Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui causality orientations pada mahasiswa sekolah tinggi theologia di Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey. Populasi sasaran adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia dari beberapa angkatan yang diambil secara acak dan berjumlah 30 orang
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner GCOS yang disusun oleh Deci & Ryan dan dimodifikasi oleh Peneliti dengan mengacu pada teori Self Determination. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach diperoleh 51 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,263–0,672 dan reliabilitas sebesar 0,89. Data hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar (90%) mahasiswa memiliki causality orientation autonomy dan sebagian kecil (10%) mahasiswa memiliki causality orientation controlled, dan tidak ada mahasiswa yang memiliki causality oreintation impersonal. Hal ini disebabkan oleh needs autonomy, competence serta relatedness mahasiswa sekolah tinggi Theologia “X” Bandung tergolong cenderung kuat dan kuat serta needs tersebut tergolong cenderung terpenuhi dan terpenuhi yang juga terjaring dari hasil penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran kepada para staf pengajar Sekolah Tinggi Theologia “X” Bandung untuk dapat mepertahankan situasi dan kondisi fakultas theologia yang menunjang pemenuhan needs autonomy, competence dan relatedness sehingga dapat mempertahankan hasil yang optimal dari para mahasiswa. Peneliti pun mengajukan saran agar dilakukan penelitian serupa dengan sampel yang seimbang antara laki-laki dengan perempuan dan dapat pula dilakukan penelitian untuk melihat peran jenis kelamin terhadap causality orientation.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ….. ………...ii
ABSTRAK……….iii
KATA PENGANTAR …….………. v
DAFTAR ISI ……...……….………...viii
DAFTAR BAGAN………...………xii
DAFTAR SKEMA………..………xiii
DAFTAR TABEL………...xiv
DAFTAR LAMPIRAN………...xv
BAB I PENDAHULUAN………..1
1.1 Latar Belakang Masalah ………...………..…...….………..1
1.2 Identifikasasi Masalah………...10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………….………..10
1.4 Kegunaan Penelitian………. ………10
1.5 Kerangka Pemikiran…………..……….11
1.6 Skema Kerangka Pemikiran……….………. 23
1.7 Asumsi ………...21
BAB II TINJAUAN TEORI……… .25
2.1 Self Determination Theory………24
2.1.1 Pengantar Self Determination Theory………….. ………24
Universitas Kristen Maranatha
2.1.2 Dasar dari Self Determination Theory………. ……….25
2.1.3 Konsep tentang Needs……… ...26
2.1.3.1 Teori Awal Tentang Needs………...……...26
2.1.4 Motivasi Intrinsik…………. ……….36
2.1.4.1 Pandangan Multidimensi Pada Motivasi Intrinsik………...36
2.1.5 Motivasi Ekstrinsik………..43
2.1.5.1 Pengertian Motivasi Ekstrinsik………...43
2.1.6 Amotivasi ………46
2.1.7 Skema Self-Determination Theory………...47
2.1.8 Regulatory Style………...47
2.1.8.1 Regulatory Style Pada Amotivasi………....47
Universitas Kristen Maranatha
2.1.8.2 Regulatory Styles Pada Motivasi Ekstrinsik………...48
2.1.8.3 Regulatory Style Pada Motivasi Intrinsik………...49
2.1.9 Locus of Causality………49
2.1.10Causality Orientation………..50
2.2 Masa Dewasa Awal…………..………..…… .52
2.2.1 Pengertian Masa Dewasa Awal…….……… 52
2.2.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal……….54
2.2.3 Perkembangan Kepribadian Masa Dewasa Awal………...57
2.2.3.1 Keanekaragaman Gaya Hidup Orang Dewasa………..58
2.2.3.2 Keintiman dan Kemandirian………59
2.2.4 Karir dan Pekerjaan pada Masa Dewasa Awal ………..…….60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….64
3. 1 Rancangan Penelitian ……….64
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………65
3.2.1 Variabel Penelitian ………...65
3.2.2 Definisi Operasional ………65
3.3 Alat Ukur ………..66
3.3.1 The General Causality Orientation……….66
3.3.2 Prosedur Pengisian Kuisoner………...68
3.3.3 Sistem Penilaian………..68
3.3.4 Data Penunjang………..70
3.3.5 Validitas dan Realibilitas Alat Ukur………70
Universitas Kristen Maranatha
3.3.5.1 Validitas Alat Ukur……….70
3.3.5.2 Realibilitas Alat Ukur……….71
3.4 Populasi Penelitian ………74
3.4.1 Populasi Sasaran……….. ………74
3.4.2 Teknik Sampling………..74
3.4.3 Karakteristik Populasi ………74
3.5 Teknik Analisis ……….74
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..76
4.1 Gambaran Responden………..76
4.4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...76
4.1.2 Gambarana Responden Berdasarkan Umur………..76
4.2 Hasil Penelitian………...77
4.2.1 Gambaran Causality Orientation Responden………....77
4.3 Pembahasan……….78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...…………84
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir………...23
Bagan 2.1. Bagan Skema Self Determination Theory………..47
Bagan 3.1. Bagan Skema Rancangan Penelitian………...64
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi alat ukur………67
Tabel 3.2 Tabel Keterangan Pilihan Jawaban……….69
Tabel 3.3 Tabel Keterangan Skor Option Pilihan Jawaban……….69
Tabel 4.1. Tabel Gambaran Responden – Jenis Kelamin………76
Tabel 4.2. Tabel Gambaran Responden – Umur………..77
Tabel 4.3. Tabel Causality Orientation……….78
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sekolah Tinggi Theologia Lampiran 2 : Kuesioner GCOS
Lampiran 3 : Tabel Hasil Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4 : Crosstabs Hasil Penelitian Dengan Data Penunjang
• Lampiran 4.1. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Jenis Kelamin.
• Lampiran 4.2. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Umur.
• Lampiran 4.3. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Status Kelahiran.
• Lampiran 4.4. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Suku
• Lampiran 4.5. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Biaya Hidup
• Lampiran 4.6. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Biaya Hidup per bulan.
• Lampiran 4.7. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Memiliki usaha atau tidak
• Lampiran 4.8. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Keputusan Untuk Kuliah di Theologia
• Lampiran 4.9. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Yang Mempengaruhi Keputusan Untuk Kuliah di Theologia
• Lampiran 4.10. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pengaruh suku terhadap Needs for Autonomy
Universitas Kristen Maranatha
• Lampiran 4.11. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pengaruh Suku terhadap Needs for Competence.
• Lampiran 4.12. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pengarug Suku terhadap Needs for Relatedness
• Lampiran 4.13. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Penyesuaian Diri.
• Lampiran 4.14. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
• Lampiran 4.15. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Needs for Autonomy
• Lampiran 4.16. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pemenuhan Needs for Autonomy
• Lampiran 4.17. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Needs For Competence
• Lampiran 4.18. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pemenuhan Needs For Competence.
• Lampiran 4.19. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Needs For Relatedness.
• Lampiran 4.20. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Pemenuhan Needs For Relatedness.
• Lampiran 4.21. Crosstabs Antara Tipe Causality Orientations Dan Alasan Memilih Jurusan Theologia
Lampiran 5 : Lampiran Gambaran Responden
• Lampiran 5.1 Gambaran Responden Berdasarkan Suku.
• Lampiran 5.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Kelahiran.
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA KHARISMA
I.Sejarah Singkat
Sekolah Tinggi Theologia Kharisma berdiri tahun 1994 atas dukungan Gereja Bethel
Indonesia Jalan Tentera Pelajar 19 Tasikmalaya, Jawa Barat yang digembalakan oleh Pdt. Julius
Ishak Abraham, Msc. Pertama kali Sekolah Tinggi Theologia memulai kuliah perdananya pada
tanggal 10 Agustus 1994 di Tasikmalaya, yang sebelumnya diresmikan oleh Bupati Daerah
Tingkat II Tasikmalaya waktu itu tanggal 5 Januari 1994.
Pada bulan April 2001, Sekolah Tinggi Theologia Kharisma berpindah lokasi ke Bandung.
Sebagai ibukota propinsi , Bandung dianggap sebagai tempat yang lebih representatif dan
strategis bagi pengembangan Sekolah Tinggi Theologia Kharisma ke depan. Kini, Sekolah
Tinggi Theologia Kharisma menyelenggarakan seluruh aktivitas pendidikannya di Kampus Jl.
BKR 98abc Bandung, didukung dengan fasilitas asrama putra dan putri yang terletak dekat
kampus. Mulai Agustus 2002, Sekolah Tinggi Theologia Kharisma juga mulai membuka
program Magister. Setelah itu pada Juni 2003, program yang sama dibuka didaerah Kelapa
Gading Jakarta.
Sekolah Tinggi Theologia telah berhasil meningkatkan mutu pendidikan dan berhak mengikuti
ujian negara sejak Bulan Juli 2003 dan status terakreditasi diterima dengan SK Dirjen Bimas
Kristen tertanggal 9 Februari 2004, (No: DJ.III/Kep/HK.00.5/24/401/2004)
II. Visi dan Misi
Adapun yang menjadi Visi dari Sekolah Tinggi Theologia Kharisma adalah mempersiapkan
Pelayan Tuhan yang memiliki karunia dan Karakter seperti Kristus Dan yang menjadi m isi
Sekolah Tinggi Theologia Kharisma adalah
1.Mendidik pelayan Tuhan agar mantap dalam iman serta karakter Kristen yang dapat
dibanggakan.
2.Membtuk pelayan Tuhan yang memiliki hikmat Ilahi dan berwawasan luas
3.Mempersiapkan pelayan Tuhan yang terampil dalam pelayanan dan tahan uji dalam
General Causality Orientation Scale (17-vignette version)
Dalam lembaran soal ini terdapat serangkaian vignette (gambaran situasi-situasi secara
singkat). Tiap vignette menggambarkan suatu kejadian dan 3 cara menanggapi kejadian tersebut.
Saudara diminta untuk membaca tiap vignette tersebut dan pertimbangkan tiap respon satu-persatu.
Saudara diminta untuk membandingkan kesesuaian tiap respon yang ada dengan diri saudara. Kita
semua menanggapi suatu situasi dengan cara yang berbeda-beda dan kemungkinan dalam tiap respon
ada yang sesuai dengan diri Saudara .
a. Pilihlah angka 1 atau 2 jika respon tersebut Saudara anggap sangat tidak sesuai dengan diri saudara.
b. Pilihlah 3, 4, atau 5 jika respon tersebut Saudara anggap cukup sesuai dengan diri Saudara.
c. Pilihlah 6 atau 7 jika respon tersebut Saudara anggap sangat sesuai dengan diri Saudara.
Saudara diminta untuk memilih suatu angka yang sesuai dengan diri Saudara untuk tiap respon
dan tuliskan di lembar jawaban. Apabila saudara telah selesai mengerjakan, tolong diperiksa agar jangan
sampai ada respon yang terlewat. Perlu diperhatikan pula bahwa lembar soal tidak boleh dilipat, dicoret
atau dijadikan alas untuk menulis.
Contoh :
1. Saudara ditawari suatu jabatan baru di perusahaan tempat Saudara bekerja. Saudara
telah bekerja di perusaahan tersebut cukup lama. Pertanyaan yang muncul di pikiran
Saudara ketika mendapakan tawaran tersebut adalah :
a) Apakah saya akan bisa memenuhi tanggung jawab baru tersebut?
1 2 3 4 5 6 7
b) Apakah penghasilan saya akan bertambah?
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Apakah pekerjaan baru ini akan lebih menarik?
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
Persoalan 1 – 17, kerjakanlah sesuai contoh diatas!
1. Saudara mendapat tawaran untuk menjadi ketua asrama di seminari Saudara. Sebelumnya, Saudara hanyalah sebagai mahasiswa yang tinggal di sana saja. Pertanyaan yang muncul dipikiran Saudara ketika mendapatkan tawaran tersebut adalah :
a) Apakah saya akan bisa memenuhi tanggung jawab yang baru tersebut?
1 2 3 4 5 6 7
sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Apakah saya akan mendapat pujian yang lebih baik dari para dosen dan staff universitas?
1 2 3 4 5 6 7
sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Apakah menjadi ketua asrama baru ini akan lebih menarik
1 2 3 4 5 6 7
2. Beberapa minggu yang lalu Saudara diwawancarai sebagai persyaratan untuk mendapatkan beasiswa dari universitas. Kemudian Saudara menerima surat berisi nama-nama yang mendapatkan beasiswa, dan ternyata nama-nama Saudara tidak tercantum didalamnya. Hal yang terpikirkan ketika Saudara membaca surat tersebut adalah :
a) Pengetahuan dan kepintaran kita tidaklah penting, yang penting adalah siapa yang kita kenal atau siapa yang menjadi koneksi kita.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Mungkin saya tidak cukup baik untuk memperoleh beasiswa tersebut.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Sepertinya kualifikasi saya bukanlah apa yang mereka butuhkan saat ini.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
3. Saudara adalah seorang asisten dosen. Saudara diminta oleh dosen untuk memberikan kuliah tambahan untuk 3 orang mahasiswa. Saudara telah ditugaskan untuk memberi kuliah tambahan untuk 3 orang mahasiswa yang tidak bisa bertemu pada saat bersamaan. Saudara akan mengaturnya dengan cara:
a) Memberi tahu ketiga mahasiswa tersebut situasi dan keadaannya dan mengatur jadwalnya bersama-sama.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Mengatur jadwal tersebut sesuai waktu ketiga mahasiswa untuk menghindari munculnya masalah.
1 2 3 4 5 6 7
c) Menanyakan pada dosen Saudara, apa yang harus Saudara lakukan atau apa yang biasanya dilakukan.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
4. Saudara baru saja menerima hasil ujian semester Saudara, dan Saudara mendapat nilai yang buruk sekali. Maka reaksi awal Saudara adalah:
a) Saya merasa sedih dan berkata dalam hati, "Saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar."
1 2 3 4 5 6 7
Tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Saya merasa kecewa dan bertanya dalam hati, "Saya heran kenapa hasilnya bisa seburuk itu,"
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Saya merasa marah dan berkata, "Soal ujian tersebut tidak sesuai dengan materi kuliah yang sudah dipelajari."
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
5. Saudara dan teman Saudara ingin membuat rencana untuk mengisi waktu senggang pada hari libur, kemungkinan Saudara akan:
a) Menyerahkan sepenuhnya pada teman Saudara, karena menurut Saudara, teman saudara itu tidak akan menyetujui usul Saudara.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Masing-masing Saudara dan teman Saudara memberi usul kemudian diputuskan bersama apa yang Saudara dan teman Saudara ingin lakukan.
1 2 3 4 5 6 7
c) Saudara mengajak teman Saudara agar mereka Memilih kegiatan sesuai dengan keinginan Saudara.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
6. Saudara diundang ke sebuah perayaan natal dimana pada perayaan natal tersebut, Saudara hanya mengenal sedikit orang yang ada di sana. Sementara Saudara menunggu saat perayaan natal tersebut tiba, Saudara beranggapan bahwa dalam perayaan natal tersebut:
a) Saudara akan mencoba untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara apapun agar bisa merasa senang dan tidak terlihat buruk .
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Saudara akan mencari orang yang enak untuk dapat berbincang-bincang dengan Saudara.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Saudara akan merasa sendiri saja dan tidak dipedulikan.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
7. Saudara diminta untuk merencanakan suatu retret untuk Saudara dan rekan-rekan kuliah Saudara. Saudara akan merancang acara ini dengan cara:
a) Saudara memegang kendali; Saudara akan mengambil keputusan penting sendiri.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Mengikuti kebiasaan sebelumnya; sebenarnya Saudara tidak siap, jadi Saudara memilih kegiatan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
1 2 3 4 5 6 7
c) Mengumpulkan pendapat: meminta masukan dari rekan-rekan Saudara, sebelum akhirnya Saudara membuat keputusan akhir.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
8. Anggaplah Saudara telah menjadi seorang pendeta dan telah melayani pada salah satu gereja. Baru-baru ini, gembala sidang gereja saudara dipindahtugaskan ke daerah lain, sehingga terbuka kesempatan bagi Saudara untuk menggantikan kedudukannya. Namun, tawaran tersebut diberikan kepada rekan sepelayanan Saudara, dan bukan pada Saudara. Dalam mengevaluasi keadaan ini, Saudara akan berpikiran:
a) Saudara tidak terlalu mengharapkan kedudukan tersebut; Saudara sering “dilewati” oleh orang lain apabila terdapat kesempatan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Rekan sepelayanan Saudara tersebut mungkin melakukan “langkah tepat” secara politis untuk mendapatkan kedudukan tersebut.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Mungkin Saudara akanmelihat faktor-faktor dalam kinerja Saudara yang membuat selama ini saudara “dilewati” oleh orang lain.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
9. Saudara baru saja akan memulai praktek pelayanan jemaat di salah satu yayasan misi dan penginjilan. Hal penting yang menjadi pertimbangan Saudara adalah:
a) Apakah Saudara bisa melakukan praktek pelayanan penginjilan tersebut tanpa
kesulitan.
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Seberapa tertariknya Saudara terhadap jenis praktek pelayanan penginjilan itu.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Seberapa besar kesempatan praktek pelayanan penginjilan itu memberikan keuntungan untuk Saudara.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
10. Seorang teman kelompok dengan Saudara selama ini selalu terlihat bersemangat ketika mengikuti mata kuliah di kelas. Namun dalam dua minggu terakhir ini, ia mengikuti kuliah tidak seperti biasanya dan terlihat tidak bersemangat. Reaksi Saudara:
a) Mengatakan padanya bahwa ia tidak seperti apa yang Saudara harapkan dan bilang bahwa ia harus mengikuti perkuliahan dengan lebih sungguh lagi .
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Bertanya kepada teman Saudara tersebut tentang masalahnya dan bilang bahwa Saudara bersedia membantunya.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan agar ia dapat kuliah seperti biasanya.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
11. Untuk menyelesaikan program pendidikan Saudara, maka Saudara diwajibkan untuk dapat mengikuti praktek pelayanan ke masyarakat. Saudara mendapat bagian untuk melakukan praktek pelayanan di salah satu gereja yang letaknya di desa dan jauh dari kota. Ketika Saudara memikirkan praktek pelayanan tersebut, Saudara akan:
a) Merasa tertarik dengan adanya praktek pelayanan tersebut dan sekaligus merasa gugup.
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Merasa bersemangat dengan dan antusias untuk melakukan praktek pelayanan tersebut serta memperoleh nilai praktek yang baik.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Merasa stress dan cemas dalam menghadapi situasi yang akan terjadi .
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
12. Dalam kelompok teman-teman dekat Saudara, teman yang Saudara pilih untuk menghabiskan waktu paling sering adalah:
a) Teman yang bisa diajak untuk bertukar pikiran dan berbagi perasaan.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Teman yang paling populer diantara semuanya.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Teman yang paling membutuhkan Saudara sebagai teman.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
13. Saudara mempunyai seorang keponakan putri usia sekolah dasar. Karena orang tua Saudara berhalangan hadir, maka Saudara mewakili orang tuanya untuk pertemuan dengan guru. Pada waktu pertemuan orang tua murid dan guru, gurunya berkata pada Saudara bahwa keponakan Saudara prestasinya kurang di sekolah dan terlihat tidak dalam mengerjakan tugasnya. Kemungkinan Saudara akan:
a) Membicarakannya dengan keponakan Saudara untuk mengerti lebih jauh apa masalahnya.
1 2 3 4 5 6 7
b) Memarahinya dan berharap ia berubah menjadi lebih baik.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Memastikan bahwa ia mengerjakan tugas-tugasnya; karena ia harus belajar lebih giat.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
14. Teman Saudara mempunyai kebiasaan yang sangat mengganggu Saudara yang dapat mebuat Saudara marah. Kemungkinan Saudara akan:
a) Memberi tahu kepada dia setiap kali kebiasaan tersebut muncul, mungkin dengan cara demikian ia akan berhenti melakukan hal tersebut .
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Mencoba untuk mengabaikan kebiasaan tersebut karena membicarakan tentang kebiasaan tersebut dengannnya tidak ada gunanya.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Mencoba untuk mengerti mengapa teman Saudara melakukannya dan mengapa kebiasaan itu sangat mengganggu buat Saudara
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
15. Seorang teman dekat Saudara (berjenis kelamin sama) belakangan ini sangat banyak dipengaruhi suasana hati. Ia juga sering marah pada Saudara tanpa alasan yang jelas. Saudara akan:
a) Memberi tahu pada teman Saudara hasil pengamatan Saudara dan mencoba untuk mengetahui apa yang terjadi kepadanya.
1 2 3 4 5 6 7
b) Mengabaikannya karena tidak banyak yang Saudara bisa perbuat
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Memberi tahu kepadanya bahwa Saudara hanya akan menghabiskan waktu bersamanya hanya jika ia mampu mengontrol suasana hatinya.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
16. Adik perempuan teman Saudara baru saja masuk SMU. Teman Saudara mengatakan bahwa prestasi adiknya sangat buruk dan ia meminta saran Saudara tentang apa yang harus ia lakukan. Saudara menyarankan ia untuk:
a) Membicarakannya dengan adiknya dan coba untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
b) Tidak perlu membicarakannya; tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Mengatakan pada adiknya tentang pentingnya berprestasi, jadi sebaiknya adik dari teman Saudara itu berusaha lebih giat lagi.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
17. Saudara merasa bahwa teman Saudara sering tidak menghargai hak dan perasaan Saudara. Saudara mungkin akan:
a) Mencoba mencari kesempatan untuk menjelaskan pada teman Saudara mengapa hal itu sangat mengganggu Saudara; dia mungkin tidak menyadari seberapa mengganggunya hal tersebut.
1 2 3 4 5 6 7
b) Tidak bilang apapun; kalau teman Saudara benar- benar peduli seharusnya ia mengerti perasaan Saudara.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak sesuai cukup sesuai sangat sesuai
c) Meminta teman Saudara untuk lebih menghargai Saudara; kalau tidak Saudara akan melakukan hal yang sama terhadapnya.
1 2 3 4 5 6 7
Nama :_________________________ Usia:___________tahun
Jenis Kelamin :___________
Kuisioner
1. Alasan Saudara memilih kuliah di Sekolah Tinggi Theologia Kharisma (di Bandung)
A. Ingin mencoba merantau ke luar kota B. Ingin mendapatkan Sekolah Theologia yang lebih bagus. C. Karena direkomendasi oleh orang lain. D. Di kota asal tidak ada sekolah tinggi theologia.
E. ………(sebutkan)
2. Alasan Saudara memilih kuliah di Jurusan Theologia
A. Karena panggilan B. Keinginan orang tua C. Rekomendasi dari gereja
D. Tertarik pada bidang Theologia E………(sebutkan) 3. Saudara adalah anak ke…..dari….bersaudara
4. Suku Bangsa: A. Sunda B. Chinese C. Batak D.Melayu E(…………..)sebutkan
5. Sebagai orang dari suku bangsa tersebut, apakah Saudara merasakan pengaruh nilai-nilai suku Saudara terhadap kebutuhan Saudara untuk mengambil keputusan:
A.Menunjang B.Biasa saja C.Menghambat
6. Sebagai suku bangsa tersebut diatas Saudara merasakan pengaruh nilai-nilai suku Saudara terhadap kebutuhan Saudara untuk menghadapi tugas yang menantang:
A.Menunjang B.Biasa saja C.Menghambat
7. Sebagai orang dari suku tersebut diatas Saudara merasa pengaruh dari nilai-nilai suku saudara terhadap kebutuhan Saudara untuk menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar saudara:
A.Menunjang B.Biasa saja C.Menghambat
8. Pengeluaran perbulan (makan, jajan, transport. Pulsa dll). Tetapi tidak termasuk pengeluaran pokok seperti uang sewa asrama atau uang kuliah.
A Kurang dari 500 ribu B. 500 ribu – 1 juta C. 1 juta – 1,5 juta D. 1,6 juta - 2 juta E. Diatas 2 juta
9. Apakah Saudara memiliki penghasilan sendiri (bekerja atau memiliki usaha)
10. Jika Saudara memilih “Ya” apakah dengan penghasilan tersebut Saudara menanggung biaya hidup sendiri?
A. Sepenuhnya B. Sebagian Besar C. Sebagian Kecil
11. Apakah keputusan kuliah di Sekolah Tinggi Theologia adalah merupakan keputusan Saudara sendiri? A Tidak B.Ya
12. Jika Saudara menjawab “Tidak”, keputusan tersebut dipengaruhi oleh siapa? Jawaban boleh lebih dari 1
A. Orang Tua B. Teman C. Pacar D. Gereja E. (………)sebutkan 13. Bagaimanakah proses penyesuaian diri Saudara dengan tuntutan, aturan atau norma yang ada di
kampus?
A. Sulit B. Biasa Saja C.Mudah
14. Jika Saudara menjawab “Sulit “ atau “Mudah” , menurut Saudara apa yang mempengaruhi sulit/mudahnya proses penyesuaian diri Saudara di Kampus? Jawaban boleh lebih dari 1.
Untuk soal berikut, terdapat beberapa buah pernyataan. Saudara diminta untuk membaca tiap
pernyataan dan saudara diminta untuk membandingkan pernyataan tersebut dengan keadaan diri
saudara pada saat ini.
• Lingkarilah A jika pernyataan tersebut MENGGAMBARKAN keadaan diri saudara.
• Lingkarilah B jika pernyataan tersebut CUKUP MENGGAMBARKAN keadaan diri saudara.
• Lingkarilah C jika pernyataan tersebut KURANG MENGGAMBARKAN diri saudara.
• Lingkarilah D jika pernyataan tersebut TIDAK MENGGAMBARKAN keadaan diri saudara
1. Saya memiliki kebutuhan untuk menentukan bagaimana saya menjalani hidup dan mengam keputusan diri sendiri apabila diperlukan.
A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.
2. Saya merasa puas apabila saya dapat menentukan bagaimana saya menjalani hidup dan mengam keputusan
sendiri apabila diperlukan
A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.
3. Saya memiliki kebutuhan untuk menunjukan kepada orang-orang bahwa saya berguna dan mam mencapai
hasil yang saya inginkan
A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.
4. Saya merasa puas apabila saya dapat menunjukan kepada orang-orang bahwa saya berguna dan mamp mencapai hasil yang saya inginkan.
D. Tidak Menggambarkan diri.
5. Saya memiliki kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar saya dan mendapatkan dukungan emosional dari keluarga serta teman
A. Menggambarkan keadaan diri B. Cukup Menggambarkan C. Kurang Menggambarkan D. Tidak Menggambarkan diri.
6. Saya merasa puas apabila saya dapat menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar saya mendapatkan
dukungan emosional dari keluarga serta teman.
Lampiran 4.1. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Jenis kelamin
Tipe–Tipe Causality Orientation Jenis kelamin
Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Lampiran 4.2. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Usia
Tipe-Tipe Causality Orientation Umur
Autonomy Controlled Impersonal
Row% 100% 0% 0% 100%
Lampiran 4.3. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Urutan kelahiran
Tipe-Tipe Causality Orientation
Lampiran 4.4. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Suku
Tipe-Tipe Causality Orientation Suku
Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Jumlah 1 0 0 1
Sunda
Lampiran 4.5. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Biaya Hidup
Lampiran 4.6. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengeluaran per Bulan
Tipe -Tipe Causality Orientation Pengeluaran Per Bulan
Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Lampiran 4.7. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Memiliki Usaha atau tidak
Tipe -Tipe Causality Orientation Memiliki Usaha
Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Jumlah 4 0 0 4
Total% 13.33% 0% 0% 13.33%
Memiliki usaha
Column% 14.81% 0% 0% 13.33%
Lampiran 4.8. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Keputusan untuk kuliah di Theologia
Tipe -Tipe Causality Orientation Keputusan untuk Kuliah di
Theologia Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Lampiran 4.9. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Yang mempengaruhi keputusan untuk kuliah di Sekolah Theologia
Tipe -Tipe Causality Orientation Yang mempengaruhi
keputusan Autonomy Controlled Impersonal
Row% 0% 100% 0% 100%
Lampiran 4.10. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengaruh suku terhadap need for
autonomy
Tipe -Tipe Causality Orientation Pengaruh suku terhadap Need
Autonomy Autonomy Controlled Impersonal
Lampiran 4.11. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengaruh suku terhadap need for
competence
Tipe -Tipe Causality Orientation Pengaruh suku terhadap Need
Competence Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Lampiran 4.12. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Pengaruh suku terhadap need
forRelatedness
Tipe -Tipe Causality Orientation Pengaruh suku terhadap Need
relatedness Autonomy Controlled Impersonal
Lampiran 4.13. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan Penyesuaian Diri
Tipe -Tipe Causality Orientation Penyesuaian Diri
Lampiran 4.14. Crosstabs antara Tipe Causality Orientation dan yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
Total% 3.33% 0% 0% 3.33%
Lampiran 4.15. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Needs For Autonomy
Tipe -Tipe Causality Orientation Needs for Autonomy
Lampiran 4.16. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Pemenuhan Needs For
Autonomy
Tipe -Tipe Causality Orientation Pemenuhan For Needs
Autonomy Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Jumlah 14 2 0 16
Terpenuhi
Row% 87.5% 12.5% 0% 100%
Lampiran 4.17. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Needs For Competence
Lampiran 4.18. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Pemenuhan Needs For
Competence
Tipe -Tipe Causality Orientation Pemenuhan Needs for
Competence Autonomy Controlled Impersonal
TOTAL
Lampiran 4.19. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Needs For Relatedness
Column% 3.70% 0% 0% 3.33%
Jumlah 27 3 0 30
TOTAL
Total% 90% 10% 0% 100%
Lampiran 4.20. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Pemenuhan Needs For
Relatedness
Tipe -Tipe Causality Orientation Need for Relatedness
Lampiran 4.21. Crosstabs antara Tipe Profil Causality Orientation dan Alasan memilih jurusan Tehologia
Tipe -Tipe Causality Orientation Alasan Memilih jurusan
Theologia Autonomy Controlled Impersonal
Total% 6.67% 0% 0% 6.67%
Row% 100% 0% 0% 100%
intrinsik (Panggilan dan
tertarik terhadap Theologia)
Column% 7.40% 0% 0% 6.67%
Jumlah 27 3 0 30
TOTAL
HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
GCOS
A. Validitas Aspek Autonomy
ITEM KOEFISIEN KETERANGAN
B. Validitas Aspek Control
14C 0.497 Dipakai
15C 0.402 Dipakai
16C 0.441 Dipakai
17C 0.415 Dipakai
C. Validitas Aspek Impersonal
ITEM KOEFISIEN KETERANGAN
Lampiran 5.1 Gambaran Responden Berdasarkan Suku.
Suku Jumlah Responden Presentasi
Sunda 1 3.33%
Lampiran 5.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Kelahiran
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah Tinggi Theologia adalah suatu lembaga pendidikan setingkat
strata satu (S1) dalam bidang pelayanan Kristen. Secara umum, Sekolah Tinggi
Theologia lebih dikenal sebagai sekolah pendeta, namun saat ini Sekolah
Tinggi Theologia memiliki pengertian dan tujuan yang lebih luas dari hanya
sekedar menghasilkan seorang pendeta. Sekolah Tinggi Theologia merupakan
suatu instansi pendidikan untuk mempersiapkan orang–orang yang ingin
mengabdikan dirinya sebagai seorang pelayan pada agama Kristen sesuai
dengan fungsi dan panggilannya baik dari segi pengetahuan maupun
ketrampilan dalam pelayanan jemaat.
Secara akademis, Sekolah Tinggi Theologia tidak jauh berbeda dengan
lembaga pendidikan lainnya. Seorang mahasiswa yang dapat melanjutkan ke
Sekolah Tinggi Theologia adalah mereka yang telah menyelesaikan Sekolah
Menengah Atas dan harus mengikuti beberapa tes dan wawancara. Tes yang
diberikan berupa tes pengetahuan Alkitab dan tes pengetahuan umum.
Sedangkan wawancara yang dilakukan mengarah pada kisah pertobatan dan
penjelasan mengenai panggilan dan tujuan hidup calon mahasiswa. Untuk dapat
Universitas Kristen Maranatha
2
menjalani studi di Sekolah Tinggi Theologia, seorang mahasiswa tidak hanya
mengandalkan pengetahuan ataupun kesenangan terhadap Theologi, tetapi
harus memiliki panggilan dalam dirinya untuk mengabdi sebagai seorang
pelayan Kristen, itulah sebabnya diadakan tes wawancara untuk melihat sejauh
mana calon mahasiswa menyadari adanya panggilan tersebut dalam diri
mereka.
Panggilan adalah suatu aspek supranatural yang diyakini, dipercaya dan
diakui oleh seseorang sebagai suatu dasar untuk melakukan suatu tindakan atau
mengambil suatu keputusan sebagai pelayan Tuhan (Eric Sudharma, penginjil
dari GK Immanuel). Panggilan berbicara mengenai adanya suatu keyakinan (belief) dalam diri untuk menjadi seorang calon pelayan Kristen. Panggilan
merupakan hal penting dalam menjalani studi di Sekolah Tinggi Theologia
karena selama menjalani studi, setiap mahasiswa akan melewati proses
pelatihan, pembelajaran, dan pengujian untuk membuktikan apakah seorang
mahasiswa tersebut memang terpanggil untuk menjadi pelayan kristen atau
tidak.
Mahasiswa yang menyadari adanya panggilan dalam dirinya untuk
menjadi seorang pelayan kristen akan terlihat lebih semangat dalam menjalani
studi Theologia, memperoleh indeks prestasi yang baik, dan menyelesaikan
studinya dengan tepat waktu jika dibandingkan dengan mahasiswa yang belum
Universitas Kristen Maranatha
3
Tinggi Theologia Kharisma). Maka dari itu, Sekolah Tinggi Theologia biasanya
mengadakan masa orientasi selama satu minggu untuk menjelaskan dan
menegaskan ulang proses studi yang akan ditempuh di Sekolah Tinggi
Theologia dan memberikan masa percobaan tiga bulan kepada mahasiswa.
Sekolah Tinggi Theologia agak sedikit berbeda dengan lembaga
pendidikan lainnya. Pada Sekolah Tinggi Theologia akan ditemui beberapa
peraturan yang tidak terdapat di universitas lainnya yang harus dipatuhi oleh
mahasiswa. Peraturan–peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Theologia
antara lain adalah: harus tinggal di asrama selama menjalankan studi bagi
mahasiswa yang belum menikah, bagi mahasiswa yang belum memiliki kekasih
tidak diperbolehkan untuk berpacaran hingga menempuh mata kuliah sejumlah
80 SKS, tidak boleh merokok, keluar masuk asrama sesuai dengan waktu yang
sudah dijadwalkan, wajib mengikuti doa pagi dan persekutuan doa malam,
harus mengerjakan dan menyelesaikan tugas akademik dan meraih IPK
minimal 2.5, mengikuti praktek pelayanan jemaat dan selama menjalankan
studi terlibat dalam pelayanan di gereja lokal masing-masing.
Peraturan–peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Theologia
memiliki tujuan untuk melatih mahasiswa hidup bertanggung jawab dalam
menentukan prioritas dalam hidup mereka, mencapai kedewasaan untuk hidup
disiplin, melatih hidup dalam kesederhanaan, dan menjadi teladan serta hidup
Universitas Kristen Maranatha
4
hati untuk mau ditegur dan mau belajar dari kesalahan, memiliki sikap setia dan
tunduk kepada pemimpin serta memiliki kejujuran, menjaga tutur kata dan
melakukan setiap hal yang sesuai dengan ajaran Kristen. Dengan demikian,
seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia yang telah memiliki keyakinan
(belief) terpanggil menjadi seorang pelayan Tuhan diharapkan mampu
menjalani pelatihan hidup sebagai seorang calon pemuka agama Kristen di
Sekolah Tinggi Theologia, baik dari segi mental dan akademiknya.
Fenomena yang teramati oleh peneliti adalah banyak mahasiswa
Theologia yang memilih untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Theologia
tetapi tidak sampai selesai, ada yang dikeluarkan (drop out) adapula yang
mengundurkan diri. Dari data administrasi Sekolah Tinggi Theologia “X”,
diperoleh informasi bahwa dari setiap angkatan jumlah mahasiswa yang
mengundurkan diri atau drop out ada sekitar 10% - 25%, bahkan pada angkatan
tertentu mahasiswa yang bertahan hingga mencapai kelulusannya hanya 30%
saja.
Wawancara dilakukan terhadap sepuluh mahasiswa Sekolah Tinggi
Theologia mengenai alasan mahasiswa mengundurkan diri dari Sekolah Tinggi
Theologia. Kesepuluh mahasiwa mengatakan bahwa pada dasarnya yang
menjadi alasan mahasiswa mengundurkan diri adalah ketidakmampuan
mahasiswa untuk mentaati peraturan yang berlaku. Setiap peraturan yang
Universitas Kristen Maranatha
5
malu terhadap rekan kampusnya sehingga untuk menutupi rasa malu,
mahasiswa lebih memilih untuk mengundurkan diri dari Sekolah Tinggi
Theologia. Sanksi yang diberikan kepada mahasiswa yang melanggar peraturan
dilakukan secara bertahap, namun ada beberapa pelanggaran yang memiliki
sanksi yang fatal (langsung dikeluarkan dari universitas) misalnya melakukan
perzinahan.
Enam orang mahasiswa tersebut pun mengakui bahwa lebih mudah
untuk menyelesaikan tugas – tugas akademis daripada menjalani hidup yang
penuh aturan dan ikatan Sekolah Tinggi Theologia. Mahasiswa harus
menyesuaikan diri dengan kehidupan yang penuh disiplin, peraturan, berbagi
dengan rekan sekamar dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda yang
mungkin sebelumnya mereka tidak terbiasa.
Selain pelanggaran terhadap peraturan, alasan mahasiswa
mengundurkan diri dari Sekolah Tinggi Theologia adalah kegagalan dalam
proses penyesuaian diri di lingkungan kampus, asrama atau masyarakat
setempat. Sistem pendidikan di Sekolah Tinggi Theologia membantu
mahasiswa mengatasi masalah penyesuaian diri ini dengan adanya dosen wali
dan bidang kemahasiswaan yang menangani kasus-kasus atau masalah pribadi
mahasiswa. Namun, diakui oleh mahasiswa bahwa tidak semua dosen memiliki
Universitas Kristen Maranatha
6
mereka, sehingga mahasiswa merasa bahwa dosen kurang berperan dalam
menangani mahasiswa dan permasalahannya.
Sebagai seorang calon pemuka agama Kristen atau pelayan agama
Kristen, mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia diharapkan telah memahami dan
mengetahui kondisi dan konsekuensi yang mungkin akan mereka alami ketika
menjalani studi di Sekolah Tinggi Theologia. Jika dilihat dari karakteistik usia
para mahasiswa (19–30 tahun), maka mahasiswa diharapkan sudah cukup
mampu untuk mengambil suatu keputusan untuk menjalankan studi di Sekolah
Tinggi Theologia sehingga mampu menanggung konsekuensi dan risiko dari
keputusan yang telah diambil. Jika keyakinan (belief) akan panggilan menjadi
faktor mendasar bagi seseorang untuk menjalankan studi di Sekolah Tinggi
Theologia, maka keyakinan tersebut dapat dijadikan motivator mahasiswa
dalam menjalankan studi Theologia hingga mencapai gelar sarjana. Bila belief
atau value dijadikan sumber penggerak mahasiswa dalam bertingkah laku,
maka menurut Self-determination Theory mahasiswa memiliki causality
orientation autonomy.
Ketika wawancara dilakukan dengan menanyakan apa yang mendorong
mahasiswa memutuskan untuk melanjutkan studi Theologia, diperoleh hasil
60% menyatakan keinginan menjawab panggilan untuk menjadi seorang
pelayan Kristen dan memang secara sadar memiliki minat terhadap Theologia.
Universitas Kristen Maranatha
7
penyebab utama dalam menjalankan studi di Theologia tanpa memiliki rasa
minat atau kesadaran terhadap panggilan tersebut dipandang sebagai faktor
kendali dari luar diri (controlled) yang memotivasi atau mendorong mahasiswa
untuk menjadi seorang calon pemuka agama Kristen. Sedangkan minat
terhadap bidang Theologia dipandang sebagai adanya ketertarikan pribadi dari
dalam diri (autonomy) yang memotivasi atau mendorong mahasiswa untuk
menjadi calon pemuka agama yang diawali dengan belajar di Sekolah Tinggi
Theologia. Keadaan mahasiswa menyadari akan nilai yang dia yakini dan
dijadikan dasar untuk bertingkah laku dan dilakukan atas keinginan sendiri
maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa memilih melanjutkan studi di
Theologia diputuskan oleh dirinya sendiri dan bersifat autonomy. Apabila
dalam memutuskan dan menjalankan studi Theologia mahasiswa bersifat
autonomy, maka diharapkan mahasiswa mampu menjalani kehidupan di
Theologia dan menyelesaikan studinya dengan baik dan tepat waktu.
Sejumlah 10% dari mereka menyatakan bahwa merasakan adanya
panggilan tetapi belum terlalu yakin akan panggilan tersebut dan tidak memiliki
minat yang besar terhadap Theologia tetapi ada faktor lingkungan yaitu orang
tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang calon pemuka agama.
Keadaan merasa terpanggil tetapi lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan orang
tua adalah suatu keadaan di mana faktor luar diri (controlled) yang memotivasi
Universitas Kristen Maranatha
8
Kristen. Sisanya 20 % menyatakan memilih kuliah di Sekolah Tinggi Theologia
atas rekomendasi gereja sedangkan 10 % menyatakan hanya ingin melanjutkan
studi yang sederajat sarjana serta menyadari adanya panggilan tetapi hanya
sangat sedikit dan tidak mempengaruhi keputusan melanjutkan studi di
Theologia. Keadaan terpaksa atau hanya sedikit memiliki minat menunjukkan
mahasiswa tidak memiliki motivasi atau amotivasi (impersonal) untuk menjadi
seorang calon pemuka agama. Mahasiswa yang lebih dipengaruhi oleh faktor
luar diri dalam menjalani studinya akan mengalami hambatan misalnya:
memutuskan untuk cuti di tengah perkuliahan, memutuskan untuk berhenti,
kurang bersemangat selama mengikuti perkuliahan, dan lebih lama dalam
menyelesaikan studinya.
Mahasiswa yang memilih melanjutkan studi di bidang Theologia
disebabkan atas faktor orang tua, adanya rekomendasi dari gereja, belum
merasa terpanggil hingga disebabkan adanya kesenangan terhadap pelayanan
Kristen akan menunjukan suatu proses penentuan dalam derajat yang berbeda.
Hal di atas melihat adanya proses internalisasi dari faktor luar diri (internal)
dan faktor pendukung dari luar diri (external). Pada saat wawancara, para
mahasiswa menyatakan bahwa akan terjadi pergeseran dari mulai tidak suka
menjadi suka melalui suatu proses pembelajaran yang terjadi selama
menjalankan studi di Sekolah Tinggi Theologia. Pergeseran dapat menuju ke
Universitas Kristen Maranatha
9
asrama, indeks prestasi mulai meningkat, aktif dalam pelayanan kampus
maupun di luar kampus namun dapat juga menuju ke arah negatif yaitu
mahasiswa semakin merasa tertekan, indeks prestasi menurun, pasif dalam
aktivitas kampus dan luar lingkungan kampus. Mahasiswa yang mampu
menyelaraskan diri dengan lingkungan kampus dan dengan peraturan–peraturan
yang berlaku serta nilai–nilai kekristenan yang ditanamkan di Sekolah Tinggi
Theologia, 70% menyatakan lebih dipengaruhi peran teman seangkatan dan
rekan sekamar yang baik dan mau mendukung, orang tua dan penghayatan
nilai-nilai kekristenan yang telah diperoleh, sedangkan 30% menyatakan lebih
dipengaruhi dukungan dari dosen wali.
Berdasarkan data–data di atas, dapat terlihat bahwa mahasiswa Sekolah
Tinggi Theologia memiliki sumber penggerak atau orientasi motivasi
(Causality Orientation) yang berbeda–beda. Causality orientation yang
berbeda–beda ini akan mempengaruhi bagaimana seorang mahasiswa
berperilaku selama menjalani studi di bidang Theologia hingga akhirnya
mencapai tujuan atau panggilan hidup. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai Causality Orientation mahasiswa yang berada pada masa
dewasa awal Sekolah Tinggi Theologia di Sekolah Tinggi Theologia “X” di
Universitas Kristen Maranatha
10
I.2 Identifikasi Masalah
Ingin mengetahui seperti apakah Causality Orientation pada
mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia “X” di kota Bandung.
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
I.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
causality orientation pada mahasiswa Sekolah Tinggi “X” di kota Bandung. I.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan data empiris
mengenai causality orientation dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada
mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia “X” di kota Bandung.
I.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dilakukannya penelitian ini:
I.4.1 Kegunaan Teoretis
• Sebagai sumbangan yang diharapkan dapat memperkaya informasi
mengenai Causality Orientation dalam kajian studi psikologi
pendidikan di Indonesia.
• Memberikan informasi sebagai bahan rujukan bagi penelitian lebih
Universitas Kristen Maranatha
11
I.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberikan sumbangan pemikiran mengenai Causality Orientation
bagi Sekolah Tinggi Theologia untuk memahami sumber penggerak
atau sumber motivasi mahasiswa memilih studi di bidang Theologia
dalam rangka pembinaan bagi para mahasiswa sehingga diperoleh
prestasi yang baik.
• Memberikan informasi mengenai causality orientation bagi para calon
mahasiswa yang ingin memiliki minat untuk melanjutkan studi di
bidang Theologia sehingga membantu dalam mengambil keputusan
untuk melanjtukan studi bidang Theologia.
• Memberikan informasi bagi para orang tua mengenai Causality
Orientation dalam rangka mengarahkan anak yang ingin melanjutkan
studi di bidang Theologia.
1.5 Kerangka Pemikiran
Sebagai individu yang berkembang, mahasiswa Sekolah Tinggi
Theologia “X” di Bandung ditinjau dari segi usianya berada pada tahap
perkembangan dewasa awal. Masa dewasa awal adalah masa transisi di mana
seseorang bergeser dari masa remaja menuju masa dewasa (Santrock, 2000) .
Salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah bagaimana
Universitas Kristen Maranatha
12
studinya tersebut dan bekerja. Maka dari itu, pada masa dewasa awal, individu
mulai mempertimbangkan keseluruhan aspek dalam kehidupannya dan berpikir
lebih mendalam dalam mengambil keputusan. Seorang mahasiswa Sekolah
Tinggi Theologia diharapkan telah mempertimbangkan aspek-aspek dalam
dirinya ketika mereka memutuskan untuk melanjutkan studi di fakultas
Theologia. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa berkaitan
dengan tujuan yang ingin dicapai dan hal yang melatarbelakangi atau yang
menjadi sumber munculnya perilaku memilih fakultas Theologia tersebut.
Keanekaragaman latar belakang munculnya perilaku memilih fakultas
Theologia, atau perbedaan cara pandang mahasiswa dalam memandang sumber
dari bermulanya tingkah laku serta proses pengaturan tingkah laku tersebut
disebut dengan causality orientation (Deci & Ryan, 1985).
Dalam diri mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia terdapat tiga need
psikologis (Deci & Ryan,1985) yang akan mempengaruhi causality orientation
mahasiswa tersebut. Kekuatan dan pemenuhan dari ketiga needs tersebutlah
yang akan menggambarkan bagaimana causality orientation dalam diri
mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia terbentuk. Ketiga need tersebut adalah:
needs for competence, needs for relatedness. dan need for autonomy.
Need for competence adalah kebutuhan mahasiswa untuk berhadapan
dengan lingkungan dan menjadi efektif untuk dapat menguasai dunianya
Universitas Kristen Maranatha
13
berperan dan berinteraksi dengan lingkungannya dan memperoleh kesempatan
untuk mempergunakan kapasitas yang ada di dalam dirinya serta melatih dan
mengembangkan kapasitas tersebut. Dalam hal ini, mahasiswa memiliki
kebutuhan untuk membuktikan kompetensinya sebagai seorang mahasiswa
Theologia dan sebagai seorang calon pemuka agama Kristen. Apabila
mahasiswa memperoleh respon yang positif (feedback) seperti nilai bagus
ataupun pujian dari lingkungannya, maka mahasiswa akan cenderung untuk
mempertahankan dan meningkatkan perilakunya.
Need for relatedness adalah kebutuhan mahasiswa untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain, terhubungkan dengan orang lain (menjadi
bagian dari suatu komunitas), merasakan adanya kepedulian terhadap orang
lain (Baumesiter & Leiry,1995). Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia akan
merasa terpenuhi apabila mereka telah merasa menjadi bagian dari suatu
kelompok, berdaya guna bagi orang lain, mengalami keseluruhan aktivitas
sebagai suatu kegiatan yang menjadi bagian dari orang lain yang dapat saling
mendukung dan diterima dalam suatu komunitas atau lingkungan. Misalnya
saja, seorang mahasiswa Theologia terlibat dalam kegiatan pelayanan di
gerejanya atau di kegiatan-kegiatan kampus.
Need for automomy merupakan kebutuhan mahasiswa untuk merasa
bahwa dirinya menjadi agen penyebab dalam bertindak atau melakukan
Universitas Kristen Maranatha
14
pengintegrasian diri dengan minat ataupun nilai yang dianut sesuai dengan
kapasitas diri yang dimiliki (de Charms,1968). Need ini menjelaskan bahwa
mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia memiliki kebutuhan untuk memilih
melanjutkan studi Theologia atas dasar kemauan diri sendiri, menyadari adanya
minat diri terhadap Theologia atau mengahayati adanya pengintegrasian diri
terhadap nilai-nilai yang dijadikan suatu dasar untuk bertindak. Need for
autonomy juga berbicara mengenai adanya kesadaran dalam diri mahasiswa
akan kapasitas yang dia miliki untuk dapat berkembang sesuai tujuan yang
akan dicapai oleh mahasiswa tersebut.
Autonomous berbicara mengenai bagaimana seorang mahasiswa dapat
secara sadar menghayati bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab munculnya
perilaku. Tidak hanya berdasarkan minat atau kesenangan semata, hasil
pengintegrasian terhadap nilai-nilai ataupun menjawab permintaan orang lain
(significant person) dapat dikatakan autonomous apabila mahasiswa tersebut
menyadari bahwa dirinyalah yang memutuskan dan menjadi penyebab utama
menjawab permintaan orang lain ataupun pengintegrasian nilai-nilai. Need for
autonomy adalah need yang paling mendasar bagi seseorang untuk bertindak,
maka dari itu pemenuhan need for competence dan need for relatedness tidak
bisa dilepas dari need for autonomy untuk mengetahui apakah seorang
mahasiswa tersebut autonomous atau tidak. Berdasarkan hal di atas, tanpa
Universitas Kristen Maranatha
15
kesejahteraan diri (well-being). Pemenuhan ketiga need tersebut akan
memunculkan perilaku mahasiswa yang bersifat intrinsik (termotivasi secara
intrinsik). Apabila mahasiswa dalam bertingkah laku termotivasi secara
intrinsik maka mahasiswa akan cenderung untuk mempertahankan perilakunya
(self-determined).
Motivasi Intrinsik muncul ketika mahasiswa berupaya untuk melatih,
memperluas dan mengkordinasi pengetahuan dan pengalaman mereka dengan
mencari tantangan dari lingkungan sekitar mereka (Elkind, 1971). Ada
beberapa kondisi yang akan memunculkan dan mempertahankan motivasi
intrinsik, yaitu perceived competence dan perceived autonomy. Kondisi
perceived competence adalah suatu kondisi di mana seorang mahasiswa
cenderung mempertahankan perilakunya dan akan semakin kuat apabila
mahasiswa mampu mengatasi tantangan yang dihadapinya dan diperkuat lagi
dengan mendapatkan feedback yang positif seperti pujian. Kondisi ini
menunjukkan bahwa mahasiswa merasa mampu dan kompeten dalam
menghadapi tantangan sehingga akan semakin termotivasi dan akan cenderung
mempertahankan perilakunya.
Kondisi perceived autonomy adalah suatu kondisi di mana mahasiswa
mampu menonjolkan dan menghadirkan tindakan atau aktivitas tanpa
mempedulikan pengaruh eksternal baik berupa penghargaan, feedback positif
Universitas Kristen Maranatha
16
memilih aktivitas yang sesuai dengan keinginan dan minatnya. Misalnya,
mahasiswa dapat memilih kegiatan-kegiatan pelayanan yang lebih ia sukai atau
memilih mata kuliah pilihan yang sesuai dengan minatnya. Kondisi seperti ini
juga mampu memperkuat dan memunculkan motivasi intrinsik.
Selain perceived autonomy dan perceived competence, relatedness juga
mengambil bagian penting dalam memunculkan motivasi intrinsik. Mahasiswa
dapat merasa mampu dan puas dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya
atau dapat melakukan suatu tindakan didasari kesenangan, tetapi jika kondisi
di atas diperkuat dengan adanya rasa aman dan dukungan yang diperoleh dari
suatu komunitas atau orang lain maka kondisi tersebut pun akan memperkuat
motivasi intrinsik sehingga mahasiswa akan cenderung mempertahankan
perilakunya. Adanya minat, kesenangan, kompetensi dan didukung oleh
lingkungan sosial mahasiswa akan memunculkan motivasi intrinsik dalam diri
mahasiswa dalam mempertahankan perilakunya.
Motivasi intrinsik mendasari perilaku yang muncul karena kesenangan
dan kepuasaan ketika melakukan kegiatan tersebut (Deci & Ryan, 1985b) dan
bukan merupakan hasil dari proses internalisasi. Proses regulasi yang terjadi
didalam diri mahasiswa adalah intrinsic regulation. Dalam meregulasi tingkah
lakunya, mahasiswa didasari rasa kesenangan, ketertarikan dan minat terhadap
kegiatan tersebut serta mengalami kepuasaan dalam beraktivitas. Misalnya,
Universitas Kristen Maranatha
17
menjalankan tugas-tugas akademis dengan baik. Mahasiswa yang melakukan
kegiatannya atas dasar motivasi intrinsik maka akan memiliki Locus of
Causality Internal.
Pada dasarnya, tidak semua aktivitas yang dilakukan didasari atas
motivasi intrinsik, begitupula dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia.
Tidak semua mahasiswa melakukan kegiatannya didasari atas diri sendiri,
tetapi terdapat faktor-faktor luar diri yang lebih berpengaruh dan memotivasi
mahasiswa untuk melakukan suatu tindakan. Kondisi ini adalah kondisi di
mana mahasiswa termotivasi secara ekstrinsik. Mahasiswa yang termotivasi
secara ekstrinsik melakukan kegiatan bukan atas keinginan atau kesenangan
dirinya sendiri, tetapi lebih mengarah kepada tercapai atau tidaknya suatu
tujuan. Motivasi ekstrinsik memiliki derajat otonomi yang bervariasi (Ryan &
Connel, 1989; Vallerand, 1997).
Motivasi ekstrinsik berbicara mengenai keanekaragaman latar belakang
mahasiswa memilih melanjutkan studi di Theologia dengan dirinya sendiri
bukan menjadi penyebab utama. Misalnya, mengabulkan permintaan orang tua
yang menginginkan anaknya menjadi seorang pendeta, menjalankan studi
Theologia karena hasil rekomendasi gereja sebagai syarat untuk mendapatkan
jabatan pendeta di gereja tersebut, atau profesi calon pemuka agama dianggap
sebagai suatu profesi yang menjanjikan dan memiliki peluang di kemudian hari.
Universitas Kristen Maranatha
18
kepuasaan dalam menjalankan kegiatan mereka. Motivasi ekstrinsik yang
tertuang dalam alasan-alasan di atas tersebut akan menunjukkan derajat
keterlibatan diri (self) yang berbeda dan akan menggambarkan Locus of
Causality yang berbeda.
Derajat motivasi atau keterlibatan diri yang berbeda-beda ini
disebabkan adanya proses internalisasi. Proses internalisasi adalah proses ketika
seorang individu mengambil nilai-nilai dan peraturan sosial untuk diidentifikasi
sebagai miliknya. Derajat internalisasi nilai atau peraturan sosial yang tinggi
akan dirasakan individu lebih autonomous atau lebih sesuai dengan dirinya
(Ryan, Connel & Deci, 1985). Dalam motivasi ekstrinsik terdapat empat bentuk
regulasi tingkah laku.
Pertama adalah external regulation, yaitu apabila mahasiswa melakukan
suatu tindakan dengan tujuan menghindari sanksi dan untuk mendapatkan
pujian. Pada external regulation derajat keterlibatan diri mahasiswa sangat
rendah, mahasiswa hanya melihat dan menjalankan studi semata-mata untuk
menghindari tekanan dari luar. External regulation mengarah pada Locus Of
Causality External. Kedua, adalah introjected regulation yaitu mahasiswa
melakukan suatu tindakan disebabkan adanya tekanan dari luar tetapi sudah
terdapat kontrol dari dalam diri. Mahasiswa tidak semata-mata menerima
bahwa bertingkah laku semata-mata untuk menghindari tekanan dari luar,
Universitas Kristen Maranatha
19
menjelaskan sudah dimulainya proses internalisasi di dalam diri mahasiswa
dengan derajat yang lebih tinggi dari external regulation. Introjected regulation
memiliki Locus of Causality somewhat external, yaitu yang lebih mengarah
kepada eksternal.
Ketiga, Identified regulation. Pada identified regulation derajat
keterlibatan diri lebih tinggi lagi dari dua regulasi sebelumnya sehingga pada
regulasi ini mahasiswa mulai dapat melakukan suatu perilaku karena perilaku
tersebut diterima dan dianggap penting oleh dirinya dan proses penilaian
dilakukan secara sadar. Mahasiswa mengikuti praktek kegiatan pelayanan
disadari sebagai suatu hal penting bagi dirinya dan tujuan yang ingin dicapai
nantinya. Identified regulation memiliki Locus of causality somewhat internal.
Keempat, Integrated regulation yaitu mahasiswa sudah dapat
mengintegrasikan dan mengidentifikasikan faktor-faktor dari luar ke dalam diri
sebagai suatu perilaku yang disadari sangat penting bagi dirinya sendiri.
Internalisasi telah terjadi sepenuhnya. Regulasi ini memiliki kemiripan dengan
intrinsic regulation pada motivasi intrinsik yang juga memiliki locus of causality internal. Perbedaan yang mencolok adalah integrated regulation
dilakukan untuk mendapatkan hasil (outcomes) tertentu dan telah tejadi
internalisasi.
Mahasiswa ada yang termotivasi secara intrinsik dan ada pula yang
Universitas Kristen Maranatha
20
seorang mahasiswa adalah amotivation. Amotivation adalah suatu kondisi
dimana perilaku dilakukan sama sekali tanpa niat dan tidak berharap aktivitas
yang dilakukan menghasilkan suatu tujuan (Seligman,1975). Amotivasi dapat
muncul karena tidak menghargai suatu aktivitas tertentu (Ryan,19950) tidak
merasa kompeten untuk melakukan suatu aktivitas (Bandura,1986). Tidak
terdapat regulasi didalmunya dan memiliki Locus of Causality Impersonal.
Locus of Causality merujuk pada sumber dari bermulanya suatu
perilaku dan pengaturan perilaku tersebut. Ada tiga Locus of Causality yaitu
internal, external dan impersonal. Perbedaan mahasiswa dalam memandang Locus Of causality disebut Causality orientation. Selain itu Causality Orientation juga menggambarkan kepribadian mengenai bagaimana
pengintegrasian dari regulasi tingkah laku dan pengalaman mahasiswa. Ada
tiga causality orientation yaitu autonomy, controlled, dan impersonal.
Autonomy oriented mengacu pada munculnya suatu perilaku didasari pada
ketertarikan, atau adanya keyakinan terhadap suatu nilai sebagai dasar.
Autonomy oriented mewakili kecenderungan umum individu terhadap motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang telah terintegrasi dengan baik dalam diri
mahasiswa (Intrinsic, Integrated dan Identified) . Dengan perkataan lain bahwa
mahasiswa yang memiliki Locus of Causality Internal dan Locus of causality
Universitas Kristen Maranatha
21
Orientasi yang kedua adalah control oriented. Regulasi tingkah laku
pada mahasiswa yang control oriented didasari pada kontrol bagaimana
seharusnya mereka berperilaku. Control oriented mewakili kecenderungan
umum mahasiswa terhadap external dan introjected regulation. Mahasiswa
yang memilik Locus of causality yang mengarah pada external dan somewhat
external akan control oriented. Orientasi terakhir adalah impersonally oriented.
Regulasi tingkah laku pada mahasiswa yang impersonally oriented didasari
pada pemahaman akan ketidakefektifan dirinya dan bertindak tanpa niat.
Impersonally Oriented mewakili kecenderungan umum individu terhadap
amotivasi. Dengan perkataan lain mahasiswa yang memiliki kecenderungan
Locus of causality impersonal akan impersonal oriented. Skema Kerangka Pemikiran di halaman 23
1.6. Asumsi
• Terdapat tiga needs pada diri mahasiswa yaitu needs autonomy,
competence dan relatedness yang akan mempengaruhi motivasi pada
diri mahasiswa.
• Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia yang amotivasi akan memiliki