Anak Agung Ayu Rai Wahyuni
Seminar Badan Pengelola Perbatasan Propinsi NTT Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Denpasar
TRADISI LISAN
Sejarah, Fungsi, dan Nilai
Pengertian Tradisi Lisan
Pertama, tradisi lisan adalah pengetahuan dan adat istiadat yang disampaikan turun-temurun secara lisan.
Kedua, tradisi lisan adalah hasil karya seni dan hukum adat yang berkelanjutan dalam proses budaya.
Ketiga, tradisi lisan adalah berbagai bentuk karya sastra
tradisional yang disampaikan secara lisan dan hidup dalam konteks estetika sejarah, struktur dan organisasi sosial, filsafat, etika, serta nilai-nilai moral.
Singkatnya, tradisi lisan adalah pengetahuan, adat istiadat, karya seni, hukum adat, sastra tradisional; diturunkan secara lisan; hidup dalam konteks estetika sejarah, struktur dan
organisasi sosial, filsafat, etika, nilai-nilai moral; dan
berkelanjutan dalam proses budaya yang dinamis (Banda, 2015: 23).
Tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun-temurun disampaikan secara lisan,
mencakup tidak hanya cerita rakyat, mitos, dan legenda, tetapi sistem kognitif masyarakat, sejarah, hukum, hukum adat,
practices, dan medication (Tol, 1995: 2; Hoed, 2008: 184). Oleh UNESCO tradisi lisan dirumuskan sebagai berikut.
Tradisi lisan itu adalah tradisi yang ditransmisi dalam waktu dan ruang dengan ujaran dan tindakan. Dengan demikian tradisi lisan mencakup: 1) kesusastraan lisan; 2) teknologi
tradisional; 3) pengetahuan folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan; 4) unsur-unsur religi dan kepercayaan folk (di luar batas formal agama-agama besar); 5) kesenian folk
Dalam Pedoman Kajian Tradisi Lisan (KTL) (2010), payung penelitian tradisi lisan sebagaimana diungkapkan UNESCO dirumuskan ke dalam lima topik besar.
Sastra dan seni pertunjukkan.
Religi, termasuk ritual dan upacara adat.
Sejarah dan hukum adat.
Kearifan Tradisional, Pengetahuan Tradisional, dan Sistem Kognitif lainnya.
Manusia dan Lingkungannya (maritim/kebaharian, pertanian, dan hutan).
NTT HANYA MENGENAL TRADISI LISAN
TIDAK ADA TRADISI TULIS SELAIN ENDE
AKSARA ENDE: LOTA (MARIA MATILDIS BANDA, 2005)
Genre Folklor (Jan Harold Bunvard)
Tradisi Lisan Murni
Bahasa Rakyat
bentuk bahasa rakyat yang masuk ke dalam folklor lisan adalah dialek-dialek yang ada di setiap daerah, slang, cant, argot, dll.
Fungsi bahasa rakyat adalah:
Memberi dan memperkokoh identitas kelompok masyarakat
Melindungi kelompok masyarakat pemilik folklor dari ancaman masyarakat lain
Memperkokoh kedudukan folknya pada jenjang lapisan masyarakat
Memperkokoh kepercayaan rakyat dari kelompok masyarakat
Selain bahasa Tetun, Timor Leste juga memiliki bahasa Mambai di wilayah Lieu, Manafahi, Calosia, dan Bafesi. Bahasa Makasai di Cairui, Midic, Maumic, Maunete, dan Baucau. Bahasa Bunak di bagian barat wilayah Maliana yang mengenal pula bahasa Kemak dan Mambai. Bahasa Tokodede di wilayah utara dan barat Kota Dili dilingkari oleh bahasa Mambai, Kemak, dan Tetun. Bahasa Galole di pesisir Timur wilayah Manatutu.
Bahasa Kaloleng yang hidup berdampingan dengan bahasa Tetun. Bahasa Dagada di ujung timur Timur Leste yaitu
Lautem, Los Palos dan sekitarnya, dan daerah Fatalucu.
Bahasa Baiqueno di wilayah Pante Makasar Oequsi.
Masyarakat lokal Timur-Timur juga menggunakan bahasa
Portugis (bahasa resmi kenegaraan di samping Bahasa Tetun), dan bahasa Indoesia (Sudiartha, dkk. 1991).
Ungkapan tradisional (Peribahasa)
Kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman panjang.
kebijaksanaan orang banyak yang merupakan kecerdasan seseorang.
Puisi Rakyat
Merupakan kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang
berdasarkan mantra, berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau berdasarkan irama.
Misalnya: parikan (pantun jawa), tembang, dll.
Fungsi jenis ini:
1) Sebagai alat kendali sosial 2) Untuk hiburan
3) Untuk memulai suatu permainan
Nyanyian rakyat
Terdiri atas kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara warga masyarakat tertentu, berbentuk tradisional, serta memiliki banyak macam dan jenisnya.
Nyanyian rakyat sifatnya dapat berubah baik bentuk maupun isinya dan beredar dalam suatu kehidupan masyarakat
tertentu.
Cerita rakyat
Indonesia apalagi NTT sangat kaya dengan bahasa ibu dengan demikian kaya juga dengan berbagai tradisi lisan khususnya kesastraan lisan yang penyampaiannya menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa Tetun atau bahasa lainnya di sana. Bahasa pada hakekatnya adalah lisani (Ikram, 2008: 204) yang
digunakan untuk berbagai tradisi lisan, salah satu tradisi yang mengekspresikan kebudayaan yang diturunkan leluhur.
Ritual Agraris
Menjelang musim tanam misalnya, warga suku Kemak
melaksanakan ritual haaloha (memberi persembahan kepada leluhur).
Selain itu dikenal juga ritual braunosano (upacara
menghormati kerbau) agar kerbau terhindar dari penyakit.
Selanjutnya ritual lagurai (memohon ijin pada leluhur penunggu tanah), aipara (sesaji untuk pemukul kerbau),
napabitu (ritual panen), tunsele (upacara membakar jagung), gelosele (upacara gantung jagung) (Mubiarto, 1990:19-20).
Foklore Sebagian Lisan
Permainan dan hiburan
Drama
Tarian
Upacara-Upacara dan Pesta Rakyat
Folklor Bukan Lisan
SEMUA TRADISI LISAN DI NTT (TERMASUK DI WILAYAH PERBATASAN) TERANCAM PUNAH.
BAHASA LOKAL TERANCAM PUNAH
RUMAH ADAT TERANCAM PUNAH
TARIAN TERANCAM PUNAH
TENUNAN TERANCAM PUNAH
NYANYIAN TERANCAM PUNAH
Penyair asal asal Jerman Ernst Moritz Arndt mengatakan bahwa "tak ada elemen terluhur yang dimiliki suatu bangsa
selain bahasa." Pandangan Moritz ini menjadi sebuah ironi bagi bangsa-bangsa yang bahasanya tidak digunakan lagi baik
dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam tradisi dan ritual adat.
Menurut catatan UNESCO dalam Atlas of The Words Language in Danger of Disappearing, di Indonesia terdapat 640 bahasa daerah (2001:40). Dari 640 bahasa daerah tersebut ada 154
bahasa daerah yang harus diperhatikan, 139 bahasa terancam punah, 15 bahasa yang benar-benar telah mati.
Bahasa yang terancam punah terdapat Kalimantan 1 bahasa, Maluku 22 bahasa, Papua Barat dan Kepulauan Halmahera 67 bahasa,Sulawesi 36 bahasa, Sumatra 2 bahasa, Timor, Flores, dan Bima 11 bahasa. Bahasa yang telah punah ada di Maluku 11 bahasa, dan masing-masing 1 bahasa di Papua Barat,
Kepulauan Halmahera, Sulawesi dan Sumatra.
Dari 11 bahasa di Timor, Flores, dan Bima bahasa mana sajakah yang terancam punah? Apakah bahasa Manggarai,
Menurut catatan Sugiono (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) vitalitas bahasa digolongkan ke dalam enam kelompok.
Bahasa yang punah (extinct language) bahasa tanpa penutur lagi.
Bahasa hampir punah (nearly extinct language) bahasa dengan sebanyak-banyaknya 10 penutur yang semuanya generasi tua.
Bahasa yang sangat terancam (seriusly endangered languages)
bahasa dengan jumlah penutur yang masih banyak tetapi anak-anak mereka sudah tidak menggunakan bahasa itu lagi.
Bahasa terancam (endangered languages) bahasa dengan penutur anak-anak tetapi cenderung menurun.
Bahasa yang potensial terancam (potentially endangered languages) bahasa dengan banyak penutur anak-anak tetapi tidak memiliki status resmi atau yang prestisius.
Bahasa yang tidak terancam (not endangered languages) bahasa yang
Sebagian besar bahasa-bahasa daerah di NTT kemungkinan besar berada dalam kelompok bahasa yang sangat terancam (seriusly endangered languages).
Apa artinya bahasa lokal (bahasa daerah, bahasa ibu terancam punah?)
Sastra lisan menghilang.
seni pertunjukkan tidak ditampilkan lagi.
Religi, termasuk ritual dan upacara adat punah.
Sejarah dan hukum adat tidak dipahami.
Kearifan Tradisional, Pengetahuan Tradisional, dan Sistem Kognitif lainnya tidak digunakan.
Manusia dan Lingkungannya (maritim/kebaharian, pertanian, dan hutan) tidak digunakan.
Hal ini tentu saja perlu dikaji lebih jauh melalui research yang terencana untuk menemukan alasan dan solusi teoritis dan akademis dari fenomena:
menurunnya perhatian dan minat penggunaan bahasa daerah di kalangan orang muda dan anak-anak sebagai generasi
penerus.
Pewarisan tradisi lisan terputus dan hilang
Ancaman kehilangan identitas
Mudah diguncang angin globalisasi dan postmoder
RUMUSAN MASALAH
Apa saja jenis dan hakikat tradisi lisan Timor sebagai kearifan lokal?
Apa saja fungsi dan nilai-nilai tradisi lisan Timor sebagai kearifan lokal?
Bagaimanakah fungsi dan nilai tradisi lisan Timor sebagai kearifan lokal dalam upaya menyelesaikan konflik dan
membangun relasi kultural Indonesia – Timor Leste di daerah perbatasan?.
*** Workshop ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang hakikat, fungsi, dan nilai-nilai tradisi lisan sebagai kearifan lokal (bahasa daerah, sastra rakyat, ungkapan-
ungkapan tradisional, bahasa adat, tarian tradisional, makanan rakyat, rumah adat, tenunan tradisional, lingkungan alam dan budaya dll).
*** Kenyataan menunjukkan bahwa pemahaman akan
kesamaan tradisi lisan sebagai kearifan lokal berangsur-angsur luntur.