• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Malcolm Balridge (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Malcolm Balridge (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk)."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Dalam suasana persaingan yang semakin ketat dan aktivitas perusahaan yang semakin kompleks, setiap perusahaan dituntut untuk menghasilkan laba seoptimal mungkin agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja perusahaan tersebut.

Produktivitas tenaga kerja adalah hal penting dalam menjalankan kegiatan perusahaan karena merupakan sikap mental yang menuju ke arah peningkatan kualitas. Dengan adanya penerapan Malcolm Baldrige yang merupakan salah satu tools untuk peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan dan terus menerus (continously improvement) dengan menggunakan pengukuran dan memberikan feedback mengenai kinerja organisasi secara keseluruhan dalam menyediakan produk dan jasa yang berkualitas, akan sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis perbandingan produktivitas tenaga kerja pada PT.Telkom,Tbk sebelum dan sesudah penerapan Malcolm

Baldrige. Produktivitas perusahaan yang dikaji adalah produktivitas parsial

dengan membandingkan antara jumlah sambungan berbayar dengan jumlah tenaga kerja. Sedangkan metode deskriptif analitik yang mengkhususkan pada studi komparatif digunakan dalam penelitian ini dengan objek penelitian yaitu tingkat produktivitas tenaga kerja pada PT.Telkom,Tbk. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan tingkat produktivitas tenaga kerja sebelum dan sesudah penerapan Malcolm Baldrige.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat produktivitas tenaga kerja sebelum dan sesudah penerapan Malcolm

Baldrige, dimana rata-rata tingkat produktivitas tenaga kerja sesudah

terbentuknya Malcolm Baldrige lebih tinggi secara signifikan daripada tingkat produktivitas tenaga kerja sebelum penerapan Malcolm Baldrige. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat melanjutkan penerapan Malcolm Baldrige sebagai suatu langkah dalam suatu upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Kata kunci : produktivitas, Malcolm Baldrige dan continuously improvement.

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian……… 1.2 Identifikasi Masalah………. 1.3 Tujuan Penelitian……….

1.4 Kegunaan Penelitian……… 1.5 Rerangka Pemikiran……….

1.6 Metode Penelitian………. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Manajemen……….. 2.1.1 Definisi Akuntansi Manajemen………...

(3)

2.1.2 Kegunaan Informasi Akuntansi Manajemen………

2.1.3 Sumber-Sumber Data Akuntansi Manajemen………. 2.1.4 Tipe dan Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen………...

2.1.5 Pemakai Informasi Akuntansi Manajemen……….. 2.1.6 Manajemen Mutu Terpadu………...

2.2 Malcolm Baldrige………..

2.2.1 Definisi dan Latar Belakang Malcolm Baldrige……….. 2.2.2 Dasar Malcolm Baldrige………..

2.2.2.1 Visionary Leadership………... 2.2.2.2 Customer-Driven Excellence……….. 2.2.2.3 Organizational and Personal Learning………..

2.2.2.4 Valuing Employees and Partners……… 2.2.2.5 Agility……….. 2.2.2.6 Focus on the Future………

2.2.2.7 Managing for Innovation……… 2.2.2.8 Management by Fact………...

2.2.2.9 Public Responsibility and Citizenship………. 2.2.2.10 Focus on Results and Creating Value………... 2.2.2.11 Systems Perspective………..

2.2.3 Tujuan dan maksud dari kriteria yang ada dalam

Malcolm Baldrige………...

(4)

2.2.4 Kriteria Malcolm Baldrige yang dibagi dalam kategori

dan item………... 2.2.4.1 Leadership………...

2.2.4.2 Strategic Planning………... 2.2.4.3 Customer and Market Focus………... 2.2.4.4 Measurement, Analysis, and Knowledge………

2.2.4.5 Human Resource Focus……….. 2.2.4.6 Proces Management………

2.2.4.7 Result………... 2.2.5 Criteria For Performance Excellent Frame Work………….. 2.2.5.1 Organizational Profile………

2.2.5.2 System Operations………... 2.2.5.3 System Foundation……….. 2.2.6 Kriteria-kriteria Malcolm Baldrige Sebagai Suatu Sistem….

2.2.8 Karakteristik Kriteria-Kriteria Malcolm Baldrige………….. 2.2.8.1 Fokus pada business results………

2.2.8.2 Tidak bersifat menentukan dan mampu

beradaptasi……….. 2.3 Produktivitas...

2.3.1 Definisi Produktivitas... 2.3.2 Definisi Produktivitas Tenaga Kerja...

2.3.3 Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja... 37

(5)

2.3.4 Manfaat Pengukuran Produktivitas...

2.3.5 Unsur-unsur Produktivitas Tenaga Kerja... 2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga

Kerja... 2.3.7 Manfaat Peningkatan Produktivitas... 2.4 Hubungan Malcolm Baldrige terhadap Produktivitas Tenaga

Kerja...

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian………... 3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan……….

3.1.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan……….. 3.1.3 Visi, Misi dan Sasaran Perusahaan………. 3.1.4 Bidang Usaha Perusahaan………...

3.1.5 Pengurusan dan Pengawasan………..

3.1.5.1 Umum………..

3.1.5.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas……… 3.1.5.2.1 Struktur Organisasi……….. 3.1.5.2.2 Uraian Tugas………

3.1.6 Pengelolaan Sumber Daya Manusia………... 3.2 Metode Penelitian………

3.2.1 Operasional Variabel………... 63

(6)

3.2.2 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis……….

3.2.2.1 Rancangan Analisis………. 3.2.2.2 Rancangan Pengujian Hipotesis………..

3.2.2.2.1 Penetapan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif……….. 3.2.2.2.2 Pemilihan Tes Statistik dan

Perhitungannya………. 3.2.2.2.3 Penetapan Tingkat Signifikansi…………...

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian……… 4.1.1 Kegiatan Operasi Perusahaan………. 4.1.1.1 Telepon Tetap Kabel………...

4.1.1.2 Telepon Tetap Nirkabel……….. 4.1.1.3 Selular……….

4.1.1.4 Data dan Internet………. 4.1.1.5 Network dan Interkoneksi………... 4.1.1.5.1 Network………

4.1.1.5.2 Interkoneksi……….. 4.1.2 Hasil Perhitungan………

4.1.2.1 Pengukuran Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja…... 91

(7)

4.1.2.2 Perhitungan Statistik dan Pengujian Hipotesis……...

4.2 Pembahasan……….. 4.2.1 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Sebelum Penerapan

Malcolm Baldrige………... 4.2.2 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Sesudah Penerapan

Malcolm Baldrige………...

4.2.3 Tingkat Perbedaan antara Produktivitas Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Penerapan Malcolm Baldrige………..

4.3 Hubungan Malcolm Baldrige Terhadap Peningkatan

Produktivitas Tenaga Kerja………..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….. 5.2 Saran……….

DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN

106

109

109

110

111

112

117 118

120

xi

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe Informasi Akuntansi Manajemen dan Manfaatnya…………... Tabel 2.2 Criteria for Performance………...

Tabel 3.1 Operasional Variabel………. Tabel 4.1 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja………..

Tabel 4.2 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Sebelum Penerapan

Malcolm Baldrige………..

Tabel 4.3 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Sesudah Penerapan

Malcolm Baldrige………...

Tabel 4.4 Perhitungan Statistik Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja

Sebelum Penerapan Malcolm Baldrige……….. Tabel 4.5 Perhitungan Statistik Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja

Sesudah Penerapan Malcolm Baldrige………..

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Statistik Selisih Rata-rata………..

21 38

90 105

105

106

107

107

109

(9)

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Faktor yang Mendorong Penggunaan Teknologi Informasi Maju dan Persyaratan untuk Menjadi

World Class Company……… Gambar 2.2 : Baldrige Business Criteria for Performance

Excellence Framework……….

Gambar 2.3 : Kriteria Baldrige sebagai suatu sistem……… Gambar 3.1 : Struktur Bisnis Telkom………

26

47 51 77

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Perusahaan

Lampiran 2 : Keputusan Direksi PT.Telkom,Tbk tentang Penerapan Sistem Pengelolaan Bisnis Ekselen

Lampiran 3 : Laporan Keuangan PT.Telkom,Tbk tahun 1996 - 2005 Lampiran 4 : Hasil Assessment IQA-2005

Lampiran 5 : Tabel Distribusi T

Lampiran 6 : Surat Pernyataan dari Perusahaan PT.Telkom,Tbk

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi dewasa ini kita telah dan akan menghadapi arti

perdagangan internasional bebas sebagaimana ditetapkan dalam Putaran Uruguay yang berlaku sejak Januari 1995, AFTA yang berlaku pada tahun 2003 dan APEC yang akan berlaku pada tahun 2010. Dengan ekonomi tersebut, ekspor Indonesia

harus dapat bersaing dalam pasar internasional sedangkan produk dalam negeri kita harus mampu bersaing dengan produk luar negeri di negara kita sendiri.

Meningkatnya perhatian umum untuk mencapai daya saing dalam era globalisasi, era industri, era teknologi atau era informasi dewasa ini telah mendorong organisasi untuk lebih mengusahakan perbaikan kualitas dan

produktivitas outputnya, baik dibidang produk maupun dibidang jasa.

Menurut Budhi Cahyono, kondisi saat ini merupakan era kualitas yang

ditandai oleh adanya tuntutan kualitas yang lebih baik. Hal ini dialami oleh industri manufaktur maupun jasa. Era kualitas juga muncul karena adanya tuntutan dari berbagai pihak, misalnya konsumen yang selalu menginginkan

produk-produk yang bermutu dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Konsumen sering kali mengabaikan asal produk dan lebih mementingkan

kemampuan produk dalam memenuhi seleranya. Tingkat persaingan antar perusahaan juga mengkondisikan perusahaan yang ingin tetap eksis untuk selalu meningkatkan kualitas produknya, terutama pada kondisi saat ini yang mengarah

1

(27)

Bab I Pendahuluan 2

pada persaingan yang bersifat hypercompetition. Berbagai perubahan teknologi dan sistem informasi juga berdampak pada semakin meningkatnya kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas lebih tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara tepat waktu dan tepat kualitas.

Fenomena ini telah mempengaruhi keberadaan perusahaan yang masih ingin bertahan untuk selalu memperbaiki kualitas produk dan jasa (Jurnal Bisnis dan Ekonomi, edisi September, 2000).

Untuk mencapai perbaikan tersebut dibutuhkan kemampuan manajemen perusahaan yang dapat diandalkan untuk mengatur dan mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki. Salah satu sumber daya perusahaan yang terpenting dan

berkaitan langsung dengan operasi perusahaan adalah sumber daya manusia, yaitu sebagai tenaga kerja penggerak sumber daya lainnya. Dengan demikian, untuk

mendukung perkembangan perusahaan sangat tergantung dalam usaha memanfaatkan modal, keahlian, teknologi, serta target pasar yang akan dimasuki, didukung oleh peningkatan sumber daya manusia yang dimiliki secara efektif dan

efisien.

Dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi dalam persaingan, dimasa

persaingan kini telah bergeser dari produk atau jasa yang murah dengan mutu yang rendah akan ditinggalkan konsumen. Produk yang bisa menerobos pangsa pasar adalah produk atau jasa yang mempunyai mutu fungsi dengan harga yang

optimal sehingga output yang dihasilkan akan mempunyai keunggulan komparatif dengan para pesaing dan akan memuaskan konsumen. Akan tetapi pada

kenyataannya tidak mudah untuk mencapai keunggulan komparatif ini apabila

(28)

Bab I Pendahuluan 3

tidak didukung oleh tenaga kerja yang memiliki kemauan untuk bekerja dan didukung kemampuan dalam bekerjanya. Apabila tenaga kerja yang dimilikinya

adalah tenaga kerja yang produktif, maka produktivitas perusahaan akan terpenuhi.

Sampai saat ini tenaga kerjalah yang lazim dijadikan faktor pengukur produktivitas itu. Hal ini disebabkan, pertama, besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk atau

jasa. Kedua, masukan pada sumber daya manusia lebih mudah dihitung daripada masukan pada faktor-faktor lain seperti modal.

Perusahaan pada umumnya berusaha untuk menyesuaikan kualitas produk

atau jasa yang dihasilkannya terhadap kepuasaan pelanggan. Untuk itu, standar kualitas harus dikembangkan guna memberi arti bagi pengukuran kualitas dan

produktivitasnya.

Berdasarkan artikel yang terdapat pada harian Kompas, 10 Desember 2000, berbagai perusahaan yang menerapkan program total quality ternyata tidak

seluruhnya berhasil, dalam arti dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Permasalahan utamanya bukan terletak pada ketidakefektifan program, namun

lebih terbentur pada pengaplikasian prinsip-prinsip total quality yang kurang tepat. Pendekatan total quality merupakan suatu sistem yang terstruktur, satu set peralatan, tehnik dan filosofi yang didesain untuk menciptakan budaya organisasi

yang terfokus pada konsumen, partisipasi karyawan dan perbaikan secara terus menerus untuk mempertemukan dan memenuhi harapan konsumen. Perbaikan

kualitas untuk meningkatkan keuntungan dilakukan dengan mengurangi cost dan

(29)

Bab I Pendahuluan 4

meningkatkan pendapatan, sehingga biaya-biaya yang tidak perlu harus diminimalisasi. Pada saat yang sama produk atau jasa dengan kualitas yang tinggi

akan meningkatkan loyalitas dan antusiasme konsumen. Kegagalan program total

quality dapat dikelompokkan dalam tiga aspek, yaitu:

1. Kegagalan Strategis

Aspek strategis yang memandang keinginan jangka panjang atau mencapai target perusahaan yang dianjurkan. Realisasi visi organisasi sangat

dipengaruhi oleh kemauan perusahaan dalam merubah paradigma lama menuju paradigma baru. Visi perusahaan tidak dapat disamakan dengan mimpi atau khayalan, namun harus dapat dipraktekkan, direalisasi dan

direfleksikan untuk mencapai keunggulan dimasa datang. Suatu visi akan memberi petunjuk kemana perusahaan akan diarahkan dan rencana-rencana

aksinya serta struktur organisasi dan sistem yang dibutuhkan untuk mewujudkan aksi. Kurangnya memahami visi dan gagalnya menerapkan kualitas sebagai bagian dari perencanaan strategik menyebabkan tujuan dan

berbagai prioritas kegiatan sering tidak dipahami. Untuk mencapai sukses

total quality, organisasi membutuhkan perubahan dalam cara pikir dan

menciptakan budaya continuous improvement. 2. Kegagalan Manajerial dan Organisasi

Sebagian besar program total quality gagal, tidak disebabkan oleh aspek

teknis, namun lebih disebabkan oleh aspek manajerial. Kurangnya komitmen manajemen puncak merupakan hal yang berpengaruh terhadap kegagalan

program. Manajemen kurang mengkomunikasikan filosofi perusahaan kepada

(30)

Bab I Pendahuluan 5

karyawan melalui tindakan dan metode yang menekankan bahwa semua karyawan dan aktivitas difokuskan pada perbaikan terus-menerus (continuous

improvement). Disamping itu perlu keterlibatan kualitas dalam seluruh aspek

aktivitas organisasi.

3. Kegagalan Program

Program total quality dimaksudkan untuk mencapai kepuasan konsumen melalui perbaikan terus menerus (continuous improvement). Kurangnya

pemahaman tentang kepuasan konsumen sulit untuk menciptakan pembentukan loyalitas konsumen. Pemahaman tentang kepuasan berbeda untuk masing-masing perusahaan. Program total quality difokuskan pada

pemahaman harapan konsumen dan pengembangan program untuk mewujudkannya. (Kumpulan Artikel Kompas, www.kcm.co.id)

Dalam hal ini, diperlukan suatu sistem manajemen mutu yang merupakan suatu metode untuk meningkatkan kemampuan dan motivasi tenaga kerja sehingga akan mengubah mental agar memiliki kesadaran untuk mengetahui

pentingnya mutu produk atau jasa dan mampu memecahkan masalah secara terpadu. Hermawan Kartajaya (2000:218) menyatakan bahwa manajemen mutu

yang dikembangkan dalam Malcolm Baldrige diarahkan untuk mencapai tujuan

total quality. Dalam rangka mewujudkan standar quality excellence tersebut,

diperlukan adanya kesesuaian dengan semua sektor produk dan jasa pada semua

skala organisasi dan penyederhanaan dalam penggunaan, serta kemampuan untuk menghubungkan sistem manajemen mutu pada semua proses di organisasi. Selain

itu juga, orientasi yang lebih besar terhadap continuous improvement dan

(31)

Bab I Pendahuluan 6

customer satisfaction (kepuasan pelanggan) serta kompabilitas dengan sistem

manajemen yang lain.

Penerapan Malcolm Baldrige ini telah diyakini memberikan dampak yang positif bagi kinerja perusahaan karena terjadinya proses continuous improvement

dalam sistem kerja, sistem koordinasi dan sistem pembentukan budaya kerja yang lebih baik. M.N.Nasution (2005:324) menyatakan bahwa menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh The National Institute of Standard and Technology (NIST)

di Amerika Serikat pada tahun 1990 ditemukan fakta bahwa perolehan Malcolm

Baldrige telah memicu terjadinya beberapa dokumentasi, peningkatan proses,

hubungan kerja yang lebih baik, fokus terhadap konsumen, mengurangi scrap

product, peningkatan produktivitas, peningkatan kepuasan pelanggan dan

peningkatan penjualan serta peningkatan pangsa pasar.

Dengan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apakah dengan adanya penerapan Malcolm Baldrige, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya. Untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga

kerja sebelum dan sesudah penerapan Malcolm Baldrige, dan mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara keduanya dengan melihat

perbandingan tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan, hal ini tertuang dalam judul penelitian :

“Analisis Perbandingan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Malcolm Baldrige”

(32)

Bab I Pendahuluan 7

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun permasalahan yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum penerapan

Malcolm Baldrige?

2. Bagaimana tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sesudah penerapan

Malcolm Baldrige?

3. Bagaimana analisis perbandingan tingkat produktivitas tenaga kerja

perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Malcolm Baldrige?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum dan sesudah

menerapkan Malcolm Baldrige.

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum

penerapan Malcolm Baldrige.

2. Untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sesudah

penerapan Malcolm Baldrige.

3. Untuk mengetahui analisis perbandingan tingkat produktivitas tenaga kerja

perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Malcolm Baldrige.

(33)

Bab I Pendahuluan 8

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang berkaitan dengan masalah ini. Beberapa pihak yang dapat mengambil manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penulis

Hasil penelitian ini akan memberi tambahan wawasan pengetahuan penulis tentang masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih

jelas mengenai permasalahan tersebut. 2. Perusahaan

Dapat menjadi referensi bagi perusahaan untuk membandingkan bagaimana

tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan Malcolm Baldrige.

3. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perubahan paradigma dalam memandang kebutuhan konsumen dengan menekankan pada matrik kompetisi yang semakin ketat merupakan cara yang

paling mudah untuk mempertahankan performance perusahaan. Kinerja perusahaan bukan hanya merupakan fungsi perubahan kondisi eksternal semata

namun merupakan sinergi dari perubahan internal dan eksternal. Oleh karena itu

(34)

Bab I Pendahuluan 9

akan lebih bijaksana jika sebuah perusahaan senantiasa terus melakukan pembenahan internal tanpa harus menunggu tuntutan ataupun perubahan dari

pihak luar (eksternal).

Dalam era global saat ini, setiap perubahan dituntut untuk semakin efisien, semakin baik dan memiliki keunikan dari para kompetitornya. Agar

tuntutan tersebut tercapai maka perusahaan harus senantiasa melakukan restrukturisasi usaha, reenginering dan continuous improvement. Dengan

demikian dibutuhkan sebuah pedoman sistem kerja yang baku atau manajemen mutu yang menjamin proses continuous improvement yang berdaya guna dan berhasil guna.

Salah satu sistem manajemen tersebut adalah Malcolm Baldrige. Malcolm

Baldrige merupakan salah satu sistem manajemen didalam organisasi yang

keberhasilannya akan ditentukan oleh sub sistem didalamnya. Sebagai suatu sistem, dengan sendirinya pula akan dipengaruhi oleh sistem lain diluar sistem

Malcolm Baldrige, yang kemudian dalam definisinya akan terlihat bahwa

Malcolm Baldrige memang diterapkan guna mengantisipasi sistem didalam dan

diluar manajemen, yaitu pemakai output pada proses berikutnya dan pelanggan

akhir.

M.N. Nasution (2005:324) menjelaskan bahwa Malcolm Baldrige

memfokuskan pada sistem manajemen mutu terpadu dan menghasilkan perbaikan sistem mutu. Malcolm Baldrige digunakan untuk menilai dan mengakui sistem mutu yang efektif dengan menciptakan suatu proses pengujian yang komprehensif

(35)

Bab I Pendahuluan 10

dan kumpulan kriteria mutu berdasarkan komentar dan pengamatan ahli di seluruh negara.

Menurut Badan Standardisasi Nasional (www.bsn.co.id) penerapan

Malcolm Baldrige terdiri dari 7 komponen yang semuanya berorientasi

menuju pada

“performance excellence” yang secara garis besar yaitu: 1) Leadership

2) Strategic Planning

3) Customer and Market Focus 4) Information and Analysis

5) Human Resource Focus 6) Process Management

7) Business Result

Manajemen mutu yang dikembangkan dalam Malcolm Baldridge diarahkan untuk mencapai tujuan total quality sehingga akan terwujud customer

satisfaction dan continuous improvement. Kualitas dikatakan berhasil apabila

sumber-sumber daya pendukung dapat tertransformasikan dalam proses sehingga

outputnya memenuhi kebutuhan dan memuaskan harapan pelanggan atau dikatakan kualitas yang tinggi adalah kunci untuk kebanggaan, produktivitas dan kemampulabaan.

Peningkatan produksi tidak selalu diikuti oleh peningkatan produktivitas. Produktivitas dalam suatu perusahaan adalah mutlak dibutuhkan. Perusahaan yang

mempunyai produktivitas yang rendah sebagian besar tidak mampu

(36)

Bab I Pendahuluan 11

mempertahankan kelangsungan hidupnya karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain.

Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Hal tersebut

dikemukakan oleh Dewan Produktivitas Nasional pada tahun 1983, yang menyatakan pula bahwa produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik daripada

kemarin.

Adapun pendapat produktivitas secara umum menurut Horngren, Foster, dan Datar (2000:873), bahwa produktivitas merupakan ukuran antara masukan

yang secara aktual dipakai (baik secara fisik ataupun biaya yang digunakan) dan keluaran yang dihasilkan, dimana semakin sedikit masukan yang digunakan untuk

keluaran tertentu atau semakin tinggi keluaran yang dihasilkan untuk masukan tertentu, akan semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya.

International Labor Organization (ILO) mendefinisikan produktivitas

sebagai perbandingan antara hasil (produk output) dengan masukan (bahan input). Secara sistematis dapat ditulis:

Produktivitas = Input Output

Hubungan antara output dan input ini terjadi dalam suatu sistem kerja. Yang dimaksud dengan sistem kerja disini adalah suatu proses interaksi dari beberapa

bahan, mesin, peralatan dan lingkungan fisik sehingga dapat menghasilkan output berupa produk, keuntungan atau nilai tambah dalam jumlah dan kualitas tertentu.

(37)

Bab I Pendahuluan 12

Produktivitas dapat dipandang sebagai pemanfaatan secara insentif terhadap sumber-sumber daya yang digunakan seperti tenaga kerja, mesin, modal,

dan sumber daya lainnya, yang apabila diukur secara tepat akan menunjukkan kinerja yang efisien. Oleh karena itu, produktivitas dapat menjadi ukuran efisiensi

tenaga kerja, modal, peralatan , dan waktu.

Dapat disimpulkan bahwa secara garis besar produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input, dimana output berupa barang dan/atau jasa,

sedangkan input dapat berupa mesin, bahan baku, tenaga kerja, market, metode, manajemen, dan modal. Diantara berbagai jenis input yang ada, tenaga kerja merupakan faktor yang akan dibahas didalam penelitian ini. Beberapa parameter

input tenaga kerja untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dapat berupa satuan waktu, jumlah orang, nilai/biaya (rupiah) keahlian.

Menurut Cascio (2003:15) produktivitas berarti:

“Productivity is a measure of the output of good and service relative to the input of the labor, material and equipment. The more productive an industry, the better its competitive position because its unit costs are lower.”

Yang berarti produktivitas adalah pengukuran keluaran (output) berupa barang dan jasa dihubungkan dengan masukan (input) tenaga kerja, material dan peralatan. Semakin produktif suatu industri, semakin baik posisi kompetitifnya

karena biaya per unit produknya lebih rendah.

John R. Schermerhon (2002:16) mendefinisikan produktivitas sebagai

berikut:

“Productivity a summary measure of the quantity and quality of work performance with resource utilization considered. Productivity is ideally

(38)

Bab I Pendahuluan 13

achieved through high performance (effectiveness and efficiency) and with a sence of personal satisfaction by people doing the work.”

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa produktivitas merupakan suatu ukuran dan kuantitas performansi suatu kegiatan dengan memperhatikan

sumber daya yang dimanfaatkan. Definisi tersebut mengandung makna bahwa produktivitas merupakan suatu ukuran kerja yang luas. Produktivitas

mengidentifikasikan keberhasilan atau kegagalan perusahaan memproduksi barang dan jasa yang dihasilkan serta sumber daya yang dimanfaatkan.

John R. Schermerhon (2002:8) menjelaskan bahwa produktivitas memiliki

dua dasar yaitu efektivitas kerja dan efisiensi kerja. Efektivitas kerja adalah ukuran dari tingkat pencapaian tujuan atau target (goal accomplishment).

Efektivitas kerja mengandung pengertian pencapaian target produksi baik kuantitas dan kualitasnya.

Akan tetapi, pengertian produktivitas tidak hanya mengacu pada

pencapaian target kuantitas dan kualitas saja, tetapi juga memperhatikan faktor kegunaan sumber daya. Target output (kualitas dan kuantitas) yang tinggi dapat

saja dicapai tetapi dengan penggunaan sumber daya yang boros. Efisiensi kerja adalah ukuran sumber daya yang digunakan sehubungan dengan tingkat pencapaian tujuan. Dengan demikian produktivitas kerja mencakup pengertian

efektivitas kerja dan efisiensi kerja.

Efisiensi merupakan ukuran kehematan penggunaan input atas nilai

masukannya sedangkan efektivitas merupakan ukuran kemampuan untuk mencapai performansi atau sasaran (output) suatu sistem kerja, atas dasar masukan tertentu, maka berarti kegiatan tersebut dilakukan dengan efisiensi yang

(39)

Bab I Pendahuluan 14

tinggi. Jadi, suatu kegiatan dikatakan produktif apabila dengan masukan yang hemat bisa mencapai sasaran atau hasil yang banyak dan baik kualitasnya.

Dengan diadopsinya sistem manajemen mutu Malcolm Baldridge oleh

PT. Telkom, Tbk mulai tahun 2001, diharapkan setiap usaha perbaikan kualitas akan membuat proses dan sistem perusahaan menjadi lebih baik. Produktivitas secara keseluruhan akan meningkat karena pemborosan dan inefesiensi akan

berkurang serta mengoptimalkan pemakaian sumber daya secara efektif dan efisien. Perusahaan dapat meningkatkan produktivitas di segala bidang, khususnya dalam pelayanan, instalasi dan produksi. Peningkatan produktivitas diharapkan

tercapai dengan pelaksanaan standar dalam Malcolm Baldridge dengan maksimal, sehingga perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sesudah menerapkan Malcolm

Baldridge lebih tinggi secara signifikan dari pada tingkat produktivitas tenaga

kerja perusahaan sebelum menerapkan Malcolm Baldridge.”

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analitis yang mengkhususkan pada studi komparatif. Metode deskriptif analitis yaitu suatu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa di masa

(40)

Bab I Pendahuluan 15

sekarang dengan tujuan untuk memberi deskripsi, gambaran lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki. Metode komparatif adalah metode yang membandingkan variabel satu dengan variabel yang lain untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan Malcolm Baldrige.

Dalam penyususan skripsi ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan

data, antara lain:

1. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data primer yang secara

langsung melibatkan perusahaan sebagai objek penelitian, dan tehnik-tehnik yang digunakan penulis adalah:

a. Wawancara atau tanya jawab secara informal dengan pihak yang terkait

untuk mendapatkan penjelasan mengenai cara perolehan nilai tambah dan hal-hal yang berhubungan dengan produktivitas dan Malcolm Baldrige. b. Studi dokumentasi, yaitu peninjauan terhadap dokumen perusahaan

dengan mengumpulkan, menelaah dan menganalisis dokumen tersebut

yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang didapatkan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan mulai tahun 1996 sampai dengan tahun 2005.

2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder melalui

studi kepustakaan dengan cara mempelajari, mengkaji serta menelaah

(41)

Bab I Pendahuluan 16

literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai bahan pengetahuan, penambah wawasan, dan kajian yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) yang berlokasi di Jalan Japati No 1 Bandung, dan pengumpulan data dimulai pada

bulan Mei sampai dengan Juni 2006.

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan serta

teori yang mendasari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum penerapan Malcolm

Baldrige mencapai angka rata-rata sebesar 145,072 sst/sdm. Selama periode

yang diteliti, tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan mengalami kenaikan yang relatif lebih kecil dibandingkan peningkatan tingkat

produktivitas tenaga kerja yang terjadi sesudah penerapan Malcolm Baldrige. 2. Tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sesudah penerapan Malcolm

Baldrige mencapai angka rata-rata sebesar 296,7682 sst/sdm. Selama periode

yang diteliti, tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan mengalami kenaikan yang relatif lebih tinggi dibandingkan peningkatan produktivitas

tenaga kerja perusahaan sebelum penerapan Malcolm Baldrige.

3. Tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sesudah penerapan Malcolm

Baldrige lebih tinggi daripada tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan

sebelum penerapan Malcolm Baldrige. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum penerapan Malcolm

Baldrige. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan tingkat produktivitas tenaga

kerja perusahaan sebelum penerapan Malcolm Baldrige mencapai angka rata-rata sebesar 145,072 sst/sdm, sedangkan tingkat produktivitas tenaga kerja

(43)

Bab V Kesimpulan dan Saran 118

perusahaan sesudah penerapan Malcolm Baldrige mencapai angka rata-rata sebesar 296,7682 sst/sdm.

Hasil perhitungan tersebut didukung oleh pengujian hipotesis dan

perhitungan statistik, diperoleh t lebih kecil daripada t , maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat

produktivitas tenaga kerja perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Malcom

Baldrige.

hitung tabel

5.2 Saran

Berikut peneliti mencoba untuk memberikan saran-saran yang diharapkan

akan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Kepada pihak perusahaan

ƒ Diharapkan agar dapat melanjutkan pelaksanaan Malcolm Baldrige lebih

baik lagi karena penerapan Malcolm Baldrige mempunyai dampak yang

sangat positif bagi perusahaan. Secara tidak langsung penerapan Malcolm

Baldrige dapat meningkatkan tingkat produktivitas tenaga kerja

perusahaan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap

keberhasilan perusahaan secara keseluruhan sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu meraih keuntungan yang maksimal.

ƒ Perusahaan diharapkan lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan

penerapan Malcolm Baldrige karena setiap tahun penerapan Malcolm

(44)

Bab V Kesimpulan dan Saran 119

Baldrige akan semakin berkembang yang disesuaikan dengan

perkembangan zaman dan teknologi yang ada.

ƒ Perusahaan diharapkan dapat memberikan pengembangan dan pelatihan

mengenai Malcolm Baldrige kepada para tenaga kerja dalam perusahaan

agar mereka semakin mengerti kegunaan dan pelaksanaan dari Malcolm

Baldrige tersebut.

ƒ Perusahaan diharapkan menerapkan Malcolm Baldrige ini di seluruh divisi

yang ada sehingga seluruh divisi memiliki suatu standar yang sama-sama dijadikan acuan dan dapat kelihatan jelas peningkatan kinerja di setiap divisi tersebut. Hal ini akan menjadi masukan bagi perusahaan untuk

mengambil langkah-langkah dalam meningkatkan kinerja yang semakin baik.

2. Kepada penulis selanjutnya

ƒ Agar dapat meneliti faktor-faktor lain, selain daripada Malcolm Baldrige,

yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan. ƒ Dapat menampilkan data perhitungan perbandingan penerapan Malcolm

Baldrige pada setiap periode di perusahaan yang akan dijadikan sebagai

tempat penelitian sehingga dapat terlihat jelas pengaruh penerapan

Malcolm Baldrige terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja perusahaan.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Mark Graham. (2001). Baldrige Award Winning Quality. United States of America.

Cahyono, Budhi. (2000). Mensiasati Kegagalan Program Kualitas Melalui

Reframing Organization. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Carter, W.K.; Milton F.Usry. (2002). 13th Edition. Cost Accounting. Australia : Dame Thomson Learning.

Cascio, F Wayne. (2003). 6th Edition. Human Resource Management

Productivity, Quality of Work Life, Profits. Boston : McGraw-Hill Irwin.

Gaspersz, Vincent. (2001). Manajemen Kualitas. Jakarta: PT.Gramedia.

Hansen, R.; M. Mowen. (2004). 7th Edition. Management Accounting. Cincinnati, Ohio : South-Western College Publishing.

Hermawan Kartajaya. (2000). Marketing Plus Jalur Sukses Untuk Bisnis Jalur Bisnis Untuk Sukses. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Horngren, C.T.; George R. Foster; Srikant M. Datar. (2000). 10th Edition. Cost

Accounting : A Managerial Emphasis. New Jersey : Prentice-Hall

International, Inc.

Horngren, C.T.; George R. Foster; Srikant M. Datar. (2003). 11th Edition. Cost

Accounting : A Managerial Emphasis. New Jersey : Prentice-Hall

International, Inc.

http://www.baldrige.nist.gov

http://www.bsn.co.id

http://www.kcm.co.id

http://www.quality.nist.gov

Kussriyanto, Bambang. (1999). Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.

Mulyadi, (2001). Edisi 3. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Yogyakarta : Salemba Empat,UGM..

(46)

Nasution, M.N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu. Bogor : Ghalia Indonesia. Schermerhon, John R. (2002). Management for Productivity. New York: John

Willey and Sons, Inc.

Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju.

Simamora, Henry. (1999). Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.

Sinungan, Muchdarsyah. (2003). Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

SISTEM MANAJEMEN YANG DINAMIS YANG MENGIKUT SERTAKAN SELURUH ANGGOTA ORGANISASI DENGAN PENERAPAN KONSEPSI DAN TEKNIK  PENGENDALIAN MUTU UNTUK TERCAPAINYA KEPUASAN

Salah satu bentuk upaya penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan Puskesmas, karena Puskesmas merupakan pusat pembangunan masyarakat

Hasil analisis antara extraversion dan prososial menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,041 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara faktor extraversion dengan

denailofservices merupakan penyerangan ini mengakibatkan pengguna yang sah tidak dapat mengakses sistem, joyrider adalah penyerangan jenis ini disebabkan oleh orang yang

Analisis hasil uji sondir untuk mengetahui peningkatan kekuatan tanah sangat lunak di lokasi Gate House Kali Semarang bertujuan untuk menentukan jenis tanah dan daya dukung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 6 dan 12 bulan perlakuan, bibit malapari dengan perlakuan TC memiliki tinggi dan berat kering daun yang lebih besar (67,5% dan

memerlukan penyesuaian dosis. Pada data ketepatan dosis, penggunaan antibiotik untuk tepat dosis semuanya sudah sesuai dengan standar yang dianjurkandan tidak

Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.Sebutan mamalia sendiri berasal dari keberadaan glandula ( kelenjar ) mamae