• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN

BAB I DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud

Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua titik Pembebanan dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam melaksanakan pengujian kuat lentur beton di laboratorium.

1.1.2 Tujuan

Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh nilai kuat lentur beton normal guna keperluan perencanaan dan pelaksanaan.

1.2 Ruang Lingkup Metode Pengujian ini:

1) Membahas ketentuan-ketentuan dan cara uji

2) Dilaksanakan dengan menggunakan mesin tekan beton dengan sistim pembebanan dua titik

3) Berlaku untuk benda uji beton normal berbentuk balok 1.3 Pengertian

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode pengujian ini adalah:

1) Beton normal adalah beton yang mempunyai berat sisi antara 2200 sampai dengan 2500 kg/m3 dengan bahan penyusun air, pasir, semen Portland dan batu alam baik yang dipecah atau tidak, tanpa menggunakan bahan tambahan, sesuai dengan SNI 03-2834-1992.

2) Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya, sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas.

3) Sumbu panjang benda uji adalah garis yang melalui pusat berat benda uji pada arah panjangnya.

4) Tampang lintang benda uji adalah penampang benda uji apabila dipotong arah tegak lurus sumbu panjang.

5) Perletakan benda uji adalah dua alas penyangga atau penumpu berbentuk sylinder, dari baja yang dapat berputar pada jarak tertentu untuk meletakan benda uji (lihat lampiran B Gambar 1).

6) Titik pembebanan adalah dua titik pada jarak tertentu sebagai tempat beban diberikan (lihat lampiran B Gambar 1).

(2)

2 BAB II

KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Umum 2.1.1 Peralatan

Jenis dan ketelitian peralatan yang digunakan untuk menentukan kuat lentur beton harus dikalibrasi dan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Mesin tekan beton yang dapat digunakan untuk pengujian kuat lentrur dengan perlengkapannya antara lain monometer dengan dua jarum pembacaan beban, dua buah perletakan benda uji berbentuk titik, dan dua buah titik pembebanan, ketelitian peralatan dalam hal pembacaan pada skala pembebanan minimum adalah 12,5 kg.

2.1.2 Petugas dan penanggung jawab hasil uji

Nama dan tanda tangan petugas dan penanggung jawab serta tanggal pada pelaksanaan uji harus ditulis dengan jelas pada formulir uji.

2.2 Teknis 2.2.1 Benda uji

Beban untuk pengujian kuat lentur beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Bentuk dan dimensi benda uji sebagai berikut:

(1) Benda uji dibuat dengan penampang bujur sangkar dengan ukuran lebar 15 cm, tebal 15 cm, panjang 53 cm;

(2) Panjang benda uji 53 cm atau sama dengan jarak perletakan di tambah 8 cm;

2) Jumlah benda uji dengan campuran yang sama untuk satu kali pengujian minimum sebanyak tiga buah;

3) Bahan penyusun benda uji harus memenuhi syarat sesuai yang dicantumkan dalam spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A. SK SNI S-04-1989-F;

4) Pembuatan benda uji dilakukan dengan ketentuan pada Metode pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium No. SNI 03-2493-1991.

2.2.2 Alat bantu lain berupa Alat bantu lain terdiri dari:

1) Timbangan kapasitas 50 kg dengan ketelitian 0,01%;

2) Alat ukur panjang minimum sepanjang satu meter dengan ketelitian 0,1%;

3) Jangka sorong ukuran 50 cm dengan ketelitian 0,1%

2.2.3 Rumus-rumus perhitungan

Rumus-rumus perhitungan yang digunakan dalam metode pengujian kuat lentur beton dalam mega pascal (MPa) adalah sebagai berikut:

(3)

1) Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di daerah pusat pada 1/3 jarak titik perletakan pada bagian tarik dari beton, maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan:

. 2

1 1 .

h b

= P

σ ………..(1)

2) Untuk Pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (diluar daerah 1/3 jarak titik perletakan) di bagian tarik beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari panjang titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan:

. 2

. 1 3

h b

a

= P

σ ……….(2)

Keterangan:

σ1 = Kuat lentur benda uji (MPa)

P = Beban tertinggi yang dilanjutkan oleh mesin uji ( pembacaan dalam ton sampai 3 angka dibelakang koma)

1 = Jarak (bentang) antara dua garis perletakan (mm) b = Lebar tampang lintang patah arah horizontal (mm) h = Lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm)

a = Jarak rat-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi titik dari bentang (m).

3) Untuk benda uji yang patahnya di luar 1/3 lebar pusat pada bagian tarik beton dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang, hasil pengujian tidak dipergunakan.

(4)

4 BAB III CARA PENGUJIAN

3.1 Persiapan

Lakukan persiapan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Siapkan benda uji dan lakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) Ukur dan catat dimensi penampang benda uji lentur beton dengan jangka sorong minimum di 3 (tiga) tempat;

(2) Ukur dan catat panjang benda uji pada keempat rusuknya;

(3) Timbang dan catat berat masing-masing benda uji;

(4) Buat garis-garis melintang sebagai tanda dan petunjuk titik perletakan, titik pembebanan, dan garis sejauh 5% dari jarak bentang diluar titik perletakan;

(5) Tempatkan benda uji yang sudah selesai diukur, ditimbang dan diberi tanda pada tumpuan pada tempat yang tepat dengan kedudukan sisi atas benda uji pada waktu pengecoran berada dibagian samping alat penekan;

2) Siapkan mesin tekan beton dan lakukan tahapan sebagai berikut:

(1) Pasang 2 (dua) buah perletakan dengan lebar bentang sebesar tiga kali titik pembebanan dan pasang alat pembebanan sehingga mesin tekan beton berfungsi menjadi alat uji lentur.

(2) Atur pembebanan dan skala pembacaannya;

(3) Tempatkan benda uji yang sudah diberi tanda di atas dua perletakan sedemikian hingga tanda untuk tumpuan yang dibuat pada benda uji, tepat pada pusat tumpuan dari alat uji, dengan kedudukan sisi benda uji pada waktu pengecoran berada dibagian samping dan alat penekan dapat menyentuh benda uji pada sepertiga panjang (lihat lampiran B, gambar 1).

3) Siapkan formulir uji seperti pada contoh/isian formulir uji lampiran B.

3.2 Pelaksanaan Pengujian

Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:

1) Hidupkan mesin uji tekan beton yang telah dipersiapkan, tunggu kira-kira 30 detik;

2) Atur benda uji sehingga siap untuk pengujian;

3) Atur pembebanannya sehingga tidak terjadi benturan;

4) Atur katub-katub pada kedudukan pembebanan dan kecepatan pembebanannya pada kedudukan yang tepat sehingga jarum skala bergerak secara perlahan-lahan, dan jaga kecepatannya 8-10 kg/cm2 tiap menit;

(5)

5) Kurangi kecepatan pembebanan pada saat-saat menjelang patah yang ditandai dengan kecepatan gerak jarum pada skala beban agak lambar, sehingga tidak terjadi kejut;

6) Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang menyebabkan patahnya benda uji, pada formulir uji sebagaimana lampiran contoh formulir uji;

7) Ambil benda uji yang telah selesai di uji yang dapat dilakukan dengan menurunkan plat perletakan benda uji atau menaikan alat pembebannya;

8) Ukur dan catat lebar dan tinggi tampang lintang patah dengan ketelitian 0,25mm sedikitnya pada tiga tempat dan ambil harga rat-ratanya;

9) Ukur dan catat jarak rata-rata antara tampang lintang yang patah dari tumpuan luar terdekat pada 4 tempat dibagian tarik pada arah bentang dan ambil harga rata-ratanya;

3.3 Perhitungan

Hitung kuat lentur beton dengan tahapan sebagai berikut:

1) Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di daerah pusat pada 1/3 jarak titik kuat lentur beton dihitung dengan rumus (1) Sub Bab 2.2.3.

2) Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (luar daerah 1/3 jarak titik perletakan) dibagian tarik beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari panjang titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung dengan rumus (2) Sub Bab 2.2.3.

3) Untuk pengujian dimana patahnya benda uji terjadi di luar daerah sekitar 1/3 lebar pada pusat, di bagian tarik dari beton dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang maka hasil pengujian tidak dipergunakan.

(6)

6 BAB IV LAPORAN UJI

Laporan pengujian dicatat dalam formulir dengan mencantumkan hal-hal sebagai berikut:

1) Identitas contoh:

(1) Nomor contoh (2) Nama contoh (3) Jumlah contoh (4) Nama pekerjaan

(5) Tanggal pembuatan contoh (6) Tanggal pengujian

2) Laboratorium yang melakukan pengujian:

(1) Nama teknisi penguji

(2) Nama penanggung jawab penguji

(3) Nama laboratorium yang melakukan pengujian

3) Hasil pengujian, lihat lampiran B contoh isian formulir uji

LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH

Kuat lentur : Tensile Strength

Tumpuan : Girder

Tampang lintang : Cross section Jangka sorong, alat sipat ukur : Capiler Tegak lurus sumbu : Axial

(7)

LAMPIRAN B LAIN-LAIN

(8)

8 GAMBAR 1

BENDA UJI, PERLETAKAN DAN PEMBEBANAN

GAMBAR 2

GARIS-GARIS PERLETAKAN DAN PEMBEBANAN

(9)

Referensi

Dokumen terkait

a) Akuifer dengan aliran air melalui ruang antar butir, terdapat pada daerah yang tersusun oleh kelompok batuan sedimen lepas atau setengah padu. b) Akuifer dengan aliran air

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilakukan di UPT SDN. 26 Bukit Putus Dalam Kec. Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan yang dilaksanakan pada bulan September

Pengaruh akut surfaktan Linier Alkylbenzene Sulfonate (LAS) menyebabkan mortalitas, keabnormalan telur dan larva serta penurunan daya tetas telur ikan patin (

11 Norma jus cogens merupakan suatu norma dasar hukum internasional umum (peremptory norm of general international). Dalam Pasal 53 jo 3DVDO .RQYHQVL

Penemuan penderita TB Paru secara aktif yang dilakukan di Puskesmas Balai Selasa hanya bila ada instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi,

Responden meliputi 29 dokter Puskesmas pena- talaksana TB Paru, petugas TB paru Puskesmas, petugas laboratorium Puskesmas, dokter penatalaksana TB paru, petugas TB Paru rumah

Dalam hal terdapat pihak-pihak yang walaupun tidak diperbolehkan untuk melaksanakan HMETD karena pelaksanaan HMETD ke saham dilarang oleh hukum yang berlaku tetapi

menggunakan katalis basa dapat mengubah trigliserida, digliserida atau monogliserida menjadi ester, dimana sebagian asam lemak bebas dalam minyak castor