SULSELRABAR
REZKY 10573 01619 10
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2014
i
REZKY 10573 01619 10
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2014
ii
(persero) WILAYAH SULSELRABAR
Nama Mahasiswa : REZKY
Nim : 10573 01619 10
Jurusan : AKUNTANSI
Program Studi : EKONOMI DAN BISNIS
Makassar, 11 Agustus 2014
Menyetujui
Pembimbing I
Dr. H. Andi Rustam. SE., MM. Ak
Pembimbing II
Edi jusriadi.SE.,MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dr. H. Mahmud Nuhung, SE.,MA.
Ketua Jurusan Akuntansi
Ismail Badollahi, SE, M.Si. Ak
KTAM: 497 794 NBM: 107 3428
iii
Makassar Nomor: SK No. 113 Tahun 1435 / 2014 dan telah dipertahankan di depan penguji pada hari Rabu Tanggal 16 Bulan Juli Tahun 2014, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
28 Sya’ban 1435 H Makassar, ………...
27 Juni 2014 M Panitia Ujian
1. Pengawas Umum : DR. H. Irwan Akib, M.Pd ( ………..) (Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar)
2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA ( ………..)
(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM ( ………..) (WD-I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
4. Penguji :
a) Dr. H. Andi Rustam.SE.,MM.,Ak ( …………...)
b) Muttiarni.SE.,M.Si ( ………..)
c) Hj. Naidah.SE.,M.Si ( ………..)
d) Edi Jusriadi.SE.,MM ( ………..)
iv
Dengan segala ketulusan dan kelembutan hati, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tak lupa pula penulis haturkan salam dan sholawat bagi Nabi Muhammad SAW, juga para keluarga beserta para sahabatnya.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademik bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Di mana pada kesempatan ini penulis membuat Tugas Akhir dengan judul “ Analisis Perlakuan Akuntansi Dan Pelaporan Hutang Obligasi Pada PT. PLN (persero) Wilayah Sulsel Makassar”.
Banyak kendala yang penulis hadapi dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, Kepada:
1. Bapak Drs. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
v
3. Bapak Faidhul Adziem, SE., M.Si selaku Penasehat Akademik, yang telah memberikan kelancaran selama proses Perkuliahan.
4. Bapak Ismail Badollahi, SE., M.Si, Ak Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu penulis selama menempuh perkuliahan.
5. Bapak Dr.H. Andi Rustam. SE.,MM.,Ak Selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya membimbing Penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
6. Bapak Edi Jusriadi.SE.,MM . Selaku pembimbing II yang telah banyak menuntun dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Dan Bisnis beserta seluruh staf dan karyawan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu dan pengetahuan sehingga dapat menunjang selesainya penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman akuntansi 2 yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Skripsi ini Saya persembahkan untuk ke dua orang tuaku yang telah berkorban demi tercapainya penyelasian studi ini dan selalu memberikan
vi
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu, penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Dan akhirnya, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Billahi Fii Sabilil Haq…. Fastabiqul Khaerat….
Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.
Makassar, 24 Agustus 2014
Rezky
vii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
MOTTO... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Sistematika Penulisan... 6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi... 8
B. Kewajiban... 12
C. Kewajiban Jangka Pendek Dan Kewajiban Jangka Panjang... 16
D. Obligasi... 20
E. Kerangka Fikir... 43
F. Hipotesis... 45
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 47
B. Metode Pengumpulan Data... 47
C. Jenis Dan Sumber Data... 47
D. Teknis Analisis Data... 48
viii
D. Visi Dan Misi Perusahaan... 52
E. Nilai-nilai Organisasi... 53
F. Bidang Usaha... 53
G. Tujuan Perusahaan... 55
H. Tugas Pokok Perusahaan... 55
I. Struktur Organisasi... 55
J. Deskripsi Jabatan... 57
BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 64
B. Analisis Hasil Penelitian... 67
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 73
B. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dengan (menyebut) nama allah yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
“bacalah,
Dan allah yang paling pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam, Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-Alaq: 1-5)
Tidak ada yang tidak bisa (penulis)
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. H. Andi Rustam.SE.,MM.,Ak dan Bapak Edi Jusriadi.SE.,MM.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perlakuan akuntansi dan pelaporan hutang obligasi yang terjadi pada PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa gambaran dan bagaimana penyajian hutang obligasi yang terjadi pada perusahaan.
Hipotesis yang diajukan yaitu di duga bahwa hutang obligasi akan dilaporkan sebesar nilai nominalnya dan disajikan dalam neraca pada sisi passiva, tepatnya pada hutang jangka panjang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yakni menggambarkan hasil penelitian serta analisisnya di uraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dalam analisis yang telah di lakukan di ambil suatu kesimpulan. Sumber data yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan berupa catatan dan laporan perusahaan baik yang di publikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hutang obligasi ini di laporkan dalam laporan keuangan sesuai dengan nilai wajar yang tertera pada sertifikat hutang tersebut.
Kata kunci: Agio dan Disagio
Rezky. Lahir di kota Makassar, 23 juli 1992, lulus dari SMA Muhammadiyah Makassar pada Tahun 2010 dan melanjutkan studinya pada salah satu Perguruan Tinggi di kota Makassar dengan mengambil Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Makassar sampai meraih gelar Sarjanah Ekonomi (SE) pada tahun 2014.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang terdiri dari bermacam- macam pulau menyebabkan diperlukannya sarana seperti tenaga listrik untuk menunjang aktivitas keseharian masyarakat, tak terkecuali aktivitas perekonomian. Tenaga listrik ini sangat membantu masyarakat dalam berbagai macam aktifitas perekonomian dalam keseharian, termasuk dalam dunia perkantoran. Ketenagalistrikan di indonesia di mulai pada akhir abad ke 19, ketika beberapa perusahaan belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri.
PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR merupakan perusahaan listrik negara yang bergerak di bidang pelayanan terhadap pelanggan. Energi listrik merupakan sumber daya yang sangat di butuhkan keberadaannya terutama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Seperti dunia bisnis lainnya, dilema etika seringkali di temukan.
Beberapa dilema situasi yang serbasulit, konflik berbagai kepentingan pada saat yang sama tersebut sederhana, maka akan mudah di selesaikan. Namun, kebanyakan justru yang bersifat kompleks dan pemecahannya menjadi tidak jelas. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, saat ini gemar
melaksanakan pembangunan. Pembangunan pada berbagai sektor dengan melibatkan semua unsur baik pemerintah, swasta, dan masyrakat. Pemerintah telah membuka keran lebar-lebar bagi semua pihak untuk berperan aktif dalam pembangunan. Kesungguhan pemerintah ini dapat di lihat melalui deregulasi yang telah di keluarkan, seperti deregulasi pasar modal atau deregulasi lain yang akan di keluarkan.
Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan serta menganalisis hasilnya. Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan. Tetapi kegiatan akuntansi tidak berhenti sampai pelaporan, melainkan juga proses penganalisis laporan keuangan. Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam akuntansi kita mengenal dengan adanya kewajiban (hutang), di mana kewajiban (hutang) ini merupakan pengorbanan ekonomi yang harus di lakukan perusahaan di masa yang akan datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk penyerahan uang, aktiva lain, jasa-jasa atau di lakukannya pekerjaan tertentu. Tindakan atau transaksi itu dapat berupa di terimanya uang, barang atau jasa, di akuinya suatu biaya atau kerugian. Kewajiban mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan. Kewajiban biasanya dapat di tentukan jumlahnya atau mudah di taksir dan dinyatakan dalan suatu uang.
Menurut Amir Jusuf Abadi (2010:23) dari segi pembelanjaan, kewajiban merupakan salah satu sumber pembelanjaan untuk memperoleh suatu aktiva perusahaan. Pembelanjaan dalam perusahaan pada hakekatnya dapat berasal dari dua sumber yakni, pemilik dan kreditur. Kewajiban adalah sumber pembelanjaan yang berasal dari kreditur.
Menurut Imam Santoso (2007:19) kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yakni, kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban lancar sering di sebut juga dengan kewajiban jangka pendek karena jangka waktunya hanya satu tahun. Kewajiban lancar yang biasanya terdapat dalam sebuah perusahaan adalah: hutang dagang, wesel bayar, hutang bank, hutang biaya, hutang pajak penghasilan sedangkan kewajiban jangka panjang di lakukan melalui pinjaman jangka panjang pula jika di bandingkan dengan penjualan saham tambahan. Jika benar pinjaman jangka panjang lebih di inginkan dari penjualan saham baru, lalu kepada siapa perusahaan memperoleh pinjaman yang lebih besar.
Skala yang lebih luas, misalnya perusahaan besar seperti PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR, penerapan pengetahuan di bidang akuntansi dalam perusahaan ini makin banyak di lakukan. Pada dasarnya kebutuhan kita akan informasi yang dapat membantu dalam proses menentukan tindakan yang di perlukan. Dalam sebuah perusahaan besar seperti PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR untuk memperoleh dana dalam jumlah yang besar dapat melalui penjualan saham baru, pinjaman jangka panjang maupun mengawinkan ke dua unsur tersebut seperti obligasi.
Obligasi mengandung arti suatu ikatan, obligasi merupakan surat perjanjian pengakuan hutang atas pinjaman yang di lakukan emiten dengan jangka waktu minimal 3 tahun. Obligasi merupakan suatu instrumen utang yang di tawarkan oleh penerbit yang juga di sebut debitur atau peminjam untuk membayar kembali kepada investor sejumlah yang di pinjam di tambah bunga selama tahun yang di tentukan. Obligasi lebih memberikan jaminan pengembalian dan keuntungan di banding investasi saham. Investor lebih memilih berinvestasi pada obligasi di banding saham karena dua alasan, yaitu: (1) volatilitas saham lebih tinggi di banding obligasi, sehingga mengurangi daya tarik investasi pada saham, dan (2) obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap sehingga obligasi lebih memberikan jaminan di banding saham. Investor sering kali bingung jika ingin menginvestasikan dana yang di milikinya terutama jika ingin memilih obligasi. Para investor yakin bahwa obligasi menjadi salah satu alternatif investasi yang hasilnya keuntungan selalu lebih tinggi dari laba yang diperoleh dari instrumen pasar uang, asuransi dan deposito lainnya.
Obligasi sebagai salah satu sekuritas pendapatan tetap telah memberikan peranan yang cukup besar dalam perekonomian baik di dunia maupun untuk Indonesia sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
“ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN HUTANG OBLIGASI PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSELRABAR”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran hutang obligasi pada PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR?
2. Bagaimanakah perlakuan akuntansi dan pelaporan hutang obligasi yang terjadi pada PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1. untuk mengetahui seperti apa gambaran hutang obligasi pada PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR.
2. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi serta pelaporan hutang obligasi yang terjadi pada PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR.
D. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis
1. Dapat menambah pengetahuan di bidang saham khususnya perlakuan akuntansi dan pelaporan hutang obligasi, untuk memenuhi sebagian dari syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi.
2. Dapat dijadikan bahan perbandingan antara teori yang didapat dari bangku kuliah dengan praktik di lapangan.
b. Bagi perusahaan
1. Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran kepada manajemen mengenai perlakuan akuntansi dan pelaporan hutang obligasi.
2. Agar perusahaan lebih meningkatkan efisiensi atas pelaporan hutang obligasi.
c. Bagi pembaca
1. Dapat menambah pengetahuan tentang perlakuan akuntansi dan pelaporan hutang obligasi dan juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya yang lebih baik lagi bagi civitas Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, pembahasan dan penyajian hasil penelitian akan di susun dengan materi sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Pada bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teori
Pada bab ini menjelaskan pengertian dan teori-teori yang mendasari dan berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini, yang digunakan sebagai pedoman dalam menganalisis masalah. Teori-teori yang digunakan berasal dari literatur yang ada baik dari perkuliahan maupun sumber lain.
BAB III: Metodologi Penelitian
Pada bab ini diuraikan perihal jenis penelitian, objek dan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, dan teknik analisis data yang akan dipakai.
BAB IV: Gambaran Umum Perusahaan
Pada bab ini berisikan gambaran umum perusahaan yang berisi tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan job description masing-masing devisi yang terdapat pada perusahaan.
BAB V: Analisis Dan Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil observasi pada objek yang dipilih sebagai tempat mendapat informasi serta data yang dibutuhkan. Disini juga akan dibahas mengenai mekanisme pelaporan hutang obligasi dan serta analisis perlakuan akuntansi hutang obligasi. Hasil analisis yang disajikan dalam bentuk desktiptifatas semua data yang diperoleh dari hasil observasi dengan berpedoman pada landasan teori.
BAB VI: Penutup
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan pembahasan dan studi dan kebijaksanaan berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Akuntansi
1.1 Pengertian Akuntansi
Menurut Soemarso (2008:1) akuntansi adalah suatu jasa yang di rancang untuk menyediakan informasi historis yang berhubungan dengan kegiatan keuangan perusahaan, organisasi atas perorangan. Sebelum perkembangan akuntansi, dahulukala orang bisnis mengakui perlunya pembukuan transaksi, hutang, dan pajak perusahaannya dan menggunakan suatu sistem pencatatan yang sangat sederhana. Akhirnya, teknik catatan ini terbukti dan metode pembukuan yang sederhana di kembangkan metode ini di buktikan secara terus menerus dan di arahkan dengan metode akuntansi yang modern dan sangat kompleks dewasa ini. Akuntansi menjadi terkenal sebagai
“bahasa bisnis”.
Dewasa ini metode akuntansi yang sekarang mampu memberikan informasi keuangan yang lebih terperinci dengan sangat mudah dan fleksibel.
Informasi keuangan ini berharga bagi perusahaan, pemerintah dan individu sehingga memungkinkannya untuk menilai pelaksanaanya pada masa lalu dan membentuknya merencanakan pencapaian tujuan keuangan pada masa yang akan datang. Oleh karena akuntansi menyediakan informasi keuangan kepada perusahaan, pemerintah dan individu maka akuntansi juga di perlukan dan di
gunakan oleh analisis keuangan, serikat dagang, bursa dan lembaga pendidikan. Informasi yang di perlukan oleh kelompok-kelompok ini akan berbeda-beda menurut kebutuhannya, tetapi biasanya mereka tertarik pada laporan keuangan dan laba rugi perusahaan, pengumpulan data dan penyajian informasi untuk laporan keuangan ekstern di kenal dengan nama akuntansi keuangan (financial accounting) dan ini merupakan pendekatan yang utama yang di gunakan dalam era ini. Penggunaan informasi ini melalui analisa dan dikombinasikan dengan informasi yang berasal dari bidang lainnya seperti ilmu ekonomi, kegiatan pemerintah, trend perusahaan dan perubahaan pasar untuk tujuan pengambilan keputusan perusahaan guna tujuan manajemen intern di kenal dengan nama akuntansi manajemen (managerial accounting).
Menurut Rudianto (2008:11) akuntansi adalah suatu sistem yang di rancang untuk mencatat kegiatan keuangan dengan cara berurutan dan berarti mengikhtisarkan untuk menyampaikan maksudnya. Prosedur ini meliputi:
1. Pengakuan dan penganalisaan, dengan menempatkan suatu sistem yang akan mengumpulkan semua data perusahaan yang penting untuk analisa sebelum mencatat informasi dalam catatan akuntansi.
2. Pencatatan dan klasifikasi, dengan menetapkan prosedur untuk mecatat dan mengklasifikasikan semua informasi yang penting dari kegiatan pembukuan pada catatan permanen sehingga dapat di pahami secara mudah.
3. Pengikhtisaran dan pelaporan, dengan menyusun informasi yang telah di catat dan di klasifikasikan pada laporan keuangan akan memperlihatkan
pendapatan yang di peroleh selama periode waktu dan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu.
4. Penafsiran, dengan menggunakan data laporan keuangan dan membandingkan perubahan yang terjadi dari periode sebelumnya, juga menggunakan data perbandingan dari perusahaan lain dan indikator- indikator pemerintah yang berlaku untuk industri.
Metode dan teknik yang di sajikan ini dapat di terapkan untuk semua kegiatan keuangan yang meliputi pemerintah, organisasi non niaga, kelompok-kelompok informal, lembaga-lembaga dan individu-individu dan juga jenis organisasi perusahaan perseorangan (proprietorship), partnership (Firma, CV) ataupun perseroan terbatas. Menurut Slamet Sugiri (2005:47) ada 4 klasifikasi dasar dalam akuntansi yaitu:
1. Harta (assets) 2. Hutang (liabilities) 3. Kekayaan pemilik 4. Penghasilan (revenue)
American accounting association mendefenisikan akuntansi sebagai:
“ proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
Defenisi ini mengandung beberapa pengertian, yakni:
1. Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi yang menjelaskan tentang kegiatan akuntansi.
2. Bahwa informasi ekonomi yang di hasilkan oleh akuntansi di harapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan yang menjelaskan tentang kegunaan dari akuntansi.
Menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisa dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya yang berbentuk laporan keuangan.
1.2. Laporan Akuntansi
Laporan akuntansi (accounting reports) yang dihasilkan oleh suatu sistem akuntansi bermacam ragamnya. Jenis laporan yang dihasilkan tergantung pada pihak-pihak yang akan menggunakan laporan tersebut. Salah satu yang utama adalah laporan keuangan (financial statement). Di samping laporan keuangan, banyak laporan-laporan lain yang dikeluarkan, misalnya laporan untuk pajak dalam bentuk surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak, laporan-laporan kepada badan-badan pemerintah misalnya, BAPEPAM atau BKPM dan laporan khusus untuk manajemen perusahaan sendiri.
B. Kewajiban
2.1. Pengertian Kewajiban/ Hutang
Jika kita ingat persamaan dasar akuntansi, sisi kiri persamaan akuntansi adalah harta (aktiva) dan sisi kanan terdiri ata hutang dan modal.
Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan.
Sementara itu modal menunjukkan besarnya kepentingan pemilik pada harta perusahaan. Persamaan tersebut juga tergambar pada neraca yang memuat harta, hutang dan modal.
Financial accaunting standard boards (FASB) mendefenisikan kewajibaan sebagai kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomis yang di timbulkan kewajiban-kewajiban suatu perusahaan pada saat ini untuk mengalihkan aktiva atau memberikan jasa kepada pihak lain pada masa yang akan datang sebagai akibat dari transaksi atau kejadian pada masa yang lalu.
Kewajiban merupakan pengorbanan ekonomi yang harus di lakukan perusahaan di masa yang akan datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kewajiban adalah:
1. Merupakan akibat dari transaksi atau kejadian di masa yang lalu, jadi tidak boleh merupakan kewajiban yang transaksi atau kejadiannya belum direalisasi (executory contract).
2. Merupakan kemungkinan pengalihan aktiva atau pemberian jasa pada masa yang akan datang, meskipun kewajiban ini masih bersifat mungkin (contingent) yang terjadi atau tidak terjadinya tergantung oleh kejadian pada masa yang akan datang.
3. Merupakan kewajiban suatu perusahan (satuan usaha). Dalam hal ini tidak terlalu dipentingkan kepada siapa kewajiban ini harus dipenuhi.
Kewajiban mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan. Kewajiban biasanya dapat di tentukan jumlahnya atau mudah di taksir dan dinyatakan dalam satuan uang. Dari segi pembelanjaan kewajiban merupakan salah satu sumber pembelanjaan untuk memperoleh aktiva perusahaan. Seperti telah di bahas sebelumnya, pembelanjaan dalam perusahaan pada hakekatnya dapat berasal dari dua sumber yakni, pemilik dan kreditur.
Adanya hutang di neraca menunjukkan perusahaan pernah menarik sumber daya yang digunakan dari kreditur. Pada bab ini akan dibicarakan akuntansi atas kegiatan pendanaan yang berasal dari kreditur. Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa datang yang bersifat probable yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan harta atau menyediakan jasa ke entitas lain di kemudian hari sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa hal penting yaitu :
Hutang ini timbul dari transaksi atau kejadian masa lalu.
1. Hutang harus melibatkan transfer asset atau penyediaan jasa dikemudian hari yang bersifat probable (hampir pasti).
2. Hutang ini merupakan kewajiban dari suatu entitas.
2.2. Klasifikasi Hutang
Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang jangka panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan operasional akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar jika hutang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun ke depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama. Namun hutang yang berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun. Suatu hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar.
2.3. Pengukuran Hutang
Menurut Frank (1995:13) Pengukuran merupakan proses pemberian atribut nilai pada hutang. Atribut nilai yang diberikan pada hutang adalah nilai moneter. Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum hutang akan diukur sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya sekarang.
Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu hutang yang
berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan hutang usaha, umumnya hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang hutang tersebut tidak material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
a) Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah nominal dari wesel atau obligasi.
b) Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Hutang garansi merupakan contohnya.
c) Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :
1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya
sulit diestimasi maka keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
3. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.
C. Kewajiban Jangka Pendek Dan Kewajiban Jangka Panjang
3.1. Pengertian Kewajiban Jangka Pendek
Menurut Zaki Baridwan (2008:215) utang merupakan pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu. Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang jangka pendek baru. Seperti telah dibahas pada bagian di atas, hutang jangka pendek tidak perlu didiskontokan ke nilai sekarang. Yang termasuk hutang ini adalah Hutang Usaha (Account Payable), serta berbagai hutang opersional seperti
hutang gaji, listrik, telepon, pajak dan sebagainya. Sementara itu untuk hutang wesel, walaupun jangka pendek umumnya disajikan sebesar nilai sekarangnya.
1. Hutang operasional
No.
Jenis Hutang
Perlakuan
1.
Account Payable
Hutang ini dicatat jika hak kepemilikan barang sudah berpindah kepada perusahaan. Dilihat dari jumlahnya, yang dicatat adalah sebesar jumlah yang akan dibayar yaitu harga faktur.
2.
Hutang biaya
Dicatat manakala jasa sudah dikonsumsi dan sebesar jumlah yang akan dibayar.
3.2. Pinjaman Jangka Pendek
Perusahaan kadangkala menerbitkan sebuah promes atau janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu. Dilihat dari ada atau tidaknya tarif bunga yang harus dibayar, noters dapat dibagi menjadi hutang wesel berbunga dan hutang wesel tak berbunga. Hutang wesel berbunga merupakan hutang wesel yang penerbitannya disamping harus membayar nominal wesel juga harus membayar bunga.
3.3. Hutang Lancar yang akan diganti dengan Hutang Jangka Panjang
Suatu hutang lancar kadangkala dapat dibiayai kembali seperti diciptakan surat hutang baru sebagai pelunasan hutang pada saat jatuh temponya nanti. Surat Hutang yang baru akan jatuh tempo melebihi setahun.
Dengan adanya tindakan ini maka perusahaan tidak akan membayar hutang dalam waktu setahun yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini tentu akan lebih tepat jika hutang tersebut tidak diklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek. Namun terdapat syarat –syarat yang harus dipenuhi :
a. Manajemen bermaksud merefinance hutang tersebut menjadi hutang jangka panjang.
b. Manajemen harus dapat menunjukkan kemampuan merefinance hutang tersebut yang terbukti dengan :
1. pelaksanaan refinace tersebut terjadi pada masa setelah tanggal neraca tetapi sebelum laporan keuangan diterbitkan
2. mencapai kesepakatan yang kuat yang secara jelas yang memungkinkan refinance dengan dasar jangka panjang.
3.4. Line of Credit
Perusahaan kadangkala mengadakan perjanjian dengan bank. Bank akan memberikan pinjaman kepada perusahaan sewaktu-waktu membutuhkan. Karena perjanjian ini sudah disetujui maka pada saat
perusahaan menarik dana dari Bank, perusahaan tidak perlu melalui proses yang panjang . Pengaruhnya terhadap akuntansi adalah :
a. Pada saat line of credit ditandatangani, perusahaan belum mencatat adanya hutang
b. Jika perusahaan menarik uang dari bank, saat itu perusahaan mencatat hutang lancar atau tidak lancar tergantung pada hutang tersebut kapan jatuh temponya.
3.5. Pengertian Kewajiban Jangka Panjang
Dalam perusahaan yang besar tentunya membutuhkan dana yang sangat besar, untuk memperoleh dana yang besar ini salah satu yang di lakukan pemilik perusahaan ialah melalui pinjaman jangka panjang.
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang pelunasannya atau jatuh temponya lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi mana yang lebih lama. Contoh dari utang jangka panjang adalah utang hipotik, utang obligasi, wesel bayar jangka panjang, kewajiban pensiun, kewajiban lease dll.
Pinjaman jangka panjang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang pelunasan atau jatuh temponya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Kewajiban jangka panjang digunakan untuk menunjukkan utang- utang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Perusahaan untuk memperoleh sumber ekonomi yang akan digunakan
untuk membelanjai kegiatan perusahaan khususnya yang bersifat jangka panjang, perusahaan dapat mengeluarkan sertifikat yang berarti membuat perjanjian hutang, menyatakan pembuat bersedia membayar bunga atas pinjaman tersebut selama jangka waktu yang ditentukan. Salah satu cara untuk memperoleh dana yang akan digunakan dalam jangka panjang ialah mengeluarkan sertifikat obligasi. Sertifikat obligasi adalah surat tanda hutang jangka panjang. Mengeluarkan sertifikat obligasi berarti membuat surat perjanjian utang yang menyatakan bahwa pembuat atau penerbit bersedia melunasi pokok pinjaman pada tanggal jatuh tempo.
D. Obligasi
4.1 Pengertian Obligasi
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku obligasi. Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan deposito pada bank. Bila Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara berkala, biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo. Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, maka penerbit harus membayar kepada investor sesuai dengan nilai pari dari obligasi tersebut beserta bunga/kupon terakhirnya.
Menurut Erwan Dukat (2008:35) surat obligasi merupakan pengakuan utang pihak yang mengeluarkan pada pihak yang membeli (investor). Surat obligasi menunjukkan jumlah nominal, bunga dan tanggal pembayarannya dan perjanjian-perjanjian lain, sehingga dapat dikatakan bahwa obligasi merupakan suatu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dan juga bunga setiap tanggal tertentu. Berawal dari kondisi perdagangan saham yang lesu di tambah dengan sulitnya bank memberikan pinjaman dan di desak oleh kebutuhan dana investasi, obligasi muncul menjadi alternatif penting bagi perusahaan untuk menghimpun dana langsung dari masyarakat. penerbitan obligasi memang lebih menguntungkan di bandingkan pinjaman bank. Ini di tunjukan dari tingkat bunga obligasi yang lebih rendah di bandingkan dengan tingkat bunga pinjaman perbankan.
Obligasi mengandung arti suatu ikatan. Istilah ini berasal dari bahasa latin obligare yang berarti mengikat. Menurut Keputusan Mentri Keuangan No. 859 Tahun 1987 yakni,
“obligasi merupakan surat perjanjian pengakuan hutang atas pinjaman yang
di lakukan emiten (issuer) kepada masyarakat dengan jangka waktu minimal 3 tahun”.
Menurut Rolin C Niswonger (2000:58) dalam emiten dan masyarakat pemegang obligasi, terdapat lembaga wali amanat (trustee) dan penjamin/penanggung emisi (guarantor). Emiten adalah pihak (perusahaan) yang mengeluarkan surat obligasi. Jadi merupakan pihak yang berhutang.
Wali amanat adalah pihak yang di tunjuk oleh emiten untuk mewakili dan melindungi kepentingan para pemegang obligasi. Surat perjanjian hutang (obligasi) di buat antara emiten dan wali amanat. Penjamin emisi adalah, bank/lembaga keuangan bukan bank yang menjamin sepenuhnya pembayaran kembali pokok beserta bunga obligasi tepat pada waktunya apabila emiten tidak dapat memenuhi kewajibannya.
4.2. Ciri-ciri Obligasi Ciri-ciri obligasi yaitu:
1. Mempunyai nilai nominal yaitu jumlah hutang yang harus dilunasi pada tanggal jatuh tempo.
2. Mencantumkan tanggal pengeluaran yaitu tanggal yang menunjukkan saat dikeluarkannya sertifikat obligasi tersebut.
3. Mencantumkan tanggal jatuh tempo yaitu tanggal pelunasan obligasi oleh yang mengeluarkan sertifikat obligasi tersebut.
4. Mencaantumkan tanggal bunga yaitu tanggal yang menunjukkan saat bunga obligasi dibayar oleh debitur. Bunga obligasi biasanya dibayar dibelakang dan dilakukan setahun dua kali.
4.3. Macam-macam Obligasi
Pengelompokkan obligasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu:
a. Ditinjau dari waktu jatuh temponya, ada dua macam obligasi yaitu obligasi biasa (term bonds) dan obligasi berseri (serial bond.s).
Obligasi biasa adalah obligasi yang jatuh tempo pada saat sama, sedang obligasi berseri adalah obligasi yang jatuh temponya berurutan dalam periode-perode tertentu.
b. Ditinjau dari jaminannya, ada dua macam obligasi yaitu obligasi yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin. Jaminan ini berbentuk aktiva tetap yang dimiliki perusahaan (hipotik). Obligasi yang dijamin berarti memberi jaminan pada investor bila perusahaan tidak dapat membayar utangnya, investor dapat mengklaim jaminan itu. jaminan yang diberikan dapat beberapa tingkatan, jaminan tingkat pertamaa berarti mempunyai klaim yang pertama, jaminan tingkat kedua berarti klaimnya terhadap jaminan adalah sesudah obligasi dengan jaminan pertama. Kadang-kadang jaminan dapat diberikan dalam bentuk surat-surat berharga (saham dan obligasi) perusahaan lain yang dimiliki.
c. Obligasi yang di jamin oleh pihak lain disebut obligasi bergaransi, misalnya perusahaan induk menjamin obligasi anak perusahaannya.
d. Obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham disebut obligasi yang dapat ditukarkan, pertukaran ini tergantung dari keinginan pemegang obligasi. Apabila obligasi dapat ditukarkan dengan saham maka investor dapat merubah kepemilikannya menjadi
pemegang saham, oleh karena itu obligai seperti ini banyak menarik perhatian investor.
e. Ditinjau dari bentuknya obligasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu obligasi atas nama dan obligasi kupon. Obligasi atas nama hanya dapat diambil bunganya oleh orang yang namanya terdaftar, sehingga kalau di jual harus dilaporkan ke perusahaan yang mengeluarkan obligasi itu. Obligasi kupon merupakan obligasi yang bebas, tidak atas nama. Setiap lembar obligasi disertai dengan kupon-kupon sebanyak tanggal pembayaran bunga, kupon-kupon itu digunakan untuk mengambil bunga. Karena tidak atas nama maka penjualan obligasi ini tidak perlu diberitahukan pada perusahaan yang mengeluarkan.
Beberapa macam obligasi yang dikenal dalam pasar modal. Semua jenis obligasi tersebut pada dasarnya mempunyai sifat yang sama yaitu, sebagai suatu surat hutang. Hanya saja dalam perkembangan pasar modal, obligasi tidak hanya semata-mata bersifat suatu surat hutang murni, tetapi dimodifikasi sedemikian rupa sehingga pemegang obligasi tidak hanya memiliki hak atas pelunasan hutang pokok obligasi, tetapi juga memiliki hak- hak lain yang diberikan melalui perjanjian penerbitnya.
Secara garis besar pada dasarnya ada dua kelompok dalam obligasi, pertama adalah obligasi yang murni bersifat hutang dan yang ke dua adalah obligasi yang menyerupai ekuitas atau penyertaan modal.
1. Obligasi yang bersifat utang murni.
Obligasi bersifat utang murni dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa sub kelompok, yaitu:
a) Berdasarkan penerbitnya
Berdasarkan penerbit atau pihak yang mengeluarkannya (emiten) obligasi di bedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Obligasi perusahaan (corporete bonds)
Obligasi perusahaan yaitu obligasi yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau badan hukum. Obligasi ini biasanya diterbitkan untuk jangka panjang. Obligasi ini ada yang dijamin dengan kekayaan tertentu, tetapi hanya dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Obligasi ini biasanya menawarkan bunga yang cukup tinggi.
2. Obligasi pemerintah (government bond)
Obligasi pemerintah ini merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Obligasi ini biasanya diterbitkan oleh pemerintah pusat dalam rangka pembiayaan pembangunan dan biasanya pula berjangka panjang yaitu 10 sampai 20 tahun. Obligasi ini biasanya tidak dijamin dengan kekayaan tertentu. Namun demikian, dari segi keamanannya termasuk dalam kelompok “highest qualiti bond”
sebab penerbitnya adalah pemerintah. Tetapi government bond ini sebagai alternatif pendanaan sehubungan dengan utang-utang luar negerinya yang sudah mendekati angka-angka psikologis.
3. Manicipal bond
Obligasi ini pada dasarnya sama dengan government bond. Hanya saja, obligasi ini diterbitkan oleh pemerintah daerah (local government) atau pemerintah negara bagian.
b) Berdasarkan jangka waktu
Berdasarkan jangka waktu penerbitnya, obligasi dibagi menjadi :
1. Obligasi jangka panjang (long-term bond)
Obligasi ini merupakan obligasi yang jangka waktu jatuh temponya lama. Yang dimaksud dengan jangka panjang ini yaitu lebih dari satu periode akuntansi yang biasanya satu tahun.
2. Obligasi jangka pendek (short-term bond)
Obligasi jangka pendek merupakan obligasi yang jangka waktunya maksimal satu periode tahun pembukuan.
c) Berdasarkan perhitungan bunga obligasi
Obligasi biasanya memberikan keuntungan atau pendapatan bagi pemegangnya yang berupa bunga (interest) dari segi perhitungan pendapatan yang diperoleh dari bunga obligasi ini. Jenis obligasi ini dapat dibagi menjadi:
1. Obligasi dengan bunga tetap (fixed-rate bonds)
Merupakan obligasi yang memberikan bunga yang bersifat tetap selama jangka waktu obligasi tersebut.
2. Obligasi dengan bunga mengembang (floating-rate bonds)
Obligasi ini merupakan obligasi yang perhitungan bunganya ditentukan dengan cara tertentu yang berubah-ubah (karena itu dikatakan mengambang (floating). Biasanya ada beberapa cara yang digunakan untuk menentukan tingkat bunga mengambang ini.
3. Obligasi tanpa bunga (zero coupon bonds)
Obligasi jenis ini tidak memberika bunga pada pemegangnya.
Sebagai gantinya pada saat penerbitan biasanya, penerbit obligasi diberikan suatu diskon. Pemegangnya pada saat membeli obligasi akan membayar dengan harga tertentu yang lebih rendah dari nilai nominal obligasi yang bersangkutan dan pada saat jatuh tempo, penerbitnya akan membayar sejumlah penuh nilai nominal obligasi. Sehingga pemegang obligasi tetap akan mendapatkan keuntungan meskipun tidak mendapatkan bunga.
d) Berdasarkan jaminan/kolateral
Ditinjau dari segi jaminannya atau kolateralnya dikenal jenis-jenis obligasi sebagai berikut :
1. Obligasi dengan jaminan tertentu (secured bonds)
Merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari pihak penerbitnya atau dengan jaminan lain atau dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini termasuk didalamnya adalah:
a. Guaranteed bond (obligasi dengan penanggungan) yaitu, obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggungan atau borgtocht dari pihak ketiga.
b. Mortage bond yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau harga tetap.
c. Collateral trust bond yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang dimilikipenerbit dalam portofolionya. Dalam hal ini penerbit dapat mengagunkan saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
d. Equipment trust bond yaitu obligasi yang dijamin dengan agunan equipment (peralatan) yang dimiliki penerbit dan dipergunakan untuk usahanya sehari-hari. Di indonesia obligasi yang dijamin dengan fidusia atau barang bergerak termasuk obligasi dalam jenis ini.
2. Obligasi tanpa jaminan (unsecured bond).
Obligasi ini merupakan suatu jenis obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan penerbitnya berdasarkan titel umum atau dengan “earning power” penerbitannya.
2. Equity like bonds
Equity like bond merupakan obligasi yang tidak murni atau semata- mata surat hutang. Maksudnya, disamping sebagai surat hutang, obligasi jenis ini suatu saat atas kehendak pemegangnya atau dengan syarat-syarat tertentu
dapat ditukar menjadi penyertaan (ekuitas) pada emiten yang menerbitkan obligasi tersebut. Obligasi jenis ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Obligasi konversi (convertible bond)
Obligasi ini merupakan suatu jenis obligasi yang disamping memberikan bunga juga memberikan hak opsi kepada pemegangnya untuk menukar pokok pinjaman obligasi dengan saham atau equity dari emiten atau perusahaan penerbitnya dengan harga tertentu (rasio konversi tertentu) dan pada saat tertentu.
b. Stripped bond
Stripped bond pada dasarnya sama dengan obligasi konversi, yaitu merupakan obligasi yang pemegangnya diberi hak opsi untuk mengkonversikan pinjaman obligasi menjadi saham atau equity dari emitennya. Hanya saja bedanya dalam obligasi ini hak opsi tersebut dapat dilepas dari obligasi pokoknya dan pemegang obligasi dapat memperdagangkan ha opsi tersebut secara terpisah atau tersendiri.
4.4. Klasifikasi Investasi Obligasi
PSAK No. 50, akuntansi investasi efek tertentu, menyatakan bahwa investasi obligasi harus dikelompokkan kedalam salah satu dari tiga kelompok berikut:
a. Dimiliki hingga jatuh tempo (held to meturity). Investasi obligasi harus dimasukkan ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo
jika perusahaan bermaksud untuk memiliki obligasi itu hingga jatuh temponya dan di sajikan dalam neraca sebesar harga perolehan setelah dikurangi amortisasi agio/disagio.
b. Diperdagangkan (trading). Jika perusahaan tidak bermaksud memiliki obligasi hingga jatuh tempo dan akan menjualnya kembali dalam waktu dekat, investasi ini harus dikelompokkan sebagai diperdagangkan. Intinya adalah membeli dan segera menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan perbedaan harga dan dicantumkan dalam kelompok aktiva lancar di neraca sebesar nilai wajarnya.
c. Tersedia untuk dijual (available for sale). Investasi obligasi yang tidak dapat dikelompokkan sebagai dimiliki sampai jatuh tempo atau diperdagangkan, harus dikelompokkan sebagai tersedia untuk dijual dan disajikan dalam neraca sebesar nilai wajarnya.
4.5. Menentukan Harga Obligasi
Harga jual (beli) obligasi tidak selalu sebesar nilai nominalnya.
Besarnya harga ditentukan oleh tingkat bunga obligasi. Semakin besar bunganya, harga obligasi makin tinggi dan sebaliknya semakin kecil bunga obligasi, semakin rendah harganya. Untuk mengetahui apakah bunga obligasi itu cukup besar atau kurang, dibandingkan antara presentase bunga obligasi dengan tingkat bunga di pasar. Apabila persentase bunga obligasi melebihi tingkat bunga di pasar, maka harga jual obligasi akan di atas nilai nominal
(dengan agio), tetapi bila tarif bunga obligasi lebih rendah dari pada tingkat bunga di pasar maka harganya di bawah nilai nominal (dengan disagio) agio atau disagio obligasi merupakan perbedaan antara tarif bunga obligasi dengan tingkat bunga di pasar untuk seluruh bunga obligasi yang dibayarkan. Bunga obligasi ditambah atau dikurangi dengan agio atau disagio yang timbul pada saat pembelian menunjukkan hasil sesungguhnya dari obligasi, di sebut tarif efektif. Untuk menentukan besarnya harga obligasi dapat dilakukan dengan cara menghitung nilai tunai dari (a) jumlah jatuh tempo ditambah (b) nilai tunai bunga yang akan diterima.
4.6. Surat Perjanjian Hutang
Apabila sebuah perusahaan telah memutuskan untuk mengeluarkan obligasi, maka perlu dibuat suatu surat perjanjian dengan para pemegang obligasi. Karena pemegang obligasi, pada umumnya berjumlah banyak, maka di wakili oleh yang di sebut wali amanat (trustee).
Surat perjanjian hutang (identure) pada umumnya akan memuat hal- hal sebagai berikut:
1. Nilai obligasi yang di keluarkan serta nilai nominal tiap-tiap lembar.
2. Bunga yang akan di berikan serta tanggal-tanggal pembayarannya.
Bunga dapat di bayar tahunan atau setengah tahunan.
3. Jangka waktu pelunasan. Obligasi pada umumnya di keluarkan untuk jangka relatif lama. Pelunasan dapat di lakukan sekaligus pada saat jatuh tempo yang telah di tetapkan, atau dalam suatu seri.
4. Jaminan yang di berikan perusahaan untuk pinjaman obligasi ini.
Jaminan dapat berupa aktiva tertentu, misalnya tanah, gedung dan mesin-mesin atau seluruh kekayaan perusahaan.
5. Ketentuan tentang penarikan kembali (call provision). Kadang- kadang dalam surat perjanjian di sebutkan bahwa perusahaan dapat menarik kembali obligasi yang telah di keluarkan padda harga tertentu. Biasanya harga penarikan (call price) ditetapkan lebih tinggi dari pada nilai nominal obligasi.
6. Ketentuan tentang pembentukan dana pelunasan obligasi (bond sinking fund) dan cadangan pelunasan obligasi.
Obligasi dapat di perjual belikan di bursa. Oleh karena itu, kepada pemegang obligasi di beri surat obligasi.
4.7. Investasi Di Dalam Obligasi
Menurut Soemarso (2005:30) obligasi adalah surat hutang yang di terbitkan oleh suatu perusahaan berupa janji untuk membayar sejumlah uang (seperti yang tercantum di dalam nominal obligasi) di kemudian hari beserta pembayaran bunganya secara berkala. Obligasi yang di beli perusahaan tidak selalu sesuai dengan nilai nominalnya. Obligasi dapat di peroleh dengan harga di atas nilai nominalnya atau di bawah nilai nominalnya. Tetapi berapapun harga perolehan obligasi, adalah keseluruhan uang yang di
keluarkan perusahaan sampai obligasi tersebut di tangan perusahaan. Harga perolehan tersebut mencakup harga beli obligasi tersebut, biaya notaris, komisi perantara, biaya administrasi dan provisidan sebagainya. Jika obligasi di beli di bawah atau di atas harga nominalnya, maka selisih antara harga perolehan dengan harga niminalnya tersebut harus di amortisasi selama umur obligasi tersebut. Karena pada saat jatuh temponya, perusahaan akan menerima uang sebesar nilai nominalnya. Jika perusahaan di beli di bawah nilai nominalnya, maka setiap kali perusahaan menerima pendapatan bunga, bunga tersebut harus di tambah dengan amortisasi selisih harga perolehan obligasi tadi. Sebaliknya, jika perusahaan membeli obligasi tersebut di atas nilai bukunya, maka setiap kali perusahaan menerima pendapatan bunga, bunga tersebut harus di kurangi dengan amortisasi selisih harga beli obligasi tadi.
4.8. Agio dan Disagio
Pengeluaran obligasi oleh sebuah perusahaan membawa konsekuensi dua hal yakni: (a). Membayar sebesar nilai nominal pada saat jatuh tempo dan (b). Membayar bunga secara berkala pada tingkat bunga tertentu selama obligasi beredar. Tingkat bunga yang telah di tetapkan dalam surat perjanjian di sebut tingkat bunga kupon (coupun rate) atau tingkat bunga kontrak (contract rate). Tingkat bunga ini mungkin berbeda dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar (market atau effective rate). Perbedaan antara tingkat
bunga kupon dengan tingkat bunga efektif akan mengakibatkan perbedaan antara nilai nominal obligasi dengan harga jualnya.
Apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar lebih tinggi dari pada tingkat bunga kupon, maka harga jual obligasi lebih rendah dari pada nilai nominal. Selisih antara nilai nominal obligasi (yang lebih tinggi) di bandingkan dengan harga jualnya di sebut disagio (discount). Sebaliknya, apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar lebih rendah dari pada tingkat bunga kupon, obligasi dapat di jual dengan harga di atas nilai nominalnya.
Selisi lebih harga jual dengan nilai nominal di sebut Agio (premium). Adanya agio dan disagio dapat di jelaskan dengan konsep nilai tunai (present value) serta proses pendiskontoan (discounting).
4.9. Peringkat Obligasi
Sebelum obligasi ditawarkan di pasar terlebih dahulu dibuat rating oleh badan yang berwenang. Rating disebut sebagai credit rating yang merupakan skala resiko dari segala obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal. Keamanan ini ditunjukkan dengan kemampuannya untuk membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka jauh sebelumnya harus dilakukan suatu prediksi tentang peringkat dari masing-masing obligasi, agar dapat menunjukkan kemampuan perusahaan tersebut dalam mengembalikan hutang-hutangnya.
Peringkat obligasi harus diperhatikan oleh investor apabila investor akan membeli obligasi karena peringkat obligasi dapat menunjukkan resiko obligasi. Resiko obligaasi terkait dengan kemampuan perusahaan yang mengeluarkan obligasi untuk membayar pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo.
Peringkat obligasi perusahaan secara umum dibagi menjadi dua yaitu obligasi investment grade bond dan non-investment grade. Dasar dari pengelompokan peringkat ini adalah resiko default obligasi (andi setyadi:28) yaitu:
1) Investment grade bond
Obligasi ini termasuk dalam peringkat yang layak untuk investasi dan merupakan obligasi dengan peringkat tertinggi bagi investor institusional yang boleh dimiliki oleh undang-undang.
2) Non –investment grade bond
Investasi ini tidak termasuk dalam peringkat yang layak untuk investasi dengan probabilitas kegagalan yang signifikan. Obligasi jenis ini sering pula disebut obligasi spekulatif atau junk. Junk bond merupakan obligasi yang default risk (resiko kegagalan) sangat tinggi karena perusahaan penerbitnya menggunakan hutang dalam jumlah yang terlalu besar. Junk bond dapat berasal dari obligasi baik yang berubah menjadi sangat beresiko, ketika perusahaan penerbitnya mengalami kesulitan keuangan dan obligasi yang sejak diterbitkannya sudah berisiko tinggi karena penerbitnya memiliki hutang yang besar.
4.10. Manfaat Obligasi
Obligasi memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
a. Tingkat bunga obligasi bersifat konsisten, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi.
b. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi.
c. Investasi obligasi dapat pula melindungi resiko pemegang obligasi dari kemungkinan terjadinya inflasi.
d. Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrumen aktiva lain.
4.11. Kelemahan Obligasi
Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada stabilitas suatu perekonomian negara. Beberapa ini adalah kelemahan obligasi :
a. Tingkat bunga. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, dan sebaliknya.
b. Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif, sehingga menghasilkan yield yang cukup baik, dengan resiko rendah.
c. Tingkat likuiditas obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun.
d. Resiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premi.
e. Resiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan maka pemegang obligasi akan menderita kerugian.
4.12. Persyaratan Pencatatan Obligasi di Indonesia
Obligasi merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia, Bapepam sebagai lembaga yang diberi wewenang oleh pemerintah mewajibkan beberapa persyaratan kepada calon emiten (perusahaan penerbit) yang melakukan penawaran obligasi. Persyaratan pencatatan obligasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pernyataan pendaftaran telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.
b. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dengan pendapat wajar tanpa kualifikasi (WTK) untuk tahun buku terakhir.
c. Nilai nominal obligasi yang dicatatkan minimal Rp. 25 milyar
Rentang waktu efektif dengan permohonan perncatatan tidak lebih dari enam bulan dan sisa jangka waktu jatuh tempo obligasi sekurang-kurangnya empat tahun.
d. Telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun berturut-turut.
e. Dua tahun terakhir memperoleh laba operasional dan tidak ada saldo rugi tahun terakhir.
f. Anggota direksi dan komisaris memiliki reputasi yang baik
4.13. Konsekuensi Penawaran Umum Obligasi di Indonesia
Di Indonesia, masa berlakunya obligasi ditentukan dalam perjanjian antara perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan wali amanat, yang mewakili kepentingan pemodal sebagai pemegang obligasi. Pada umumnya, umur obligasi yang diterbitkan dan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta umumnya adalah 5 tahun. Sedangkan konsekuensi penawaran umum obligasi adalah sebagai berikut :
a. Menunjuk wali amanat yang akan mewakili kepentingan pihak pemegang obligasi.
b. Menyisihkan dana pelunasan obligasi (sinking fund).
c. Kewajiban melunasi pinjaman pokok dan bunga obligasi dalam waktu yang telah ditentukan bersama antara perusahaan penerbit dengan wali amanat.
d. Memberitahukan kepada wali amanat setiap perusahaan yang terjadi yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan penerbit obligasi.
4.14. Amortisasi Agio/ Disagio
Menurut Slamet Sugiri (2005:80) agio/disagio obligasi harus di amortasikan, jika tidak pada saat pelunasan agio/disagio tersebut akan dicatat sebagai keuntungan/kerugian. agio/disagio Pembebanan/pengkreditan sekaligus keuntungan/kerugian yang di sebabkan oleh tidak tepat. Laba/rugi bersih dalam tahun tersebut akan menjadi terlalu besar/kecil di bandingkan dengan perkembangan laba/rugi bersih pada tahun-tahun sebelumnya.
Perubahan yang terjadi pada tahun tersebut akan terlampau mencolok sehingga dapat menyesatkan.
Disagio. Disagio diamortisasikan sebagai beban bunga tambahan selama jangka waktu obligasi. Amortiosasi disagio obligasi dapat di lakukan dengan cara: (1). Garis lurus, dan (2) bunga. Amortisasi disagio dengan metode garis lurus merupakan cara yang sederhana. Amortisasi yang di lakukan dengan metode bunga, mengharuskan di ketahuinya tingkat bunga efektif untuk obligasi yang bersangkutan, di hitung dengan rumus pendiskontoan.
Agio. Seperti halnya disagio, agio obligasi juga harus diamortisasikan selama jangka waktu obligasi.
4.15. Alasan Mengeluarkan Obligasi
Diatas telah disebutkan bahwa obligasi merupakan alternatif sumber dana untuk membelanjai investasi jangka panjang. Alternatif ini di tempuh karena mempunyai beberapa kauntungan di banding dengan alternatif mengeluarkan saham. Keuntungan yang dapat di peroleh dari pengeluaran obligasi di bandingkan mengeluarkan saham adalah:
1. Mengeluarkan obligasi tidak mempengaruhi kontrol para pemegang saham sebelumnya, karena pemegang obligasi tidak mempunyai hak suara.
2. Mengeluarkan obligasi dapat menghemat pajak, karena bunga obligasi dapat mengurangi laba kena pajak.
3. Jika perusahaan bisa menggunakan dana obligasi dengan memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar dari pada suku bunga obligasi. Maka pemegang saham bisa jadi lebih makmur.
Yang dimaksud dengan lebih makmur adalah laba perlembar saham yang diterima pemegang saham akan naik.
Mengeluarkan obligasi juga ada bahayanya, yaitu bunga obligasi harus selalu di bayar setiap periode tanpa memandang apakah perusahaan memperoleh laba atau tidak. Dengan demikian, ada resiko bagi para pemegang saham kalau proyeksi laba tidak dapat di capai. Nyatakan bahwa dengan mengeluarkan obligasi menyebabkan pemegang saham tidak mendapat satu rupiah pun kalau tingkat keuntungan pabrik baru sama dengan suku bunga obligasi. Inilah salah satu resiko yang harus di pertimbangkan
apakah perusahaan akan membiayai proyek dengan mengeluarkan saham ataukah dengan mengeluarkan obligasi.
4.16. Penebusan Obligasi
Sebuah korporasi dapat menarik atau menebus obligasi sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini biasanya di lakukan jika suku bunga paar menurun secara signifikan setelah obligasi di terbitkan. Dalam situasi ini, korporasi bisa menjual obligasi baru dengan suku bunga lebih rendah dan menggunakan dana hasil penjualan obligasi baru tersebut untuk menebus obligasi lama. Korporasi dengan demikian dapat menghemat beban bunga di masa depan.
Korporasi seringkali menerbitkan obligasi yang dapat ditarik untuk melindungi dirinya dari penurunan suku bunga pasar secara signifikan di masa depan. Namun, obligasi yang dapat di tarik lebih berisiko bagi para investor yang mungkin tidak akan mampu mengganti obligasi yang telah di tarik dengan investasi yang memberikan jumlah bunga yang setara.
Obligasi yang dapat di tarik dapat di tebus oleh korporasi penerbitnya dalam periode waktu dan harga yang telah ditetapkan dalam indentur obligasi. Normalnya, harga penarikan berada di atas nilai nominal.
Sebuah korporasi juga dapat menarik obligasi dengan membelinya pada pasar terbuka. Sebuah korporasi biasanya menebus obligasinya dengan harga yang berbeda dengan nilai terbawa atau nilai buku obligasi. Nilai terbawa atau nilai buku utang obligasi adalah saldo akun utang obligasi di kurangi setiap diskonto yang belum diamortisasi atau di tambah setiap premi yang belum
diamortisasi. Jika harga yang dibayarkan pada saat penebusan lebih rendah dari nilai buku obligasi, maka selisihnya di catat sebagai keuntungan jika harga yang di bayarkan lebih tinggi dari nilai buku obligasi, selisihnya di catat sebagai kerugian, keuntungan dan kerugian dari penebusan obligasi dilaporkan sebagai pos-pos luar biasa dalam laporan laba rugi.
4.17. Penyajian Obligasi Dalam Neraca
Hutang obligasi pada umumnya disajikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kewajiban ini dicatat pada nilai nominalnya. Agio atau disagio dicatat dalam perkiraan terpisah. agio obligasi disajikan sebagai penambah saldo hutang obligasi. Disagio obligasi disajikan sebagai pengurang kewajiban jangka panjang yang bersangkutan. Kalau terdapat agio dan disagio maka dalam neraca dapat di tunjukan jumlah netonya.
Laporan keuangan harus dapat memberikan keterangan yang jelas tentang sifat dan nilai jaminan yang digunakan untuk mendukung hutang yang bersangkutan. Di samping jumlah nominal, jumlah lembar obligasi yang dikeluarkan, tinkat bunga dan jangka waktu pelunasan, ketentuan-ketentuan penting lain yang mengikat, seperti misalnya, pembatasan untuk membayar deviden, angka nisbah (ratio) minimum tertentu yang harus dipertahankan dan kemungkinan dikeluarkannya hutang jangka panjang yang lain harus diungkapkan. Demikian juga halnya apabila perjanjian hutang tersebut mensyaratkan adanya penyisihan suatu aktiva tertentu untuk pelunasannya (sinking fund).
E. Kerangka Fikir
Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penerbit obligasi disebut dengan debitur sedangkan pemegang obligasi disebut dengan kreditur.
obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan, sehingga perusahaan mencatat kas pada sisi passiva dan di klasifikasikan dengan nama hutang obligasi, kemudian penerapan hutang obligasi dengan agio dan disagio karena pencatatannya berbeda dan di analisis dengan cara membuat jurnal transakasi dan menyajikannya pada laporan laba/rugi untuk mendapatkan hasil, hasil tersebut kemudian di laporkan pada perusahaan.
Gambar 1: Kerangka Fikir PT. PLN (Persero) Wilayah
SULSELBAR
Menerbitkan surat hutang (hutang obligasi)
Penyajian Hutang Obligasi Menurut PSAK No.50:
Dicatat sebesar nilai nominal yang tertera dalam sertifikat hutang.
Penyajian Hutag Obligasi Menurut Perusahaan:
perusahaan mencatat kas pada sisi passiva neraca di klasifikasikan dengan nama hutang obligasi.
Di analisis dengan cara:
1. Membuat jurnal transaksi.
2. Menyajikannya dalam neraca dan L/R perusahaan.
Hasil
F. Hipotesis
Di duga bahwa hutang obligasi akan dilaporkan sebesar nilai nominalnya dan disajikan di neraca pada sisi passiva, tepatnya pada hutang jangka panjang. Biaya-biaya yang dibebankan pada periode berjalan seperti beban bunga obligasi dan amortisasi biaya ditangguhkan. Beban-beban ini di laporkan dalam perhitungan laba rugi dan disajikan dalam kelompok sesuai dengan sifatnya. Amortisasi biaya ditangguhkan di masukkan dalam kelompok beban umum administrasi, sedangkan beban bunga hutang obligasi dimasukkan dalam beban dan pendapatan lain-lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada PT. PLN (persero) WILAYAH SULSELRABAR yang terletak di jalan Hertasning dengan waktu penelitian 2 bulan lamanya mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei.
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a) Studi Kepustakaan
Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, dokumen resmi dan sumber kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b) Studi Lapangan
Dimana penelitian yang data dan informasinya diperoleh dari kegiatan dilapangan penelitian langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: