• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : kerusakan SubDAS/DAS, erosi, tanah longsor, sedimentasi, pengendalian debit air/sedimen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata kunci : kerusakan SubDAS/DAS, erosi, tanah longsor, sedimentasi, pengendalian debit air/sedimen."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

CARA ALTERNATIF MENGATASI BANJIR DAN KEKERINGAN PADA SUBDAS KOMERING UNTUK MENINGKATKAN

PEREKONOMIAN MASYARAKAT

H. Akhmad Fauzi Hj. Zuraidah Jauhari

1)PNS Pemkot Prabumulih

2)Dosen STTP IGM Palembang

Abstrak

Banjir dan kekeringan pada Sub Daerah Aliran Sungai (SubDAS) Komering rutin terjadi setiap tahun. Banjir dan kekeringan ini berdampak negatif terhadap aktivitas sosial-ekonomi masyarakat antara lain pertanian/petrkebunan, transportasi darat dan air, air bersih, perikanan, dan kualitas kehidupan secara umum. Banjir dan kekeringan secara teknis merupakan salah satu ciri telah rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS). Kerusakan DAS ini berhubungan erat dengan kondisi hutan di hulu DAS yaitu hulu sungai Musi dan sungai Komering. Kerusakan hutan dan berkurangnya luas kawasan hutan berakibat meningkatnya aliran permukaan di musim hujan, selanjutnya meningkatkan erosi, tanah longsor dan akhirnya menyebabkan sedimentasi dan pendangkalan bagian-bagian rendah dan muara sungai.

Penelitian ini memberikan cara alternatif pemecahkan masalah banjir dan kekeringan akibat sedimentasi, pendangkalan sistem sungai Komering. Penelitian lapangan dan pengambilan contoh air dilakukan pada awal Januari 2004 sampai akhir Desember 2005 pada sistem sungai Komering.

Pengujian kadar sedimen dilakukan Laboratorium Polsri Palembang dan Laboratorium Mekanika Tanah CV.Usamacon.

Dari survei lapangan, pengujian laboratorium dan simulasi keseimbangan debit air/sedimen masuk/keluar sistem sungai didapat hasil : 1) banjir dan kekeringan disebabkan karena telah terjadi pendangkalan sistem sungai; 2) perbaikan dan pengaturan sistem sungai dapat mengatasi sedimentasi dan mendangkalan tersebut; 3) pengendalian debit air/sedimen masuk dan keluar sistem yang berimbang membuktikan hanya terjadi 11.553 ton/tahun sedimen mengendap di sistem sungai; 4) Pembuatan bendung gerak pada Terusan Randu merupakan cara terbaik untuk mengurangi debit sungai Komering yang keluar ke sungai Ogan, selanjutnya mengurangi banjir di bagian hilir sungai Ogan; 5) keberhasilan cara ini hangat bergantung kepada pengendalian erosi di hulu SubDAS Komering dan DAS Musi; yang harus dilakukan oleh semua pihak terkait dengan melakukan pengendalian erosi dan penghijauan atau penghutanan kembali.

Kata kunci : kerusakan SubDAS/DAS, erosi, tanah longsor, sedimentasi, pengendalian debit air/sedimen.

(2)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Abstract

Floods and droughts are usually problem happen every year in Komering Sub watershed.

Flood and droughts resulted negative effect in socio-economic activities e.g., agricultural, river/land transportation, water supply, fishery, fresh-water aquaculture and the quality of lives in general. Its condition sign that the watersheds was broken. Damage and decrease in area of forest caused of increase in surface run off in rainy season. This phenomena accelerates scouring and erosion, land slide, resulting in significant increase of downstream sediment transport.

This research is to forward the alternative solution for reduced floods and droughts caused of sedimentation in Komering Sub watershed. Field survey and water sampling did from end of January 2004 to end of December 2005 in Komering river system. Wash load/sediment tested in Sriwijaya Polytechnics laboratory and Soil Mechanics Laboratory of CV. Usamacon.

Research resulted ; 1) flood and droughts because big sediment happen in river system; 2) repairing and managing of the river system could reduced the problems; 3) controlling the equilibriums enter and outer of water/sediment discharge in the system give small amount of sediment the system, e.g. 11.553 ton per year; 4) to reduced water discharge of Komering River to Ogan River from Randu Channel, the Randu Channel should be closed by movement dam; 5) Successful of the system closely relation to the erosion controlling in upstream of the Musi watershed and Komering sub watershed, e.g., reforestation,

Keyword : Damage of watershed, erosion, landslide, sedimentation, water/sediment discharge controlling.

(3)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Pendahuluan

Kerusakan hutan dan berkurangnya luas kawasan hutan, khususnya dibagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi telah menyebabkan terjadinya peningkatan besar terhadap aliran permukaan dimusim hujan, hal itu berpengaruh pada peningkatan besarnya erosi, tanah longsor dan sekaligus membuat

bagian Hilir DAS

tersedimentasi/Pendangkalan bagian- bagian rendah dan muara sungai.

Hutan Lindung dan hutan Produksi di Propinsi Sumsel, saat ini berada pada tingkat mengkhawatirkan (Dishut Sumsel, 2007), dimana 405.000 ha dari 700.000 ha luas hutan lindung dan 605.000 ha dari 1.800.000 ha luas hutan produksi dalam keadaan rusak. Berkurangnya luas kawasan hutan itu sebagai akibat dari Illegal Logging, kebakaran hutan, perambahan hutan, pembukaan hutan untuk perkebunan dan aktivitas lainnya yang dilakukan tidak

berdasarkan prinsip pengelolaan DAS yang benar.

Banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering yang rutin merupakan ciri telah terjadi kerusakan DAS dihulu sungai Musi dan sungai Komering serta diperburuk oleh beroperasinya Irigasi Komering dengan sistem mengambil air dan membuang sedimen kembali ke sungai asal tanpa pertimbangankan akan terjadi bahaya sedimentasi.

Banjir dan kekeringan ini terjadi pada daerah hulu sungai Komering mulai dari Simpang Terusan Randu sampai batas Kabupaten OKI, disini sungai Komering ini mati sepanjang kurang lebih 100 km.

Banjir dan kekeringan tersebut berdampak negatif terhadap kondisi sosial, ekonomi, kesehatan dan transportasi daerah sekitar SubDAS Komering. Dampak negatif langsung pada petani adalah rusaknya sawah, kebun, putusnya transportasi, dan hilangnya mata pencarian petani.

Dalam bulan Agustus 2006 di Kabupaten OKUT terjadi terjadi kekeringan nyata pada kecamatan Buay Madang dan Semendawai Suku

(4)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Tiga. Dalam bencana itu 400 ha padi puso dan 20 ha sawah gagal panen.

OKUT merupakan kabupaten yang memiliki 20.000 ha luas areal persawahan, yang dalam bencana ini 1.416,25 ha mengalami kekeringan, dimana daerah kekeringan ringan seluas 262 ha dan kekeringan berat seluas 148 ha serta sawah puso 196 ha.

Pada bulan Desember 2006 banjir melanda dua kecamatan yaitu desa Tawang Rejo, Kecamatan Belitang dan Desa Bangsa Raja, Desa Tugu Arum sampai perbatasan OKI, Kecamatan Semendawai Suku Tiga.

Banjir itu terjadi karena tingginya sedimentasi pada anak sungai Komering, yaitu sungai Belitang dan sungai Macan, sehingga air meluap keluar sungai.

Banjir dan kekeringan dibagian hilir sungai Komering pada Kabupaten OKI juga terjadi secara rutin. Pada bulan Agustus 2006 debit sungai Komering sangat kecil, tinggi air dalam sungai hanya mencapai maksimum 50,.00 cm, sehingga masyarakat mengalami kekurangan air bersih yang sangat parah, disamping semua lahan

perkebunan atau ladang mengalami kering kerontang dan banyak yang musnah. Daerah yang sangat parah mengalami musibah ini adalah sepanjang jalur sungai Komering, Kecamatan Pedamaran hingga Lubuk Rukam dan Kecamatan Kandis.

Banjir yang terjadi pada akhir bulan Januari 2006 meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Lampuing dan kecamatan Lempuing Jaya, kerusakan daerah pertanian dan perkebunan diberikan pada tabel 1.

TABEL 1.

KERUSAKAN DAERAH PERSAWAHAN/PERKEBUNAN AKIBAT BANJIR AKHIR JANUARI 2006

N

o KECAMATAN/DUSUN LUAS

AREAL PEGGUNAAN 1 Lempuing

a. Desa Kepayang 548 ha sawah/padi b. Desa Mekar Jaya 175 ha sawah/padi c. Desa Sbr Agung 150 ha sawah/padi 2 Lempuing Jaya

a. Desa Sungai Belida 140 ha sawah/padi 25 ha perkebunan/karet 12 ha perkebunan

sawit 173 ha lahan kosong b. Desa Rantau

Durian I 50 ha

c. Desa Tanjung Sari I 270 ha sawah/padi 95 ha lahan kosong

Banjir tersebut terjadi diperkirakan karena pendangkalan Sungai Gading, Sungai Badak, Sungai Sindang Sari, dan Sungai Lempuing sehingga air

(5)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

meluap menggenang lahan-lahan disekitar daerah aliran sungai.

Disamping daerah banjir/

kekeringan yang disebutkan diatas, daerah hilir Sungai Ogan mulai dari persimpangan Terusan Randu ke hilir, telah menjadi daerah banjir di musim hujan. Salah satu manjadi penyebab terjadinya banjir itu adalah besarnya debit air yang diberikan oleh Terusan Randu sehingga daerah hilir Sungai Ogan tersebut kelebihan kapasitas.

Kondisi Banjir dan kekeringan yang rutin terjadi setiap tahun ini harus segera ditanggulangi atau ditekan seminimal mungkin agar dampak negatifnya terhadap masyarakat menjadi kecil.

Tujuan

1. Memberikan cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada sistem Sungai Komering yang disebabkan oleh sedimentasi, pendangkalan sungai.

2. Memberikan konsep/cara teknis mengatasi besarnya debit air Sungai Komering yang keluar ke Sungai Ogan melalui Terusan

Randu yag menyebabkan banjirnya bagian hilir Sungai Ogan.

3. Mengembalikan kondisi sungai Komering seperti sedia kala, yaitu sebagai sumber ekonomi, sarana transportasi, dan sungai untuk kehidupan.

4. Meningkatkan taraf hidup petani dengan meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan.

Metodelogi

Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan pada SubDAS Komering yang terletak di Kabupaten OKU, OKUT, OKI dan OI Propinsi Sumatera Selatan, Khususnya pada sistem sungai Komering dan Proyek Irigasi Komering. Survei lapangan dan pengambilan contoh air dilakukan pada awal bulan Januari 2004 sampai akhir Desember 2005.

Pengujian contoh air untuk mendapatkan kadar sedimen melayang dilakukan pada laboratorium kimia Polsri Palembang dan laboratorium Mekanika Tanah CV.

Usamacon Palembang.

(6)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Alat dan bahan

Survei lapangan menggunakan seperangkat alat ukur jarak otomitis, seperangkat alat pengukur kecepatan air, seperang alat ukur kedalaman air, laptop computer dan alat fotografi, peta-peta dan alat bantu lainnya. Di laboratorium dipergunakan seperangkat alat pengujian sedimen.

Hasil Analisis

Kondisi sungai Komering saat ini Sungai Komering dengan panjang total 360 Km, dengan suplai air dari Danau Ranau yang dikendalikan oleh pintu Pengatur Ranau, sejak tahun 1996 air sungai dimanfaatkan untuk Proyek Irigasi Komering dan Pertanian/perkebunan non Irigasi Komering serta untuk kebutuhan masyarakat lainnya, Kondisi sungai saat ini adalah sebagai berikut :

a. Panjang sungai dari Bendung Perjaya sampai muara Sungai Musi 305 Km.

b. Debit Air (DPU Pengairan Sumsel) pada Bendung Perjaya dan saluran pengambilan Irigasi Komering masing-masing 435 dan 81 m3/dtk.

c. Sedimentasi terjadi dibagian hilir Sungai mulai dari Saluran Pengambilan (intake) Irigasi Komering.

d. Sistem Operasi Kantong Lumpur pada Bendung Perjaya, mengambil air dan membuang lumpur kembali ke sungai di hilir Bendung empat kali operasi per tahun; dimana satu kali operasi memakan waktu satu hari (four- times one day operation a year);

sedimen yang tergelontor tidak hanya dari kantong lumpur tetapi juga dari hulu/belakang Bendung.

e. Dalam Sistem Sungai Komering terdapat lima anak sungai besar yang berfungsi sebagai distributari yaitu berturut-turut Terusan Randu, Terusan Jambu, Terusan Sigonang, Terusan Anyar dan Terusan Arisan Bengkulah; dan terdapat dua anak sungai yang bersifat tributari, yaitu S.

Lempuing dan S. Limbungan.

Sistem Sungai Komering ini secara umum diberikan pada Gambar 1.

f. Perbedaan debit air sangat besar, yaitu banjir di musim hujan dan

(7)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Catatan ;

1. Daerah B= Daerah Banjir; 2. Daerah K = Daerah Kering

3. Daerah B/K = Daerah Banjir/Kering

kering dimusim kemarau. Rerata debit dan kecepatan air sistem Sunagai Komering diberikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.

g. Distribusi debit air S. Komering melalui Terusan Randu ke S.

Ogan sangat besar sehingga memperburuk banjir di bagian hilir Sungai Ogan.

h. Banjir dan kekeringan terjadi dihulu Sungai Komering mulai

Simpang Terusan Randu dan kekeringan terjadi dihilir Sungai Komering mulai Simpang Terusan Randu sampai perbatasan Kabupaten OKI.

i. Pendangkalan/sedimentasi secara umum telah terjadi di sepanjang bagian hilir Sungai Komering dan khususnya dari bagian hilir Terusan Randu ke Kabupaten OKI.

GAMBAR 1

SISTEM SUNGAI KOMERING SAAT INI

(8)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Tabel 2

RERATA DEBIT DAN KECEPATAN AIR SISTEM SUNGAI KOMERING TAHUN 2004-2005

No Nama Sungai/Lokasi V Q V Q V Q

(m/dtk) m3/dtk (m/dtk) (m3/dtk) (m/dtk) (m3/dtk)

1 Bendung Perjaya - - - - - 435 *)

2 intake irigasi Komering - - - - - 81 *)

3 S. Komering (ssd.Bendung) 0.493 273 0.563 258 0.613 357 4 S. Komering (sbl.Terusan) 0.899 253 0.915 232 0.845 344

5 Terusan Randu 1.302 190 1.345 178 1.355 244

6

S. Komering (ssd Terusan

Randu) 0.436 63 0.495 54 0.535 100

7 Sungai Limbungan 0.386 14 0.402 10 0.612 101

8 S. Komering (ssd S. Limbungan) 0.556 77 0.58 64 0.608 211

9 Terusan Arisan Bengkulah 0 0 0 0 0.589 27

10

S. Komering (ssd T.Aliran

Bengkulah) 0.608 77 0.623 64 0.695 184

11 Terusan Jambu 0.646 19 0.661 9 0.735 82

12 S. Komering (ssd Terusan

Jambu) 0.499 58 0.509 53 0.685 102

13 Sungai Lempuing 0.552 103 0.587 87 0.91 238

14 S. Komering (ssd S. Lempuing) 0.606 161 0.625 142 0.985 340

15 Terusan Sigonang 0.218 14 0.255 6 0.783 71

16 S. Komering (ssd T. Sigonang) 0.623 147 0.651 136 0.9 269

17 Terusan Anyar 0 0 0 0 0.911 61

18

Sungai Komering (ssd Terusan

Anyar) 0.719 147 0.743 136 0.985 208

*) Sumber DPU Pengairan Sumsel

(9)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Tabel 3

RERATA DEBIT AIR SISTEM SUNGAI KOMERING (BULAN AGUSTUS DAN DESEMBER 2004-2005)

No Nama sungai/lokasi Q Masuk Q Utama Q Keluar

(m3/dtk) (m3/dtk) (m3/dtk)

08 12 08 12 8 12

1 S. Komering, Bendungan Perjaya - - 435 435 - -

2 Intake Irigasi Komering - - - - 81 81

3 S. Komering (ssd Bendungan) - - 258 357 - -

4 S. Komering (sblTerusan Randu) - - 231 344 - -

5 Terusan Randu - - - - 178 244

6 S. Komering (ssd Terusan Randu) - - 54 100 - -

7 S. Limbungan 10 101 - - - -

8 Sungai Komering (ssd Limbungan) - - 64 211 - -

9 Terusan Arisan Bengkulah - - - - 0 27

10 S. Komering (ssd T. Arisan Bengkulah) - - 64 184 - -

11 Terusan Jambu - - - - 11 82

12 S. Komering (ssd Terusan Jambu) - - 53 102 - -

13 S. Lempuing 87 238 - - - -

14 S. Komering (ssd Sungai Lempuing) - - 142 340 - -

15 Terusan Sigonang - - - - 6 71

16 S. Komering (ssd Terusan Sigonang) - - 136 269 - -

17 Terusan Anyar - - - - 0 61

18 S. Komering (ssd Terusan Anyar) - - 136 208 - -

Kondisi yang diinginkan

a. Tidak ada/ berkurangnya banjir/kekeringan dibagian hulu Sungai Komering b. Tidak ada/berkurangnya

banjir/kekeringan dibagian hilir Sungai Komering.

c. Bagian hilir Sungai Komering kembali mengalir sepanjang tahun, yang merupakan sumber

ekonomi, sarana transportasi, dan sungai untuk kehidupan.

d. Terkontrolnya debit air sungai Komering yang keluar ke sungai Ogan melaui Terusan Randu.

e. Terkontrolnya sedimen dalam Sistem Sungai Komering.

(10)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Usaha yang harus dilakukan

Melakukan perbaikan dan pengaturan Sistem Sungai.

Analisa

Analisa Dimensi

Lebar Sungai Komering yang diharapkan agar terjadi penampang stabil

β = α . Q ½ ... (1)

= β x 435 ½ = 125, 1399

= 125,00 m

dimana : β = Lebar Sungai (m); Q = Debit Sungai (m3/dtk); α = Koeffisien

Pintu pengatur terusan Randu

Pengaturan debit air yang keluar Sungai Komering ke Sungai Ogan melalui Terusan Randu dilakukan

dengan membuat pintu

pengatur/Bendung gerak pada awal Terusan Randu, seperti Gambar 2.

(a) (b) GAMBAR 2

Rencana Bendung Gerak dengan pintu air untuk Terusan Randu a) Tampak Depan b) Tampak Samping

(11)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Debit melalui pintu gerak dengan tinggi (b) dan lebar (L), adalah Q :

Q = 0,61 A 2gh ... (2) bila L = 10.00 m; g = 9.81 m/dtk2;

h = ho – b/2

dimana ho = tinggi permukaan air di hulu pintu.

bila harga-harga L, g, ho

disubstitusikan ke persamaan (2) dan melakukan simulasi untuk berbagai harga ho dan b didapat debit air yang keluar pintu seperti diberikan pada tabel 4, dengan batasan nilai 1.0< ho

< 6.0 dan nilai 0.2 < b < 6.0 Cara penggunaan Tabel 4.

1. Tentukan tinggi permukaan air dihulu pintu (ho), misal 4,00 m 2. Tentukan debit air yang

direncanakan, misal Q = 152,85 m3/dtk, tarik garis horizontal dari nilai debit tersebut kekiri, maka didapat tinggi bukaan pintu (b) = 4,00 m.

3. Atau tentukan nilai bukaan pintu, misal b = 4,00 m, kemudian tarik

garis horizontal

kekanan yang akan berpotongan dengan garis (ho) = 4,00 m Titik potong kedua garis tersebut merupakan nilai debit air (Q) = 152,82 m3/dtk

(12)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

TABEL 4

DEBIT AIR TERUSAN RANDU

MELALUI PINTU DGN NILAI b DAN ho TERTENTU

b

6 5 4 3 2 1 Keterangan

0.2 13,13 11,96 10,67 9,20 7,45 5,13 h0 (m)

0.4 26,03 23,68 21,07 18,08 14,50 10,67 b (m)

0.6 38,71 35,15 31,18 26,64 21,14 13,56 Q (m3/dtk)

0.8 51,15 46,36 41,01 43,85 27,34 16,74 -

1.0 63,37 57,32 50,55 42,72 33,09 19,11 -

1.2 78,09 68,01 59,79 50,23 38,36 - -

1.4 87,09 78,44 68,72 57,37 43,13 - -

1.6 98,58 88,60 71,04 64,12 47,36 - -

1.8 109,83 97,48 78,42 70,48 51,01 - -

2.0 120,84 108,08 93,60 76,42 54,04 - -

2.2 131,58 117,39 101,23 81,94 - - -

2.4 142,07 126,41 108,51 87,00 - - -

2.6 152,07 135,13 115,43 91,00 - - -

2.8 162,26 143,55 121,99 95,70 - - -

3.0 171,95 151,65 128,17 99,28 - - -

3.2 181,37 159,43 133,95 - - - -

3.4 190,49 166,88 139,32 - - - -

3.6 199,34 174,00 144,28 - - - -

3.8 207,90 183,67 148,79 - - - -

4.0 216,16 187,20 152,85 - - - -

4.2 244,11 193,25 - - - - -

4.4 231,75 198,93 - - - - -

4.6 239,08 204,23 - - - - -

4.8 246,08 209,13 - - - - -

5.0 253,13 213,61 - - - - -

5.2 259,07 - - - - - -

5.4 265,05 - - - - - -

5.6 270,67 - - - - - -

5.8 275,92 - - - - - -

6,0 280,80 - - - - - -

Perbaikan dan pengaturan

Untuk mengatasi dan atau mengurangi banjir/kekeringan pada sistem sungai Komering dilakukan pengaturan dan perbaikan sungai agar didapat kondisi stabil, mudah

dimanfaatkan, lestari, aman dari sedimentasi.

Konsep berikut ini memberikan pencegahan banjir dan kekeringan, yaitu dengan mempertahankan luas penampang basah (sungai) cukup ho

(13)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Catatan :

( x ) Nomor Sungai/Lokasi xx Debit Sungai M3/dtk O Pintu Masuk

memadai sesuai debit rencana, sehingga sedimentasi tidak terjadi dan sungai dalam kondisi stabil.

a. Debit air

Sebagaimana pembahasan pada bab terdahulu, maka debit aliran

sistem sungai Komering diatas sedemikian rupa agar sungai stabil.

Rerata debit air tersebut diberikan pada Gambar 3.

GAMBAR 3.

ALOKASI DEBIT AIR SISTEM S. KOMERING

Debit air maksimun melalui Bendungan Perjaya 354 m3/dt dan debit air keluar Sungai Komering melalui Terusan Randu diatas melalui pintu diharapkan sebesar 60 m3/dtk, sedangkan debit air dalam sistem lain diatur agar sungai stabil dan kecepatannya lebih besar 1 m/dtk

untuk menggelontor sedimen secara alamiah. Pengaturan debit air Terusan Randu dilakukan sedemikian rupa dengan menggunakan Tabel 4.

(14)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

b. Luas penampang basah sungai Lebar sungai untuk mendapatkan penampang basah stabil adalah 125.00 m. Karena itu pada tempat- tempat tertentu dihilir Terusan Randu direncanakan tanggul pengarah (training dike) dari Soil Sack Fill (SSF) untuk mempertahankan penampang basah dan kecepatan air lebih besar 1 m/dtk untuk menggelontorkan sedimen.

c. Sedimentasi

Untuk medapatkan alur sungai yang stabil, maka direncanakan kapasitas sedimen yang masuk kedalam sungai seimbang dengan kapasitas sedimen yang keluar melalui anak sungai dan muara sungai. Kesimbangan sedimen masuk dan keluar ini direncanakan sedemikian rupa seperti diberikan pada Tabel 5, dimana perbedaan hanya sebesar – 11.353 ton per tahun.

Dikarenakan kerusakan dan penggundulan hatan dihulu DAS Musi dan Sub DAS Komering telah mengkhawatirkan, maka suplai

sedimen dari bagian sangat besar dan sulit diramalkan.

Untuk menghindari bahaya sedimentasi di sungai Komering maka harus dilakukan pengendalian erosi dihulu Sungai Komering dan Sungai Musi dengan membuat tanggul- tanggul penahan erosi dibeberapa tempat yang teridentifikasi erosinya sangat besar dan dilakukan reboisasi hutan.

(15)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Tabel 5

DEBIT DAN DEBIT SEDIMEN SISTEM SUNGAI KOMERING

No Kode Nama Sungai/Lokasi Q SS Qs Qs

Ket.

(m3/dtk) (ppm) (ton/dtk) (ton/thn)

ALIRAN MASUK Q = Debit

1 (1) S. Komering

(Bendung Perjaya) 435 82 0,03567 1.124.893

Qs = Debit Sedimen 2 (7)

Sungai Limbungan 101 65 0,00656 206.877

SS = Wash Load

3 (13) Sungai Lempuing 238 71 0,01690 532.96

TOTAL 774 - 0,05913 1.864.730

ALIRAN KELUAR

4 (2) Sel. Pengambilan 81 81 0,00656 206.877

Irigasi Komering

5 (5) Terusan Randu 60 82 0,00492 155.158

6 (9)

Terusan Arisan

Bengkulah 27 78 0,00211 66.541

7 (11) Terusan Jambu 82 78 0,00639 201.516

8 (15) Terusan Sigonang 71 72 0,00511 161.149

9 (17) Terusan Anyar 61 70 0,00427 134.659

10 (19) Sungai Komering 391 75 0,02940 927.162

TOTAL 774 - 0,058765 1.853.220

PERBEDAAN 0 0,00036 -11.353

d. Perbaikan dan Pengaturan

Sebagaimana dilakukan di muka bahwa banjir rutin yang terjadi di Kabupaten OKU, OKUT dan OKI antara lain disebabkan besarnya sedimentasi pada anak-anak Sungai Komering seperti sungai Belitang, Macan, Lempuing, Badak, Sindang Sari dan Sungai Komering sendiri, sehingga terjadi pendangkalan. Untuk menghindari dan atau mengurangi bencana tersebut harus dilakukan perbaikan dan pengaturan sistem Sungai Komering, yaitu :

1). Tinggi Muka Air

Bendung Perjaya sebagai penegndali debit air dalam Sistem Sungai Komering harus dimanfaatkan sedemikian rupa agar debit air Sungai Komering cukup dengan kecepatan aliran lebih dari 1 m/dtk dan didapatkan penampang basah stabil.

Disamping itu, pengaturan pintu Terusan Randu harus dilakukan agar tinggi muka air yang diharapkan tercapai. Pengaturan tersebut dilakukan sepanjang tahun

(16)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

terutama pada musim hujan dan musin kemarau.

2). Bentuk Profil Sungai

Karena perbedaan debit banjir dan debit minimum Sungai Komering sangat besar, sehingga pada saat air rendah alurnya sangat stabil. Untuk mendapatkan alur stabil maka profil sungai diusulkan seperti pada Gambar 4.

Pembuatan alur tersebut dilakukan pada bagian sungai yang mengalami pendangkalan : dari Terusan Randu sampai pertemuan dengan Sungai Lempuing

GAMBAR 4.

POTONGAN MELINTANG SUNGAI

Pembentukan alur bawah (monir bed) dilakukan dengan penggalian bagian tengah alur sungai yang

mengalami pendangkalan dan diharapkan alur bawah ini dapat mengalirkan air pada saat debit minimun, sehingga air mengalir sepanjang tahun.

3). Pertemuan Sungai

Pertemuan Sungai Lempuing

dengan S. Komering

menyebabkan terjadinya sedimentasi/pengendapan di Sungai Komering. Pendangkalan tersebut dijelaskan pada Gambar 5. untuk menghindarkan hal tersebut dibuat tanggul pemisah dan pertemuan sungai ke bagian hilir seperti Gambar 6.

(17)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

4). Pengendalian Debit dan Debit Sedimen

Pengendalian debit sebagaimana digambarkan pada Gambar 3 dan pengendalian sedimen sebagaimana diberikan pada Tabel 5 akan memberikan alur sungai stabil, dimana kapasitas adalah seimbang dengan sedimen yang keluar sungai, yaitu 1,85 juta ton/tahun.

Pengendalian sedimen yang dilakukan disini akan tidak efektif bila terjadi karena daerah hulu Sub DAS Komering dan DAS Muba saat ini pada tingkat yang mengkhawatirkan akibat kerusakan dan penggundulan hutan.

Disarankan kepada pihak berkepentingan unutk segera melakukan perbaikan daerah hulu DAS Musi dan Sub DAS Komering dengan kegiatan pengendalian erosi dan penghijauan.

5). Pengendalian Erosi di Hulu DAS Muba dan Sub DAS Komering

Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa perbaikan dan pengaturan sungai tidak dapat

menjamin teratasinya

sedimentasi/ pendangkalan sungai bila erosi di hulu Su DAS Komering dan DAS Muba tidak dapat dikendalikan.

Pengendalian erosi tersebut saat ini belum dilakukan dan kerusakan di hulu Sub DAS dan kerusakan hutan di hulu Sub DAS Komering

GAMBAR 5

PEMBENTUKAN GOSONG PASIR PADA PERTEMUAN SUNGAI

GAMBAR 6 KONSEP PERTEMUAN SUNGAI

(18)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

dan DAS Musi sangat mengkhawatirkan.

Sebelum kerusakan hutan di hulu Sub DAS Komering dan hulu DAS Muba menjadi lebih parah penulis menyarankan agar segera dilakukan pengendalian erosi untuk menghindari besarnya sedimemtasi yang masuk ke alur sungai Komering dan sungai- sungai lainnya.

Usaha pengendalian yang harus dilakukan agar erosi pada lereng-lereng pegunungan tidak kritis antara lain :

1) Membuat lereng-lereng lebih landai dari lereng kritis

2) Mencegah terbentuknya proses erosi alur dengan memperpendek lereng dan mengurangi kedalaman alur erosi.

3) Meningkatkan daya tahan lereng terhadap titik-titik air hujan dan terhadap daya tarik aliran air dengan usaha penanaman tumbuhan- tumbuhan penuntup.

Dampak positif yang didapat

Bila hasil analisa, perbaikan dan pengaturan dilaksanakan, maka dampak positif bagi perkembangan ekonomi, sosial pada daerah SubDAS Komering adalah sebagai berikut : a. Bencana banjir dan kekeringan

dapat dihindarkan atau ditekan menjadi minimal.

b. Petani dapat memfokuskan diri pada produksi pertanian, perkebunan sehingga produksi dapat meningkat dan panen dapat dilakukan dua kali dalam setahun.

c. Sarana transportasi dan infrastruktur umum lainnya dalam kondisi baik dan tidak memerlukan biaya penanggulangan bencana banjir, pelayan umum dan transportasi lancar dan pertumbuhan ekonomi meningkat.

d. Sungai Komering akan mengalir sepanjang tahun, menjadi sumber ekonomi penduduk dan sungai untuk sumber kehidupan.

e. Taraf hidup masyarakat didaerah SubDAS Komering meningkat.

(19)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Kesimpulan

a. Perbaikan dan pengaturan Sistem Sungai merupakan salah satu cara untuk mengatasi dan atau mengurangi banjir dan kekeringan akibat sedimentasi pada sistem Sungai Komering.

b. Pengendalian debit air dan debit sedimen pada sistem Sungai Komering yang berimbang antara kapasitas masuk dan keluar sistem sungai. Hasil analisa dan simulasi keseimbangan didapat debit sedimen masuk adalah 1.864.730 ton/tahun dan sedimen keluar sebesar 1.853.220 ton/tahun dan sedimen yang mengedap pada sungai sebesar 11.553 ton/tahun.

c. Pembuatan Bendung gerak dengan pintu pengatur pada Terusan Randu sangat diperlukan agar debit air keluar sungai Komering dapat dikontrol, sehingga debit air sungai Komering cukup dan kecepatan air dapat menggelontor sedimen.

d. Bagian Sungai Komering di bagian hilir yang dangkal (mulai

Terusan Randu sampai pertemuan Sungai Lempuing) harus digali guna membentuk alur bawah (Minor Bed), sehingga pada waktu debit terkecil sungai tetap mengalir (sungai hidup sepanjang tahun).

e. Usaha perbaikan dan pengaturan Sistem Sungai tidak akan efektif bila tidak dilaksanakan pengendalian erosi di bagian hulu Sub DAS Komering dan DAS Muba, agar suplai sedimen yang besar dari hulu dapat ditahan dan tidak memasuki sungai. Secara jangka panjang harus dilakukan penghijauan/penghutanan

kembali.

f. Dampak positif yang terjadi

pertumbuhan ekonomi

masyarakat pada daerah SubDAS Komering akan meningkat dan sungai menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat serta sungai untuk kehidupan.

(20)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Daftar Pustaka

1) Asdak. Chay, 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press.

2) Chow. Ven Te, Maidment R.

David, Mays. W. Larry. 1988 Applied Hyrology. McGraw- Hill International Company. New York.

3) Dutch Consulting Engineers.

1983, Master Plan and Feasibility Study Port of Palembang

4) Departemen Pekerjaan Umum.

1993. Metode Perhitungan Awal Laju Sedimentasi Bendung. SK SNI-M 37-1993-03. Jakarta.

5) Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat jenderal Pengairan, Direktotarat Binlak Wilayah Barat, Proyek Irigasi Komering. 1996.

Laporan Kesiapan Berfungsinya Irigasi Komering Tahap I, Bendung Perjaya dan Saluran Induk Komering. Palembang.

6) E. G. Frankel, INC. Boston (1977).

The Palembang Port and Shipping Study

7) Fauzi. Akhmad, Sohei Matsuno, Rahim Sufli Effendi. Senin, 18 April 2005, Nasib Sungai Komering – Ogan, SRIWIJAYA POST.

8) Fauzi. Akhmad, Sidharto Muhammad. April 2000.

Pengembangan Sumber Air dengan Kasus Proyek

Pengembangan Daerah Rawa Sumsel. Seminar dalam rangka Dies dan Wisuda ke XX Program S1 dan Wisuda XXXIV Program D-III Unanti.

9) Fauzi. Akhmad, Susanto H.

Robiyanto, Budianta Dedik. 2003 Penilaian Kesuburan Tanah Rawa Pasang Surut-Sumatera Selatan dalam Kaitannya dengan Produksi Padi, April 2003, Jurnal Tanaman Tropika Program Studi Ilmu Tanaman PPS dan Jurusan Budidaya Pertanian FP Unsri.

Palembang.

10) Fauzi. Akhmad, Jauhari.

Zuraidah. April 2008. Penilaian ekonomi konversi lahan pasang surut tersedimen menjadi lahan perekebunan kelapa sawit.

Jurnal Pembangunan Manusia No. 4. Tahun 2, April 2008.

ISSN : 1978-5879.

11) Hasconing, Royal Dutch Consulting Engineers. 1983 Master Plan and Feasibility Study Port of Palembang

12) Hansen. E.Vaughn. et al. 1992.

Dasar-dasar dan Praktek Irigasi.

Edisi keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.

13) Japan International Cooperation Agency (JICA) 2003. The Study on comprehensive Water Management of Musi River Basin, Final Report.

14) Kanwil Depatemen Pekerjaan Umum Propinsi Sumatera Selatan, Proyek Pengelolaan

(21)

Akhmad Fauzi dan Zuraidah Jauhari : cara alternatif mengatasi banjir dan kekeringan pada SubDAS Komering Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.

Sumber Air dan Pengendalian Banjir. 1997. Publikasi Data Debit Sungai Propinsi Sumsel tahun 1996. Palembang.Laporan Proyek Tahun Anggaran 1998/1999. Palembang. 1999.

15) Linsley. Ray K, Kohler A. Max, Paulhus. L.H. Joseph alih bahasa Hermawan. Yandi. Ir.

1986. Hidrologi untuk insinyur.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

16) PPh. Jansen et al. 1978.

Principle of River Engineering (the Non Tidal Alluvial River).

Pitmen. London, Sanfrancisco, Melbourne.

17) Soedibyo. 1987. Teknik Bendungan. Cetakan kedua. PT.

Pradnya Paramita. Jakarta. 1987 18) Sohei Matsuno, Handi Chandra,

Novita Sari 1999, Soil Sack Fill Method for Earthwork and two practical Applications. VOL. 6 NO. 3 JULI 1999, Jurnal Teknik Sipil Bandung Institute of Technology (ITB).

19) Sohei Matsuno, Masalan Hasan, Novita Sari, Arvan Zulhandi .1999. A suggestion of Soil Sack Fill method for earthwork and two applications, CAFEO-17.

Singapore.

20) Sohei Matsuno, Wana Nawawi, Muslimi BIE. 2002. Studi kasus banjir di daerah perkotaan, No.

4, VOLUME XXIV, 2002, Jurnal PII. 2002

21) Sohei Matsuno, Ade Candra, Hidayatullah. Mengapa Sungai Komering menjadi kering, Sumatera Ekspres, Kamis, 4 Juli 2002,

22) Sohei Matsuno, Ade Candra, Hidayatullah. Mengapa Sungai Komering menjadi kering, Sumatera Ekspres. Kamis, 4 Juli 2002,

23) Sohei Matsuno, Akhmad Fauzi, Supli E.Rahim, Dediek Budianta, (2005). Effect of Sediment on Musi-Banyuasin River, Jurnal CSSC, Volume 6. Juni 2005.

24) Sohei Matsuno, Akhmad Fauzi, Supli E. Rahim, Dediek Budianta, (2005), Study on Musi- Banyuasin River Sediment, Jurnal Teknik Sipil UNTAR.

Volume XI, Juli 2005.

25) Sosrodarsono. Suyono, Takeda Kenshuka. Hydrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 1978.

26) Sosrodarsono. Suyono, Tominaga Masateru. 1897.

Perbaikan dan Pengaturan Sungai. PT. Pradnya Paramita.

Jakarta.

27) Rahim. Sufli Effendi. 2000.

Pengendalian erosi tanah dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. Cetakan kedua. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 2000

Referensi

Dokumen terkait

Juana is depicted as a domestic woman who takes the role of a mother and wife.. She is a typical representation of feminine woman who is “patient, obedient, respectful and cheerful”

 Nilai kelompok adalah konsep dasar dan sesuatu yang harus dipercayai oleh anggota kelompok.  Nilai kelompok membentuk inti

Metode penelitian yang dilakukan dalam mengkaji Kajian Desain Kawasan Berbasis Konsep WSUD (Water Sensitive Urban Design) di Daerah Langka Air (Studi Kasus:

 Jumlah tamu asing di Sulawesi Tengah pada bulan September 2012 sebanyak 342 orang, WNA dari Asia sebagai tamu asing terbanyak dengan jumlah 275 orang, disusul oleh

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi tehnik dalam membandingkan data hasil observasi partisipatif ( participant

Asuransi Sinarmas Jakarta Pusat Divisi Credit Control berhubungan positif, dapat dilihat dari besarnya nilai r sebesar 0,60 atau terletak pada 0,60 s/d 0,799 yang

Media yang akan dirancang akan berbentuk seperangkat media, yang terdiri atas: buku cerita bergambar, buku instruksi origami, kertas origami, stiker serta kertas

Serta BAPAS tidak hanya memberikan bimbingan bekal kerja dari BAPAS Klas 1 Malang sendiri, tetapi BAPAS juga melakukan kerjasama kepada pihak swasta atau