• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lembar berarti helai, kerja berarti melakukan kegiatan, dan siswa berarti murid atau pelajar untuk tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa berarti helai bagi siswa untuk melakukan kegiatan.

Berikut ini adalah pengertian lembar kerja siswa yang diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Trianto (2011) LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Sedangkan menurut Prastowo (2012), LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Di dalam LKS siswa akan mendapatkan ringkasan materi dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajari LKS secara mandiri.

Dari berbagai pengertian lembar kerja siswa tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi ringkasan materi dan petunjuk-petunjuk

(2)

pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang dikemas berdasarkan kebutuhan pembelajaran dan dapat digunakan siswa secara mandiri.

2. Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Prastowo (2012) Lembar kerja siswa sebagai salah satu bahan ajar memiliki sedikitnya 4 fungsi, yaitu sebagai berikut:

a. sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa.

b. sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.

c. sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih d. memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

3. Macam-macam bentuk LKS

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan pengemasan dalam LKS, sehingga bentuk LKS menjadi bermacam-macam. Berikut adalah 5 macam bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh siswa, diantaranya:

a. LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep

LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, perlu merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, kemudian meminta siswa untuk mengamati hasil kegiatannya.

(3)

b. LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

LKS jenis ini memberikan tugas kepada mereka untuk berdiskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.

c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar

LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabanya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini sesuai untuk keperluan remidiasi. d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan

LKS bentuk ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pembelajaran.

e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum

Petunjuk praktikum dapat digabungkan ke dalam LKS. Oleh karena itu, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content) dari LKS.

Dari bentuk bentuk LKS di atas, LKS yang akan peneliti kembangkan yaitu LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep,

(4)

kemudian dipadukan dengan LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

B. Pendekatan Kontekstual 1. Istilah dan Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kontekstual diartikan berhubungan dengan konteks. Konteks sendiri diartikan situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian, sehingga kontekstual dapat diartikan berhubungan dengan situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.

Menurut Johnson (2010), sistem kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Menurut Sanjaya (Syaefudin, 2008), pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan konsep yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Menurut Nurhadi dan Senduk (2003), pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

(5)

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pendekatan dapat diartikan sebagai sudut pandang terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2010). Dari ketiga pendapat ahli tersebut, ketiganya memiliki sudut pandang yang sama yaitu keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran dan pengaitan antara materi akademik dengan situasi dunia nyata siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu konsep belajar yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan konsep yang dipelajari dengan menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Karakteristik pendekatan kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan yang lainnya. Ditjen Dikdasmen (Komalasari, 2010) menyebutkan tujuh komponen utama pendekatan kontekstual, yaitu:

a. Konstruktivisme

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah

(6)

yang siap untuk diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

b. Menemukan

Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri.

c. Bertanya

Pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melakukan kegiatan menemukan. d. Masyarakat belajar

Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu dan mereka yang belum tahu.

e. Pemodelan

Dalam pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan.

(7)

f. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima.

g. Penilaian yang sebenarnya

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil, dan dengan berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis dan penilaian berdasarkan perbuatan.

C. Karakter kerja keras

Indonesia saat ini sedang mengusung pendidikan karakter sebagai salah satu tujuan pendidikan. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pendidikan haruslah mengacu pada penanaman karakter. Pemerintah menetapkan 20 nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan dalam pendidikan karakter kepada siswa SMP. Salah satu dari 20 nilai-nilai karakter yang ditetapkan pemerintah yaitu karakter kerja keras. Kerja keras juga merupakan 1 dari 5 karakter yang perlu diterapkan dalam pembelajaran matematika (Kemendiknas, 2010). Oleh karena itu, dengan semangat pendidikan karakter peneliti ingin memberikan muatan karakter kerja keras pada LKS yang peneliti kembangkan. Berikut adalah pengertian karakter, kerja keras, dan indikator karakter kerja keras:

(8)

1. Karakter

Menurut kamus besar bahasa indonesia karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, tabiat, dan watak. Sehingga dapat dikemukakan bahwa karakter merupakan hal paling mendasar yang membedakan suatu individu dengan individu yang lain.

2. Kerja keras

Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti kerja sampai tuntas lalu berhenti, namun mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikannya dan lingkungannya (Kesuma, dkk., 2011).

Saat ini begitu banyak pemuda yang merupakan penduduk produktif lebih memilih bekerja ringan walaupun tidak halal dari pada bekerja keras yang halal. Mereka lebih suka meminta-minta di perempatan jalan atau lampu merah dari pada melakukan pekerjaan yang mengandalkan kerja keras mereka. Dilain pihak, terkadang kita masih dapat melihat seorang kakek-kakek yang sudah tua masih giat berjuang untuk bertahan hidup. Seperti kakek-kakek penjual jipang (sebuah makanan tradisional) yang masih giat menjajakan barang dagangannya setiap hari mengelilingi kampus kita tercinta ini. Perilaku seperti kakek penjual jipang itu lah yang patut kita tiru. Walaupun umurnya yang sudah

(9)

senja, namun semangat kerja kerasnya masih senantiasa terjaga sampai titik darah penghabisan.

Orang dengan karakter kerja keras cenderung berusaha memaksimalkan potensi yang dimilikinya dalam penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Karakter ini muncul sebagai wujud dorongan motivasi yang kuat serta berorientasi ke depan yang jelas. Orang ini biasanya selalu berpikir positif dan tidak mudah dipatahkan oleh rintangan yang menghalanginya, karakter ini sangat diperlukan di tengah dunia yang semakin dinamis, kompetensi dan persaingan yang semakin tajam (Elfindri, dkk., 2012).

3. Indikator karakter kerja keras

Berikut ini adalah kemampuan siswa yang diharapkan dalam pembelajaran yang berorientasi pada karakter kerja keras diantaranya sebagai berikut (Kemendiknas, 2010):

a. mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan.

b. tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam menghadapi masalah.

c. tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah.

D. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Menurut Sudjana (Trianto, 2011), untuk melaksanakan pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Ada 3 model pengembangan perangkat

(10)

pembelajaran yang biasa digunakan, yaitu: model Dick-Carey, Model 4-D, dan model Kemp.

Secara umum ketiga model pengembangan perangkat pembelajaran di atas terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model 4-D sebagai model pengembangan perangkat pembelajaran untuk mengembangkan LKS yang peneliti kembangkan.

Model pengembangan 4-D adalah model pengembangan perangkat pembelajaran yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (Trianto, 2011). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Model ini dapat digambarkan seperti gambar berikut ini:

(11)

Diagram 1: Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thiagarajan (Trianto, 2011) P E N D E F IN IS IA N Analisis Siswa Analisis Konsep Analisis Tugas

Spesifikasi Tujuan Pembelajaran Analisis Awal Akhir

P E R A N C A N G A N P E N Y E B A R A N Pengemasan Pemilihan Format Pemilihan Media Penyusunan Tes Uji Validasi Uji Pengembangan Validasi Ahli Rancangan Awal

Penyebaran dan Pengadobsian

P E N G E M B A N G A N

(12)

Secara garis besar, keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu:

a. Analisis awal akhir (front-end analysis)

Analisis awal akhir bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar.

b. Analisis siswa (learner analysis)

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran c. Analisis tugas (task analysis)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya ke dalam himpunan ketrampilan tambahan yang mungkin diperlukan.

d. Analisis konsep (concept analysis)

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal akhir.

(13)

e. Perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional)

Perumusan tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan dalam tingkah laku.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menciptakan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah, yaitu:

a. Pemilihan media b. Pemilihan format c. Desain awal

3. Tahap pengembangan (Develop)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Pada pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba terbatas.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tujuan ini adalah untuk menguji efektifitas penggunaan perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

(14)

E. Garis dan Sudut

Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006 kelas VII SMP, materi garis dan sudut meliputi:

1. Standar Kompetensi:

Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukurannya.

2. Kompetensi Dasar:

a. Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. b. Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan

atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. c. Melukis sudut.

Gambar

Diagram 1: Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D   Thiagarajan (Trianto, 2011)  PENDEFINISIANAnalisis Siswa Analisis Konsep Analisis Tugas

Referensi

Dokumen terkait

Namun, mereka telah menyadari bahwa media masa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan

Mesin ini dapat membuat lidi bambu dengan ukuran yang seragam dalam waktu yang singkat, sehingga untuk membuat tirai bambu atau landasan saji akan lebih cepat,

Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Barsel, Bartim, Barut, Murung Raya, Kota Palangkaraya.. 150.000.000,00 Meningkatnya

Berdasarkan hasil pembuatan alat pengukur kadar garam dalam kuah makanan pada proyek akhir ini, dapat disimpulkan bahwa:?. Perubahan tegangan pada dalam air garam dan air murni

Soewandi (2000: 53)mengutarakan bahwa kalimat-kalimat yang memberi penjelasan lebih lanjut itu disebut sebagai kalimat penjelas, sedangkan ide pokok yang terletak pada

Dengan bimbingan guru siswa membahas tentang berbagai pekerjaan yang menjadi cita-cita antara lain menjadi seorang guru, arsitek, dokter hewan, penyanyi, dan pilot.. Guru

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih

Pengembangan SDM yang dilaksanakan setidaknya didasarkan pada kesepakatan pemahaman berikut (Prasetya, 2002). Pertama, pengembangan SDM dapat dilakukan baik melalui