• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan metode kooperatif JIGSAW II pada siswa kelas III SD Sumberwatu Prambanan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan metode kooperatif JIGSAW II pada siswa kelas III SD Sumberwatu Prambanan."

Copied!
279
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW II PADA

SISWA KELAS III SD SUMBERWATU PRAMBANAN Oleh:

St. Ari Kurniawan 111134136 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatutahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Desain penelitian ini menggunakan model dalam 2 siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan & observasi, dan refleksi. Subjek penelitian meliputi 25 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan yang duduk di kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Objek penelitian adalah meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes unjuk kerja. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 57,64 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 68,42 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 80,08 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (70) sebesar 12%, pada akhir siklus I meningkat menjadi 64% dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 84%.

(2)

RAISING INTEREST AND ABILITY TO LISTEN CHILDREN STORIES USING COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW II IN GRADE III

SUMBERWATU PRAMBANAN ELEMENTARY SCHOOL

St Ari Kurniawan

111134136

ABSTRACT

This research was motivated by the lack of students' ability in listening to the subject matter given by the teacher. This research aims to increase the interest and ability to listen to folklore stories for students of class III Sumberwatu Elementary School 2015/2016 academic year through Jigsaw II method.

This research was a classroom action research conducted in both collaborative and participatory. The research is designed using model in two cycles which consist of planning, execution, observation, and reflection. The research subjects are 25 students consisting of 9 male and 16 female students still in grade III SD Sumberwatu in odd semester academic year 2015/2016. The research objective is to improve the interest and ability to listen to folklore stories for students of grade III SD Sumberwatu 2015/2016 academic year through Jigsaw II method. The data collecting technique is through observation and performance tests. The data analysis technique is conducted in descriptive qualitative and quantitative.

The result showed that (1) The implementation of cooperative learning model of Jigsaw II can increase student interest to listening the children stories on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen from the initial conditions an average score of 57,64 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 68,42 (enough), and at the end of the second cycle increased to 80,08 (high). (2) The use of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen the initial conditions the number of students who reach KKM (70) amounted to 12%, at the end of the first cycle increased to 64% and at the end of the second increased to 84%.

(3)

i

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK

CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD

SUMBERWATU PRAMBANAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : St. Ari Kurniawan

NIM: 111134136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Puji Tuhan, atas terselesainya tugas akhir ini dengan lancar

tanpa halangan apapun.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Orang tuaku tersayang Bapak Yohanes Eka Harjono, S.Pd.

dan Ibu Fransisca Romana Tri Hastuti yang telah

mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta

memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak

mungkin bisa ku balas dengan apapun.

Adikku Agustinus Bintang Kurnianto yang telah memberikan

dukungan dan bantuan selama proses penulisan tugas akhir

ini.

(7)

v

MOTTO

GOD IS BIGGER THAN ALL MY PROBLEMS

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Maret 2016

Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : St. Ari Kurniawan

Nomor Mahasiswa : 111134136

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD SUMBERWATU PRAMBANAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis:

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal:2 Maret 2016

Yang menyatakan,

(10)

viii

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW II PADA

SISWA KELAS III SD SUMBERWATU PRAMBANAN Oleh:

St. Ari Kurniawan 111134136 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatutahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Desain penelitian ini menggunakan model dalam 2 siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan & observasi, dan refleksi. Subjek penelitian meliputi 25 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan yang duduk di kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Objek penelitian adalah meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes unjuk kerja. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 57,64 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 68,42 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 80,08 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (70) sebesar 12%, pada akhir siklus I meningkat menjadi 64% dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 84%.

(11)

ix

RAISING INTEREST AND ABILITY TO LISTEN CHILDREN STORIES USING COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW II IN GRADE III

SUMBERWATU PRAMBANAN ELEMENTARY SCHOOL

St Ari Kurniawan

111134136

ABSTRACT

This research was motivated by the lack of students' ability in listening to the subject matter given by the teacher. This research aims to increase the interest and ability to listen to folklore stories for students of class III Sumberwatu Elementary School 2015/2016 academic year through Jigsaw II method.

This research was a classroom action research conducted in both collaborative and participatory. The research is designed using model in two cycles which consist of planning, execution, observation, and reflection. The research subjects are 25 students consisting of 9 male and 16 female students still in grade III SD Sumberwatu in odd semester academic year 2015/2016. The research objective is to improve the interest and ability to listen to folklore stories for students of grade III SD Sumberwatu 2015/2016 academic year through Jigsaw II method. The data collecting technique is through observation and performance tests. The data analysis technique is conducted in descriptive qualitative and quantitative.

The result showed that (1) The implementation of cooperative learning model of Jigsaw II can increase student interest to listening the children stories on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen from the initial conditions an average score of 57,64 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 68,42 (enough), and at the end of the second cycle increased to 80,08 (high). (2) The use of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen the initial conditions the number of students who reach KKM (70) amounted to 12%, at the end of the first cycle increased to 64% and at the end of the second increased to 84%.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan

judul skripsi. “Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Sumberwatu Prambanan”.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik,

tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati dalam penulisan ini.

2. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi PGSD.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang

telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang

telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Keluargaku tercinta, Bapak Yohanes Eka Harjono, S.Pd., Ibu Fransisca

(13)

xi

7. Siswa/siswi kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 yang telah

memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung.

8. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh kesabaran mendidik dan

membimbing peneliti selama menempuh kuliah.

9. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B, yang telah berjuang

dalam suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.

10. Maharita Madya Wiratna, Yerico Priasto, Thomas Riko Wijaya, Hadi Purwa

Setiyasa, Irwansyah, Satria Anggara, Yohanes Norman, Andri Purnomo,

Gilar Dananjaya yang sudah mendukung agar penulis segera menyelesaikan

skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk

semuanya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, peneliti berharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk

perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi

dunia pendidikan.

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

(15)

xiii BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori... 8

1. Minat... 8

2. Menyimak ... 11

3. Cerita Anak ... 15

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 19

B. Penelitian Yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...29

B. Setting Penelitian...31

C. Rencana Tindakan...31

D. Teknik Pengumpulan Data...44

E. Instrumen Penelitian...46

F. Validitas...51

G. Reliabilitas...56

H. Teknik Analisis Data...57

I. Kriteria Keberhasilan...60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Kondisi Awal ... 61

(16)

xiv

3. Siklus II ... 75

B. Pembahasan ... 85

1. Minat Belajar ... 86

2. Kemampuan Menyimak ... 89

BAB V PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan... 94

B. Keterbatasan Penelitian ... 94

C. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Peubah, Indikator, Data, Teknik Pengumpulan,

Instrumen Minat ... 47

Tabel 3.2 Rubrik Observasi Minat Belajar Siswa ... 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Kelas ... 50

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Panduan Wawancara Siswa ... 51

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Minat Menyimak... 51

Tabel 3.6 Penskoran Lembar Angket ... 52

Tabel 3.7 Penilaian Skor Minat Siswa Menggunakan PAP II ... 55

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 55

Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas Menurut Masidjo ... 57

Tabel 3.10 Kriteria Rata-Rata Skor Menyimak Menurut Sanjaya ... 61

Tabel 3.11 Kriteria Keberhasilan Minat Siswa dan Kemampuan Menyimak... 61

Tabel 4.1 Data Kuesioner Kondisi Awal ... 65

Tabel 4.2 Kemampuan Menyimak Kondisi Awal ... 65

Tabel 4.3 Minat Belajar Siswa Siklus I ... 71

Tabel 4.4 Kemampuan Menyimak Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.5 Perbandingan Kondisi Awal dan Siklus I ... 76

Tabel 4.6 Minat Belajar Siswa Siklus II ... 81

Tabel 4.7 Kemampuan Menyimak Siswa Siklus II ... 82

(18)

xvi

Tabel 4.9 Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 87

Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Menyimak Siswa ... 90

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 26

Gambar 3.1 Siklus PTK Menurut Kemmis ... 30

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 89

Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak ... 91

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Validasi Instrumen ... 98

LAMPRAN II Validasi Perangkat Pembelajaran ... 104

LAMPRAN III Data Nilai Siswa Tahun Ajaran 2015/2016 ... 119

LAMPRAN IV Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 121

LAMPRAN V Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 147

LAMPRAN VI Soal Uji Empiris ... 173

LAMPRAN VII Soal Evaluasi ... 183

LAMPRAN VIII Hasil LKS Siklus I ... 191

LAMPRAN IX Hasil LKS Siklus II ... 195

LAMPRAN X Hasil Soal Evaluasi ... 199

LAMPRAN XI Hasil Lembar Observasi ... 208

LAMPRAN XII Hasil Lembar Kuesioner ... 219

LAMPIRAN XIII Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi ... 232

LAMPIRAN XIV Foto-foto Kegiatan ... 251

LAMPRAN XV Surat Izin Penelitian ... 254

LAMPRAN XVI Biodata ... 257

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini ada lima hal yang akan diuraikan oleh

peneliti. Kelima hal yang harus diuraikan dalam pendahuluan adalah latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia dan dirasakan penting

bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang

direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal

dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan

yang telah ditentukan (Suparlan, 2009:84). Dalam pendidikan terdapat dua

subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan

subjek didik. Subjek itu dapat berupa alat-alat pendidikan atau media sehingga

pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dan subjek didik guna

mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan tidak terlepas dari bahasa. Bahasa

merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.

Bahasa merupakan alat komunikasi pada pembelajaran formal disekolah dari

jenjang SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi dan pembelajaran tidak

formal.

Pendidikan di SD menuntut kemampuan dasar “calistung” (baca tulis

(22)

berbagai potensi yang dimiliki, serta pengetahuan dan keterampilan dasar yang

bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Terkait

dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis”, pembelajaran

bahasa Indonesia di SD memegang peranan yang sangat penting. Pembelajaran

Bahasa Indonesia tidak hanya membekali siswa bisa mengenal, menulis,

membaca huruf, dan kalimat sederhana (di kelas rendah atau kelas I II dan III),

tetapi juga pada tercapainya kemahiran siswa untuk mengerti isi bacaan

maupun menyusun paragraf (di kelas-kelas tinggi atau kelas IV sampai kelas

VI SD).

Pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang diajarkan dari jenjang

SD hingga jenjang perguruan tinggi. Pelajaran bahasa Indonesia dalam

penyampaiaannya kurang bervariasi, pembelajaran biasanya hanya terfokus

pada guru. Maka dari itu, banyak siswa yang merasa bosan dengan pelajaran

bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia sangat penting bagi setiap orang.

Pembelajaran Bahasa Indonesia menuntut lima keterampilan berbahasa yaitu

keterampilan menyimak, membaca, menulis, berbicara dan bersastra. Kelima

ketrampilan tersebut sangat dibutuhkan dalam menyusun paragraf, terutama

keterampilan membaca dan keterampilan berbicara. Keterampilan menyimak

tujuannya agar siswa mampu meningkatkan daya nalar, keterampilan berbicara

tujuannya agar siswa mampu berbicara dengan baik sesuai kaidah kebahasaan,

keterampilan menulis tujuannya agar siswa mampu menulis sesuai dengan

kaidah penulisan, keterampilan membaca tujuannya agar siswa mampu

(23)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dan

wawancara dengan guru kelas III. Keterampilan menyimak mempunyai peran

yang penting, namun pada pelaksanaannya masih kurang mendapat perhatian

oleh guru sekolah. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas Bahasa

Indonesia SD Sumberwatu pada tanggal 24 Agustus 2015 pukul 09:30 WIB.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas III, memperoleh hasil bahwa siswa

mengalami kesulitan dalam aspek menyimak, dalam proses pembelajaran

sebagian siswa kurang mendengarkan guru bercerita, sebagian siswa malah

bercerita dengan teman satu mejanya, dan hanya sedikit siswa yang

memperhatikan guru bercerita. Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Suatu

minat dapat dilihat dari partisipasi dalam beraktivitas (Slameto, 2010:57).

Siswa yang berminat terhadap obyek tertentu yang dirasa menarik bagi siswa,

oleh karena itu jika minat terhadap menyimak tinggi, maka diharapkan hasil

belajar dalam aspek menyimak akan lebih baik.

Peneliti melakukan pengamatan di kelas III SD Sumberwatu sebanyak 2

kali yaitu pada hari tanggal 24 Agustus 2015 dan 25 Agustus 2015 untuk

mengetahui kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengamatan pada hari Senin

dilakukan pukul 09:30 dengan materi menuliskan puisi. Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan penjelasan kemudian bertanya

jawab tentang materi pelajaran, tetapi hanya beberapa siswa yang aktif

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setelah siswa disuruh untuk

(24)

tetapi setelah siswa disuruh menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan

sebagian besar siswa tidak mampu untuk menjelaskannya.

Pengamatan kedua dilakukan pada hari Selasa, 25 Agustus 2015 dan

dilakukan pada jam 09:30 WIB dengan materi memahami cerita drama yang

dilisankan. Hasil dari pengamatan tersebut menunjukan hanya beberapa siswa

saja yang aktif menjawab pertanyaan dari guru. Guru harus menunjuk siswa

untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas yang

dilakukan oleh peneliti, hasil yang diperoleh adalah skor rata-rata minat siswa

yaitu 59,24 dan rata-rata kemampuan menyimak siswa adalah 54,40 dan

presentase siswa yang mencapai KKM adalah 12%. Guru menggunakan

metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa

sehingga tampak kebosanan dalam diri siswa ketika mengikuti proses

pembelajaran di dalam kelas.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pelajaran bahasa Indonesia

di kelas III SD Sumberwatu tahun pelajaran 2015/2016, peneliti menemukan

adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapannya dengan

pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah hasil belajar siswa akan mencapai

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), tetapi kenyataannya masih

banyak siswa yang kesulitan dalam menyimak dan hasil belajarnya belum

mencapai standar kriteria ketuntasan yang ditetapkan.

Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa kelas III SD Sumberwatu

(25)

mendukung dan perlu adanya salah satu metode dalam model pembelajaran

kooperatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih metode Jigsaw II untuk

meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Dalam

pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen untuk

kemudian siswa dapat menempatkan diri pada kelompok ahli yang akan

mengerjakan tugas yang harus dibahas, setelah itu kembali lagi ke

kelompoknya dan bertanggung jawab kepada kelompok akan tugas yang

dikerjakan sehingga kelompok menjadi mengerti dan siswa yang tidak tahu

menjadi tahu. Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas III SD Sumberwatu pada

pelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran kooperatif model Jigsaw II

diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran khususnya pada pelajaran

bahasa Indonesia dalam aspek menyimak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal diatas, masalah penelitian dirumuskan sebagai

berikut.

1. Apakah penggunaan metode Jigsaw II dapat meningkatkan minat

menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu semester ganjil

tahun ajaran 2015/2016?

2. Apakah penggunaan metode Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan

menyimak siswa kelas III SD Sumberwatu semester ganjil tahun ajaran

(26)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalahnya, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD

Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.

2. Meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD

Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sejumlah pihak. Pihak-pihak

tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi sekolah supaya

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan

minat dan keterampilan menyimak cerita anak.

2. Bagi Guru

Penggunaan metode Jigsaw II dapat digunakan sebagai salah satu metode

mengajar yang dapat digunakan pada pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya dalam kemampuan menyimak cerita anak.

3. Bagi Siswa

Penggunaan metode Jigsaw II dapat digunakan untuk meningkatkan minat

dan kemampuan menyimak dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia

(27)

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang

peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat dengan

menggunakan metode Jigsaw II.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, peneliti membatasi

pengertian sebagai berikut.

1. Minat

Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau aktifitas

berdasarkan kemauan sendiri tanpa ada paksaan maupun dorongan.

2. Menyimak

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh informasi

secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan sang

pembicara melalui alat dan bahasa.

3. Cerita anak

Cerita anak adalah cerita yang ditunjukan untuk anak dan bukan cerita

tentang anak.

4. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan

(28)

5. Jigsaw II

Jigsaw II adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis pertukaran dari kelompok ke kelompok lain

(29)

9 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori yang mendukung

1. Minat

a. Pengertian Minat

Menurut Slameto (2010:57), minat merupakan suatu rasa lebih

suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh. Djamarah (2011:166) mengungkapkan minat sebagai

kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa aktivitas. Beberapa pendapat para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa minat adalah sikap senang atau tidak senang dan

menarik atau tidak menarik terhadap sesuatu.

b. Ciri-ciri Minat

Menurut Winkel (2004:212), seseorang mempunyai ciri-ciri minat

adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik

yang sedang dipelajarinya. Minat mempunyai pengaruh yang besar

terhadap hasil belajar karena jika siswa tidak berminat terhadap bahan

pelajaran maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar.

c. Indikator Minat

Iskandar (2012:14-15) menyebutkan ada empat indikator minat.

1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: siswa mengikuti

(30)

mendapatkan tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum

pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum

pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang untuk belajar.

2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: siswa aktif

bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa

menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun

di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman

lain ketika belajar.

3) Ketertarikan siswa pada materi yang meliputi: siswa giat membaca

buku pelajaran, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum

diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, siswa serius

menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: siswa

menanyakan kesulitan yang dialami guru, siswa antusias dengan

metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan

saat guru menjelaskan pelajaran di dalam kelas, siswa

memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

disampaikan guru.

Dari ciri-ciri minat yang telah dijelaskan, peneliti menyimpulkan

minat belajar dapat dibagi ke dalam empat indikator utama yaitu

perasaan senang, kemauan untuk mengembangkan diri, sikap

(31)

d. Cara Mengukur Minat

Margono (2007:158) menyatakan observasi adalah pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek

penelitian. Esterberg (dalam Sugiyono, 2012: 317) menyatakan bahwa

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Sugiyono (2012:199) menyatakan angket merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, peneliti akan

menggunakan observasi, angket dan wawancara sebagai alat pengukur

minat.

2. Menyimak

a. Pengertian Menyimak

Menurut Tarigan (2008:19), keterampilan menyimak adalah suatu

proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh

perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh

informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak

disampaikan oleh si pembaca melalui ujaran bahasa lisan.

Sedangkan menurut Hermawan (2012:29) keterampilan menyimak

lebih mengarah pada komunikasi lisan yang pada dasarnya bertujuan

(32)

dari yang mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu bahasa dengan

jalan mendengarkan atau menyimak, menirunya atau mempraktekkannya.

Dari pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah

proses dimana seseorang konsentrasi penuh untuk menangkap informasi

atau pesan yang disampaikan secara lisan

b. Jenis-jenis Menyimak

Menurut Hermawan (2012:43), menyimak dibagi menjadi dua belas

jenis yaitu:

1) Menyimak ekstensif, adalah kegiatan menyimak untuk memahami

materi simakan secara garis besar saja.

2) Menyimak Intensif yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh dengan tingkat konsentrasi yang tinggi

untuk memahami makna yang dikehendaki dan lebih ditekankan

pada kemampuan menyimak untuk memahami bahan simakan.

3) Menyimak sosial, adalah kegiatan menyimak yang berlangsung

dalam situasi sosial/ lingkungan sekitar misalnya nasihat yang

diberikan dengan sikap dan bahasa yang santun sehingga anak

terbiasa berbahasa dan santun.

4) Menyimak sekunder, adalah kegiatan menyimak yang terjadi

secara kebetulan atau dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.

5) Menyimak estetik, adalah kegiatan menyimak untuk menikmati

atau menghayati sesuatu. Penyimak ikut mengalami, merasakan

(33)

6) Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang di dalamnya

telah terlihat kurangnya ataupun adanya prasangka ketidaktelitian

yang akan diamati.

7) Menyimak konsentratif, adalah kegiatan menyimak yang dilakukan

dengan penuh perhatian untuk memperoleh informasi yang

disimak.

8) Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang mengakibatkan

pembentukan secara imajinatif akan bunyi, pengelihatan, gerakan

atau kinestetik.

9) Menyimak interogratif, adalah kegiatan memyimak intensif yang

menuntut konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan

pemilihan, karena penyimak harus mengajukam

pertanyaan-pertanyaan.

10)Menyimak selektif, adalah kegiatan menyimak yang memusatkan

perhatian pada hal tertentu yang sudah di pilih.

Dari beberapa jenis menyimak yang ada, peneliti menggunakan

jenis menyimak intensif, karena dalam jenis ini siswa masih perlu

adanya bimbingan atau pengawasan dari guru.

c. Tahap-tahap Menyimak

Tarigan (2008 :58-59) menyebutkan bahwa menyimak memiliki

tahap-tahap tertentu. Tahap dalam menyimak dapat meliputi tahap

mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan

(34)

1) Tahap Mendengar

Tahap ini kita baru mendengar sesuatu yang dikemukakan oleh

pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Dalam hal itu kita

belum menangkap dan memahami secara lebih jelas tentang hal

yang dikemukakan oleh pembicara, jadi kita masih berada dalam

tahap hearing.

2) Tahap memahami

Pada tahap ini ada keinginan dari kita untuk mengerti atau

memahami dengan baik hal yang disampaikan pembicara. Di sini

kita sudah masuk pada tahap menangkap inti dan memahami secara

jelas maksud pembicara. Jadi, di sini kita sampai pada tahap

understanding.

3) Tahap menginterpretasi

Pada tahap ini kita mulai mencermati dan menangkap isi

pembicaraan untuk selanjutnya melakukan penafsiran terhadap

pendapat yang tersirat dari ujaran. Dengan demikian, kita sampai

pada tahap interpreting.

4) Tahap mengevaluasi

Setelah memahami serta menafsirkan isi pembicaraan, kita mulai

menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara.

Di situ dikemukakan baik keunggulan dan kelemahan maupun

kebaikan dan kekurangan dari hal yang disampaikan pembicara.

(35)

5) Tahap menanggapi

Pada tahap ini kita dapat menyerap dan menerima gagasan atau ide

yang dikemukakan pembicara. Di situ kita dapat membuat

tanggapan terhadap gagasan atau ide pembicara. Dengan demikian,

kita sampai pada tahap responding.

3. Cerita Anak

a. Pengertian cerita anak

Mustakhim (2005:12) menyatakan bahwa cerita merupakan

kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai pelambang

kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita

tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita

itu terjadi. Cerita anak menurut Hardjana (2006:8) adalah cerita yang

ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak.Tokoh

dalam cerita tidak harus seorang anak, tetapi dapat berupa orang tua,

guru, petani, nenek, kakek, atau siapa saja.Bahkan binatang, makhluk

halus dan peri. Cerita anak dapat ditulis dalam bentuk cerita pendek

maupun novel.

Hal yang sejalan diungkapkan oleh Puryanto (2008:7) cerita anak

adalah mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak

berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di

dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik,

(36)

bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih

dalam jangkauan anak

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa cerita

anak adalah karangan cerita yang ditujukan untuk anak-anak sebagai

pembacanya.

b. Unsur cerita anak

Cerita anak terdiri dari struktur yang membangunnya menjadi satu

kesatuan yang utuh menjadi sebuah cerita. Berdasarkan pandangan

Riris (2003:111-121) adalah sebagai berikut.

a) Tema

Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema

mencakup moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak

haruslah yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu

menerjemahkan kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan

juga, bahwa tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita.

Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan

pesan moral, tetapi juga harus bercerita tentang sesuatu, dari mana

pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada

anak secara tersamar. Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan

pada anak, tema harus tersusun dalam bahan cerita yang kuat.

Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau

(37)

b) Tokoh

Tokoh adalah “pemain” dari sebuah cerita. Tokoh yang

digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi,

atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa

tidak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam

cerita tidak mereka senangi. Hal penting dalam memahami tokoh

adalah penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam

membantu pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat

dari penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek

lain adalah perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk

pada perubahan baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam

cerita-cerita.

c) Latar

Latar waktu dan tempat pada cerita anak harus mudah

dipahami oleh anak karena anak masih cenderung rumit

membayangkan masa lampau dan masa yang akan datang. Setting

tempat juga harus disesuaikan dengan daya pikir anak seperti yang

ada disekeliling anak sehingga anak dengan mudah memahaminya.

d) Gaya Bahasa

Gaya adalah bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan.

Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita

(38)

dengan cerita itu. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas,

tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal.

e) Alur

Alur adalah bangun yang menentukan sebuah cerita menarik

atau tidak.Hal penting dari alur ini adalah konflik karena konfliklah

yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang bisa

menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel

ketika membaca sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang

secara kronologis, yang menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam

periode tertentu. Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur

sorot balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa

yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini

dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan

membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun.

f) Amanat

Cerita anak harus mengandung pesan moral yang baik seperti

pesan seperti kasih sayang, kepedulian, kejujuran,, ketegaran,

kesabaran, kepercayaan sehingga akan membentuk karakter dan

pribadi anak.

Jadi unsur cerita anak terdiri dari tema, tokoh, latar, gaya bahasa,

(39)

4. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

a. Pengertian Jigsaw

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan pertama kalinya untuk

menghadapi isu yang disebabkan perbedaan sekolah-sekolah di Amerika

Serikat antara tahun 1964 dan 1974 oleh Elliot Aronson sebagai model

cooperative learning. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan

saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran

tipe Jigsaw, setiap siswa mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan

materi yang telah dipelajari oleh siswa lain.

Hal lain diungkapkan oleh Lie (2004:69) mengatakan bahwa teknik

mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode

cooperative learning. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan

skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu,siswa

bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan komunikasi.

Menurut Suprijono (2009:89), pembelajaran Jigsaw merupakan

pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam

kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok-kelompok tergantung pada konsep yang

(40)

setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut

kemompok asal, setelah kelompok asal terbentuk guru membagikan materi

tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok

ahli, berikan kesempatan untuk berdiskusi setelah itu kembali pada

kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok

masing-masing.

b. Tipe Jigsaw

Menurut Yuzar (dalam Isjoni 2009:78), terdapat tipe-tipe

pembelajaran kooperatif yaitu: 1) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,

siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang, 2)

heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab secara mandiri. Pembelajaran ini dimulai dengan

pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota kelompok

memegang materi dengantopik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari

masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya

berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli.

Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau

pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik

materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal

mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada teman-teman dalam

satu kelompok dalam bentuk diskusi.

Model pembelajaran Jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe

(41)

model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada

perbedaan yang mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II,

kalau tipe I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi

spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain didapatkan melalui

diskusi teman segrubnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh

kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum dia belajar untuk

menjadi ahli. pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan peneliti

menggunakan model Jigsaw II.

c. Langkah-langkah Jigsaw

Menurut Trianto (2010:73), langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai berikut

a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri

dari 5-6 orang).

b) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang

telah dibagi-bagi menjadi sub bab.

c) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan

bertanggungjawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota

kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas

mengajar teman-temannya.

d) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab

yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk

(42)

e) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai

tagihan berupa kuis individu.

f) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab

yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk

mendiskusikan.

Menurut Isjoni (2009:77), pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang cendorung siswa

aktif dan saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran untuk

mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini keterlibatan guru

dalam proses belajar mengajar semakin berrkurang dalam arti guru

menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang

mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta

menumbuhkan rasa tanggungjawab. Langkah-langkah dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (Isjoni, 2009:80-81), yaitu sebagai

berikut.

a) Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6

orang.

b) Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.

c) Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas

yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang

baru, untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut

menjadi anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah

(43)

d) Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasain materi

yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut

kembali kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya.

e) Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa

sudah dapat memahami suatu materi.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:44), langkah-langkah dalam

model pembelajaran tipe Jigsaw, yaitu:

a) Peserta didik dikelompokkan menjadi 4 anggota tim.

b) Setiap anggota dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

c) Anggota dari tim yang berbedayakan telah mempelajari bagian

atau sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru

(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

d) Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka

tentang sub bab yang mereka kuasai dan anggota lainnya

mendengarkannya.

e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

f) Guru memberi evaluasi.

g) Penutup.

B. Penelitian yang relevan

Rine Pertiwi, dkk. Meneliti tentang penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa

(44)

siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami peningkatan

yaitu 86,09% (sangat baik) jadi aktivitas belajar siswa meningkat 15,21%.

Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I memperoleh hasil

rata 75,35 dengan presentase ketuntasan 65% dan silkus II nilai

rata-rata mencapai 85,5 dengan presentase 85%.

Penelitian Fransisca Ajeng Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan

Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Metode Jigsaw Pada Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran

2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan

peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kalongan Depok

dalam pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Desain

penelitian menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan

dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukan

peningkatan minat dan prestasi belajar. Dalam aspek prestasi belajar

menunjukan kondisi awal siswa diperoleh rata-rata 65,37. Setelah dikenai

siklus I mengalami peningkatan menjadi 75,95. Sedangkan hasil

perhitungan prestasi belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang

cukup baik yakni diperoleh rata-rata 83,05.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi

(2012) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak

dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”.

(45)

dilaksanakan dengan dua siklus. Metode penelitian yang digunakan hasil

tes menyimak siswa, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yang

diperoleh menunjukan bahwa rata-rata skor menyimak siswa pada kondisi

awal sebesar 62,18, pada akhir siklus I meningkat menjadi 73,33. Pada

akhir siklus II skor rata-rata menyimak siswa mengalami peningkatan

menjadi 84,50.

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya karena memberi

gambaran dalam pembuatan skripsi dan topik yang digunakan juga cocok

dengan topik pembuatan skripsi. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini yang diteliti kemampuan

menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

II sedangkan penelitian sebelumnya kemampuan menyimak cerita anak dengan media audio visual.

Berbagai penelitian minat dan menyimak telah banyak dilakukan dan

hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan keterampilan

menyimak setelah diterapkan model pembelajaran. Keistimewaan

penelitian ini adalah belum ada yang meneliti tentang peningkatan minat

dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti ingin membuktikan besarnya kenaikan

minat dan kemampuan menyimak cerita anak siswa dengan menggunakan

(46)

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan Penelitian Rine Pertiwi, dkk.

yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru”.

Penelitian Fransisca Ajeng Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran 2012/2013.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi (2012) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”.

Yang Diteliti

Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa

(47)

C. Kerangka berpikir

Pada kondisi awal guru belum menggunakan pembelajaran kooperatif

Jigsaw dalam menyimak cerita anak, maka minat dan kemampuan

menyimak cerita anak masih rendah. Cara memperbaiki dan meningkatkan

minat serta kemampuan menyimak perlu adanya tindakan yang dilakukan

oleh peneliti yaitu menggunakan metode kooperatif Jigsaw. Minat

merupakan perasaan lebih suka dan perasaan tertarik pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada paksaan. Minat dapat dilihat dari aktivitas yang

dilakukan siswa. Siswa yang mempunyai minat terhadap subjek tertentu

cenderung akan memberikan perhatian lebih pada subjek tersebut.

Keterampilan menyimak merupakan suatu proses mendengarkan

informasi secara lisan dengan penuh perhatian untuk menanggapi serta

memahami isi pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan. Menyimak

tidak datang secara alami, melainkan perlu usaha untuk mendapatkannya.

Proses menyimak dituntut untuk memperoleh informasi, menangkap isi

pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh

pengirim pesan melalui ujaran atau bahasa lisan.

Dalam usaha membantu siswa agar memahami pesan yang

disampaikan oleh pengirim pesan, dibutuhkan berbagai model

pembelajaran.Berbagai model pembelajaran salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II dapat diterapkan untuk menciptakan keaktifan siswa yang

(48)

tersebut dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa.

Untuk itu, peneliti berasumsi jika guru menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III

semester ganjil SD Sumberwatu tahun pelajaran 2015/2016 pada KD “1.2

Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan”

maka dapat meningkatkan minat dan kemampuan menyimak siswa kelas

III SD Sumberwatu tahun pelajaran 2015/2016.

Peneliti menggunakan metode Jigsaw II ini dikarenakan peneliti ingin

mencoba memberikan solusi terhadap upaya pembelajaran. Siswa

diharapkan semakin aktif dan memiliki minat belajar, dengan

pembelajaran dilakukan secara menarik, sehingga kemampuan menyimak

siswa akan meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Semua penjelasan dan segala hasil pemikiran yang diperoleh dari

kerangka berpikir maka diperoleh hipotesis tindakan sebagai berikut:

a. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif Jigsaw II dapat

meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD

Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

b. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif Jigsaw II dapat

meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III

(49)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini peneliti akan membahas tentang jenis penelitian, setting

penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

validitas, teknik analisis data, dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yakni suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar

dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek

pembelajaran profesional. Menurut Sukardi (dalam Aries, Febru & Haryono,

2012:1) PTK adalah suatu jenis penelitian tindakan dengan akar

permasalahan yang benar-benar dihadapi oleh peserta didik seperti masalah

konkret di dalam kelas yang dirasakan oleh sebagian besar peserta didik,

sekaligus permasalahan yang muncul secara terus-menerus di kelas ketika

guru mengajar.

Menurut Hopkin (dalam Aries, Febru & Haryono, 2012:2), yaitu

tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menguji asumsi-asumsi teori

pendidikan didalam praktek, atau mempunyai makna sebagai evaluasi dan

implementasi keseluruhan prioritas sekolah.

Menurut Kemmis (dalam Sanjaya, 2011:24), penelitian tindakan kelas

adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh

peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktek sosial

(50)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam

kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi yang dilakukan

dalam beberapa periode atau siklus. Penelitian ini menggunakan seluruh

subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan, bukan menggunakan

subjek yang diambil secara acak. Pada penelitian ini ingin melihat ada

tidaknya peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan

metode kooperatif tipe Jigsaw II di SD Sumberwatu.

Secara umum, penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat

langkah utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Di

bawah ini merupakan tahapan dari setiap siklus.

Siklus I Siklus II

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis Perencanaan

Refleksi

Perencanaan

Tindakan

Tindakan Refleksi

(51)

B. Setting Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Sumberwatu yang terletak di

Timur Candi Boko. Siswa SD ini dari golongan menengah kebawah.

Alasan penulis memilih SD ini dikarenakan di sekolah tersebut minat dan

kemampuan menyimak masih rendah, sehingga penulis ingin

meningkatkan minat serta kemampuan menyimak di SD tersebut dengan

menggunakan Jigsaw II.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Agustus sampai akhir

bulan September di semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

3. Subjek

Subjek penelitian ini adalah 25 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki

dan 16 siswa perempuan. Kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun

ajaran 2015/2016.

4. Objek

Objek penelitian ini adalah pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia di kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran

2015/2016 guna meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa.

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua

(52)

Jigsaw II. Rencana tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Persiapan

Langkah awal sebelum melakukan penelitian adalah melakukan

persiapan. Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Meminta ijin kepada kepala sekolah SD Sumberwatu untuk

melakukan penelitian di SD tersebut.

b. Melakukan observasi pada kelas III untuk memperoleh gambaran

pembelajaran bahasa Indonesia untuk mengetahui karakter

siswanya.

c. Melakukan wawancara terhadap guru kelas

d. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas

e. Merumuskan masalah

f. Merumuskan hipotesis

g. Menyusun rencana penelitian tiap siklus

h. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi

pokoknya

i. Membuat silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen

penelitian dan lembar kerja siswa

(53)

2. Rencana Setiap Siklus

Setelah peneliti memperoleh gambaran awal keadaan kelas, maka

penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut.

a. Siklus I

1) Pertemuan I

Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam pembuka

2. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa

3. Guru melakukan presensi

Apersepsi

4. Guru bertanya mengenai cerita anak yang pernah didengar atau dibaca

Motivasi

5. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi

Orientasi

6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru dan siswa bertanya jawab tentang macam-macam cerita anak

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cerita anak yang akan

dipelajari. (Tahap 1 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II)

3. Siswa menyebutkan contoh-contoh cerita anak yang pernah

(54)

4. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang cerita anak

Elaborasi

1. Guru menyiapkan 4 cerita anak dengan judul yang berbeda

2. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk membuat kelompok

asal, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang dikelompokkan secara

heterogen

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

3. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang

harus dilaksanakan

4. Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no 1

mendapat cerita berbeda dengan no 2 atau setiap anggota kelompok

membahas sub materi yang berbeda

5. Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu

kelompok (kelompok ahli)

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2

Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 Kelompok Ahli 5 dst

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 1 1 1 1

2 2 2 2 2

3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

1 2 3 4 5

(55)

6. Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk

berdiskusi atau memahami cerita anak

7. Guru mengkondisikan kelas supaya siswa melakukan diskusi dengan

pelan-pelan jangan sampai mengganggu kelompok lain

8. Selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal) untuk

menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran dan

anggota kelompok menyimak

9. Guru mengkondisikan kelas supaya anggota kelompok dapat

menyimak cerita yang disampaikan oleh temannya

Konfirmasi

1. Siswa mendapatkan kesempatan untuk saling memberikan

tanggapannya

Kegiatan Akhir

Kesimpulan dan penguatan

1. Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari

2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum

jelas

Refleksi

1. Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran hari ini di depan kelas

dengan bimbingan guru

2. Guru menanyakan perasaan hari ini kepada siswa, apakah senang atau

(56)

Tindak Lanjut

1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi cerita

anak

2. Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa

2) Pertemuan II

Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam pembuka

2. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa

3. Guru melakukan presensi

Apersepsi

1. Guru bertanya mengenai cerita anak yang pernah didengar atau

dibaca

Motivasi

1. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi

Orientasi

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru dan siswa bertanya jawab tentang macam - macam cerita anak 2. Guru membagikan materi ajar kepada siswa untuk dipelajari

(57)

Elaborasi

1. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok untuk membuat kelompok asal, 1 kelompok terdiri dari 5-4 siswa yang dikelompokkan secara

heterogen

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

2. Guru membagikan teks cerita anak yang telah dipelajari sebelumnya

3. Siswa mempelajari materi ajar yang akan dipelajari hari ini

4. Siswa kembali ke kelompok ahli untuk mengingat apa yang telah

didapatnya dari pertemuan sebelumnya

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2

Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5

5. Siswa diminta untuk belajar bersama kelompok ahli ± 20 menit

6. Setelah cukup mendapat informasi dari kelompok ahli, para anggota

kembali ke dalam kelompok asal

7. Siswa mengerjakan lks yang sudah disediakan oleh guru

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

(58)

8. Kelompok satu persatu presentasi kedepan kelas untuk

mengemukakan hasil diskusi yang didapat

Konfirmasi

1. Siswa mengumpulkan soal dan jawaban di meja guru

2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum jelas

Kegiatan Akhir

Kesimpulan dan penguatan

1. Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari

2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum

jelas

Refleksi

1. Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran hari ini di depan kelas

dengan bimbingan guru

2. Guru menanyakan perasaan hari ini kepada siswa, apakah senang

atau sedih

Tindak Lanjut

1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi

cerita anak

(59)

b. Siklus II

1)Pertemuan I

Kegiatan Awal

1. Guru memberi salam pembuka

2. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa

3. Guru melakukan presensi

Apersepsi

1. Guru bertanya mengenai cerita anak yang pernah didengar atau

dibaca

Motivasi

1. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi

Orientasi

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru dan siswa bertanya jawab tentang macam-macam cerita anak

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cerita anak yang akan

dipelajari. (Tahap 1 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II)

3. Siswa menyebutkan contoh-contoh cerita anak yang pernah

didengarnya

4. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang cerita anak

Elaborasi

(60)

2. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk membuat kelompok

asal, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang dikelompokkan secara

heterogen

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

3. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang

harus dilaksanakan

4. Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no 1

mendapat cerita berbeda dengan no 2 atau setiap anggota kelompok

membahas sub materi yang berbeda

5. Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu

kelompok (kelompok ahli)

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2

Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5

6. Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk

berdiskusi atau memahami cerita anak

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

1 2 3 4 5

Gambar

Tabel 4.11 Keberhasilan Pelaksanaan Penelitian ............................................
Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak .................. 91
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis
Table 3.1 Peubah, Indikator, Data, Teknik Pengumpulan, Instrument
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian dari hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa pada saham LQ45 hari perdagangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham harian

KAJIAN YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 5/PUU-X/2012 ATAS PEMENUHAN HAK DASAR PENDIDIKAN YANG TIDAK DISKRIMINATIF BERDASARKAN KONSEP HAK EKONOMI,.. SOSIAL,

Mahasiswa calon guru pendidikan matematika dari 37 subjek penelitian 3 mahasiswa melakukan pengecekan terhadap proses dan jawaban serta membuat kesimpulan dengan

Terdapat suatu keyakinan bahwa ketika semua para pekerja dalam organisasi sepenuhnya mampu mengembangkan dan melaksanakan kapasitas dasar mereka sebagai manusia, serta terdapat

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah metode Z-Score dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.. Latar belakang penelitian ini

Hasil pengujian secara black box terhadap aplikasi penentuan jurusan SMA ini telah menunjukkkan bahwa aplikasi yang dibuat dapat mengimplementasikan algoritma K-means dan

Mengutip pendapat pakar lain (Tulving & Mandigan, 1970, dalam Sternberg, 2005), menyangkut kontribusinya bagi pengetahuan, artikel-artikel psikologi yang dikirim