5
BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Tujuan dari penelitian sebelumnya adalah untuk mengumpulkan bahan untuk perbandingan dan referensi. Selain itu, untuk menghindari dugaan kemiripan dengan penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti menawarkan kesimpulan berikut dari penelitian sebelumnya:
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Nama Judul
Penelitian Jenis Penelitian Hasil penelitian 1 Futikhanuri,
2015
Manajemen Risiko Pembiayaan Produk Gadai Emas Di Bank Syariah Mandiri Cabang Cilacap
Jenis penelitian:
Kualitatif dengan Pendekatan Deskriptif
Dalam hal gadai emas, Bank Syaraiah Mandiri KC Cilacap melakukan langkah-langkah pembiayaan gadai emas seperti memeriksa agunan yang akan dijaminkan dan menganalisis agunan sebelum mengadakan akad guna membatasi risiko gadai emas.
Sementara risiko yang terkait dengan pembiayaan gadai emas dapat dihindari, petugas gadai Bank Syariah Mandiri KC Cilacap melakukan analisis pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip dasar pembiayaan, yaitu mengetahui tentang karakter nasabah dan kemampuan mereka untuk membayar serta pendapatan mereka, agunan dan situasi ekonomi.
6
No Nama Judul
Penelitian Jenis Penelitian Hasil penelitian 2 Anita Ristqi
P, 2011
Aspek Risiko Produk Gadai Emas Pada
Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Jenis penelitian:
Kualitatif dengan Pendekatan Deskriptif
Pegadaian Syariah Cabang Cinere melakukan beberapa langkah untuk meminimalisasikan risiko produk gadai emas dengan cara: a.
Pemantuan b. Pembinaan c.
Pengawasan risiko Internal
3 Anah Hasanah, 2016
Analisis Manajemen Risiko Dalam Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Di Bjb Syariah Kcp Kuningan
Jenis penelitian:
Kualitatif dengan Pendekatan Deskriptif
Prosedur pembiayaan gadai emas syariah di BJB Syariah KCP Kuningan meliputi 10 prosedur yang masing-masing memiliki persyaratan khusus yang
menyertainya, termasuk aplikasi pembiayaan; penilaian agunan;
pembayaran penuh atau sebagian;
perpanjangan; SP 1 sampai 3;
lelang; kuasa lelang; penjualan dan penyelesaian atau penutupan pada sistem; Bahaya terjadi dalam setiap transaksi pembiayaan gadai emas (rahn) Syariah secara umum dan beberapa risiko bank sendiri juga ada. Sistem manajemen risiko juga disertakan ke dalam semua
prosedur.
4 Dian Isnawati
Implementasi Manajemen
Jenis penelitian:
Kualitatif
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri KCP
7
No Nama Judul
Penelitian Jenis Penelitian Hasil penelitian 2014 Risiko
Pembiayaan Di Bank Syariah Mandiri KCP Ambarukmo Yogyakarta
dengan Pendekatan Deskriptif
Ambarukmo Yogyakarta telah mengadopsi manajemen risiko, studi kelayakan klien, dan
penanganan pendanaan tergantung pada tingkat kolektibilitas masing- masing nasabah.
5 Evi Septi Hernawati, 2014
Manajemen Risiko Pembiayaan di Baitul Mal wat tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta
Jenis Penelitian:
Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif
Pembiayaan bermasalah di BMT Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta tumbuh dengan pesat, ditunjukkan dengan adanya 0,12 persen dari total pendanaan dari tahun ke tahun.
Selain penelitian yang disebutkan di atas, tidak menutupi kemungkinan masih ada penelitian terdahulu yang tidak diketahui oleh peniliti. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada adalah: pertama, penelitian yang dilakukan peneliti ini mengenai analisis manajemen risiko pada pembiayaan gadai emas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bhakti Sumekar Cabang Pamekasan, sedangkan penelitian yang sudah ada lebih mencakup manajmen risiko pada pembiayaan secara umun di BMT dan Bank Syariah Mandiri dan analisis risiko produk gadai emas di BPRS Bhakti Sumekar Sumenep. Kedua, tahun penelitian yang digunakan adala tahun 2019. Sedangkan persamaan diantara penelitian ini
8
adalah penelitian yang digunakan menggunakan metode penelitian kualitatif, meneliti tentang manajemen risiko dan gadai emas.
2.2 Manajemen Risiko
2.2.1 Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen adalah ilmu, profesi, dan seni mengarahkan penggunaan orang dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin.7 Jadi, menurut penulis manajemen adalah sebuah ilmu, seni dalam mengatur segala aktivitas-aktivitas sumber daya manusia dan lainnya dengan melakukan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Al-Qur’an menyarankan bahwa jika Anda kurang memahami sesuatu, Anda tidak harus terlibat di dalamnya, karena hal itu merupakan gharar dan dugaan. Ini dilarang dalam Islam.
َﻻ َو ُﻒْﻘَﺗ ﺎَﻣ َﺲْﯿَﻟ َﻚَﻟ ۦِﮫِﺑ ٌﻢْﻠِﻋ ﱠنِإ ۚ◌
َﻊْﻤﱠﺴﻟٱ َﺮَﺼَﺒْﻟٱ َو َداَﺆُﻔْﻟٱ َو
ﱡﻞُﻛ َﻚِﺌَٰٓﻟ ۟وُأ َنﺎَﻛ ُﮫْﻨَﻋ ْﺴَﻣ �ـ ًﻻﻮ
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Q.S Al-Isra’: 36)8
Berikut ini adalah definisi Siswanto tentang empat fungsi utama manajemen:9
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing) c. Pengarahan (Actuating)
d. Pengendalian (Controling)
7 Nashar, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm.1.
8 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah., hlm. 285.
9 Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2015), hlm.24.
9
Suatu kejadian yang dapat berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank dikenal sebagai risiko di sektor perbankan. Meskipun bahaya ini tidak dapat dihindari, mereka dapat dikurangi dan ditangani. Ada sejumlah prosedur dan metodologi yang harus diikuti oleh bank syariah untuk mengidentifikasi, mengukur dan memantau serta mengendalikan risiko yang muncul dari aktivitas komersialnya.10
Ketidakpastian dan potensi kerugian itulah yang kami maksud dengan istilah “risiko” dalam konteks bisnis dan lembaga keuangan syariah. Manajemen risiko sangat penting bagi bank karena berkaitan dengan alokasi kredit kepada debitur dan risiko yang akan ditanggung debitur. Selain itu, baik organisasi keuangan konvensional maupun syariah harus menghadapi berbagai bahaya.
Sebagai contoh bahaya ini, pertimbangkan hal berikut:11
1) Risiko kredit, risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan pihak lawan untuk memenuhi kewajibannya. Di lembaga keuangan Islam, risiko pembiayaan mencakup masalah produk dan pembiayaan koperasi.
2) Risiko pasar, risiko peristiwa yang terjadi dalam portofolio institusi sebagai akibat dari fluktuasi faktor pasar seperti nilai tukar mata uang.
3) Risiko operasional, Risiko yang dihasilkan oleh prosedur internal yang lemah atau tidak berfungsi, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau berdampak pada operasi lembaga keuangan.
4) Risiko Hukum, Risiko akibat kekurangan unsur hukum, seperti litigasi, tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau ketidakcukupan perjanjian, seperti tidak memenuhi kriteria keabsahan kontrak atau agunan yang cacat.
5) Risiko reputasi, atau risiko yang ditimbulkan oleh publikasi negatif mengenai tindakan atau sikap lembaga keuangan.
6) Risiko stratejik, Risiko akibat penerapan dan penerapan strategi yang tidak tepat atau pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat.
10 Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),hlm.225.
11 Fasha Iqbal, Manajemen Risiko Perbankan Syariah, Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam, vol.
1 no. 2, Desember 2016
10
7) Risiko kepatuhan, risiko ketidakpatuhan terhadap aturan internal dan eksternal yang berlaku.
8) Risiko pengembalian, risiko perubahan tingkat pengembalian yang diberikan kepada nasabah akibat perubahan tingkat pengembalian yang diperoleh dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dana pihak ketiga.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai penggunaan fungsi manajemen untuk tujuan mengatasi potensi ancaman. Manajemen risiko dapat diartikan sebagai usaha seorang manajer atau kemampuan seorang manajer dalam mengatasi kerugian secara rasional agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.12
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan dari berbagai sumber diatas, penulis memberikan suatu kesimpulan bahwa manajemen risiko adalah kemampuan seseorang atau manajer dalam menanggulangi risiko yang dihadapi dan meminimalisir hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan sebuah risiko agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Tujuan dari kebijakan manajemen risiko adalah untuk mengidentifikasi, menilai, memantau, dan mengatur jalannya kegiatan usaha bank yang disesuaikan dengan risiko secara terkoordinasi dan berkelanjutan.13 Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau sistem peringatan dini untuk operasional atau operasi ekonomi bank mana pun.
2.2.2 Tujuan Manajemen Risiko
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengelola bisnis untuk mencegah kegagalannya, mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, menurunkan biaya produksi,.14
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah sebagai berikut:
12 M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional Dan Syariah (Malang: UIN Malang Pres, 2008), hlm.109.
13Adiwarman A. Karim, Bank Islam, hlm.255.
14 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.201.
11
a. Untuk kelangsungan perusahaan (survival).
b. ketenangan pikiran
c. Meminimalkan pengeluaran (biaya terkecil).
d. Menstabilkan pendapatan perusahaan.
e. Meminimalkan atau menghilangkan gangguan produksi.
f. Mengembangkan ekspansi perusahaan.
g. Bertanggung jawab secara sosial kepada karyawan 2.2.3 Manfaat Manajemen Risiko
Keuntungan berikut akan dihasilkan dari penggunaan manajemen risiko oleh perusahaan:15
a. Korporasi menggunakan metrik yang solid sebagai dasar untuk setiap pilihan, sehingga manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu memasukkan metrik ke dalam penilaian yang beragam.
b. Mampu membimbing perusahaan dalam mengantisipasi akibat jangka pendek dan jangka panjang dari keputusannya.
c. Mendorong manajer untuk selalu meminimalkan risiko dan mencegah dampak kerugian, terutama kerugian finansial, saat membuat pilihan.
d. Memungkinkan perusahaan untuk meminimalkan risiko kerugian serendah mungkin.
e. Dengan rencana manajemen risiko yang terdefinisi dengan baik, perusahaan telah membangun arah dan proses yang berkelanjutan.
2.2.4 Tahapan dalam Melaksanakan Manajemen Risiko
Untuk menjalankan manajemen risiko secara menyeluruh, bisnis harus menyelesaikan langkah-langkah berikut:16
a. Identifikasi Risiko
Pada langkah ini, manajemen perusahaan mengidentifikasi setiap jenis risiko yang dihadapi perusahaan, serta potensi bahaya. Hal ini dilakukan dengan menganalisis kemungkinan bahaya yang telah dan akan dihadapi.
15 Irham Fahmi, Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi, hlm.3.
16Ibid., hlm.3-5.
12 b. Mengidentifikasi Bentuk Risiko
Diharapkan manajemen perusahaan telah mengidentifikasi jenis dan struktur risiko yang dihadapinya saat ini. Kategori risiko ini telah dirinci panjang lebar, termasuk fitur risiko dan keadaan yang berkontribusi. Saat ini, manajemen perusahaan juga sedang mengumpulkan dan menerima data kualitatif dan kuantitatif.
c. Menempatkan Ukuran Risiko
Pada titik ini, manajemen perusahaan telah menentukan ukuran atau skala model teknik penelitian, serta desainnya. Demikian pula, baik bentuk kualitatif maupun kuantitatif dari data yang masuk dapat diterima, dan pemilihan data bergantung pada pendekatan metodologis yang digunakan dalam hubungannya dengan desain teknik penelitian saat ini.
Menyadari bahwa penggunaan pengukuran tergantung pada format pendekatan penelitian yang digunakan membutuhkan kehati-hatian dan kewaspadaan yang tinggi, karena jika tidak benar atau tidak sesuai dengan kasus yang dihadapi, kesimpulan berikut juga akan dianggap tidak benar.
d. Menempatkan Alternatif
Manajemen perusahaan telah memproses data pada tahap ini.
Temuan-temuan dari pemrosesan kemudian dijelaskan secara subjektif dan kuantitatif, bersama dengan konsekuensi atau efek keputusan.
Banyak terjemahan yang direkomendasikan dipilih dan disajikan sebagai kemungkinan alternatif.
e. Menganalisis Setiap Alternatif
Pada tingkat ini, setiap kemungkinan dipelajari dan berbagai perspektif dan hasil potensial disajikan. Untuk menyajikan gambaran yang jelas dan tegas, kemungkinan dampak jangka pendek dan jangka panjang dijelaskan secara menyeluruh dan mendalam. Kejelasan dan tekad sangat penting untuk membuat pilihan terbaik.
13 f. Memutuskan Satu Alternatif
Pada titik ini, ketika manajemen perusahaan telah merinci dan mendiskusikan banyak pilihan secara lisan dan tertulis, dimaksudkan agar manajemen perusahaan memiliki pemahaman khusus. Pemilihan satu alternatif dari antara alternatif yang tersedia memerlukan pemilihan pilihan terbesar dari antara alternatif yang tersedia, yang mungkin melibatkan penolakan alternatif lain. Dengan dipilihnya salah satu alternatif sebagai solusi atas berbagai tantangan, para manajer bisnis diharapkan memiliki landasan yang kokoh untuk mengalokasikan manajemen perusahaan berdasarkan konsep dan jalur yang ada.
g. Melaksanakan Alternatif
Setelah alternatif telah diidentifikasi dan divalidasi dan tim telah dibuat untuk melaksanakan proyek, manajemen perusahaan telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang berisi informasi biaya saat ini.
Hal ini terjadi setelah perusahaan telah mengorganisir sebuah tim untuk melakukan proyek tersebut. Rincian alokasi telah disahkan oleh departemen keuangan dan otoritas pengambilan signifikan lainnya.
h. Mengontrol Alternatif
Pada titik ini, solusi yang lebih disukai telah diadopsi dengan partisipasi dari tim manajemen dan manajer perusahaan. Tanggung jawab yang paling penting dari manajer perusahaan adalah untuk mempertahankan kontrol sebanyak mungkin untuk mencegah pembagian risiko yang tidak beralasan.
i. Mengevaluasi Jalannya Alternatif
Pada titik ini, setelah semua solusi potensial diterapkan dan kontrol telah dilakukan, tim manajemen akan secara rutin melaporkan temuan mereka kepada manajer organisasi. Materi dalam laporan disajikan dalam bentuk fakta dasar dan teknis, dan informasi verbal tidak dikecualikan. Mengevaluasi alternatif yang dipilih sedang dilakukan
14
sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan sesuai dengan jadwal semula. Ini adalah tujuan dari evaluasi.
2.2.5 Karakteristik Manajemen Risiko dalam Lembaga Keuangan Syariah Karakter dalam melakukan proses manajemen risiko operasional lembaga keuangan syariah meliputi identifikasi masalah, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan monitoring risiko.
a. Identifikasi Risiko
Praktik mengidentifikasi properti, kewajiban, dan risiko pribadi secara metodis dan terus-menerus, antara lain, dikenal sebagai identifikasi risiko. Sebelum risiko dapat dikelola, itu harus diukur. Sebelum mengukur suatu risiko, terlebih dahulu harus diidentifikasi. Mengidentifikasi adalah tindakan menelusuri bahaya, menghitung jumlah atau jumlah bahaya berbahaya, dan sekaligus memisahkan dan mengklasifikasikan setiap risiko menurut skala prioritas. Hal ini diperlukan karena setiap perusahaan memiliki karakteristik risiko yang berbeda.17
Sebelum manajemen risiko, sangat penting untuk menyadari keberadaan risiko, memahami sifat dan pengaruhnya terhadap aktivitas perusahaan. Mengidentifikasi bahaya disebut mendiagnosis risiko.
Identifikasi risiko adalah proses secara metodis dan terus menerus mengidentifikasi ancaman (kemungkinan kerugian) yang dihadapi perusahaan.18
b. Pengukuran Risiko
Pengukuran dan evaluasi risiko adalah prosedur sistematis yang digunakan oleh bisnis untuk mengukur tingkat risiko yang mereka hadapi untuk menentukan tingkat risiko yang mereka hadapi. Tujuannya adalah untuk memahami sifat risiko sehingga dapat lebih mudah dikelola. Risiko diukur dalam dua dimensi: frekuensi terjadinya kerugian dan pentingnya serta tingkat keparahan suatu peristiwa/risiko. Frekuensi kejadian dikategorikan ke dalam berbagai tingkatan, termasuk:
17 Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank: Konvensional & Syariah, hlm.110.
18 Herman Darmawi, Manajemen Risiko, hlm.34.
15
1) Hampir tidak mungkin terjadi (almost nil) 2) Kemungkinan kecil terjadi (slight).
3) Mungkin terjadi (moderate).
4) Mungkin sekali terjadi (definite).
Seseorang dapat membagi tingkat kepentingan peristiwa risiko menjadi:19
1) Normal loss expectancy, jika kerugian tersebut masih dapat ditangani oleh satu individu.
2) Probable maximum loss, kerugian jika keamanan gagal.
3) Maximum foreseeable loss, kerugian yang tidak dapat diperoleh kembali dengan sendirinya.
4) Maximum possible loss, kerusakan yang tidak dapat dilindungi (baik secara pribadi maupun melalui asuransi).
Dapat disimpulkan bahwasanya pengukuran merupakan proses yang dilakukan oleh bank/perusahaan untuk mengukur tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan melalui kuantifikasi risiko. Sedangkan pengukuran risiko sendiri memiliki tingkatan masing-masing sebagaimana yang telah diuraikan diatas.
c. Antisipasi Risiko
Risiko dapat dikurangi melalui pengembangan strategi manajemen. Di antara strategi yang mungkin diterapkan manajemen risiko untuk mengurangi potensi bahaya adalah: asuransi:20
1) Memindahkan risiko, dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian/risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain (asuransi).
2) Menghindari risiko, membatasi agar tidak mengambil keputusan yang akhirnya akan mengakibatkan risiko.
3) Mengurangi efek negatif risiko, mengurangi keparahan atas kerugian bila kerugian yang sesungguhya tidak dapat dihindarkan.
4) Menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
19 Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank: Konvensional & Syariah, hlm.111.
20 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah, (Jakarta:Erlangga, 2010),hlm.135.
16
2.2.6 Manajemen Risiko untuk Penilaian Kelayakan Nasabah Berdasarkan Analisis Kredit 5C
Analisis kredit, juga dikenal sebagai penilaian kredit, adalah proses yang dirancang untuk menganalisis atau mengevaluasi aplikasi kredit yang telah diajukan oleh calon pelanggan. Tujuan dari proses ini adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa usaha yang akan dibiayai oleh bank akan berhasil. Pelaksanaan analisis perkreditan diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1988 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang mengatur tentang Perbankan, yaitu Pasal 1(11), 8, dan 29(11) (3).21
Penanganan risiko ini pernah dilakukan oleh Nabi Yusuf ketika Mesir dilanda krisis pangan seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT,
َلﺎَﻗ َن ْﻮُﻋ َر ْﺰَﺗ َﻊْﺒَﺳ
َﻦْﯿِﻨِﺳ ۚﺎًﺑَاَد ﺎَﻤَﻓ ْﻢﱡﺗْﺪَﺼَﺣ ُه ْوُرَﺬ َﻓ
ْﻲِﻓ ٖٓﮫِﻠُﺒْۢﻨُﺳ ﱠﻻِا ًﻼْﯿِﻠَﻗ ِّﻣ ن ْﻮُﻠُﻛْﺄَﺗ ﺎﱠﻤ
َ◌
Artinya : Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.(QS. Yusuf: 47)22
Salah satu analisis kredit yang biasa diterapkan dalam dunia perbankan yaitu dengan analisis kredit 5C ini diharapkan dapat mencegah secara dini kemungkinan terjadinya kegagahan nasabah dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit atau pembiayaan yang diterimanya.23
a. Character atau Watak
Informasi tentang calon nasabah dapat diperoleh melalui korespondensi dan korespondensi antar bank yang dikenal sebagai informasi bank. Termasuk mengajukan permohonan resmi kepada Bank Indonesia untuk memperoleh informasi tentang calon nasabah, baik tentang calon nasabah itu sendiri maupun tentang perusahaan (usaha) yang dimilikinya saat ini. Saat melakukan penyelidikan terhadap sifat karakter klien potensial atau
21 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Glalia indonesia), hlm.89.
22 Depag, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, (Depok: Cahaya Qur’an, 2008)
23 Ibid, hlm 90
17
sifat karakter mereka yang berkaitan dengan integritas mereka. Kejujuran ini, lebih dari segalanya, mempengaruhi apakah klien akan bersedia mengembalikan pinjaman atau keuangan yang mereka peroleh atau tidak.
Cukup sulit untuk melakukan penilaian yang akurat atas keinginan atau niat baik pelanggan untuk memenuhi komitmennya. Khususnya bagi calon konsumen yang baru saja diakui oleh lembaga keuangan.
b. Capacity atau Kemampuan
Capacity adalah evaluasi kemampuan calon nasabah untuk menyelesaikan tanggung jawab yang ditetapkan dalam rencana kredit atau pembiayaan yang diusulkan, yaitu membayar kembali pinjaman pokok ditambah biaya sesuai dengan syarat dan keadaan yang disepakati.24
c. Capital atau Modal
Akun keuangan perusahaan calon pelanggan mungkin mengungkapkan jumlah kapasitas modal yang mereka miliki. Semakin besar organisasi calon klien, semakin mudah mengumpulkan informasi mengenai uang tunai mereka sendiri. Mayoritas usaha kecil tidak memiliki laporan keuangan yang dapat dievaluasi oleh bank. Untuk menyusun laporan keuangan yang diantisipasi mereka sendiri, departemen pembiayaan bank, seperti account officer, harus melakukan dialog, wawancara, dan kunjungan lapangan dengan bisnis calon pelanggan. Sehingga nantinya dapat menentukan modal yang dimiliki oleh calon konsumen.
d. Condition Of Economy atau Kondisi Ekonomi
Faktor-faktor bisnis yang berada dilingkungan sekitar lokasi usaha yang akan dibangun, baik bisnis baru maupun bisnis perluasan. Dalam rangka proyeksi pemberian pembiayaan kondisi perekonomian harus pula ikut dianalisis.
e. Collateral atau Jaminan
24 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, hlm.90.
18
Sebelum disetujui atau dicairkannya suatu permohonan pinjaman, salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah pemberian jaminan atau agunan. Agunan atau agunan pada umumnya mengacu pada properti yang dijaminkan kepada bank oleh penerima pinjaman sebagai jaminan pinjaman.25
2.3 Gadai Emas
2.3.1 Pengertian Gadai Emas
Gadai dalam bahasa arab disebut rahn. Secara bahasa (etymology/lughatan), rahn adalah tetap dan lestari seperti halnya al-habsu yang artinya menahan. Sementara itu, para ulama fiqh menggambarkan rahn sebagai menciptakan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat digunakan sebagai pembayar utang jika debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya.26
2.3.2 Dasar Hukum
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN- MUI/III/2002, salah satu bentuk bantuan keuangan yang dibutuhkan masyarakat adalah pinjaman yang dijamin dengan produk. Beragamnya produk lembaga keuangan syariah (LKS) harus menjawab tuntutan masyarakat. Dewan syariah nasional memandang perlu untuk menetapkan fatwa yang akan dijadikan pedoman bagi rahn, atau penjaminan barang dagangan untuk hutang, agar teknik ini sesuai dengan prinsip syariah.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 26/dsn- mui/II/2002 tentang Gadai Emas. Dewan Syariah Nasional atas pertimbangan:
a. Salah satu bentuk pelayanan yang dibutuhkan masyarakat adalah Rahn, yaitu tindakan menyimpan barang dagangan sebagai jaminan utang.
25 Ibid, hlm 92
26 Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah (Surabaya: CV Putra Media Nusantara, 2009), hlm.125.
19
b. Bahwa masyarakat secara keseluruhan terbiasa menyimpan emas sebagai aset berharga dan menggunakan rahn sebagai jaminan pinjaman untuk mendapatkan uang tunai.
c. Dewan Syariah Nasional memandang penting untuk menetapkan prosedur ini sebagai pedoman agar dapat dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.27
Gadai hukumnya boleh (jaiz) menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan ijma’ ulama.
1) Al-Qur’an
َﻓ ۖ ٌﺔَﺿﻮُﺒْﻘَﻣ ٌنﺎَھ ِﺮَﻓ ﺎًﺒِﺗﺎَﻛ اوُﺪ ِﺠَﺗ ْﻢَﻟ َو ٍﺮَﻔَﺳ ٰﻰَﻠَﻋ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْنِإ َو ُﺗْؤا يِﺬﱠﻟا ِّدَﺆُﯿْﻠَﻓ ﺎًﻀْﻌَﺑ ْﻢُﻜُﻀْﻌَﺑ َﻦِﻣَأ ْنِﺈ
َﻦِﻤ ُﮫَﺘَﻧﺎَﻣَأ
:هﺮﻘﺒﻟا)ﮫﱠﺑ َر َ ﱠ�ا ِﻖﱠﺘَﯿْﻟ َو 283
(
Artinya : “kamu dalam perjalanan (dan bermuamlah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya” (QS. Al- Baqarah:283).28
Bagian ini secara khusus mengacu pada "utang yang dibawa (oleh debitur)". Dalam industri keuangan, agunan biasa disebut dengan agunan atau barang pegadaian.
2) Hadist
Hadist A’isyah ra yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang berbunyi:
ِدﻮُﮭَﯾ ْﻦِﻣ ﺎًﻣﺎَﻌَط ى َﺮَﺘْﺷا َﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُ ﱠ�ا ﻰﱠﻠَﺻ ﱠﻲِﺒﱠﻨﻟا ﱠنَأ ٍﺪﯾِﺪَﺣ ْﻦِﻣ ﺎًﻋ ْرِد ُﮫَﻨَھ َر َو ٍﻞَﺟَأ ﻰَﻟِإ ٍّي
Artinya: “Sesungguhnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli bahan makanan dari seorang yahudi dengan cara berutang, dan beliau menggadaikan baju besinya.” (HR.Muslim)29
27 Ahmad Ifham Sholihin, pedoman umum lembaga keuangan syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm.197.
28 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1998), hlm.38.
29 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm.7.
20 3) Ijma’
Mengenai legalitas gadai ini, sebagian besar akademisi berpendapat sah, dan orang-orang ini tidak pernah berselisih pendapat tentang hal ini.
Mengenai amalan Nabi Muhammad yang mengacu pada hadits yang diriwayatkan tentang orang-orang Yahudi di Madinah, sebagian besar ulama berpendapat bahwa itu disyariatkan baik ketika seseorang tidak bepergian dan ketika seseorang bepergian. Argumen ini dibuat untuk mendukung hadits. Karena melihat sunnah yang mana rahn sering dilakukan saat bepergian, maka beliau terinspirasi untuk mencantumkan syarat-syarat bepergian dalam Surat Al-Baqarah ayat 283. Menurut dalil yang dikemukakan dalam ayat yang baru saja dibaca, At-Dhahak dan para pengikutnya. dari sekolah At-Dhohiri percaya bahwa rahn tidak diperlukan dalam semua keadaan, kecuali ketika seseorang bepergian. Karena adanya hadits ini, pernyataan mereka terbukti salah.30
Dimungkinkan untuk mengadakan perjanjian gadai sebagai jaminan hutang saat bepergian dan di tempat tinggal seseorang. Penjelasan tersebut menghasilkan hukum fiqih yang berbunyi, “Setiap benda yang dapat dipertukarkan dan yang dapat dijadikan jaminan atas suatu kewajiban yang berkekuatan hukum tetap menjadi tanggungan”.
2.3.3 Ketentuan Gadai Emas
Tentang Rahn, Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 25/DSN-MUI 2002 berbunyi sebagai berikut:
a. Menggadaikan Emas diperbolehkan menurut konsep Rahn.
b. Penggadai/klien bertanggung jawab atas biaya dan biaya penyimpanan barang/emas (marhun) (rahin).
c. Biaya yang disebutkan dalam ayat 2 didasarkan pada pengeluaran yang sebenarnya.
30 Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi, dan Konstitusionalisasi, Ed. Revisi, cet.2 (Yogyakarta: Gajah Ada University Press, 2011), hlm.115.
21
d. Biaya penyimpanan barang/emas (marhun) dihitung sesuai dengan akad ijarah.31
2.3.4 Rukun dan Syarat Gadai Emas
Dalam pelaksanaan gadai (rahn) harus memenuhi rukun dan syarat sebagai berikut:
a. Rukun Gadai Emas
1) Orang yang berhutang (rahn)
2) Orang yang berpiutang/pemilik modal (murtahin) 3) Ijab qabul (sighat)
4) Barang/emas yang digadaikan (marhun) 5) Pinjaman (marhun bih)
b. Syarat Gadai Emas
1) Akad. Tidak ada syarat fasil/batil dalam akad, seperti murtahin yang mengamanatkan marhun untuk digunakan terus menerus.
2) Marhun bih (pinjaman). Pinjaman adalah hak yang harus dikembalikan kepada murtahin dan dapat dilunasi dengan barang yang digadaikan;
pinjaman itu pasti dan transparan.
3) Marhun (barang/emas disediakan). Marhun dapat dijual dan nilainya sama dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya, merupakan satu-satunya harta rahin yang sah, tidak terikat dengan hak orang lain, dan dapat dialihkan baik materil maupun harta benda. hal keuntungan.
4) Metode tersebut menetapkan jumlah maksimum uang rahn, nilai likuidasi barang-barang yang ditransfer, dan jangka waktu rahn.
5) Rahn menghambat periode penyimpanan selama durasinya.
6) Barang jaminan berupa: biaya asuransi, biaya perawatan barang selama penyimpanan, baiya keamanan, biaya pengelolaan, dan biaya administrasi.32
31 Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, hlm.198.
32 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Finansial Institution Management (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.1344-1345.
22 2.3.5 Tujuan Gadai
Pegadaian memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat umum sekaligus menghasilkan keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat. Oleh karena itu, pihak pegadaian mengupayakan hal-hal sebagai berikut:33
a. Ikut melaksanakan dan mendukung pelaksanaan rencana dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya dengan menyalurkan uang atau pinjaman berdasarkan peraturan perundang- undangan gadai.
b. Mencegah penggunaan ijon, pegadaian ilegal, dan pinjaman yang berlebihan.
c. Penggunaan gadai tanpa bunga dalam gadai syariah memberikan jaring pengaman sosial karena orang yang membutuhkan dana segera tidak lagi terjebak dalam pinjaman atau pembiayaan berdasarkan bunga.
d. Membantu mereka yang membutuhkan pinjaman dengan persyaratan yang ringan.
2.3.6 Manfaat Gadai
Berikut manfaat yang dapat diperoleh bank dari prinsip Ar-Rahn:34 a. Pertahankan kemungkinan bahwa klien akan gagal memanfaatkan opsi
pinjaman bank.
b. Memberikan jaminan kepada semua penabung dan penabung bahwa uang mereka tidak akan hilang begitu saja jika peminjam melanggar janjinya, karena bank memiliki aset atau barang (marhun).
c. Jika rahn diterapkan pada sistem pegadaian, tentunya akan sangat membantu saudara-saudara kita yang sedang berjuang secara finansial, khususnya di daerah pedesaan.
Nasabah harus membayar untuk pemeliharaan dan perlindungan atas aset-aset tersebut, yang secara langsung diperoleh bank sebagai akibat dari manfaat yang diperoleh dari aset-aset tersebut. Jika kepemilikan aset didasarkan
33 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, hlm.304.
34Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, hlm.130.
23
atas dasar fidusia (menyimpan barang bergerak sebagai jaminan pembayaran), klien juga harus membayar biaya asuransi yang biasanya relevan.
2.3.7 Risiko Gadai
Bahaya gadai yang dapat dimasukkan dalam gadai jika dijadikan produk adalah sebagai berikut:35
a. Risiko tak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi).
b. Risiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.
2.4 Kerangka Berfikir
Pembiayaan gadai emas
Risiko gadai emas
Manajemen Risiko gadai emas
Solusi manajemen risiko gadai emas Identifikasi
Risiko Pengukuran
Risiko Antisipasi Risiko
Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir
BPRS Bhakti Sumekar Cabang Pamekasan memiliki beberapa produk, salah satunya adalah pembiayaan gadai emas. Dalam setiap produk pembiayaan terdapat beberapa resiko yang perlu diperhitungkan, termasuk di dalamnya adalah produk pembiayaan gadai emas. Untuk dapat melakukan pencegahan resiko pembiayaan
35Ibid., hlm. 130-131.
24
maka diperlukan analisa manajemen resiko gadai emas. Dari hasil analisa akan diperoleh solusi untuk melakukan manajemen resiko pembiayaan gadai emas.