• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN. 1. Aspek pertanggungjawaban hukum dalam penjualan buku bajakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN. 1. Aspek pertanggungjawaban hukum dalam penjualan buku bajakan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

40

BAB III PEMBAHASAN

1. Aspek pertanggungjawaban hukum dalam penjualan buku bajakan melalui Marketplace Online

Peneliti63 telah mengidentifikasi terdapat dua pihak yang dapat dimintakan pertanggungjawaban dalam kasus pembajakan buku dari penulis buku sebagai pemilik hak cipta yang telah dibahas pada bagian latar belakang. Mengingat Verantwoordelijk atau tanggung jawab adalah kewajiban dalam memikul pertanggungjawaban hingga memikul kerugian (apabila dituntut atau sebaliknya) baik secara hukum atau administrasi,64 maka pihak yang dapat dimintakan pertanggungjawaban yakni Shopee selaku marketplace online dan Pesona Buku selaku penjual atau merchant.

Berdasarkan Pasal 1 angka 6a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, marketplace online Shopee termasuk sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik, hal ini didasarkan dengan dipenuhinya unsur-unsur pada pasal tersebut. Pernyataan yang sama dan senada dinyatakan dalam Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 80 tahun 2019 tentang Perdagangan melalui Sistem Elektronik, marketplace online Shopee tergolong sebagai Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Penjelasan dalam kajian pustaka sebelumnya mengenai jenis dari

63 Penggunaan istilah peneliti untuk membedakan istilah penulis buku.

64 Ni Nyoman Ayu Ratih Pradnyani, Tanggung Jawab Hukum dalam Penolakan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (Scopindo Media Pustaka 2005), h. 6.

(2)

41 marketplace online, Shopee merupakan jenis marketplace online yang bergerak dalam fasilitator dan penjamin dari penjual ke pembeli.

Marketplace online Shopee dapat dimintakan pertanggungjawaban hukum karena sesuai dengan ketentuan tersebut dalam menjalankan kegiatan perdagangan online melalui sistem elektronik tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian, dalam hal ini Shopee telah melanggar salah satu ketentuan pada pasal tersebut mengenai “suatu sebab yang halal”. Ketentuan tersebut telah dilanggar dikarenakan karya intelektual berupa karya sastra yaitu buku yang diperjualbelikan adalah melawan hukum sebab melanggar Hak Cipta yang dimiliki oleh penulis buku.

Didasarkan dengan perbuatan yang terjadi di marketplace online Shopee berdasarkan pada ketentuan mengenai Kekayaan Intelektual yang terdapat dalam Pasal 25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang mana dari ketentuan tersebut menegaskan adanya perlindungan kekayaan intelektual sesuai ketentuan perundang-undangan. Termasuk dalam hal ini informasi elektronik mengenai penjualan karya sastra sebagai kekayaan intelektual seorang penulis buku di marketplace online Shopee. Penjualan buku bajakan dengan judul ”Senja Hujan dan Cerita yang Telah Usai” karya Boy Candra selaku penulis buku merupakan sebuah informasi elektronik ilegal dalam Shopee, yang mana hal tersebut telah menjadi tanggung jawab dari marketplace online Shopee. Ketentuan yang mengatur tanggung jawab Shopee terdapat dalam Pasal 17 ayat (2) dan Pasal 22 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang

(3)

42 Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (selanjutnya disebut PP PMSE).

Tanggung jawab tersebut meliputi pemenuhan peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan transaksi elektronik, kewajiban pemblokiran Informasi Elektronik yang melawan hukum, dan konsekuensi hukum yang diterima marketplace online terkait keberadaan informasi elektronik yang melawan hukum.

Merchant atau penjual pada marketplace online dalam hal ini secara sah dan meyakinkan telah melanggar Hak Cipta yang dimiliki penulis buku karena menyebarluaskan dan melawan hukum yaitu menggandakan dan menjual secara tanpa hak buku dengan contoh buku yang berjudul ”Senja Hujan dan Cerita yang Telah Usai” karya Boy Candra. Perbuatan yang dilakukan Pesona buku telah melanggar Pasal 113 ayat 3 yang berbunyi setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Selain itu berdasarkan Pasal 96 ayat1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, disebutkan bahwa pencipta, pemegang hak cipta dan/atau pemegang hak terkait atau ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi berhak mengajukan gugatan dan memperoleh ganti rugi.

Alasan yuridis yang telah dikemukakan sebelumnya dalam kajian pustaka yang menyatakan marketplace online Shopee selaku Penyelenggara Perdagangan melalui Sistem Elektronik dapat diancam atau dijatuhi sanksi hukum baik dari segi perdata dan maupun pidana oleh penulis buku sebagai pemilik hak cipta

(4)

43 meskipun dalam kasus ini marketplace online Shopee bukan pihak yang secara langsung menyebarkan, menggandakan, memalsukan atau membajak, menjual, dan melanggar Hak Cipta yang dimiliki seorang penulis buku selaku pemilik hak cipta. Sanksi hukum yang diberikan kepada marketplace online Shopee ini didasarkan pada konsekuensi hukum sebagai akibat dari Shopee yang lalai melihat buku bajakan yang harganya jauh dibawah harga wajar disertai filter words yang seharusnya ada dalam sistem penyelenggaraan elektroniknya secara terang menyatakan karya sastra atau buku yang dijual memiliki deskripsi yang tidak patut untuk dijual yaitu isi tetap sama dengan original hanya kualitas saja yang berbeda namun sangat layak untuk dibaca, selain itu peristilahan non-original atau kw, harga murah tapi tak wajar karena melebihi diskon, dan kertas buram atau book paper yang tentunya hal ini dapat mengindikasikan bahwa barang tersebut merupakan barang bajakan yang melanggar hak cipta. Seharusnya saat filterisasi atau proses pendaftaran penjual/merchant yang akan berjualan di marketplace online peristilahan tersebut telah diketahui oleh sistem.

Berkaitan dengan pertanggungjawaban perdata dapat dilakukan melalui mekanisme gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Perbuatan yang dilakukan marketplace online Shopee tersebut telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Memuat unsur perbuatan, perbuatan yang dilakukan oleh marketplace online Shopee selaku pihak yang mengabaikan pengawasan konten informasi transaksi elektronik ilegal yang dapat dikategorikan sebagai unsur perbuatan yang melawan hukum, perbuatan pengabaian tersebut tidak sesuai

(5)

44 dengan kewajiban Shopee sebagai Penyelenggara Perdagangan melalui Sistem Elektronik;

b. Menimbulkan kerugian kepada orang lain, dalam contoh penulis buku Boy Candra dan/atau penulis buku lainnya mengalami kerugian materil berupa penurunan pendapatan dikarenakan konsumen pasti akan memilih produk serupa dengan harga yang lebih murah;

c. Perbuatan itu disebabkan oleh kesalahan pembuat atau pelaku, selain secara sah dan meyakinkan penjual atau merchant pelanggaran Hak Cipta pembajakan buku di marketplace online Shopee disebabkan karena tindakan Shopee yang kurang melakukan pengawasan terhadap Informasi Elektronik yang beredar di platform-nya atau aplikasinya. Hal ini telah melanggar perlindungan kekayaan intelektual hak cipta dalam bentuk karya sastra.

Walaupun secara sah dan meyakinkan penjual atau merchant yang melanggar tetapi marketplace online Shopee tetap dapat dikenakan pertanggungjawaban dari segi hukum perdata yaitu meninjau ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1367 KUHPerdata. Dalam hal ini, marketplace online Shopee merupakan suatu badan hukum yang dapat dikenakan tanggung gugat oleh perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh komponen atau bagian dalam marketplace online-nya yang melakukan kewajibannya. Marketplace online Shopee dalam hal ini bertanggung jawab atas keseluruhan isi informasi di dalam platform digital atau aplikasinya karena memiliki tanggung jawab untuk segala informasi elektronik yang ada.

Pertanggungjawaban pidana yang dapat dikenakan kepada marketplace online Shopee didasarkan pada beberapa ketentuan dikarenakan status

(6)

45 marketplace online yang bukanlah orang tetapi badan hukum. Meninjau Pasal 25 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan perkara Tindak Pidana oleh Korporasi disebutkan bahwa Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap Korporasi adalah pidana denda. Menurut Pasal 23 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi diatur berdasarkan pada masing-masing Undang-Undang terkait pada Pasal yang mengatur mengenai ancaman pidana. Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada marketplace online Shopee yaitu Pasal 114 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang memuat ketentuan setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Berdasarkan 3 teori yang dibahas sebelumnya. Teori Culpa in Eligendo, pemilihan dan seleksi awal karyawan yang dapat diartikan sebagai penjual atau merchant menjadi bagian penting dalam keberlangsungan transaksi di marketplace online. Adanya pelanggaran hak cipta ini menandakan marketplace online tidak seksama baik dalam memfilter dan kecolongan dalam filter words penggunaan deskripsi yang jelas nyata terdapat pelanggaran. Selanjutnya berkaitan dengan teori mengambil untung, secara tidak langsung marketplace online Shopee telah mengambil dan mendapatkan keuntungan dari adanya transaksi jual beli atas barang yang melanggar hak cipta tersebut yaitu buku

(7)

46 bajakan. Ketiga adalah teori kesatuan dalam Rumah Tangga atau Perusahaan, marketplace online Shopee merupakan pengelola usaha, dapat dituntut untuk perbuatan-perbuatan penjual atau merchant dibawah pengawasannya, termasuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Pesona Buku.

Meninjau syarat dan ketentuan atau kebijakan privasi Shopee apabila adanya pengalihan tanggung jawab, yang berupa “Penjual atau merchant (mitra Shopee) setuju untuk mengganti rugi, membela dan membebaskan Shopee, dan para pemegang saham, anak perusahaan, afiliasi, direktur, petugas, agen, serta karyawannya dari dan terhadap setiap dan semua klaim dan tindakan hukum baik perdata maupun pidana”, dinyatakan tidak berlaku dan batal demi hukum. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.65

2. Upaya Hukum yang dapat dilakukan oleh Penulis Buku

Upaya penyelesaian sengketa dalam permasalahan tindakan pembajakan buku di marketplace online menawarkan 2 macam penyelesaian yang sifatnya secara litigasi (melalui peradilan) dan ada juga non litigasi (diluar pengadilan).

Mengutip dari Modul Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual mengenai Hak Cipta menyatakan upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan atas pelanggaran hak cipta yang terjadi pada platform digital umumnya diselesaikan dengan pemegang hak cipta mengajukan take down terhadap ciptaannya yang telah diunggah tanpa hak oleh seseorang di platform

65 Maria Bertha Ismulyani Tambuwun, Sari Mandiana, Joshua Evandeo Irawan, ‘Analisis Pertanggungjawaban Hukum Marketplace selaku Penyedia Tempat Perdagangan Online terkait Penjualan Produk Tiruan yang Melanggar Kekayaan Intelektual’, (2022), 9 (1) Jurnal Gema Aktualita, h.88.

(8)

47 digital.66 Permohonan take down disertai dengan dokumen-dokumen sesuai dengan kebijakan dari platform digital yang bersangkutan. Maka pemilik hak cipta atau pelapor menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti contoh dalam Modul Kekayaan Intelektual Hak Cipta surat pencatatan ciptaan, bukti kepemilikan ciptaan, perjanjian penerbitan buku, dan bukti pendukung lainnya.67

Meninjau lebih lanjut berhubungan dengan Marketplace Online Shopee, Shopee memiliki kebijakan sendiri dalam melakukan upaya permohonan take down yaitu Pemilik Hak Cipta atau Penulis Buku menyerahkan dan mengisi formulir secara online https://shopee-support.formstack.com/forms/ipr_id68 disertai dokumen yang dipersyaratkan mendukung klaim atas pelanggaran hak cipta. Persyaratan yang diajukan sekurang-kurangnya yaitu

a) tanda tangan fisik atau elektronik Pemilik HAKI atau Agen HAKI (secara bersama-sama disebut “Informan”); (b) penjelasan tentang jenis dan sifat hak kekayaan intelektual yang diduga dilanggar; (c) penjelasan dari sifat pelanggaran yang diduga dengan rincian yang cukup untuk membuat Shopee dapat menilai keluhan; (d) URL (link) daftar (-daftar) yang berisi dugaan pelanggaran; (e) informasi yang cukup untuk memperbolehkan Shopee menghubungi Informan, seperti alamat fisik, nomor telepon dan alamat e-mail Informan; (f) pernyataan dari Informan bahwa keluhan tersebut diajukan dengan itikad baik dan bahwa penggunaan hak kekayaan intelektual sebagaimana diidentifikasi oleh Informan tidak diizinkan oleh Pemilik HAKI atau hukum; (g) pernyataan oleh Informan bahwa informasi dalam pemberitahuan tersebut akurat, memberikan ganti rugi kami atas setiap kerugian yang diderita oleh kami sebagai akibat dari informasi yang diberikan oleh Informan dan bahwa Informan memiliki hak yang sesuai atau berwenang untuk bertindak atas nama Pemilik HAKI atas semua hal yang terkait dengan keluhan tersebut.69

66 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Modul Kekayaan Intelektual Hak Cipta (2020), h. 58.

67 Ibid., h. 59.

68 Meninjau lebih lanjut dalam poin 8.3 mengenai Melaporkan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual pada Syarat dan Layanan Shopee telah diubah linknya menjadi https://help.shopee.co.id/portal/webform/5d91ad7fc9c649b3b90902e1f1c407dc.

69 Dikutip pada laman https://shopee.co.id/docs/3001 mengenai syarat dan layanan Shopee poin 8.4, diakses pada 21 Juni 2022 pukul 9.18 WIB.

(9)

48 Upaya penyelesaian diluar pengadilan tersebut dapat ditempuh agar penjual atau merchant dalam marketplace online tidak berlanjut menyebarkan, menggandakan, memalsukan atau membajak, menjual, dan melanggar Hak Cipta berupa karya sastra buku tetapi upaya ini tidak menutup pemilik hak cipta atau penulis buku melakukan upaya melalui pengadilan atau secara litigasi dalam mendapatkan haknya termasuk ganti rugi atas kerugian hak ekonomi dan atau hak moral yang telah dilanggar. Berkaitan upaya penyelesaian sengketa secara litigasi sesuai pertanggungjawaban hukum yang diulas diatas maka upaya hukum yang dapat dilakukan adalah dapat melalui upaya hukum secara pidana dan perdata.

Upaya Hukum secara Hukum Pidana yaitu melalui delik aduan, sebagaimana diatur pada Pasal 120 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Maka, terhadap upaya hukum pidana atas pelanggaran hak cipta hanya dapat diajukan oleh pencipta atau pemegang hak cipta.

Pelanggaran hak cipta yang terjadi di marketplace online memungkinkan pencipta atau pemegang hak cipta untuk melaporkan penjual atau merchant kepada pihak berwajib untuk diproses secara pidana atas pelanggaran Pasal 113 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi,

“setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Pencipta atau pemegang hak cipta dapat melaporkan pengelola marketplace online dengan Pasal 114 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

(10)

49 2014 tentang Hak Cipta yang memuat ketentuan,

“setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.

100.000.000,- (seratus juta rupiah).”

Pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola marketplace online adalah membiarkan merchant melakukan pembajakan, walaupun pengelola marketplace online tidak terlibat langsung dalam pembajakan. Mediasi merupakan upaya penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian yang dapat diterima oleh para pihak.Transaksi dalam marketplace online yang merupakan transaksi elektronik, sehingga informasi atau dokumen elektronik memiliki peranan yang penting dalam mengungkap dan membuktikan pelanggaran hak cipta yang terjadi di marketplace online untuk kepentingan proses hukum pidana, terkait hal tersebut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan tegas mengakui informasi atau dokumen elektronik sebagai alat bukti yang sah.

Hal ini termaktub dalam Pasal 111 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi:

a. Pembuktian yang dilakukan dalam proses pemeriksaan di tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik diakui sebagai alat bukti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(11)

50 Berdasarkan ketentuan Pasal 96 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, disebutkan “bahwa pencipta, pemegang hak cipta dan/atau pemegang hak terkait atau ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi berhak memperoleh ganti rugi.” Keterangan lebih lanjut mengenai Pasal 96 ayat 2 menerangkan ganti rugi dapat diputuskan bersama dalam amar putusan tuntutan pidana dengan catatan penulis buku sebagai pihak yang dirugikan mengadu dan menjelaskan kepada penyidik disertai dengan bukti yang cukup untuk menguraikan di dalam penuntutan jumlah kerugian yang akan dimintakan kepada teradu (sebagai tertuntut, terdakwa, atau terpidana) sehingga Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang memeriksa dan mengadili kasus pelanggaran hak cipta termasuk dalamnya tindakan pembajakan buku di Marketplace Online untuk menimbang jumlah ganti rugi yang tepat.70

Maka sebagai upaya hukum perdata atas permasalahan tindakan pembajakan buku di marketplace online adalah terhadap pelanggaran hak ciptanya yang terjadi di marketplace online, pencipta atau pemegang hak cipta contoh penulis buku dapat mengajukan gugatan perdata berupa tuntutan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga.

Upaya gugatan perdata ini dapat diajukan oleh pencipta atau pemegang hak cipta kepada merchant, mengingat tindakan penjual atau merchant yang menjual barang-barang yang melanggar hak cipta di marketplace online sudah merupakan sebuah pelanggaran hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta untuk melakukan pendistribusian ciptaannya. Tindakan merchant yang menjual barang hasil pelanggaran hak cipta tentunya sangat merugikan pencipta atau pemegang

70 Yafet Yosafet Wilben Rissy, Memahami Rezim Kekayaan Intelektual Internasional dan Indonesia(Cetakan Pertama, Griya Media 2020), h. 96.

(12)

51 hak cipta, terutama dari segi ekonomi.

Selain penjual atau merchant gugatan perdata juga dapat diajukan kepada pengelola usaha atau marketplace online mengingat bahwa marketplace online telah diberi kewajiban yang termaktub dalam peraturan yang berlaku untuk tidak membiarkan adanya transaksi penjualan atas barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya. Selain gugatan ganti rugi, pencipta atau pemegang hak cipta dapat memohon putusan provisi atau putusan sela kepada Pengadilan Niaga untuk:

Meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan Pengumuman atau Penggandaan, dan/atau alat Penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan Ciptaan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait; Menghentikan kegiatan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait;

Selain mengajukan gugatan perdata untuk menuntut ganti rugi, pencipta dan pemegang hak cipta dapat mengajukan secara tertulis kepada Pengadilan Niaga untuk mengeluarkan penetapan sementara berupa; Mencegah masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait ke jalur perdagangan;

Menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan sebagai alat bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait tersebut; Mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangannya oleh pelanggar; Menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian yang lebih besar.

Dalam menuntut pertanggungjawaban hukum secara perdata terhadap marketplace online selaku pengelola, maka gugatan juga harus dilakukan terhadap penjual atau merchant, mengingat bahwa penjual atau merchant yang melakukan pelanggaran hak cipta secara langsung sehingga merugikan hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta. Sedangkan pengelola marketplace online tidak melakukan pelanggaran secara langsung, namun tindakannya yaitu membiarkan merchant melakukan pelanggaran. Bertanggung jawab secara tanggung gugat dan atas tanggung jawab resiko yang terdapat dalam platform atau aplikasinya.

(13)

52 Gugatan perdata agar tidak dianggap plurium litis consortium atau kurang pihak, maka pencipta atau pemegang hak cipta yang ingin menuntut pertanggungjawaban hukum secara perdata terhadap marketplace online atau pengelola tempat, sebaiknya juga ikut menggugat penjual atau merchant. Hal ini sangat rasional, mengingat bahwa kerugian hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta tidak akan terjadi apabila penjual atau merchant tidak menjual barang- barang yang melanggar hak cipta di marketplace online maka pengelola marketplace online tidak mungkin lagi dapat dikualifisir melakukan pelanggaran hak cipta sebagaimana rumusan dalam Pasal 10 juncto Pasal 114 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Oleh karena itu, bentuk pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh pengelola marketplace online berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta akan selalu disertai oleh pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh penjual atau merchant.

Terkait Pengadilan Niaga di wilayah hukum mana suatu gugatan ganti rugi harus diajukan, hal ini tidak diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Namun, dalam Pasal 107 ayat 2 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa Permohonan penetapan sementara pengadilan diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga di wilayah hukum tempat ditemukannya barang yang diduga merupakan basil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait.

Maka hal yang lebih tepat apabila gugatan ganti rugi diajukan ke Pengadilan Niaga di wilayah hukum tempat pelanggaran hak cipta terjadi.

Sebagai upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa apabila dilakukan

(14)

53 penulis buku, sebagai upaya hukum biasa dapat melakukan upaya hukum kasasi yang diajukan paling lama 14 hari sejak tanggal putusan Pengadilan Niaga diucapkan dalam sidang terbuka dengan menyampaikan memori kasasi. Sebagai upaya hukum luar biasa dapat melaksanakan upaya hukum peninjauan kembali (PK) jika hal tersebut diperlukan maka prosedur dan tata cara terhadap upaya peninjauan kembali dilaksanakan berdasarkan ketentuan Hukum Acara Perdata.71

Sehingga selain mengetahui pertanggungjawaban hukum dalam menjamin upaya hukum untuk memberikan kepastian dan keadilan atas tindakan pembajakan buku. Pembatasan tanggungjawab terhadap marketplace online baik untuk penjaminan perlindungan sistemnya akan tetapi tindakan tidak berhati-hati membiarkan penjual atau merchant yang melanggar hingga adanya laporan atau report tidak diindahkan untuk segera me-take down lapak yang melakukan pelanggaran maka marketplace online wajib turut bertanggungjawab. Hal ini erat dalam menciptakan perlindungan hukum baik dalam tindakan preventif yaitu mencegah terjadinya pelanggaran dengan proses sistem yang baik yaitu mulai memfilterisasi saat penjual atau merchant registrasi penjualan hingga tindakan represif segera me-take down penjual atau merchant berkaitan dengan berbagai motif dan alasan yang berujung pada pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual termasuk Hak Cipta.

71 Ibid., h. 89.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian berkaitan dengan penerapan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, pengelola dapat melakukan tindakan preventif untuk melarang

“ Setiap orang yang dengan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf

Pada pasal 1 angka 4 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemiliki hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah

Kemudian berkaitan dengan penerapan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, pengelola dapat melakukan tindakan preventif untuk melarang

Untuk melindungi hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, maka orang lain yang tanpa izin

Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta....

28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyatakan bahwa kecuali diperjanjikan lain, Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang dibuat dalam hubungan kerja

Pengaturan hukum mengenai hak ekonomi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menunjukkan hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak