PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUNGAI AYUNG
UNTUK MENGETAHUI TINGKAT PENCEMARAN
BAKTERI COLIFORM DI DESA BONGKASA,
KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG
I GUSTI NGURAH ADI SULAKSANA
NIM. 1120015015
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga kebersihan daerah aliran sungai. Membuang limbah padat dan cair dengan tidak memperhitungkan dampak lingkungan dan kesehatan yang akan ditimbulkannya. Masyarakat hanya memikirkan menjauhkan limbah dari tempat mereka tinggal ataupun tempat mereka bekerja dan membuangnya disembarang tempat, yang nantinya terbawa oleh air hujan yang membawanya ke aliran sungai. Padahal begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketika krisis air, masyarakat rela membeli air dengan harga yang mahal demi mencukupi kebutuhan akan air minum maupun air yang digunakan untuk mandi, cuci dan kakus.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat terlepas dari
kebutuhan sehari – hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya (Lina, 2004).
Salah satu fungsi ekologis dari hutan adalah water regulator yakni sebagai pengatur tata air yang mampu menjaga waktu dan ketersediaan aliran air sungai, menjaga iklim mikro dan mampu melindungi daerah di hilirnya dari berbagai bencana seperti banjir (Asdak dalam Agung, 2013). Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu.
Berdasarkan peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007 tentang baku mutu lingkungan hidup dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup pada pasal 1 ayat 7 menyebutkan bahwa baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup , zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada/ atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Analisis ini juga dapat membantu dalam upaya menghilangkan atau memperkecil terjadinya pencemaran selama proses mencegah terjadinya re-kontaminasi serta mencegah tumbuh dan meningkatnya mikroba.
3
air dapat menularkan beragam penyakit bila masuk kedalam tubuh manusia, dalam 1 gram tinja dapat mengandung 1 milyar partikel virus infektif yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu di bawah 100 C. Terdapat 4 mikroorganisme pathogen yang terkandung dalam tinja yaitu: virus, protozoa, cacing, dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli(Aprianinaim, 2011).
Sungai adalah sumber daya alam dimana pemanfaatan air di hulu akan mempengaruhi air di hilir, pencemaran di hulu akan menimbulkan biaya sosial di hilir. Sungai tapung kiri terletak di Kabupaten Kampar Riau, merupakan kawasan yang rentan terhadap pencemaran air karena sungai merupakan salah satu media pembuangan limbah dan sangat rentan terhadap pencemaran. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan beban lingkungan pada wilayah sungai (Aswir, 2006).
Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Permasalahan tersebut antara lain terjadinya erosi, banjir, kekeringan, masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi, dan kesadaran masyarakat yang rendah tentang pelestarian manfaat sumber daya alam (Departemen Kehutanan, 2000).
tergantung dari pola kehidupannya. Setiap pinggiran sungai yang padat dengan pemukiman dipastikan akan terlihat saluran – saluran pembuangan yang menuju ke badan sungai. Sehingga apabila diakumulasikan dari beberapa cerobong buangan maka akan menjadikan buangan yang cukup tinggi (Sukadi, 1999).
Desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Propinsi Bali berada di utara dari ibu kota Denpasar. Kurang lebih ±20 km dari Denpasar. Desa Bongkasa adalah salah satu desa yang bergeliat dengan aktivitas pariwisatanya yaitu arung jeram, sehingga usaha-usaha kecil dan menengah di sekitar daerah mulai bermunculan dan berkembang. Pada peta pulau Bali, Desa Bongkasa dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
5
Di desa Bongkasa masih ada masyarakat yang menggunakan sungai di desanya sebagai tempat untuk MCK (mandi, cuci, kakus). Kehidupan masyarakat masih kental dengan kehidupan tradisional walaupun dibeberapa tempat sudah mulai dimasuki budaya modern. Seperti munculnya usaha perumahan maupun pertokoan yaitu: bengkel, minimart, peternakan ayam, dan bebek serta budidaya ikan, dan lainnya yang ada di radius 1 km dari aliran sungai. Sampai saat ini belum ada laporan adanya gangguan penyakit yang didapat dari penggunaan air sungai terhadap gangguan kesehatan terhadap masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu untuk dilakukan penelitian tentang kualitas air sungai untuk mengetahui tingkat pencemaran bakteri coliform pada sungai ayung desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.
Rumusan Masalah
Bagaimana Kualitas air Sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung?
1.2 Pertanyaan Penelitian
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas air sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung sesuai dengan baku mutu air bersih yang ditentukan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui kandungan bakteri coliform pada satu ruas aliran air sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
2) Mengetahui Kualitas satu ruas aliran air sungai Ayung di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Bali no 8 tahun 2007 Tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup Dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, dan Peruntukannya.
7
1.4 Batasan Penelitian
Untuk mencegah biasnya ataupun penafsiran yang luas maupun keliru maka perlu dibatasi sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini tidak membuat peta baru, hanya menampilkan letak lokasi penelitian.
2. Fokus utama penelitian ingin mengetahui tingkat kualitas sungai ayung tersebut sesuai parameter yang diperiksa.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Institusi
Memberikan informasi dan dasar pertimbangan kepada Desa Bongkasa khususnya daerah tersebut dijadikan daerah pariwisata terkait kualitas air terhadap bakteri Coliform pada air sungai.
1.5.2 Manfaat Akademik
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah:
1. Ruas Sungai yang menjadi objek penelitian adalah ruas sungai Ayung terdapat di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
2. Penentuan 6 (enam) titik lokasi dalam penentuan pengambilan sample air sungai Ayung untuk di periksa secara laboratorium di balai laboratorium kesehatan kota Denpasar
3. Parameter air yang diteliti adalah bakteri coliform, parameter pH dan suhu air sungai sebagai data pendukung dalam pembahasan. 4. Parameter BOD dan COD pada sungai tersebut.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air
Pada Air (H2O) merupakan senyawa kimia yang sangat penting
bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi
kehidupan tersebut tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir
semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari
mandi, membersihakn ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan
dan minuman sampai dengan aktifitas – aktifitas lainnya. Sebagian besar
keperluan air sehari – hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air
yang berasal dari PAM (Perusahaan Air Minum / air ledeng), juga bahan
bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai
sebagai sumber air harus dipelihara (Rukaesih, 2004).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia, mikrobiologi,
dan radioaktifitas) dan dapat di minum apabila telah dimasak (Peraturan
Menteri Kesehatan, Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990).
Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air
merupakan media transport utama bagi zat – zat makanan dan produk
yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni tetapi selalu
ad senyawa atau mineral / unsur lain yang terdapat didalamnya.
Azwir, (2006) menyatakan kualitas air sungai sangat tergantung
dari komponen penyusunnya dan juga dipengaruhi oleh masukan
komponen yang berasal dari pemukiman sekitarnya. Komponen limbah
domestik pemukiman tersebut banyak mengandung bakteri, virus dan
berbagai macam parasit patogen. Kualitas air sungai dipengaruhi oleh
beberapa parameter pemcemaran yang berasal dari air buangan (limbah)
diantaranya :
1) Suhu
2) Kekeruhan
3) Warna, Bau, Rasa
4) Bahan Padat Total
5) Daya Hantar Listrik
6) Kandungan Besi
7) Oksigen Terlarut (DO)
8) Biological Oxygen Demand (BOD5)
9) Chemical Oxygen Demand (COD)
10) Nutrient
11) Logam berat
12) Faecal Coliform
Pemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian,
11
limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
Beberapa manfaat sungai bagi kehidupan kita adalah :
(1) Sebagai sarana transportasi.
(2) Sebagai sumber air irigasi.
(3) Aliran sungai dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
(4) Sebagai prasarana olah raga.
(5) Sebagai tempat budidaya perikanan
2.2 Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya
bahan organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil
berubah menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia
mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada
penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan,
sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat
pengganggu. BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan
oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. (Umaly dan
Cuvin dalam Agustira dkk, 2013). BOD menunjukkan jumlah oksigen
yang dikosumsi oleh respirasi mikro aerob yang terdapat dalam botol
BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 0C selama. lima hari, dalam
2.3 Chemical Oxigen Demand (COD)
Parameter uji COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan
parameter uji kebutuhan oksigen secara kimiawi yang menggambarkan
jumlah total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik
secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis
(nonbiodegradable). Purwati dkk (2015). Kebutuhan oksigen kimiawi atau
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis menjadi
CO2 dan H2O. (Boyd dalam Azwir 2006). Jika pada perairan terdapat
bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin,
fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan
pengukuran COD daripada BOD (Azwir, 2006).
2.4 Bakteri Coliform
Wuryastuti dkk (2000) menyatakan bahwa bakteri coliform
merupakan grup bakteri Gram negatif berbentuk batang dan beberapa
galur dari bakteri tersebut, terutama Escherichia coli diketahui dapat
mengakibatkan diare pada manusia dan hewan. Pada umumnya, penyakit
bakterial tersebut ditularkan melalui air yang tercemar Selain itu, jenis
bakteri yang umum digunakan sebagai indikator penetuan kualitas sanitasi
makanan dan air. bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan
13
patogen seperti bakteri lain, virus atau protozoa yang banyak merupakan
parasit yang hidup dalam sistem pencernaan manusia serta terkandung
dalam faeses (Servais dalam Garneta, 2016).
Dari segi bakteri, keberadaan bakteri Coliform yang merupakan
parameter ada tidaknya materi fekal di dalam suatu habitat (air) sangat
diharuskan untuk penentuan kualitas air yang aman. Bakteri yang paling
banyak digunakan sebagai indicator sanitasi adalah Escheriachia Coli,
karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya
bukan pathogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak
membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat di analisis
keberadaannya di dalam air yang tentunya bukan merupakan medium yang
ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau
makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya
pathogen pada pangan (Aprianinaim, 2011).
Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinnya pada
sel vero, suatu sel hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua
bentuk antigenic dari toksin, E. Coli Enteroinvansif (EIEC). Menyebabkan
penyakit yang sangat mirip dengan Shigellosis. Penyakit sering terjadi
pada anak – anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju
ke Negara tersebut. E. Coli Enteroagregatif (EAEC) menyebabkan diare
akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. Bakteri ini
ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia (Aprianinaim,
Khusus untuk kelompok bakteri coliform, kehadirannya di dalam
benda (air, bahan makanan, dan sebagainya) yang berhubungan dengan
kepentingan manusia sangat tidak diharapkan. Karena kehadiran kelompok
bakteri ini pada suatu benda menandakan benda tersebut telah tercemar
oleh bakteri fekal, yaitu materi yang berada bersama tinja atau feses atau
kotoran manusia.
Indicator kehadiran bakteri coliform merupakan polusi kotoran
akibat kondisi sanitasi yang buruk terhadap air dan makanan. Bakteri
coliformada 2 jenis:
1) Fecal: berasal dari tinja manusia dan mamalia (misalnya:
Escherichia coli)
2) Non Fekal: berasal dari sumber lain (misal: Enterobacter
aerogenus, Klebsiella).
Untuk melihat kualitas air dengan indikator coliform maka perlu
dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif bakteri coliform melalui tiga
tahapan yaitu: uji penduga (presumptive test), uji penetapan (confirmed
test), uji pelengkap (completed test). Perhitungan bakteri coliform juga
dapat menggunakan metode millipore membrane filter membrane steril
pori yang berdiameter 0,22 – 0,45 mikron dengan diameter membrane 5
15
2.5 Standar Kualitas Air
Sesuai aturan yang ditetapkan pada pasal 4 Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 406 tahun 1990 tentang syarat – syarat dan pengawasan
kualitas air dijelaskan bahwa dalam melakukan pengambilan sampel apa
saja yang mesti dilakukan antara lain:
1. Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada
proses produksi dan distribusi.
2. Pemeriksaan contoh air.
3. Analisis hasil pemeriksaan yang bertujuan agar pemeriksaan bisa
dilakukan sesuai standard an prosedur kerja dalam pemeriksaan
kualitas air karena menyangkut orang – orang sekitar air sungai.
Hal ini didukung pula dari beberapa peraturan per-Undang –
Undangan yakni Peraturan Pemerintah 20 Tahun 1990, tentang
pengendalian pencemaran air, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Air. Serta Undang-Undang No32 Tahun 2009 tentang kesehatan seperti
table 1 di bawah ini:
Tabel 1. Baku Mutu air Berdasarkn Kelas
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
8 Fecal coliform jml/100 ml 0 1000 2000 2000
9 Total coliform jml/100 ml 3 5000 10000 10000
KIMIA ORGANIK
10 BOD mg/L 2 3 6 12
11 COD mg/L 10 25 50 100
Keterangan : *Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas
Sumber : Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007 Baku Mutu Lingkungan Hidup Dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
2.6 Pengawasan Kualitas Air
Sesuai Undang – Undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
pada pasal 22 ayat 23 mengatakan bahwa penyehatan air meliputi
pengamanan dan penetapan kualitan air untuk berbagai kebutuhan hidup
manusia. Berdasarkan Permenkes 492 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Kualitas Air (kelas 1) bahwa standar kualitas air yang
aman ialah tidak berbau, tidak berwarna serta memenuhi prasyaratan
kimia, mikrobilogi dan fisika serta dalam keadaan normal. Upaya
penyehatan air bertujuan untuk menjamin ketersediaan air minum ataupun
air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi seluruh masyarakat
baik perkotaan maupun pedesaan.
Untuk menjamin tersedianya kualitas air yang memenuhi
persyaratan tersebut, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah
maupun masyarakat, seperti pembangunan dan perbaikan sarana air bersih
atau air minum. Upaya pengawasan kualitas air dan penyulihan –
penyulihan mengenai hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang
memenuhi persyaratan kesehatan. Kegiatan yang berada dalam perihal
pengawasan kualitas air adalah:
1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi bermaksud memberi
17
berpotensi mempunyai masalah. Data yang diperoleh bisa
menjabarkan kekurangan, ketidak teraturan, kesalahan penanganan,
dan data penyimpangan yang mungkin mempengaruhi produksi dan
distribusi.
2. Pengambilan dan Pengiriman Sampel Air
Pengambilan sampel air dimaksudkan untuk mengumpulkan volume
sesuatu badan air yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin
tetapi masih mewakili (representatif) yaitu masih mempunyai semua
sifat – sifat yang sama dengan badan air. Persyaratan pengambilan
sampel sebagai berikut:
a) Pengambilan sampel harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan cermat dengan frekuensi yang cukup sehingga setiap ada
perubahan kualitas air sewaktu – waktu dapat diketahui.
b) Sampel harus diambil, disimpan dan dikirim dalam botol yang
steril dan sempurna.
c) Volume air yang diambil sesuai dengan pedoman.
d) Sampel harus diambil dari titik – titik dari system penyediaan air
yang sedapat mungkin mewakili semuanya.. Waktu
pengambilan harus hati – hati sekali untuk mencegah
kontaminasi terhadap sampel yang telah diambil.
e) Untuk mencegah adanya perubahan komposisi sampel yang
mempengaruhi hasil analisa sangat penting menjamin bahwa
f) Prosedur/teknik sampling air minum/air bersih, air kolam
renang, air pemandian umum mengacu pada buku pedoman
pengambilan sampel yang ada.
2.7 Self Purification Sungai
Self Purification adalah pemurnian diri / upaya pemurnian air dari
zat pencemar yang terkandung di dalamnya oleh proses alamiah tanpa
adanya pengaruh aktivitas manusia atau salah satu kemampuan lahan
basah dalam menyimpan air (Novirina dan Cahyarani, 2013).
Hanya, self-purification atau daya dukung alam hanya bisa muncul
pada kondisi pencemaran tertentu. Yang terjadi belakangan, ketika
bersentuhan dengan peradaban modern, tingkat pencemaran sudah
melebihi ambang batas atau kapasitas daya dukung alam. Alam sebenarnya
memiliki kemampuan mengatasi masalah pencemaran yang terjadi.
Mekanisme yang disebut self purification itu, lahir bersamaan dan ada
dalam diri alam dari zaman ke zaman. Hanya, self purification atau daya
dukung alam hanya bisa muncul pada kondisi pencemaran tertentu.
Pengembangan pemurnian alami ( self purification ) terdiri dari beberapa
zona yaitu :
1. Zona air bersih, zona ini terdapat jauh dihulu sungai, jauh dari sumber
pencemaran indikatornya adalah masih dapat dimanfaatkannya air
19
2. Zona Dekomposisi, zona ini terdapat pada daerah sumber
pencemaran, limbah yang mengalirakan didekomposisi / dioksidasi
proses pembongkaran bahan organik oleh bakteri dan
mikroorganisme. Indikator daerah ini kaya akan bakteri dan
mikroorganisme.
3. Zona Biodegradasi, pada daerah ini terjadi penurunan oksigen terlarut
Dissolved Oxygen (DO). Sehingga nilai COD di perairan sangat
tinggi.
4. Zona pemulihan, pada zona ini kualitas air kembali bersih, nilai
oksigen terlarut kembali normal.
2.8 Pencemaran Air
Menurut (Rukaesih, 2004) Pencemaran adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Selain itu Undang Undang no 32 tahun
2009 Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan
bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Menurut kegunaannya/
peruntukannya air digolongkan menjadi:
1. Golongan Kelas pada Air
a. Golongan A: yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum
secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B: yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
c. Golongan C: yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
d. Golongan D: yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,
dan listrik Negara.
2. Sumber Pencemar
Puspitasari (2007) menyatakan bahwa banyaknya lokasi
pemukiman yang berada disekitar bantaran sungai merupakan suatu
permasalahan krusial yang yang memerlukan upaya / tindak lanjut
yang berkelanjutan untuk dapat mengatasinya. Salah satu pencemaran
air sungai yang ditimbulkan oleh warga seperti pembungan limbah
rumah tangga dan membuang sampah langsung kesungai. Untuk itu
21
2001 tentang tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air dapat dijelaskan bahwa sumber pencemaran pada
sungai dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1. Point Source Discharges (Sumber Titik) sumber titik atau
sumber pencemar yang dapat diketahui secara pasti dapat
berupa suatu lokasi seperti air limbah industry maupun
domestik serta saluran drainase. Air limbah adalah sisa dari
suatu hasil usaha dan kegiatan yang berwujud cair).
2. Non Point Source (Sebaran Menyebar) ialah berasal dari
sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar masuk
kedalam perairan melalui run off (limpasan) dari wilayah
pertanian, pemukiman dan perkotaan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang
Standar Kualitas Air di Perairan Umum terhadap penilaian
mikroorganisme yang akan ditampilkan dalam petikan peraturan tersebut.
Disajikan dalam table sebagai berikut:
Tabel 2. Standar Kualitas Air
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990. No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Gol A Gol B Gol C Gol D
1 Coliform Tinja Jml/100 ml 0 2000 -
-2.9 Mikrobiologi Air (Akuatik)
Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk
hidup membutuhkan air. Misalnya sel hidup, baik hewan maupun
tumbuhan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel
tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan. Dari sejumlah 40 juta
milkubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak
lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan
untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil-kubik, 97%
terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar-garam tinggi, 2,5%
berbentuk salju dan es-abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat
dipergunakan secara langsung oleh manusia (Yanti, 2016).
2.10 Mikrobiologi Air Tawar
Yanti (2016), menyatakan bahwa air alami yang berada di sungai,
kolam, danau, dan sumber air lainnya, dengan rumus : H2O + X, dimana X
merupakan faktor yang bersifat hidup (biotik) maupun tidak hidup
(abiotik) Komponen kehidupan di dalam air, terdiri dari Mikroba : bakteri,
jamur, mikroalga, protozoa, virus.
1. Mikroba dalam air ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan. Mikroba air yang menguntungkan, berperan sebagai :
a. Makanan ikan : fitoplankton dan zooplankton. Contoh : mikroalga
(chlorella, scenedesmus, hydrodiction, pinnularia, dan lain-lain).
23
c. Produsen : adanya mikroalga yang dapat berfotosintesis sehingga
meningkatkan oksigen terlarut.
d. Konsumen : hasil rombakan organisme dimanfaatkan oleh
mikroalga, bakteri, jamur.
e. Penyebab Penyakit : Salmonela (Tipus / Paratipus), Shigella
(Disentri Basiler), Vibrio(Kolera), Entomoeba (Disentri Amoeba).
f. Penghasil toksin: bakteri anaerobic (Clostridium), bakteri aerobik
(Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus, dan lain – lain),
microalgae (Anabaena, Microcystis):
2. Selain itu, ada pula mikroba air yang merugikan antara lain :
a. Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau
amis yang disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga
(Anabaena flos-aquaedan Microcystis Aerugynosa).
b. Bakteri Besi: Fe2+ (oksidasi oleh bakteri Crenothrixsphaerotilus)
menjadi Fe3+.
c. Bakteri belerang: SO4 2- (reduksi oleh bakteri Thiobacillus
Cromatium) menghasilkan H2S (bau busuk).
2.11 Kimia Air
2.9.1 Derajat Keasaman atau pH
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan
dengan pH = 7 adalah netral, pH<7 dikatakan kondisi perairan bersifat
asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi,
2003). Adanya karbonat, bikarbonat dan hidrokarbonat akan menaikkan
kebasaan air, sementara adanya asam mineral bebas dan asam karbonat
menikkan keasaman suatu perairan.
2.9.2 Perubahan Temperatur Air
Perubahan temperatur air dapat terjadi apabila air panas akibat
proses dalam suatu industri dibuang ke lingkungan. Apabila temperatur air
meningkat, maka gas yang larut dalam air akan menguap, berarti makin
tinggi temperatur air, makin kecil gas di dalamnya. Dalam hal ini