• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Physics Project 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II Physics Project 2"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar (Dimiyati dan Mudjiono, 1999). Pengukuran hasil belajar dapat diketahui dengan

menggunakan alat pengukur tes. Arikunto (1993) menyatakan hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa mengikuti proses pembelajaran

yang dilakukan oleh siswa. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata amat baik, baik, cukup, kurang, dan gagal. Dimyati dan Mujiono (1999:18) menyatakan bahwa belajar merupakan proses

internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal adalah seluruh mental yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Bloom (1956) yang dikutip Ratna (1988) telah memberikan penjelasan bahwa hasil belajar tersebut adalah menunjukkan tujuan-tujuan perilaku yang diharapkan atau yang akan dicapai dalam mengajarkan suatu materi pokok

yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.

Proses belajar yang mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut tertuju pada

(2)

akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Kemampuan sebagai hasil

belajar dapat dikelompokkan dalam lima kategori yaitu : 1) Ketrampilan intelektual, 2) Strategi Kognitif, 3)Informasi verbal, (4) Kemampuan motorik

dan (5) sikap. (Gagne, 1989). Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan, sehingga dengan

ketrampilan intelektual seseorang akan mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan memanfaatkan pemikirannya. Ratna mengungkapkan bahwa

balajar ketrampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkat-tingkat pertama sekolah dasar dan dilanjutkan sesuai perhatian dan kemampuan intelektual seseorang. Strategi kognitif merupakan ketrampilan intelektual khusus yang

mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Strategi kognitif adalah merupakan proses kontrol yaitu proses internal yang digunakan siswa

untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Informasi verbal yang sering juga disebut pengetahuan verbal adalah kemampuan yang berhubungan dengan mengingat informasi yang

diterima yaitu kata-kata yang diucapkan orang, pembaca, mendengarkan radio, dan nonton televisi. Infomasi verbal merupakan hasil belajar disekolah dan

(3)

kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti mengendarai mobil,

bersepeda dan sebagainya. Ditambahkan Gagne yang dikutip Ratna (1988), ketrampilan-ketrampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik,

melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, menggunakan mikroskop dan lain-lain. Sikap dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap benda-benda

dan peristiwa lainnya. Sikap mengacu kepada suatu tindakan yang ditandai dengan reaksi positif dan negatif.

Romiszowski (1981) menyatakan hasil belajar diperoleh dalam pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu, fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Pengetahuan adalah semua

informasi yang ditangkap oleh indra seseorang dan selanjutnya disimpan dalam otak. Ketrampilan adalah suatu aksi atau tingkahlaku yang mampu

memperlihatkan seseorang sebagai tanda orang tersebut trampil. Fakta merupakan objek nyata, asosiasi dari kenyataan yang didapat melalui pengamatan, ini diolah dan disajikan ilmuan menjadi data. Konsep adalah suatu

ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu dan relevan. Prinsip merupakan generalisasi yang meliputi konsep-konsep yang

(4)

perilaku siswa yang kompleks. Siswa merupakan penentu terjadinya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Siswa belajar didorong oleh keingintahuan atau kebutuhan.

Hasil belajar seharusnya efektif, efisien dan mempunyai daya tarik. Efektifitas diukur dari tingkat pencapaian hasil belajar siswa baik secara kualitas maupun kuantitas efesiensi diukur berdasarkan waktu yang dibutukan

siswa untuk belajar, sedangkan daya tarik diukur dari ada tidaknya kecenderungan siswa termotivasi untuk belajar lebih lanjut (Reigeluth, 1983).

Sebagai ciri- ciri pembelajaran yang efektifitas mencakup (1) tercapainya tujuan program pembelajaran, (2) perubahan tingkahlaku, (3) kondisi belajar kondusif, (4) peran guru sebagai fasilitator, (5) pemanfaatan waktu yang tepat

dan (6) siswa sebagai subjek belajar. Efektifitas diukur berdasarkan pencapaian hasil belajar siswa. Dimyati dan Mujiono (1999) bahwa belajar pengetahuan fisik, pengetahuan logika matematik dan pengetahuan sosial meliputi tiga fase yaitu (1) eksplorasi (2) pengalaman konsep dan, (3) aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi siswa mempelajari gejala dengan bimbingan, pengalaman

konsep siswa mengenal konsep yang ada hubungan dengan gejala. Dalam fase aplikasi konsep siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih

(5)

ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), (b) hal ihwal

personal, kepribadian atau sikap (afektif), dan (c) hal ihwal kelakuan, ketrampilan (psikomotorik)

Kegiatan pembelajaran yang direncanakan guru dituangkan dalam program pembelajaran yang bermuara kepada keberhasilan siswa. Hal ini memperkuat keinginan untuk semakin mandiri dalam belajar untuk mencapai

tujuan belajar dan mencapai tingkat kemandirian, guru menyusun acara pembelajaran dan berusaha mencapai sasaran belajar, untuk meningkatkan

kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor, dalam mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran tersebut. Menurut Bloom (1961) yang dikutip oleh Dimyati dan Mujiono (1999) ada fakta, konsep, teori dalam mata pelajaran

tertentu, atau mengutamakan cara pemecahan masalah seperti penggunaan rumus, alat-alat pembelajaran, penemuan dan pendekatan ketrampilan proses.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan hasil belajar mencakup pada tiga ranah yakni ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik. Untuk mengukur hasil belajar maka dibutuhkan pengukuran atau yang disebut tes hasil belajar. Hasil tes ini kemudian

(6)

Untuk mendapatkan hasil belajar atau mutu yang maksimal sesuai

dengan yang dituntut tujuan pembelajaran suatu mata pelajaran, tentunya mengacu pada karakteristik mata pelajaran tersebut. Begitu juga halnya dalam

upaya mencapai hasil belajar yang maksimal pada mata pelajaran fisika. Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sukar bagi kebanyakan siswa dan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata

pelajaran ini sangat rendah, maka guru terlebih dahulu harus memahami karakteristik dari mata pelajaran fisika. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Beiser dan Addison (1972) yang menyatakan bahwa fisika adalah materi berupa sains dan semacam pemahaman perilaku sifat dan struktur fundamental. Sebagai sains, ditunjukkan bahwa fisika juga memiliki keterkaitan dengan

ilmu-ilmu yang lainnya. Selanjutnya Morris Kline dalam Suriasumantri (2001) menyatakan bahwa karakteristik fisika itu meliputi hukum-hukum, azas yang

memperolehnya dapat dilakukan dengan cara induksi atau percobaan-percobaan.

Disamping itu Kane dan Kane (1978) menyebutkan bahwa konsep fisika

itu menyajikan kaidah dan hukum/dalil. Untuk itu salah satu pendekatan untuk mendefenisikan konsep fisika adalah para ahli fisika harus betul-betul

(7)

yang baik dan relevan dengan sains, bahwa guru harus terlebih dahulu

memikirkan materi pelajaran yang akan diajarkan atau diberikan kepada siswa. Karakteristik mata pelajaran fisika yang lainnya yakni melalui mata

pelajaran fisika diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam bentuk kemampuan bernalar dan deduktif kuantitatif matematis berdasarkan pada analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep fisika. (Depdiknas,

2001). Untuk itu, Kember (2001) mengemukakan bahwa upaya peningkatan hasil belajar membutuhkan berbagai macam pendekatan belajar siswa. Hal ini

berarti bahwa kemampuan kinerja guru dan siswa. Kinerja guru yang dimaksud adalah kinerja guru yang inovatif, memiliki kemampuan/keterampilan salah satunya dalam hal mendesain/merancang suatu teknik pendekatan yang akan

dilakukan demi tercapainya keberhasilan pembelajaran. Juga kinerja siswa yang kreatif dalam memanfaatkan berbagai pendekatan belajarnya sebagai

usaha memahami konsep-konsep yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Budikase dan Kertiasa (1995) menyatakan bahwa fisika merupakan

suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada hafalan, sehingga siswa yang berpeluang dalam berhasil dalam belajar fisika apabila ia

(8)

menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan berbagai hasil pokok

tersebut.

Hal di atas senada seperti dikemukakan dalam Depdiknas (2001) bahwa

setelah siswa mengikuti mata pelajaran fisika di SMA , maka para siswa diharapkan memiliki kemampuan dan sikap seperti: (1) sikap positif terhadap fisika sebagai ilmu pengetahuan dasar yang bersifat kuantitatif, (2) kemampuan

untuk menerapkan berbagai konsep dan prinsip fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam serta cara kerja produk teknologi, serta dalam

menyelesaikan masalah, (3) terbentuknya sikap ilmiah, yaitu sikap terbuka dan kritis terhadap pendapat orang lain, serta tidak mudah mempercayai pernyataan yang tidak didukung dengan hasil observasi empiris, dan (5) kemampuan untuk

belajar di perguruan tinggi pada program studi eksakta atau mengikuti berbagai pelatihan yang memerlukan dasar fisika SMA.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar fisika jika dalam diri siswa tersebut terjadi perubahan pandangan terhadap fisika, seperti siswa dapat menguasai konsep,

azas dan prinsip-prinsip fisika, serta pengetahuan ini dapat diaplikasikan dalam menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi.

2. Strategi Pembelajaran Kooperatif

(9)

kerjasama kelompok. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif

dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, bahwa setiap manusia membutuhkan orang lain, dengan kata lain manusia akan selalu bergotong

royong/bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi ataupun

sekolah.(Lie, 2002).

Bila dilihat lebih jauh, pembelajaran kooperatif ini bermuara pada teori

belajar yang dikemukakan oleh Brunner dimana teori belajar ini lebih dikenal dengan teori belajar bermakna. Menurut Brunner (Ratna, 1988) ada dua asumsi belajar. Asumsi pertama bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses

interaktif. Brunner yakin bahwa orang yang belajar beriteraksi dengan lingkungannya secara aktif, akan merubah dirinya dan lingkungannya. Asumsi

kedua bahwa orang yang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya.

Dari pernyataan Brunner ini, dapat dipahami bahwa belajar tidaklah hanya berlaku secara individual, tetapi dapat dilakukan secara berinteraksi

(10)

pengetahuan baru. Dengan demikian belajar menurut Brunner ini lebih

menekankan pada partisipasi setiap individu untuk secara aktif dalam pembelajaran, sehingga belajar tersebut akan selalu bermakna, dan akan

berpengaruh pada perubahan dirinya sendiri serta lingkungannya.

Lie (2002) mengemukakan ada empat dasar pokok pemikiran dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan

dikembangkan oleh siswa. (2) Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak

menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. (3) Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan proses daripada hasil. Setiap orang

pasti mempunyai potensi. Paradigma lama mengklasifikasikan siswa dalam kategori prestasi belajar seperti dalam penilaian ranking dan hasil-hasil tes.

Paradigma lama ini menganggapkan kemampuan sebagai sesuatu yang sudah mapan dan tidak dipengaruhi oleh usaha dan pendidikan. Paradigma baru mengembangkan kompetensi dan potensi siswa berdasarkan asumsi bahwa

usaha dan pendidikan bisa meningkatkan kemampuan mereka. (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan

(11)

yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama Dalam

perkembangan selanjutnya teori belajar ini banyak digunakan dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran kooperatif. Beberapa pengertian dan

penjelasan dari beberapa ahli dan pengembang pendidikan akan dimukakan dalam kutipan berikut ini.

Cooper et al (1990) dikutip Dunne (1990) menyatakan cooperative learning is a struktureed, Systematic instructional strategy in which small group work together to produc (belajar bekerja sama dalam kelompok kecil untuk memperoleh hasil belajar merupakan suatu strategi pembelajaran yang sistematis dalam meningkatkan aktivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan dari setiap strategi pembelajaran, sehingga dapat membantu terlaksananya

suatu proses pembelajaran yang menarik dan penuh rasa kebersamaan guna mencapai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya).

Slavin yang dikutip oleh Gole dan Chan (1990) menyatakan cooperative learning mengacu kepada sekumpulan prosedur perintah dimana siswa yang mempunyai kemampuan berbeda digabung dalam kelompok belajar untuk

(12)

Menurut Rasyid (2004), Cooperative learning dapat dilihat sebagai suatu model pembelajaran dalam situasi tertentu yang menekankan aktifitas dalam belajar kelompok kecil. Strategi pembelajaran ini memanfaatkan

bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasan bahan pelajaran karena ada kalanya siswa lebih memahami informasi yang disampaikan oleh temannya daripada gurunya serta bahasa yang digunakan

oleh siswa lebih mudah dipahami oleh siswa lainnya. Anggota kelompok kecil dalam mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas, bertanggung

jawab atas keberhasilan dari kelompoknya. Rasyid berpendapat bahwa strategi pembelajaran yang optimal adalah apabila guru mengkondisikan siswa untuk bekerjasama sengan siswa yang lainnya.

Ermawati (1999) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mempersyaratkan siswa terbagi dalam kelompok-kelompok

kecil dengan struktur tugas kognitif dan sosial serta struktur tujuan dan penghargaan yang mengacu pada tingkat koperasi dan kompetisi yang diinginkan. Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa anggota tim menggunakan

lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pelajaran dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami

(13)

lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi

pelajaran melalui diskusi.

Tujuan kelompok siswa kooperatif adalah untuk membuat setiap

anggotanya merasa kuat. Siswa belajar bersama sehingga mereka kemudian mampu mencapai kecakapan yang tinggi. Menurut Rasyid jelas bahwa pembelajaran kooperatif bersifat lebih kompleks dibandingkan dengan situasi

belajar kompetitif dan individualistik, karena siswa harus melaksanakan secara bersamaan dalam tugas mempelajari subjek materi pelajaran dan dalam tim

kerja secara efektif didalam kelompok.

Menurut Gole dan Chan (1990) ada empat prosedur effective cooperation learning yaitu : (1) take and give (saling memberi dan menerima, (2) Waiting terms (menunggu giliran), (3) contributing ideas (sumbangan ide-ide), (4) Listening to suggestion (mendengar saran-saran). Kariman (2002) menyatakan belajar secara koperatif akan mengahasilkan prestasi, kerjasama dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran yang lain dalam mengukur variabel hasil.

Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif banyak manfaatnya bila di bandingkan dengan pembelajaran yang lain. Johnson (1998) dikutip Gole dan

(14)

kompetitif sangat berbeda dengan situasi koperatif, pada situasi belajar

kompetitif sasaran belajar hanya dapat dicapai oleh satu atau beberapa orang saja, sedangkan situasi belajar koperatif terdapat hubungan yang tidak

menguntungkan dalam mencapai tujuannya jika siswa dalam kelasnya gagal mencapai tujuan evaluasinya. Yang kemudian mengakibatkan siswa harus bekerja keras agar lebih baik dari teman kelasnya, atau siswa akan merasa

putus asa karena ia merasa tidak memiliki kepercayaan diri untuk menang dalam persaingan. Dalam situasi individual, siswa berusaha sendiri untuk

mencapai tujuan yang tidak ada hubunganya dengan teman kelasnya. Prestasi siswa pada situasi belajar ini tidak didasarkan atas siswa lainya yang situasi ini difokuskan atas keinginan dan keberhasilan individu serta mengabaikan

kesuksesan dan kegagalan orang lain.

Roger dan David Johnson yang dikutip Lie (2002) mengatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur model pembelajaran gotong royong untuk mencapai hasil maksimal, antara lain : (1) Saling ketergantungan positif; keberhasilan kelompok sangat

tergantung pada usaha setiap anggotanya. dimana masing-masing anggota yangmemilki tugas dan tanggung jawab akan menjadi satu kesatuan rantai

(15)

Tatap muka; Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran

beberapa kepala akan lebih kaya dariapada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sisnergi ini adalah menghargai perbedaan, memafaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. (4) komunikasi antar

anggota; unsur ini menghendaki adanya komunikasi antar anggota, karena keberhasilan dalam pembelajaran ini ditentukan dengan komunikasi yang

efektif antara siswa. (5) Evaluasi proses kelompok; bagian ini adalah mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan efektif.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) adalah : (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenanggungan bersama, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang

sama, (4) Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya, (5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau

(16)

diminta akan mempertanggung jawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Ibrahim (2000) pembelajaran kooperatif terdiri dari : (1)

Student Teams Achievment Division (STAD): (2) Jigsaw, dan (3) Investigasi Kelompok (IK). Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksudkan strategi pembelajaran

kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang sifatnya membelajarkan siswa secara berkelompok dan kerja sama dalam menyelesaikan tugas dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Secara khusus untuk membedakan strategi pembelajaran kooperatif dengan strategi lain adalah kepada penekanan untuk membelajarkan siswa atau keaktifan siswa, belajar

dan bekerja sama, terbentuknya interaksi, tanggung jawab individu dan kelompok, dan ketergantungan positif untuk saling membantu dan memberi

informasi dalam kelompok belajar yang ini akan lebih cendrung mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

B. Kerangka Berpikir

Cooperatif Learning atau belajar kooperatif merupakan suatu strategi atau pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(17)

berdiskusi dan bekersama kelompok. Hal ini sejalan dengan konsep dasar

dalam sistem kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) suatu sistem pendidikan yang sedang dijalankan Sistem pembelajaran ini lebih berpusat bagaimana

siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar, pembelajaran yang menekankan pada proses ketimbang hasil, karena bila proses pembelajaran berlangsung baik, maka secara langsung akan berpengaruh pada hasil pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran ini akan membentuk siswa untuk saling membantu memecahkan masalah, saling bekerjasama,

berinteraksi untuk bertukar informasi dan ketergantungan positif. Hal ini karena siswa dibelajarkan dalam suasana kerjasama kelompok, tidak ada siswa yang lebih pintar, atau mendominasi dalam pembelajaran, tetapi siswa saling

meberi informasi kepada siswa lain yang belum paham, siswa saling mengisi kelemahan kelompok dan saling bertanggung jawab terhadap tugas yang

diterima. Dan strategi ini juga akan mempengaruhi daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa akan mengikuti proses pembelajaran yang melatih siswa untuk terus berpikir, beragumentasi, dan berdiskusi serta mencari kesimpulan.

Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (1) siswa bekerja dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan materi

(18)

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping

pembelajaran koperatif membantu mengembangkan tingkah laku koperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran koperatif secara

bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akan membantu akademis mereka.

Pembelajaran kooperatif akan membantu siswa untuk menemukan

sendiri konsep berdasarkan diskusi dengan rekan-rekan dalam kelompoknya. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk meluruskan hal-hal yang

menjadi kesimpulan siswa dalam berdiskusi. Menurut teori pembelajaran, bahwa dengan menemukan sendiri, pengetahuan yang diperoleh siswa akan menjadi permanent dalam memorinya. Sehingga siswa akan memperoleh

kebermaknaan dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diduga bahwa dengan penerapan

strategi pembelajaran kooperatif akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir yang telah

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Badan Kerjasama Antar Desa adalah badan yang melakukan kerjasama dengan desa lain di tingkat kecamatan yang mempunyai hak dan kewajiban dalam rangka mendorong

Pemberian pupuk organik cair Super Bionik pada tanaman memberikan keuntungan, yaitu akan memberikan respons yang positif jika konsentrasi yang diberikan tepat dan

Penentuan koordinat dari tiap petak tidak bisa secara langsung dikarenakan petak-petak catur pada image chessboard berada dalam koordinat pixel chessboard sehingga perlu

layanan yang memadai memberikan nilai skor tertinggi dibandingkan indikator kemegahan hotel; Penilaian responden terhadap dimensi tanggungjawab sosial hotel pada masyarakat, dimana

Untuk kasus yang bergerak dalam bidang elek- tronik, maka estimasi dilakukan dengan menggunakan Rantai Markov tersebut, yaitu dengan cara memperhitungkan semua peluang

1) Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas,ibu menyusui, dan sasaran lainnya. 2) Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan

merugikan secara material namun jika untuk pasien BPJS merugikan material.Jika pasien BPJS mendapatkan kamar yang tidak sesuai dengan kelas BPJS nya maka hal tersebut

dari masing-masing waktu perjalanan dari semua kendaraan dari arus lalu-lintas untuk bergerak dari satu titik ke titik yang lain. Traffic counting Proses penghtungan