• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI MODEL KOMUNIKASI PEMERINTAHAN ANTARA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN KEPOLISIAN DALAM PENERTIBAN PARKIR LIAR DI KOTA MAKASSAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI MODEL KOMUNIKASI PEMERINTAHAN ANTARA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN KEPOLISIAN DALAM PENERTIBAN PARKIR LIAR DI KOTA MAKASSAR."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PENERTIBAN PARKIR LIAR DI KOTA MAKASSAR

Disusun oleh :

HIKMATUL KHAIRIL NUR Nomor Stambuk : 105640068710

PROGRAM STUDI STRATA SATU JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)
(3)
(4)

iv

Nama Mahasiswa : Hikmatul Khairil Nur

Nomor Stambuk : 105640068710

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Mengatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 2014

Yang Menyatakan

Hikmatul Khairil Nur

(5)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model komunikasi pemerintahan antara Dinas Perhubungan dengan Kepolisian dalam penertiban parkir liar di Kota Makassar. Dari segi akademik penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pemerintahan.

Penelitian ini dilaksanakan di instansi Dinas Perhubungan Kota Makassar dan Satlantas Kota Makassar dengan menggunakan tipe penelitian kualitatif.

Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif, pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Data dikumpulkan dari berbagai sumber dan teknik penentuan informan dilakukan dengan memilih informan yang berperan dan terlibat secara teknis dalam model komunikasi Dinas Perhubungan dengan kepolisian dalam penertiban parkir liar di Kota Makassar.

Penelitian menunjukkan bahwa model komunikasi Dinas Perhubungan dengan Kepolisian yaitu model komunikasi horisontal: (1) memberikan informasi, (2) mengkordinasi penugasan kerja, (3) memecahkan masalah. Didalam melaksanakan tugas dilapangan anatara Dinas Perhubungan dengan Kepolisian, ketiga sub diatas dilaksanakan langsung oleh dua instansi tersebut dalam menertibkan parkir liar di Kota Makassar.

Keyword: Komunikasi Pemerintahan Dinas Perhubungan dengan Kepolisian

(6)

vi

Perhubungan dengan Kepolisian Dalam Penertiban Parkir Liar di Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan syarat mengikuti penelitian dan penyusunan skripsi pada prodi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu selaku pembimbing I, Dra. Hj, St Nurmaeta, M.M dan selaku pembimbing II, Rudi Hardi, S.Sos, M.Si yang senangtiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Andi Luhur Prianto, S.Ip, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Segenap dosen pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar atas didikan, ilmu, dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama duduk dibangku kuliah.

5. Kedua orang tua saya Khairuddin dan Mariati, penulis yang selalu memberi limpahan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan doa kepada penulis.

6. Kepada seluruh rekan-rekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan yang banyak memberi masukan dalam penyusunan skripsi.

(7)

vii

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 2014

(8)

viii

Tabel 2 Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di Kota Makassar .

Table 3 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Rumah Tangga Dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga 2013.

Tabel 4 Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Makassar 2013.

Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Di Kota Makassar.

Tabel 6 Jumlah Anak Usia 5-9 Tahun Dan Usia 10-14 Tahun Perkecamatan Di Kota Makassar Tahun 2013.

Tabel 7 Jumlah Murid TK, SD, SMP, SMA di Makassar Tahun 56 2012/2013.

Tabel 8 Data Pegawai Dinas Perhubungan Kota Makassar. 57 Tabel 9 Sarana dan Prasarana Inventaris Alat Tulis Kantor. 58 50

51

52

54

55

(9)

ix

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah... iv

Abstrak... v

Kata Pengantar... vi

Daftar Tabel... viii

Daftar Isi………... ix

BAB I. PENDAUHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Rumusan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penelitian……… 6

D. Kegunaan Penelitian………. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Model………... 8

B. Model-Model Komunikasi………... 11

C. Konsep Komunikasi Pemerintahan…………... 16

D. Dinas Perhubungan………... 30

E. Kepolisian………... 32

F. Permasalahan Parkir Liar Di Kota Makassar………... 37

G. Kerangka Pikir………... 41

H. Fokus Penelitian………... 42

I. Definisi Fokus Penelitian... 42

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 44

B. Jenis Dan Tipe Penelitian……….... 44

C. Sumber Data………... 44

D. Informan Penelitian………... 45

(10)

x BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Obyek Penelitian……… 49

B. Model Komunikasi Pemerintahan antara Dinas Perhubungan Dengan Kepolisian Dalam Penertiban

Parkir Liar di Kota Makassar……….. 58 C. Tanggapan Masyrakat Terhadap Penertiban Parkir Liar Di

Kota Makassar………... 68

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan……… 71

B. Saran……….. 72

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Mariati. Tahun 1998 penulis memulai jenjang pendidikan di SD INPRES UNHAS I dan berhasil lulus pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP NEGERI 12 MAKASSAR dan berhasil lulus pada tahun 2006, penulis kembali melanjutkan pendidikannya di MAN 3 NEGERI MAKASSAR (setingkat SMA) dan berhasil lulus pada tahun 2009. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR dan diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Sosial Dan Ilmu Politik (SOSPOL) jurusan Ilmu Pemerintahan yang pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi tersebut pada tahun 2014.

Penulis Mariati. Tahun 1998 penulis memulai jenjang pendidikan di SD INPRES UNHAS I dan berhasil lulus pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP NEGERI 12 MAKASSAR dan berhasil lulus pada tahun 2006, penulis kembali melanjutkan pendidikannya di MAN 3 NEGERI MAKASSAR (setingkat SMA) dan berhasil lulus pada tahun 2009. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR dan diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Sosial Dan Ilmu Politik (SOSPOL) jurusan Ilmu Pemerintahan yang pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi tersebut pada tahun 2014.

Penulis Mariati. Tahun 1998 penulis memulai jenjang pendidikan di SD INPRES UNHAS I dan berhasil lulus pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP NEGERI 12 MAKASSAR dan berhasil lulus pada tahun 2006, penulis kembali melanjutkan pendidikannya di MAN 3 NEGERI MAKASSAR (setingkat SMA) dan berhasil lulus pada tahun 2009. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR dan diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Sosial Dan Ilmu Politik (SOSPOL) jurusan Ilmu Pemerintahan yang pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi tersebut pada tahun 2014.

Penulis

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah merupakan sebuah awal dalam hal peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sekaligus ditujukan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Otonomi daerah menurut Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 yang disempurnakan dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2008 adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan sehingga pemerintah daerah harus mampu melaksanakan berbagai kewenangan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Tujuan utama otonomi daerah adalah tercapainya penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dengan landasan demokrasi yang menitikberatkan pada peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, memperhatikan keanekaragaman sosial, ekonomi, dan budaya.

Makassar adalah kota yang menempati peringkat kelima wilayah terbesar dan terpadat di Indonesia dan pada saat ini tingkat pendapatan perkapita penduduknya semakin tinggi. Berdasarkan letak wilayahnya, Makassar berpotensi sebagai kota bisnis dan perdagangan. Makassar terkenal sebagai salah satu tujuan kota wisata dan pendidikan di Indonesia bagian timur sehingga banyak orang datang untuk bersekolah dan mencari pekerjaan di kota Makassar. Kota ini semakin padat dan ramai oleh kendaraan yang berlalulalang di jalanan, akibat dari

1

(13)

keramaian ini lalu lintas di kota ini sangat macet. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat yang memarkir kendaraannya di atas bahu jalan.

Perkembangan Makassar dari tahun ke tahun semakin memperlihatkan perubahan terhadap pola hidup masyarakat hal ini berpengaruh pada sektor kepemilikan kendaraan di Makassar yang makin meningkat dimana setiap pemilik kendaraan menginginkan kemudahan untuk menjalankan aktifitasnya.

Meningkatnya penggunaan kendaraan serta aktivitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain maka meningkat pula kebutuhan masyarakat akan lahan atau ruang parkir. Kendaraan tidak selamanya bergerak, ada saatnya kendaraan itu berhenti, menjadikan tempat parkir sebagai unsur terpenting dalam transportasi. Tidak seimbangnya pertambahan ruas jalan dengan pertambahan volume kendaraan dan menyusul banyaknya ruko, minimarket, pusat perbelanjaan dan jenis bangunan lainnya yang didirikan tanpa lahan parkir yang presentatif, bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan parkir. Kondisi seperti ini menyebabkan masyarakat terpaksa menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir. Banyaknya bangunan yang besar menghiasi kota ini sehingga lahan semakin sedikit untuk keperluan sarana publik. Kondisi inilah yang membuat pemerintah kota harus berinisiatif untuk mengatur sisitem transportasi yang lebih baik di Makassar sehingga kota ini dapat berkembang menjadi kota metropolis yang ramah lingkungan. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kemacetan yaitu volume kendaraan yang ada di Makassar ini sudah melebihi kapasitas ruas jalan yang ada, kemudian ditambah lagi dengan prilaku pengguna jalan raya yang tidak disiplin dan tidak beretika.

(14)

Peraturan daerah yang mengatur parkir liar di tepi jalan umum adalah peraturan daerah kota Makassar No 17 tahun 2006 tentang pengelolaan parkir di tepi jalan umum. Dalam rangka terwujudnya pelaksanaan penertiban parkir liar di tepi jalan umum secara lebih berdaya guna dan berhasil guna serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat kota Makassar. Dipandang perlu untuk mengatur pengelolaan parkir tersebut dalam peraturan daerah kota Makassar. Dalam peraturan daerah No 17 tahun 2006, pasal 1 menyatakan bahwa parkir adalah memberhentikan dan menempatkan kendaraan bermotor ditepi jalan umum yang bersifat sementara pada tempat yang ditetapkan, sedangkan tempat parkir adalah tempat yang berada ditepi jalan umum yang telah ditetapkan oleh Walikota Makassar sebagai tempat parkir. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya, namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Parkir tepi jalan umum adalah menempati pelataran parkir tertentu di luar badan jalan, baik itu di bangunan khusus parkir ataupun di halaman terbuka.

Dalam hal wewenang penertiban parkir liar di tepi jalan umum didelegasikan Walikota kepada Direksi. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya kota Makassar. Adapun perusahaan daerah adalah Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya kota Makassar yang merupakan perusahaan daerah yang didirikan oleh pemerintah kota Makassar sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah untuk mengelola perparkiran di wilayah kota Makassar. Tujuan utama dari pendirian PD. Parkir Makassar Raya adalah untuk meningkatkan efektifitas dalam pemberian pelayanan perparkiran kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor

(15)

retribusi parkir. Retribusi parkir memberikan pengaruh dalam meningkatnya pendapatan asli daerah dan pembangunan daerah. Retribusi parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari masyarakat dimana pengelolaannya dilakukan oleh Perusahaan Daerah Parkir kota Makassar.

Selama ini pungutan daerah baik berupa pajak dan retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Berdasarkan data yang bersumber dari PD. Parkir Makassar Raya Maret 2012 Kondisi keuangan PD. Parkir Kota Makassar sejak Tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada Tahun 2011 target sebesar Rp. 7.644.300.600,00 yang meningkat tetapi justru tidak tercapainya realisasi yang hanya sebesar Rp. 6.780.341.550,00. Target yang telah ditentukan pada tahun 2007 sampai 2010 meningkat tetapi pada tahun 2011 ketika target dinaikkan justru tidak tercapai, hal ini dikarenakan masih banyak kawasan perparkiran yang tersebar di beberapa titik di kota Makassar yang tidak masuk sebagai lahan parkir di PD. Parkir Makassar Raya sehingga banyak dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraub keuntungan, yaitu juru parkir tidak resmi yang tidak memiliki surat izin parkir dari PD. Parkir Makassar Raya. Masalah penerimaan retribusi parkir yang masih banyak menemukan kendala dalam pengelolaannya dimana masih banyak kawasan parkir yang strategis tetapi tidak terdaftar di PD. Parkir Makassar Raya.

Pembayaran yang tinggi juga belum diimbangi dengan pelayanan yang memuaskan, tanggung jawab mengenai kerusakan dan kehilangan masih saja menjadi beban bagi para pemilik kendaraan sehingga fungsi dan tanggung jawab

(16)

dari pemerintah yang mengurusi masalah parkir dipertanyakan. Terdapat oknum juru parkir tidak resmi yang menggunakan tepi jalan dibeberapa tempat-tempat keramaian tanpa pernah memperhatikan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah untuk daerah-daerah yang memang menjadi tempat umum. Jika kita menilai secara subjektif, tidak mungkin hal tersebut dapat tumbuh dan bertahan subur, jika tidak ada orang dari pihak berwenang yang memberikan kebebasan bagi para juru parkir tersebut. Sistem bagi hasil atau ada uang setoran kepada pihak-pihak tertentu yang seharusnya hal tersebut masuk ke kas daerah. Dalam mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pemerintah kota Makassar dalam hal ini Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya diharapakan mampu memberikan kontribusi dari sektor retribusi parkir. Tugas pokok PD. Parkir Makassar Raya adalah merencanakan, merumuskan, membina, mengendalikan, mengoptimalkan pemungutan retribusi parkir, serta mengkoordinir kebijakan di bidang perparkirkan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat digambarkan bahwa tidak terealisasinya dengan maksimal kebijakan pemerintah kota Makassar terhadap penertiban parkir liar dikota makassar, maka peneliti menganggap perlu untuk mengkaji lebih dalam mengenai “Model Komunikasi Pemerintahan Antara Dinas Perhubungan Dengan Kepolisian Dalam Penertiban Parkir Liar Di Kota Makassar”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka berikut di rumuskan tentang beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Model Komunikasi Pemerintahan Antara Dinas Perhubungan dengan Kepolisian ?

2. Tanggapan masyarakat terhadap penertiban parkir liar ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran dinas perhubungan dengan kepolisian dalam penertiban parkir liar di kota makassar.

2. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang penertiban parkir liar di kota makassar.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penilitian ini adalah:

1. Kegunaan dari segi keilmuwan/akademis:

a. Memperluas dan memperbanyak khazanah ilmiah keilmuwan penertiban parkir liar yang dilakukan oleh dinas perhubungan dan kepolisian khususnya dalam bidang penertiban parkir liar yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kebijakan sumber daya manusia.

b. Menjadikan pendorong bagi studi lebih lanjut untuk mengembangkan model peningkatan kinerja penertiban dalam cakupan yang lebih luas.

(18)

2. Kegunaan dari segi praktis

a. Memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kinerja penertiban parkir yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Memberikan bahan penyempurnaan kebijaksanaan dalam pelaksanaan penertiban parkir liar yang sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah setempat dan lingkungan kerjanya dalam upaya meningkatkan kinerja penertiban parkir liar.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Model

Pada umumnya literatur tentang model sepakat untuk mendefinisikan kata

‘model‘ sebagai suatu representasi atau formuliksasi dalam bahasa tertentu yang

disepakati dari suatu sistem nyata. Adapun sistem nyata adalah sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan, sistem yang dijadikan titik perhatian dan dipermasalahkan. Dengan demikian, pemodelan adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu

(Ackoff, 1962) mencatat bahwa pengertian model dapat dipandang dari tiga jenis kata. Sebagai kata benda, model berarti (gambaran, perwakilan, atau perlambangan), misalnya miniatur pesawat terbang N250 adalah model dari pesawat sebenarnya. Sebagai kata sifat berarti (ideal, idaman, teladan, atau cita- cita), misalnya Dermawan adalah model mahasiswa teknik masa kini. Model sebagai kata kerja berarti memperagakan,mempertunjukkan (demonstrasi) atau memamerkan, misalnya pasangan itu memamerkan gaun pengantin budaya makassar. Ketiga arti model ini dipakai dalam proses pemodelan, model dirancang sebagai gambaran operasi suatu sistem nyata secara ideal guna menjelaskan atau menunjukkan hubungan-hubungan penting yang terlibat.

Murthy (1990) menyatakan bahwa model adalah representasi yang memadai dari suatu sistem. Model itu disebut memadai jika telah sesuai dengan tujuan dalam pemikiran analisis (pemodel).

8

(20)

(Murdick, 1984) menyatakan bahwa model adalah aprocksimasi atau penyimpulan (abstraction) dari sistem nyata yang dapat kita susun dalam berbagai bentuk. (Gordon, 1978) mendefinisikan sebagai kerangka utama informasi (body of information) tentang sistem yang dikumpulkan untuk mempelajari sistem tersebut. Karena tujuan mempelajari sistem akan menentukan informasi-informasi apa saja yang dikumpulkan dari sistem, maka tidak hanya satu model sistem saja yang akan membuat suatu gambaran sistem. Hal ini mengakibatkan bahwa dengan sistem yang sama dapat dihasilkan dengan model yang berlainan oleh analisis yang berbeda, karena aspek yang menarik perhatian para analis pada sistem itu berbeda-beda pula. Atau bisa saja terjadi bahwa analis yang sama akan membuat model yang berbeda untuk sistem sejenis karena pemahamannya tentang sistem yang diamati berubah. Kata-kata kunci pengertian ini adalah sistem yang terdiri semua elemen permasalahan yang dipelajari. Elemen-elemen yang terpenting yaitu adanya proses penyerdehanaan, karena jika model terlalu kompleks tidak memungkinkan memberikan pengertian padahal kegunaan model adalah untuk memahami permasalahan penampilan yaitu dapat ditampilkan dengan berbagai cara, ruang lingkup masalah yang dimaksud yang tergantung pada sudut pandang tertentu.

Pemodelan menyangkut kemampuan untuk menampilkan persoalan dan juga metodologi untuk menganalisis persoalan. Hasil akhir permodelan itu sendiri adalah model dan kita dapat mengatakan bahwa model adalah representasi kualitatif dan kuantitatif suatu proses atau usaha yang memperlihatkan pengaruh faktor-faktornya secara signifikan dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu,

(21)

ukuran keberhasilan permodelan bukan dilihat dari besar atau rumitnya model, tetapi kecukupan jawab terhadap permasalahan yang ditinjau (Gordon, 1978).

Melakukan eksperimen langsung pada sistem nyata untuk memahami beberapa kondisi adalah mungkin dan lakukan. Namun pada kenyataannya, kebanyakan sistem nyata itu terlalu kompleks atau terlalu hipotesis, sehingga tidak akan layak (terlalu mahal atau tidak praktis) atau tidak mungkin dilakukan eksperimen secara langsung. Secara umum, kendala-kendala inilah yang menjadi alasan bagi analis untuk membuat model (Gordon, 1978).

Alasan lain mengapa kita membuat model adalah dari pengertian bahwa model adalah representasi yang ideal dari suatu sistem untuk menjelaskan perilaku sistem. Representasi ideal berarti hanya menampilkan elemen-elemen terpenting dari suatu persoalan sistem nyata, sehingga memungkinkan kita mengkaji dan melakukan eksperimen (manipulasi) suatu situasi yang rumit sampai ketingkat keadaan tertentu yang tidak mungkin dilakukan pada sistem nyatanya. Dengan model kita dapat menggambarkan sistem secara ekonomik dibanding dengan bentuk lain. Selain itu untuk melakukan perubahan-perubahan (modifikasi) terhadap sistem akan lebih mudah dan murah apabila dilakukan diatas kertas. Sifat model yang dibuat selayaknya memiliki kegunaan sederhana dan mewakili persoalan. Kegunaan model bisa dipandang dari segi akademik dan manajerial.

Model dari segi akademik berguna untuk menjelaskan fenomena atau obyek- obyek. Disini model berfungsi sebagai pengganti teori, namun bila teorinya sudah ada maka model dipakai sebagai konfirmasi atau koreksi terhadap teori tersebut.

(22)

Model dari segi manajerial berfungsi sebagai alat mengambil keputusan, komunikasi, belajar, dan memecahkan masalah.

Pengetahuan tentang model dapat dilengkapi dengan beberapa aspek berikut:

(Gordon, 1978).

1. Suatu makin bermanfaat bila, model memudahkan pengertian tentang sistem yang diwakilinya. Pengetahuan tentang alternatif keputusan yang dapat diambil dan hasil keputusan itu makin banyak dan semakin meningkat.

2. Jenis-jenis model berdasarkan teori keputusan yaitu, model matematik. Model matematik adalah model yang mewakili sebuah sistem secara simbol sistem matematik, dalam bentuk rumus-rumus dan besaran-besaran. Model selanjutnya adalah model informasi. Model ini mewakili sebuah sistem dalam wujud grafik atau tabel.

B. Model – Model Komunikasi

1. Model Komunikasi dalam hubungan kerja

Dalam hubungan kerja dikenal adanya komunikasi informasi dan komunikasi hubungan kerja. Komunikasi informasi biasanya disampaikan oleh pimpinan kepada unit-unit kerja dibawahnya melalui kegiatan apel kerja atau dalam suasana rapat, sedangkan komunikasi hubungan kerja adalah suatu cara dalam menyampaikan kegiatan yang harus dilaksanakan dengan tujuan agar kegiatan tersebut dapat berhasil, secara efisien dan efektif. Walaupun secara tegas antara kedua bentuk komunikasi itu tidak dapat dibedakan, namun ditinjau dari sifat dan syaratnya dapat diuraikan berikut ini.

(23)

Pada komunikasi informasi ide atau gagasan yang disampaikan oleh pihak pertama bertujuan agar pihak kedua dapat menangkap ide dan gagasan tersebut dengan pengertian yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh pihak pertama.

Dengan perkataan lain komunikasi informasi memiliki sifat agar terdapat kesesuaian paham antara ide yang disampaikan oleh pihak pertama dengan pihak kedua sebagaimana gagasan, sehingga tercipta suatu kesatuan paham sekaligus menghindari kesalah pahaman terhadap ide yang dimunculkan (Yager dalam Pace, 2010:202).

2. Model komunikasi horisontal

Bentuk model komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Bahkan bentuk komunikasi horisontal tertulis cenderung menjadi lebih lazim. Model komunikasi horisontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istrahat, obrolan di telefon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kondisi. Lingkaran kualitas adalah sebuah kelompok pekerja sukarela yang bebagi wilayah tanggung jawab. Yang, penting kelompok ini adalah kelompok kerja biasa yang membuat atau memperbaiki sebuah produk. Para anggota kelompok mengadakan pertemuan setiap minggu untuk berdiskusi, menganalisis dan mengemukakan gagasan untuk menyempurnakan pekerjaan mereka. Mereka dilatih dalam penggunaan prosedur dan teknik-teknik khusus pemecahan masalah, seperti diagram sebab-akibat, diagram pareto atau grafik lajur yang datanya disusun menurut urutan kepentingan, histogram, daftar pemeriksaan, dan grafik-grafik. Pemimpin kelompok kualitas dilatih dalam

(24)

keahlian kepemimpinan, metode pengajaran orang dewasa, dan teknik-teknik motivasi dan komunikasi. Pertemuan kelompok kualitas dilaksanakan pada waktu kerja dan ditempat kerja. Lingkaran kualitas umumnya diberi tanggung jawab penuh untuk mengenali dan memecahkan masalah (Yager dalam Pace,2010:197).

Hambatan-hambatan pada komunikasi horisontal banyak persamaannya dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan bawah. Ketiadaan kepercayaan diantara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat menggangu komunikasi pegawai yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya.

3. Model komunikasi lintas saluran

Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Misalnya, bagian-bagian seperti teknik, penelitian, akunting, dan personalia mengumpulkan data, laporan, rencana persiapan, kegiatan koordinasi, dan memberi nasihat kepada manager mengenai pekerjaan pegawai di semua bagian organisasi. Mereka melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan mengawasi tetapi bukan atasan bawahan mereka. Mereka tidak memiliki otoritas lini untuk mengarahkan orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus mempromosikan gagasan mereka. Namun, mereka memiliki otoritas tinggi dalam organisasi; mereka dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor mereka hanya untuk terlibat dalam komunikasi informal (Davis dalam Pace,2010:197).

(25)

(Fayol dalam Pace,2010:198 menunjukkan bahwa model komunikasi lintas saluran merupakan hal yang pantas, bahkan perlu pada suatu saat, terutama bagi pegawai tingkat rendah dalam suatu saluran.

Pentingnya model komunikasi lintas saluran mendorong(Davis dalam Pace,2010:199). untuk menyatakan bahwa penerapan tiga prinsip berikut akan memperkokoh peranan komunikasi spesialis staf:

a. spesialis staf harus dilatih dalam keahlian berkomunikasi b. spesialis staf perlu menyadari pentingnya komunikasi mereka.

c. manajemen harus menyadari peranan spesialis staf dan lebih banyak lagi memanfaatkan peranan tersebut.

4. Model komunikasi informal, pribadi, atau selentingan

Bila pegawai berkomunikasi satu sama lainnya tanpa mengindahkan posisinya dalam organisasi, faktor-faktor yang mengarahkan aliran informasi lebih bersifat pribadi. Arah informasi kurang stabil. Informasi mengalir keatas, kebawah, horisontal dan melintasi saluran hanya sedikit kalau ada perhatian dalam hubungan posisional. Karena informasi informal/personal muncul dari interaksi di antara orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan tidak terduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine). Kiasan ini tampaknya sesuai. Grapevine terlihat tumbuh dan menjalar kesegala arah, menangkap dan menyembunyikan buahnya dibawah kerimbunan dedaunan, nyaris menantang penyelidikan. Informasi yang mengalir sepanjang jaringan kerja selentingan juga terlihat berubah-ubah dan tersembunyi. Dalam istilah komunikasi, selentingan

(26)

digambarkan sebagai “metode penyampaian laporan rahasia dari orang keorang

yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa (Stein dalam Pace,2010:200).

5. Model komunikasi interpersonal

Sebelum membicarakan apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal, adalah penting untuk memahami lebih dahulu apa yang dimaksud dengan komunikasi intepersonal dan peranannya terhadap komunikasi yang lain.

Sesungguhnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri.

Dalam diri kita masing-masing terdapat komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing- masing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan orang lain. (Wenburg dan wilmat dalam Muhammad,1995:159) menyatakan bahwa persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain tetapi semua atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu. Persepsi seseorang memainkan peranan penting dalam menginterpresentasikan pesan.

Semua pesan bermula dalam diri kita. Kita bereaksi menurut perbedaan personal kita terhadap pesan disekeliling kita. Inilah yang membuat komunikasi kejadian yang bersifat personal, karena tidak pernah dapat dipisahkan dari interaksi kita dengan orang lain. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diabtara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.

Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi

(27)

bertambalah persepsi seseorang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut.

6. Model komunikasi umpan balik

Model komunikasi umpan balik adalah suatu elemen utama yang telah ada dalam model-model komunikasi yang lebih awal. Akan tetapi, pengembangan teori dalam bidang ini lebih terbelakang bila dibandingkan elemen-elemen lain.

Hampir seluruh teori komunikasi cenderung menganggap bahwa umpan balik adalah suatu aliran paraler dari arah yang berlawanan (cf Schramm dalam Jahi,1988:13).

Umpan balik boleh ditelusuri dari sejumlah dimensi,yang meliputi: (1) sumber, (2) inisiatif, (3) keformalan, (4) interposisi, (5) selang waktu, (6) valensi, (7) keakuratan, dan (8) intensitasnya (Gonzalez dalam Jahi,1988:13).

Umpan balik mungkin juga langsung ataupun tidak langsung (cf Deutschmann dalam Jahi,1988:14). Umpan balik langsung misalnya diperoleh seseorang indikator dari komunikasi tatap mukanya dengan pasangan yang telah menikah yang datang berkonsultasi keklinik keluaraga berencana yang dikelolanya. Umpan balik yang tidak langsung akan diperoleh indikator tersebut melalui percakapannya dengan pasangan tersebut di telepon atau dari surat yang dikirimkan pasangan itu kepadanya.

C. Konsep Komunikasi Pemerintahan 1. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan

(28)

perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki

tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu: Effendy (1994:10) 1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

2. Pesan (mengatakan apa?)

(29)

3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?) 4. Komunikan (kepada siapa?)

5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu Effendy(1994:10).

1. Proses Komunikasi dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan,

(30)

komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.

Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasikan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harus mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.

b. Proses komunikasi sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

(31)

Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb).

2. Konseptual Komunikasi

Mulyana Dedy (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:

a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.

Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan

(32)

demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.

b. Komunikasi sebagai interaksi.

Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.

Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan teknologi.

3. Fungsi Komunikasi

William I. Gorden (dalam Mulyana Deddy, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi tiga, yaitu:

a. Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja

(33)

sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang- orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri

(34)

sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.

Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.

Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.

Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima

(35)

persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.

b. Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. negara, ideologi, atau agama mereka.

c. Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.

Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut.

Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi

(36)

keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.

Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.

Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.[1] Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:

1. Penjagaan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information).

(37)

2. Menghubungkan bagian masyarakat untuk menanggapi lingkungannya.

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

d. Ragam Tingkatan Komunikasi atau Konteks-Konteks Komunikasi Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.

2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.

3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

(38)

4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).

5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Kemudian Mulyana Dedy (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah. Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.

2. Pengertian Pemerintahan dan Fungsi Pemerintahan

Secara etimologis kata pemerintahan berasal dari “pemerintah”, kata pemerintah sendiri berasal dari kata “perintah” yang berarti menyuruh melakukan

sesuatu pekerjaan (Pamuji dalam Hasan,2010:1).

Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua aktifitas, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapai tujuan negara.

Pemerintahan dalam arti luas adalah semua aktifitas yang terorganisasi yang bersumber pada kedaulatan, dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.

Pemerintahan juga dapat didefinisikan dari segi struktural fungsional sebagai

(39)

sebuah sistem struktur dan organisasi dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mencapai tujuan negara (Haryanto, 1997).

Pemerintahan merupakan suatu bentuk organisasi dasar dalam suatu negara.

Tujuan dari pemerintahan harus bersikap mendidik dan memimpin yang diperintah, ia harus serempak dijiwai oleh semangat yang diperintah,menjadi pendukung dari segala sesuatu yang hidup diantara mereka bersama, menciptakan perwujudan segala sesuatu yang diingini secara samar-samar oleh semua orang, yang dilukiskan secara nyata dan dituangkan dalam kata-kata oleh orang-orang yang terbaik dan terbesar.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka terdapat beberapa pernyataan yang menunjukkan fungsi pemerintahan antara lain: 1) bersikap mendidik dan memimpin yang diperintah artinya pemerintahan yang berfungsi sebagai leader (pemimpin) dan educator (pendidik). Para pamong, diharapkan dapat memimpin dan menjadi panutan masyarakat; 2) serempak dijiwai oleh semangat yang diperintah,artinya pemerintahan dapat memahami aspirasi yang berkembang di masyarakat. Pemerintahn yang baik adalah mengerti apa yang diinginkan dan menjadi kebutuhan masyarakatnya; 3) menjadi pendukung dari segala sesuatu yang hidup diantara mereka bersama artinya pemerintahan sebagai katalisator dan dinamisator masyarakat. Sebagai katalisator artinya sebagai penghubung bagi setiap kelompok kepentingan di masyarakat. Sedangkan sebagai dinamisator artinya penggerak segala bentuk kegiatan bermasyrakat; 4) menciptakan perwujudan segala sesuatu yang diingini segala samar-samar oleh semua orang

(40)

artinya pemerintahan harus peka terhadap perubahan yang terjadi dimasyarakat; 5) melukiskan semua secara nyata dan dituangkan semua dalam kata-kata oleh orang-orang yang terbaik dan terbesar. Artinya pemerintahan harus merancang berbagai kebijakan yang dituangkan dalam peraturan-peraturan.

Kemudian kembali kepada fungsi pemerintahan, menurut Van Vollenhofen (1934) dalam bukunya Staatsrecht ovezee, yang dikutip oleh Salam, pemerintahan dibagi menjadi empat fungsi yaitu: 1) Fungsi besstur atau pemerintahan dalam arti sempit; 2) Fungsi preventive rechtszorg (pencegahan timbulnya pelanggaran- pelanggaran terhadap tata tertib hukum dalam usahanya untuk memelihara tata tertib masyarakat); 3) fungsi peradilan yaitu kekuasaan untuk menjamin keadilan didalam negara; 4) fungsi regeling yaitu kekuasaan untuk membuat peraturan- peraturan dalam negara. Sesuai pendapat tersebut pada dasarnya fungsi pemerintahan bertujuan terwujudnya kesejahteraan masyarakat yaitu jika ketertiban, keadilan dan keamanan masyarakat bisa benar-benar terjadi.

Pendapat Lemaire (1970), tentang fungsi pemerintahan disebut sebagai pancapraja adalah: 1) fungsi Bestuurzorg melaksanakan kesejahteraan umum; 2) fungsi Beestur menjalankan undang-undang; 3) fungsi kepolisian; 4) fungsi mengadili; 5) fungsi membuat peraturan. Sedangakan menurut (Donner dalam Istianto,2011:25) fungsi pemerintahan dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1) fungsi politik (pembuat peraturan); dan 2) fungsi administrasi (pelaksana peraturan).

Kedua fungsi ini merupakan fungsi utama bagi pemerintahan dalam artian sebagai eksekutif.

(41)

Pembagian kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan di indonesia penuh dengan dinamika. Secara teoritis pada dasarnya masing-masing pembagian tugas lembaga negara dapat dirasakan seimbang sesuai teori Trias Politika atau dalam kamus politik disebut dengan Check and Balance Of Power. Namun dalam prakteknya bentuk keseimbangan sering pula terjadi pergeseran, artinya suatu ketika akan terjadi “legislatif lebih kuat (legslatif heavy) atau terkadang eksekutif

lebih kuat (excecutif heavy), tergantung rezim yang memegang kekuasaan memiliki kemampuan memainkan peran yang berada pada bandul di posisi eksekutif atau legislatif yang lebih kuat.

D. Dinas Perhubungan

Untuk lebih memahami tugas Dinas perhubungan (Sutan N siburian, 2014) mengatakan sesuai undang-undang 22 tahun 2009 tentang lalu lintas maupun angkutan jalan, baik dinas perhubungan maupun satuan polisi masing-masing melaksanakan penertiban sesuai kewenangannya. Dinas perhubungan (angkutan umum dan barang) memiliki kewenangan untuk merazia kelengkapan buku kir/uji dan masa uji. Pengujian kendaraan bermotor dilakukan secara berkala setiap enam bulan sekali serta masa berlaku ijin trayek (mayoritas dari angkutan penumpang umum/taxi di Makassar telah habis masa berlaku ijin trayek, dan belum melakukan perpanjangan).

Sementara satlas (penertiban yang terkait dengan registrasi dan identivikasi) yaitu surat ijin mengemudi dan surat tanda nomor kendaraan. Kedepan satlas dan dinas perhubungan melaksanakan penertiban secara rutin, sehingga tingkat kecelakaan semakin berkurang.

(42)

Hal lain yang perlu dilaksanakan adalah pembentukan forum lalu lintas angkutan jalan (Forum LLAJ), yang merupakan amanah dari undang-undang No.

22 tahun 2009 tentang lalu lintas angkutan jalan dan peraturan pemerintah No. 37 tahun 2011 tentang forum LLAJ, yang merupakan wahana koordinasi antar instansi jalan. Forum LLAJ dibentuk melalui keputusan kepala daerah.

Keanggotaan forum terdiri atas unsur pembina, penyelanggara, akademisi dan masyarakat. Unsur pembina terdiri dari Bupati, Wakil bupati, dan Kapolres.

Sedangkan unsur penyelanggara lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan pemerintah tersebut meliputi:

a. urusan pemerintahan di bidang jalan, oleh Kementrian Negara yang bertanggung jawab di bidang jalan atau pemerintah daerah sesuai dengan lingkup kewenangannya.

b. urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, oleh Kementrian Negara yang bertanggung jawab di bidang sarana prasarana lalu lintas dan angkutan jalan atau pemerintah daerah sesuai lingkup kewenangannya Dinas Perhubungan.

c. urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri lalu lintas dan angkutan jalan, oleh Kementrian Negara yang bertanggung jawab di bidang industri atau pemerintah daerah sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya (Dinas perindagkom dan UMKM). Selanjutnya urusan pemerintahan di bidang teknologi pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan, oleh kementrian negara yang bertanggung jaewab di bidang pengembangnan teknologi atau pemerintah sesuai dengan lingkup kewenangannya ( fungsi Litbang ada di

(43)

BAPPEDA) dan urusan pemerintahan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan lalu lintas oleh satlantas Makassar.

Sedangkan unsur akademisi dan masyarakat yang dapat tergabung dalam forum adalah badan usaha milik negara/atau badan usaha milik daerah yang kegiatan usahanya di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, asosiasi perusahaan angkutan umum di kabupaten/kota, perwakilan perguruan tinggi, tenaga ahli dibidang lalu lintas dan angkutan jalan. Lembaga swadaya masyarakat yang aktivitasnya di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, dan pemerhati lalu lintas, angkutan jalan kabupaten/kota.

E. Kepolisian

1. Tugas Dan Wewenang Kepolisian

Menurut Satjipto Raharjo, polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan memberikan perlindungan kepada masyarakat (Raharjo, 2009).

Selanjutnya Satjipto Raharjo yang mengutip pendapat Bitner menyebutkan bahwa, apabila hukum bertujuan untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, diantaranya melawan kejahatan. Akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkrit apa yang disebut sebagai penegakan ketertiban (Raharjo, 2009).

Dalam Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa kepolisian adalah segala hal

(44)

yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Istilah kepolisian dalam Undang-Undang ini mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga polisi. Dalam Pasal 2 Undang- Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom, dan pelayan kepada masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah, organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan (Sadjijino, 2008).

Selanjutnya Pasal 5 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayom, dan pelayanan dalam masyarakat demi terciptanya keamanan dalam negeri.

2. Kepolisian Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat satu.

a. Tugas Kepolisian

Tugas polisi secara umum telah tercantum dalam Pasal 13 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Repiblik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia adalah memberikan keamanan

(45)

dan ketertiban dalam masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mendukung tugas pokok tersebut diatas, polisi juga memiliki tugas- tugas tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, kelanacaran dan ketertiban lalu lintas di jalan.

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7. Melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi keplisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

(46)

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda masayarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban atau bencana termaksud memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung hak asasi manusia.

10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi atau pihak berwenang.

Dari tugas-tugas polisi tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas polisi ada dua yaitu memelihara keamanan, ketertiban, menjamin dan memelihara keselamatan negara, benda dan masyarakat serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara. Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas yang kedua adalah tugas represif.

Tugas ini untuk menindak segala hal yang dapat mengacaukan keamanan masyarakat, bangasa dan negara. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penanggulangan kasus tindak pidana polisi melakukan tindakan preventif dan reprensif.

b. Wewenang Kepolisian

Disamping memiliki tugas-tugas tersebut diatas, polisi memiliki wewenang secara umum yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat.

2.Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapatmenggangu ketertiban umum.

3. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan penyakit masyarakat.

(47)

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan bangsa.

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian.

6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.

7. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian.

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.

9. Mencari keterangan dan barang bukti.

10. Menyelenggarakan pusat informasi secara nasional serta mengeluarakan surat ijin atau surat keterangan dalam pelayanan masyarakat.

Adapun wewenang yang dimiliki kepolisian dalam menyelenggarakan tugas dibidang proses pidana menurut pasal 16 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

2. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara dalam proses penyedikan.

3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.

4. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.

5. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan surat.

(48)

6. Memanggil orang untuk mendengar untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dalam pemeriksaan perkara.

8. Mengadakan penghentian penyedikan.

9. Menyerahkan berkas perkara kepda penuntut umum.

10. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang ditempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka tindak pidana.

F . Permasalahan Parkir Liar Di Kota Makassar

Dewasa ini masyarakat Indonesia telah memasuki masa transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Pada saat yang bersamaan telah terjadi pula pergeseran nilai-nilai budaya yang selama ini menjadi landasan moral struktur dalam sistem sosial yang diakibatkan derasnya arus transformasi radikal berupa modernisasi dan globalisasi, terutama dalam komunikasi, tansportasi dan informasi.

Di sulawesi selatan sendiri, arus globalisasi dan modernisasi paling besar dapat dirasakan di ibu kota provinsi, Kota Makassar. Perkembangan kota makassar dari tahun ke tahun semakin memperlihatkan tingkah laku pola hidup masyarakat. Hal ini tentu saja berpengaruh pada sektor kepemilikan kendaraan di makassar yang semakin meningkat dimana setiap pemilik kendaraan menginginkan kemudahan dalam menjalankan aktifitasnya. Meningkatnya

(49)

penggunaan kendaraan serta aktifitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain maka meningkat pula kebutuhan masyarakat akan lahan atau ruang parkir. Karena kendaraan tidak selamanya bergerak, ada saatnya kendaraan itu berhenti, menjadikan tempat parkir sebagai unsur terpenting dalam transportasi (Pembagio, 2010).

Di Kota Makassar sedikitnya terdapat ratusan titik parkir yang tersebar di setiap kecamatan dan dikelola ribuan juru parkir resmi maupun juru parkir liar.

Bersamaan dengan meningkatnya penggunaan kendaraan tidak jarang tempat parkir merupakan penyebab utama terjadinya kemacetan dalam kota. Secara umum, masyarakat yang beraktifitas di kota kurang memahami tempat-tempat yang merupakan daerah larangan parkir. Sehingga mereka memarkir kendaraannya sesuka hati. Yang lebih parah lagi karena para petugas parkir di daerah tersebut justru mengarahkan serta melegalkan para pengguna kendaraan untuk menempati daerah larangan parkir (Pembagio, 2010).

Kondisi parkir on street saat ini memang masih sangat merana, antara lain karena belum memadainya sarana pendukung seperti rambu parkir, garis marka parkir, papan tarif retribusi parkir dan belum optimalnya sistem pungutan parkir dan pengawasan lemah, sumber daya manusia yang belum optimal dan banyak preman, pengawasan belum mendukung. Dampak dari kondisi tersebut membuat pelayanan kepada konsumen pemilik kendaraan rendah dan Citra Unit Pelaksana Perparkiran terpuruk. (Pembagio, 2010)

Selain itu secara ekonomi sebenarnya perparkiran kita juga berpotensi luar biasa namun terpuruk sebagai akibat salah urus. Tidak semua tempat parkir

(50)

dikendalikan secara resmi sehingga sering muncul juru parkir tidak resmi yang mengumpulkan seluruh pendapatannya ke dalam kantong sendiri walaupun tidak jarang kita temui ada juga juru parkir resmi yang kadang memasukkan sebagian pendapatannya ke kantongnya sendiri. Untuk tempat parkir yang luas terkadang pengaturan parkir dilakukan oleh beberapa orang yang dikelola oleh seorang jagoan atau preman di daerah yang bersangkutan. Tidak jarang terjadi perselisihan antar juru parkir memperebutkan kawasan atau daerah yang dikuasai. Pengawasan merupakan hal yang penting dalam pengumpulan pendapatan dari juru parkir resmi, untuk mendapatkan kisaran target yang hendak dicapai perlu dihitung dari data perputaran parkir dalam satu hari, sehingga perkiraan pendapatan dalam satu hari adalah jumlah ruang parkir dikali perputaran parkir dikali tarif parkir.

Untuk mengatasi masalah parkir yang sangat kompleks dibutuhkan suatu wadah yang mengatur yaitu Perusahaan Daerah Parkir. Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya adalah perusahaan daerah yang didirikan oleh pemerintah Kota Makassar sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah untuk mengelola perparkiran di wilayah kota makassar. Tujuan utama dari pendirian Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya adalah untuk meningkatkan efisiensi efektifitas dalam pemberian pelayanan perparkiran kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi parkir (Pembagio, 2010).

Saat jumlah kendaraan terus bertambah, pengelolaan parkir di kota Makassar perlu ditata dengan aturan tegas. Sehingga tidak dikuasai kemacetan seperti Jakarta dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat. Sudah puluhan

(51)

tahun, pengelolaan parkir belum serius dipraktekkan di bawah kendali Badan Pengelola Perparkiran (BPP) Kota Makassar. Hal ini dibuktikan arus lalu lintas yang macet akibat parkir kendaraan di badan jalan, retribusi parkir yang seharusnya untuk PAD malah bocor ke sana-sini. Perolehan PAD terlalu kecil dibandingkan jumlah kendaraan, penggerakan dari satu tempat ke tempat lain karena aktivitas. Tak dapat dipungkiri lahan parkir pun jadi rebutan di tengah kesibukan masyarakat, tak peduli harus dikuasai dengan cara apa yang penting mendapatkan lahan parkir.

Profesi Juru Parkir (jukir) sebenarnya membantu pengendara dalam memarkir kendaraannya. Namun profesi ini seringkali mengundang ejekan dan dipandang rendah, tapi tetap saja profesi ini tetap menjadi lahan rebutan, sehingga terjadi pembagian lahan kekuasaan dikalangan juru parkir sendiri. Akibat kondisi kehidupan yang sangat keras, kurangnya lapangan pekerjaan dan didukung dengan kondisi pendidikan masyarakat yang tergolong rendah, maka banyak orang yang memilih berprofesi sebagai juru parkir. Banyak juru parkir yang berfikir bagaimana bertahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Tekad untuk dapat bertahan hidup mengharuskan mereka terjun menjadi juru parkir. Seperti yang kita lihat pekerjaan sebagai juru parkir tidaklah mudah banyak keluh kesah yang mereka alami. Di antara pemilik kendaraan, ada yang peduli dengan nasib juru parkir dan ada pula yang tidak peduli sama sekali dengan nasib juru parkir, tidak mau membayar parkir. Bagi juru parkir panas matahari maupun hujan tidak menjadi rintangan dan harus dilalui juru parkir agar setoran parkir yang sudah ditetapkan dapat terpenuhi. Juru parkir dapat

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan keterampilan pengolahan ubi jalar ungu menjadi produk kembang goyang bagi Ibu-ibu PKK dan anggota

Gambar puzzle hati di dadamu mungkin tidak penuh karena kekosongan yang menurutmu dimiliki oleh kekasihmu itu, tapi selama hatinya masih bisa mengalunkan isyarat

Angket dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada responden mengenai

banyaknya permintaan produk tersebut, CV Suratin Bamboo diharapkan mempunyai perencanaan strategik yang baik dalam persaingan yang semakin kompetitif di

Tiga model isoterm adsorpsi digunakan untuk menggambarkan kesetimbangan biosorpsi ion logam Cr(III) ke permukaan biji buah bisbul.. Penelitian ini menunjukkan kondisi

Ambeien stadium IV : Benjolan wasir yang keluar tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam dubur meski sudah dibantu dengan dorongan jari dan biasa cenderung

Hal yang berbeda diperlihatkan pada hasil klaster untuk data alumni angkatan 2011 yang mana program studi baru BE sudah memiliki karakter yang sama dengan program studi

Berikut adalah table pelaku dan kegiatannya sehingga dengan begitu akan didapatkan kebutuhan ruang apa saja yang akan diperlukan dalam sekolah asrama arsitektur binus ini