• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN DISTRIBUSI DAN PEMETAAN MIKROPLASTIK PADA AIR SUNGAI SEI BABURA DAN SUNGAI SEI SIKAMBING KOTA MEDAN ANITA RIZKI HARAHAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN DISTRIBUSI DAN PEMETAAN MIKROPLASTIK PADA AIR SUNGAI SEI BABURA DAN SUNGAI SEI SIKAMBING KOTA MEDAN ANITA RIZKI HARAHAP"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN DISTRIBUSI DAN PEMETAAN MIKROPLASTIK PADA AIR SUNGAI SEI BABURA DAN SUNGAI SEI

SIKAMBING KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh

ANITA RIZKI HARAHAP 16 0407 019

Zaid Perdana Nasution, ST, MT, P.hD Novrida Harpah Hasibuan, S.Si, MT Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

TA/TL-USU/2020/191

(2)

KAJIAN DISTRIBUSI DAN PEMETAAN MIKROPLASTIK PADA AIR SUNGAI SEI BABURA DAN SUNGAI SEI SIKAMBING

KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh

ANITA RIZKI HARAHAP 16 0407 019

TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir dengan judul:

KAJIAN DISTRIBUSI DAN PEMETAAN MIKROPLASTIK PADA AIR SUNGAI SEI BABURA DAN SUNGAI SEI SIKAMBING

KOTA MEDAN

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini dibuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Medan, Januari 2021

ANITA RIZKI HARAHAP NIM. 16 0407 019

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir dengan judul:

KAJIAN DISTRIBUSI DAN PEMETAAN MIKROPLASTIK PADA AIR SUNGAI SEI BABURA DAN SUNGAI SEI SIKAMBING

KOTA MEDAN

Dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini telah diujikan pada Sidang Tugas Akhir pada 16 Desember 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat/sah sebagai Tugas Akhir pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2021

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Zaid Perdana Nasution, ST, MT, P.hD. Novrida Harpah Hasibuan, S.Si, MT.

NIP. 197805172005011004 NIP. 198711102018032001

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Dr. Amir Husin, ST, MT. Muhammad Faisal, S.T., M.T.

NIP. 196902151995121001 NIP. 198005172017061001

Mengetahui,

Koordinator Tugas Akhir

Menyetujui,

Ketua Program Studi Teknik Lingkungan

Isra’ Suryati, ST, M. Si Ir. Netti Herlina, M.T.

NIP. 19790622 201404 2001 NIP. 19680425 199903 2 004

(5)
(6)

ABSTRAK

Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan yang belum terselesaikan sampai saat ini.

Sampah plastik khususnya di perairan kurang dapat diuraikan dengan biologis melainkan akan terpecah menjadi serpihan kecil yang disebut mikroplastik. Mikroplastik merupakan polimer sintetik yang berukuran kurang dari 5 mm. Penelitian ini dilakukan di tiga titik sampling masing – masing Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing Kota Medan. Sampel yang sudah didapatkan kemudian dilakukan preparasi di laboratorium dan dilakukan uji FT-IR. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada Sungai Sei Babura yaitu 121 partikel/liter. Sedangkan rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada Sungai Sei Sikambing yaitu 115 partikel/liter. Hasil analisa visual dari mikroskop ditemukan bentuk mikroplastik berupa bentuk film, fragment, fiber, foam dan granule. Setelah dilakukan uji FT-IR jenis mikroplastik yang ditemukan berupa jenis polyethylene, polyprophylene, polystirene. Pada penelitian ini dilakukan pemetaan mikroplastik untuk melihat pola penyebaran mikroplastik yang dibagi menjadi tiga zonasi warna yaitu, merah, kuning, hijau.

Kata kunci: Air Sungai; Mikroplastik; Pemetaan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Kajian Distribusi dan Pemetaan Mikroplastik pada Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing.

Penyusunan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan proposal Tugas Akhir ini tak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Alm. Pangadilan Harahap, Ibu Murniwati Siregar, kak Nova, bang Alfi yang senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi, materi, dan kasih sayang dengan ikhlas.

2. Ibu Ir. Netti Herlina, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zaid Perdana Nasution, ST. MT. Ph.D. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Novrida Harpah H.S.Si., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang sangat sabar dalam membimbing penulis.

4. Al Wahdani Rambe, Sara Amelia Amora Saragih, Maulina Octavia Tampubolon, Robiatul Addauwiyah, Jesika Arta Uli Situmeang, Putri Ageng Yutriana, Ika Sri Meliani Br. Sembiring, Nida Adri Syahranti Harahap, Lusiani Basaria Bangun, Sri Ulina Simangunsong, Regina Yolanda Barus, Junita Deli Lasma Siagian, Helen Titania Sitompul, Lusiani Basaria Bangun, Regina Yolanda Barus, Sri Ulina Simangunsong, Helen Titania Sitompul, dan Simamora Nora Silviana selaku teman dekat penulis yang senantiasa membantu berupa dukungan moril dan materil.

5. Ahmad Rezky Ramadhanu Daulay, Halimsyah Bancin, Saryulis Auliahadi, Fathurrahman Putra dan Deny Sion Putra Pakpahan yang telah banyak membantu berupa doa, dukungan moril dan materil.

6. Putri, Robiatul, Jesika, Nikma, Rosmerry, Jennifer, Halimsyah, dan Afif teman seperbimbingan yang telah banyak membantu berupa dukungan moril dan materil.

7. Rekan seperjuangan Teknik Lingkungan stambuk 2016 dan Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL).

8. Abang dan kakak, serta seluruh adik-adik Mahasiwa Teknik Lingkungan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

(8)

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal Tugas Akhir masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan proposal Tugas Akhir ini.

Semoga proposal Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2020

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ...iii DAFTAR GAMBAR ... V DAFTAR TABEL ... VI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang I-1

1.2 Rumusan Masalah I-4

1.3 Tujuan Penelitian I-4

1.4 Manfaat Penelitian I-5

1.5 Ruangan Lingkup Penelitian I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai II-1

2.1.1 Sungai Sei Sikambing II-1

2.1.2 Sungai Sei Babura II-1

2.2 Pencemaran Sampah Plastik II-2

2.2.1 Pencemaran II-2

2.2.2 Plastik II-2

2.3 Mikroplastik II-5

2.3.1 Bentuk Morfologi Mikroplastik II-5

2.3.2 Dampak Mikroplastik II-7

2.4 Spekroskopi Fourier Transform InfraRed (FT-IR) II-8

2.5 Penelitian Terdahulu II-11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Konsep Metodologi Penelitian III-1

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian III-2

3.3 Metode Penelitian III-3

3.3.1 Alat dan Bahana III-3

3.3.2 Prosedur Penelitian III-4

3.3.2.1 Studi Literatur III-4

3.3.2.2 Pengumpulan Data III-4

3.3.2.3 Teknik Pengambilan Data III-5

3.3.2.4 Pengujian Sampel III-6

(10)

3.3.2.5 Analisa Data III-7 BAB IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Kondisi Eksisting Sungai IV-1

4.1.1 Sungai Sei Babura IV-1

4.1.2 Sungai Sei Sikambing IV-1

4.1.3 Kondisi Rona Lingkungan IV-1

4.2 Jumlah dan Bentuk Mikroplastik IV-2

4.2.1 Jumlah Mikroplastik IV-2

4.2.2 Bentuk Mikroplastik IV-5

4.3 Jenis Mikroplastik IV-9

4.4 Pemetaan Kelimpahan Mikroplastik di Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing IV-14 4.5 Hubungan Jumlah Penduduk Bantaran Sungai dengan Kelimpahan Mikroplastik

di Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing IV-16

BAB V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan V-1

5.2 Saran V-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kode Jenis Plastik II-3

Gambar 2.2 Bentuk Mikroplastik yang terlihat di mikroskop dengan pembesaran 10

kali: A. Fragmen, B. Fiber, C. Film, D. Pellets II-7

Gambar 2.3 Grafik Hasil Analisa FT-IR Polypropylene II-8

Gambar 2.4 Grafik Hasil Analisa FT-IR Polystyrene II-9

Gambar 2.5 Grafik Hasil Analisa FT-IR Polyethylene Terephthalate II-9 Gambar 2.6 Grafik Hasil Analisa FT-IR High Density Polyethylene II-9

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian III-1

Gambar 3.2 Lokasi Titik Sampling III-2

Gambar 3.3 Diagram Alir Pengujian dan Analisa III-8

Gambar 4.1 Hasil Preparasi Sampel Mikroplastik Sungai Sei Babura IV-2 Gambar 4.2 Hasil Preparasi Sampel Mikroplastik Sungai Sei Sikambing IV-2 Gambar 4.3 Jumlah Mikroplastik di Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing IV-3 Gambar 4.4 Persentase (%) Keberadaan Bentuk Mikroplastik di Sungai Sei Babura IV-5 Gambar 4.5 Persentase (%) Keberadaan Bentuk Mikroplastik di Sungai Sei Sikambing IV-5 Gambar 4.6 Bentuk Mikroplastik di Sungai Sei Babura (a) Film, (b) Fragment,

(c) Foam, (d) Granula, (e) Fiber IV-8

Gambar 4.7 Bentuk Mikroplastik di Sungai Sei Sikambing (a) Film, (b) Fragment,

(c) Foam, (d) Granula, (e) Fiber IV-8

Gambar 4.8 Hasil Uji FT-IR Sampah Plastik Terduga (a) PE, (b) PP, (c) PS IV-10

Gambar 4.9 Hasil Uji FT-IR Sampel Sungai Sei Babura IV-11

Gambar 4.10 Hasil Uji FT-IR Sampel Air Sungai Sei Sikambing IV-11 Gambar 4.11 Peta Distribusi dan Kelimpahan Mikroplastik di Sungai Sei Babura dengan

Sungai Sei Sikambing IV-15

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Berpotensi Mempengaruhi Degradasi Polimer Plastik II-3 Tabel 2.2 Identifikasi Polymer dengan panjang gelombang FT-IR II-10

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu II-12

Tabel 3.1 Lokasi Titik Sampling III-2

Tabel 3.2 Alat-alat Yang Digunakan Dalam Penelitian III-3

Tabel 3.3 Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian III-3

Tabel 3.4 Data Sekunder Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian III-4

Tabel 3.5 Pengumpulan Data Primer III-4

Tabel 3.6 Lokasi Pengujian Sampel III-6

Tabel 4.1 Tabel perbandingan jumlah mikroplastik yang ditemukan dengan penelitian

terdahulu IV-4

Tabel 4.2 Analisa Hasil Uji FT-IR Sampel Sungai Sei Babura IV-12 Tabel 4.3 Analisa Hasil Uji FT-IR Sampel Sungai Sei Sikambing IV-13

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Permasalahan sampah di Indonesia merupakan masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini, sementara itu dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan mengikuti pula bertambahnya volume timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Komposisi sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sampah organik sebanyak 60-70% dan sisanya adalah sampah non organik 30-40%, komposisi sampah non organik terbanyak kedua adalah sampah plastik yaitu sebanyak 14%. Sampah plastik yang terbanyak adalah jenis kantong plastik atau kantong kresek selain plastik kemasan (Purwaningrum, 2016).

Jambeck et.al. (2015) dalam Widianarko dan Inneke (2018), menyebutkan bahwa Indonesia merupakan kontributor polutan plastik ke laut terbesar di dunia setelah China, dengan besaran 0,48 – 1,29 juta metrik ton plastik/tahun. Produksi plastik dunia meningkat dari 1,6 juta ton pada tahun 1950 menjadi lebih dari 320 juta ton pertahun (Plastic Europe, 2016 dalam Wang Et al., 2018). Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun seiring meningkatnya permintaan plastik oleh masyarakat. Perubahan gaya hidup menyebabkan banyak penggunaan materi berbahan plastik dari sektor rumah tangga (konsumen) dan sektor industri (pelaku usaha) karena sampah plastik memiliki ketahanan dan sifat presisten (Dewi dan Trisno, 2019).

Plastik merupakan salah satu komponen terbesar dari salah satu sampah yang berada di lautan.

Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya akan masuk ke wilayah perairan, terutama laut. Jumlah sampah plastik hampir mencapai 95% dari total sampah yang terakumulasi di sepanjang garis pantai, permukaan dan dasar laut (Galgani F, 2015 dalam Victoria, 2017).

Sampah plastik merupakan jenis sampah yang dapat merusak lingkungan (Dewi dan Trisno, 2019). Sampah plastik merupakan jenis sampah anorganik. Sampah anorganik sulit mengalami pembusukan secara alami dibandingkan sampah organik sehingga materi ini akan terus terkumpul di tanah tanpa adanya proses penguraian oleh bakteri dekomposer. Banyaknya sampah plastik di lautan Indonesia akan mengancam biota laut yang ada di dalamnya (Jambeck et.al. 2015).

Produksi plastik yang terus meningkat serta tingkat pemulihan yang rendah menyebabkan terjadinya akumulasi serpihan plastik di sepanjang garis pantai, di permukaan perairan, serta sedimen. Di perairan, terutama sungai, polimer plastik kurang dapat diuraikan secara biologis, melainkan terpecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil akibat radiasi UV dan arus sungai (Wijaya dan Yulinah, 2019).

(14)

Menurut Thompson et al., dalam Hapitasari (2016), plastik yang berada di badan air akan melayang atau mengapung sehingga menyebabkan plastik menjadi potongan atau serpihan kecil hal tersebut disebabkan karena terdegradasi oleh sinar matahari (fotodegradasi), oksidasi dan abrasi mekanik, sehingga membentuk partikel-partikel kecil yang disebut mikroplastik

Mikroplastik secara umum didefinisikan sebagai polimer sintetik yang memiliki diameter di bawah 5 mm. Berdasarkan proses pembentukan, mikroplastik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah plastik yang memang memiliki ukuran mikro dan biasanya ditemukan dalam pembersih dan produk kosmetik. Mikroplastik sekunder adalah yang terbentuk dari plastik yang sudah ada di lingkungan dan terfragmentasi menjadi plastik yang lebih kecil menjadi mikroplastik (Ramadan dan Emenda, 2019). Mikroplastik tidak hanya ada di air permukaan, tetapi juga di sedimen, tanah, dan organisme. Mikroplastik dengan ukuran khusus dan sifat stabil adalah tempat berkembang biak bagi mikroorganisme dan pembawa polutan (jiang et al., 2019).

Berdasarkan hasil penelitian Pamungkas Febrina (2014) dalam Purwaningrum (2016), menyatakan bahwa komposisi jenis plastik yang dominan di lingkungan adalah jenis Polypropylene (PP) sebanyak 30,19% yang sering digunakan sebagai kemasan makanan, minuman, plastik makanan, dan kantong plastik. Hasil penelitian Ramadan dan Emenda (2019) menemukan bahwa jenis mikroplastik yang dominan dalam perairan yaitu jenis PP (Polypropylene) sebanyak 54,73 % dan jenis PE (Polyethylene) sebanyak 45,27 %. Sedangkan hasil penelitian Mani Thomas et al (2015) menemukan jenis polimer yang dominan di perairan adalah jenis Polystyrene (29,7%) diikuti oleh polypropylene (16,9%), ketiga jenis polimer tersebut merupakan polimer yang paling banyak diproduksi di seluruh dunia.

Diperkirakan limbah plastik sebanyak 4,8 – 12.700.000 ton setiap tahunnya berakhir di lautan melaui sungai (Jambeck et al., 2016 dalam Wang et al., 2018). Sungai memiliki banyak sumber mikroplastik yang sama dengan ekosistem laut dan danau. Sungai memiliki volume air yang lebih sedikit untuk pengenceran, sehingga sungai perkotaan cenderung memiliki konsentrasi mikroplastik yang tinggi (Cormick et al., 2014).

Menurut Rachmat dkk. (2019) salah satu sumber masukan sampah adalah berasal dari sungai.

Perpindahan mikroplastik dari darat ke air dapat melalui run-off atau dispersi ke drainase menuju sungai. Pergerakan mikroplastik dalam sungai dipengaruhi oleh hidrologi (misalnya kondisi aliran, debit harian) dan morfologi sungai, sehingga memiliki efek besar pada penyebaran mikroplastik di sungai (Lambert S et al., 2014 dalam Wagner.M dan Scott L, 2018). Sungai dapat mempertahankan mikroplastik atau mengangkutnya ke hilir dan lingkungan pesisir, dan

(15)

berinteraksi biologis dengan biota sungai. Sungai bertindak sebagai vektor utama untuk plastik memasuki laut (Lechner et al., 2014 ; Klein et al., 2015 dalam Wang et al., 2018).

Mikroplastik dapat dikonsumsi mikroorganisme dan biota air dari kolom air dan sedimen. Hal ini dapat terjadi secara langsung melalui konsumsi atau penyerapan kulit yang paling penting melalui permukaan pernapasan (insang) (Bern L, 1990 dalam Lambert S dan M. Wagner, 2018).

Mikroplastik yang terakumulasi ke dalam tubuh organisme akan mengakibatkan kerusakan fisika dan kimia seperti kerusakan organ internal dan penyumbatan saluran pencernaan, bersifat kasinogenik dan gangguan endokrin (Oehlam et.al. 2009).

Kota Medan sendiri mempunyai beberapa sungai yang yang mengalir di wilayah kota medan.

Salah satu sungai yang ada di Kota Medan adalah Sungai Deli, sungai tersebut mempunyai lima anak sungai tetapi yang mempunyai daerah pengaliran di Kota Medan hanya dua yaitu Sei Sikambing dan Sei Babura. Anak sungai tersebut memiliki kondisi eksisting tata guna lahan yang didominasi oleh pemukiman di bantaran sungai.

Sungai Sei Sikambing dan Sungai Sei Babura juga diprediksi membawa partikel plastik atau mikroplastik dari daratan atau dari hulu yang menyebabkan partikel tersebut bermuara ke Sungai Deli yang masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Ukuran mikroplastik yang sangat kecil dan jumlahnya yang banyak di lautan berasal dari sungai. Yang menjadi kekhawatiran adalah karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik memungkinkan untuk masuk dalam tubuh makhluk hidup (Widianarko dan Inneke, 2018). Oleh sebab itu, maka penelitian ini difokuskan pada penelitian distribusi mikroplastik pada air permukaan di aliran Sungai Sei Sikambing dan Sungai Sei Babura.

Penelitian terhadap kelimpahan dan sebaran mikroplastik belum pernah dilakukan di daerah aliran Sei Sikambing dan Sei Babura. Dari pengamatan secara fisik keadaan sungai Sei Sikambing saat ini terlihat hitam dan berbau seperti air drainase, penduduk juga memanfaatkan aliran Sei Sikambing untuk tempat pembuangan sampah sehari-hari. Pada aliran sungai Sei Babura banyak terdapat sampah plastik yang disebabkan oleh pembuangan sampah sembarangan ke sungai oleh penduduk yang tinggal di bantaran sungai, sehingga penelitian terhadap kelimpahan dan sebaran mikroplastik ini perlu dilakukan di daerah aliran Sungai.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Berapa jumlah mikroplastik di masing masing lokasi pengambilan sampel pada aliran Sungai Sei Babura Kota Medan ?

2. Berupa jumlah mikroplastik di masing masing lokasi pengambilan sampel pada aliran Sungai Sei Sikambing Kota Medan ?

3. Bagaimana bentuk mikroplastik yang terkandung dalam air aliran Sungai Sei Babura Kota Medan ?

4. Bagaimana bentuk mikroplastik yang terkandung dalam air aliran Sungai Sei Sikambing Kota Medan ?

5. Bagaimana jenis mikroplastik yang terkandung dalam air aliran Sungai Sei Babura Kota Medan ?

6. Bagaimana jenis mikroplastik yang terkandung dalam air aliran Sungai Sei Sikambing Kota Medan ?

7. Bagaiman peta distribusi dan jumlah mikroplastik pada air permukaan aliran Sungai Sungai Sei Babura dan Sei Sikambing Kota Medan ?

8. Bagaimana hubungan jumlah penduduk dengan jumlah mikroplastik pada aliran Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing Kota Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisa jumlah mikroplastik di masing masing lokasi pengambilan sampel pada aliran Sungai Sei Babura Kota Medan

2. Menganalisa jumlah mikroplastik di masing masing lokasi pengambilan sampel pada aliran Sungai Sei Sikambing Kota Medan

3. Menganalisa bentuk mikroplastik pada air aliran Sungai Sei Babura Kota Medan.

4. Menganalisa bentuk mikroplastik pada air aliran Sungai Sei Sikambing Kota Medan.

5. Menganalisa jenis mikroplastik pada air aliran Sungai Sei Babura Kota Medan.

6. Menganalisa jenis mikroplastik pada air aliran Sungai Sei Sikambing Kota Medan.

7. Pemetaan distribusi dan kelimpahan mikroplastik pada air permukaan aliran Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing Kota Medan.

8. Menganalisa hubungan jumlah penduduk dengan kelimpahan mikroplastik pada air permukaan aliran Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing Kota Medan.

(17)

1.4 Ruang Lingkup

1. Penelitian dilaksanakan di Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing, Kota Medan.

2. Sampel yang digunakan adalah air permukaan aliran Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing, Kota Medan.

3. Lokasi titik pengambilan sampel dilakukan sebanyak 6 titik lokasi sampling yaitu, 3 titik sampling untuk Sungai Sei Babura dan 3 titik sampling untuk Sungai Sei Sikambing.

4. Jenis mikroplastik yang dianalisa yaitu jenis PP (polypropiline), PS (polystiren) dan PE (polyetilen).

5. Bentuk mikroplastik yang dianalisa berupa bentuk fragment, films, pellets, granules, filaments. Dan foams (Virsek et al, 2016).

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi masyarakat

Memberikan informasi keberadaan mikroplastik, informasi ini diharapkan digunakan masyarakat untuk tidak membuang sampah terkhusus sampah plastik ke sungai.

2. Bagi pemerintah

Memberikan informasi tentang keberadaan mikroplastik dan kualitas air sungai, informasi ini diharapkan digunakan untuk pengelolaan sampah plastik yang tepat dan menjadi referensi untuk penentuan parameter kualitas air sungai.

3. Bagi pendidikan

Memberikan informasi tentang bentuk morfologi dan jenis mikroplastik, informasi ini diharapkan digunakan untuk dilakukannya penelitian lanjutan untuk mikroplastik.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sungai

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 tahun 2011 pasal 1 ayat (1), sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.

Menurut Suwondo (2004) dalam Putra dkk (2016), sungai merupakan suatu bentuk ekosistem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya.

Menurut Manalu dan Astrie (2019), sungai merupakan salah satu sumber air yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan kakus. Meningkatnya aktivitas rumah tangga, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas rumah tangga yang memberikan masukan bahan pencemar dengan konsentrasi biological oxygen demand (BOD) terbesar ke air sungai (Priyambada dkk., 2008 dalam Hamakonda, 2019). Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat baik. Namun dalam proses pengaliran air tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar yang mengakibatkan air sungai menjadi tercemar (Sofia dkk., 2010 dalam Hamakonda, 2019).

2.1.1 Sungai Sei Sikambing

Sungai Sei Sikambing merupakan salah satu anak Sungai Deli di Kota Medan. Sungai Sei Sikambing beserta ranting sungainya yaitu Sei Putih, Sei Selayang, Sei Batua mempunyai daerah pengaliran di Kota Medan (Dokumen laporan pemantauan kualitas Sungai Deli, Bapedalda Sumut). Sungai Sei Sikambing pada aliran sepanjang Kota Medan memiliki kondisi eksisting bantaran sungai yang dipenuhi oleh pemukiman kumuh. Sungai Sei Sikambing mempunyai warna air yang hitam dan beraroma busuk. Sungai Sei Sikambing ini mengalir ke Sungai Deli dimana lokasi hilir berada di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia.

2.1.2 Sungai Sei Babura

Sungai Sei Babura merupakan salah satu anak Sungai Deli di Kota Medan. Sungai Sei Babura mempunyai daerah pengaliran di Kota Medan sedangkan ranting sungainya yaitu Sei Bekala mempunyai daerah pengaliran di Kota Medan dan Pancur Batu (Dokumen laporan pemantauan kualitas Sungai Deli, Bapedalda Sumut ). Sungai Sei Babura pada aliran sepanjang Kota Medan

(19)

memiliki kondisi eksisting bantaran sungai yang dipenuhi oleh pemukiman dan Pertokoan. Sungai Sei Sikambing ini mengalir ke Sungai Deli dimana lokasi hilir berada di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah.

2.2 Pencemaran Sampah Plastik 2.2.1 Pencemaran

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 pasal 1 ayat (11), pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Menurut Ainuddin dan Widyawati (2017), pencemaran adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk, pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan.

Pencemaran adalah suatu permasalahan yang dihadapi di suatu lingkungan sekitar yang disebabkan oleh adanya aktivitas manusia. Salah satu contohnya yaitu pencemaran sampah yang ada di sungai. Pencemaran tersebut berasal dari limbah rumah tangga maupun industri plastik yang dibuang ke sungai dan akhirnya mengalir ke laut (Ratri, 2018 dalam Rahmadhani, 2019).

2.2.2 Plastik

Menurut Dewi dan Trisno (2019), plastik adalah salah satu bahan yang dapat ditemui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, alat makanan (sendok, garpu, wadah, gelas), kantong pembungkus/kresek, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, sikat gigi, compact disk (CD), kutex (cat kuku), mainan anak-anak, mesin, alat-alat militer hingga pestisida.

Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan untuk dibentuk ke berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan tekanan. Plastik dapat berbentuk batangan, lembaran, atau blok, bila dalam bentuk produk dapat berupa botol, pembungkus makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-lain. Komposisi dan material plastik adalah polymer dan zat additive lainnya. Polymer tersusun dari monomer-monomer yang terikat oleh rantai ikatan kimia (Waste management information, 2004 dalam Purwaningrum, 2016).

Menurut Nasiri (2004) dalam Purwaningrum (2016), secara umum plastik mempunyai sifat yaitu densitas yang rendah, isolasi terhadap listrik,mempunyai kekuatan mekanik yang bervarias, ketahanan terhadap suhu terbatas, ketahanan terhadap bahan kimia bervariasi.

(20)

Plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah.

Meskipun plastik bersifat persisten, seiring dengan waktu dapat terdegradasi menjadi partikel yang lebih kecil. Dalam tabel 2.1 berikut ditampilkan faktor-faktor yang berpotensi menentukan degradasi plastik

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Berpotensi Mempengaruhi Degradasi Polimer Plastik

Biologis Kimia Fisik/Mekanis

Jamur, bakteri predator Hidrolisis Pencucian

Organisme yang lebih tinggi Oksidasi

Sinar matahari Iklim Tekanan mekanis Sumber: Chiellini, 2001 dalam Widianarko dan Inneke,2018

a. Jenis–jenis Plastik

Berdasarkan American Society of Plastik Industry dalam Purwaningrum (2016), telah dibentuk sistem pengkodean resin untuk plastik yang dapat di daur ulang (recycle). Kode / simbol tersebut berbentuk segitiga arah panah yang merupakan simbol daur ulang dan di dalamnya terdapat nomor yang merupakan kode dan resin yang dapat di daur ulang. Adapun kode tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Kode Jenis Plastik Menurut Alabi dkk., (2019), ada beberapa jenis plastik yaitu:

1. Polivinil Klorida (PVC)

Polyvinyl Chloride (PVC), sejenis polimer tahan panas , digunakan untuk mengemas jus buah, minyak goreng, dll. PVC dianggap sangat beracun karena adanya konstituen kimia seperti logam berat, dioksin, BPA, dan ftalat. Tergantung pada non-plastisisasi, PVC fleksibel karena kehadiran ftalat. Phthalate berbahaya bagi manusia. Seluruh siklus hidup PVC yang mencakup produksi, penggunaan dan pembuangan mampu menyebabkan risiko kesehatan lingkungan dan masyarakat yang parah, karenanya, penggunaannya telah sangat berkurang.

(21)

2. Polyethylene Terephthalate (PET)

Polyethylene terephthalate (PET) adalah jenis plastik yang halus, transparan dan relatif tipis. PET umumnya digunakan untuk pembalut salad, jus, obat kumur, minyak sayur, kosmetik, minuman ringan, margarin dan botol air, karena anti-inflamasi dan sepenuhnya cair. PET juga anti-udara, mencegah masuknya oksigen ke dalamnya, umumnya PET diproduksi hanya untuk sekali pakai.

3. High Density Polyethylene (HDPE)

HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi jika dibandingkan dengan plastik dengan kode PET.

4. Low Density Polyethylene (LDPE)

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Biasanya plastik jenis ini digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol yang lunak. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan atau minuman karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan bahan ini. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia.

(22)

5. Polypropylene (PP)

Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.

6. Polystyrene (PS)

Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf, juga bahan ini sulit didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.

7. Other

Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate), Nylon. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.

2.3 Mikroplastik

Menurut NOAA (2016) dalam Rachmat dkk. (2018), mikroplastik merupakan plastik yang berbentuk potongan-potongan kecil yang memiliki ukuran lebih kecil dari 5 mm dan memungkinkan untuk dikonsumsi biota air.

2.3.1 Bentuk Mikroplastik

Mikroplastik secara luas digolongkan menurut karakter morfologi yaitu ukuran, bentuk, warna.

Ukuran menjadi faktor penting berkaitan dengan jangkauan efek yang terkena pada organisme.

Luas permukaan yang besar dibandingkan rasio volume dari sebuah partikel kecil membuat

(23)

mikroplastik berpotensi melepas dengan cepat bahan kimia (Velzeboer et al, 2014 dalam Widiarnako dan Inneke, 2018).

Menurut Kuasa (2018) dalam Rahmadhani (2019), tipe tipe bentuk mikrioplastik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu:

1. Fiber atau filamen

Jenis fiber pada dasarnya berasal dari pemukiman penduduk yang berada di daerah pesisir dengan sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. Aktivitas nelayan seperti penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, kebanyakan alat tangkap yang dipergunakan nelayan berasal dari tali (jenis fiber) atau karung plastik yang telah mengalami degradasi. Mikroplastik jenis fiber banyak digunakan dalam pembuatan pakaian, tali temali, berbagai tipe penangkapan seperti pancing dan jaring tangkap

2. Film

Film merupakan polimer plastik sekunder yang berasal dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki densitas rendah. Film mempunyai densitas lebih rendah dibandingkan tipe mikroplastik lainnya sehingga lebih mudah ditransportasikan hingga pasang tertinggi.

3. Fragmen

Jenis fragmen pada dasarnya berasal dari buangan limbah atau sampah dari pertokoan dan warung-warung makanan yang ada di lingkungan sekitar. Hal tersebut yaitu antara lain yaitu:

kantong-kantong plastik baik kantong plastik yang berukuran besar maupun kecil, bungkus nasi, kemasan-kemasan makanan siap saji dan botol-botol minuman plastik. Sampah plastik tersebut terurai menjadi serpihan-serpihan kecil hingga tipe fragmen

4. Granula atau Butiran

Jenis granual atau butiran pada umumnya berasal dari pabrik plastik. Tipe mikroplastik tersebut berbentuk butiranbutiran dan berwarna putih maupun kecoklatan, padat (Virsek et.

al., 2016). Granual merupakan partikel kecil yang digunakan untuk bahan produk industri (Kuasa, 2018).

(24)

Berikut adalah beberapa contoh gambar mikroplastik dengan bentuk yang berbeda-beda:

Gambar 2.2 Bentuk Mikroplastik yang terlihat di mikroskop dengan pembesaran 10 kali:

A. Fragmen, B. Fiber, C. Film, D. Pellets Sumber: Hiwari Hizman et.al., 2019 2.3.2 Dampak Mikroplastik

Dampak mikroplastik pada biota di perairan yaitu berpotensi masuknya mikroplastik dalam tubuh biota sehingga dapat merusak saluran pencernaan, mengurangi tingkat pertumbuhan, menghambat produksi enzim, menurunkan kadar hormon steroid, mempengaruhi reproduksi, dan dapat menyebabkan paparan aditif plastik lebih besar sifat toksik (Wright et al., 2013). Karena ukuran, komposisi kimia, dan sifat fisiknya, mikro atau nanoplastik sangat berpotensi dapat mempengaruhi organisme air dan kesehatan manusia. Efek samping dari mikroplastik dapat terjadi dari kombinasi toksisitas intrinsik plastik (kerusakan fisik), komposisi kimia (unit monomer dan aditif), dan kemampuan untuk menyerap, berkonsentrasi, dan melepaskan polutan lingkungan.

Dampak mikroplastik di organisme bentik dapat juga mempengaruhi tingkat tropik yang lebih tinggi. Dampak serupa juga dapat terjadi di habitat pelagis, mikroplastik bisa mencapai densitas lebih tinggi dari yang terjadi secara alami pada organisme planktoni. Dampak mikroplastik

(25)

terhadap organisme laut dapat mengalami luka internal atau eksternal, luka ulserasi, penyumbatan saluran pencernaan, gangguan kapasitas makanan, kekurangan tenaga dan kematian (Ramadhani, 2019).

2.4 Spekroskopi Fourier Transform InfraRed (FT-IR)

Fourier Transform InfraRed (FT-IR) adalah metode yang menggunakan inframerah yang

dilengkapi dengan transformasi fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrum sampel.

Pada spektroskopi inframerah, radiasi inframerah dilewatkan pada sampel sehingga sebagian radiasi inframerah diserap oleh sampel dan sebagian lagi dilewatkan atau ditransmisikan (Satriawan dan Ilmiati, 2017).

Analisis gugus fungsi dengan FTIR bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa organik hal tersebut dikarenakan spekrum senyawa organik sangat kompleks yang terdiri dari banyak puncak (Chusnul, 2011 dalam A’yun, 2019). Sampel ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari spektrum yang sesuai. Hasilnya akan didapatkan difraktogram hubungan antara bilangan gelombang dengan intensitas. (Thermo, 2011 dalam Satriawan dan Ilmiati, 2017). Berikut adalah contoh hasil uji FT-IR dari beberapa polymer dapat dilihat pada gambar berikut.

2.3 Gambar Grafik Hasil Analisa FT-IR Polypropylene Sumber: Jung et al., 2018

(26)

2.4 Gambar Grafik Hasil Analisa FT-IR Polyprostyrene Sumber: Jung et al., 2018

2.5 Gambar Grafik Hasil Analisa FT-IR Polyethylene Terephthalate Sumber: Jung et al., 2018

2.6 Gambar Grafik Hasil Analisa FT-IR High-Density Polyethylene Sumber: Jung et al., 2018

(27)

Hasil identifikasi contoh dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Identifikasi Polymer dengan Panjang Gelombang FT-IR

Polymer Chemical Structure

Absorption Bands (Cm−1) Used for Identificationa

Assignment

Reference in Addition to This Study

Polypropylene (PP)

a) 2950 C - H Stretch

Asensio et al., 2009;

Verleyeet al., 2001;

Noda et al., 2007 b) 2915 C - H Stretch

c) 2838 C - H Stretch d) 1455 CH2 Bend

e) 1377 CH3 Bend

f) 1166 CH Bend, CH3 Rock, C – C Strech

g) 997 CH3 Rock, CH3 Bend, CH Bend

h) 972 CH3 Rock, C – C Strech i) 840 CH2 Rock, C - CH3

Strech

j) 808 CH2 Rock, C – C Strech, C – CH Strech

Polystyrene (PS)

a) 3024 Aromatic C - H stretch

Asensio et al., 2009;

Verleyeet al., 2001;

Noda et al., 2007 b) 2847 C - H stretch

c) 1601 Aromatic ring stretch d) 1492 Aromatic ring stretch e) 1451 CH2 bend

f) 1027 Aromatic CH bend g) 694 Aromatic CH out-of

plane bend

h) 537 Aromatic ring out-of plane bend

Polyethylene terephthalate

(PETE)

a) 1713 C - O stretch Asensio et al., 2009;

Verleyeet al., 2001;

Noda et al., 2007 b) 1241 C - O stretch

c) 1094 C - O stretch

d) 720 Aromatic CH out-of plane bend

(28)

Lanjutan Tabel 2.2 Identifikasi Polymer dengan Panjang Gelombang FT-IR Polymer Chemical Structure Absorption

Bands (Cm−1) Used for Identificationa

Assignment Reference in Addition to This Study

High-density polyethylene

(HDPE)

a) 2915 C – H Strech Asensio et al., 2009; Noda et al., 2007; Nishikida and Coates, 2003 b) 2845 C – H Strech

c) 1472 CH2 Bend d) 1462 CH2 Bend e) 730 CH2 Rock f) 717 CH2 Rock Sumber: Jung et al., 2018

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian sehingga peneliti dapat menambah ilmu dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Adapun penelitian terdahulu pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini.

(29)

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Judul Microplastic pollution in the rivers of the Tibet Plateau

Jurnal ELSEVIER

Vol dan hal 249 dan 91 - 98

Tahun 2019

Penulis Changbo Jiang, Lingshi Yin, Zhiwei Li, Xiaofeng Wen, Xin Luo, Shuping Hu, Hanyuan Yang, Yuannan Long, Bin Deng, Lingzhi Huang, Yizhuang Liu.

Abstrak

Tingkat polusi mikroplastik di sungai-sungai Tibet belum diketahui. Dalam penelitian ini, sampel air permukaan dan sedimen dikumpulkan dari enam lokasi pengambilan sampel di sungai yang berbeda. Banyaknya plastik mikro berkisar antara 483 - 967 item / m3 di air permukaan dan 50 - 195 item / kg di sedimen. Lima jenis mikroplastik dengan komposisi kimia yang berbeda diidentifikasi menggunakan spektroskopi mikro-Raman: polietilen tereftalat (PET), polietilen (PE), polipropilen (PP), polistirena (PS), dan poliamida (PA). Hasil ini menunjukkan bahwa sungai di Dataran Tinggi Tibet telah terkontaminasi oleh plastik, tidak hanya di daerah maju dengan aktivitas manusia yang intens tetapi juga di daerah terpencil, di mana polusi mikroplastik membutuhkan perhatian lebih lanjut.

Pendahuluan

Jejak mikroplastik tidah hanya ada di air permukaan, tetapi juga di air yang dalam, sedimen, tanah, dan organisme. Sehubungan dengan keberadaan mikroplastik dalam air, penelitian tentang mikroplastik sangat penting dilakukan, sehingga wilayah air tawar sangat penting karna kebanyakan mikroplastik di laut berasal dari daratan. Ekosistem air tawar memainkan peran penting dalam transportasi mikroplastik. Penelitian tentang lokasi dan karakteristik polusi mikroplastik di wilayah air tawar sangat membantu untuk melakukan analisis sumber mikroplastik laut. Selain itu, keberadaan mikroplastik yang tersebar luas di sedimen air dan tanah di wilayah air tawar mengancam lingkungan, karena mikroplastik dapat didistribusikan dan berdampak pada organisme.

Daerah air tawar lebih banyak dan sering kontak langsung dengan manusia daripada lautan. Masukan dari hulu, limbah domestik dan limbah padat adalah sumber potensial mikroplastik di wilayah air tawar. Sebagian besar penelitian fokus pada daerah berpenduduk karena plastik adalah produk utama yang berasal dari kegiatan manusia.

Tujuan Untuk melihat konsentrasi, distribusi dan sumber-sumber mikroplastik di Sungai Dataran Tinggi Tibet.

Metodologi

Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada enam lokasi, waktu pengambilan sampel selesai dalam waktu 4 hari. Analisis sampel dilakukan di laboratorium dengan cara mikroplastik dipisahkan dari air permukaan dan sedimen. Bahan organik dihilangkan menggunakan WPO (wet peroxide oxiedation). Air permukaan dan sedimen dilakukan pemisahan atau filter, hasil filter kemudian dipoto warna, bentuk, ukuran menggunakan mikroskop stereoskopik. Analisis statistik data menggunakan SPSS Statistik dan untuk menentukan perbedaan kelimpahan mikroplastik menggunakan ANOVA sedangkan untuk untuk menggambarkan lokasi geografis menggunakan ArcGIS.

Pembahasan

1. Tingkat polusi mikroplastik disemua lokasi sampling menunjukkan bahwa sungai yang mewakili terkontaminasi oleh mikroplastik.

2. Sumber mikroplastik berasal dari kegiatan sehari-hari penduduk dan wisatawan yang banyak menggunakan plastik 3. Berdasarkan hasil identifikasi spektroskopi komposisi polimer dari plastik paling banyak berasal dari PET dan PE.

(30)

Lanjutan Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Judul Vertical Distribution of Microplastics in the Water Column and Surficial Sediment from the Milwaukee River Basin to Lake Michigan Jurnal Environmental Science and Technology

Vol dan hal 53 dan 12227 – 12237

Tahun 2019

Penulis Peter L. Lenaker, Austin K. Baldwin, Steven R. Corsi, Sherri A. Mason, Paul C. Reneau, and John W. Scott

Abstrak

Mikroplastik terdeteksi pada 96 sampel air dan 9 sampel sedimen yang telah dikumpulkan.hasil menunjukkan polimer berkepadatan rendah menurun dari air ke permukaan bawah air dan berkepadatan rendah menurun sampai ke sedimen. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa permukaan air dan dibawah permukaan didominasi oleh polipropilena berdensitas rendah dan sampel sedimen didominasi oleh partikel polietilena tereftalat yang lebih padat. Fiber adalah jenis partikel yang paling banyak ditemukan dan terdapat pada air dan sedimen

Pendahuluan

Mikroplastik berasal dari berbagai sumber yaitu perawan pribadi, sampah, dan tekstil. Fragmen merupakan tipe yang paing sering mendominasi permukaan perairan. Kelimpahan mikroplastik mempunyai potensi untuk terus memecah partikel kecil menjadi partikel yang lebih kecil. Seiring dengan berjalannya waktu membuat mikroplastik tersebut dimakan oleh semua tingkat jaring makanan. Distribusi vertikal perbedaan jenis mikroplastik di dalam air dan distribusi ini dapat berubah dengan kecepatan aliran yang bervariasi

Tujuan Untuk mementukan tingkat kontaminasi mikroplastik di perairan dan untuk meningkatkan pemahaman tentang distribusi vertikal perbedaan jenis plastik di dalam air.

Metodologi Lokasi sampling terdapat 10 lokasi, analisa sampel menggunakan metode oksidasi peroksida basah dan sampel sedimen diproses menggunakan metode laboratorium NOAA, analisa lanjutannya menggunakan FT-IR, partikel busa dianalisis menggunakan spektrometri massa kromatografi gas pirolisis

Pembahasan

Secara kolektif, sejumlah kecil studi yang telah meneliti distribusi vertikal mikroplastik telah menunjukkan bahwa hasil dapat bervariasi berdasarkan lokasi, dan akurasi mendalam-konsentrasi rata-rata tertimbang dan pemuatan perkiraan terkait akan ditingkatkan dengan sampling di beberapa

kedalaman bukan hanya pada permukaan air. Beberapa mendalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menyoroti distribusi yang tidak merata dari jenis polimer melalui kompartemen kolom air dan sedimen. polimer individu memiliki hasil yang lebih bervariasi dengan partikel terendah-density (misalnya, PS), terutama hadir sebagai polystyrene diperluas, hampir secara eksklusif terdeteksi pada permukaan air, partikel kepadatan rendah lainnya lebih umum di permukaan air dan bawah permukaan daripada di sampel sedimen ( PP, etilena / propilena / diena terpolimer (EPDTP), LDPE),dan yang paling tinggi-density

(31)

Lanjutan Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Judul Microplastic contamination on Anadara granosa Linnaeus 1758 in Pangkal Babu mangrove forest area, Tanjung Jabung Barat district, Jambi Jurnal Journal of Physic

Vol dan hal 1282

Tahun 2019

Penulis Syaidah Fitri and M P Patria

Abstrak Penelitian ini menggunakan sampel kerang, sedimen dan air. Hasil penelitian menunjukkan sampel 100 % mengandung mikroplastik. Jenis jenis mikroplastik yang ditemukan berupa serat, fragmen, dan film. Sungai diindikasi sebagai sumber mikroplastik menuju laut.

Pendahuluan

Mikroplastik ditemukan pada lapisan air dan sedimen air laut. Mikroplastik yang berasal dari kegiatan manusia disekitar laut dan sungai mengalir ke muara memiliki peluang dikonsumsi oleh makhluk hidup. Mikroplastik sangat berlimpah di daerah yang padat penduduk. Sungai diindikasikan sebagai sumber mikroplastik yang memasuki laut dan mikroplastik ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada sediment sungai. Sumber mikroplastik berasal dari limbah kota dan industri.

Tujuan Untuk melihat kontaminasi mikroplastik pada makanan laut, sediment dan air.

Metodologi Lokasi pengambilan titik sampling terdapat 3 titik sampling dengan mengambil sampel berupa kerang, sedimen dan air. Sampel uji dilakukan ekstraksi mikroplastik dari kerang, air dan sedimen kemudian diamati dibawah mikroskop.

Pembahasan

Berdasarkan hasil yang ditemukan pada sampel stasiun 3 yang memiliki jarak paing jauh dari muara sungai memiliki jumlah mikroplastik rendah bila dibandingkan dengan stasiun 1 dan 2. Jenis mikroplastik yang paling umum ditemukan berupa serat, film dan fragment. Jenis serat banyak digunakan dalam pembuatan pakaian, jaring dan tali pancing, sedangkan fragment dan film berasaldari limbah domestik berupa kantong plastik, botol yang dibuang ke perairan. Mikroplastik yang memiliki kepadatan rendah akan mengapung pada permukaan air dan yang lebih berat cenderung tenggelam dan terakumulasi pada sedimen. Sumber-sumber mikroplastik berasal dari kegiatan nelayan, pelabuhan dan limbah domestik.

(32)

Lanjutan Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Judul Microplastic pollution in St. Lawrence River sediments

Jurnal Rapid comunication Vol dan hal 71 dan 1767 – 1771

Tahun 2014

Penulis Rowshyra A. Castañeda, Suncica Avlijas, M. Anouk Simard, and Anthony Ricciardi

Abstrak

Lokasi titik sampling terdapat 10 lokasi air tawar sepanjang 320 Km dari danau St.Lawrence mikroplastik terdapat pada sungai St.Lawrence dengan ditemukannya microbeads pada lokasi air tawar dan memiliki kelimpahan yang bervariasi. Diameter rata-rata microbeads lebih kecil di lokasi yang menerima efisiensi kota atau industrim daripada di lokasi yang tidak efisien.

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, mikroplastik telah ditemukan berlimpah di perairan permukaan dan di sepanjang garis pantai. Sungai St.Lawrence, merupakan salah satu dari beberapa sistem air tawar yang dilaporkan. Jaring jaring pukat telah mengumpulkan ratusan partikel mikroplastik di perairan permukaan perairan. Karakteristik fisik dan kimia dari banyak partikel ini mirip dengan microbeads dari produk konsumen rumah tangga, yang tampaknya tidak terdegradasi atau dihapus sepenuhnya oleh fasilitas pengolahan air limbah. Tidak ada penelitian hingga saat ini yang membahas keberadaan mikroplastik di sedimen air tawar Amerika Utara. Batang mikro mengambang di Great Lakes, atau yang berasal dari kotamadya di sepanjang Sungai St. Lawrence, bias melayang ke hilir dan dapat disimpan di endapan sungai atau dibawa ke muara.

Tujuan Untuk melihat kelimpahan mikroplastik pada perairan St.Lawrence

Metodologi

Pengambilan sampling pada 10 lokasi dengan jumlah sampel yang berbeda. Microbeads diidentifikasi dibawah mikroskop bedah untuk diidentifikasi secara visual berdsarkan warna, tekstur dan bentuk bola. Untuk menentukan komponen kimia dari microbeads, suhu lelehnya dan kristalisasi dianalisis menggunakan kalorimetri pemindaian differensial.

Pembahasan

Hasil menunjukkan bahwa mikroplastik tersebar secara melimpah di sedimen sungai St.Lawrence distribusi dan kelimpahan yang tidak merata disebabkan oleh faktor faktor lingkungan yang mempengaruhi endapan sedimen. Microbeads terjadi dalam berbagai warna dan ukuran . titik leburnya adalah 113,7 o C yang menunjukkan adanya komposisi polietilen. Perbedaan dalam ukuran microbeads menunjukkan bahwa microbeads berasal dari sumber yang berbeda. Sebagaian microbeads yang ditemukan berdiameter <2 mm. Tingkat kontaminasi mikroplastik pada perairan ini sama dengan sedimen laut yang paling terkontaminasi.

(33)

Lanjutan Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Judul Pencemaran Meso- dan Mikroplastik di Kali Surabaya pada Segmen Driyorejo hingga Karang Pilang Jurnal Jurnal Teknik ITS

Vol dan hal Vol 8, No. 2 dan G211 – G216

Tahun 2019

Penulis Bagas Ari Wijaya dan Yulinah Trihadiningrum

Abstrak

Kali Surabaya mengalami penurunan kualitas, akibat pembuangan sampah ke sungai. Jenis sampah yang paling sering ditemukan adalah plastik. Partikel plastik dari jenis meso dan mikroplastik memiliki dampak negatif bagi ekosistem sungai. Adapun, kelimpahan mikroplastik tertinggi berada di permukaan sungai pada titik Driyorejo (13,33 partikel/m3). Distribusi longitudinal mesoplastik dan mikroplastik pada tiga titik sampling menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Dari titik Driyorejo ke titik Bambe kelimpahan mikroplastik menurun, sedangkan dari titik Bambe ke titik Karang Pilang terjadi peningkatan. Kelimpahan mesoplastik pada tiga titik cenderung menurun dari permukaan hingga dasar. Sedangkan distribusi vertikal mikroplastik berfluktuasi: menurun dari permukaan hingga ke setengah kedalaman, kemudian meningkat di bagian dasar sungai.

Pendahuluan

Di perairan, terutama sungai, polimer plastik kurang dapat terurai secara biologis, melainkan terpecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil akibat radiasi UV dan arus air. Partikel plastik dapat dibagi menurut ukurannya, makroplastik yaitu yang berukuran lebih dari 2,5 cm, mesoplastik berukuran 2,5 cm sampai 5 mm dan mikroplastik yaitu yang berukuran kurang dari 5 mm[6]. Partikel plastik ini terutama meso dan mikroplastik memiliki dampak negatif bagi ekosistem sungai.

Tujuan Untuk menentukan kelimpahan persebaran serta distribusi meso- dan mikroplastik di Kali Surabaya pada segmen wilayah studi.

Metodologi

Sampling dilakukan secara grab pada tiga kedalaman sungai (atas, tengah, dasar) dari tiga titik menurut lebar sungai (sisi kanan, tengah, dan kiri).

Sampling dilakukan dengan dua kali pengulangan. Pengambilan sampel pada permukaan menggunakan manta trawl dan pada setengah kedalaman serta dasar kedalaman menggunakan modified trawl. Pengambilan sampel air untuk pengukuran parameter suhu, pH,

berat jenis air menggunakan Van Dorn sampler, dan pengukuran kecepatan arus menggunakan current meter. Ekstraksi meso- dan mikroplastik dilakukan menggunakan hidrogen peroksida dan larutan NaCl. Kemudian meso- dan mikroplastik diamati dan disortasi menggunakan

stereomicroscope.

Pembahasan

Distribusi horizontal mesoplastik dan mikroplastik pada tiga titik sampling menunjukkan fluktuasi. Dari titik Driyorejo ke titik Bambe mengalami penurunan kelimpahan, sedangkan jumlah kelimpahan dari titik Bambe ke titik Karang Pilang mengalami peningkatan. Sedangkan untuk distribusi vertikal partikel mesoplastik pada tiga titik mengalami penurunan jumlah kelimpahan mulai permukaan hingga ke dasar. Di sisi lain distribusi vertikal partikel mikroplastik cenderung mengalami fluktuasi jumlah kelimpahan

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Konsep Metodologi Penelitian

Diagram alir metode penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

(35)

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - November 2020 yang meliputi survey lokasi dan persiapan lainnya, pengambilan sampel, analisa data dan penulisan laporan.

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing pada tanggal 16 Juli 2020 dengan kondisi cuaca cerah dan berawan. Sampel Air diambil pada lokasi dan titik koordinat yang sudah ditentukan, dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Lokasi Titik Sampling

Titik Sungai Sei Babura Latitude Longitude

1 Jl. Kejaksaan 3.526341 98.681854

2 Jl. Jamin Ginting, Komplek TNI Pamen 3.556563 98.683147 3 Jembatan STMIK Triguna/ Highway Asian 3.573120 98.682848 Titik Sungai Sei Sikambing

1 Toko Muji, Kelurahan Helvetia Timur 3.624146 98.664335 2 Jembatan Jl. Karya Dalam, RSU Sufina

Aziz 3.616881 98.663567

3 Jl. Adil 3.612408 98.662704

Sumber: GPS, 2020

Adapun untuk lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.2 Lokasi Titik Sampling

(36)

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan serta fungsinya yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3.

Tabel 3.2 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Sumber: Penulis,2020

Tabel 3.3 bahan yang digunakan dalam penelitian

No Bahan Fungsi

1 Air sungai Sampel uji

2 Aquades Untuk mencairkan larutan

3 Es batu Mengawetkan sampel

4 H2O2 30% Larutan Penghilang bahan organik

5 NaCl (padat) Memisahkan sampel dari bahan organik

6 Aluminium foil Penutup sampel

7 Kertas saring Whattman no.42 Menyaring sampel air

8 Kertas label Memberi tanda pada sampel

Sumber: Penulis,2020

No Alat Fungsi

1 GPS Untuk menentukan titik koordinat

2 Meteran Untuk mengukur lebar sungai

3 Tongkat ukur Untuk mengukur kedalaman sungai

4 Cool box Menyimpan sampel air

5 Jerigen Wadah sampel air

6 Alat uji in situ Mengukur parameter lapangan

7 Cawan petri Tempat perlakuan

8 Beaker glass 500 ml, 1000 ml Wadah sampel

9 Botol semprot Wadah aquades

10 Timbangan analitik Menimbang bahan

11 Sendok/spatula Menyendok dan mengaduk bahan

12 Magnetic stirrer Mengaduk sampel

13 Desikator Menghilangkan kadar air

14 Vacump Menyaring sampel

15 Mikroskop Mengidentifikasi mikroplastik

16 Magnifying lamp (kaca pembesar) Menghitung jumlah mikroplastik

17 FT-IR Menentukan jenis polimer dalam sampel mikroplastik.

18 Kamera Dokumentasi

(37)

3.3.2. Prosedur Penelitian 3.3.2.1. Studi Literatur

Adapun manfaat dari studi literatur yaitu untuk mengumpulkan informasi tentang topik yang akan dibahas dalam penelitian ini. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari sumber literatur yang berasal dari 20 jurnal internasional dan 10 jurnal nasional yang relevan terhadap topik penelitian.

3.3.2.2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Adapun data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5 berikut:

Tabel 3.4 Data Sekunder Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian

No Jenis Data Tahun Sumber

1 Kualitas Air Sungai Sungai Sei Babura dan

Sungai Sei Sikambing 2019 Badan Lingkungan Hidup

Provinsi Sumatera Utara 2 Kondisi eksisting Sungai Sei Babura dan Sungai

Sei Sikambing 2019 Astuti dan Nurmala (2012)

3 Jumlah Penduduk 2019 BPS Kota Medan

Sumber : Penulis, 2020

Tabel 3.5 Pengumpulan Data Primer

No Jenis Data Nama Data Parameter Metode Uji Keterangan

1. Kualitatif

Jenis Mikroplastik

PE PP PS

FTIR Untuk melihat jenis polimer yang terkandung dalam air sungai seperti : PP, PE, PS dan lainnya Ramadan dan Emenda (2019), Mani et al (2015)

Bentuk Mikroplastik

Film, Fragment, Fiber, Foam, Granules, Pellet

Mikroskop Untuk melihat bentuk dari

mikroplastik berupa Film, Fragment, Fiber, Foam, Granules, Pellet Virsek et al (2016)

(38)

Lanjutan Tabel 3.5 Pengumpulan Data Primer

No Jenis Data Nama Data Parameter Metode Uji Keterangan

2 Kuantitatif

Kondisi Eksisting Sungai

Kedalaman dan Lebar Sungai, Kecepatan Arus

- Metode Bola Apung - Meteran - Tongkat ukur

Untuk mengetahui kondisi eksisting lokasi penelitian

Kualitas Air Sungai (Parameter Fisik dan Kimia)

Suhu, DHL, DO Alat uji parameter in situ

Untuk melihat kadar suhu, DHL dan DO secara langsung di lapangan pada saat pengambilan sampel air sungai

Mikroplastik Jumlah partikel Mikroskop Untuk melihat kelimpahan

mikroplastik pada air sungai yang dihitung dalam jumlah partikel per liter.

Horton, et.al. (2017) Sumber : Penulis, 2020

3.3.2.3. Teknik Pengambilan Data

Untuk data lebar dan kedalaman sungai digunakan teknik mengukur dengan meteran dan tongkat ukur, kemudian hasilnya dicatat. Untuk teknik pengambilan data kecepatan arus digunakan metode bola apung dan pengujian kualitas air untuk parameter in situ digunakan alat digital in situ dengan mengukur suhu, DO, DHL.

Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode pengambilan sampel

berdasarkan SNI 03-7016-2004 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Dalam Rangka

Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu Daerah Pengaliran Sungai. Metode pengambilan

sampel menggunakan metode gabungan tempat (integrated samples) yaitu dengan

mengambil air dari sisi kiri, kanan, dan tengah sungai. Sebelum mengambil contoh uji,

wadah yang digunakan dicuci terlebih dahulu sebanyak 3x dengan menggunakan air

sungai lokasi sampling (Barrows, et. al. 2017 dalam Alam, 2019). Kemudian sampel

diberi label untuk menandakan sampel. Sampel diawetkan pada suhu 4

o

C (Leslie et al.,

2017 dalam alam et al., 2019) dan disimpan dalam cool box.

(39)

3.3.2.4. Pengujian Sampel

Adapun pengujian sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6 Lokasi Pengujian Sampel

No Uji Lokasi Uji Keterangan

1 Preparasi

PT Shafera Enviro Laboratium

Untuk memisahkan sampel dari bahan organik

2

Mangnifying Lamp (Kaca Pembesar)

Untuk menghitung jumlah mikroplastik

3 Mikroskop Untuk melihat kelimpahan dan

morfologi MPS

4 FT-IR Laboratorium PTKI - Medan Untuk melihat jenis polimer MPs Sumber : Penulis, 2020

a. Preparasi Sampel

Sebelum pengujian mikroplastik dilakukan sampel uji terlebih dahulu dilakukan pemisahan mikroplastik dari air sungai dan bahan lainnya. Menurut Masura et.al. (2015), dalam NOAA Marine Debris Program proses pemisahan sampel dari bahan lainnya perlu digunakan untuk memudahkan identifikasi mikroplastik pada sampel. Preparasi dimulai dengan menghomogenkan sampel terlebih dahulu kemudian ambil sebanyak 250 ml untuk disaring dengan kertas Whattman no 42. Setelah disaring tambahkan NaCl 30%

sebanyak 400 ml lalu diaduk selama 2 menit kemudian didiamkan selama satu malam.

Sampel yang telah didiamkan satu malam ditambahkan 10 ml H

2

O

2

30% dan diaduk selama 5 menit lalu didiamkan selama dua malam dengan suhu ruang. Selanjutnya sampel disaring dengan metode vacum menggunakan kertas saring whattman no 42, kertas saring dikeringkan di dalam desikator selama satu malam dan dilakukan analisa selanjutnya.

b. Identifikasi Mikroplastik Menggunakan Mikroskop

Menurut Horton et.al. (2017) Sampel pada kertas saring diamati menggunakan mikrosokp

binokular cahaya dengan pembesaran 20 – 100 kali. Mikroplastik didentifikasi dengan

melihat jumlah dan bentuk mikroplastik yang dapat dibandingkan dengan penelitian

terdahulu. Untuk kelimpahan mikroplastik, parameter yang diambil adalah partikel per

liter.

(40)

c. Identifikasi Mikroplastik Menggunakan FT-IR

Mikroplastik yang ditemukan pada air sungai dilihat jenis polimer dan kelimpahannya menggunakan alat uji FT-IR dengan metode pelet KBr (Nor & Obbard, 2014 dalam Krause, 2018). Software yang terhubung pada FT-IR digunakan untuk membaca spektrum yang dihasilkan mikroplastik. Spektrum direkam di atas kisaran 500-4000 cm

-

1

pada resolusi 2 cm

-1

(Krause, 2018).

3.3.2.5. Analisa Data

Hasil identifikasi jenis mikroplastik dalam air menggunakan alat FT-IR akan ditampilkan

dalam bentuk diagram panjang gelombang hasil mikroskopi, sedangkan untuk data

jumlah dan bentuk mikroplastik akan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan

grafik. Banyaknya mikroplastik di air permukaan dinyatakan dalam item / m

3

. Jenis

polimer yang akan dianalisa dalam sampel diantaranya PP, PS, PE dan lainnya (Lusher,

et.al. 2013). Hasil pengamatan untuk bentuk mikroplastik akan disesuaikan berdasarkan

penelitian terdahulu diantaranya film, fragment, foam, fiber, granules, pellet (Virsek,

2016). Untuk menganalisa hubungan jumlah penduduk dibantaran sungai dengan jumlah

mikroplastik digunakan aplikasi SPSS dengan metode korelasi. Kelimpahan mikroplastik

dipetakan untuk mengetahui distribusi kelimpahan mikroplastik pada aliran Sungai Sei

Sikambing dan Sungai Sei Babura. Proses pengujian dan analisa sampel dapat dilihat

pada gambar di berikut ini.

(41)

Gambar 3.3 Diagram Alir Pengujian dan Analisa Sampel air

sungai

Preparasi sampel 1. ukur sampel sebanyak 250 ml

2. disaring dengan kertas whattman no 42 3. tambahkan NaCl 30% sebanyak 400 ml, diamkan 1 malam

4. tambahkan H2O2 30% 10 ml, diamkan 2 malam 5. saring menggunakan kertas whattman no 42 dengan metode vacum

6. keringkan dalam desikator selama 1 malam 7. analisa

Uji FT-IR Mikroplastik dilihat jenisnya berdasarkan panjang gelombang Analisis Mikroskop

Mikroplastik diamati dibawah

mikroskopdengan menghitung jumlah dan melihat bentuk

Hasil Jumlah dan bentuk

mikroplastik (fragment, film, fiber, foam, granules, pellet)

Hasil Jenis polimer (PE,PP, PS

Analisa data

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Eksisting Sungai

4.1.1 Sungai Sei Babura

Sungai Sei Babura merupakan salah satu anak Sungai Deli yang berada di Kota Medan. Lokasi sampling Sungai Sei Babura berada di Kelurahan Kwala Bekala, Padang Bulan, dan Petisah Tengah. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat survey lokasi dan saat sampling sungai tersebut banyak terdapat sampah plastik di bantaran sungai dan di permukaan sungai namun Sungai Sei Babura masih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari meskipun sungai tersebut terdapat banyak sampah plastik di bantaran sungai yang mana sungai tersebut tidak memiliki pembatas sungai sehingga secara langsung dapat mencemari sungai. sampah-sampah yang berada di sungai berasal dari kegiatan masyarakat.

Menurut Wijaya dan Yulinah (2019), sampah plastik yang berada di perairan terutama sungai kurang dapat terurai secara biologis melainkan akan terdegradasi menjadi bagian yang lebih kecil akibat sinar UV dan arus air.

4.1.2 Sungai Sei Sikambing

Sungai Sei Sikambing merupakan salah satu anak Sungai Deli di Kota Medan. Lokasi titik sampling Sungai Sei Sikambing berada di Kelurahan Karang Berombak dan Helvetia Timur. Hasil pengamatan saat survey dan sampling kondisi eksisting sungai banyak terdapat sampah dan terdapat pemukiman di bantaran sungai. Air Sungai Sei Sikambing berwarna kehitaman, sebagian pinggiran sungai memiliki pembatas sungai. Sampah-sampah yang berada di sungai dan pinggiran sungai berasal dari kegiatan masyarakat yang membuang sampah secara langsung. Menurut Andrady (2011), sampah plastik di air permukaan mengalami degradasi melalui berbagai proses seperti biodegradasi, degradasi fotolisis, degradasi hidrolisis. Hal tersebut terjadi dikarenakan sampah plastik sulit untuk diuraikan.

4.1.3 Kondisi Rona Lingkungan

Kondisi cuaca pada saat sampling yaitu cerah berawan dan suhu rata-rata 310C. Pengukuran kualitas air sungai digunakan untuk melihat kualitas air sungai, parameter yang di ukur yaitu suhu, DHL, dan DO.

Suhu rata-rata air sungai yang didapatkan di Sungai Sei Babura yaitu 290C sedangkan untuk Sungai Sei Sikambing 29,50C. Tingginya suhu kemungkinan disebabkan oleh paparan sinar matahari secara langsung ke badan sungai. Menurut Marlina dkk (2017), semakin banyak intensitas radiasi sinar matahari yang dipaparkan secara langsung ke badan sungai maka suhu air sungai akan meningkat. DO merupakan salah parameter yang digunakan untuk mengetahui beban pencemar air sungai, nilai rata- rata parameter DO di Sungai Sei Babura yaitu 4,96 mg/l sedangkan untuk Sungai Sei Sikambing yaitu 4,8 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001 baku mutu untuk parameter DO pada kelas air sungai yaitu 4 mg/l sehingga kualitas air sungai untuk parameter DO masih berada dibawah baku mutu, semakin tinggi nilai DO maka kualitas air semakin baik.

(43)

4.2 Jumlah dan Bentuk Mikroplastik 4.2.1 Jumlah Mikroplastik

Setelah dilakukan preparasi sampel maka hasilnya diamati dibawah kaca pembesar untuk dilakukan penghitungan jumlah mikroplastik di setiap titik sampling. Adapun gambar hasil preparasi sampel Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1 Hasil Preparasi Sampel Mikroplastik Sungai Sei Babura

Gambar 4.2 Hasil Preparasi Sampel Mikroplastik Sungai Sei Sikambing

Jumlah mikroplastik di Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing berkisar antara 68 – 172 partikel/

Liter. Data jumlah mikroplastik yang ditemukan di lokasi sampling Sungai Sei Babura dan Sungai Sei Sikambing dapat dilihat pada gambar grafik 4.3.

Gambar

Gambar 2.2 Bentuk Mikroplastik yang terlihat di mikroskop dengan pembesaran 10 kali:
Tabel 2.2 Identifikasi Polymer dengan Panjang Gelombang FT-IR
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu  Judul  Microplastic pollution in the rivers of the Tibet Plateau
Diagram alir metode penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut
+7

Referensi

Dokumen terkait