• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Causality Orientation Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Causality Orientation Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia "X" di Bandung."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui causality orientations pada mahasiswa sekolah tinggi theologia di Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey. Populasi sasaran adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia dari beberapa angkatan yang diambil secara acak dan berjumlah 30 orang

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner GCOS yang disusun oleh Deci & Ryan dan dimodifikasi oleh Peneliti dengan mengacu pada teori Self Determination. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach diperoleh 51 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,263–0,672 dan reliabilitas sebesar 0,89. Data hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar (90%) mahasiswa memiliki causality orientation autonomy dan sebagian kecil (10%) mahasiswa memiliki causality orientation controlled, dan tidak ada mahasiswa yang memiliki causality oreintation impersonal. Hal ini disebabkan oleh needs autonomy, competence serta relatedness mahasiswa sekolah tinggi Theologia “X” Bandung tergolong cenderung kuat dan kuat serta needs tersebut tergolong cenderung terpenuhi dan terpenuhi yang juga terjaring dari hasil penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran kepada para staf pengajar Sekolah Tinggi Theologia “X” Bandung untuk dapat mepertahankan situasi dan kondisi fakultas theologia yang menunjang pemenuhan needs autonomy, competence dan relatedness sehingga dapat mempertahankan hasil yang optimal dari para mahasiswa. Peneliti pun mengajukan saran agar dilakukan penelitian serupa dengan sampel yang seimbang antara laki-laki dengan perempuan dan dapat pula dilakukan penelitian untuk melihat peran jenis kelamin terhadap causality orientation.

(2)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ….. ………...ii

ABSTRAK……….iii

KATA PENGANTAR …….………. v

DAFTAR ISI ……...……….………...viii

DAFTAR BAGAN………...………xii

DAFTAR SKEMA………..………xiii

DAFTAR TABEL………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...xv

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1 Latar Belakang Masalah ………...………..…...….………..1

1.2 Identifikasasi Masalah………...10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………….………..10

1.4 Kegunaan Penelitian………. ………10

1.5 Kerangka Pemikiran…………..……….11

1.6 Skema Kerangka Pemikiran……….………. 23

1.7 Asumsi ………...21

BAB II TINJAUAN TEORI……… .25

2.1 Self Determination Theory………24

2.1.1 Pengantar Self Determination Theory………….. ………24

(3)

Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Dasar dari Self Determination Theory………. ……….25

2.1.3 Konsep tentang Needs……… ...26

2.1.3.1 Teori Awal Tentang Needs………...……...26

2.1.4 Motivasi Intrinsik…………. ……….36

2.1.4.1 Pandangan Multidimensi Pada Motivasi Intrinsik………...36

2.1.5 Motivasi Ekstrinsik………..43

2.1.5.1 Pengertian Motivasi Ekstrinsik………...43

2.1.6 Amotivasi ………46

2.1.7 Skema Self-Determination Theory………...47

2.1.8 Regulatory Style………...47

2.1.8.1 Regulatory Style Pada Amotivasi………....47

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.1.8.2 Regulatory Styles Pada Motivasi Ekstrinsik………...48

2.1.8.3 Regulatory Style Pada Motivasi Intrinsik………...49

2.1.9 Locus of Causality………49

2.1.10Causality Orientation………..50

2.2 Masa Dewasa Awal…………..………..…… .52

2.2.1 Pengertian Masa Dewasa Awal…….……… 52

2.2.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal……….54

2.2.3 Perkembangan Kepribadian Masa Dewasa Awal………...57

2.2.3.1 Keanekaragaman Gaya Hidup Orang Dewasa………..58

2.2.3.2 Keintiman dan Kemandirian………59

2.2.4 Karir dan Pekerjaan pada Masa Dewasa Awal ………..…….60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….64

3. 1 Rancangan Penelitian ……….64

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………65

3.2.1 Variabel Penelitian ………...65

3.2.2 Definisi Operasional ………65

3.3 Alat Ukur ………..66

3.3.1 The General Causality Orientation……….66

3.3.2 Prosedur Pengisian Kuisoner………...68

3.3.3 Sistem Penilaian………..68

3.3.4 Data Penunjang………..70

3.3.5 Validitas dan Realibilitas Alat Ukur………70

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.3.5.1 Validitas Alat Ukur……….70

3.3.5.2 Realibilitas Alat Ukur……….71

3.4 Populasi Penelitian ………74

3.4.1 Populasi Sasaran……….. ………74

3.4.2 Teknik Sampling………..74

3.4.3 Karakteristik Populasi ………74

3.5 Teknik Analisis ……….74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..76

4.1 Gambaran Responden………..76

4.4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...76

4.1.2 Gambarana Responden Berdasarkan Umur………..76

4.2 Hasil Penelitian………...77

4.2.1 Gambaran Causality Orientation Responden………....77

4.3 Pembahasan……….78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...…………84

(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir………...23

Bagan 2.1. Bagan Skema Self Determination Theory………..47

Bagan 3.1. Bagan Skema Rancangan Penelitian………...64

(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi alat ukur………67

Tabel 3.2 Tabel Keterangan Pilihan Jawaban……….69

Tabel 3.3 Tabel Keterangan Skor Option Pilihan Jawaban……….69

Tabel 4.1. Tabel Gambaran Responden – Jenis Kelamin………76

Tabel 4.2. Tabel Gambaran Responden – Umur………..77

Tabel 4.3. Tabel Causality Orientation……….78

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sekolah Tinggi Theologia Lampiran 2 : Kuesioner GCOS

Lampiran 3 : Tabel Hasil Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4 : Crosstabs Hasil Penelitian Dengan Data Penunjang

Lampiran 4.1. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Jenis Kelamin.

Lampiran 4.2. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Umur.

Lampiran 4.3. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Status Kelahiran.

Lampiran 4.4. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Suku

Lampiran 4.5. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Biaya Hidup

Lampiran 4.6. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Biaya Hidup per bulan.

Lampiran 4.7. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Memiliki usaha atau tidak

Lampiran 4.8. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Keputusan Untuk Kuliah di Theologia

Lampiran 4.9. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Yang Mempengaruhi Keputusan Untuk Kuliah di Theologia

Lampiran 4.10. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pengaruh suku terhadap Needs for Autonomy

(9)

Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 4.11. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pengaruh Suku terhadap Needs for Competence.

Lampiran 4.12. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pengarug Suku terhadap Needs for Relatedness

Lampiran 4.13. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Penyesuaian Diri.

Lampiran 4.14. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Yang mempengaruhi Penyesuaian Diri

Lampiran 4.15. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Needs for Autonomy

Lampiran 4.16. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pemenuhan Needs for Autonomy

Lampiran 4.17. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Needs For Competence

Lampiran 4.18. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pemenuhan Needs For Competence.

Lampiran 4.19. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Needs For Relatedness.

Lampiran 4.20. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pemenuhan Needs For Relatedness.

Lampiran 4.21. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Alasan Memilih Jurusan Theologia

Lampiran 5 : Lampiran Gambaran Responden

• Lampiran 5.1 Gambaran Responden Berdasarkan Suku.

• Lampiran 5.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Kelahiran.

(10)
(11)

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA KHARISMA

I.Sejarah Singkat

Sekolah Tinggi Theologia Kharisma berdiri tahun 1994 atas dukungan Gereja Bethel

Indonesia Jalan Tentera Pelajar 19 Tasikmalaya, Jawa Barat yang digembalakan oleh Pdt. Julius

Ishak Abraham, Msc. Pertama kali Sekolah Tinggi Theologia memulai kuliah perdananya pada

tanggal 10 Agustus 1994 di Tasikmalaya, yang sebelumnya diresmikan oleh Bupati Daerah

Tingkat II Tasikmalaya waktu itu tanggal 5 Januari 1994.

Pada bulan April 2001, Sekolah Tinggi Theologia Kharisma berpindah lokasi ke Bandung.

Sebagai ibukota propinsi , Bandung dianggap sebagai tempat yang lebih representatif dan

strategis bagi pengembangan Sekolah Tinggi Theologia Kharisma ke depan. Kini, Sekolah

Tinggi Theologia Kharisma menyelenggarakan seluruh aktivitas pendidikannya di Kampus Jl.

BKR 98abc Bandung, didukung dengan fasilitas asrama putra dan putri yang terletak dekat

kampus. Mulai Agustus 2002, Sekolah Tinggi Theologia Kharisma juga mulai membuka

program Magister. Setelah itu pada Juni 2003, program yang sama dibuka didaerah Kelapa

Gading Jakarta.

Sekolah Tinggi Theologia telah berhasil meningkatkan mutu pendidikan dan berhak mengikuti

ujian negara sejak Bulan Juli 2003 dan status terakreditasi diterima dengan SK Dirjen Bimas

Kristen tertanggal 9 Februari 2004, (No: DJ.III/Kep/HK.00.5/24/401/2004)

II. Visi dan Misi

Adapun yang menjadi Visi dari Sekolah Tinggi Theologia Kharisma adalah mempersiapkan

Pelayan Tuhan yang memiliki karunia dan Karakter seperti Kristus Dan yang menjadi m isi

Sekolah Tinggi Theologia Kharisma adalah

1.Mendidik pelayan Tuhan agar mantap dalam iman serta karakter Kristen yang dapat

dibanggakan.

2.Membtuk pelayan Tuhan yang memiliki hikmat Ilahi dan berwawasan luas

3.Mempersiapkan pelayan Tuhan yang terampil dalam pelayanan dan tahan uji dalam

(12)

General Causality Orientation Scale (17-vignette version)

Dalam lembaran soal ini terdapat serangkaian vignette (gambaran situasi-situasi secara

singkat). Tiap vignette menggambarkan suatu kejadian dan 3 cara menanggapi kejadian tersebut.

Saudara diminta untuk membaca tiap vignette tersebut dan pertimbangkan tiap respon satu-persatu.

Saudara diminta untuk membandingkan kesesuaian tiap respon yang ada dengan diri saudara. Kita

semua menanggapi suatu situasi dengan cara yang berbeda-beda dan kemungkinan dalam tiap respon

ada yang sesuai dengan diri Saudara .

a. Pilihlah angka 1 atau 2 jika respon tersebut Saudara anggap sangat tidak sesuai dengan diri saudara.

b. Pilihlah 3, 4, atau 5 jika respon tersebut Saudara anggap cukup sesuai dengan diri Saudara.

c. Pilihlah 6 atau 7 jika respon tersebut Saudara anggap sangat sesuai dengan diri Saudara.

Saudara diminta untuk memilih suatu angka yang sesuai dengan diri Saudara untuk tiap respon

dan tuliskan di lembar jawaban. Apabila saudara telah selesai mengerjakan, tolong diperiksa agar jangan

sampai ada respon yang terlewat. Perlu diperhatikan pula bahwa lembar soal tidak boleh dilipat, dicoret

atau dijadikan alas untuk menulis.

Contoh :

1. Saudara ditawari suatu jabatan baru di perusahaan tempat Saudara bekerja. Saudara

telah bekerja di perusaahan tersebut cukup lama. Pertanyaan yang muncul di pikiran

Saudara ketika mendapakan tawaran tersebut adalah :

a) Apakah saya akan bisa memenuhi tanggung jawab baru tersebut?

1 2 3 4 5 6 7

(13)

b) Apakah penghasilan saya akan bertambah?

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Apakah pekerjaan baru ini akan lebih menarik?

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

Persoalan 1 – 17, kerjakanlah sesuai contoh diatas!

1. Saudara mendapat tawaran untuk menjadi ketua asrama di seminari Saudara. Sebelumnya, Saudara hanyalah sebagai mahasiswa yang tinggal di sana saja. Pertanyaan yang muncul dipikiran Saudara ketika mendapatkan tawaran tersebut adalah :

a) Apakah saya akan bisa memenuhi tanggung jawab yang baru tersebut?

1 2 3 4 5 6 7

sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Apakah saya akan mendapat pujian yang lebih baik dari para dosen dan staff universitas?

1 2 3 4 5 6 7

sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Apakah menjadi ketua asrama baru ini akan lebih menarik

1 2 3 4 5 6 7

(14)

2. Beberapa minggu yang lalu Saudara diwawancarai sebagai persyaratan untuk mendapatkan beasiswa dari universitas. Kemudian Saudara menerima surat berisi nama-nama yang mendapatkan beasiswa, dan ternyata nama-nama Saudara tidak tercantum didalamnya. Hal yang terpikirkan ketika Saudara membaca surat tersebut adalah :

a) Pengetahuan dan kepintaran kita tidaklah penting, yang penting adalah siapa yang kita kenal atau siapa yang menjadi koneksi kita.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Mungkin saya tidak cukup baik untuk memperoleh beasiswa tersebut.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Sepertinya kualifikasi saya bukanlah apa yang mereka butuhkan saat ini.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

3. Saudara adalah seorang asisten dosen. Saudara diminta oleh dosen untuk memberikan kuliah tambahan untuk 3 orang mahasiswa. Saudara telah ditugaskan untuk memberi kuliah tambahan untuk 3 orang mahasiswa yang tidak bisa bertemu pada saat bersamaan. Saudara akan mengaturnya dengan cara:

a) Memberi tahu ketiga mahasiswa tersebut situasi dan keadaannya dan mengatur jadwalnya bersama-sama.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Mengatur jadwal tersebut sesuai waktu ketiga mahasiswa untuk menghindari munculnya masalah.

1 2 3 4 5 6 7

(15)

c) Menanyakan pada dosen Saudara, apa yang harus Saudara lakukan atau apa yang biasanya dilakukan.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

4. Saudara baru saja menerima hasil ujian semester Saudara, dan Saudara mendapat nilai yang buruk sekali. Maka reaksi awal Saudara adalah:

a) Saya merasa sedih dan berkata dalam hati, "Saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar."

1 2 3 4 5 6 7

Tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Saya merasa kecewa dan bertanya dalam hati, "Saya heran kenapa hasilnya bisa seburuk itu,"

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Saya merasa marah dan berkata, "Soal ujian tersebut tidak sesuai dengan materi kuliah yang sudah dipelajari."

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

5. Saudara dan teman Saudara ingin membuat rencana untuk mengisi waktu senggang pada hari libur, kemungkinan Saudara akan:

a) Menyerahkan sepenuhnya pada teman Saudara, karena menurut Saudara, teman saudara itu tidak akan menyetujui usul Saudara.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Masing-masing Saudara dan teman Saudara memberi usul kemudian diputuskan bersama apa yang Saudara dan teman Saudara ingin lakukan.

1 2 3 4 5 6 7

(16)

c) Saudara mengajak teman Saudara agar mereka Memilih kegiatan sesuai dengan keinginan Saudara.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

6. Saudara diundang ke sebuah perayaan natal dimana pada perayaan natal tersebut, Saudara hanya mengenal sedikit orang yang ada di sana. Sementara Saudara menunggu saat perayaan natal tersebut tiba, Saudara beranggapan bahwa dalam perayaan natal tersebut:

a) Saudara akan mencoba untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara apapun agar bisa merasa senang dan tidak terlihat buruk .

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Saudara akan mencari orang yang enak untuk dapat berbincang-bincang dengan Saudara.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Saudara akan merasa sendiri saja dan tidak dipedulikan.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

7. Saudara diminta untuk merencanakan suatu retret untuk Saudara dan rekan-rekan kuliah Saudara. Saudara akan merancang acara ini dengan cara:

a) Saudara memegang kendali; Saudara akan mengambil keputusan penting sendiri.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Mengikuti kebiasaan sebelumnya; sebenarnya Saudara tidak siap, jadi Saudara memilih kegiatan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

1 2 3 4 5 6 7

(17)

c) Mengumpulkan pendapat: meminta masukan dari rekan-rekan Saudara, sebelum akhirnya Saudara membuat keputusan akhir.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

8. Anggaplah Saudara telah menjadi seorang pendeta dan telah melayani pada salah satu gereja. Baru-baru ini, gembala sidang gereja saudara dipindahtugaskan ke daerah lain, sehingga terbuka kesempatan bagi Saudara untuk menggantikan kedudukannya. Namun, tawaran tersebut diberikan kepada rekan sepelayanan Saudara, dan bukan pada Saudara. Dalam mengevaluasi keadaan ini, Saudara akan berpikiran:

a) Saudara tidak terlalu mengharapkan kedudukan tersebut; Saudara sering “dilewati” oleh orang lain apabila terdapat kesempatan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Rekan sepelayanan Saudara tersebut mungkin melakukan “langkah tepat” secara politis untuk mendapatkan kedudukan tersebut.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Mungkin Saudara akanmelihat faktor-faktor dalam kinerja Saudara yang membuat selama ini saudara “dilewati” oleh orang lain.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

9. Saudara baru saja akan memulai praktek pelayanan jemaat di salah satu yayasan misi dan penginjilan. Hal penting yang menjadi pertimbangan Saudara adalah:

a) Apakah Saudara bisa melakukan praktek pelayanan penginjilan tersebut tanpa

kesulitan.

(18)

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Seberapa tertariknya Saudara terhadap jenis praktek pelayanan penginjilan itu.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Seberapa besar kesempatan praktek pelayanan penginjilan itu memberikan keuntungan untuk Saudara.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

10. Seorang teman kelompok dengan Saudara selama ini selalu terlihat bersemangat ketika mengikuti mata kuliah di kelas. Namun dalam dua minggu terakhir ini, ia mengikuti kuliah tidak seperti biasanya dan terlihat tidak bersemangat. Reaksi Saudara:

a) Mengatakan padanya bahwa ia tidak seperti apa yang Saudara harapkan dan bilang bahwa ia harus mengikuti perkuliahan dengan lebih sungguh lagi .

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Bertanya kepada teman Saudara tersebut tentang masalahnya dan bilang bahwa Saudara bersedia membantunya.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan agar ia dapat kuliah seperti biasanya.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

11. Untuk menyelesaikan program pendidikan Saudara, maka Saudara diwajibkan untuk dapat mengikuti praktek pelayanan ke masyarakat. Saudara mendapat bagian untuk melakukan praktek pelayanan di salah satu gereja yang letaknya di desa dan jauh dari kota. Ketika Saudara memikirkan praktek pelayanan tersebut, Saudara akan:

a) Merasa tertarik dengan adanya praktek pelayanan tersebut dan sekaligus merasa gugup.

(19)

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Merasa bersemangat dengan dan antusias untuk melakukan praktek pelayanan tersebut serta memperoleh nilai praktek yang baik.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Merasa stress dan cemas dalam menghadapi situasi yang akan terjadi .

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

12. Dalam kelompok teman-teman dekat Saudara, teman yang Saudara pilih untuk menghabiskan waktu paling sering adalah:

a) Teman yang bisa diajak untuk bertukar pikiran dan berbagi perasaan.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Teman yang paling populer diantara semuanya.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Teman yang paling membutuhkan Saudara sebagai teman.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

13. Saudara mempunyai seorang keponakan putri usia sekolah dasar. Karena orang tua Saudara berhalangan hadir, maka Saudara mewakili orang tuanya untuk pertemuan dengan guru. Pada waktu pertemuan orang tua murid dan guru, gurunya berkata pada Saudara bahwa keponakan Saudara prestasinya kurang di sekolah dan terlihat tidak dalam mengerjakan tugasnya. Kemungkinan Saudara akan:

a) Membicarakannya dengan keponakan Saudara untuk mengerti lebih jauh apa masalahnya.

1 2 3 4 5 6 7

(20)

b) Memarahinya dan berharap ia berubah menjadi lebih baik.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Memastikan bahwa ia mengerjakan tugas-tugasnya; karena ia harus belajar lebih giat.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

14. Teman Saudara mempunyai kebiasaan yang sangat mengganggu Saudara yang dapat mebuat Saudara marah. Kemungkinan Saudara akan:

a) Memberi tahu kepada dia setiap kali kebiasaan tersebut muncul, mungkin dengan cara demikian ia akan berhenti melakukan hal tersebut .

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Mencoba untuk mengabaikan kebiasaan tersebut karena membicarakan tentang kebiasaan tersebut dengannnya tidak ada gunanya.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Mencoba untuk mengerti mengapa teman Saudara melakukannya dan mengapa kebiasaan itu sangat mengganggu buat Saudara

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

15. Seorang teman dekat Saudara (berjenis kelamin sama) belakangan ini sangat banyak dipengaruhi suasana hati. Ia juga sering marah pada Saudara tanpa alasan yang jelas. Saudara akan:

a) Memberi tahu pada teman Saudara hasil pengamatan Saudara dan mencoba untuk mengetahui apa yang terjadi kepadanya.

1 2 3 4 5 6 7

(21)

b) Mengabaikannya karena tidak banyak yang Saudara bisa perbuat

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Memberi tahu kepadanya bahwa Saudara hanya akan menghabiskan waktu bersamanya hanya jika ia mampu mengontrol suasana hatinya.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

16. Adik perempuan teman Saudara baru saja masuk SMU. Teman Saudara mengatakan bahwa prestasi adiknya sangat buruk dan ia meminta saran Saudara tentang apa yang harus ia lakukan. Saudara menyarankan ia untuk:

a) Membicarakannya dengan adiknya dan coba untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

b) Tidak perlu membicarakannya; tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Mengatakan pada adiknya tentang pentingnya berprestasi, jadi sebaiknya adik dari teman Saudara itu berusaha lebih giat lagi.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

17. Saudara merasa bahwa teman Saudara sering tidak menghargai hak dan perasaan Saudara. Saudara mungkin akan:

a) Mencoba mencari kesempatan untuk menjelaskan pada teman Saudara mengapa hal itu sangat mengganggu Saudara; dia mungkin tidak menyadari seberapa mengganggunya hal tersebut.

1 2 3 4 5 6 7

(22)

b) Tidak bilang apapun; kalau teman Saudara benar- benar peduli seharusnya ia mengerti perasaan Saudara.

1 2 3 4 5 6 7

Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai

c) Meminta teman Saudara untuk lebih menghargai Saudara; kalau tidak Saudara akan melakukan hal yang sama terhadapnya.

1 2 3 4 5 6 7

(23)

Nama :_________________________ Usia:___________tahun

Jenis Kelamin :___________

Kuisioner

1. Alasan Saudara memilih kuliah di Sekolah Tinggi Theologia Kharisma (di Bandung)

A. Ingin mencoba merantau ke luar kota B. Ingin mendapatkan Sekolah Theologia yang lebih bagus. C. Karena direkomendasi oleh orang lain. D. Di kota asal tidak ada sekolah tinggi theologia.

E. ………(sebutkan)

2. Alasan Saudara memilih kuliah di Jurusan Theologia

A. Karena panggilan B. Keinginan orang tua C. Rekomendasi dari gereja

D. Tertarik pada bidang Theologia E………(sebutkan) 3. Saudara adalah anak ke…..dari….bersaudara

4. Suku Bangsa: A. Sunda B. Chinese C. Batak D.Melayu E(…………..)sebutkan

5. Sebagai orang dari suku bangsa tersebut, apakah Saudara merasakan pengaruh nilai-nilai suku Saudara terhadap kebutuhan Saudara untuk mengambil keputusan:

A.Menunjang B.Biasa saja C.Menghambat

6. Sebagai suku bangsa tersebut diatas Saudara merasakan pengaruh nilai-nilai suku Saudara terhadap kebutuhan Saudara untuk menghadapi tugas yang menantang:

A.Menunjang B.Biasa saja C.Menghambat

7. Sebagai orang dari suku tersebut diatas Saudara merasa pengaruh dari nilai-nilai suku saudara terhadap kebutuhan Saudara untuk menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar saudara:

A.Menunjang B.Biasa saja C.Menghambat

8. Pengeluaran perbulan (makan, jajan, transport. Pulsa dll). Tetapi tidak termasuk pengeluaran pokok seperti uang sewa asrama atau uang kuliah.

A Kurang dari 500 ribu B. 500 ribu – 1 juta C. 1 juta – 1,5 juta D. 1,6 juta - 2 juta E. Diatas 2 juta

9. Apakah Saudara memiliki penghasilan sendiri (bekerja atau memiliki usaha)

(24)

10. Jika Saudara memilih “Ya” apakah dengan penghasilan tersebut Saudara menanggung biaya hidup sendiri?

A. Sepenuhnya B. Sebagian Besar C. Sebagian Kecil

11. Apakah keputusan kuliah di Sekolah Tinggi Theologia adalah merupakan keputusan Saudara sendiri? A Tidak B.Ya

12. Jika Saudara menjawab “Tidak”, keputusan tersebut dipengaruhi oleh siapa? Jawaban boleh lebih dari 1

A. Orang Tua B. Teman C. Pacar D. Gereja E. (………)sebutkan 13. Bagaimanakah proses penyesuaian diri Saudara dengan tuntutan, aturan atau norma yang ada di

kampus?

A. Sulit B. Biasa Saja C.Mudah

14. Jika Saudara menjawab “Sulit “ atau “Mudah” , menurut Saudara apa yang mempengaruhi sulit/mudahnya proses penyesuaian diri Saudara di Kampus? Jawaban boleh lebih dari 1.

(25)

Untuk soal berikut, terdapat beberapa buah pernyataan. Saudara diminta untuk membaca tiap

pernyataan dan saudara diminta untuk membandingkan pernyataan tersebut dengan keadaan diri

saudara pada saat ini.

Lingkarilah A jika pernyataan tersebut MENGGAMBARKAN keadaan diri saudara.

Lingkarilah B jika pernyataan tersebut CUKUP MENGGAMBARKAN keadaan diri saudara.

Lingkarilah C jika pernyataan tersebut KURANG MENGGAMBARKAN diri saudara.

Lingkarilah D jika pernyataan tersebut TIDAK MENGGAMBARKAN keadaan diri saudara

1. Saya memiliki kebutuhan untuk menentukan bagaimana saya menjalani hidup dan mengam keputusan diri sendiri apabila diperlukan.

A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.

2. Saya merasa puas apabila saya dapat menentukan bagaimana saya menjalani hidup dan mengam keputusan

sendiri apabila diperlukan

A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.

3. Saya memiliki kebutuhan untuk menunjukan kepada orang-orang bahwa saya berguna dan mam mencapai

hasil yang saya inginkan

A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.

4. Saya merasa puas apabila saya dapat menunjukan kepada orang-orang bahwa saya berguna dan mamp mencapai hasil yang saya inginkan.

(26)

D. Tidak Menggambarkan diri.

5. Saya memiliki kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar saya dan mendapatkan dukungan emosional dari keluarga serta teman

A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.

6. Saya merasa puas apabila saya dapat menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar saya mendapatkan

dukungan emosional dari keluarga serta teman.

(27)

Lampiran 4.1. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Jenis kelamin

Tipe–Tipe Causality Orientation Jenis kelamin

Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Lampiran 4.2. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Usia

Tipe-Tipe Causality Orientation Umur

Autonomy Controlled Impersonal

(28)

Row% 100% 0% 0% 100%

Lampiran 4.3. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Urutan kelahiran

Tipe-Tipe Causality Orientation

Lampiran 4.4. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Suku

Tipe-Tipe Causality Orientation Suku

Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Jumlah 1 0 0 1

Sunda

(29)
(30)

Lampiran 4.5. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Biaya Hidup

Lampiran 4.6. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengeluaran per Bulan

Tipe -Tipe Causality Orientation Pengeluaran Per Bulan

Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Lampiran 4.7. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Memiliki Usaha atau tidak

Tipe -Tipe Causality Orientation Memiliki Usaha

Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Jumlah 4 0 0 4

Total% 13.33% 0% 0% 13.33%

Memiliki usaha

(31)

Column% 14.81% 0% 0% 13.33%

Lampiran 4.8. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Keputusan untuk kuliah di Theologia

Tipe -Tipe Causality Orientation Keputusan untuk Kuliah di

Theologia Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Lampiran 4.9. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Yang mempengaruhi keputusan untuk kuliah di Sekolah Theologia

Tipe -Tipe Causality Orientation Yang mempengaruhi

keputusan Autonomy Controlled Impersonal

(32)

Row% 0% 100% 0% 100%

Lampiran 4.10. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengaruh suku terhadap need for

autonomy

Tipe -Tipe Causality Orientation Pengaruh suku terhadap Need

Autonomy Autonomy Controlled Impersonal

(33)

Lampiran 4.11. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengaruh suku terhadap need for

competence

Tipe -Tipe Causality Orientation Pengaruh suku terhadap Need

Competence Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Lampiran 4.12. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengaruh suku terhadap need

forRelatedness

Tipe -Tipe Causality Orientation Pengaruh suku terhadap Need

relatedness Autonomy Controlled Impersonal

(34)

Lampiran 4.13. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Penyesuaian Diri

Tipe -Tipe Causality Orientation Penyesuaian Diri

Lampiran 4.14. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan yang mempengaruhi Penyesuaian Diri

(35)

Total% 3.33% 0% 0% 3.33%

Lampiran 4.15. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Needs For Autonomy

Tipe -Tipe Causality Orientation Needs for Autonomy

Lampiran 4.16. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Pemenuhan Needs For

Autonomy

Tipe -Tipe Causality Orientation Pemenuhan For Needs

Autonomy Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Jumlah 14 2 0 16

Terpenuhi

(36)

Row% 87.5% 12.5% 0% 100%

Lampiran 4.17. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Needs For Competence

(37)

Lampiran 4.18. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Pemenuhan Needs For

Competence

Tipe -Tipe Causality Orientation Pemenuhan Needs for

Competence Autonomy Controlled Impersonal

TOTAL

Lampiran 4.19. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Needs For Relatedness

(38)

Column% 3.70% 0% 0% 3.33%

Jumlah 27 3 0 30

TOTAL

Total% 90% 10% 0% 100%

Lampiran 4.20. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Pemenuhan Needs For

Relatedness

Tipe -Tipe Causality Orientation Need for Relatedness

Lampiran 4.21. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Alasan memilih jurusan Tehologia

Tipe -Tipe Causality Orientation Alasan Memilih jurusan

Theologia Autonomy Controlled Impersonal

(39)

Total% 6.67% 0% 0% 6.67%

Row% 100% 0% 0% 100%

intrinsik (Panggilan dan

tertarik terhadap Theologia)

Column% 7.40% 0% 0% 6.67%

Jumlah 27 3 0 30

TOTAL

(40)

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

GCOS

A. Validitas Aspek Autonomy

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

B. Validitas Aspek Control

(41)

14C 0.497 Dipakai

15C 0.402 Dipakai

16C 0.441 Dipakai

17C 0.415 Dipakai

C. Validitas Aspek Impersonal

ITEM KOEFISIEN KETERANGAN

(42)

Lampiran 5.1 Gambaran Responden Berdasarkan Suku.

Suku Jumlah Responden Presentasi

Sunda 1 3.33%

Lampiran 5.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Kelahiran

(43)
(44)
(45)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Tinggi Theologia adalah suatu lembaga pendidikan setingkat

strata satu (S1) dalam bidang pelayanan Kristen. Secara umum, Sekolah Tinggi

Theologia lebih dikenal sebagai sekolah pendeta, namun saat ini Sekolah

Tinggi Theologia memiliki pengertian dan tujuan yang lebih luas dari hanya

sekedar menghasilkan seorang pendeta. Sekolah Tinggi Theologia merupakan

suatu instansi pendidikan untuk mempersiapkan orang–orang yang ingin

mengabdikan dirinya sebagai seorang pelayan pada agama Kristen sesuai

dengan fungsi dan panggilannya baik dari segi pengetahuan maupun

ketrampilan dalam pelayanan jemaat.

Secara akademis, Sekolah Tinggi Theologia tidak jauh berbeda dengan

lembaga pendidikan lainnya. Seorang mahasiswa yang dapat melanjutkan ke

Sekolah Tinggi Theologia adalah mereka yang telah menyelesaikan Sekolah

Menengah Atas dan harus mengikuti beberapa tes dan wawancara. Tes yang

diberikan berupa tes pengetahuan Alkitab dan tes pengetahuan umum.

Sedangkan wawancara yang dilakukan mengarah pada kisah pertobatan dan

penjelasan mengenai panggilan dan tujuan hidup calon mahasiswa. Untuk dapat

(46)

Universitas Kristen Maranatha

2

menjalani studi di Sekolah Tinggi Theologia, seorang mahasiswa tidak hanya

mengandalkan pengetahuan ataupun kesenangan terhadap Theologi, tetapi

harus memiliki panggilan dalam dirinya untuk mengabdi sebagai seorang

pelayan Kristen, itulah sebabnya diadakan tes wawancara untuk melihat sejauh

mana calon mahasiswa menyadari adanya panggilan tersebut dalam diri

mereka.

Panggilan adalah suatu aspek supranatural yang diyakini, dipercaya dan

diakui oleh seseorang sebagai suatu dasar untuk melakukan suatu tindakan atau

mengambil suatu keputusan sebagai pelayan Tuhan (Eric Sudharma, penginjil

dari GK Immanuel). Panggilan berbicara mengenai adanya suatu keyakinan (belief) dalam diri untuk menjadi seorang calon pelayan Kristen. Panggilan

merupakan hal penting dalam menjalani studi di Sekolah Tinggi Theologia

karena selama menjalani studi, setiap mahasiswa akan melewati proses

pelatihan, pembelajaran, dan pengujian untuk membuktikan apakah seorang

mahasiswa tersebut memang terpanggil untuk menjadi pelayan kristen atau

tidak.

Mahasiswa yang menyadari adanya panggilan dalam dirinya untuk

menjadi seorang pelayan kristen akan terlihat lebih semangat dalam menjalani

studi Theologia, memperoleh indeks prestasi yang baik, dan menyelesaikan

studinya dengan tepat waktu jika dibandingkan dengan mahasiswa yang belum

(47)

Universitas Kristen Maranatha

3

Tinggi Theologia Kharisma). Maka dari itu, Sekolah Tinggi Theologia biasanya

mengadakan masa orientasi selama satu minggu untuk menjelaskan dan

menegaskan ulang proses studi yang akan ditempuh di Sekolah Tinggi

Theologia dan memberikan masa percobaan tiga bulan kepada mahasiswa.

Sekolah Tinggi Theologia agak sedikit berbeda dengan lembaga

pendidikan lainnya. Pada Sekolah Tinggi Theologia akan ditemui beberapa

peraturan yang tidak terdapat di universitas lainnya yang harus dipatuhi oleh

mahasiswa. Peraturan–peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Theologia

antara lain adalah: harus tinggal di asrama selama menjalankan studi bagi

mahasiswa yang belum menikah, bagi mahasiswa yang belum memiliki kekasih

tidak diperbolehkan untuk berpacaran hingga menempuh mata kuliah sejumlah

80 SKS, tidak boleh merokok, keluar masuk asrama sesuai dengan waktu yang

sudah dijadwalkan, wajib mengikuti doa pagi dan persekutuan doa malam,

harus mengerjakan dan menyelesaikan tugas akademik dan meraih IPK

minimal 2.5, mengikuti praktek pelayanan jemaat dan selama menjalankan

studi terlibat dalam pelayanan di gereja lokal masing-masing.

Peraturan–peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Theologia

memiliki tujuan untuk melatih mahasiswa hidup bertanggung jawab dalam

menentukan prioritas dalam hidup mereka, mencapai kedewasaan untuk hidup

disiplin, melatih hidup dalam kesederhanaan, dan menjadi teladan serta hidup

(48)

Universitas Kristen Maranatha

4

hati untuk mau ditegur dan mau belajar dari kesalahan, memiliki sikap setia dan

tunduk kepada pemimpin serta memiliki kejujuran, menjaga tutur kata dan

melakukan setiap hal yang sesuai dengan ajaran Kristen. Dengan demikian,

seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia yang telah memiliki keyakinan

(belief) terpanggil menjadi seorang pelayan Tuhan diharapkan mampu

menjalani pelatihan hidup sebagai seorang calon pemuka agama Kristen di

Sekolah Tinggi Theologia, baik dari segi mental dan akademiknya.

Fenomena yang teramati oleh peneliti adalah banyak mahasiswa

Theologia yang memilih untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Theologia

tetapi tidak sampai selesai, ada yang dikeluarkan (drop out) adapula yang

mengundurkan diri. Dari data administrasi Sekolah Tinggi Theologia “X”,

diperoleh informasi bahwa dari setiap angkatan jumlah mahasiswa yang

mengundurkan diri atau drop out ada sekitar 10% - 25%, bahkan pada angkatan

tertentu mahasiswa yang bertahan hingga mencapai kelulusannya hanya 30%

saja.

Wawancara dilakukan terhadap sepuluh mahasiswa Sekolah Tinggi

Theologia mengenai alasan mahasiswa mengundurkan diri dari Sekolah Tinggi

Theologia. Kesepuluh mahasiwa mengatakan bahwa pada dasarnya yang

menjadi alasan mahasiswa mengundurkan diri adalah ketidakmampuan

mahasiswa untuk mentaati peraturan yang berlaku. Setiap peraturan yang

(49)

Universitas Kristen Maranatha

5

malu terhadap rekan kampusnya sehingga untuk menutupi rasa malu,

mahasiswa lebih memilih untuk mengundurkan diri dari Sekolah Tinggi

Theologia. Sanksi yang diberikan kepada mahasiswa yang melanggar peraturan

dilakukan secara bertahap, namun ada beberapa pelanggaran yang memiliki

sanksi yang fatal (langsung dikeluarkan dari universitas) misalnya melakukan

perzinahan.

Enam orang mahasiswa tersebut pun mengakui bahwa lebih mudah

untuk menyelesaikan tugas – tugas akademis daripada menjalani hidup yang

penuh aturan dan ikatan Sekolah Tinggi Theologia. Mahasiswa harus

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang penuh disiplin, peraturan, berbagi

dengan rekan sekamar dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda yang

mungkin sebelumnya mereka tidak terbiasa.

Selain pelanggaran terhadap peraturan, alasan mahasiswa

mengundurkan diri dari Sekolah Tinggi Theologia adalah kegagalan dalam

proses penyesuaian diri di lingkungan kampus, asrama atau masyarakat

setempat. Sistem pendidikan di Sekolah Tinggi Theologia membantu

mahasiswa mengatasi masalah penyesuaian diri ini dengan adanya dosen wali

dan bidang kemahasiswaan yang menangani kasus-kasus atau masalah pribadi

mahasiswa. Namun, diakui oleh mahasiswa bahwa tidak semua dosen memiliki

(50)

Universitas Kristen Maranatha

6

mereka, sehingga mahasiswa merasa bahwa dosen kurang berperan dalam

menangani mahasiswa dan permasalahannya.

Sebagai seorang calon pemuka agama Kristen atau pelayan agama

Kristen, mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia diharapkan telah memahami dan

mengetahui kondisi dan konsekuensi yang mungkin akan mereka alami ketika

menjalani studi di Sekolah Tinggi Theologia. Jika dilihat dari karakteistik usia

para mahasiswa (19–30 tahun), maka mahasiswa diharapkan sudah cukup

mampu untuk mengambil suatu keputusan untuk menjalankan studi di Sekolah

Tinggi Theologia sehingga mampu menanggung konsekuensi dan risiko dari

keputusan yang telah diambil. Jika keyakinan (belief) akan panggilan menjadi

faktor mendasar bagi seseorang untuk menjalankan studi di Sekolah Tinggi

Theologia, maka keyakinan tersebut dapat dijadikan motivator mahasiswa

dalam menjalankan studi Theologia hingga mencapai gelar sarjana. Bila belief

atau value dijadikan sumber penggerak mahasiswa dalam bertingkah laku,

maka menurut Self-determination Theory mahasiswa memiliki causality

orientation autonomy.

Ketika wawancara dilakukan dengan menanyakan apa yang mendorong

mahasiswa memutuskan untuk melanjutkan studi Theologia, diperoleh hasil

60% menyatakan keinginan menjawab panggilan untuk menjadi seorang

pelayan Kristen dan memang secara sadar memiliki minat terhadap Theologia.

(51)

Universitas Kristen Maranatha

7

penyebab utama dalam menjalankan studi di Theologia tanpa memiliki rasa

minat atau kesadaran terhadap panggilan tersebut dipandang sebagai faktor

kendali dari luar diri (controlled) yang memotivasi atau mendorong mahasiswa

untuk menjadi seorang calon pemuka agama Kristen. Sedangkan minat

terhadap bidang Theologia dipandang sebagai adanya ketertarikan pribadi dari

dalam diri (autonomy) yang memotivasi atau mendorong mahasiswa untuk

menjadi calon pemuka agama yang diawali dengan belajar di Sekolah Tinggi

Theologia. Keadaan mahasiswa menyadari akan nilai yang dia yakini dan

dijadikan dasar untuk bertingkah laku dan dilakukan atas keinginan sendiri

maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa memilih melanjutkan studi di

Theologia diputuskan oleh dirinya sendiri dan bersifat autonomy. Apabila

dalam memutuskan dan menjalankan studi Theologia mahasiswa bersifat

autonomy, maka diharapkan mahasiswa mampu menjalani kehidupan di

Theologia dan menyelesaikan studinya dengan baik dan tepat waktu.

Sejumlah 10% dari mereka menyatakan bahwa merasakan adanya

panggilan tetapi belum terlalu yakin akan panggilan tersebut dan tidak memiliki

minat yang besar terhadap Theologia tetapi ada faktor lingkungan yaitu orang

tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang calon pemuka agama.

Keadaan merasa terpanggil tetapi lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan orang

tua adalah suatu keadaan di mana faktor luar diri (controlled) yang memotivasi

(52)

Universitas Kristen Maranatha

8

Kristen. Sisanya 20 % menyatakan memilih kuliah di Sekolah Tinggi Theologia

atas rekomendasi gereja sedangkan 10 % menyatakan hanya ingin melanjutkan

studi yang sederajat sarjana serta menyadari adanya panggilan tetapi hanya

sangat sedikit dan tidak mempengaruhi keputusan melanjutkan studi di

Theologia. Keadaan terpaksa atau hanya sedikit memiliki minat menunjukkan

mahasiswa tidak memiliki motivasi atau amotivasi (impersonal) untuk menjadi

seorang calon pemuka agama. Mahasiswa yang lebih dipengaruhi oleh faktor

luar diri dalam menjalani studinya akan mengalami hambatan misalnya:

memutuskan untuk cuti di tengah perkuliahan, memutuskan untuk berhenti,

kurang bersemangat selama mengikuti perkuliahan, dan lebih lama dalam

menyelesaikan studinya.

Mahasiswa yang memilih melanjutkan studi di bidang Theologia

disebabkan atas faktor orang tua, adanya rekomendasi dari gereja, belum

merasa terpanggil hingga disebabkan adanya kesenangan terhadap pelayanan

Kristen akan menunjukan suatu proses penentuan dalam derajat yang berbeda.

Hal di atas melihat adanya proses internalisasi dari faktor luar diri (internal)

dan faktor pendukung dari luar diri (external). Pada saat wawancara, para

mahasiswa menyatakan bahwa akan terjadi pergeseran dari mulai tidak suka

menjadi suka melalui suatu proses pembelajaran yang terjadi selama

menjalankan studi di Sekolah Tinggi Theologia. Pergeseran dapat menuju ke

(53)

Universitas Kristen Maranatha

9

asrama, indeks prestasi mulai meningkat, aktif dalam pelayanan kampus

maupun di luar kampus namun dapat juga menuju ke arah negatif yaitu

mahasiswa semakin merasa tertekan, indeks prestasi menurun, pasif dalam

aktivitas kampus dan luar lingkungan kampus. Mahasiswa yang mampu

menyelaraskan diri dengan lingkungan kampus dan dengan peraturan–peraturan

yang berlaku serta nilai–nilai kekristenan yang ditanamkan di Sekolah Tinggi

Theologia, 70% menyatakan lebih dipengaruhi peran teman seangkatan dan

rekan sekamar yang baik dan mau mendukung, orang tua dan penghayatan

nilai-nilai kekristenan yang telah diperoleh, sedangkan 30% menyatakan lebih

dipengaruhi dukungan dari dosen wali.

Berdasarkan data–data di atas, dapat terlihat bahwa mahasiswa Sekolah

Tinggi Theologia memiliki sumber penggerak atau orientasi motivasi

(Causality Orientation) yang berbeda–beda. Causality orientation yang

berbeda–beda ini akan mempengaruhi bagaimana seorang mahasiswa

berperilaku selama menjalani studi di bidang Theologia hingga akhirnya

mencapai tujuan atau panggilan hidup. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai Causality Orientation mahasiswa yang berada pada masa

dewasa awal Sekolah Tinggi Theologia di Sekolah Tinggi Theologia “X” di

(54)

Universitas Kristen Maranatha

10

I.2 Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui seperti apakah Causality Orientation pada

mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia “X” di kota Bandung.

I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

I.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

causality orientation pada mahasiswa Sekolah Tinggi “X” di kota Bandung. I.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan data empiris

mengenai causality orientation dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia “X” di kota Bandung.

I.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilakukannya penelitian ini:

I.4.1 Kegunaan Teoretis

• Sebagai sumbangan yang diharapkan dapat memperkaya informasi

mengenai Causality Orientation dalam kajian studi psikologi

pendidikan di Indonesia.

• Memberikan informasi sebagai bahan rujukan bagi penelitian lebih

(55)

Universitas Kristen Maranatha

11

I.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran mengenai Causality Orientation

bagi Sekolah Tinggi Theologia untuk memahami sumber penggerak

atau sumber motivasi mahasiswa memilih studi di bidang Theologia

dalam rangka pembinaan bagi para mahasiswa sehingga diperoleh

prestasi yang baik.

Memberikan informasi mengenai causality orientation bagi para calon

mahasiswa yang ingin memiliki minat untuk melanjutkan studi di

bidang Theologia sehingga membantu dalam mengambil keputusan

untuk melanjtukan studi bidang Theologia.

Memberikan informasi bagi para orang tua mengenai Causality

Orientation dalam rangka mengarahkan anak yang ingin melanjutkan

studi di bidang Theologia.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sebagai individu yang berkembang, mahasiswa Sekolah Tinggi

Theologia “X” di Bandung ditinjau dari segi usianya berada pada tahap

perkembangan dewasa awal. Masa dewasa awal adalah masa transisi di mana

seseorang bergeser dari masa remaja menuju masa dewasa (Santrock, 2000) .

Salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah bagaimana

(56)

Universitas Kristen Maranatha

12

studinya tersebut dan bekerja. Maka dari itu, pada masa dewasa awal, individu

mulai mempertimbangkan keseluruhan aspek dalam kehidupannya dan berpikir

lebih mendalam dalam mengambil keputusan. Seorang mahasiswa Sekolah

Tinggi Theologia diharapkan telah mempertimbangkan aspek-aspek dalam

dirinya ketika mereka memutuskan untuk melanjutkan studi di fakultas

Theologia. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa berkaitan

dengan tujuan yang ingin dicapai dan hal yang melatarbelakangi atau yang

menjadi sumber munculnya perilaku memilih fakultas Theologia tersebut.

Keanekaragaman latar belakang munculnya perilaku memilih fakultas

Theologia, atau perbedaan cara pandang mahasiswa dalam memandang sumber

dari bermulanya tingkah laku serta proses pengaturan tingkah laku tersebut

disebut dengan causality orientation (Deci & Ryan, 1985).

Dalam diri mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia terdapat tiga need

psikologis (Deci & Ryan,1985) yang akan mempengaruhi causality orientation

mahasiswa tersebut. Kekuatan dan pemenuhan dari ketiga needs tersebutlah

yang akan menggambarkan bagaimana causality orientation dalam diri

mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia terbentuk. Ketiga need tersebut adalah:

needs for competence, needs for relatedness. dan need for autonomy.

Need for competence adalah kebutuhan mahasiswa untuk berhadapan

dengan lingkungan dan menjadi efektif untuk dapat menguasai dunianya

(57)

Universitas Kristen Maranatha

13

berperan dan berinteraksi dengan lingkungannya dan memperoleh kesempatan

untuk mempergunakan kapasitas yang ada di dalam dirinya serta melatih dan

mengembangkan kapasitas tersebut. Dalam hal ini, mahasiswa memiliki

kebutuhan untuk membuktikan kompetensinya sebagai seorang mahasiswa

Theologia dan sebagai seorang calon pemuka agama Kristen. Apabila

mahasiswa memperoleh respon yang positif (feedback) seperti nilai bagus

ataupun pujian dari lingkungannya, maka mahasiswa akan cenderung untuk

mempertahankan dan meningkatkan perilakunya.

Need for relatedness adalah kebutuhan mahasiswa untuk dapat

berinteraksi dengan orang lain, terhubungkan dengan orang lain (menjadi

bagian dari suatu komunitas), merasakan adanya kepedulian terhadap orang

lain (Baumesiter & Leiry,1995). Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia akan

merasa terpenuhi apabila mereka telah merasa menjadi bagian dari suatu

kelompok, berdaya guna bagi orang lain, mengalami keseluruhan aktivitas

sebagai suatu kegiatan yang menjadi bagian dari orang lain yang dapat saling

mendukung dan diterima dalam suatu komunitas atau lingkungan. Misalnya

saja, seorang mahasiswa Theologia terlibat dalam kegiatan pelayanan di

gerejanya atau di kegiatan-kegiatan kampus.

Need for automomy merupakan kebutuhan mahasiswa untuk merasa

bahwa dirinya menjadi agen penyebab dalam bertindak atau melakukan

(58)

Universitas Kristen Maranatha

14

pengintegrasian diri dengan minat ataupun nilai yang dianut sesuai dengan

kapasitas diri yang dimiliki (de Charms,1968). Need ini menjelaskan bahwa

mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia memiliki kebutuhan untuk memilih

melanjutkan studi Theologia atas dasar kemauan diri sendiri, menyadari adanya

minat diri terhadap Theologia atau mengahayati adanya pengintegrasian diri

terhadap nilai-nilai yang dijadikan suatu dasar untuk bertindak. Need for

autonomy juga berbicara mengenai adanya kesadaran dalam diri mahasiswa

akan kapasitas yang dia miliki untuk dapat berkembang sesuai tujuan yang

akan dicapai oleh mahasiswa tersebut.

Autonomous berbicara mengenai bagaimana seorang mahasiswa dapat

secara sadar menghayati bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab munculnya

perilaku. Tidak hanya berdasarkan minat atau kesenangan semata, hasil

pengintegrasian terhadap nilai-nilai ataupun menjawab permintaan orang lain

(significant person) dapat dikatakan autonomous apabila mahasiswa tersebut

menyadari bahwa dirinyalah yang memutuskan dan menjadi penyebab utama

menjawab permintaan orang lain ataupun pengintegrasian nilai-nilai. Need for

autonomy adalah need yang paling mendasar bagi seseorang untuk bertindak,

maka dari itu pemenuhan need for competence dan need for relatedness tidak

bisa dilepas dari need for autonomy untuk mengetahui apakah seorang

mahasiswa tersebut autonomous atau tidak. Berdasarkan hal di atas, tanpa

(59)

Universitas Kristen Maranatha

15

kesejahteraan diri (well-being). Pemenuhan ketiga need tersebut akan

memunculkan perilaku mahasiswa yang bersifat intrinsik (termotivasi secara

intrinsik). Apabila mahasiswa dalam bertingkah laku termotivasi secara

intrinsik maka mahasiswa akan cenderung untuk mempertahankan perilakunya

(self-determined).

Motivasi Intrinsik muncul ketika mahasiswa berupaya untuk melatih,

memperluas dan mengkordinasi pengetahuan dan pengalaman mereka dengan

mencari tantangan dari lingkungan sekitar mereka (Elkind, 1971). Ada

beberapa kondisi yang akan memunculkan dan mempertahankan motivasi

intrinsik, yaitu perceived competence dan perceived autonomy. Kondisi

perceived competence adalah suatu kondisi di mana seorang mahasiswa

cenderung mempertahankan perilakunya dan akan semakin kuat apabila

mahasiswa mampu mengatasi tantangan yang dihadapinya dan diperkuat lagi

dengan mendapatkan feedback yang positif seperti pujian. Kondisi ini

menunjukkan bahwa mahasiswa merasa mampu dan kompeten dalam

menghadapi tantangan sehingga akan semakin termotivasi dan akan cenderung

mempertahankan perilakunya.

Kondisi perceived autonomy adalah suatu kondisi di mana mahasiswa

mampu menonjolkan dan menghadirkan tindakan atau aktivitas tanpa

mempedulikan pengaruh eksternal baik berupa penghargaan, feedback positif

(60)

Universitas Kristen Maranatha

16

memilih aktivitas yang sesuai dengan keinginan dan minatnya. Misalnya,

mahasiswa dapat memilih kegiatan-kegiatan pelayanan yang lebih ia sukai atau

memilih mata kuliah pilihan yang sesuai dengan minatnya. Kondisi seperti ini

juga mampu memperkuat dan memunculkan motivasi intrinsik.

Selain perceived autonomy dan perceived competence, relatedness juga

mengambil bagian penting dalam memunculkan motivasi intrinsik. Mahasiswa

dapat merasa mampu dan puas dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya

atau dapat melakukan suatu tindakan didasari kesenangan, tetapi jika kondisi

di atas diperkuat dengan adanya rasa aman dan dukungan yang diperoleh dari

suatu komunitas atau orang lain maka kondisi tersebut pun akan memperkuat

motivasi intrinsik sehingga mahasiswa akan cenderung mempertahankan

perilakunya. Adanya minat, kesenangan, kompetensi dan didukung oleh

lingkungan sosial mahasiswa akan memunculkan motivasi intrinsik dalam diri

mahasiswa dalam mempertahankan perilakunya.

Motivasi intrinsik mendasari perilaku yang muncul karena kesenangan

dan kepuasaan ketika melakukan kegiatan tersebut (Deci & Ryan, 1985b) dan

bukan merupakan hasil dari proses internalisasi. Proses regulasi yang terjadi

didalam diri mahasiswa adalah intrinsic regulation. Dalam meregulasi tingkah

lakunya, mahasiswa didasari rasa kesenangan, ketertarikan dan minat terhadap

kegiatan tersebut serta mengalami kepuasaan dalam beraktivitas. Misalnya,

(61)

Universitas Kristen Maranatha

17

menjalankan tugas-tugas akademis dengan baik. Mahasiswa yang melakukan

kegiatannya atas dasar motivasi intrinsik maka akan memiliki Locus of

Causality Internal.

Pada dasarnya, tidak semua aktivitas yang dilakukan didasari atas

motivasi intrinsik, begitupula dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia.

Tidak semua mahasiswa melakukan kegiatannya didasari atas diri sendiri,

tetapi terdapat faktor-faktor luar diri yang lebih berpengaruh dan memotivasi

mahasiswa untuk melakukan suatu tindakan. Kondisi ini adalah kondisi di

mana mahasiswa termotivasi secara ekstrinsik. Mahasiswa yang termotivasi

secara ekstrinsik melakukan kegiatan bukan atas keinginan atau kesenangan

dirinya sendiri, tetapi lebih mengarah kepada tercapai atau tidaknya suatu

tujuan. Motivasi ekstrinsik memiliki derajat otonomi yang bervariasi (Ryan &

Connel, 1989; Vallerand, 1997).

Motivasi ekstrinsik berbicara mengenai keanekaragaman latar belakang

mahasiswa memilih melanjutkan studi di Theologia dengan dirinya sendiri

bukan menjadi penyebab utama. Misalnya, mengabulkan permintaan orang tua

yang menginginkan anaknya menjadi seorang pendeta, menjalankan studi

Theologia karena hasil rekomendasi gereja sebagai syarat untuk mendapatkan

jabatan pendeta di gereja tersebut, atau profesi calon pemuka agama dianggap

sebagai suatu profesi yang menjanjikan dan memiliki peluang di kemudian hari.

(62)

Universitas Kristen Maranatha

18

kepuasaan dalam menjalankan kegiatan mereka. Motivasi ekstrinsik yang

tertuang dalam alasan-alasan di atas tersebut akan menunjukkan derajat

keterlibatan diri (self) yang berbeda dan akan menggambarkan Locus of

Causality yang berbeda.

Derajat motivasi atau keterlibatan diri yang berbeda-beda ini

disebabkan adanya proses internalisasi. Proses internalisasi adalah proses ketika

seorang individu mengambil nilai-nilai dan peraturan sosial untuk diidentifikasi

sebagai miliknya. Derajat internalisasi nilai atau peraturan sosial yang tinggi

akan dirasakan individu lebih autonomous atau lebih sesuai dengan dirinya

(Ryan, Connel & Deci, 1985). Dalam motivasi ekstrinsik terdapat empat bentuk

regulasi tingkah laku.

Pertama adalah external regulation, yaitu apabila mahasiswa melakukan

suatu tindakan dengan tujuan menghindari sanksi dan untuk mendapatkan

pujian. Pada external regulation derajat keterlibatan diri mahasiswa sangat

rendah, mahasiswa hanya melihat dan menjalankan studi semata-mata untuk

menghindari tekanan dari luar. External regulation mengarah pada Locus Of

Causality External. Kedua, adalah introjected regulation yaitu mahasiswa

melakukan suatu tindakan disebabkan adanya tekanan dari luar tetapi sudah

terdapat kontrol dari dalam diri. Mahasiswa tidak semata-mata menerima

bahwa bertingkah laku semata-mata untuk menghindari tekanan dari luar,

(63)

Universitas Kristen Maranatha

19

menjelaskan sudah dimulainya proses internalisasi di dalam diri mahasiswa

dengan derajat yang lebih tinggi dari external regulation. Introjected regulation

memiliki Locus of Causality somewhat external, yaitu yang lebih mengarah

kepada eksternal.

Ketiga, Identified regulation. Pada identified regulation derajat

keterlibatan diri lebih tinggi lagi dari dua regulasi sebelumnya sehingga pada

regulasi ini mahasiswa mulai dapat melakukan suatu perilaku karena perilaku

tersebut diterima dan dianggap penting oleh dirinya dan proses penilaian

dilakukan secara sadar. Mahasiswa mengikuti praktek kegiatan pelayanan

disadari sebagai suatu hal penting bagi dirinya dan tujuan yang ingin dicapai

nantinya. Identified regulation memiliki Locus of causality somewhat internal.

Keempat, Integrated regulation yaitu mahasiswa sudah dapat

mengintegrasikan dan mengidentifikasikan faktor-faktor dari luar ke dalam diri

sebagai suatu perilaku yang disadari sangat penting bagi dirinya sendiri.

Internalisasi telah terjadi sepenuhnya. Regulasi ini memiliki kemiripan dengan

intrinsic regulation pada motivasi intrinsik yang juga memiliki locus of causality internal. Perbedaan yang mencolok adalah integrated regulation

dilakukan untuk mendapatkan hasil (outcomes) tertentu dan telah tejadi

internalisasi.

Mahasiswa ada yang termotivasi secara intrinsik dan ada pula yang

(64)

Universitas Kristen Maranatha

20

seorang mahasiswa adalah amotivation. Amotivation adalah suatu kondisi

dimana perilaku dilakukan sama sekali tanpa niat dan tidak berharap aktivitas

yang dilakukan menghasilkan suatu tujuan (Seligman,1975). Amotivasi dapat

muncul karena tidak menghargai suatu aktivitas tertentu (Ryan,19950) tidak

merasa kompeten untuk melakukan suatu aktivitas (Bandura,1986). Tidak

terdapat regulasi didalmunya dan memiliki Locus of Causality Impersonal.

Locus of Causality merujuk pada sumber dari bermulanya suatu

perilaku dan pengaturan perilaku tersebut. Ada tiga Locus of Causality yaitu

internal, external dan impersonal. Perbedaan mahasiswa dalam memandang Locus Of causality disebut Causality orientation. Selain itu Causality Orientation juga menggambarkan kepribadian mengenai bagaimana

pengintegrasian dari regulasi tingkah laku dan pengalaman mahasiswa. Ada

tiga causality orientation yaitu autonomy, controlled, dan impersonal.

Autonomy oriented mengacu pada munculnya suatu perilaku didasari pada

ketertarikan, atau adanya keyakinan terhadap suatu nilai sebagai dasar.

Autonomy oriented mewakili kecenderungan umum individu terhadap motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang telah terintegrasi dengan baik dalam diri

mahasiswa (Intrinsic, Integrated dan Identified) . Dengan perkataan lain bahwa

mahasiswa yang memiliki Locus of Causality Internal dan Locus of causality

(65)

Universitas Kristen Maranatha

21

Orientasi yang kedua adalah control oriented. Regulasi tingkah laku

pada mahasiswa yang control oriented didasari pada kontrol bagaimana

seharusnya mereka berperilaku. Control oriented mewakili kecenderungan

umum mahasiswa terhadap external dan introjected regulation. Mahasiswa

yang memilik Locus of causality yang mengarah pada external dan somewhat

external akan control oriented. Orientasi terakhir adalah impersonally oriented.

Regulasi tingkah laku pada mahasiswa yang impersonally oriented didasari

pada pemahaman akan ketidakefektifan dirinya dan bertindak tanpa niat.

Impersonally Oriented mewakili kecenderungan umum individu terhadap

amotivasi. Dengan perkataan lain mahasiswa yang memiliki kecenderungan

Locus of causality impersonal akan impersonal oriented. Skema Kerangka Pemikiran di halaman 23

1.6. Asumsi

Terdapat tiga needs pada diri mahasiswa yaitu needs autonomy,

competence dan relatedness yang akan mempengaruhi motivasi pada

diri mahasiswa.

• Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia yang amotivasi akan memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Jika pada Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 permohonan dapat dilakukan oleh pendiri atau kuasanya langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azasi

Penerapan virtual laboratory histologi sistem sirkulasi efektif untuk meningkatkan pemahaman keterampilan proses sains pada mahasiswa ditunjukkan dengan nilai

Pisau sadap manual berfungsi untuk mengiris jaringan kulit (pembuluh lateks) pada batang tanaman karet dari arah kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan

Dari penelitian ini semua variabel pendidikan, pendapatan keluarga, ketersediaan lowongan pekerjaan dan aspirasi pekerjaaan adalah factor yang mempengaruhi lama

mendayagunakan zakat secara produktif sebagai pemberian modal usaha yang tujuannya adalah supaya zakat tersebut dapat berkembang. Zakat didayagunakan dalam rangka

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

Penelitian yang dilakukan oleh Riska (2013) berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei)”

Metode pelaksanaan penelitian dengan cara : (a) menentukan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara purposive sampling sebanyak 4 titik pengamatan; (b)