SKRIPSI
Oleh RIDWAN Z NIM. 121000268
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN
PRODUKSI PT MULTIMAS NABATI ASAHAN TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesahatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIDWAN Z NIM. 121000268
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 13 Agustus 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.
Anggota : 1. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes.
2. Arfah Mardiana Lubis S.Psi., M.Psi.
yang berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman pada Pekerja Bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018”, beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya keilmuan saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Agustus 2019
Ridwan Z
Abstrak
Tindakan tidak aman adalah tindakan yang dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Penelitian ini menggunakan variabel dari teori Geller sebagai analisis tindakan tidak aman. Faktor yang diteliti yaitu pengetahuan, sikap, pengawasan, pelatihan dan peraturan. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, besar sampel diambil dengan cara total sampling yaitu sebanyak 50 orang.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang tidak berhubungan dan berhubungan yaitu faktor yang tidak berhubungan (pengetahuan, pengawasan dan peraturan) dan faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman yaitu sikap dengan nilai p value = 0,010 dan pelatihan dengan nilai p value = 0.000. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk meningkatkan kesadaran tenaga kerja untuk bersikap patuh terhadap pekerjaan yang dilakukan melalui pengawasan rutin saat bekerja dan meningkatkan safety tenaga kerja dengan memberikan rangsangan berupa sanksi dan penghargaan kepada pekerja.
Kata kunci: Tindakan tidak aman, sikap, pelatihan
analysis of unsafe actions. The factors studied were knowledge, attitude, supervision, training and regulations. This type of research is an analytical survey research that aims to determine the factors associated with unsafe actions on the production division workers of PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.
This research was conducted using a cross sectional study design, the sample size was taken by total sampling, as many as 50 people. Data analysis method used was univariate and bivariate analysis using the chi-square test. The results showed that there were several unrelated and related factors, namely unrelated factors (knowledge, supervision, and regulations) and factors related to unsafe actions, namely attitudes with p value = 0.010 and training with p value = 0.000.
Based on this research it is recommended to increase labor awareness to be obedient to work carried out through routine supervision while working and to improve labor safety by providing stimuli in the form of sanctions and rewards to workers.
Keywords: Unsafe actions, attitude, training
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman pada Pekerja bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan 2018”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Halinda Sari Lubis M.K.K.K dan Eka Lestari Mahyuni S.K.M., M.Kes., selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari pengajuan judul hingga penulisan skripsi ini selesai.
5. Ir. Kalsum, M.Kes., dan Arfah Mardiana Lubis S.Psi.,M.Psi., selaku Komisi Penguji yang telah bersedia menguji dan mengarahkan guna penyempurnaan skripsi ini.
6. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat atas ilmunya yang telah diberikan.
bagian Produksi
9. Petugas K3 bagian produksi dan EHS PT Multimas Nabati Asahan yang telah banyak membantu peneliti dalam mengumpulkan data ataupun informasi terkait dengan penelitian serta pihak manajemen lainnya yang telah membantu dalam kegiatan penelitian ini.
10. Secara khusus kepada orang tua, Zulkifli.Y dan Nurmawati atas do’a, perhatian, semangat, waktu dan dukungan moral dan materil yang telah diberikan secara ikhlas.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Agustus 2019
Ridwan Z
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan ii
Halaman Penetapan Tim Penguji iii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iv
Abstrak v
Abstract vi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 6
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 7
Kecelakaan Kerja 7
Klasifikasi Kecelakaan Kerja 10
Tindakan Tidak Aman 14
Jenis-jenis tindakan tidak aman 15
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Unsafe Action 16
Pengetahuan 19
Pengawasan 20
Sikap 21
Pelatihan 22
Peraturan 22
Kerangka Konsep 23
Hipotesa 23
Metode Penelitian 25
Jenis Penelitian 25
Lokasi Penelitian 25
Waktu Penelitian 25
Populasi Penelitian 25
Sampel Penelitian 26
Variabel dan Defenisi Operasional 26
Gambaran Umum Perusahaan 32
Sejarah PT Multimas Nabati Asahan 32
Visi dan misi PT Multimas Nabati Asahan 33
Nilai-nilai inti 34
Proses kerja PT Multimas Nabati Asahan 34
Distribusi Karakteristik pekerja pada bagian produksi PT MNA
Tahun 2018 35
Distribusi Faktor Internal pekerja bagian produksi PT MNA
Tahun 2018 37
Distribusi pengetahuan kerja 37
Distribusi sikap pekerja 37
Distribusi Faktor Eksternal pekerja bagian produksi PT MNA
Tahun 2018 38
Distribusi pengawasan 38
Distribusi pelatihan 38
Distribusi peraturan 39
Distribusi Tindakan Tidak Aman 39
Hubungan Faktor Internal dengan Tindakan Tidak Aman 39 Hubungan pengetahuan dengan tindakan tidak aman pada pekerja
bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 39 Hubungan sikap dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian
produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 40 Hubungan Faktor Eksternal dengan Tindakan Tidak Aman 41
Hubungan pengawasan dengan tindakan tidak aman pada pekerja
bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 42 Hubungan pelatihan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 42 Hubungan peraturan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 42
Pembahasan 45
Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja
Bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 45 Hubungan Sikap dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Bagian
Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 46 Hubungan Pengawasan dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja
Bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 47 Hubungan Pelatihan dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja
Bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 48 Hubungan Peraturan dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja
Bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 48
Keterbatasan penelitian 50
Kesimpulan dan Saran 51
Kesimpulan 51
Saran 51
Daftar Pustaka 52
Lampiran 54
1 Distribusi Umur Pekerja Bagian Produksi PT MNA 36 2 Distribusi Pendidikan Pekerja Bagian Produksi PT MNA 36 3 Distribusi Masa Kerja Pekerja Bagian Produksi PT MNA 37 4 Distribusi Pengetahuan Pekerja Bagian Produksi PT MNA 37 5 Distribusi Sikap Pekerja Bagian Produksi PT MNA 37 6 Distribusi Pengawasan Pekerja pada Bagian Produksi PT MNA 38 7 Distribusi Pelatihan Pekerja pada Bagian Produksi PT MNA 38 8 Distribusi Peraturan Pekerja pada Bagian Produksi PT MNA 39 9 Distribusi Tindakan Tidak Aman Pekerja pada Bagian Produksi PT MNA 39 10 Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan tidak Aman 40 11 Distribusi Hubungan Sikap dengan Tindakan tidak Aman 40 12 Distribusi Hubungan pengawasan dengan Tindakan tidak Aman 41 13 Distribusi Hubungan pelatihan dengan Tindakan tidak Aman 42 14 Distribusi Hubungan Peraturan dengan Tindakan tidak Aman 43 15 Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Tidak Aman
pada Pekerja Bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan 43 16 Hubungan Pengawasan, Pelatihan dan Peraturan dengan Tindakan
Tidak Aman pada Pekerja Bagian Produksi PT Multimas Nabati 44 Asahan
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Safety triad 18
2 Bagan kerangka konsep 23
1. Kuesioner Penelitian 54
2. Master Data 58
3. Hasil Univariat dan Bivariat 71
4. Dokumentasi Penelitian 79
5 Surat Izin Penelitian 80
6. Surat Pernyataan Selesai Penelitian 81
Daftar Istilah
CPO Crude Palm Oil FFA Free Fatty Acid
K3 Keselamatan Kesehatan Kerja PKS Pabrik Kelapa Sawit
PK Plant Palm Kernel Plant
PT MNA PT Multimas Nabati Asahan
29 Mei 1994 dari pasangan Ayah Zulkifli.Y yang bersuku Melayu dan Ibu Nurmawati yang bersuku Minang dan menganut agama Islam. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2000 di SD Negeri 010 Dumai tamat Tahun 2006, dilanjutkan ke SMP Negeri 4 Dumai tamat Tahun 2009, kemudian dilanjutkan ke SMA Budhi Dharma Dumai tamat Tahun 2012.
Penulis melanjukan pendidikan sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Tahun 2012 kemudian mengambil peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan tamat pada Tahun 2019.
Medan, Agustus 2019
Ridwan Z
Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam aspek pengawasan ketanagakerjaan mempunyai hal yang kurang menguntungkan dimana situasi global pada keseimbangan industri di Indonesia sangat kurang. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja adalah aspek pengawasan ketenagakerjaan dan lingkupannya menjadikan hak utama bagi setiap tenaga kerja yang lingkupannya telah berubah hingga mencapai secara nasional, oleh karena itu pelaksanaan K3 dilakukan sesuai aturan wajib dilakukan (Depnakertrans RI, 2009).
Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak diinginkan juga seringkali tidak dapat diduga sehingga mengakibatkan dampak kerugian waktu, kekayaan harta benda, dan korban jiwa yang terjadi pada pekerja dalam langkah kerja di perindustrian ataupun yang berkaitan (Tarwaka, 2008).
Dampak peristiwa kecelakaan tidak mungkin akan terjadi jika tidak ada penyebab dari suatu aspek yang bisa saling berkaitan dari semua faktor yang sebelumnya (ILO : 1989). Beberapa faktor dapat mempengaruhi pekerja yang tidak aman yaitu situasi kerja yang tidak aman, berkerja pada tempat dengan temperatur panas, langkah aturan kerja yang tidak benar, dan tidak memakai alat pelindung diri. Adanya kelemahan dari 3 faktor utama sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja yaitu; peralatan utama dalam tempat kerja, lingkupan area kerja, dan pekerjaan yang terkait (Syaaf, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Internasional Labour Organization dalam Suma’mur (1996) menyatakan rata-rata per-hari terdapat enam ribu jiwa meninggal yaitu, 1 jiwa setiap 15 menit sehingga dalam per tahun 2,2 juta jiwa
akibat kerja dan penyakit yang berhubungan pada pekerjaan. Kesimpulan lebih lanjut pekerja wanita 1 banding 2 dengan pekerja pria yang meninggal lebih banyak, hal ini dikarenakan pekerja pria lebih banyak yang riskan terkena bahaya.
350.000 jiwa pekerja meninggal dari seluruh kecelakaan pada tempat kerja, sisanya meninggal terkena zat kimia dan penyakit yang diakibatkan akibat kerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi biasanya diakibatkan oleh beberapa hal yakni tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang dikatakan Heinrich (1980) dalam Suma’mur (1987). Berdasarkan perkiraan Heinrich (1980) bahwa 85%
pekerja terjadinya kecelakaan kerja karena kesertaan dari tindakan kerja yang unsafe. Berdasarkan hal tersebut unsur yang memegang peranan utama dalam terjadinya kecelakaan adalah unsafe action.
Berdasarkan konsep perilaku dari Notoadmodjo (2003) dalam Bancin (2017) beberapa aspek yang menyebabkan tindakan tidak aman adalah faktor dalam dan faktor luar. Sifat genetika merupakan karakteristik pekerja yang berkaitan merupakan bagian dari faktor dalam misalnya pengetahuan, jenis kelamin, sifat fisik, motivasi. Sedangkan faktor luar merupakan lingkungan pekerja baik fisikal, ekonomi, politik, dan kebudayaan sosial pekerja.
Menurut Geller dalam Halimah (2010) menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi perilaku adalah sikap, nilai, persepsi, pemikiran, perasaan, keyakinan, dan personality, sedangkan faktor luar meliputi pengawasan, active training, compliance with regulation, sedangkan Green dalam Halimah (2010) membedakan faktor-faktor yang dapat membentuk perilaku menjadi 3 faktor antara lain aspek yang memudahkan perilaku dapat terjadi yaitu faktor pendorong
3
yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan persepsi. Faktor pemungkin yaitu peristiwa yang menyediakan seseorang untuk berperilaku ditandainya dengan menyiapkan sarana dan prasarana sedangkan faktor penguat merupakan hal yang dapat mendukung untuk terjadinya perilaku pekerja. Hal ini diwujudkan dalam pengawasan dan peraturan yang mendukung.
Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Dwi Pratiwi pada pekerja proyek pembangunan GOR Boker Ciracas Tahun 2009 dari 72 orang pekerja diperoleh tingkat perilaku tidak aman 48,6 % pekerja yang berperilaku unsafe tinggi dan 51,4 % pekerja berperilaku unsafe rendah.
Menurut penelitian Bancin di PT Kharisma Cakranusa Rubber Industry (2017) hubungan faktor kelelahan kerja terhadap tindakan tidak aman berhubungan nilai p-value sebesar 0,033 dan koefisien korelasinya sebesar 0,389.
sedangkan menurut penelitian Delfianda (2012) survei faktor tindakan tidak aman pekerja kontruksi PT Waskita Karya dari 93 responden ketersediaan fasilitas 38,7% merasa sudah tersedia fasilitas 61,3% merasa belum tersedia fasilitas, pengawasan 45,2% merasakan sudah mendapatkan pengawasan yang baik 54,8 merasa belum mendapatkan pengawasan yang baik dan berperilaku tidak aman 58,1 melakukan tindakan aman dan 41,9 melakukan tindakan tidak aman.
Berdasarkan hasil penelitian Karyani yang dikutip oleh Halimah (2010) faktor yang paling mempengaruhi pada perilaku aman yang diteliti oleh Karyani yang dikutip oleh Halimah (2010) dari 113 pekerja di Schlumberger Indonesia Tahun 2005 data yang diperoleh oleh supervior sebanyak 51 (45,13%) peran pengawasan kurang baik terhadap perilaku kerja sedangkan dibandingkan dengan
pengawasan yang baik (8,85%). Berdasarkan perhitungan odds ratio didapatkan peran pengawasan yang kurang baik cenderung 9,633 kali mendorong pekerja bertindak tidak aman dari pada peran pengawasan yang baik (95% CI 3,970-) dan responden yang kesulitan dalam mendapatkan alat pelindung diri berjumlah 83 orang (63,8%).
Menurut Swastiko (2017) sebagian besar pekerja memiliki pengetahuan bahaya dan risiko yang cukup yaitu sebanyak 30 pekerja 55,6% dan sebanyak 6 pekerja 11,1 % memiliki pengetahuan yang kurang sedangan praktik penggunaan APD pada pekerja paling banyak 33 pekerja (61,1%) tidak lengkap menggunakan APD dengan frekuensi penggunaannya selama 5-7 hari dalam seminggu.
PT Multimas Nabati Asahan adalah bagian dari Wilmar Group yang bergerak di bidang pengolahan minyak kelapa sawit, yaitu terdiri dari berbagai unit yakni penghilangan bau minyak sawit (refined deodorized palm oil), penghilangan bau dan pemucatan olein (refined bleached deodorized olein), destilasi asam lemak sawit (palm fatty acid destilate) dengan kualitas mutu yang sangat tinggi. Bagian produksi terdiri dari beberapa bagian yaitu palm kernel plant, crude palm oil, refinery dan consumer pack. Proses produksi secara garis besar dimulai dari perebusan, pembantingan, pengepresan, pemurnian minyak dan pemisahaan inti sawit.
Memakai sterilizer proses perebusan dilaksanakan yaitu bejana uap tekan untuk merebus tandan buah sawit dengan memakai uap pada tahap selanjutnya pembantingan yaitu bertujuan untuk melepaskan buah dari tandan (bunch).
Proses tahapan selanjutnya pelumatan dan pengepresan. Pelumatan (digesting)
5
bertujuan untuk melumatkan buah sampai hancur dan terpisah dari biji (nut) sedangkan pengepresan (pressing) dimaksudkan untuk menekan daging buah yang hancur sampai minyak keluar.
Minyak sawit dikirim ke crude palm oil untuk cek kandungan minyaknya kemudian dilanjutkan ke refinery untuk proses pemurnian dengan metode memisahkan kandungan air memisahkan free fatty acid (FFA) dari CPO memecahkan zat warna serta menghilangkan bau biji yang terpisah kemudian diolah pada palm kernel plant untuk memperoleh inti sawit. Pada palm kernel plant terdiri dari beberapa bagian yaitu: Operasional mesin press pekerja bertugas menjalankan mesin press, mengoreksi cake mesin, serta merecord kecepatan mesin. stock kontrol niagara filter yaitu proses penyaringan minyak kotor menjadi bersih atau menjernihkan. Maintainaince yaitu proses yang bertugas memperbaiki dan merawat mesin serta fabrikasi. Palm kernel plant merupakan tempat pengolahan minyak inti atau biji sawit serta produk makanan ternak. Proses pengolahan biji inti sawit menghasilkan minyak inti sawit dan limbahnya menjadi olahan untuk produk makanan ternak.
Berdasarkan hasil survei awal dari observasi terhadap pekerja terdapat beberapa kasus pekerja terjatuh dikarenakan licin pada tempat kerja serta pekerja pada proses pengelasan tidak menggunakan welding dan pekerja menggunakan peralatan kerja yang menggunakan kabel penghubung untuk las listrik terkelupas.
Berdasarkan hasil survei, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian agar dapat lebih mengetahui mengenai tindakan tidak aman khususnya pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah melihat apa yang menjadi faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor karakteristik berhubungan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018.
Tujuan khusus. Tujuan Khusus subjek peneliti untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman seperti:
1. Faktor internal yaitu pengetahuan dan sikap.
2. Faktor eksternal yaitu pengawasan, peraturan dan pelatihan.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan untuk pekerja memperhatikan segala aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada saat bekerja khususnya pada bagian proses kerja maintanance.
2. Sebagai bahan referensi untuk peneliti lain yang ingin meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman.
3. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk membuat program K3 supaya dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan baik bagi peningkatan produktivitas pekerja baik aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
Tinjauan Pustaka
Kecelakaan Kerja
Kejadian yang tidak diharapkan yang dapat menyebabkan kerugian pada manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses kerja. Kecelakaan kerja biasa juga didefenisikan sebagai kejadian yang juga tidak diinginakan dan dikehendaki yang bisa menyebabkan terjadinya korban jiwa dan harta benda (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan Permanker RI Nomor 03/MEN/1998 mengenai pemeriksaan kecelakaan dan tata cara pelaporan bahwa yang definisi dari accident yaitu suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki semula yang dapat menimbulkan harta benda dan makhluk hidup.
Accident model. Seperti yang dikutip oleh Winarsunu (2008) beberapa
cara pada penerapan metode keilmuan tentang accident, incident dan dampak kerugiannya.
1. Teori Swiss Chess Model
Dalam teori ini James Reason menyatakan ada 4 tingkatan yang menyebabkan terjadinya kelalaian atau kesalahan manusia meliputi:
a. Tindakan tidak aman adalah tindakan yang dilakukan tetapi tidak mengikuti prosedur kerja yang telah ditentukan.
b. Pra-kondisi unsafe c. Pengawasan yang unsafe d. Pengaruh organisasi
2. Teori Domino Heinrich
Ada lima faktor yang berkaitan dengan kecelakaan dibagi 5 faktor yang saling berkaitan yakni lingkungan kerja, kelalaian kerja, unsafe action, accident, dan injury. Heinrich (1980) mengemukakan kecelakaan terjadi bagaikan seperti rantai yang saling terkait dan berkaitan. Proses terjadinya kecelakaan digambarkan dengan “Domino Sequence” berupa:
a. Fault of person, adalah susunan dari faktor keturunan dan lingkungan yang mengarah ke perbuatan yang tidak benar saat melaksanakan kegiatan.
b. Ancestry and environment, yaitu atas orang yang mempunya sikap tidak benar (contohnya susah diatur) yang dipengaruhi oleh aspek dari lingkungan, genetik, dan pendidikan, menyebabkan pekerja kurang waspada, dan melakukan berbagai macam kesalahan.
c. Unsafe act and mechanical or physical hazards, perbuatan yang menimbulkan bahaya diikuti bahaya mekanik dan fisik lain, mempermudah terbentuknya kejadian selanjutnya.
d. Injury, peristiwa yang menyebabkan terjadinya cedera maupun cacat dan bisa juga merenggut nyawa.
e. Accident, suatu kejadian kecelakaan yang terjadi pada pekerja. Biasanya kejadian ini diikuti dengan berbagai kerugian.
Berdasarkan teori dari domino yang menjadi kunci dalam pencegahan kecelakaan kerja yakni dengan menghapuskan aspek penting.
3. Teori Ferrel
Menurut Teori ini dapat diterangkan beberapa peristiwa kerja yang timbul diakibatkan dari human eror. Beberapa kesalahan manusia antara lain:
9
a. Over berat kerja, summative tanggung jawab dari pekerjaan dan summative beban lingkungan. Faktor dalam yaitu stress dan emosi, sedangkan faktor luar yaitu incorect instruction.
b. Reaksi dalam mengabaikan standar keselamatan dan tidak tepat dalam bekerja.
c. Incorect activity, melakukan tugas tanpa dibekali pengetahuan dan pelatihan.
4. Teori Loss Causation Model
Loss Causation Model berisi tentang tanda mempersingkat pemakainya agar mengerti cara mencari faktor utama dalam mengawasi menyebarnya bencana dan damage pada manajemen. Bird dan Germain (1990) mengungkapkan bahwa loss diakibatkan suatu faktor yang berurutan contohnya yang termasuk dalam Loss Causation Model meliputi:
Lack of control. Pengawasan adalah suatu aspek utama untuk menghindarkan
timbulnya kecelakaan. lack of control disebabkan oleh:
a. Inadequate programme, merupakan efek dari program yang tidak sistematis berkaitan dengan luasnya subjek.
b. Inadequate programme standards, diantaranya tidak lengkapnya standar dan standar tidak mudah dipahami.
c. Inadequate compliance-with standards, diantaranya mengurangi pemenuhan standar adalah akibat yang tiap kali terjadi.
d. Hal utama penyebab kecelakaan ialah personal factor dan job factor.
e. Immediate Causes, yaitu peristiwa yang menimbulkan terjadinya kecelakaan bila berinteraksi dengan adanya bahaya yang mencakup.
5. Teori Kecelakaan Pettersen
Dalam model ini ada dua peluang yang menyebabkan kecelakaan seperti yang dinyatakan dari teori domino, sistem eror atau kesalahan manusia, dampak kecelakaan. Model ini diungkapkan bahwa dari beberapa human eror ada 3 kelompok besar yaitu, berat kerja yang dikerjakan dikarenakan pekerjaan yang rangkap, berlebihan, dan mengambil keputusan yang salah. Berat kerja yang berlebih sedikit mirip seperti Ferrell Model. Perbedaan teori ini terletak pada kelompok ketiga antara lainnya yaitu, pengambilan ketetapan yang keliru, pada kelompok ini para pekerja setiap kali terjadi kesalahan melalui pengambilan keputusan baik tidak sadar atau sadar. Berulang kali pekerja lebih memilih untuk menyelesaikan suatu tugas dengan unsafe karena terlalu mudah, hal ini lebih mudah dipahami dikarenakan kondisi mereka menyelesaikan dengan unsafe dari pada safe.
Pada teori ini diadopsi dari teori Ferell yang diikutkan sistem eror diakibatkan oleh kesalahan manusia. Teori ini dikelompokkan menjadi tiga kategori besar yang mengakibatkan kecelakaan yakni pengambilan keputusan yang salah, ergonomic dan overload.
Klasifikasi kecelakaan kerja
Organisasi perburuhan internasional (ILO, 1980) dalam Tarwaka (2012) accident kerja pada industri dikategorikan menurut letak kejadian kecelakaan, bermacam pekerjaan, penyimpangan dari keadaan normal dan lokasi tubuh yang terluka. Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat dijelaskan bawah ini.
11
1. Klasifikasi berdasarkan mode cidera
a. Terpapar dengan aliran listrik, temperature, bahan B3 (kontak tidak langsung dengan percikan pengelasan, kontak langsung dengan arus listrik kontak dengan pemanasan atau pemabakaran terbuka kontak dengan benda yang sangat dingin kontak B3 melalui sistem pernapasan kulit dan mata serta kontak melewati sistem pernafasan).
b. Masuk pada larutan mengendap dibawah bahan-bahan padat atau solid, terselimuti gas atau partikel udara pencemar dan sejenisnya.
c. Terjatuh , terjerembat kedalam objek yang bergerak dan sejenisnya.
d. Tertabrak atau terbentur oleh objek yang bergerak atau melayang atau oleh objek yang terjatuh, benturan dengan objek tidak bergerak dan sejenisnya.
e. Kontak dengan benda kasar dan tajam seperti kontak dengan paku, pisau, dan benda tajam sejenisnya.
f. Terjerat, terlilit dan sejenisnya.
g. Tergigit oleh binatang dan sejenisnya.
2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
a. Bangunan, area tempat kerja pada lantai yang sama.
b. Bangunan, kontruksi dan area kerja pada ketinggian c. Bangunan, kontruksi dan area kerja pada kedalaman d. Sarana untuk distribusi material seperti pada pemipaan.
e. Mesin-mesin, alat penggerak dan sarana transmisi.
f. Alat-alat tangan tanpa roda penggerak, seperti alat unuk menggergaji, alat untuk memotong, alat untuk memisahkan dan sejenisnya.
g. Alat-alat tangan dengan motor penggerak, seperti alat untuk menggergaji, alat untuk memotong,alat untuk memisahkan alat untuk memaku dan sejenisnya.
h. Peralatan kerja lainnya yang bersifat portable dan mesin-mesin.
i. Mesin-mesin dan peralatan kerja lainnya yang permanen atau bersifat non portable.
j. Sarana kerja untuk memindahkan dan menyimpan material.
k. Sarana alat angkut dan angka seperti alat pengangkutan di perairan, alat pengangkut di udara, fork-lift dan sejenisnya
l. Sarana angkat dan angkut lainnya.
m. Material yang berbahaya
n. Sarana dan peralatan keselamatan kerja seperti: alat pengaman mesin, alat pelindung diri dan sarana keselamatan kerja lainnya.
o. Peralatan kerja perkantoran dan sejenisnya.
p. Organisme makhluk hidup seperti: pohon, tanaman, hewan piaraan dan hewan buas atau sejenisnya.
q. Sampah dalam bak sampah.
3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya a. Cidera dangkal dan luka terbuka
b. Patah tulang
c. Dislokasi terkilir dan keseleo d. Amputasi traumatic
e. Gegar otak dan cidera dalam
f. Luka bakar, korosi, radang dan frostbite.
13
g. Keracunan akut dan infeksi.
h. Jenis injury spesifik lainnya seperti; efek panas, efek radiasi, efek tekanan udara dan tekanan air, efek dari kebisingan dan getaran, efek arus listrik asphisia, hiportemia dan sejenisnya.
4. Klasifikasi menurut lokasi kejadian kecelakaan a. Pada tempat kerja umum.
b. Pada tempat kerja selain tempat kerja umum c. Di jalan saat melaksanakan pekerjaan atau tugas.
d. Di jalan dari rumah ke tempat kerja e. Di jalan dari tempat kerja ke rumah 5. Klasifikasi menurut dampak cidera
a. 1 sampai 3 hari tidak masuk kerja.
b. 4 sampai 7 hari tidak masuk kerja.
c. 8 sampai 14 hari tidak masuk kerja.
d. 15 sampai 21 hari tidak masuk kerja.
e. 22 sampai 1 bulan tidak masuk kerja.
f. 1 sampai 3 bulan tidak masuk kerja g. 3 sampai 6 bulan tidak masuk kerja.
h. 6 sampai 12 bulan tidak masuk kerja.
i. Cidera fatal.
6. Klasifikasi menurut jenis pekerjaan tertentu a. Manual Handling
b. Pergerakan
c. Operating machines d. Transportasi manual.
e. Bekerja dengan Hand tools
f. Bekerja dengan peralatan transportasi.
g. Pekerjaan spesifik lainnya yang belum terklasifikasi.
7. Pembagian menurut letak kelainan atau luka di tubuh a. Anggota atas
b. Anggota bawah c. Badan
d. Kepala e. Leher
f. Berbagai lokasi
g. Tempat lain yang tidak ada dalam klasifikasi tersebut.
Tindakan Tidak Aman
Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang membuat celaka orang bekerja baik diri sendiri dan orang lain yang dapat mengakibatkan kecelakaan (Suma’mur, 1996). Menurut H.W. Henrich (1980) akibat yang ditimbulkan dari unsafe action terdiri dari 2 yaitu:
1. Direct action, akibat yang dialami pekerja setelah melakukan tindakan tidak aman secara langsung misalnya kecelakaan kerja. Kerugiannya antara lain cedera sampai kematian.
2. Undirect action, akibat yang dialami pekerja setelah melakukan tindakan tidak aman secara tidak langsung biasanya dirasakan dalam waktu yang relatif lama,
15
misalnya Penyakit akibat kerja. Kerugiannya antara lain kerusakan organ tubuh yang mengalami penyakit akibat kerja dan kerusakan lingkungan tempat kerja.
Tindakan merupakan bagian dari perilaku, perilaku merupakan suatu perbuatan yang dikerjakan makhluk hidup yang aspek pentingnya diteliti melalui sikap dan tindakan, akan tetapi hal ini tidak dapat dikatakan perilaku dapat diamati dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial yakni dalam bentuk motivasi, pengetahuan dan persepsi (Notoatmodjo, 2003).
Jenis-jenis Tindakan Tidak Aman
Karakteristik unsafe action menurut H.W Heinrich (1928) seperti yang dikutip oleh Dwinanda Bayu (2007) antara lain:
1. Menjalankan peralatan yang bukan haknya.
2. Menjalankan peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai.
3. Memakai peralatan yang tidak sesuai kegunaan.
4. Memakai peralatan yang kurang sesuai dalam prosedur kerja.
5. Kegagalan untuk memperingatkan karyawan lain.
6. Membuat peralatan safety tidak berguna.
7. Kesalahan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD).
8. Menempatkan posisi yang tidak benar
9. Mengangkut barang dalam posisi tidak benar 10. Tidak patuh dalam pekerjaan.
11. Memperbaiki mesin yang sedang berjalan.
12. Melakukan tindakan yang dapat memabukkan.
13. Menggunakan obat terlarang.
Bird dan Germain (1990) menjelaskan beberapa karakterisitik tindakan tidak aman dalam Santoso (2004) antara lain:
1. Peralatan dijalankan tidak sesuai dengan perintah 2. Kesalahan untuk mengingatkan.
3. Kesalahan untuk mengamankan.
4. Menjalankan dengan kecepatan dengan tidak benar.
5. Menggunakan barang safety menjadi tidak dapat berguna lagi.
6. Menjalankan perlengkapan yang tidak dapat digunakan lagi.
7. Menjalankan peralatan secara salah.
8. Tidak mamakai alat pelindung diri . 9. Loading alat bersalahan
10. Penempatan alat dengan sembarangan 11. Pengangkuatan yang tidak benar
12. Menservice machine pada saat sedang berjalan.
13. Posisi yang tidak benar dalam bekerja.
14. Bergurau.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Unsafe Action
Banyak kecelakaan yang setiap kali dikarenakan oleh kesalahan manusia akan tetapi kesalahan manusia tidaklah salah satunya aspek akibat kecelakaan.
Akibat lainnya memiliki sifat laten dan seolah-olah dianggap kesalahan manusia yaitu organization error yakni kesalahan yang diakibatkan oleh kebajikan organisasi (Winarsunu, 2008).
17
Faktor yang mempengaruhi perilaku banyak dinyatakan oleh beberapa ahli, salah satunya Lawrence Green (1980). Green mengklasifikasikan bahwa ada 2 faktor yang menentukan persoalan kesehatan yakni behavioural factors (faktor perilaku) dan non-behavioural factors (faktor non-perilaku). Ada tiga faktor yang menentukan perilaku seseorang yakni:
1. Faktor pendorong adalah aspek yang melatarbelakangi perilaku seseorang diantaranya: pengetahuan, persepsi, sikap, nilai, keyakinan dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin adalah aspek yang menyediakan perilaku. Beberapa enabling factor yaitu sarana dan prasarana atau alat untuk munculnya perilaku
yang safe seperti fasilitas APD dan kaidah yang berlaku.
3. Reinforcing factors (faktor penguat) adalah aspek yang menguatkan terbentuknya perilaku yang terwujud dalam preventif.
Menurut Geller (2001) menjelaskan suatu tujuan untuk meluaskan total budaya keselamatan (Total Safety Culture) yang menjadikan tuntunan yang disebutkan oleh the psychology of safety hanbook. Secara kebiasaannya total safety culture membutuhkan pengamatan yang terus menerus pada ke 3 faktor, yakni (Geller, 2001):
1. Faktor lingkungan (turut serta, equipment, layout fisik, temperatur, peralatan, prosedur dan standar).
2. Faktor orang (turut serta kepercayaan, sikap masyarakat dan kepribadian).
3. Faktor perilaku (turut serta praktek kerja tidak aman dan aman).
Gambar 1. Safety triad
Ketiga faktor di atas biasanya dikenal dengan “tiga serangkai keselamatan (the safety triad)” (Geller, 2001) dalam Halimah (2010). Aspek perilaku dan aspek orang adalah aspek sangat penting. Kedua aspek tersebut lebih sedikit dilihat dari pada faktor lingkungan, namun Geller (2001) dalam Halimah (2010) memadukan kedua pendekatan tersebut dan akhirnya hasil integrasi diperoleh dua faktor dalam dan luar:
1. Faktor dalam yaitu sikap, kepercayaan, perasaan, pemikiran, kepribadian, persepsi dan nilai-nilai.
2. Faktor luar yaitu pelatihan, pengenalan, persetujuan, komunikasi dan menunjukan kepedulian secara aktif.
Geller dalam Halimah (2010) memaparkan kebutuhan pada keselamatan yang menjadi aspek utaman dari perilaku untuk meningkatkan work safety baik yang bersikap reaktif atau proaktif.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman tersebut antara lain:
19
Pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan semua yang kita tahu tentang sesuatu hal atau dengan kata lain pengetahuan adalah hasil dari sesuatu yang diketahui pada saat seseorang telah melakukan penginderaan baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasa akan objek tertentu. Pengetahuan paling besar disumbangkan dari mata dan telinga karena memberikan terhadap objek tertentu. Pengetahuan paling besar disumbangkan dari mata dan telinga karena memberikan pengalaman langsung atau secara tidak langsung dari pengalaman oang lain. Pengalaman - pengalaman tersebut memiliki fakta dan teori dari pengalaman tersebut. Hal inilah yang menjadi pengalaman baru seseorang.
Ada enam tingkatan proses terjadinya perubahan pengetahuan yakni:
1. Tahu (Know) didefenisikan sebagai mengerti akan materi yang telah dipelajari. Pada tahap ini pengetahuan berada pada tahap menilik kembali akan rangsangan atau pelajaran yang diterima secara spesifik. Keadaan ini adalah keadaan tingkat pengetahuan yang terendah. Menyebutkan, menyatakan, mendefenisikan dan menguraikan sesuatu adalah alat ukur untuk mengetahui apakah seseorang tahu tentang sesuatu yang telah dipelajari.
2. Memahami kesanggupan untuk memberitahukan dengan benar akan sesuatu atau materi yang ada serta mampu menginterupsikan hal atau materi yang ada serta mampu menginterprestasikan hal atau materi tersebut dengan benar dan baik. Seseorang yang dianggap memahami mampu menjelaskan, menjabarkan, menyebutkan contoh serta mampu menyimpulkan bahkan menduga materi yang telah dibahas.
3. Aplikasi kesanggupan memakai hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip- prinsip dari sebuah materi yang dibahas sebelumnya baik dalam konteks sebenarnya maupun dalam kondisi atau konteks lainnya.
4. Analisis kesanggupan menerangkan, menggambarkan, membedakan serta mengelompokkan sesuatu materi atau objek dalam suatu struktur yang komponennya saling berhubungan.
5. Sintesis kecakapan dalam menyusun formasi baru dari penggabungan bagian- bagian yang lama menjadi formasi baru.
6. Evaluasi kemampuan menilai atau menjustifikasi bahan maupun berdasarkan pedoman yang ada. Mewawancarai atau memberikan kuesioner bisa digunakan untuk mengukur kemampuan dari subjek penelitian mengenai isi materi yang ingin diukur. Tujuannya untuk mengetahui seberapa dalam kemampuan subjek tersebut dengan melihat berdasarkan tingkatan yang telah dijelaskan diatas.
Pengetahuan adalah semua yang diketahui dan disadari oleh seseorang.
Terjadi proses yang berurutan dalam pengadopsian perilaku baru yakni awareness, interest, evaluation, trial dan adoption. Ada dua jenis pengetahuan yakni pengetahuan empiris dan pengetahuan rasionalisme.
Pengawasan. Menurut Lowie (1995) dalam Pratiwi (2009), Pengawasan merupakan cara untuk mendorong semangat seseorang untuk melaksanakan tugas dalam artian luas. Maksud dari pengawasan adalah lapisan pengawas dalam
organisasi manajemen atau kepala dari organisasi yang ada di lapis bawah.
Ada beberapa langkah dalam melakukan pengawasan meliputi:
21
1. Plan supervison. Penyusunan rencana terlebih dahulu dibuat baru selanjutnya dilakukan pengawasan. Meliputi: tujuan dari pengawasan, objek pengawasan, dan lainnya.
2. Pelaksanaan pengawasan yaitu melakukan aktivitas pengawasan berdasarkan pada rencana yang telah dibuat sebelumnya.
3. Menginterpretasi dan menganalisis hasil-hasil pengawasan, foto-foto, catatan dan dokumen, hasil rekaman dan sebagainya yang merupakan hasil pengawasan dilakukan pengolahan digambarkan dan dilakukan analisis.
4. Membuat kesimpulan dan tindak lanjut. Hasil dari analisis kan disimpulkan dan saran serta rekomendasi disusun untuk tindak lanjut pengawasan tersebut.
Buchari Zainun (1976) dalam Notoatmodjo (2007) pengawasan dari atasan pada bawahan merupakan sebuah alat dalam memberikan dorongan atas pekerjaan tenaga kerja apabila caranya tepat. Namun jika supervise melakukan dengan cara yang tidak benar seperti marah-marah, suka memerintah atau sering sekali memberikan intruksi-intruksi hal ini akan membuat semangat dari tenaga kerja menjadi rendah.
Sikap. Sikap adalah respon maupun reaksi dari individu terhadap rangsangan maupun objek yang ditemui. Bentuk dari reaksi tersebut tidak secara nyata dapat ditunjukkan biasanya berupa sebuah perilaku tertutup dan tidak langsung terlihat. Beberapa tingkatan sikap yaitu:
1. Menerima (receiving) mau dan memperlihatkan stimulus.
2. Merespon (responding) berarti tanggung jawab yang diberikan bisa diselesaikan serta bisa menjelaskan jawaban atas pertanyaan.
3. Menghargai (valuing) mengajak orang lain diikutsertakan dalam mendiskusikan dan mengerjakan permasalahan.
4. Bertanggungjawab (responsible) adalah tingakatan sikap tertinggi dimana seseorang menerima semua risiko atas apa yang telah dipilih.
Atitude kepada orang lain dapat dipengaruhi faktor dalam yaitu aspek psikis dan psikologis serta faktor luar. Faktor luar akan terbentuk dalam hal yang akan terjadi oleh individu, hambatan-hambatan, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat seluruhnya menjadi penting sikap yang ada pada orang lain.
Pernyataan sikap adalah kaitan kata yang diungkapkan mengenai objek sikap yang akan dikatakan. Sikap bisa diukur secara langsung maupun tidak secara langsung. Pendapat/pernyataan dari responden pada sebuah obyek bisa langsung dipertanyakan. Secara tidak langsung bias menggunakan pernyataan-pernyataan hipotesis selanjutnya dinyatakan pemikiran responden dengan kuesioner (Notoatmodjo, 2003).
Pelatihan. Pelatihan merupakan suatu sistem yang diperlukan agar dapat
menghantarkan rangsangan kepada orang lain agar kemahiran meningkat dalam bekerja dan memahami akan keseluruhan lingkungan kerja (Sofyandi, 2008).
Tujuan dari training membina SDM dengan menaikkan tingkat pengetahuan keterampilan serta melatih kesiapan tenaga kerja untuk bekerja serta bisa menaikkan kecakapan tenaga kerja untuk melakukan tugas-tugasnya.
Peraturan. Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa cara dalam perubahan strategi yaitu memakai kekuatan atau kekuasaan dimana terjadinya perubahan pada perilaku bersifat memaksa pada masyarakat atau kelompok yang menjadi
23
sasarannya supaya kelompok ini berprilaku sesuai yang diinginkan. Ini bisa dicapai dengan menggunakan aturan-aturan maupun kebijakan yang diterapkan dan masyarakat harus mematuhinya seperti undang-undang.
Kerangka Konsep
Gambar 2. Bagan kerangka konsep
Berdasarkan teori perilaku Geller dalam Halimah (2010) menyatakan bahwa faktor internal yang memengaruhi perilaku adalah persepsi, nilai, sikap, keyakinan, perasaan, pemikiran dan kepribadian sedangkan yang masuk di dalam faktor eksternal meliputi pelatihan, pengakuan, pengawasan secara aktif dan kepatuhan terhadap peraturan.
Hipotesa Pengawasan Pelatihan Peraturan
Variabel Dependen
Faktor Eksternal Pengetahuan
Sikap
Variabel Independen Faktor Internal
Tindakan tidak aman
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor internal (pengetahuan, sikap) dan faktor eksternal (pengawasan, peraturan dan pelatihan) dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018.
Ha : Ada hubungan antara faktor internal (pengetahuan, sikap) dan faktor eksternal (pengawasan, peraturan dan pelatihan) dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018.
25
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian cross sectional karena pengambilan data semua variabel dilakukan bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.
Penelitian ini dilakukan dengan alasan:
1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.
2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus 2018 - Desember 2018 di PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja di unit Palm Kernel Plant PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018 yaitu sebanyak 50 orang.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh populasi pada pekerja lapangan bagian produksi di unit Palm Kernel Plant PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung 2018 yaitu sebanyak 50 orang.
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel. Variabel penelitian yang diteliti di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, pengawasan, pelatihan dan peraturan.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu tindakan tidak aman.
Defenisi Operasional
1. Usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan pekerja dan kesesuaian dengan angkatan kerjanya.
2. Tingkat pendidikan adalah tingkatan pendidikan terakahir karyawan (SD, SMP, SMA/SMK/Sederajat, Diploma 3 (D3) atau Strata 1 (S1).
3. Status pekerja adalah terkait dengan kontrak kerja yang dilakukan perusahaan dengan pekerja itu sendiri (magang, karyawan kontrak dan karyawan tetap).
4. Masa kerja adalah masa karyawan dipekerjakan terhitung sejak Tahun pertama karyawan bekerja.
5. Pengetahuan K3 adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
27
6. Sikap K3 adalah respon yang tidak teramati secara langsung yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.
7. Pengawasan K3 adalah serangkaian upaya perusahaan yang dilakukan untuk menjaga dan melakukan pengawasan terhadap cara kerja dan kualitas produk yang dihasilkan.
8. Pelatihan adalah suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan/stimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan.
9. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang tidak sesuai prosedur kerja yang berlaku dan tindakan yang muncul karena lupa atau tidak tahu.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai data primer dengan wawancara kepada pekerja bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner disusun dengan modifikasi dari kuesioner penelitian terdahulu dengan menggunakan skala likert. Data sekunder diperoleh dari manajemen PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung meliputi data profil perusahaan, data jumlah pekerja lapangan, data mengenai pengawasan, pelatihan dan peraturan perusahaan pada bagian produksi pada unit palm kernel Plant.
Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel independen (bebas). Variabel independen yang akan diukur adalah pengetahuan, sikap, pengawasan, pelatihan dan peraturan.
1. Pengetahuan
Pengetahuan pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung diukur melalui 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan positif dan negatif dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut:
Skala pengukuran dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman yaitu pengetahuan dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut:
a. Tahu apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-100% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 50%-100%
b. Tidak Tahu apabila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari 50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 0%-50% (Arikunto, 2009).
Pemberian nilai skor yaitu, dengan skala likert Skor 1. Ya
Skor 2. Tidak 2. Sikap
Sikap pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban dengan ketentuan:
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥ 50% seluruh pertanyaan.
b. Kurang baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari 50% dari seluruh pertanyaan.
Pemberian nilai skor dengan skala likert yaitu:
Skor 1. Ya Skor 2. Tidak
29
3. Pelatihan
Pelatihan pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban dengan ketentuan:
a. Ada apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-100% dari seluruh pertanyaan.
b. Tidak ada apabila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari 50% dari seluruh pertanyaan.
Pemberian nilai skor dengan skala likert yaitu:
Skor 1. Ya Skor 2. Tidak 4. Pengawasan
Pengawasan pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban dengan ketentuan:
a. Ada apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-100% dari seluruh pertanyaan
b. Tidak ada apabila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari 50% dari seluruh pertanyaan.
Pemberian nilai skor dengan skala likert yaitu:
Skor 1. Ya Skor 2. Tidak 5. Peraturan
Peraturan pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban dengan ketentuan:
a. Ada apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-100% dari seluruh pertanyaan
b. Tidak ada apabila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari 50% dari seluruh pertanyaan.
Pemberian nilai skor dengan skala likert yaitu:
Skor 1. Ya Skor 2. Tidak
Metode pengukuran variabel dependen (terikat). Variabel dependen yang diukur yaitu variabel tindakan tidak aman.
1. Tindakan Tidak Aman
Tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung diukur melalui 15 pertanyaan dengan ketentuan tidak ada jika ≤ 50% dari skor dan ada jika ≥ 50% dari skor dengan pemberian nilai skor dengan skala likert yaitu:
Skor 1. Ya Skor 2. Tidak Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
Analisis univariat. Analisis yang dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel independen dan dependen.
Analisis bivariat. Analisis lanjutan untuk melihat hubungan atau korelasi antara variabel independen (pengetahuan, sikap, pelatihan, pengawasan dan peraturan)
31
dengan variabel dependen (tindakan tidak aman) menggunakan Uji Chi-square (p <0,05) dikarenakan variabel independen kategorik dan variabel dependen data kategori.
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah PT. Multimas Nabati Asahan. Multimas Nabati Asahan adalah salah satu perusahaan swasta berbadan hukum perseroan terbatas dan termasuk dalam Wilmar Group. PT. Multimas Nabati Asahan terdiri dari unit pengolahan minyak sawit kasar (Dept. Refinery), unit pengolahan inti sawit (Dept. Palm kernel Plant) dan unit pengolahan kelapa sawit (Dept. PKS) yang dikelola secara terpisah. PT. Multimas Nabati Asahan terletak di Kuala Tanjung Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara. Sebelah barat berbatasan dengan PT. Inalum, sebelah timur berbatasan dengan PT. Bakrie Plantation, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Alay.
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Multimas Nabati Asahan didirikan Tahun 2004. Pembangunan pabrik dimulai Tahun 2004 dengan kapasitas 60 mt. ffb/hr dan selesai pembangunan Tahun 2005. Bulan Oktober 2005 pabrik mulai beroperasi sebagai langkah awal, dilakukan trial run, pemanasan perlahan-lahan, individual tes dan pembersihan.
Kuok Khoon Hong Pria berusia 57 tahun ini adalah keponakan Robert Kuok Raja bisnis gula dan properti Malaysia bersama Maratua sepakat mengembangkan bisnis bersama-sama. Wilmar sendiri disebut-sebut sebenarnya adalah singkatan dari kedua nama mereka yaitu William, nama panggilan Kuok Khoon Hong dan Martua Sitorus. Mereka berdua adalah pemilik signifikan Wilmar Holdings Pte Ltd (perusahaan holding Wilmar International Ltd).
33
Keduanya berbagi tugas Kuok Khoon Hong sebagai chairman & CEO dan Martua sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International Ltd. Keluarga besar Matua Sitorus berperan penting dalam bisnis. Mereka menduduki jabatan penting. Istri (Rosa Taniasuri Ong), saudara laki-laki (Ganda Sitorus), saudara perempuan (Bertha, Mutiara, dan Thio Ida), dan ipar (Suheri Tanoto dan Hendri Saksti) menduduki posisi kunci di Wilmar Corp. Bahkan, Hendri Saksti diberi kepercayaan menjadi kepala operasional bisnis Wilmar di Indonesia.
Pabrik-pabrik ini diperkirakan memiliki kapasitas produksi sampai 350.000 ton per Tahun sehingga total kapasitasnya mencapai 1.050 juta ton per tahun. Sejauh ini belum ada pabrik biodiesel milik perusahaan lain di dunia yang memiliki kapasitas produksi sebesar Wilmar. Sebagai tambahan apabila rencana merger itu terealisasi maka pabrik biodiesel milik PGEO Group Sdn. Bhd.
dengan kapasitas 100.000 ton per tahun akan makin memperkuat bisnis biodiesel Wilmar.
Visi dan misi PT. Multimas Nabati Asahan
Visi. Visi Perusahaan PT. Multimas Nabati Asahan adalah menjadi perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan industri terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di dunia melalui kemitraan dan manajemen yang baik.
Misi. Misi Perusahaan PT. Multimas Nabati Asahan untuk mewujudkan visi perusahaan adalah dengan menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak dipercaya bagi stakeholder.
Nilai-nilai inti
Nilai-nilai inti yang dipengang oleh perusahaan:
1. Professionalisme yang didasari rasa memiliki 2. Kerendahan hati yang didasari kesederhanaan 3. Integritas yang didasari kejujuran
4. Kerja keras yang didasari sinergi tim 5. Kepemimpinan yang berwawasan global Proses kerja PT Multimas Nabati Asahan
PT Multimas Nabati Asahan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minyak kelapa sawit yaitu terdiri dari beberapa unit yaitu penghilangan bau minyak sawit (refined deodorized palm oil), penghilangan bau dan pemucatan olein (refined bleached deodorized olein), destilasi asam lemak sawit (palm fatty acid destilate) dengan kualitas mutu yang sangat tinggi. Bagian produksi terdiri dari beberapa bagian yaitu palm kernel plant, crude palm oil, refinery dan consumer pack. Proses produksi secara garis besar dimulai dari perebusan, pembantingan, pengepresan, pemurnian minyak dan pemisahaan inti sawit.
Proses perebusan dilakukan dengan menggunakan Sterilizer yaitu bejana uap tekan untuk merebus tandan buah sawit dengan menggunakan uap. Pada tahap selanjutnya pembantingan yaitu bertujuan untuk melepaskan buah dari tandan (bunch). Proses tahapan selanjutnya pelumatan dan pengepresan. Pelumatan (digesting) bertujuan untuk melumatkan buah hingga hancur dan terpisah dari biji (nut), sedangkan pengepresan (pressing) bertujuan untuk menekan daging buah yang hancur hingga keluar minyak.
35
Minyak sawit dikirim ke crude palm oil untuk cek kandungan minyaknya kemudian dilanjutkan ke refinery untuk proses pemurnian dengan cara memisahkan kandungan air, memisahkan free fatty acid (FFA) dari CPO, memecahkan zat warna, serta menghilangkan bau, biji yang terpisah kemudian di olah pada palm kernel plant untuk memperoleh inti sawit. Pada palm kernel plant terdiri dari beberapa bagian yaitu: operasional mesin press pekerja bertugas menjalankan mesin press, mengoreksi cake mesin, serta merecord kecepatan mesin. Stock kontrol yaitu mengendalikan persediaan (inventory control) berarti menjaga biaya keseluruhan yang terkait persediaan dengan memiliki persediaan sedikit mungkin tanpa menimbulkan masalah.
Niagara filter yaitu proses penyaringan minyak kotor menjadi bersih atau menjernihkan. Maintainaince yaitu proses yang bertugas memperbaiki dan merawat mesin dan fabrikasi. Palm kernel plant merupakan tempat pengolahan minyak inti atau biji sawit serta produk makanan ternak. Proses pengolahan biji inti sawit menghasilkan minyak inti sawit dan limbahnya menjadi olahan untuk produk makanan ternak.
Distribusi karakteristik pekerja bagian produksi PT MNA Tahun 2018 Umur pekerja. Distribusi umur berdasarkan nilai mean yang didapatkan
yaitu 42 sehingga menjadi ≥ 42 tahun dan < 42 tahun, maka distribusi umur pekerja di PT Multimas Nabati Asahan pada bagian produksi PK Plant dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Distribusi Umur Pekerja Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Umur (Tahun) N (orang) %
≥42 28 56 %
<42 22 44%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja di bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak yang berumur ≥ 42 tahun yaitu sebanyak 28 orang (56%).
Pendidikan pekerja. Distribusi pendidikan pekerja pada pekerja bagian
produksi PT Multimas Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2
Distribusi Pendidikan Pekerja Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Pendidikan N (Orang) %
SMP (Sederajat) 1 2%
SMA (Sederajat) 45 90%
Sarjana (S1) 4 8%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja di bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak yang berpendidikan SMA (Sederajat) yaitu sebanyak 45 orang (90%)
Masa kerja pekerja. Distribusi massa kerja pekerja berdasarkan nilai mean
yang didapatkan yaitu 15 sehingga menjadi ≥ 15 tahun dan < 15 tahun, maka distribusi masa kerja pekerja di PT Multimas Nabati Asahan pada bagian produksi PK Plant dapat dilihat pada tabel berikut :
37
Tabel 3
Distribusi Masa Kerja Pekerja Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Masa kerja (Tahun) N (orang) %
≥15 28 56%
<15 22 44%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak memiliki masa kerja ≥ 15 tahun yaitu sebanyak 28 orang (56%).
Distribusi faktor internal pekerja bagian produksi PT MNA Tahun 2018 Pengetahuan pekerja. Distribusi pengetahuan pekerja pada pekerja bagian
produksi PT Multimas Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Pekerja Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Pengetahuan N (orang) %
Tahu 43 86%
Tidak tahu 7 14%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak memiliki pengetahuan baik yaitu
sebanyak 43 orang (86%).
Sikap pekerja. Distribusi sikap pekerja pada bagian produksi PT Multimas
Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi Sikap Pekerja Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Sikap N (orang) %
Baik 38 76%
Kurang 12 24%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak memiliki sikap baik yaitu sebanyak 38 orang (76%).
Distribusi Faktor Eksternal pekerja bagian produksi PT MNA Tahun 2018
Pengawasan. Distribusi pengawasan pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6
Distribusi Pengawasan Pekerja Pada Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Pengawasan N (orang) %
Ada 29 58%
Tidak ada 21 42%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak memiliki pengawasan ada yaitu
sebanyak 29 orang (58%).
Pelatihan. Distribusi pelatihan pada pekerja bagian produksi PT Multimas
Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7
Distribusi Pelatihan Pekerja Pada Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Pelatihan N (orang) %
Ada 10 20%
Tidak ada 40 80%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak pelatihan Tidak ada yaitu sebanyak 40
orang (80%).
39
Peraturan. Distribusi peraturan pada pekerja bagian produksi PT Multimas
Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8
Distribusi Peraturan Pekerja Pada Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Peraturan N (orang) %
Ada 11 22%
Tidak ada 39 78%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak peraturan tidak ada yaitu sebanyak 39
orang (70%).
Tindakan tidak aman. Distribusi tindakan tidak aman pada pekerja bagian
produksi PT Multimas Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Distribusi Tindakan Tidak Aman Pekerja Pada Bagian Produksi PT MNA Tahun 2018
Tindakan tidak aman N (orang) %
Ada 35 70%
Tidak ada 15 30%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan paling banyak ada tindakan tidak aman yaitu
sebanyak 35 orang (70%).
Hubungan Faktor Internal dengan Tindakan Tidak Aman Hubungan pengetahuan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018
Distribusi tenaga kerja berdasarkan pengetahuan dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10
Distribusi Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018
No Pengetahuan
Tindakan Tidak Aman
P
Ada Tidak ada Total
N % n % n %
1 2
Tahu Tidak Tahu
30 5
69.8 71.4
13 2
30.2 28.6
43 7
100
100 1.000 Dari tabel 10 diatas hubungan pengetahuan terhadap tindakan tidak aman pada pekerja produksi PT MNA Tahun 2018 dapat dilihat bahwa dengan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% ternyata variabel pengetahuan tidak ada hubungan dengan variabel tindakan tidak aman dimana nilai p-value sebesar 1.000 > α = 0.05 artinya tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan tidak aman.
Hubungan sikap dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan tahun 2018
Distribusi tenaga kerja berdasarkan sikap dengan tindakan tidak aman pada pekerja bagian produksi PT Multimas Nabati Asahan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 11
Distribusi Hubungan Sikap Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja bagian Produksi PT Multimas Nabati Asahan Tahun 2018
No Sikap
Tindakan Tidak Aman
P
Ada Tidak ada Total
N % N % n %
1 2
Baik Kurang
23 12
60.5 100
15 0
39.5 0
38 12
100
100 0,010