalpi (h1, h2, h3, h4), suhu kerja evaporator dan suhu kerja kondensor. Nilai entalpi yang diketahui dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik mesin pendingin jenasah dengan

cara menghitung kalor yang dilepas oleh kondensor (Qout), kalor yang diserap evaporator (Qin), kerja yang dilakukan kompresor (Win), COP (aktual dan ideal), efisiensi dari mesin pendingin jenasah. Pengolahan data dilakukan sesuai dengan

(64)

Gambar 3.28: Siklus kompresi uap pada P-h Diagram.

3.2.7 Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini didapat dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan perbandingan data dari berbagai variasi alat yang telah dibuat.

Dengan mengacu pada perhitungan pada mesin pendingin, maka kesimpulan

(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ditampilkan berdasarkan jenis variasi yang telah dilakukan.

Jenis variasi yang dilakukan dibedakan berdasarkan banyaknya jumlah kipas

pendingin kondensor dan pembebanan yang dilakukan pada penelitian. Variasi

jumlah kondensor yang digunakan adalah; tanpa menggunakan kipas pendingin;

dengan menggunakan satu kipas pendingin kondensor; dengan menggunakan dua

kipas pendingin kondensor. Pembebanan pada penelitian dibedakan menjadi dua,

yaitu menggunakan beban berupa air seberat 20 Kg dan tanpa menggunakan beban

pendinginan. Pada setiap variasi dilakukan dua kali pengambilan data, dengan

menggunakan beban 20 Kg dan tanpa menggunakan beban pendinginan. Penelitian

mesin pendingin jenasah mendapatkan hasil meliputi : tekanan refrigerant masuk

kompresor (P1), tekanan refrigerant keluar kompresor (P2), suhu refrigerant

sebelum masuk kompresor (T1), suhu refrigerant setelah keluar evaporator (T3), suhu refrigerant sebelum masuk pipa kapiler (oC), suhu refrigerant sebelum masuk evaporator (oC), suhu didalam ruangan pendingin (oC), suhu specimen uji (oC), suhu ruangan sekitar (oC).

a. Data Hasil Penelitian

Berikut adalah data hasil penelitian dari setiap variasi tanpa menggunakan

(66)

46

t

(

o

C )

(

o

C )

T

1

T

3

P

1

P

2

(

o

C )

(

o

C )

1

0

26,3

29,6

26,7

49

29,7

269,7

26,2

28,9

2

10

14,7

21,6

16,5

62,2

34,7

362,7

17,4

28,9

3

20

12,5

18,9

14,4

64,6

34,7

374,7

14,7

29

4

30

11,2

17,4

12,6

65,7

36,7

384,7

13,1

28,9

5

40

10,4

16,5

12,3

67

37,7

385,7

12,1

29,1

6

50

10

16

11

67,5

38,7

389,7

11,6

29,1

7

60

9,9

15,5

10,9

68,2

38,7

391,7

11,3

29,1

8

70

9,6

15,3

10,5

68,3

38,7

394,7

11,1

29,1

9

80

9,4

15,2

10,4

68

38,7

394,7

10,8

29,3

10

90

9,3

14,9

10,4

68,2

38,7

394,7

10,6

29,1

11

100

9,2

14,9

10,2

68,4

38,7

394,7

10,5

29,2

12

110

9,1

14,7

9,9

68,5

37,7

394,7

10,4

29,6

13

120

8,9

14,5

9,5

68,3

37,7

394,7

10,3

29,2

sekitar

(

C )

(67)

47

t

(

o

C )

(

o

C )

T

1

T

3

P

1

P

2

(

o

C )

(

o

C )

1

0

24,4

28,9

23,3

53,9

33,7

319,7

25,4

27,7

2

10

13,3

20,8

13,8

60,8

34,7

349,7

16,1

28

3

20

10,7

17,6

11,6

61,1

34,7

339,7

13

27,7

4

30

10

17,5

11,8

61,1

34,7

344,7

12

27,6

5

40

8,6

15

9,8

61,4

33,7

334,7

10,4

27,8

6

50

7,7

14,1

8,6

61,7

34,7

334,7

9,4

28,1

7

60

7,2

13,6

8,7

61,9

33,7

334,7

8,9

27,8

8

70

6,8

13,1

8,8

62,4

32,7

324,7

8,4

27,9

9

80

6,4

12,7

8,6

62,8

33,7

329,7

8

28,2

10

90

6,3

12,4

8,3

63,5

33,7

334,7

7,9

28,1

11

100

6

12,3

8

62,7

32,7

330,7

7,7

28,2

12

110

5,9

12,2

7,6

63,7

32,7

334,7

7,6

28,5

13

120

5,9

12,1

7,8

62,6

32,7

334,7

7,6

28,3

[image:67.842.90.736.87.510.2]
(68)

48

t

(

o

C )

(

o

C )

T

1

T

3

P

1

P

2

(

o

C )

(

o

C )

1

0

25,2

29

25,5

42,1

25,7

239,7

26,2

28,5

2

10

13,4

21

16,7

50,7

29,7

289,7

17,1

28,6

3

20

10,6

18,1

13,5

52,4

30,7

299,7

13,6

28,8

4

30

8,3

15,9

11,4

53,3

31,7

299,7

11,3

28,7

5

40

7

14,4

10

54,2

31,7

299,7

9,7

28,8

6

50

6,3

13,4

8,8

53,8

31

294,7

8,7

28,8

7

60

5,8

12,8

8,1

53,3

29,7

294,7

7,9

29

8

70

5,5

12,3

7,9

53,8

29,9

294,7

7,5

28,8

9

80

5

12

7,4

53,5

29,7

290,7

7,1

28,8

10

90

4,9

11,7

7,4

54,2

30

289,7

6,9

28,7

11

100

4,6

11,4

7,2

53,1

29,7

289,7

6,7

28,7

12

110

4,5

11,2

6,4

54,1

29,7

289,7

6,4

28,8

13

120

4,4

11,2

6,2

53,8

29,7

289,7

6,3

28,8

[image:68.842.88.733.79.509.2]
(69)

49

t ( C) ( C) T1 T3 P1 P2 ( C) ( C) ( C)

1 0 19,3 19,6 16,73 61,53 35,37 364,7 19,9 24,8 28,8

2 20 16,2 21,7 15,53 62,1 36,37 376,7 17,2 24,2 29

3 40 15,3 20,7 15,27 64,1 36,7 381,37 16,2 23,4 29

4 60 14,8 20,1 14,7 63,87 36,7 381,37 15,6 22,5 29,1

5 80 14,2 19,3 14,47 65,3 36,03 382,37 14,9 21,6 29

6 100 13,9 19 14,33 65 36,37 381,37 14,5 20,9 28,9

7 120 13,7 18,6 13,97 65,23 36,37 379,03 14 20,2 29,2

8 140 13,2 18,1 13,7 65,6 36,03 377,7 13,6 19,4 29,3

9 160 12,8 17,7 13,4 65,93 35,37 376,7 13,1 18,8 29,2

10 180 12,5 17,3 13,3 65,73 35,03 379,37 12,7 18,2 29,2

11 200 12,3 17 12,9 65,73 35,7 374,03 12,3 17,5 29,3

12 220 12 16,6 12,77 65,5 35,03 376,37 12 16,9 29,2

13 240 11,8 16,4 12,67 65,3 35,03 371,7 11,6 16,4 29,2

14 260 11,5 16,1 12,5 64,63 35,03 371,7 11,3 15,9 29,3

15 280 11,2 15,7 12,53 64,87 35,03 372,03 10,9 15,4 29,1

16 300 10,9 15,4 12,3 64,5 35,03 371,03 10,6 15 29,2

17 320 10,8 15,3 12,07 64,67 35,03 371,03 10,5 14,5 29,2

18 340 10,7 15,2 11,9 64,87 35,03 371,37 10,4 14,1 29,1

(70)

50

t (oC) (oC) T1 T3 P1 P2 (oC) (oC)

Gambar

Gambar 2.5 : Kompresor jenis terbuka
Gambar 2.6: Kompresor Jenis Hermetik
Gambar 2.8 : Kondensor
Gambar 2.10 : Pipa Kapiler
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan Keputusan Direksi No. KD.13/PS000/SDM-12/97 tentang Master Plan Manajemen Sumber Daya Manusia, Sistem Imbal Jasa dan Penghargaan menganut prinsip-prinsip umum

Begitu juga sebaliknya, penolakan pada H 1 atau penerimaan pada H o menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest kelas kontrol dan

Korelasi data yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi data ordinal, variabel yang pertama dalam penelitian ini adalah jenjang kepangkatan personil Polri, yaitu

Untuk mendukung program pembelajaran e-learning yang dilakukan oleh seorang dosen di 5 Perguruan Tinggi wilayah kota Surakarta, maka banyak tempat yang di anggap strategis di

Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan, meliputi perhitungan rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan leverage menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan

Maintenance faktors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini menurut