BAB II TEORI A. Proses Belajar
1. Pengertian Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses adalah: Any change in any object or organism, particulary a behavioral or psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan).
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).
Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif & arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. (Muhibbin Syah, 1999:24)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar adalah suatu aktifitas psikis ataupun mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Hintzman dalam bukunya menyatakan, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. With dalam bukunya menyatakan, belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Dalam pengertian lainnya, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (leaning is defined as the modification or strengthening of behavior though experiencing), menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Dengan demikian belajar bukan hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal. Disamping itu belajar merupakan masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang disebut belajar dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di lembaga pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal usaha-usaha dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka belajar hal-hal yang relevan baik bagi kebudayaan maupun bagi diri masing-masing.
Belajar memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persiapan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih maju karena belajar.
Dalam perspektif keagamaanpun belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam (QS. Al-Mujadalah ayat 11,)
2. Tahap-tahap dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Brunner, salah seorang penentang teori S-R Bond, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, yaitu
a. Fase Informasi ( Tahap Penerimaan Materi )
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yan sedang dipelajar. Diantara informasi yan diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas, dan memperdaln pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
b. Fase Transformasi ( Tahap Pengubahan Materi )
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu di analisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yan tepat untuk melakukan pembeljaran materi pelajaran tertentu.
c. Fase Evaluasi
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan ( informasi yng telah di transformasikan tadi ) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Bandura (1977), seorang Behavioris moderat penemu teori sosial learning/observational learning, setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama belajar sosial dalam menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi :
a. Tahap Perhatian (Attantional Phase)
Pada Tahap ini para peserta didik pada umumnya memusatkan perhatian pada objek materi yang lebih menarik terutama karena keunikanya di banding dengan objek materi yang sebelumnya mereka ketahui. Misalnya : Dengan
mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan materi atau bergaya dengan mimic tersendiri.
b. Tahap Penyimpanan dalam ingatan (pretention phase)
Tahapan ini penginformasian berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Dengan tahapan ini peserta didik akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan dan memberikan contoh perbuuatan yang akurat.
c. Tahap Reproduksi (Reproduction phase)
Pada Tahap ini Segala bayangan atau kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memory para peserta didik itu di produksi kembali. Misalnya dengan menggunakan sarana post- test. (Membuat,melakukan lagi apa yang telah mereka serap).
d. Tahap Motivasi (Motivation phase)
Tahap ini adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfunsi debagai Reinforcement “ Penguatan” bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik.
Pada tahapan ini guru di anjurkan untuk memberikan pujian atau nilai kepada para peserta didik yang berkinerja memuaskan.
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan, antara lain :
a. Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)
Pada tingkatan ini seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman degan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses Acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar,
kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap sebelumnya.
b. Storage (tahap penyimpanan informasi)
Pada tingkat ini siswa secara otomatis akan mengalami proes penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition. Peristiwa ini sudah tetntu melibatkan fungsi short term dan long term memory.
c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Pada tingkat ini siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi system memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses ini pada dasarnya adalah upaya mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpandalam memori berupa informasi, symbol, pemahaman dan perilaku tertentu sebagai respon atas stimulus yang sedang dihadapi.
3. Aktivitas Belajar
Menurut Ahmadi Abu dalam bukunya psikologi belajar, aktivitas belajar dibagi menjadi 11 yaitu :
a. Mendengarkan
Adalah salah satu aktivitas belajar, setiap orang belajar di sesekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode cerama, maka setiap siswa atau mahasiswa di haruskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan.
b. Memandang
Yang di magsud di sini adalah mengarahkan suatu penglihatan ke suatu objek. Di kelas, seorang pelajar memandang papan tulis yang berisikan tulisan yang baru saja di guru tulis, tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak.
c. Meraba, Membau, dan Mencicipi / Mencecap
Adalah indra manusia yang dapat di jadikan sebagai alat untuk kepentingan belajr, artinya aktivitas meraba, membau. Dan mencecap dapat memberikan kesempatan bagi orang untuik belajar. Tentu saja aktivitasnya harus di sadari oleh suatu tujuan.
d. Menulis atau mencatat
Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang tidahanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil dari bahan bacaan.
e. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak di melakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca salah jalan menuju pintu ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju pintu ilmu pengetahuan ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus di lakukan kecuali memperbanyak membaca. Kalau begitu membaca identik dengan mencari ilmu pengetahuan agar menjadi cerdas dan mengabaikan berarti kebodohan.
f. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi.
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajar karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang di buatnya. Ikhtisar memang dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah (under lining) hal ini sangat membantu kita dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari.
g. Mengamati table-table, diagram- diagram dan bagan-bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering kita jumpai table-tabel, diagram ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi kita dalam mempelajari materi yang relevan itu. Demikian pila gambar- gambar, peta-peta dll dapat menjadi bahan ilustratif, yang membantu pemahaman kita tentang sesuatu hal.
h. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam membuat paper, pertama yang perlu mendapat perhatian ialah rumusan topic paper itu. Dari rumusan paper itu kita akan dapat menentukan materi yang relevan. Kemudian kita perlu mengumpulkan materi yang akan ditulis kedalam paper dengan mencatatkan pada buku notes/ kartu-kartu catatan.
i. Mengingat
Mengingat dengan maksut agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan dan kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas- aktivitas belajar lainya.
j. Berfikir
Berfikir adalah termasuk aktifitas belajar. Dengan berfikir,orang memperoleh penemuan baru,setidak - tidaknya orang menjadi tau tentang hubungan antar sesuatu.
k. Latihan atau praktek latihan atau praktek termasuk aktifitas belajar.
Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek pada dirinya. Orang yang berlatih sesuatu tentunya menggunakan set tertentu sehingga setiap gerakan terarah pada suatu tujuan. Dalam berlatih
terjadi interaksi yang interaktif antar subjek dan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih, segenap tindakan subjek terjadi secara integrative dan terarah kepada suatu tujuan. Hasil latihan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek serta merubah lingkungannya.
4. Kondisi efektif dalam proses pembelajaran
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap. ( Prayitno, 2009 : 27 )
Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini ( Ngalim Purwanto, 1996 : 35 ) :
a. Melibakan Sisiwa Secara Aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain :
b. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen dsb.
c. Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab, dsb.
d. Aktivitasme mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pengarahan guru dsb.
e. Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.
f. Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis dsb.
aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan siswa ( Djiwandono, 2002 : 19 )
a. Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar.
b. Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c. Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.
d. Menarik Minat Dan Perhatian Siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.
e. Membangkitkan Motivasi Siswa
Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar.
f. Memberikan Pelayanan Individu Siswa
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat dan atau melalui lembagalembaga pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual. Dalam sistem pembelajaran tuntas, pelayanan individu merupakan kegiatan yang mesti dilakukan. Setiap sub materi pelajaran yang disajikan harus dapat dimengerti oleh semua siswa, tanpa terkecuali. Oleh karena itu dalam pembelajaran tuntas, materi pelajaran tidak boleh diteruskan sebelum materi yang sedang diajarkan dapat diserap oleh seluruh siswa.
g. Menyiapkan Dan Menggunakan Berbagai Media Dalam Pembelajaran Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab, pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan membosankan. Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa merasa senang dan gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya.
B. Akhlak Sosial 1. Pengertian
a. Akhlak
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabiat, adat ( diambil dari kata dasar khuluqun ), kemudian kejadian, buatan, ciptaan ( diambil dari kata dasar khalqun ). Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para ulama telah banyak mendefinisikan, diantaranya
Ibnu Maskawih dalam bukunya tahdzib al – akhlaq, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.
Menurut Al – Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumudiin menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan – perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Akhlak adalah perilaku sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap dan perbuatan. Bentuknya yang kongrit adalah hormat dan santun kepada orang tua, guru dan sesama manusia, suka bekerja keras, peduli dan mau membantu orang lemah/mendapat kesulitan, suka belajar, tidak suka membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna, menjauhi dan tidak mau melakukan kerusakan, merugikan orang, mencuri, menipu atau berbohong. Terpercaya, jujur, pemaaf dan berani. Tidak mau minum minuman keras, mengharamkan obat terlarang dan menjauhi perilaku seks menyimpang, apalagi melakukan hubungan seks dengan bukan isterinya, bercita-cita luhur untuk memajukan bangsa dan mengatasi masalah kemanusiaan. (Husni, 2001:39).
Dalam kerangka yang lebih luas, berakhlak berarti ”hidup untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. Artinya, hidup berguna bukan hanya untuk islam, tetapi untuk seluruh umat manusia dan alam sekitarnya. Bersikap santun dan tidak merusak nilai-nilai kemanusiaan, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, dan air sebagai ciri manusia yang berakhlak luhur. (Husni, 2001:40).
Akhlak yang baik nan mulia merupakan dambaan setiap orang, jika kita memiliki akhlak yang baik maka kita akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itulah, kita tidak perlu lagi meragukan akan keagungan dan kemuliaan akhlak nabi Muhammad SAW.
Seperti dalam surat al – ahzab ayat 21 yang berbunyi :
اًريِثَك َهَّللا َرَكَذَو َرِخَْلْا َمْوَ يْلاَو َهَّللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِهَّللا ِلوُسَر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. ( Qs. Al – Ahzab : 21 ). ( Tafsir Al – qur’an )
Isi kandungan surat Al – Ahzab ayat 21 :
Dengan budi pekerti yang dimiliki Rasulullah SAW diharapkan semua umat manusia bisa mencontohnya sehingga terciptalah kehidupan umat manusia yang aman dan damai, karena pada hakikatnya nabi Muhammad SAW di utus sebagai rahmat bagi seluruh alam. (Tafsir Ibnu Katsir)
Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat di kategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main – main, berpura – pura atau karena bersandiwara.
Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pembahasan, tujuan, rujukan, aliran dan para tokoh yang mengembangkannya. Kesemua aspek yang terkandung dalam akhlak kemudian membentuk satu kesatuan yang
saling berhubungan dan membentuk suatu ilmu. ( Muhammad Alim, 2011 : 152 ).
Akhlak menurut Al – Ghazali ialah al – khuluq ( jamaknya al – akhlaq ) ialah ibarat ( sifat atau keadaan ) dari perilaku yang konstan ( tetap ) dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh perbuatan – perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
Dari pengertian diatas, jelaslah bahwa hakikat akhlak menurut Al – Ghazali harus mencakup dua syarat :
a). Perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali kontinu dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan ( habit forming ), misalnya seseorang yang memberikan sumbangan harta hanya sekali – kali karena dorongan keinginan sekonyong – konyong saja, maka orang itu tidak dapat dikatakan sebagai pemurah selama sifat demikian itu belum tetap dan meresap dalam jiwa.
b). Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksif dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan – tekanan, paksaan – paksaan dari orang lain atau pengaruh – pengaruh dan bujukan – bujukan yang indah dan sebagainya, misalnya orang yang memberikan harta benda karena tekanan moril dan pertimbangan, maka belum juga termasuk kelompok orang yang bersifat pemurah. Pemurah sebagai sifat dan sikap yang melekat dalam pribadi yang didapat karena didikan atau memang naluri.
Al – Ghazali mengemukakan norma – norma kebaikan dan keburukan akhlak di tinjau dari pandangan akal dan pikiran dan syariat agama islam, akhlak yang sesuai dengan akal pikiran dan syariat di namakan akhlak mulia dan baik, sebaliknya akhlak yang tidak sesuai ( bertentangan ) dengan akal pikiran dan syariat di namakan akhlak sesat dan buruk, hanya menyesatkan manusia belaka.
Al – Ghazali mengibaratkan akhlak yang baik itu dengan keindahan bentuk lahir manusia, yaitu kesempurnaan bentuk lahir bukan hanya dengan indahnya dua bola mata, tetapi dengan adanya hidung, mulut dan pipi atau bahkan seluruhnya harus baik sehingga menjadi sempurna dan keindahan lahir itu secara mutlak.
Seperti dalam surat Al – Balad ayat 12 – 16 tentang akhlak yang baik yang berbunyi :
ُةَبَقَعْلا اَم َكاَرْدَأ اَمَو ٍةَبَ قَر ُّكَف ()
ٍةَبَغْسَم يِذ ٍمْوَ ي يِف ٌماَعْطِإ ْوَأ () ٍةَبَرْقَم اَذ اًميِتَي ()
اًنيِكْسِم ْوَأ ()
ٍةَبَرْ تَم اَذ
()
Artinya :
“Dan tahukah engkau apa jalan yang mendaki itu?”, melepaskan perbudakan atau memberi makan pada hari kelaparan tehadap anak yatim yang sekerabat, atau orang miskin yang kepayahan.” ( Qs. Al – Balad : 12 – 16 ).( tafsir Ibnu Katsir )
Isi kandungan surat al – balad ayat 12 – 6 :
Maksud dari ayat tersebut menjelaskan bahwa jalan mendaki adalah jalan yang merajuk pada perbuatan yang baik atau terpuji, atau di jalan yang baik dijalan Allah SWT. Perbuatan konsep mendaki dalam ayat ini membebaskan perbudakan ( hamba sahaya ), memberi makan pada hari kelaparan (seseorang atau suatu kaum tengah kekurangan dalam segi pangan dalam waktu yang singkat atau panjang ), terhadap anak yatim yang sekerabat ( mengasuh/memelihara anak yatim dan tidak menghardiknya, serta merawat mereka dengan penuh keikhlasan di dasari pada ridha illahi. ( tafsir al-qur’an )
Adapun akhlak yang buruk ada dalam surat Al – Baqarah ayat 188 :
ِمْثِْلْاِب ِساَّنلا ِلاَوْمَأ ْنِم اًقيِرَف اوُلُكْأَتِل ِماَّكُحْلا ىَلِإ اَهِب اوُلْدُتَو ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت َلََو َنوُمَلْعَ ت ْمُتْ نَأَو
Artinya :
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui”.( Qs. Al – Baqarah : 188 ).( tafsir ibnu katsir )
Isi kandungan surat Al – Baqarah ayat 188 :
Ayat ini menunjukan putusan seorang hakim tidak mengubah hakikat hukum syari’at, yakni tidak dapat mengubah yang haram menjadi halal atau sebaliknya, meskipun pada lahirnya dapat berlaku, jika keputusan itu tepat maka itulah yang benar. Jika tidak maka bagi hakim tetap mendapat pahala ijtihad sedangkan dosanya di tanggung oleh penipunya. ( terjemah singkat Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 hlm. 167-168 ).
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi bahwa yang disebut akhlak
“Adatul Iradah”, atau kehendak yang di biasakan, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang – ulang sehingga mudah melakukannya.
Masing – masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar, dan kekuatan yang besar inilah dinamakan akhlak. Menurut Dr. M. Abdullah Dirroz mengatakan bahwa akhlak ialah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa
kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat ( dalam hal akhlak yang jahat ).(A. Mustofa, 2007 : 13).
Menurut Abdullah Dirroz, perbuatan – perbuatan manusia dapat di anggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu :
a). Perbuatan – perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan.
b). Perbuatan – perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi – emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanan – tekanan yang datang dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan kekuatan, atau bujukan dengan harapan – harapan yang indah – indah dan lain sebagainya.
Teori akhlak dari Ibnu Maskawih berkaitan dengan teori evolusi darinya pula. Secara kejiwaan manusia dapat berevolusi, manusia terus berkembang dan kecerdasannya selalu meningkat. Akibatnya manusia akan sampai kepada tingkatan bijaksana dan akan mampu memikirkan segala persoalan hidupnya dengan baik sesuai dengan tuntunan agama, norma sosial dan asusila. ( Sudarsono, 1991 : 61 ).
Dalam berbagai literatur islam, akhlak diartikan sebagai pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, tujuan perbuatan, serta pedoman yang harus diikuti ( Amin, 1975 : 3 ) kemudian akhlak diartikan sebagai pengetahuan yang menyelidiki perjalanan hidup manusia sebagai parameter perbuatan, perkataan, dan ihwal kehidupannya, akhlak juga merupakan sifat permanen dalam diri seseorang yang melahirkan perbuatan secara mudah tanpa membutuhkan proses berfikir ( Al – Ghazali : 52 ) dan akhlak merupakan sekumpulan nilai yang menjadi pedoman berperilaku dan berbuat.
Akhlak memiliki wilayah garapan yang berhubungan dengan perilaku manusia dari sisi baik dan buruk sebagaimana halnya etika dan moral. Akhlak merupakan seperangkat nilai keagamaan yang harus di realisasikan dalam kehidupan sehari – hari dan merupakan keharusan, siap pakai, dan bersumber dari wahyu illahi. ( Rois Mahfud, 2011 : 96 ).
Pembentukan akhlak dapat di artikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh- sungguh konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya.
Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat (Abuddin, 2006:157 dalam Risa Ermayanti, 2008:2).
b. Sosial.
Kata “socius” dibentuk dari kata “sosial” yang di artikan sebagai
“serba berjiwa kawan”, “serba terbuka” untuk orang lain untuk memberi dan menerima, untuk umum. Kebalikan dari sosial adalah individual yaitu serba tertutup. ( Bagja Waluya, 2007 : 4 ).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sosial merupakan sikap keterbukaan kepada orang lain, berjiwa kawan untuk memberi dan menerima, sedangkan individual merupakan sikap serba tertutup pada orang lain, lebih suka memendam di dalam hati dan hidup menyendiri tanpa keramaian orang lain.
Sosial adalah prosess membimbing individu kedalam dunia sosial, sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus di miliki dan diikutinya agar ia menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Sosialisasi dapat di anggap sama dengan pendidikan. ( Damsar, 2011 : 126 )
Menurut kamus popular ilmu pengetahuan, sosial dapat di artikan bentuk santunan kemasyarakatan, suka bergaul. Dalam buku ilmu sosial budaya dasar, sosial adalah masyarakat 9 Lies Sudityo, 2013 : 7 ).
Sosialisasi adalah soal belajar dalam proses sosialisasi individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola – pola kebudayaan lainnya, juga
keterampilan – keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian, cara makan dan sebagainya.
Dari definisi di atas menjelaskan bahwa sosial adalah proses individu bersosialisasi dengan anggota masyarakat maupun lingkungan sekitar, proses sosiaalisasi ini sama halnya dengan pendidikan karena individu belajar mengenai tingkah laku, kebiasaan serta pola – pola kebudayaan lainnya, serta keterampilan – keterampilan sosial contohnya berbahasa, bergal, berpakaian, cara makan dan yang lainnya.
a). Manusia sebagai makhluk sosial
Selama manusia hidup, ia tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain melalui perilaku manusia tersebut selalu terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respons positif dari orang lain ( pujian ). Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga dikarenkan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan ( interaksi ) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial ( social need ) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing – masing. Misalnya, orang kaya cenderung berteman lagi dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis, cenderung untuk mencari teman sesama artis lagi.
Dengan demikian akan terbentuk kelompok – kelompok sosial dalam masyarakat yang di sadari oleh kesamaan ciri atau kepentingan. ( Elly M.
Setiadi, Kama A. Hakam dkk, 2012 : 62)
Dari definisi di atas manusia dikatakan juga sebagai makhluk sosial, karena manusia tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup ditengah – tengah manusia. Ketika bayi lahir, ia memerlukan pertolongan manusia lain. Berbeda dengan hewan, jerpah misalnya, ketika binatang ini lahir hanya dalam hitungan menit ia sudah bisa beridiri tegak dan berjalan mengikuti induknya.
Manusia berbeda dengan hewan. Hewan untuk mempertahankankan hidupnya ia dibekali dengan akal. Insting yang dimiliki manusia sangat terbatas, ketika bayi lahir, ia hanya memiliki insting menangis. Ketika bayi lapar, maka ia menangis, kedinginan ia pun menangis, dan pipis ia pun menangis. Manusia memiliki potensi akal untuk mempertahankan hidupnya.
Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah – tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.( Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dkk, 2012 : 68 )
Dalam sosialisasi primer tidak ada masalah identifikasi orang – orang yang berpengaruh tidak dapat dipilih. Masyarakat menyediakan sekelompok orang – orang berpengaruh tertentu. Si anak tidak punya pilihan lain dalam menentukan pengaruh – pengaruhnya maka pengidentifikasian dirinya dengan mereka berlangsung secara kuasi-otomatis. Oleh karena itulah dunia yang di internalisasikan dalam sosialisasi primer jauh lebih kuat tertanam dalam kesadaran sosialisasi sekunder.
c. Akhlak sosial
Akhlak diartikan Mahmud Yunus ( 1990 : 120 ) sebagai perangai.
Sementara Jamil Shaliba seperti yang dikutip Moh. Ardani memberi pengertian akhlak yang berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Kata akhlak merupakan bentuk jama dari khilqun dan khuluqun yang mempunyai pengertian perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.
Akhlak sosial adalah tingkah laku seorang individu yang berhubungan dengan individu lain. Akhlak sosial juga dapat dikatakan sebagai interaksi sosial. Menurut Young, interaksi adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan sosial. ( Zainal, 2003 : 107 ). Akhlak sosial adalah suatu perilku atau suatu perangai yang baik dalam pandangan islam, baik akhlak kepada Allah maupun akhlak kepada manusia.
(https://intelpromathic.wordpress.com)
Akhlak identik dengan etika yakni etika atau ethos dapat berarti watak, karakter, sikap, kebiasaan serta kepercayaan yang dianut seseorang. Bentuk kata etika dapat merujuk pada kata akhlak, yaitu kualitas esensial seseorang atau kelompok yang kemudian berkembang menjadi baik atau buruk. ( Burhanuddin Abdullah, 2006 : 115 ).
Dari definisi di atas maka pengertian akhlak sosial identik dengan etika sosial adalah peraturan tingkah laku yang baik dan diamalkan dalam hubungan sosial seorang individu. Ia juga dapat dinyatakan sebagai perbuatan ataupun amalan yang baik pada tempat dan masanya. ( Samsudin Wahab, 2006 : 9 ).
Menurut Prof Dr. H. Muhammad Djakfar dalam bukunya etika bisnis halaman 17 mengatakan bahwa pengertian akhlak, etika dan moral memiliki persamaan yaitu :
a). Akhlak, etika dan moral ketiganya sama – sama mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan tentang perilaku manusia yang seyogyanya harus dijunjung tinggi dalam berbagai aspek kehidupan di antaranya dalam aktivitas bisnis.
b.) Sama – sama mempunyai sangsi moral kepada siapapun yang melanggarnya. Sebaliknya akan mendapat pujian secara moralitas kepada siapapun yang melakukannya.
c). Sangsi maupun pujian yang di kenakan tidak tertulis secara eksplisit sebagaimana yang tertuang dalam peraturan perundangan yang berlaku ( hukum positif ) di kalangan komunitas bangsa.
d). Sebagai ajaran yang menekankan pada nilai – nilai kebaikan, dengan sendirinya ketiga – tiganya sama – sama menjungjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan secara universal.
Persamaan akhlak dengan etika ialah keduanya mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik, keduanya merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaan. Sebaliknya, semakin rendah kualitas akhlak dan etika seseorang atau kelompok maka semakin rendah pula kualitas kemanusiannya, kemudian seseorang atau sekelompok orang tidak semata – mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis, konstan, tetapi merupakan potensi positif yang di miliki setiap orang.( Alwan Khoiri, dkk, 2005 : 4 )
Etika dalam bahasa Arab disebut “adab” arti adab ini berkembang seiring dengan evolusi cultural bangsa Arab dan tidak pernah memiliki arti yang baku. Pemaknaannya yang paling awal, disebutkan adab adalah mengimplementasikan suatu kebiasaan, suatu norma, tingkah laku praktis yang dipandang terpuji dan diwariskan dari generasi kegenerasi. ( Hasan Asari, 2008 : 1 )
Etika adalah suatu aturan yang di berlakukan dengan tujuan untuk menertibkan hubungan dengan orang lain agar bisa terjalin komunikasi yang baik dan akrab. Jadi etika sosial adalah peraturan yang dianut oleh suatu tatanan sosial yang merupakan hasil kreasi manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk menjaga hubungan suatu masyarakat yang baik dan harmonis.
Etika sosial membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubugannya dengan orang lain. Misalnya baik/buruk dalam keluarga, masyarakat, Negara. ( Sunoto, 1982 : 5-6 )
Dr. H. Hamzah Ya’qub menyimpulkan atau merumuskan etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Jika dilihat dari kamus besar bahasa Indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti :
a). Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan dan masyarakat
b). Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c). Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral ( akhlak).
Dari segi perbedaan akhlak dengan etika yaitu dalam etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam akhlak menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya. akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban.
Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam meta etika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.
(Rahmat Djanika, 1992:27 ).
Baik buruk akhlak di dasarkan pada sumber nilai, dalam hal ini aklak identik dengan filsafat tingkah laku, hanya saja sumber nilai akhlak di dasarkan pada al-qur’an dan hadist nabi. Disinilah letak perbedaan antara etika dengan akhlak, pertimbangan baik buruk dalam akhlak di dasarkan pada wahyu, sementara etika di dasarkan pada rasio, dan moral di dasarkan pada kesepakatan bersama yang bersifat lokal. ( Ibrahim, 1974 : 124 )
Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari al-qur’an dan as-sunnah, nilai – nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal, bersumber dari ajaran Allah. Semenrata itu etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai – nilai dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap Tuhan dan sesama manusia, sedangkan etika hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlak sifatnya teosentris, meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan makhluk – makhluk lain namun tujuan utamanya karena Allah SWT. Tetapi istilah etika semata – mata sasaran dan tujuannya untuk manusia saja. ( https://ismailmg677.wordpress.com )
Kata akhlak atau khuliq keduanya di jumpai penggunaannya baik dalam al – qur’an maupun dalam al – hadist di antaranya dalam surat Al – Kalam ayat 4 :
ٍميِ َ ٍ ُلُخ ىلَعَل َكَّنِإَو
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar – benar berbudi pekerti yang agung. ( QS. Al – Kalam : 4 ). ( http://tafsirq.com/68-al-qalam/ayat-4 )
Akhlak berarti tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang – ulang sehingga menjadi biasa dan menjadi sifat yang menghasilkan langkah dan perilaku yang terjadi tanpa pemikiran dan pertimbangan. Semua terjadi begitu spontan dan tidak di buat – buat. Perkataan akhlak sering di sebut kesusilaan, sopan santun, dalam bahasa indonesia, moral, ethnic dalam bahasa inggris dan ethos, ethios dalam bahasa Yunani. Kata – kata tersebut megandung segi – segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun yang berarti diciptakan.
Dari berbagai definisi di atas maka yang dinamakan akhlak sosial adalah sikap dan perilaku yang ditunjukkan seseorang siswa dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya sesuai dengan norma yang berlaku.
Dalam islam jelas sekali sabda nabi yang menyebutkan bahwa sesungguhnya beliau diutus didunia ini hanya untuk menyempurnakan akhlak.
Dan dalam dimensi kehidupan terdapat akhlak individu dan akhlak sosial.
Begitu juga pada sektor kehidupan manusia yaitu akhlak dalam berpolitik, sosial, ekonomi dan budaya. ( Nanat Fatah Natsir, 2012 : 230 ).
a). Faktor – faktor yang mempengaruhi akhlak sosial siswa
Menurut Berry Hardisakha faktor yang mempengaruhi akhlak adalah faktor yang penting dalam membentuk dan menentukan baik buruknya tingkah lakunya seseorang dalam kehidupan sehari – hari. Dalam hal ini ada bebrapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak terutama akhlak sosial yaitu :
i. Insting ( naluri )
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia di motivasi oleh kehendak yang dimotori oleh insting seseorang ( dalam nahasa Arab gharizah ). Menurut Ahmad Amin Gharizah adalah suatu pembawaan yang menyebabkan seseorang itu dapat berbuat apa yang di
kehendakinya tanpa lebih dahulu melakukan apa yang akan diperbuatnya untuk mengerjakan perbuatan, insting merupakan tabi’at yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku seperti naluri keibuan, naluri bertuhan dan naluri makan.
ii. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang – ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat perbuatan manusia apabila dikerjakan secara berulang – ulang sehingga mudah dilakukannya itu di namakan adat kebiasaan.
iii. Keturunan
Wirotsah adalah berpindahnya sifat – sifat tertentu dari pokok ( orang tua ) kepada cabang ( anak keturunan ). Sifat – sifat asasi anak merupakan pantulan sifat – sifat asasi orang tuanya. Kadang – kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu orang tuanya.
iv. Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya akhlak orang tua di rumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru – guru disekolah. Setiap perilaku manusia di dasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan ( Berry Hardisakha, 2014 : 1-5 ).
b). Ciri – ciri akhlak
Akhlak merupakan salah satu aspek penting dalam islam memiliki ciri – ciri penting sebagai berikut :
i. Mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
ii. Menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang yang di dasarkan kepada Al – qur’an dan Al – hadist yang shahih iii. Bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan di jadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan di manapun mereka berada, serta dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
c). Akhlak terhadap makhluk ( sesama manusia )
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, manusia perlu berinteraksi dengan sesamanya dengan akhlak yang baik. Diantara akhlak terhadap sesama di antaranya. ( Rois Mahfud, 2011 : 100 ):
i. Akhlak terhadap Rasulullah SAW, mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya. Menjadikannya sebagai panutan, suri tauladan dalam hidup dan kehidupan. Menjalankan apa yang disuruhnya dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
ii. Akhlak terhadap kedua orang tua. Mencintai mereka melebihi cintanya kepada kerabat lainnya. Menyayangi mereka dengan kasih sayang yang tulus. Berbicara secara ramah, dengan kata – kata yang lemah lembut. Mendoakan mereka untuk keselamatan dan ampunan kendatipun mereka telah meninggal dunia.
iii. Akhlak terhadap diri sendiri. Memelihara kesucian diri sendiri, menutup aurat, adil, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sehat, pemaaf, rendah hati, dan menjauhi sifat dengki serta dendam.
iv. Akhlak terhadap keluarga, karib dan kerabat. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang, mencintai dan membenci karena Allah SWT.
v. Akhlak terhadap tetangga. Saling mengunjungi, membantu saat senang maupun susah, dan hormat menghormati.
vi. Akhlak terhadap masyarakat. Memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku, menaati peraturan – peraturan yang telah diambil, bermusyawarah dalam segala urusan untuk kepentingan bersama.
vii.Akhlak terhadap lingkungan hidup. Memlihara kelestarian lingkungan,memelihara dan menjaga alam terutama hewani, nabati, fauna dan flora, yang kesemuanya diciptakan Allah SWT untuk kepentingan manusia dan makhluk – makhluk lainnya.
d). Indikator akhlak sosial siswa
Pendidikan Agama Islam berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, akhlak dalam pengertian islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang di anggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama.
Sehingga nilai – nilai akhlak adalah keutamaan yang diajarkan oleh agama, salah satunya akhlak sosial dilingkungan masyarakat dan sekolah.
Adapun indikator akhlak sosial terdiri dari : i. Bicara sopan
Setiap muslim ( umat islam ) dan semua orang diperintahkan untuk selalu berbahasa dengan bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang mudah di mengerti oleh lawan bicara sesuai dengan tingkat usia, masyarakat dan tingkat kedudukannya. Didalam islam ada peribahasa yang menyatakan bahwa bahasa menunjukan taqwa.
Umat islam didalam pergaulan hidup masyarakat dapat berbahasa dengan sopan dan menarik sesuai dengan bakat, latihan dan kemampuan. ( Ahmad Tafsir, 2009 : 76
ii. Jujur
Al – ghazali berpendapat jujur atau benar ialah memberitahukan sesuatu dengan sebenarnya. Lawannya ialah dusta yaitu memberitakan sesuatu berlainan dengan sebenarnya walaupun dengan tidak di sengaja. ( Muhammad Al – Ghazali, 1993 : 74)
Oleh karena itu manusia di tuntut berpegang kepada kejujuran dengan memperhatikan prinsip kebenaran pada setiap problem yang dihadapinya dan dilaksanakan di atas hukum yang benar. Dan yang demikian merupakan tiang yang kokoh menurut akhlak islam.
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, definisi jujur sederhananya adalah murni, apa adanya artinya berperilaku tidak di buat – buat, berkata jujur apa adanya berarti mengatakan sesuatu tidak berlebih – lebihan juga tidak dikurangi. ( Ahmad Tafsir : 76 )
Jujur lawannya dusta, jujur merupakan akhlak terpuji yang juga paling penting serta memerlukan kesungguhan menegakannya. Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan jujur dan menyuruh manusia membangun hidup mereka diatas kejujuran. Jatuhnya manusia adalah hilangnya sifat jujur, larut dalam dusta serta prasangka yang menjauhkan mereka dari jalan lurus yaitu jalan kebenaran, karena itu berpegang teguh kepada kejujuran dalam setiap perkataan dan perbuatan merupakan jantung akhlak seorang muslim dan simbol keteguhan budi pekertinya secara lahir batin.
iii. Kasih sayang
Kasih sayang adalah sifat pembina kelestarian alam, sedangkan sifat kejam adalah perusak lingkungan alam.
Menurut ilmu jiwa, kasih sayang lebih tinggi dari pada yang disayangi.
Oleh sebab itu ajaran kasih sayang yang timbul dari keluhuran budi. Bagi umat islam sifat yang demikian ini dipupuk, didorong semangatnya
dengan harapan – harapan yang cukup menguatkan mental. ( Abdullah Masrur : 76 )
Al – ghazali berpendapat kasih sayang adalah perasaan halus dan belas kasihan di dalam hati yang membawa kepada berbuat amalan utama, memberi maaf dan berlaku baik. ( Al – Ghazali : 422 )
Islam tidak menentukan bahwa untuk bersikap dan berbuat kasih sayang itu hanya kepada golongan manusia saja, atau kepada kaum muslimin saja, melainkan kasih sayang itu harus diberikan kepada semua makhluk, baik manusia maupun binatang. Kasih sayang itu merupakan sifat Allah dan salah satu asmaul husnaNya kasih sayang meliputi segala sesuatu setiap kali sinar ilmuNya memancar, memancar pula kasih sayangNya yang melimpah. Kasih sayang adalah kelembutan hati pendamping di waktu suka duka. Kasih sayang dapat timbul dalam bentuk memaafkan orang bersalah, membantu orang yang tertindas, memberi makan yang lapar, mengobati yang sakit dan menengok yang susah. Semua itu merupakan wujud kasih sayang. ( Ahmad Tafsir : 77 ) iv. Menepati janji
Janji harus ditepati, sumpah harus diindahkan, selama janji atau sumpahnya mengenai kebenaran atau kebaikan. Tapi jika dalam urusan maksiat dan dosa, janji dan sumpahnya tidak sah. ( Al – Ghazali : 116 ).
Menepati janji artinya melaksanakan secara tepat sesuatu yang telah direncanakan, jika seorang muslim sudah memutuskan suatu kesepakatan, ia wajib memenuhinya.
Janji dalam kebajikan wajib dipenuhi sebagaimana wajibnya menunaikan sumpah. Tak ada janji dalam maksiat, siapa yang bersumpah kemudian ia melihat ada cara lain yang lebih baik dari sumpah itu, maka hendaklah ia kifarat karena sumpahnya dan lakukanlah yang lebih baik itu. Mematuhi perintah agama termasuk kategori memenuhi janji, dengan demikian tak ada janji kecuali dalam kebajikan. ( Ahmad Tafsir. Loc.cit )
v. Pemaaf
Orang islam itu hatinya sangat mulia, berlapang dada, bersikap pemaaf terhadap kawan maupun lawan. Sebenarnya pemaaf adalah tingkat budi manusia yang tinngi, manakala bisa memaafkan orang – orang kalah dan salah padanya. Kebanyakan orang memiliki sifat orang yang jahat dibalas dengan kejahatan. Namun memaafkan itu lebih berpahala jika ia kuat menahan amarah. Seperti firman Allah SWT :
َنيِمِلاَّ لا ُّ ِحُي َلَ ُهَّنِإ ِهَّللا ىَلَ ُ ُرْجَأَف َ َلْ َأَو اَ َ ْنَمَف اَهُلْ ثِم ٌةَ يِّيَس ٍةَ يِّيَس ُااَ َجَو
Artinya : Balasan perbuatan jahat adalah kejahatan yang seimbang dengannya. Barang siapa yang memaafkan dan berlaku damai, pahalanya ada ditangan Allah. ( QS. Asy – Syura : 40 ). ( Masrur : 86 op.cit )
Isi kandungan surat asy – syuara ayat 40 :
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa balasan atas suatu kejahatan yang diperbuat seseorang hendaklah dengan yang seimbang dengan kejahatan yang telah dilakukannya itu. Tidak di benarkan oleh agama memberi balasan atas suatu kejahatan melebihi kejahatan yang diperbuat, atau melampaui batas.
Allah mengajarkan agar menjadi manusia pemaaf, orang – orang dermawan di waktu mudah dan sulit adalah orang – orang yang berbuat kebajikan, begitu pula orang – orang dermawan dengan maaf termasuk kebajikan. ( Ahmad Tafsir : 78 ).
2. Unsur – unsur akhlak
Akhlak memiliki tiga unsur pokok :
a. Perbuatan sifat/keadaan jiwa seseorang.
Pembicaraan akhlak pada pokoknya berbicara keadaan atau gejala – gejala jiwa seseorang yang menimbulkan suatu perbuatan. Perbuatan – perbuatan orang yang sehat akalnya akan muncul dari kehendak jiwa atau hatinya.
b. Perbuatan yang muncul bukan paksaan, tetapi dengan mudah dilakukan tanpa pertimbangan akal. Akan tetapi ada kalanya, bahkan tidak jarang perlu pemaksaan pada tahap awal sebagai suatu bentuk penagajaran, dengan pengajaran itulah akhlak bisa berubah.
c. Perbuatan yang dilakukan itu menjadi kebiasaan sehari – hari
Perbuatan yang dilakukan sehari – hari dengan spontanitas menanggapi berbagai permasalahan itulah gambaran yang muncul sebagai bentuk akhlak yang baik atau yang buruk.
3. Konsep akhlak sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, ada emapt konsep kehidupan sosial manusia tidak dapat lepas dari padanya ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007 : 262) :
a. Kerjasama.
Ini berarti individu sudah menjalin kerjasama untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan, kerjasama tidak akan membuahkan hasil nyata kecuali dari dorongan akhlak mulia.
b. Solidariras
Solidaritas adalah hubungan timbal balik antar unit – unit masyarakat, waktu dan kesempatan. Solidaritas sosial merupakan cerminan dari kematangan manusia. Alquranul karim menyatakan bahwa solidaritas artinya saling ketergantungan yang merupakan prinsip pada semua ciptaan Allah SWT seperti matahari, bulan dan bumi, manusia, hewan, tumbuhan dan benda mati sekalipun berada dalam saling membutuhkan.
c. Tolong menolong
Islam mewajibkan pemeluknya untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan, sebaliknya menghalangi dalam hal kebatilan, Rasulullah SAW bersabda “tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi”.
d. Loyalitas
Loyalitas terhadap sesama muslim adalah menjadikan mereka sebagai teman dekat dan saling mencintai karena Allah SWT.
4. Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Akhlak Sosial a. Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Materi Pendidikan Agama
Islam
Zuhairini ( 1981 ) menegaskan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha berupa bimbingan kearah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam, sehingga terjalin kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
Dilihat dari keberadaannya dalam kurikulum pendidikan nasioanal, pendidikan agama islam ( PAI ) merupakan salah satu dari tiga mata pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang sangat penting pada setiap individu dan warga negara. Melalui pendidikan agama diharapkan mampu terwujud individu – individu yang berkepribadian utuh sejalan dengan pandangan hidup bangsa. ( Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, 2013 : 6 )
Untuk itu, pendidikan agama islam memiliki tugas yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak peserta didik pada satu bentuk, tetapi berupaya untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada pada diri mereka seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar perkembangan potensi tersebut berjalan sesuai dengan nilai – nilai ajaran islam.
Dengan demikian, mengingat berat dan besarnya peran pendidikan agama islam, sekolah SMP Negeri 2 Losari maka perlu diformulasikan sedemikian rupa, baik yang menyangkut sarana insani maupun non insani secara komprehensif dan integral. Formulasi yang demikian bisa dilakukan melalui sistem pengajaran agama islam yang baik dengan didukung oleh sumber daya manusia ( guru ) yang berkualitas, metode pengajaran yang tepat, dan sarana prasarana yang memadai agar siswa mampu meningkatkan pemahaman materi yang disampaikan oleh guru.
Guru SMP Negeri 2 Losari selalu berupaya memberikan pengajaran yang maksimal kepada siswa, agar materi yang disampaikan guru mudah di fahami oleh siswa, khususnya guru PAI yang selalu memberikan nasihat, arahan dan bimbingan kepada siswa siswinya, agar menjadi penerus generasi yang lebih baik dan berguna bagi nusa dan bangsa. Pada pembelajaran PAI, guru PAI menyampaikan materi sejelas mungkin agar siswa mudah memahaminya, guru PAI SMP Negeri 2 Losari menggunakan berbagai cara agar siswa dapat meningkatkan pemahaman dalam materi PAI, selain itu guru PAI berupaya memberikan pengajaran khusus baca, tulis al – qur’an ( BTQ ), karena hampir setengah siswa SMP Negeri 2 Losari belum bisa membaca al – qur’an dengan baik dan benar.
b. Meningkatkan Akhlak Sosial Siswa Yang Positif
Akhlak merupakan fungsionalisasi agama. Artinya, keberagamaan menjadi tidak berarti bila tidak dibuktikan dengan berakhlak. Orang mungkin banyak shalat, puasa, membaca Al-Qur’an dan berdo’a, tetapi bila perilakunya tidak berakhlak, seperti merugikan orang, tidak jujur, korupsi dan lain-lain pekerjaan tercela, maka keberagamaannya menjadi tidak benar dan sia-sia. (Husni, 2001:39).
Akhlak di perlukan untuk pengembangan kualitas diri dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya. Peningkatan kualitas manusia
memerlukan persiapan generasi muda atau remaja yang notabene mempunyai andil besar untuk menghadapi perkembangan zaman. Dan tidak bisa dipungkiri remaja yang hidup di era globalisasi akan bersenggolan dengan wilayah kebocoran etika, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk hidup secara rigid dan puritan dalam memegangi ajaran agamanya, sebagaimana suasana hubungan yang bercorak sufistik, lantaran kondisi sosial budaya sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan etika kebocoran etika itu dapat ditutup rapat sehingga tidak bocor (Muhaimin, 2002:122).
Sebagai akibat dari bocornya etika yaitu kasus-kasus kenakalan remaja seperti perkelahian/tawuran antar pelajar, premanisme, konsumsi narkoba, minum-minuman keras, pencurian dan tindakan kriminal lainnya. Dan bisa dikatakan bahwa itu semua merupakan kurang tercapainya dalam tujuan pendidikan dalam pembentukan akhlak.
Akhlak sosial siswa SMP Negeri 2 Losari Kecamatan Losari Kabupaten Brebes sebagian besar siswa memiliki akhlak sosial yang rendah, ada beberapa faktor yang menyebabkan akhlak sosial siswa SMP Negeri 2 Losari rendah, yaitu salah satunya faktor internal yang ada didalam diri anak tersebut, dia pemalu dan sulit bersosialisasi dengan teman – teman yang lainnya, jika dia bersosialisasi dengan teman lainnya dia merasa tidak percaya diri, sehingga dia lebih suka menyendiri di rumah di banding bermain bersama dengan temannya di luar, akibatnya rasa keperdulian dengan teman menjadi kurang.
Guru PAI SMP Negeri 2 Losari berupaya meningkatkan akhlak sosial siswa terutama siswa yang pemalu dan tidak percaya diri, guru PAI selalu memberikan motivasi kepada siswa dan mengadakan kegiatan kultum yang disampaikan oleh siswa secara bergantian sebelum pembelajaran PAI di mulai, hal ini dilakukan agar siswa memiliki rasa keberanian yang tinggi dan agar terbiasa berbicara di depan umum, dengan begitu siswa
yang kurang memiliki rasa percaya diri, sifat tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Dengan demikian, urgensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlak sosial positif siswa SMP Negeri 2 Losari adalah pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga, kemudian untuk menanamkan nilai ajaran islam, sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat serta penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai ajaran Islam. ( Abdul Majid dan Dian Andayani : 134-135).
C. Hubungan Antara Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Akhlak Sosial
1. Pendidikan dengan akhlak
Pendidikan agama islam sangat berhubungan dengan akhlak, dalam pendidikan agama islam di dalamnya meliputi aspek pembinaan akhlak dan pembentukan akhlak yang mulia, menurut Ahmad D. Marimba mislanya mengatakan bahwa tujuan dari pendidikan ialah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung keterlibatan dalam kepercayaan dan penyerahan diri kepadaNya dan menjadikan manusia yang berakhlak. Dari tujuan tersebut sudah jelas bahwa pendidikan agama islam sangat berhubungan dengan akhlak karena pendidikan agama islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak, akhlak manusia yang baik dapat dicapai dengan usaha pendidikan dan pembinaan yang sungguh – sungguh, tidak ada manusia yang mencapai keseimbangan yang sempurna kecuali apabila ia mendapatkan pendidikan dan pembinan akhlaknya secara baik.
2. Pendidikan dengan masyarakat
Masyarakat dengan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak dapat di pisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat, pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena didalam pendidikan terdapat unsur masyarakat, seperti guru, peserta didik, dan lain sebagainya, begitu pula sebaliknya tanpa ada pendidikan, masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu pengetahuan.
Di dalam pendidikan agama islam mengajarkan tentang kesopanan, budi pekerti, akhlak yang baik dan lain sebagianya. Jika masyarakat tidak mempelajari pendidikan agama islam maka sampai sekarang masyarakaat tidak akan mengenal apa itu sopan santun, budi pekerti, akhlak yang baik dan lainnya. Melalui pendidikan agama islam, masyarakat mengenal akhlakul karimah, mengenal al – qur’an, belajar lingkungan sekitar. Tanpa adaanya pendidikan agama islam maka masyarakat tidak dapat mengerti dengan yang disebutkan di atas.