• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SPK (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SPK (2)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

( SPK )

A. KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KELOMPOK

Kelompok merupakan konsep yang penting dalam kehidupan manusia, karene sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki, dan merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam pembelajaran kelompok, setiap anggota kelompok akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula.

Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir.

Berdasarkan psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelajaran ini, pengembangan pembelajaran kelompok, pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal.

Menurut Teori Medan, bersumber dari aliran psikologi kognitif

(2)

Menurut Teori Psikodinamika, kelompok bukan hanya sekedar kumpulan individu, melainkan merupakan satu kesatuan yang memiliki dinamika dan emosi tersendiri.

B. KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( SPK )

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Empat unsur penting dalam SPK : 1. Adanya peserta dalam kelompok. 2. Adanya aturan dalam kelompok

3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok 4. Adanya tujuan yang harus dicapai

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar, pengelompokan siswa dapat ditetapkan berdasarkan atas minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan siswa, campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun yang ditinjau dari kemampuan.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok

(3)

Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar

Strategi dari pembelajaran kelompok adalah Strategi Pembelajaran kooperatif ( Cooperative learning ).

Menurut Slavin ( 1995 ) mengemukakan dua alasan :

1. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

Sekaligus dapatmeningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta

dapat meningkatkan harga diri.

2. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam

belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan

Dari dua alasan tersebut, menurut Slavin pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

(4)

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda

( heterogen )

Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan ( reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan

SPK mempunyai dua komponen utama yaitu :

1. Komponen tugas kooperatif ( cooperative task) tentang

bekerja sama

2. Komponen struktur insentif kooperatif ( cooperative

incentive structure)

tentang membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama mencapai

tujuan kelompok

Dengan demikian diharapkan SPK memberikan dampak pembelajaran berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik ( student achievement), serta dampak pengiring relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memperikan pertolongan pada yang lain.

Strategi ini dapat digunakan manakala :

• Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usa individual dalam belajar

• Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar

(5)

• Jika guru menghendaki utuk mengambangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum

• Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka

• Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan

D. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik, dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsure kerjasama untuk penguasaan materi tersebut, kerjasama ini merupakan cirri khas dari

pembelajaran kooperatif

Menurut Slavin dan Chambers ( 1996 ) berpendapat bahwa melalui pembelajaran melalui kooperatif dapat dijelaskan melalui beberapa perspektif :

Perspektif Sosial : melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar, karene mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan ( bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan oleh kelompok )

Perspektif perkembangan Kognitif artinya adanya interaksi angtara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk mengolah berbagai informasi. Kolaborasi kognitif ( setiap siswa akan berusaha untuk menimba dan memahami informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya).

Dengan demikian karakteristik Strategi Pembelajaran Kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pembelajaran secara tim artinya tim merupakan tempat untuk

(6)

membantu untuk mencapai tujuan tersebut, satu sama lain saling memberikan konstribusi demi keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif, manajemen

mempunyai empat fungsi pokok, di antaranya ; fungsi

perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Artinya segala bentuk membutuhkan perencanaan yang matang, sehingga dalam pelaksanaan pencapaian tujuan dapat berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing, sedangkan criteria keberhasilannya melalui tes dan non tes

c. Kemauan Untuk Bekerja sama, Keberhasilan dalam

pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, maka prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif, perlunya saling membantu, saling berinteraksi dan sal;ing berkomunikasi

d. Partisipasi dan Komunikasi ( Participation Communication

) ; melatih siswa agar mampu berinteraksi serta berpartisipasi dan berkomunikasi, hal ini sangat penting sebagai bekal mereka kelak di masyarakat. Untuk memiliki kemampuan berkomunikasi memang memerlukan waktu siswa tidak dapat secara langsung menguasai dalam waktu yang singkat, guru harus terus melatih sampai pada akhirnya siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.

Dalam prosedur pembelajaran kooperatif dikenal beberapa prinsip di

antaranya :

1. Penjelasan Materi, diartikan sebagai proses penyampaian

(7)

ceramah, metode Tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi.

2. Belajar dalam Kelompok, Pengelompokan siswa dalam proses

ini bias dengan cara heterogen, menurut Lie ( Anita Lie ( 2005) alasan penggunaan pengelompokan heterogen lebih disukai, karena dapat memberikan kesempatan untuk saling mengajar ( Peer Tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi, memudahkan pengelolaan kelas.

3. Penilaian ; dilakukan dengan tes atau bentuk kuis dan dilakukan

secara individual dan kelompok.

4. Pengakuan Tim ( Tim Recognition), adalah poenerapan tim

yang dianggap paling menonjol atau tim yang berprestasi untuk diberikan hadiah, sehingga dapat memotivasi tim untuk

meningkatkan keberhasilannya

E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SPK

1. KEUNGGULAN SPK

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran

di antaranya :

a. Melalui SPK siswa tidak terlalu tergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkanide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkannya dengan ide-ide orang lain

c. SPK dapat menumbuhkan rasa kerja sama dengan tidak

(8)

d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik, sekaligus kempuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan

interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat

kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemmampuan belajar abstrak menjadi nyata ( riil )

h. Interasksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir yang berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2. KETERBATASAN/ KELEMAHAN SPK

a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK membutuhkan waktu, sangat

tidak mungkin siswa secara langsung dapat memahami filsafat cooperative dalam waktu yang singkat.

(9)

c. Keberhasilan SPK lebih menonjol keberhasilan kelompok, sebenarnya yang diharapkan dalam pembelajaran adalah keberhasilan prestasi siswa secara individual.

d. Keberhasilan SPK dalam upaya menganmbangkan kesadaran

berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, hal ini tidak mungkin dapat dicapai dalam waktu yang singkat.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting bagi siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual, idealnya dalam SPK bagaimana membangun

(10)

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

( CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING )

A. PENDAHULUAN

Dalam Pembelajaran kelompok dengan menerapkan strategi pembelajaran

kontekstual, kelas dijadikan sebagai tempat berdiskusi tentang hasil

penemuan lapangan.

Pembelajaran Kontekstual ( Contextual teaching and learning ) merupakan salah satu pendekatan yang menekankan pada pembelajaran kelompok yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya.

Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses pengalaman langsung, dengan harapan perkembangan siswa secara utuh selain aspek kognitif, afektif, juga psikomotor, diharapkan siswa dapat

menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

B. KONSEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Contextual Teaching and Learning ( CTL ) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya.

(11)

a. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung ( proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran )

b. CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata c. CTL mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan, artinya melalui CTL materi yang diterima siswa bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam mengarungi kehidupan nyata di masyarakat.

Dalam strategi pembelajaran kontekstual terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajarannya yaitu :

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada ( activating knowledge ) artinya apa yang akan dipelajari tidak lepas dari pengetahua yang sudah dipelajari

2. Dalam konsep yang kontekstual adalah belajar dalam

rangka mengambangkan dan menambah pengetahuan baru ( acquiring) diperoleh secara deduktif , pembelajaran dimulai secara global dan verbal, kemudian kea rah yang lebih detail. 3. Pemahaman pegetahuan ( Understanding Knowledge ) artinya pengetahuan yang diterima bukan hanya dihapal, tetapi untuk dipahami dan diyakini.

4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut ( applying knowledge ) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari sekolah dapat diaplikasikan dalam

(12)

5. Melakukan refleksi ( reflecting knowledge ) terhadap

perkembangan pengetahuan, hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

C. LATAR BELAKANG FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS CTL

1. LATAR BELAKANG FILOSOFIS

Banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktifisme yang digagas oleh

Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh pemikiran Epistemology Glambatista Vico ( Suparno, 1997 ) Vico

mengungkapkan “ Tuhan adalah pencipta alam semesta dan

manusia adalah tuan dari ciptaannya”. Mengetahui menurut Vico

berarti mengetahui bagaimana berbuat sesuatu, artinya seseorang

dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur

apa yang membangun sesuatu itu.

Oleh karena itu menurut Vico pengetahuan itu tidak terlepas dari orang ( subjek ) yang tahu pengetahuan merupakan stuktur konsep dari dari subjek yang mengamati.

Pandangan filsafat konstruktifisme tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman,

(13)

Menurut Piaget ; sejak kecil setiap anak sudah diberi

struktur kognitif yang dinamakan skema yang terbentuk dari pengalaman, berkat pengalaman itulah struktur kognitif anak terbentuk skema.

Proses penyempurnaan skema tentang sesuatu yang dilakukan anak disebut asimilasi, sedangkan proses

penyempurnaannya disebut proses akomodasi, sebelum ia mampu menyusun skema itu, ia dihadapkan pada posisi ketidakseimbangan ( disequilibrium)

Pandangan Piaget ; pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, di antaranya model pembelajaran kontekstual, menurut model pembelajaran kontekstual pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan sendiri dan dibangun sendiri oleh siswa.

2. LATAR BELAKANG PSIKOLOGIS

Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya, bahwa

pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif yaitu proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan, belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan serta pengalaman.

Dari latar belakang yang mendasarinya, terdapat beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL : a. Belajar bukan sekedar menghafal, tetapi merupakan

proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki, semakin banyak pengalaman, semakin banyak pula pengetahuan yang dapat diperoleh.

b. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta, pengetahuan

itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga pengetahuan yang dimiliki akan

(14)

pola berpikir, bertindak, kemampuan memecahkan masalah, termasuk penampilan atau performance. c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, maka akan

berkembang secara utuh,bukan hanya perkembangan intelektual, melainkan pula mental dan emosi

d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang

berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks

e. Belajar pada hakikatnya menangkap pengetahuan dari kenyataan, pengetahuan yang diperoleh adalah

pengetahuan yang bermakna untuk kehidupan anak.

D. PERBEDAAN CTL DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa

berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara

menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran, sedangkan

dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek

belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja

kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi, sedangkan

dalam pembelajaran konvensional pembelajaran

(15)

secara riil, sedangkan dalam pembelajaran konvensional, bersifat

teoritis dan abstrak.

4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, dalam

pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui

latihan.

5. Tujuan akhir dari proses melalui CTL adalah kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah

nilai atau angka

6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas

kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena tahu bahwa itu akan rugi,

sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan dan perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar misalnya tidak melakukan sesuatu karena takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh nilai atau angka dari guru. 7. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi, kebenaran yang yang dimiliki berifat absolute dan final, karena pengetahuan yang

dimiliki siswa dikonstruksi oleh orang lain. 8. Dalam CTL, guru berperan memonitor dan

mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing, sedangkan dalam pembelajaran konvensional, guru sebagai penentu jalannya proses pembelajaran.

9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bias terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan dalam pembelajaran

(16)

10. Dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dsb, sedanglkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran hanya diukur melalui tes.

Dari beberapa perbedaan di atas, CTL memang memiliki karakteristik tersendiri, baik dilihat dari asumsi maupun

proses pelaksanaan dan pengelolaannya.

E. PERAN GURU DAN SISWA DALAM CTL

Menurut Bobbi Deporte ( 1992 ) siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar, siswa sebagai unsur modal belajar terdapat tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetis :

Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar dengan menggunakan indera penglihatan

Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengaran.

Tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.

Dalam pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu

memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa Beberapa hal yang harus diperhatikan guru :

1. Dalam pembelajaran kotekstual, siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.

(17)

3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui

4. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada ( asimilasi ) atau proses pembentukan skema baru ( akomodasi ).

F. ASAS-ASAS CTL

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memilki 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL ( merupakan komponen CTL ) di antaranya :

1. Konstruktivisme adalah proses membangun dan

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut Mark Baldwin yang dikembangkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi jua dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya., ada dua faktor yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretsi.

Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut :

a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan

belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui

kegiatan subjek

b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur

(18)

2. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada

pencarian

dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa

langkah :

a. Merumuskan masalah b. Mengajukan hipotesis c. Mengumpulkan data

d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan e. Membuat kesimpulan

Penerapan asas ini dalam CTL dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin

dipecahkan, siswa didorong utuk menemukan jawaban, dan hipotesis akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data, kemudian menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan, melalui proses ini diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, hal tersebut diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas

3. Bertanya ( Questioning )

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu, sedangkan menjawab mencerminkan kemampuan

seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran CTL guru

(19)

agar dapat menemukan sendiri. Dalam suatu pembelajaran yang

produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk :

a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam

penguasaan materi pembelajaran

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar

c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan e. Membimbing siswa untuk menemukan atau

menyimpulkan sesuatu.

4. Masyarakat Belajar

Penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan melalui kelompok belajar, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat

heterogen. Guru dapat mengundang atau mendatangkan nara sumber yang memiliki keahlian khusus untuk

membelajarkan siswa misalnya dokter, para petani dan lain-lain.

5. Pemodelan ( Modelling )

Asas modeling adalah suatu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

(20)

6. Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran CTL guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung, membiarkan siswa secara bebas menafsirkan

pengalamannya sendiri.

7. Penilaian nyata

Dalam CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya

ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran yaitu :

a. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. b. CTL memandang belajar bukan menghafal, akan tetapi

proses berpengalaman dalam kehidupan nyata

c. Dalam pembelajaran CTL, kelas bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan di lapangan

d. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian orang lain.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih

Ditemukan penyakit yang disebabkan oleh virus paling sedikit pada 55 genera anggrek, tetapi ini bukan berarti bahwa terdapat 55 jenis virus yang berbeda, karena virus yang sama

Sosialisasi politik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pengenalan calon legislatif yang ditawarkan kepada masyarakat pada pemilu legislatif tahun 2014

Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Barsel, Bartim, Barut, Murung Raya, Kota Palangkaraya.. 150.000.000,00 Meningkatnya

Namun, mereka telah menyadari bahwa media masa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

Soewandi (2000: 53)mengutarakan bahwa kalimat-kalimat yang memberi penjelasan lebih lanjut itu disebut sebagai kalimat penjelas, sedangkan ide pokok yang terletak pada

Dengan bimbingan guru siswa membahas tentang berbagai pekerjaan yang menjadi cita-cita antara lain menjadi seorang guru, arsitek, dokter hewan, penyanyi, dan pilot.. Guru