9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pendidikan Ramah Anak
a. Pengertian Pendidikan Ramah Anak
Pendidikan ramah anak merpakan Pendidikan yang berdasarkan prinsip 3P dalam proses pembelaarannya. Menurut Rofi’ah (2015:69) 3P ialah Provisi, Proteksi, dan Partisipasi. Provisi adalah ketersedian kebutuhan anak seperti cinta atau kasih sayang, makanan, ksehatan, Pendidikan dan rekreasi. Proteksi berarti perlindungan terhadap aanak dari ancaman, diskriminasi, hukuman, salah perlakuan dan segala bentuk pelecehanserta kebijakan yang kurang tepat.
Partisiasi ialah haak untuk bertindak yang diguakan siswa untuk mengungkapkan kebebasab berpendapat, bertanya, berargumentasi, berperan aktif di longkungan sekolah.
Sementara Yulianto (2016:143) juga mengungkapkan bahwa Pendidikan ramah anak adaalah pendidikan yang anti diskriminasi, menerapkan PAIKEM, perhatian dan melindungi anak, lingkungan yang sehat, serta adanya partisipasi orangtua dan masyarakat sekitar. Selain itu Sholeh (2016:6 menyatakan bahwa Pendidikan ramah anak adalah satuan Lembaga pemdidkan yang dapat menfasilitasi dan memperdayaakan proteksi anak.
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidkan ramah anak adalah Pendidikan ynag terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh kembang dan kesehjahteraan anak. Pendidikan ramah anak mengenal dan menghargai hak anak untuk memperoleh Pendidikan yang layak di lingkungan sekolahnya, seperti fasilitas yang layak, Kesehatan, kesempatan bermain, meleindngi anak dari kekerasan dan pelecehan dalam betuk apapun, mengungkapkan pendapat secara bebas, dan berperan serta mengmbil keputusan sesai dengan kempuan mereka, dapat menyelesaikan masalah tanpa adanya kekerasan didalamnya.
Sejalan dengan beberapa peran diatas, Ulumudin (dalam Rofi’ah,2015:69) menmbahkan bahwa indicator Pendidikan ramah anak ada 9 yakni : 1) Riang, dimana anak selalu merasa senang dan semangatdlam melakukan kegiatan dan tidak merasa bosan; 2) Aman dan sehat, situasi yang memberikan jaminan
keselamatan dan Kesehatan yang bersifat fisik dan psikis; 3) Menarik kondisi dinamis yang membutuhkan minat untuk mengembangkan potensi anak; 4) Aktif, dengan adanya partisipasi yang ditunjukkan oleh anak, penddidikan dan tenaga pendidik serta masyarakat; 5) Hak anak, terjaminnya pemenuhan hak hidup, umbuh kembang, perlindungan, dan pertisipasi dalam lingkungan Pendidikan atau sekolah; 6) Asah, asih, asuh
Merupakan satuan Pendidikan yang efektif bagi peserta didik dalam mencari ilmu, saling memberikan kasih sayang dan mengasuh anak sebagai generasi penerus bangsa; 7) Nyaman, merupakan suasan yang membuat anak menjadi kerasan atau betah dalam melakukan kegiatan; 8) Aspiratif, merupakan satuan pendidkan sebagai Lembaga selalu menmpung dan menggali masukan baik dari anak, pendidik, tenaga kependidikan danmasyarakat; 9) komunikatif atau adanya jalinan aktif anata anak, pendidik tenaga kependidikan dan masyarakat untuk menciptakan suasana transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Suatu Lembaga pedidikan harus mempertimbangkan bagian-bagian dari indicator pendidkan ramah nak tersebut. Sekolah yang belum memperhatikan hak- hak anak sebagaimana yang telah disebutkan belum bisa dikatakan berhasil, karena sekolah yang didapatkan berhasil adalah sekolah yang menjamin hak-hak anak dapat terpenuhi dengan baik itu dari segi pembelajaran, karakter, dan segi sarana dan prasarana yang menjamin keselmatan, Kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Dari segi pembelajaran yang ramah anak menurut Kristanto dkk (2011:45) sebagai berikut: 1) Proses Pembelajaran: dilakukan dengan cara yang menyenangkan, inklusif, penuh kasih sayang dan bebas dari perlakuan diskriminasi terhadap peserta didik baik di dalam dan di luar kelas, memberikan gambaran yang adil, akurat, dan informatif mengenai masyarakat dan budaya local memperhatikan prinsip -prinsip hak anak; 2) Mengembangkan minat, bakat, dan inovasi serta kreativitas peserta didik melalui kegiatan esktrakurikuler secara individu maupun kelompok; 3) Peserta didik terlibat dalam kegiatan bermain, berolahraga dan beristirahat; 4) Memotivasi dan memberikan kesempatan peserta didik untuk menyelenggarakan, mengikuti, dan mengapresiasi kegiatan seni budaya; 5) Menerapkan kebiasaan untuk peduli dan berbudaya lingkungan hidup serta pengurangan resiko bencana dalam pembelajaran; 6) Menumbuhkan
wawasan dan rasa kebangsaan pada peserta didik. Selain itu seolah harus menerapkan penilaian pembelajaran tanpa membandingkan satu peserta didik dengan peserta didik yang lain, dan bahan Ajar yang aman dan bebas dari unsur pornografi, kekerasan, dan radikalisme serta SARA.
Dari segi karakter dapat dilihat dari sikap yang ditunjukan guru dalam memberikan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas seperti kegiatan yang dilakukan setiap hari untuk membentuk karakter siswa yang baik, cara menyelesaikan masalah dengan benar, cara berperilaku yang baik dan sopan, dan bersikap tertib dan disiplin. Semua sikap tersebut harus terlebih dahulu dilakukan oleh seorang guru kemudian diajarkan ke anak karena semua tindakan yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu seorang guru harus lebih bersikap sopan, santun, penuh kasih saying, perhatian, dan ramah. Dari segi sarana dan prasarana sekolah dapat menyediakan untuk mendukung proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang ramah menurut Kristanto dkk (2011:45) sebagai berikut: Persyaratan Keselamatan : (1) struktur bangunan sekolah dengan struktur yang kuat, kokoh, dan tahan gempa; (2) bangunan sekolah memenuhi persyaratan instalasi listrik yang aman. Persyaratan Kesehatan; (1) bangunan sekolah memiliki ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan; (2) bangunan sekolah menggunakan pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat; (3) bangunan sekolah memiliki air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan dan mengalir lancar; (4) bangunan sekolah memiliki sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor yang berfungsi dengan baik dan tidak mencemari lingkungan sekitar; (5) tersedia tempat pembuangan sampah terpilah dan tertutup; (6) bangunan sekolah menggunakan bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Kemudian persyaratan kenyamanan; (1) temperatur dan kelembaban ruang kelas nyaman untuk kegiatan belajar mengajar; (2) ruang -ruang pada bangunan 12 sekolah terutama ruang kelas terhindar dari gangguan silau dan pantulan sinar;
(3) ruang-ruang pada bangunan sekolah terutama ruang kelas terhindar dari kebisingan ; (4) Pencahayaan dalam kelas yang cukup; (5) struktur bangunan tidak memiliki sudut yang tajam dan kasar; (6) perabot tidak memiliki sudut yang
tajam dan membahayakan pengguna. Persyaratan Kemudahan; (1) tersedia toilet dengan jumlah unit menyesuaikan jumlah murid, yang terpisah antara toilet laki - laki dan perempuan; (2) kondisi toilet bersih, lantai tidak licin, memiliki pencahayaan dan penghawaan yang baik dan sarana pelengkap yang lain seperti perangkat kebersihan ; (3) pemisahan jarak akses pintu masuk antara toilet bagi murid laki - laki dan perempuan; (4) perabot toilet menggunakan ukuran yang sesuai dengan pengguna; (5) tersedia ruang ibadah; (6) ruang UKS; (7) Sekolah memiliki lapangan olahraga yang bisa diakses oleh seluruh anak; (8) Sekolah memiliki ruang perpustakaan; (9) Sekolah harus memiliki kantin; (10) Sekolah menyediakan fasilitas untuk media ekspresi anak, seperti madding.Keenam indikator di atas yang mendukung berjalan atau tidaknya pendidikan ramah anak di sekolah.Untuk memberdayakan potensi anak di satuan lembaga pendidikan tentunya harus memprogramkan segala sesuatunya yang menyebabkan potensi anak yang bisa tumbuh dan berkembang, berpartisipasi dan terlindungi dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Selain itu harus menciptakan program sekolah yang memadai, sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang kondusif dan edukatif.
b. Tujuan pendidikan ramah anak
Tujuan pendidikan ramah anak ialah mewujudkan satuan lembaga pendidikan yang dapat menjamin dan memenuhi hak-hak dan perlindungan anak Indonesia, 13 hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional, UUD 45, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan prinsip-prinsip perlindungan anak (Sholeh dkk,2016:6). Pendidikan ramah anak bertujuan untuk membangun lingkungan belajar dimana anak termotivasi dan mampu untuk belajar (UNICEF,2010:2). Kemudian Muntari dkk (2010:4) menyatakan bahwa pendidikan ramah anak bertujuan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang mendorong anak tumbuh dan berkembang dengan aman, layak, dan menyenangkan untuk mendapatkan hak atas pendidikan dan lingkungan yang baik.
Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memastikan terlaksananya tujuan pendidikan ramah anak di satuan pendidikan, maka harus memiliki prinsip-prinsip perlindungan anak, yakni; tanpa kekerasan, tanpa diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, dan hak tumbuh dan berkembang, serta penghargaan terhadap pendapat anak, yang dapat diintegrasikan ke dalam bidang-bidang implementasi, yakni; kebijaakan, kurikulum, manajemen, dan peraturann sekolah, sarana, prasarana, dan lingkungan, serta relasi sehari-hari antara pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan yaitu masyarakat.
c. Bentuk-bentuk partisipasi pendidikan ramah anak.
Menurut Sholeh dkk (2016:9) ada tujuh (7) tingkatan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pendidikan ramah anak (dirinci dari tingkat partisipasi terendah ke tinggi, yaitu: 1) Partisipasi dalam pelayanan.
Orangtua/masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah, misalnya orangtua ikut membantu sekolah ketika ada study tour, pramuka, kegiatan keagamaan, dan sebagainya; 2) Partisipasi 14 sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta orangtua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, Partisipasi dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Pada tingkatan ini masyarrakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak-anak mereka; 3) Partisipasi dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada PSM (Peran Serta Masyarakat) jenis ini masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga; Selanjutnya, yang ke 4) Partisipasi secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orangtua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orangtua menerima keputusan iu dengan mematuhinya; 5) Partisipasi melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orangtua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya; 6) partisipasi masalah gender, gizi dan sebagainya.
misalnya, berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya, menjadi narasumber, guru bantu, dan sebagainya;
7) Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Orangtua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan ikut
dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).
d. Pengembangan Pendidikan Ramah Anak Penyelenggaraan
Proses pendidikan dan pembelajran secara sistematis dan berkesinambungan.
Para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah diharapkan 15 menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang mampu memfasilitasi peserta didik berperilaku terpelajar. Perilaku terpelajar ditampilkan dalam bentuk pencapaian prestasi akademik, menunjukan perilaku yang beretika dan berakhlak mulia, memiliki motivasi belajar yang tinggi, kreatif, disiplin, bertanggung jawab, serta menunjukan karakter diri sebagai warga masyarakat, warga negara dan bangsa (Sholeh dkk,2016:11).
Dinas Pendidikan Jawa Tengah (dalam Muntari,2013:21) menjelaskan bahwa satuan lembaga pendidikan harus dapat menciptakan suasana yang kondusif agar anak didik merasa nyaman dan dapat mengekspresikan potensinya. Agar tercipta suasana kondusif tersebut, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, terutama perencanaan program sekolah yang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Anak tidak harus dipaksakan melakukan sesuatu, tetapi dengan program tersebut anak secara otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya. Faktor penting yang perlu diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif anak terhadap barbagai kegiatan yang diprogramkan, namun sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu, aspek sarana- prasarana yang memadai juga harus diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran anak didik. Menurut Munawarah (2009:36) sarana- prasarana tidak harus mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan anak. Adanya zona aman dan selamat ke sekolah, adanya kawasan bebas reklame rokok, pendidikan inklusif juga merupakan faktor yang diperhatikan sekolah. Penataan lingkungan sekolah dan kelas yang menarik, memikat, mengesankan, pola pengasuhan, dan pendekatan individual sehingga sekolah menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan. Selanjutnya 16 tersedianya forum anak, ketersediaan pusat-pusat informasi layak anak, ketersediaan fasilitas kreatif dan rekreatif pada anak, ketersediaan kotak saran kelas dan sekolah, ketersediaan papan pengumuman, ketersediaan majalah atau koran anak.
Sekolah hendaknya memungkinkan anak untuk melakukan sesuatu yang meliputi hak untuk mengungkapkan pandangan dan perasaannya terhadap situasi yang memiliki dampak pada dirinya. Satuan lembaga pendidikan yang ramah anak merupakan institusi yang mengenal dan menghargai hak anak (untuk memperoleh pendidikan, kesehatan, kesempatan bermain, dan bersenang-senang) melindungi dari kekerasan dan pelecehan, dapat mengungkapkan pandangan secara bebas, dan berperan serta dalam mengambil keputusan sesuai dengan kapasitas mereka. Lembaga pendidikan yang ramah anak juga harus menanamkan tanggung jawab untuk menghormati hak-hak orang lain, kemajemukan dan menyelesaikan masalah perbedaan tanpa melakukan kekerasan (Sholeh dkk,2016:13). Sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa dengan adanya berbagai pendapat mengenai penggembangan pendidikan ramah anak diatas maka dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan karakter maupun minat dan bakat anak didik secara teratur dan terarah, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengarahkan pola pikir peserta didik sejak dini demi mengasah ide maupun kreatifitas dan inovasi dalam berkarya di dunia pendidikan, adapun hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan karakter anak yakni hal-hal penunjang seperti sarana dan prasarana baik kesehatan, keamanan, metode pembelajaran dan lain sebagainya. Hal utama yang perlu dihindari dalam dunia pendidikan saat ini ialah diskriminasi dan pelecehan terhadap anak dibawah umur yang dapat mempengaruhi sikologis anak. Masalah tersebut akan berdampak pada krisisnya kaum generasi, sehinga kehadiran satuan lembaga pendidikan sangat diperlukan guna untuk melindungi dan menjaga kaum anak didik sebagai penerus bangsa.
Adapun hal penting yang perlu diketahui ialah pengembangan tidak hanya dilakukan dalam lingkungan sekolah akan tetapi dalam lingkungan keluarga orangtua juga mesti memperhatikan hal-hal positif yang akan berdampak pada penggembangan anak baik karakter, pola pikir, maupun inovasi.
2. Kegiatan untuk mencapai sekolah ramah anak
Prinsip sekolah ramah anak adalah menjadikan peserta didik (siswa) sebagai subjek utama dalam proses pendidikan di sekolah. Semua konsep dan desain sekolah baik bersifat fisik maupun non fisik telah dirancang untuk memenuhi hak- hak anak sebagai pribadi yang harus didik dengan perasaan dan budi pekerti yang baik.
a. Penataan fisik sekolah
Keadaan fisik sekolah berpengaruh besar terhadap perkembangan siswa.
Sekolah yang ideal harus memiliki infrastruktur dan sarana yang memadai, sebagai syarat standar pelayanan minimal, seperti:
1) Penataan ruang belajar.
Ruang belajar harus dibuat senyaman mungkin. Usahakan siswa belajar di sekolah tidak hanya duduk tenang di bangku, mendengarkan penjelasan guru, lalu mengerjakan tugas. Usahakan siswa senang dan minat siswa tertarik untuk belajar dengan cara membiarkan mereka belajar atau mengerjakan segala sesuatu di lantai atau di tempat lainnya. Hal ini dapat mengurangi kejenuhan dan mengendurkan otot-otot yang tegang. Mengingat kemampuan konsentrasi anak terbatas, yaitu kira-kira 1 menit x usianya, maka siswa jangan dipancang pada satu tempat saja.
2) Penataan ruang bermain.
Hal lain yang tak kalah penting adalah ruang bermain baik indoor maupun outdoor tetap memperhatikan keleluasaan siswa, mudah bergerak atau berpindah, tidak berjubal 25 (berdesakan). Mainan atau bahan ajar disimpan/diletakkan di tempat yang dapat dijangkau siswa. Untuk area bermain outdoor sebaiknya lebih memperhatikan keselamatan. Sebaiknya halaman tempat bermain tidak dibuat keras atau lebih baik ditanami untuk menghindari benturan yang fatal.
3) Penataan kantin sehat.
Ditata sedemikian rupa sehingga tempat makan terasa nyaman, bersih, dan makanan yang disajikan higienis.
b. Penataan psikis sekolah
Dalam kegiatan penataan psikis sekolah, perlu dilakukan partisipasi siswa dalam :
1) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha kegatan sekolah, Sekolah Adiwiyata, Sekolah Aman Bencana, Rute Aman Selamat Sekolah, dan lainnya sebagai komponen penting dalam perencanaan pengembangan Sekolah Ramah.
2) Kebijakan dan tata tertib
a) Peraturan tata tertib disusun dengan melibatkan siswa, perwakilan orang tua di luar pengurus komite sekolah dan komite sekolah, ditandatangani Bersama
b) Memastikan ragam aktivitas siswa secara individu maupun kelompok dalam menggiatkan gerakan siswa bersatu mewujudkan sekolah ramah terintegrasi ke dalam rencana anggaran dan kegiatan sekolah.
c. Model pembelajaran sekolaah ramah anak
Terdapat banyak model pembelajaran di Indonesia. Diantaranya adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang telah di kembangkan di Indonesia, dan berkembang menjadi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pendekatan ini lebih menekankan pada cara belajar siswa mandiri. Cara belajar yang menyenangkan (Joyful Learning) merupakan ciri utama yang digunakan model pembelajaran ini karena dapat memotivasi siswa. Model pembelajaran yang kontekstual ini memiliki 4 prinsip utama. Pertama adalah Interactional Process. Prinsip ini menekankan pada interaksi aktif siswa dengan teman, guru, dan lingkungan.
Kedua adalah Communication Process; siswa mengkomunikasikan pengalaman belajarnya dengan guru dan teman mereka. Ketiga adalah Reflection process ; siswa mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan. Ke empat adalah Exploration process; siswa secara langsung melakukan kegiatan seperti Observasi, Demonstrasi, Experimen, dan Interview.
a) CFTM
Child Friendly Teaching Model (CFTM) adalah model pembelajaran yang berbasis 3P (Provisi, Proteksi, dan Partisipasi).
Provisi adalah ketersediaan kebutuhan anak seperti cinta atau kasih sayang, makanan, kesehatan, pendidikan, dan rekreasi. Cinta dan kasih- sayang kebutuhan dasar anak sangat penting untuk dikembangkan dalam kehidupan di sekolah. Hubungan kasih sayang yang tulus dan hangat antara guru dan anak dapat menghilangkan rasa takut. Rasa takut yang tumbuh dalam diri anak hanya akan menghalangi kebebasan anak berekspresi, berpendapat, bertanya, menjawab dan apalagi menyela.
Kebebasan ini yang sebenarnya harus kita tumbuhkembangkan untuk terciptanya siswa aktif (bukan siswa banyak aktivitas).
Provisi adalah ketersediaannya kebutuhan anak seperti cinta/
kasih sayang, makanan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi. Proteksi berarti perlindungan terhadap anak dari ancaman, diskriminasi, hukuman, salah perlakuan dan segala bentuk pelecehan serta kebijakan yang kurang tepat. Prinsip terakhir ialah partisipasi yang merupakan hak untuk bertindak yang digunakan siswa untuk mengungkapkan kebebasan pendapat, bertanya, berargumentasi, berperan aktif di kelas dan di sekolah.
Proteksi adalah perlindungan terhadap anak dari ancaman, diskriminasi, hukuman, salah perlakuan, dan segala bentuk pelecehan serta kebijakan yang kurang tepat (sebagaimana yang dijamin oleh Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak, November 1989).
Partisipasi adalah hak untuk bertindak yang digunakan siswa untuk mengungkapkan kebebasan berpendapat, bertanya, berargumentasi, berperan aktif di kelas dan di sekolah. Dalam partisipasi ini, didapati perbedaan konsep ‘siswa aktif’ dalam model pendidikan kita yang berawal dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) hingga PAKEM/PAIKEM. CBSA/PAKEM/PAIKEM lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam melakukan tugas pembelajaran, tetapi Child Friendly Teaching Model yang berbasis 3P yaitu provisi, proteksi,
partisipasi lebih melihat pada peran siswa aktif dalam berekspresi, bertanya, menjawab, berargumentasi, bahkan siswa diperkenankan untuk menginterupsi guru yang sedang menjelaskan.
3. Peran guru
Peran guru meliputi pengajaran atau sebagai pengajar, sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, serta peran guru sebagai pemimpin. Ketiga peran itu dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi tidak boleh ada satupun yang terabaikan, karena semuanya fungsional dan saling berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang tidak bisa terpisahkan.
a) Peran guru sebagai pengajar
Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Peran guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan
b) Peran guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan
Sebagai pembimbing, guru lebih suka mendapat kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar- mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga peserta didik dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada oranglain dengan tenaganya sendiri.
c) Peran guru sebagai administrasi
Sebagai administrasi, guru bertugas mengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar. Adapun yang menjadi konsekuensi pengelolaan kelas yang baik adalah meningkatnya prestasi guru dan meningkatnya efektifitas dari situasi belajar mengajar.
d) Peran guru sebagai fasilitator
Guru menyediakan kemudahan-kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
e) Peran guru sebagai penyedia lingkungan
Dimana guru berupaya untuk menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar.
f) Peran guru sebagai model
Guru mampu memberikan contoh yang baik kepada siswanya agar siswa berperilaku yang baik.
g) Peran guru sebagai evaluator
Guru sebagai sosok yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa.
h) Peran guru sebagai innovator
Guru turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaharuan kepada masyarakat.
i) Peran guru sebagai motivator
Guru meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
j) Peran guru sebagai agen kognitif
Guru yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan masyarakat.
Dari beberapa peran guru yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru atau pendidik memiliki peran penting sebagai seorang pendidik bagi peserta didik maupun masyarakat sekitar.
B. Kajian penelitian yang relevan
Tabel 2.1 Penelitian yang relevan
No.NO. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan &
Perbedaan 1.
1. Irmayani H A R Tokan (2008)
Implementaasi sekolah ramah anak di SD Inperes Liliba Kota Kupang
Ha
hasil penelitian di SD Inperes mengggunakan model
pembelajran PAKEM
P
erppersamaan : Penelitian ini dibatasi hanya untuk jenjang SD saja
Perbedaan : penlitian yang dilakukan untuk mengetahui model
pembelajaran yang tepat tetang program sekolah ramah anak, sedangkan yang saya teliti tentang
peran guru
terhadap implementasi program sekolah ramah anak
2.12. Yuliasih Karlina D.S (2008)
Implementasi sekolah ramah anak di SD Putren Pleret Bantul
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Implmentasi program sekolah ramah anak menggunakan model
pembelajaran PAKEM dan menanamkan nilai-nilai kehidupan universal.
Perpersamaan : Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif Perbedaan : penelitian
digunakan untuk mengetahui
dampak dari program sekolah ramah anak
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan dan Perbedaan 3. Ranti eka utari
(2016)
Implmentasi sekolah ramah anak di
SMPN 1
Tempuran Kab.
Magelang
H hasil penelitian menunjukkan pendekatan yang bisa digunakan untuk program sekolah ramah anak di SMPN 1 Tempuran
P persamaan : membahas
tentang factor pendukung dan penghambat di implementasi program sekolah ramah anak Perperbedaan :
penelitian ini dilakukan di SMP 4. Sarianti manur
(2017)
Ananalisis Pendidikan ramah anak bagi penguatan
Pendidikan karakter siswa kelas 5 di SDN Purwantoro 2 Malang
Hahasil penelitian menujukkan bahwa program seklah ramah anak dengan kondisi yang baik dapat
mempengaruhi kenyaman belajar siswa pada saat kegiatan belajar mengajar
Perpersamaan : penellitian ini dibatasi hanya dilakukan di lingkup Sekolah Dasar saja
Perperbedaan : Penelitian yang dilakukan lebih terfokus pada 1 kelas saja .
C. Kerangka pikir
SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang
Kondisi Ideal
1. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2013 pasal 1 : “Pemenuhan hak Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik pada usia anak secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
2. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 4 tentang perlindungan anak :
Menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajr sesuai harkat dan martabat kemanusiaanserta mendapat perlindungan dari diskriminasi
Kondisi Lapangan
1. Pelaksanaan program sekolah ramah anak di SDN Tunungsekar 1 Kota Malang
2. SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang telah menerapkan sekolah ramah anak sejak
3. SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang Menerapkan program sekolah ramah nak terlihat dari kondisi sekolah.
Fokus Masalah
1. Pelaksanaan program sekolah ramah anak
2. Factor yang menghambat implementasi program sekolah ramah anak di SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang
3. Faktor yang memepengaruhi implementasi keberlangsungan program sekolah ramah anak di SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai kepala sekolah, guru, dan beberapa peserta didik di SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang. Menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan instrumen pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pelaksanaan program sekolah ramah anak di SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang
2. Mengetahui implementasi program ramah anak di SDN Tunjungsekar 1 Kota Malang
3. Mengetahui factor yang mendukung implementasi program sekolah ramah anak