• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PARIWISATA HIJAU SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PEMUTERAN KABUPATEN BULELENG BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN PARIWISATA HIJAU SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PEMUTERAN KABUPATEN BULELENG BALI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PARIWISATA HIJAU SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PEMUTERAN

KABUPATEN BULELENG BALI

I Ketut Suwenaa1e1, Ni Ketut Arismayantia2e2 Fakultas Pariwisata Universitas Udayanaa1 Fakultas Pariwisata Universitas Udayanaa2

suwena_ketut@yahoo.co.ide1; arismayanti_pariwisata@unud.ac.ide2

Abstrak

Desa Pemuteran memiliki potensi wisata dan keindahan alam yang mempesona. Masyarakat Desa Pemuteran belum terlibat maksimal dalam aktivitas kepariwisataan disebabkan belum tergarap secara maksimal potensi wisata, keterbatasan kesempatan masyarakat terlibat dalam pembangunan pariwisata, dan kurang tergalinya kreatifitas dalam pariwisata di desa tersebut. Tujuan penelitian untuk memaksimalkan peran masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan pariwisata. Pengembangan pariwisata diharapkan mampu: (1) memberdayakan masyarakat lokal; (2) diversifikasi produk desa wisata; (3) model percontohan untuk mengembangkan pariwisata hijau; (4) menghasilkan produk wisata yang berkualitas dan berdaya saing tinggi; (5) pembangunan pariwisata lebih bertanggungjawab dan berkelanjutan. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara mendalam, penyebaran kuesioner, studi kepustakaan, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif, analisis IFAS, EFAS, dan SWOT. Strategi yang dihasilkan dalam pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran adalah Strategi pemasaran pariwisata hijau;

Strategi penciptaan dan pengembangan produk pariwisata hijau; Strategi komitmen dan pengembangan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Utara; Strategi peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan teknologi informasi dan kewirausahaan; Strategi manajemen sampah bersinergi dan mandiri; Strategi pembangunan prasarana dan sarana pariwisata berbasis pariwisata hijau; Strategi pengkemasan paket wisata hijau di Kabupaten Buleleng. Saran yang dapat diberikan adalah pentingnya komitmen dalam pengembangan pembangunan pariwisata di Bali Utara yang berbasis pariwisata hijau; perlunya manajemen pengelolaan sampah; perlu adanya identifikasi dan pengembangan daya tarik wisata; pentingnya peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi; pentingnya peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pariwisata di daerahnya.

Kata Kunci: pengembangan, pariwisata hijau, pemberdayaan masyarakat, Desa Pemuteran.

Abstract

Pemuteran has tourism potential and stunning natural beauty. Pemuteran village communities have not been involved in tourism activities resulting maximum untapped tourist potential to the maximum, limited opportunity society are involved in tourism development, and less tergalinya creativity in tourism in the village. This research objective to maximize the role of the community in various aspects of tourism development. The development of tourism is expected to: (1) empowering local communities; (2) diversification of rural tourism products; (3) demonstration model to develop green tourism; (4) produce a tourism product of high quality and competitiveness;

(5) the development of a more responsible and sustainable tourism. Data were collected through observation, interviews, questionnaires, literature studies, and technical documentation. Data were analyzed using qualitative descriptive analysis of IFAS, EFAS, and SWOT. The strategy resulted in the development of green tourism as an effort to increase community empowerment in economic activity in the village of Pemuteran is green tourism marketing strategy; Strategy creation and development of green tourism products; Strategy commitment and development of community-based tourism development in North Bali; The strategy for improving the quality of human resources through the mastery of information technology and entrepreneurship; Waste management strategy together and independently; Infrastructure development strategy based tourism green tourism; Strategy

(2)

pengkemasan green travel packages in Buleleng. Advice can be given is the importance of the commitment in the development of tourism development in North Bali-based green tourism; the need for management of solid waste management; the need for the identification and development of a tourist attraction; importance of improving the quality of human resources that are highly competitive; the importance of increasing public participation in the planning, implementation and monitoring of tourism development in the region.

Keywords: development, green tourism, community development, Pemuteran village.

1. PENDAHULUAN

Pariwisata dikembangkan untuk berbagai tujuan, antara lain: sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi, sumber devisa negara, pembuka lapangan kerja dan pembangkit pertumbuhan pada sektor-sektor terkait, yaitu sektor pertanian, perikanan dan industri manufaktur. Pariwisata juga dapat meningkatkan pendidikan, menghidupkan kesenian dan kebudayaan yang hampir punah dan pelestarian atau konservasi lingkungan. Negara-negara yang mengandalkan pada sektor pariwisata mendapatkan bahwa pariwisata membawa manfaat ekonomi maupun berbagai masalah yang berkaitan dengan pengrusakan lingkungan hidup dan beban bagi masyarakat setempat yang disebabkan oleh biaya hidup yang tinggi dan lain-lain.

Pembangunan berkelanjutan patut diupayakan, terutama untuk mengentaskan masyarakat yang miskin.

Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah pelaksanaan pembangunan ekonomi secara terpadu dengan pembangunan lingkungan hidup. Pembangunan yang berkelanjutan dengan demikian diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antara orang yang kaya dengan yang miskin. Kerusakan lingkungan yang terjadi, antara lain adalah hancurnya bentang alam, rusaknya jenis vegetasi, satwa liar, terumbu karang, dan menumpuknya sampah.

Bali merupakan barometer kemajuan pariwisata di Indonesia, yang memiliki luas wilayah hanya 5.632.086 km2 atau sama dengan 0,29 % dari luas seluruh kepulauan Indonesia, ternyata memiliki daya tarik yang luar biasa. Bali sebagai Island Tourism merupakan pulau yang memiliki ukuran yang kecil, penduduknya yang padat, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari daerah tetangganya, keterbatasan sumber daya alam dan air, dan memiliki keterbatasan ruang. Sebagai island tourism seharusnya pemanfaatan lahan di Bali benar-benar direncanakan dengan baik dan laju pembangunan harus dikendalikan. Persentase luas wilayah Propinsi Bali pada tahun 2003 menurut kabupaten dan kota, tercatat (BPS, 2004): Kabupaten Badung 7 %, Gianyar 7 %, Tabanan 15 %, Jembrana 15 %, Buleleng 24

%, Klungkung 6 %, Bangli 9 %, dan Karangasem 15 %) dan satu Kota (Denpasar 2 %) dari luas daerah Bali. Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten yang terletak di bagian paling utara Pulau Bali yang mempunyai wilayah terluas diantara 9 kabupaten dan kota di Bali, yaitu hampir 1/3 luas Pulau Bali (±

1.365,88 hektar) dengan batas sebelah barat Kabupaten Negara; sebelah selatan Kabupaten Tabanan, Badung, dan Bangli; sebelah timur Kabupaten Karangasem dan sebelah utara Laut Jawa dan Bali.

Kabupaten Buleleng beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1.365 mm pertahun, musim hujan berkisar antara bulan Oktober s/d April sedangkan kemarau antara bulan April s/d Oktober. Kabupaten Buleleng yang meliputi area 1.370 km2 terbagi atas 9 kecamatan, yaitu Kecamatan Tejakula, Kubutambahan, Sawan, Buleleng, Sukasada, Banjar, Busungbiu, Seririt dan Gerokgak yang terdiri atas 127 desa, 19 kelurahan dan 166 buah desa adat. Sesuai dengan Perda Propinsi Bali Nomor 4 tahun 1999 bahwa di Kabupaten Buleleng telah ditetapkan menjadi 2 buah kawasan Pariwisata, yaitu Kawasan Pariwisata Kalibukbuk yang lebih terkenal dengan sebutan Kawasan Lovina yang mempunyai luas pengembangan 3.542 Ha yang meliputi 7 buah desa yaitu : Desa Pemaron, Tukad Mungga, Anturan, Kalibukbuk, Kaliasem, Temukus, Tigawasa dan Kawasan Pariwisata Batu Ampar yang terletak di sebelah barat Bali Utara dengan luas pengembangan 14.124 Ha, yang meliputi 5 buah desa yaitu : Desa Penyabangan, Bonyupoh, Pemuteran, Semberkima, dan Pejarakan.

(3)

Desa Pemuteran merupakan salah satu desa di Kecamatan Gerogak yang memiliki potensi wisata yang sangat menarik dengan keindahan alam yang mempesona. Desa Pemuteran terletak di pesisir barat Pulau Bali atau sekitar 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya berada di antara perbukitan dan laut, sehingga membuat tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian. Pantai di Pemuteran adalah salah satu pantai yang banyak dikunjungi wisatawan di kawasan Bali Utara. Pasir berwarna hitam membentang sekitar 6 kilometer dengan potensi laut dan terumbu karang terjaga dengan baik. Terumbu karang di kawasan Pantai Pemuteran dapat dinikmati dengan snorkeling tak jauh dari tepi pantai. Pemuteran memiliki area terumbu karang dangkal terluas di Bali yang mudah dinikmati keindahannya mengingat arus lautnya terbilang aman dan tenang. Pemuteran juga terkenal sebagai kawasan dengan semangat konservasi laut yang tinggi untuk projek terumbu karang artifisal Biorock terbesar di dunia. Terdapat beberapa yayasan yang bergerak secara aktif dalam usaha pelestarian terumbu karang di kawasan ini termasuk beberapa hotel, dive shops, dan masyarakat lokal.

Meskipun telah dikembangkan sebagai kawasan wisata, Desa Pemuteran masih terjaga kealamian alam dan masyarakatnya yang hidup dengan cara tradisional. Hal ini dapat dilihat dari peralatan tradisional yang digunakan, seperti perahu dan jaring untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan. Desa Pemuteran terbilang daerah yang rendah curah hujannya, sehingga kurang cocok sebagai lahan pertanian. Oleh karenanya, sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya sebagai nelayan tradisional. Dengan menggali potensi wisata yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan, diharapkan masyarakat terlibat lebih aktif dan mendapat manfaat dari berkembangnya pariwisata di daerahnya. Salah satu yang dapat dikembangkan dalam pembangunan pariwisata agar daerah tetap eksis adalah mengembangkan pariwisata hijau (green tourism) yang ramah dan peduli lingkungan, sesuai dengan potensi dan kecenderungan trend pariwisata dunia saat ini. Pariwisata hijau merupakan istilah yang dipergunakan untuk praktek pariwisata berkelanjutan yang secara substantive di dalamnya tercakup berkelanjutan secara lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.

Suatu kenyataan bahwa program pembangunan apapun, keberlanjutannya sangat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Ini berarti partisipasi aktif masyarakatnya mutlak diperlukan. Upaya pengembangan pariwisata hijau di Desa Pemuteran perlu dilakukan dengan memanfaatkan potensi alam dan budaya serta membenahi kekurangan-kekurangan yang ada serta memanfaatkan berbagai peluang untuk mengatasi berbagai kelemahan. Terlebih masyarakat Desa Pemuteran sangat mengharapkan desanya bisa dikembangkan sebagai desa wisata berbasis masyarakat, sehingga mereka bisa ikut berperan aktif di dalamnya dan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Belum banyaknya masyarakat terlibat dalam aktivitas kepariwisataan di desanya, ini disebabkan karena potensi desa belum tergarap secara maksimal, keterbatasan kesempatan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan pariwisata dan kurang tergalinya kreatifitas dengan berkembangnya kegiatan pariwisata di desa tersebut. Selain itu dalam rangka mempersiapkan masyarakat lokal menghadapi persaingan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, ternyata terdapat banyak kendala dan belum siapnya masyarakat dalam mengenali potensi daerahnya dan belum mampu mengkolaborasi pemanfaatan potensi wisata yang ada di daerahnya serta belum optimalnya pelibatan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata. Hal ini menyebabkan adanya kesan masyarakat tergerus oleh pembangunan pariwisata. Kedepan diperlukan suatu kemandirian dalam pengelolaan, inovasi, kreatifitas serta kolaborasi antara keunikan desa dengan pemberdayaan masyarakat lokal, sehingga pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi potensi wisata dalam pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran; 2) Menganalisis faktor-faktor internal serta faktor-faktor ekternal dari pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran; dan 3) Menyusun strategi pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran.

(4)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif, yang bermaksud memahami fenomena atau subjek penelitian secara emik dengan cara deskripsi kualitatif. Pendekatan yang dipergunakan bersifat multidimensional atau holistik untuk dapat secara menyeluruh menemukan permasalahan yang harus dicarikan solusinya dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal dalam merumuskan suatu pengembangan daerah wisata sesuai dengan potensi dan lingkungan yang mempengaruhinya. Penelitian dilaksanakan di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng Bali. Desa Pemuteran terletak di pesisir barat Pulau Bali atau sekitar 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya berada di antara perbukitan dan laut, sehingga membuat tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian. Pantai di Pemuteran adalah salah satu pantai yang banyak dikunjungi wisatawan di kawasan Bali Utara. Pasir berwarna hitam membentang sekitar 6 kilometer dengan potensi laut dan terumbu karang terjaga dengan baik. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa panduan wawancara dan panduan pengamatan, serta kuesioner. Panduan wawancara berisi pedoman wawancara untuk mendapatkan data yang mendalam dari masyarakat, pihak-pihak terkait, dan wisatawan, serta memberikan kesempatan kepada masyarakat, pihak-pihak terkait, dan wisatawan untuk menjawab secara bebas sesuai dengan pemahaman dan pengalaman mereka, sehingga akan diperoleh jawaban yang variatif. Panduan pengamatan digunakan saat melakukan observasi di lapangan, sehingga informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara: observasi, wawancara mendalam (guide interview), penyebaran kuesioner, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh yang dianggap mengetahui mengenai objek penelitian yang dilakukan. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu: Kepala Desa, Bendesa Adat, Tokoh Masyarakat, Yayasan Pengelola Potensi Wisata, Industri Pariwisata, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, dan wisatawan yang berkunjung ke Desa Pemuteran. Teknik yang digunakan dalam penentuan informan adalah dengan teknik purposive. Informan diambil secara purposive terdiri dari tiga pilar insan pariwisata, yakni masyarakat, pelaku bisnis pariwisata (swasta) dan pemerintah untuk mengisi kuesioner yang terkait dengan penentuan indikator peluang dan ancaman dari faktor eksternal. Indikator kekuatan dan kelemahan dari faktor internal terhadap pengembangan Desa Pemuteran ditetapkan sampel sebanyak 100 orang wisatawan. Sampel diberikan kuesioner dengan cara accidental sampling yang berkunjung ke Desa Pemuteran, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, seperti yang disarankan oleh data. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif; analisis Matriks Internal Eksternal dipergunakan untuk membantu merumuskan grand strategy yang akan diterapkan, setelah mengetahui posisi dari Desa Pemuteran dalam Matrik Internal Eksternal; dan analisis SWOT.

(5)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Buleleng merupakan salah satu dari 9 kabupaten dan kota di Bali. Perkembangan kepariwisataan Kabupaten Buleleng secara umum dipengaruhi oleh jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Bali. Peningkatan jumlah wisatawan ke Bali selain karena daya tarik wisata budaya dan keindahan alamnya, juga didorong oleh penyelenggaraan event-event internasional yang diselenggarakan di Bali, seperti Miss World 2013, APEC 2013, WTO (World Trade Organization) 2013 dan lainnya.

Pembangunan pariwisata di Bali yang terkesan sudah sesak di Bali bagian selatan, kini mulai merambah Bali bagian utara. Kabupaten Buleleng yang terletak dibagian utara Pulau Bali memiliki daya tarik wisata alam yang memukau, kini mulai ramai dikunjungi wisatawan. Kepariwisataan Kabupaten Buleleng khususnya tidak saja didukung dari kunjungan wisatawan nusantara namun juga wisatawan mancanegara.

Wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan dari jumlah kunjungan 349.981 orang (2013) menjadi 372.814 orang (2014). Karakteristik wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng di dominasi oleh wisatawan yang berasal dari kota-kota di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. Usia wisatawan nusantara di dominasi berumur muda dan masih produktif, berpendidikan tinggi dan sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta. Rata-rata lama tinggal wisatawan nusantara berkisar 2-3 hari dan pada umumnya menginap di berbagai jenis akomodasi komersial di sepanjang Pantai Lovina. Sumber informasi selain dari rekomendasi keluarga ataupun kolega, 55%

diperoleh dari internet.

Pergerakan wisatawan nusantara semakin meningkat sejalan dengan kian berkembangnya sektor transportasi serta adanya kecenderungan motivasi berwisata sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi kearah gaya hidup. Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng di dominasi oleh wisatawan Eropa, seperti Belanda (19,54%), Perancis (17,34%), Jerman (15,77%). Kemudian disusul dengan kunjungan wisatawan Australia (11,23%), Denmark (9,34%), Amerika (8,45%), Kanada (7,12%), Inggris (4,90%), Malaysia (3,98%), dan Belgia (2,33%) dengan sebagian besar bertujuan berlibur. Karakteristik wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng adalah berumur muda dan masih produktif, berpendidikan tinggi, pekerjaan sebagai besar sebagai profesional. Wisatawan mancanegara yang berkunjung memiliki penghasilan 5-14 juta per bulan dengan pengeluaran selama berkunjung di Kabupaten Buleleng berkisar 1-5 juta rupiah. Lama tinggal wisatawan berkisar 2-3 hari dan sebagai besar menginap di hotel berbintang di sepanjang Pantai Lovina (Disbudpar, 2014). Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng mencapai 288.166 orang (2013) meningkat menjadi 291.012 orang (2014).

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Buleleng Bali

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, 2015.

Tahun Wisatawan Nusantara (orang)

Wisatawan Mancanegara (orang)

Total Kunjungan Wisatawan (orang)

2010 94.902 187.980 282.882

2011 101.652 196.699 298.351

2012 268.794 266.053 534.847

2013 349.981 288.166 638.147

2014 372.814 291.012 663.826

Total 1.188.143 1.229.910 2.418.053

Rerata 237.628,60 245.982 483.610,60

(6)

Kabupaten Buleleng salah satu daerah pariwisata yang cukup diminati oleh wisatawan karena wisata bahari yang terbentang disepanjang wilayahnya. Daya tarik wisata yang ramai dikunjungi wisatawan ke Kabupaten Buleleng meliputi Desa Pemuteran, Pura Maduwe Karang, Pura Beji, Gedong Kertya, Museum Buleleng, Wihara Budha, Pura Pulaki, Makam Jaya Prana, Air Terjun Les, Air Sanih, Air Terjun Gitgit, Danau Tamblingan, Lovina, Air Panas Banjar, Taman Nasional Bali Barat dan Air Terjun Melanting. Berdasarkan hasil analisis pasar pariwisata Kabupaten Buleleng diketahui lokasi favorit tempat berkunjung wisatawan ke Kabupaten Buleleng sebagai berikut: Wisatawan nusantara menjadikan Air Panas Banjar sebagai tempat favorit dan Pemuteran berada di peringkat kedua, sedangkan wisatawan mancanegara menjadikan Lovina sebagai daya tarik wisata favorit di Kabupaten Buleleng. Desa Pemuteran merupakan salah satu daya tarik wisata yang menjadi pilihan wisatawan berkunjung karena keindahan alam berupa pantai dan wisata lautnya.

Lokasi Favorit Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Buleleng

Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara

Daya Tarik Wisata Prosentase (%) Daya Tarik Wisata Prosentase (%)

Air Panas Banjar 36,22 Lovina 47,09

Pemuteran Gerogak 19,66 Air Terjun Gitgit 17,41

Lovina 15,88 Pemuteran Gerogak 15,19

Air Terjun Gitgit 15,88 Air Panas Banjar 11,94

Kota Singaraja 3,19 Air Terjun Sanih 1,78

Lainnya 9,17 Kota Singaraja 0,56

Lainnya 6,03

Total 100,00 Total 100,00

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, 2015.

Pemuteran adalah sebuah desa dengan potensi wisata yang menarik dengan keindahan alam yang tenang dan alami. Desa Pemuteran terletak di pesisir barat Pulau Bali atau sekitar 55 km arah barat Kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya berada di antara gugusan perbukitan dan hamparan laut, sehingga membuat tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian. Berdirinya Desa Pemuteran secara pasti tidak ada yang tahu tentang tanggal, bulan serta tahun. Tetapi menurut cerita Penglingsir/Tokoh Mayarakat Desa Pemuteran yang dapat dipercaya mengatakan bahwa Desa Pemuteran yang dulunya adalah merupakan suatu wilayah Banjar Dinas yang disebut Banjar Dinas Pemuteran, Desa Sumberkima, Kedistrikan Pengastulan. Kisah Banjar Dinas Pemuteran berpisah dengan Desa Sumberkima terjadi pada 16 Agustus 1967 yang selanjutnya disebut Desa Pemuteran. Terpilihnya Kata

“Pemuteran” menjadi nama Desa adalah karena adanya Gunung Pulaki yang merupakan batas ujung timur antara Desa Banyupoh yang keberadaannya agak menonjol ke pantai / kepermukaan laut, sehingga menyebabkan orang-orang yang hendak lewat Pulaki, baik dari arah barat dan dari timur yang menggunakan kendaraan bermotor harus rela berjalan kaki dan para sopir kala itu harus memutar kendaraan cukup sampai Gunung Pulaki. Karena Pemuteran adalah tempat memutar, maka disebutlah Desa Pemuteran, akan tetapi ada pula para Penglingsir mengatakan bahwa istilah Desa Pemuteran diambil untuk nama desa tidak lepas dari keberadaan Pura Pemuteran yang merupakan pesanakan Pura Pulaki Desa Banyupoh yang disebut dengan Pura Muttering Jagat. Pada pura tersebut terdapat sumber air mata panas yang merupakan tempat pesucian sebelum melaksanakan persembahyangan yang sangat dipercaya

(7)

oleh umat Hindu sebagai Pura Kahyangan Jagat, sehingga sampai saat ini disebut Desa Pemuteran. Desa Pemuteran memiliki keadaan geografis membujur dari barat ke timur yang diapit oleh gunung sebelah selatan dan laut (segara) di utara, sehingga Desa Pemuteran disebut dengan desa Nyegara Gunung.

Visi Desa Pemuteran 2011-2016 adalah “terwujudnya Desa Pemuteran yang sejahtera berbasis pariwisata budaya yang dijiwai Tri Hita Karana”. Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan desa, maka Desa Pemuteran menetapkan dua misi Pembangunan tahun 2011-2016 sebagai berikut:

1) Mewujudkan masyarakat yang sejahtera, melalui peningkatan akses terhadap kesehatan yang berkualitas serta pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta percepatan pembangunan infrastruktur dan pelestarian lingkungan hidup.

2) Mewujudkan Desa Pemuteran sebagai kawasan wisata yang berbudaya melalui pembangunan/penguatan nilai-nilai seni budaya serta peningkatan kesadaran dalam fungsi terhadap lingkungan hidup.

Desa Pemuteran memiliki batas-batas wilayah, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali; sebelah selatan berbatasan dengan Hutan Negara; sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyupoh; sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumberkima. Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng memiliki luas wilayah 33,03 km2 yang terdiri atas 9 (sembilan) dusun, yaitu: Dusun Kembang Sari, Dusun Pala Sari, Dusun Loka Segara, Dusun Yeh Panes, Dusun Sendang Lapang, Dusun Pengumbahan, Dusun Sari Mekar, Dusun Sumber Wangi, dan Dusun Sendang Pasir.

3.1. Potensi Wisata Desa Pemuteran Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi

Desa Pemuteran memiliki berbagai potensi wisata yang masih sangat alami dan menarik. Potensi wisata yang ada di Desa Pemuteran harus terus digali dan diasah, sehingga masyarakat menyadari bahwa daerahnya menyimpan berbagai jenis potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Adapun potensi wisata yang dimiliki Desa Pemuteran antara lain:

1) Konservasi terumbu karang

Desa Pemuteran dengan program konservasi terumbu karang yang dipadukan dengan aktivitas pariwisata oleh Yayasan Karang Lestari bekerjasama dengan masyarakat lokal Desa Pemuteran mampu menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung dan ikut serta dalam konservasi lingkungan hayati tersebut. Konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran sudah diinisiasi pada tahun 1989 hingga sekarang. Program konservasi tersebut telah mendapatkan pengakuan tidak saja di tingkat lokal, namun juga di tingkat nasional dan internasional. Desa Pemuteran memiliki berbagai potensi wisata yang dapat dikembangkan berada diantara gugusan perbukitan dan pegunungan, didukung oleh hamparan pantai yang membentang dari timur ke barat, serta terkenal dengan air panasnya yang membuat tempat ini sangat indah dan eksotis. Desa Pemuteran juga memiliki kekayaan alam berupa gugusan terumbu karang yang sangat beragam dengan pemandangan laut yang sangat indah dengan kondisi ombak yang tidak terlalu besar, sehingga cukup tenang dan nyaman ketika melakukan aktivitas wisata bahari. Masyarakat Desa Pemuteran juga termasuk masyarakat tradisional yang masih kental memegang adat istiadat serta budaya yang dimiliki. Pengembangan pariwisata di daerah ini diharapkan mampu memajukan desa dan sekaligus konservasi terumbu karang, hal ini dikemukakan oleh Bapak I Gusti Agung Prana yang merupakan perintis Yayasan Karang Lestari yang konsen terhadap konservasi terumbu karang dan biorock di Desa Pemuteran.

Beliau mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pariwisata diharapkan kesejahteraan masyarakat meningkat, serta kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat terjaga. Melalui yayasan tersebut beliau berupaya mengembalikan potensi alam dan menumbuhkan kesadaran masyarakat lokal akan

(8)

pentingnya penyelamatan ekosistem terumbu karang guna menyelamatkan ekosistem biota bawah laut.

Terumbu karang adalah salah satu ekosistem tertua yang secara ekonomis dan biologi sangat penting di dunia. Meskipun demikian, terumbu karang menghadapi sejumlah ancaman serius, termasuk polusi dari daratan, dampak pemancingan, perubahan iklim, dan penipisan terumbu, peningkatan keasaman laut, serta kurangnya kesadaran masyarakat. Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan pada satu kekayaan bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung dan tidak langsung.

Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan habitat biota-biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Terumbu karang memiliki nilai estetika yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata dan memiliki pegangan sumber plasma nutva yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan dalam menyediakan pasir pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak erosi pantai.

Biorock teknologi adalah suatu proses deposit elektro mineral yang berlangsung di dalam laut, biasanya disebut juga dengan teknologi akresi mineral. Teknologi ini dikembangkan oleh Prof. Wolf H. Hilbetz seorang ilmuan kelautan dari Jerman pada tahun 1974. Selanjutnya sejak tahun 1988, Prof.

Wolf H. Hilbetz bersama Dr. Thomas J. Goreau (AS) seorang ahli ekologi karang melakukan penelitian untuk mengembangkan lagi biorock teknologi dengan fokus pada pengembiakan, pemeliharaan dan restorasi terumbu karang serta struktur proteksi pesisir. Penelitian ilmuan tersebut telah dilakukan di berbagai dunia termasuk Indonesia. Biorock memiliki struktur yang di bentuk dari besi dialiri listrik tegangan rendah, mekananisme kimiawi terjadi ketika aliran listrik tadi menimbulkan reaksi electrolityc yang mendorong pembentukan mineral alami pada air laut, seperti kalsium karbonat, dan magnesium hidroxyde. Pada saat bersamaan perubahan elektro kimia mendorong pertumbuhan organisme disekitar struktur. Akibatnya ketika bibit karang di tempelkan pada struktur besi tersebut, pertumbuhannnya akan lebih cepat terjadi.

Jejak rintisan restorasi terumbu karang di Desa Pemuteran dimulai sejak tahun 1990 oleh Yayasan Karang Lestari. Kala itu upaya pengembangan destinasi pariwisata tersebut dimulai dari usaha restorasi terumbu karang yang telah dirusak dan dihancurkan masyarakat. Bapak I Gusti Agung Prana beserta beberapa perintis lingkungan yang berdedikasi terhadap penyelamatan lingkungan di Desa Pemuteran. Yayasan Karang Lestari menempatkan Bupati Buleleng sebagai Pelindung, sedangkan beberapa tokoh nasional menjadi dewan Pembina, yaitu I Gde Ardika (Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata), Drs. Dewa Made Beratha (Mantan Gubernur Bali), Kwik Kian Gie (Mantan Menteri Koordinator Perekonomian) dan Robi Johan. Dewan Pengawas diisi oleh tokoh-tokoh lokal, meliputi Kelihan Desa Pekraman Pemuteran dan Kepala Desa Pemuteran. Ketua Yayasan dijabat oleh I Gusti Agung Prana dengan sekretarisnya I Nyoman Wina, SH, dan Bendahara I Gusti Agung Mantra serta Ibu Rani (seorang warga Jerman) (Pitana dkk, 2013).

Upaya menjadikan terumbu karang seperti sediakala menjadi tujuan utama agar menjadi daya tarik wisata bawah laut. Usaha pertama dan paling berat yang dirasakan oleh pelopor penyelamat lingkungan yang tergabung dalam Yayasan Karang Lestari adalah menumbuhkan dan menstransformasi budaya masyarakat dari penghancur ekosistem menjadi penyelamat ekosistem terumbu karang. Pendekatan yang dipergunakan oleh Yayasan Karang Lestari dalam upaya pelestarian terumbu karang di Desa Pemuteran yaitu melalui pendekatan adat, budaya, dan keagamaan. Pendekatan adat, budaya dan keagamaan sangat mengikat dan sangat dipatuhi oleh masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat lokal ikut menjaga dan memelihara keberadaan terumbu karang sangat menjamin keberhasilan restorasi terumbu karang dan penyelamatan ekosistem laut tersebut.

(9)

Usaha awal Yayasan Karang Lestari dalam merestorasi terumbu karang di Desa Pemuteran mulai menampakkan hasilnya yaitu ikan-ikan kecil mulai berpindah dari lautan lepas yang dalam ke pusat pertumbuhan karang buatan yang dibuat Yayasan Karang Lestari. Tahun 1996 pertumbuhan terumbu karang secara alami sudah cukup bagus yang mencerminkan bahwa usaha yang dilakukan cukup berhasil. Bahkan, terumbu karang yang tumbuh sangat kaya ragamnya, sehingga ada yang mengatakan sebagai salah satu lokasi terumbu karang yang terkaya di dunia. Menginjak tahun 2001, setahun sejak dikenalkannya teknologi biorock di Desa Pemuteran, kawasan teluk Pemuteran lahir kembali dan berubah menjadi taman laut dengan terumbu karang yang kaya. Penumbuhan terumbu karang dengan teknologi biorock ternyata dapat mempercepat pertumbuhan terumbu karang tiga hingga enam kali lebih cepat serta menghasilkan terumbu karang yang lebih tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca dan kontaminasi berbagai polusi air, jika dibandingkan dengan terumbu karang yang tumbuh alami. Kehidupan biota laut yang kembali seperti sediakala mengundang koloni ikan datang dan menjadikan terumbu karang sebagai rumahnya.

Kondisi ini semakin menggembirakan dengan mulai datangnya wisatawan. Pada umumnya wisatawan yang datang adalah wisatawan minat khusus dengan tujuan menikmati wisata bahari, melakukan diving, snorkeling, pariwisata spiritual dan ekowisata. Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, hal tersebut mengundang peluang usaha dan menarik beberapa orang untuk berinvestasi di Desa Pemuteran. Beberapa hotel dan fasilitas pariwisata mulai dikembangkan. Melihat berbagai karakteristik wisatawan yang datang, hal ini berimplikasi pada upaya pemenuhan kebutuhan wisatawan yang sangat beragam tersebut, sehingga kebutuhan wisatawan tidak saja dipenuhi oleh pengusaha pariwisata, namun juga hal ini mampu meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat dengan membangun jasa penginapan, homestay, warung makan, penjual minuman, jasa pijat (massage), instrutur selam bagi penyelam amatir, penyewaan alat selam, penyewaan perahu, ataupun menjadi pemandu wisata lokal.

2) Potensi Wisata Spiritual

Di Desa Pemuteran terdapat pura-pura yang berpotensi sebagai wisata spiritual meski belum keseluruhan dikembangkan saat ini. Kegiatan spiritual yang bisa dilakukan adalah persembahyang bagi umat Agama Hindu dan wisatawan lainnya bisa menikmati keindahan alam yang dipadukan dengan bangunan-bangunan pura. Nama pura-pura yang berada di Desa Pemuteran, antara lain: Pura Pemuteran, Pura Batu Korsi, Pura Wed Pemuteran, Puri Bukit Ser, Pura Teledu, Pura Beratan, Pura Batu, Pura Bukit Saab, Pura Bukit Udeng-Udengan, Pura Taman, Pura Mas Pahit, Pura Majapahit, Pura Goa Giri Putri, dan Pura Bukit Encahan Taluh.

3) Pura Agung Pulaki

Pura Agung Pulaki adalah salah satu pura dengan aura religious dengan keindahan alam di sekitarnya yang sangat memukau. Lokasinya berada di atas tebing berbatu menghadap langsung ke laut dengan pemandangan sekitarnya menawan dan berlatar belakang bukit berbatu terjal. Pura ini terletak di Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, tempatnya cukup strategis sebab berada di pinggir jalan raya Singaraja-Gilimanuk. Selain berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi, Pura Pulaki juga menjadi tempat pemujaan bagi keagungan jiwa Sri Patni Kaniten yang telah mencapai moksa. Sri Patni Kaniten mencapai moksa berkat ajaran ilmu keparamarthan yang dapat dengan mudah ia pelajari dari Danghyang Nirartha. Karena mampu menguasai ilmu tersebut hingga mencapai moksa, Sri Patni Kaniten dipuja sebagai Dewa dan dianggap sebagai Bhatari Dalem Ketut. Berdasarkan tinjauan sejarahnya, pendirian Pura Pulaki terkait juga dengan Pura Dalem Melanting dalam hal tirta yatra dari Danghyang Nirartha. Pendirian pura yang tergolong sebagai Pura Kahyangan Jagat dan Dang Kahyangan tersebut diperkirakan pada masa pemerintahan Raja Gelgel, Dalem Waturenggong (1460-1552 M). Selain itu, Pura Pulaki yang letaknya tidak

(10)

begitu jauh dengan Pura Melanting dianggap sebagai predana-purusa atau sebagai tempat pemujaan untuk memohon kemakmuran ekonomi. Tak jarang orang yang datang ke pura ini adalah pedagang atau pengusaha.

4) Pura Dalem Melanting

Pura Melanting terletak cukup dekat dengan Pura Pulaki, itu karena Pura Melanting merupakan salah satu stana “Pesanekan Ida Batara Sami” yang termasuk pesanekan dari Ida Batara Pulaki, Ida Batara Kertaning Jagat (di Desa Banyu Poh), Ida Batara Mutering Jagat (di dusun Yeh Panes Pemuteran), dan Ida Batara Pabean. Kata Melanting diambil dari dua kata yang berbeda yakni “mel” dan

“anting”, mel berarti kebun atau hasil bumi dan anting berarti bergantung pada tali. Melanting adalah suatu tempat persembahan hasil bumi yang dipersembahkan kehadapan Ida Ayu Swabawa sebagai Bhatari Melanting. Pura ini sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat Bali khususnya para pedagang. Pura Melanting adalah pura yang sangat megah dan berada di tengah hutan, suasananya begitu asri, alam sekelilingnya sangat indah dan bangunan pura terlihat kokoh berdiri dengan megahnya.

Potensi lainnya yang dimiliki Desa Pemuteran berupa: perkebunan anggur, wisata hutan, kesenian gamelan, Pantai Sendang Pasir atau Pantai Pandan Wangi, musik hadrah adalah kebudayaan dan kesenian di Desa Sendang Pasir. Atraksi buatan yang ada di Dusun Sendang Pasir adalah pengelolaan batok kelapa menjadi bahan baku pembuatan souvenir karena disini banyak terdapat pohon kelapa. Limbahnya dapat dipergunakan sebagai bahan baku souvenir batok kelapa dan diolah langsung oleh masyarakat Sendang Pasir sendiri.

3.2. Aktivitas Wisata di Desa Pemuteran Dalam Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi

Berdasarkan potensi wisata yang terdapat di Desa Pemuteran, adapun beberapa aktivitas wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan adalah:

1) Snorkeling

Snorkeling merupakan salah astu kegiatan wisata bahari yang paling diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa Pemuteran. Berbeda dengan diving yang menuntut keahlian dan perlengkapan khusus yang kompleks dan mahal juga, kegiatan snorkeling ini hanya menggunakan perlengkapan yang sederhana. Biasanya aktivitas snorkeling ini dilakukan pada pagi hari sampai siang hari di saat intentitas cahaya matahari sedang tinggi sehingga, para snorkler dapat melihat objek bawah laut dengan baik. Kedalaman untuk snorkeling umumnya tidak melebihi 5 meter.

Perlengkapan dasar snorkeling yang disiapkan di tempat ini yaitu: jaket pelampung yang berguna untuk mengapungkan tubuh dipermukaan air; snorkel/ pipa untuk bernafas dari mulut; masker/

kacamata selam sekaligus menutup hidung; dan fin/ sirip kaki untuk membantu berenang.

2) Diving

Selain kegiatan snorkeling, kegiatan diving pun ada dan tidak kalah peminatnya. Diving merupakan kegiatan menyelam dengan menggunakan alat bantu pernafasan dengan menggunakan udara dari tabung udara. Untuk melakukan diving, penyelam tidak bisa sembarangan, harus ada sertifikat menyelam. Salah satu data yang kami dapat dari tempat penyewaan alat diving atau dive center ini mempunyai latar belakang didirikan dive center ini karena untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal di Desa Pemuteran. Penghasilan yang didapat dari usaha ini sebesar 15 juta. Dive center ini juga menyediakan paket diving termasuk dengan alat selam, makan, transportasi, dan tiket masuk Taman Nasional Bali Barat, serta menyediakan jasa pelayanan guide. Untuk guide lokal berjumlah 8 orang, sedangkan guide asing 5 orang. Jumlah kunjungan wisatawan Perancis, Jerman dan Belanda paling tinggi ada bulan Juni hingga Agustus. Adapun

(11)

aturan-aturan dari Dive Center, yaitu: alat selam diganti setiap 5 tahun sekali; wisatawan lokal dapat menyewa alat selam; dan wisatawan menyewa alat selam tetapi dengan guide. Sedangkan syarat mengikuti kegiataan ini adalah: harus memiliki sertifikat diving; dan jika belum memiliki sertifikat diving, hanya diperbolehkan menyelam 10-12 meter.

3) Atraksi wisata buatan

Selain atraksi wisata alam (nature), ada juga atraksi wisata buatan manusia, seperti bangunan atau infrastuktur pariwisata termasuk arsitektur bersejarah dan modern, monumen, taman, kebun, tempat bersejarah, lapangan golf dan masih banyak lagi. Di Dusun Palasari hanya terdapat sebuah pura yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan persembayangan, seperti yang biasanya dilakukan umat Hindu pada umumnya, tetapi pura tersebut belum dikembangkan sebagai atraksi wisata.

4) Atraksi wisata budaya (cultural)

Atraksi wisata budaya pada umumnya biasa dikenal dengan tari-tarian, festival, pertunjukan cerita rakyat dan seni. Umumnya sering dipentaskan tari-tarian di hotel kepada wisatawan.

3.3. Faktor-Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal Dalam Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi di Desa Pemuteran

Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal dalam pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktifitas ekonomi di Desa Pemuteran dapat dijelaskan sebagai berikut:

Faktor lingkungan internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dengan variabel pariwisata hijau dan pemberdayaan masyarakat. Adapun faktor kekuatan yang dimiliki Desa Pemuteran adalah sebagai berikut:

1) Tingginya kesadaran masyarakat dalam mengurangi emisi karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan menjaga ketersediaan secara berkelanjutan sumber daya air. Hal ini telah digambarkan dalam gambaran umum Desa Pemuteran, pada mulanya masyarakat yang mencari ikan cenderung melakukan tindakan merusak habitat laut dengan bahan peledak, yang kemudian akibat peran dari Bapak I Gusti Agung Prana mampu merubah mindset masyarakat yang mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam melindungi potensi, habitat dan ekosistem laut, sehingga masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi dengan aktivitas tersebut. Ekosistem laut yang terlindungi dengan potensi wisata bahari yang dimiliki oleh Desa Pemuteran mengakibatkan pariwisata berkembang pesat dan masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi dengan berkembangnya pariwisata di daerahnya.

2) Terdapatnya manajemen pengelolaan sampah dan limbah yang baik. Pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran dan berkembangnya berbagai aktivitas wisata, stakeholder terkait lebih aware terhadap keberadaan sampah dan pengelolaannya. Namun demikian menurut wisatawan yang berkunjung, sampah masih menjadi ancaman dan masalah di Desa Pemuteran, mulai dari sampah yang berserakan dijalan, dipantai, maupun sampah yang tersangkut pada coral di tengah laut. Sampah ditengah laut, jika tidak segera diatasi dapat mengakibatkan ancaman bagi habitat dan ekosistem laut Desa Pemuteran.

3) Terdapat pemasaran dan hubungan masyarakat. Perkembangan pariwisata mengakibatkan banyaknya bermunculan industri pariwisata penyedia berbagai layanan untuk wisatawan. Masing-masing industri paiwisata berkontribusi dalam memasarkan dan memberikan informasi mengenai produknya sendiri maupun Desa Pemuteran dan potensi wisatanya yang berimplikasi pada semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Pemuteran.

4) Adanya upaya pencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya. Desa Pemuteran tidak hanya memiliki kekayaan alam berupa gugusan terumbu karang yang sangat beragam dengan pemandangan laut yang sangat indah namun juga memiliki potensi budaya

(12)

yang sebagai kearifan lokal dalam menjaga alam yang dimilikinya. Masyarakat Desa Pemuteran juga termasuk masyarakat tradisional yang masih kental memegang adat istiadat serta budaya yang dimiliki.

Pengembangan pariwisata di daerah ini diharapkan mampu memajukan desa dan sekaligus konservasi terumbu karang, hal ini dikemukakan oleh Bapak I Gusti Agung Prana yang merupakan perintis Yayasan Karang Lestari yang konsen terhadap konservasi terumbu karang dan biorock di Desa Pemuteran. Beliau mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pariwisata diharapkan kesejahteraan masyarakat meningkat, serta kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat terjaga. Melalui yayasan tersebut beliau berupaya mengembalikan potensi alam dan menumbuhkan kesadaran masyarakat lokal akan pentingnya penyelamatan ekosistem terumbu karang guna menyelamatkan ekosistem biota bawah laut. Jejak rintisan restorasi terumbu karang di Desa Pemuteran dimulai sejak tahun 1990 oleh Yayasan Karang Lestari. Kala itu upaya pengembangan destinasi pariwisata tersebut dimulai dari usaha restorasi terumbu karang yang telah dirusak dan dihancurkan masyarakat. Bapak I Gusti Agung Prana beserta beberapa perintis lingkungan yang berdedikasi terhadap penyelamatan lingkungan di Desa Pemuteran.

5) Mulai adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan partisipasi semua pemangku kepentingan, regulasi dan tata kelola yang baik dalam pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran. Keterlibatan masyarakat tidak hanya pada saat pelaksanaan, namun juga dalam merencanakan dan usaha konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran.

6) Peningkatan penghasilan masyarakat di sektor pariwisata dan pendapatan langsung untuk kawasan dengan berkembangnya pariwisata di Desa Pemuteran.

7) Masyarakat memiliki kemampuan menjaga keharmonisan dengan alam, daya dukung lingkungan melalui pendidikan konservasi lingkungan, pengembangan kapasitas dan pendidikan, serta kearifan lokal budaya yang dijalaninya.

Sedangkan faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut:

1) Terbatasnya ketersediaan modal dan pembiayaan masyarakat lokal. Adanya keterbatasan modal dan pembiayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan usaha mengakibatkan dan kedepannya modal akan dikuasai oleh modal asing/luar masyarakat lokal.

2) Perlunya pendidikan konservasi lingkungan. Untuk mengelola, menjaga, serta konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran, sangat pentingnya pemberian pendidikan bagi masyarakat lokal, masyarakat yang berkecimpung dalam pariwisata di Desa Pemuteran, maupun wisatawan yang berkunjung ke Desa Pemuteran, sehingga memiliki tingkat kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem laut di Desa Pemuteran.

3) Perlu keselarasan arah pembangunan prasarana di Kabupaten Buleleng. Masih terbatasnya aksesibilitas menuju Desa Pemuteran maupun daya tarik wisata lainnya di Kabupaten Buleleng.

Aksesibilitas sangat penting bagi wisatawan menuju daya tarik wisata yang dikunjungi. Semakin bervariasinya daya tarik wisata pada suatu daerah/wilayah mampu menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung dan lebih lama tinggal di daerah tersebut.

4) Kurangnya akses internet di Desa Pemuteran untuk memudahkan wisatawan maupun masyarakat dalam memberikan informasi dan pemasaran. Dengan semakin canggihnya teknologi yang banyak dimanfaatkan untuk berbagi informasi dan teknologi transportasi, akses akan internet merupakan kebutuhan pokok bagi suatu destinasi dan peningkatan pemasaran destinasi tersebut. Demikian juga perkembangan media sosial yang sangat massive mampu membantu pemasaran destinasi jika dapat tercapainya kepuasan wisatawan akan suatu destinasi yang akan menghasilkan pemasaran yang positif.

5) Masih terbatasnya aksesibilitas menuju Desa Pemuteran maupun daya tarik wisata yang ada di Desa Pemuteran.

(13)

Faktor Lingkungan Eksternal

Faktor lingkungan eksternal terdiri dari faktor peluang dan ancaman dengan variabel politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Adapun faktor peluang yang dimiliki Desa Pemuteran adalah sebagai berikut:

1) Kondusifnya situasi keamanan Bali. Hal ini terbukti dengan diberlangsungkannya berbagai even nasional dan internasional di Bali. Selain karena keamanannya juga karena keindahan pulau Bali, sehingga banyak juga even MICE diselenggarakan di Bali.

2) Bali meraih kembali penghargaan sebagai the best destination dan Best Overseas Tourism City. Bali mampu mempertahankan predikat the best destination dan Best Overseas Tourism City.

3) Arah pembangunan prasarana di Bali Utara masih dalam proses perencanaan. Jika pembangunan di Bali utara termasuk Kabupaten Buleleng maka dapat mengurangi kemacetan dan kepadatan pembangunan dan kunjungan wisata di Bali Selatan. Hal ini juga berimplikasi pada peningkatan pembangunan sarana dan prasaran di Bali Utara serta kemudahan akses dan semakin singkatnya waktu dan jarak tempuh menuju Kabupaten Buleleng.

4) Tren pariwisata hijau dan ramah lingkungan. Tren dewasa ini adalah pengembangan pariwisata hijau (green tourism) yang merupakan kelanjutan dari pariwisata berkelanjutan namun lebih spesifik dan lebih mudah diukur. Pariwisata hijau merupakan istilah yang dipergunakan untuk praktek pariwisata berkelanjutan yang secara substantif di dalamnya tercakup berkelanjutan secara lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pariwisata hijau haruslah menerapkan empat pilar, yaitu: mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan kepariwisataan yang dilakukan; konservasi keanekaragaman hayati;

manajemen pengelolaan sampah dan limbah yang baik; dan menjaga ketersediaan secara berkelanjutan sumber daya air. Pada prinsipnya keempat pilar pariwisata hijau tersebut dapat diimplementasikan jika di dukung oleh faktor-faktor sebagai berikut: regulasi dan tata kelola yang baik; partisipasi semua pemangku kepentingan; ketersediaan modal dan pembiayaan; pengembangan kapasitas dan pendidikan.

5) Meningkatnya usaha di bidang pariwisata. Semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke Bali dan Kabupaten Buleleng, baik kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara berimplikasi pada peningkatan supply produk pariwisata oleh industri pariwisata.

6) Dukungan organisasi masyarakat setempat, Lembaga Desa Adat dan Lembaga Pemberdayaan Desa Adat.

7) Konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam. Perkembangan wisata bahari di dunia mengarah pada peningkatan kesadaran stakeholder dan konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam.

8) Teknologi internet dalam penyediaan informasi dan promosi. Kemudahan informasi melalui internet dapat meningkatkan dan memperluas segmentasi pasar suatu destinasi dan membantu pemasaran serta promosi suatu destinasi wisata.

Sedangkan faktor-faktor ancaman yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut:

1) Masih terbatasnya akses dan teknologi transportasi. Keterbatasan akses dan transportasi ke Kabupaten Buleleng karena pembangunan masih terpusat di Bali Selatan dan masih terbatasnya pembangunan prasarana jalan dan transportasi ke Kabupaten Buleleng yang menyebabkan lamanya waktu dan jarak tempuh dari titik kedatangan wisatawan (bandara).

2) Tidak meratanya pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan. Perlu adanya suatu kebijakan sebagai upaya pemerataan pembangunan pariwisata antara Bali Selatan dengan Bali Utara.

3) Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, dituntut kesiapan dan semakin tingginya kualitas SDM agar mampu bersaing dengan SDM dari Negara ASEAN lainnya.

4) Peliknya masalah manajemen sampah. Sampah di Bali belum termanajemen dengan baik, demikian juga pemanfaatan kembali sampah yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga maupun suatu industri belum dilakukan dengan maksimal.

(14)

5) Kurangnya daya tarik wisata yang mendukung keberadaan daya tarik wisata yang terdapat di Desa Pemuteran. Semakin bervariasi daya tarik wisata di suatu kawasan atau destinasi, maka mampu meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan pada destinasi tersebut.

3.4. Strategi Dalam Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi di Desa Pemuteran

Berdasarkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman), maka disusun strategi melalui matrik analisis SWOT (Strengths, weaknesses, Opportunities, dan Threats), maka dapat dilihat strategi yang dihasilkan sebagai berikut:

Matrik Analisis SWOT Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi di Desa Pemuteran

IFAS

EFAS

Kekuatan/Strengths (S)

1) Tingginya kesadaran masyarakat dalam mengurangi emisi karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan menjaga ketersediaan secara berkelanjutan sumber daya air

2) Terdapatnya manajemen pengelolaan sampah dan limbah yang baik

3) Terdapat pemasaran dan hubungan masyarakat

4) Terdapat pencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya

5) Adanya upaya pencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya

6) Mulai adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan partisipasi semua pemangku kepentingan, regulasi dan tata kelola yang baik

7) Peningkatan penghasilan masyarakat di sektor pariwisata dan pendapatan langsung untuk kawasan

8) Masyarakat memiliki kemampuan menjaga keharmonisan dengan alam, daya dukung lingkungan melalui pendidikan konservasi lingkungan dan pengembangan kapasitas dan pendidikan

Kelemahan/Weaknesses (W)

1) Terbatasnya ketersediaan modal dan pembiayaan masyarakat lokal 2) Perlunya pendidikan konservasi

lingkungan

3) Perlu keselarasan arah pembangunan prasarana di Kabupaten Buleleng 4) Kurangnya akses internet di Desa

Pemuteran untuk memudahkan wisatawan maupun masyarakat dalam memberikan informasi dan pemasaran 5) Masih terbatasnya aksesibilitas menuju

Desa Pemuteran maupun daya tarik wisata yang ada di Desa Pemuteran

Peluang/Opportunities (O)

1) Kondusifnya situasi keamanan Bali

2) Bali meraih kembali penghargaan sebagai the best destination dan Best Overseas Tourism City

3) Arah pembangunan prasarana di Bali Utara 4) Trend pariwisata hijau dan ramah lingkungan 5) Meningkatnya usaha di bidang pariwisata

6) Dukungan organisasi masyarakat setempat, Lembaga Desa Adat dan Lembaga Pemberdayaan Desa Adat 7) Konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam 8) Teknologi internet dalam penyediaan informasi dan

promosi

Strategi SO

Strategi Pemasaran Pariwisata Hijau

Strategi Penciptaan dan Pengembangan Produk Pariwisata Hijau

Strategi WO

Strategi Komitmen dan Pengembangan Pembangunan Pariwisata Berbasis

Masyarakat di Bali Utara

(15)

Ancaman/Threats(T)

1) Masih terbatasnya akses dan teknologi transportasi 2) Tidak meratanya pembangunan Bali Utara dan Bali

Selatan

3) Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 4) Peliknya masalah manajemen sampah

5) Kurangnya daya tarik wisata yang mendukung keberadaan daya tarik wisata yang terdapat di Desa Pemuteran

Strategi ST

Strategi Peningkatan Kualitas SDM melalui Penguasaan Teknologi Informasi dan Kewirausahaan Strategi Manajemen Sampah Bersinergi dan Mandiri

Strategi WT

Strategi Pembangunan Prasarana dan Sarana Pariwisata Berbasis Pariwisata

Hijau

Strategi Pengkemasan Paket Wisata Hijau di Kabupaten Buleleng

Sumber: Hasil Penelitian, 2016.

Berdasarkan matrik analisis SWOT maka dihasilkan strategi sebagai berikut:

1. Strategi SO (Strengths Opportunities) 1) Strategi pemasaran pariwisata hijau.

Strategi ini melalui beberapa tahapan kegiatan, antara lain:

- Segmentasi pasar yang mengarah pada konsep pariwisata hijau, yaitu pemilahan pasar/konsumen yang memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi akan kondisi lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pasar/konsumen memiliki pengetahuan dan melakukan praktik yang mengacu pada prinsip pariwisata hijau, seperti: mengurangi aktivitas yang menghasilkan emisi karbon; melakukan kegiatan wisata yang mengarah pada konservasi keanekaragaman hayati; tidak menggunakan atau membatasi produk sampah plastik; melakukan praktik hemat energi dan hemat air; memilih akomodasi dan industri pariwisata yang menerapkan praktik hemat energi dan hemat air, serta memberdayakan masyarakat lokal maupun produk yang dihasilkan oleh masyarakat lokal.

- Target pasar yang mengarah pada pemilihan segmen pasar yang dipilih. Menurut karakteristik wisatawan, yang mengarah pada segmen yang dimaksud adalah wisatawan Eropa. Wisatawan Eropa memiliki karakter bepergian secara individu, sehingga tekanan pada lingkungan tidak sebesar wisatawan masal, kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan sosial budaya masyarakat lokal (host), serta kecenderungan menjaga (tidak merusak) hal-hal yang dinikmati di daerah tujuan wisata.

- Positioning mengarah pada penanaman image di benak konsumen, sehingga pasar/konsumen selalu ingat dengan produk host. Positioning yang dipilih hendaknya selaras dan sesuai dengan target pasar yang dipilih. Hal ini akan mempermudah pembentukan reputasi dan branding suatu destinasi maupun daya tarik wisata.

- Bauran Pemasaran yang mengarah pada penciptaan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar, budget atau harga yang sesuai dengan kemampuan pasar, saluran distribusi yang mudah dijangkau oleh pasar/konsumen, fokus promosi yang dilihat dari media yang biasa dijadikan referensi oleh pasar/konsumen, pelayanan yang diharapkan oleh host, bukti fisik yang memudahkan pasar/konsumen menemukan produk maupun menikmati produk, serta fokus pada proses pembuatan produk yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengalaman pasar/konsumen dan kepuasan pasar/konsumen.

2) Strategi penciptaan dan pengembangan produk pariwisata hijau.

Strategi ini melalui beberapa tahapan langkah, yaitu:

- Penciptaan produk pariwisata hijau. Penciptaan produk pariwisata hijau memiliki fokus dan detail produk (barang dan jasa) yang mengacu pada tingkat kesadaran dan kepedulian yang tinggi akan keberlangsungan produk wisata tersebut, serta memerlukan provider jasa/pemberi layanan yang memiliki pengetahuan dan melakukan praktek tentang pariwisata hijau.

Pariwisata hijau akan lebih dihargai jika tercermin dari awal sebelum kedatangan, pada saat

(16)

kunjungan, maupun setelah kunjungan konsumen pada suatu destinasi atau daya tarik wisata.

Hal tersebut juga harus tercermin pada nilai yang diyakini host dan praktik sehari-harinya.

- Pengembangan produk pariwisata hijau. Pengembangan produk wisata harus memiliki spirit yang sama dengan produk inti. Pengembangan produk pariwisata hijau dapat dilakukan dengan penambahan produk fasilitas, penunjang, dan pelengkap produk inti yang gunanya meningkatkan value/nilai dari produk inti.

- Pembeda dengan pesaing. Pada era terbuka saat ini, produk sangat mudah ditiru dengan pesaing. Asal saja produk yang dikembangkan sarat akan nilai budaya dan memiliki ciri khas yang tidak dimiki oleh pesaing/daerah lain, serta pelayanan dan atmosphere yang berbeda, maka hal tersebut tidak akan menjadi ancaman.

2. Strategi WO (Weaknesses Opportunities)

Strategi komitmen dan pengembangan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Utara.

Pada strategi ini sangat diperlukan komitmen yang tinggi dari para pengambil kebijakan untuk pengembangan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Utara. Pariwisata tidak hanya dirasakan langsung oleh masyarakat yang berkecimpung dalam pariwisata, namun juga multiflier effect yang ditimbulkan oleh pariwisata, dapat menggerakkan hampir semua sektor ekonomi pada suatu wilayah/daerah. Dalam pengembangan pembangunan pariwisata sebaiknya dari awal direncanakan yang berbasis masyarakat, sehingga dalam pembangunan pariwisata tersebut lebih banyak masyarakat yang terlibat dan mendapatkan manfaat ekonomi dengan berkembangnya pariwisata di daerahnya.

3. Strategi ST (Strengths Threats)

1) Strategi peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan teknologi informasi dan kewirausahaan.

Hal penting dalam pengembangan pariwisata hijau adalah pemberdayaan masyarakat lokal, baik dari segi tenaga kerja, pemilik modal usaha, supplier kebutuhan industri pariwisata yang ada di daerahnya, maupun pengelola destinasi dan daya tarik wisata. Hal tersebut tidak akan tercapai jika masyarakat lokal tidak memiliki kualitas dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh aktivitas pariwisata yang berkembang di daerahnya. Sehingga sangat penting terus diupayakan peningkatan kualitas SDM yang ada di Desa Pemuteran dan Kabupaten Buleleng, agar mampu bersaing dengan SDM dari luar daerah maupun SDM dari luar negeri. Peningkatan kualitas SDM utamanya dalam penguasaan teknologi informasi dan peningkatan semangat kewirausahaan masyarakat.

2) Strategi manajemen sampah bersinergi dan mandiri.

Sampah tidak akan ada habisnya dan kerap menimbulkan berbagai persoalan yang sulit untuk diatasi. Kebijakan dalam hal pengelolaan sampah yang masing-masing anggota keluarga, industri, ataupun wilayah desa untuk mampu mengelola sampahnya secara mandiri maupun melakukan daur ulang sampah yang dihasilkan dan dimanfaatkan kembali pada skup wilayahnya masing- masing tentu akan dapat mengatasi permasalahan sampah tersebut. Stakeholder terkait yang difasilitasi oleh pemerintah, bersinergi dan memilih suatu metode pengelolaan sampah yang terbaik, serta pemberian reward terhadap industri dan wilayah yang berhasil tentu mampu menjawab persoalan tersebut. Apalagi upaya itu nantinya menjadi kebiasaan, suatu waktu tanpa diberikan reward, industri dan masyarakat akan memiliki suatu kesadaran dengan sendirinya dalam pengelolaan sampah di daerahnya.

4. Strategi WT (Weaknesses Threats)

1) Strategi pembangunan prasarana dan sarana pariwisata berbasis pariwisata hijau.

(17)

Pembangunan prasarana tidak hanya diperuntukkan untuk wisatawan maupun aktivitas pariwisata, namun diperuntukkan untuk masyarakat lokal. Pembangunan prasarana diharapkan dapat membantu dan memudahkan masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Terbatasnya prasarana jalan dapat menghambat perekonomian masyarakat dan dapat menimbulkan harga yang tinggi. Sedangkan sarana pariwisata terdiri dari sarana pokok, pelengkap dan penunjang pariwisata. Pembangunan sarana pariwisata hendaknya berbasis pariwisata hijau. Dalam arti sarana yang dibangun berskala kecil dan kepemilikannya oleh masyarakat lokal. Karena idealnya pembangunan pariwisata memberikan manfaat setinggi- tingginya untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Jika tidak, masyarakat lokal akan terpinggir di daerahnya sendiri, dikalahkan oleh pemodal kapitalis. Sesuai dengan target pasar yang dituju, wisatawan Eropa lebih menyukai produk wisata yang alami yang tersedia sesuai dengan potensi wisata yang terdapat di daerah tersebut.

2) Strategi pengkemasan paket wisata hijau di Kabupaten Buleleng.

Variasi produk (bukan produk sejenis) penting bagi keberlanjutan suatu destinasi, dimana antara satu daya tarik wisata dengan lainnya dapat saling melengkapi. Hal ini dapat meningkatkan length of stay wisatawan yang berkunjung. Mengkemas beberapa daya tarik wisata menjadi satu paket wisata, dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Paket wisata yang dikemas disesuaikan potensi wisata di daerah tersebut dan berbasis pariwisata hijau.

4. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Potensi wisata Desa Pemuteran pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi, antara lain: konservasi terumbu karang; potensi wisata spiritual; Pura Agung Pulaki; Pura Dalem Melanting. Adapun dusun di Desa Pemuteran yang memiliki potensi wisata dan mulai tersedianya sarana kepariwisataan untuk menunjang berbagai aktivitas wisatawan yang datang berkunjung, antara lain: Dusun/Banjar Dinas Kembang Sari;

Dusun/Banjar Dinas Sendang Lapang; Dusun/Banjar Dinas Sari Mekar; Dusun/Banjar Dinas Sendang Pasir. Berdasarkan potensi wisata yang terdapat di Desa Pemuteran, adapun beberapa aktivitas wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan adalah: snorkeling; diving; atraksi wisata buatan; atraksi wisata budaya (cultural). Selain menikmati alam, kebutuhan wisatawan yang datang tidak dapat dilepaskan dari adanya something to eat (adanya sesuatu yang dikonsumsi oleh wisatawan). Adanya restoran merupakan potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk menambah daya tarik wisata dengan tujuan wisata kuliner untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Pemuteran.

2) Faktor lingkungan internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Adapun faktor kekuatan yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut: tingginya kesadaran masyarakat dalam mengurangi emisi karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan menjaga ketersediaan secara berkelanjutan sumber daya air; terdapatnya manajemen pengelolaan sampah dan limbah yang baik; terdapat pemasaran dan hubungan masyarakat; adanya upaya pencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya; mulai adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan partisipasi semua pemangku kepentingan, regulasi dan tata kelola yang baik dalam pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran; peningkatan penghasilan masyarakat di sektor pariwisata dan pendapatan langsung untuk kawasan dengan berkembangnya pariwisata di Desa Pemuteran; masyarakat memiliki kemampuan menjaga keharmonisan dengan alam, daya dukung lingkungan melalui pendidikan konservasi lingkungan, pengembangan kapasitas dan pendidikan, serta kearifan lokal budaya yang dijalaninya. Sedangkan faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut:

terbatasnya ketersediaan modal dan pembiayaan masyarakat lokal; perlunya pendidikan konservasi lingkungan; perlu keselarasan arah pembangunan prasarana di Kabupaten Buleleng; kurangnya akses internet di Desa Pemuteran untuk memudahkan wisatawan maupun masyarakat dalam memberikan informasi dan pemasaran; masih terbatasnya aksesibilitas menuju Desa Pemuteran maupun daya tarik

(18)

wisata yang ada di Desa Pemuteran. Adapun faktor peluang yang dimiliki Desa Pemuteran adalah sebagai berikut: kondusifnya situasi keamanan Bali; Bali meraih kembali penghargaan sebagai the best destination dan Best Overseas Tourism City; arah pembangunan prasarana di Bali Utara masih dalam proses perencanaan; tren pariwisata hijau dan ramah lingkungan; meningkatnya usaha di bidang pariwisata; semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke Bali dan Kabupaten Buleleng, baik kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara berimplikasi pada peningkatan supply produk pariwisata oleh industri pariwisata; dukungan organisasi masyarakat setempat, Lembaga Desa Adat dan Lembaga Pemberdayaan Desa Adat; konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam; teknologi internet dalam penyediaan informasi dan promosi. Sedangkan faktor-faktor ancaman yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut: masih terbatasnya akses dan teknologi transportasi; tidak meratanya pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan; era Masyarakat Ekonomi ASEAN; peliknya masalah manajemen sampah; kurangnya daya tarik wisata yang mendukung keberadaan daya tarik wisata yang terdapat di Desa Pemuteran.

3) Strategi dalam pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran sebagai berikut: Strategi pemasaran pariwisata hijau;

Strategi penciptaan dan pengembangan produk pariwisata hijau; Strategi komitmen dan pengembangan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Utara; Strategi peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan teknologi informasi dan kewirausahaan; Strategi manajemen sampah bersinergi dan mandiri; Strategi pembangunan prasarana dan sarana pariwisata berbasis pariwisata hijau; Strategi pengkemasan paket wisata hijau di Kabupaten Buleleng.

Adapun saran yang dapat diberikan adalaah:

1) Pentingnya komitmen dalam pengembangan pembangunan pariwisata di Bali Utara yang berbasis pariwisata hijau, sehingga dampak negatif dalam pengembangan pariwisata dapat dimininalisir dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

2) Perlunya manajemen pengelolaan sampah di Desa Pemuteran.

3) Perlu adanya identifikasi dan pengembangan daya tarik wisata di Desa Pemuteran, mengingat Desa Pemuteran memiliki banyak potensi wisata, baik alam maupun budaya.

4) Pentingnya peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi.

5) Pentingnya peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pariwisata di daerahnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini dapat terlaksana, tidak terlepas dari dukungan semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami Tim Peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana; Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana; Bapak Kepala Desa Pemuteran beserta staff pegawai; Bapak I Gusti Agung Prana;

Bendesa Adat Desa Pemuteran, tokoh masyarakat; masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Desa Pemuteran terimakasih atas segala bantuannya dalam pemberian informasi, data, dan partisipasinya dalam pengisian kuesioner dan FGD yang telah dilakukan di Desa Pemuteran. Terimakasih juga kami sampaikan kepada para mahasiswa yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Alma, Buchari. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan D dengan nilai 11,55% merupakan perlakuan terbaik dan dianjurkan untuk meningkatkan

Karakter jumlah sub-pulse/pulse dari populasi Danau Ecology Park dan populasi Curug Nangka tidak berbeda nyata, selain itu struktur oscillograms dan energi

Dalam wacana lingguistik, bahasa diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi, yang dipakai sebagai alat komunikasi, sedangkan

w Tentukan kerabat keluarga atau teman di luar wilayah tempat tinggal anda sebagai pihak yang dapat dihubungi atau dimintai bantuan ketika terjadi bencana dan bicarakan kepada

Dalam penelitian ini telah dihasilkan sebuah aplikasi yang berfungsi untuk mendeteksi hama dan penyakit tanaman Anggrek Dendrobium menggunakan metode Case Based

UML digunakan dalam ruang lingkup pemrograman berorientasi objek yang dapat membantu desainer perangkat lunak sebagai sarana analisis, pemahaman, visualisasi, dan

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa derajat stunting yang mempunyai perbedaan kadar seng rambut yaitu nonstunting dan moderate stunting, nonstunting dan severe

Aspek yang paling penting dari bentuk pohon untuk adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial dan sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika