1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan sebagai wahana pengembang sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan diri dari keterbelakangan. Selain pendidikan kualitas pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting. Kualitas pendidikan terus diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat antara lain dengan memperbaiki sistem pendidikan, baik manajemen, kurikulum, sistem evaluasi, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, dan sumber daya manusia. Konsep manajemen berbasis sekolah, Kurikulum KBK yang kemudian diubah menjadi KTSP) menjadi kurikulum 2013 (K-13) mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah, perbaikan sistem Ujian Nasional, sertifikasi guru, dan peningkatan besaran biaya pendidikan merupakan upaya nyata guna memajukan pendidikan di Indonesia.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas, kemajuan, dan perkembangan suatu negara pada umumnya dan generasi muda pada khususnya. Salah satu bukti bahwa kulitas guru di Indonseia masih rendah adalah Berdasarkan Laporan peringkat Human Development Index (HDI) 2016 baru saja diumumkan tanggal 21 Maret 2017 di Stockholm, Swedia. Laporan perkembangan indeks pembangunan manusia (HDI) ini telah resmi dikeluarkan secara independen oleh UNDP PBB. Laporan yang dikeluarkan adalah hasil HDI tahun 2015. Indonesia berada pada peringkat ke-113 pada tahun 2015. Sebelumnya, peringkat HDI untuk Indonesia tahun 2014 adalah ke-110. Pada tahun 2014, Paraguay berada satu peringkat di bawah Indonesia dan pada tahun 2015 Paraguay menyusul satu peringkat di atas Indonesia. Di bawah Indonesia saat ini ada Palestina yang menempati peringkat ke-114.1 Hal ini menggambarkan daya saing Indonesia dalam hal pendidikan masih jauh dari memuaskan.
1 https://www.kompasiana.com/.../laporan-peringkat-hdi-indonesia-terbaru-2016
2
Dalam mempersiapkan SDM, pemerintah harus memfokuskan diri pada peningkatan kemampuan guru. Hal ini mengingat guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Delors mengatakan, bahwa keberadaan dan peranan tenaga kependidikan bagi pengembangan sekolah, dalam konteks ini sekolah harus: 1) memiliki kualitas yang memadai; 2) memiliki kualifikasi yang; 3) memiliki kemampuan yang sesuai ; dan 4) memiliki kesanggupan kerja. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan pasal 7 ayat (1) Undang- undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;2
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sesorang guru harus memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
a. Merencanakan melaksanakan pembelajaran yang bermutu, serta mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan kompetensi secara berkelanjutan c. Bertindak objektif dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa
Berdasarkan uraian di atas maka, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “ananlisis kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan Aceh Utara dengan mata pelajaran yang diampu”
2 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru. Jakarta
3 1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sejauh mana tingkat kesesuaian latar belakang pendidikan guru madrasah ibdidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan aceh utara dengan mata pelajaran yang diampu?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah: Sejauh mana tingkat kesesuaian latar belakang pendidikan guru madrasah ibdidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan aceh utara dengan mata pelajaran yang diampu
b. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini nantinya bisa memberikan informasi berkaitan dengan kesesuaian latar belakang pendidikan guru madrasah ibdidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan aceh utara dengan mata pelajaran yang diampu
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi yang berwewang dalam menentapkan guru sesuai antara latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu
4 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Standar Guru
Guru umumnya merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Mengacu pada pendapat Rachmawati (2011) bahwa karakteristik guru yang profesional paling sedikit ada lima, yaitu: 1) menguasai kurikulum; 2) menguasai materi semua mata pelajaran; 3) terampil menggunakan mult i metode pembelajaran; 4) memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya;
dan 5) memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya.
Ashton & Webb menunjukkan, bahwa karakteristik dapat mencakup kualitas guru yang dipandang sebagai pribadi seperti mental, usia, jenis kelamin maupun sebagai “pengalaman” seperti status sertifikasi, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar sebelumnya dan sejenisnya.3 Beberapa karakteristik adalah kombinasi dalam jumlah yang tidak diketahui dari pribadi dan kualitas pengalaman, misalnya, kinerja guru, tes sertifikasi seperti ujian nasional guru dan tes mandat dari pemda.4 Dari penjelasan di atas, karakteristik guru dalam penelitian ini dibatasi pada kualifikasi akademik guru satuan pendidikan SD.
Guru Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru menyebutkan, bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualitas akademik dan kompet ensi guru yang berlaku secara nasional, juga bahwa guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik atau sarjana akan diatur dengan peraturan menteri tersendiri.5
3 Ashton, P. T. & Webb, R. B. 1986. Making a Difference: Teacher Sense of Efficacy and Student Achievement. New York: Longman
4 Kosgei, A, Mise, JK., Odara, O. & Ayugi, M. E. 2013. Influence of Teacher Characteristic on Students’ Academic Achievement among Secondary Schools, Journal of Education and Practice www.iiste.org journals/index.php/JEP/article/view/4495/4563 ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222- 288X 4 (3).
5 Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
5
Ruang lingkup dalam kajian ini menjelaskan guru layak berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
2.2 Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berkaitan dengan komitmen para penyandang profesi tersebut untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya secara terus menerus, mengembangkan strategi baru dalam bertindak melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan. Komitmen secara terus menerus dan mengembangkan strategi akan meningkatkan profesional seorang guru. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan profesionalisme adalah sifat yang mencirikan keahlian, sikap dan pengetahuan yang harus dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan tertentu yang didapatkannya melalui pendidikan, serta ilmunya secara terus meneru mengembangkan strategi. Sedangkan profesi menurut Undang-undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 Pasal 2, menyatakan bahwa guru sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Moh. Uzer Usman mengemukakan tiga tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Syafrudin mengatakan “bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan dan kejujuran) tertentu”.6 Seseorang yang memiliki profesi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang sungguh-sungguh. Berdasarkan devinisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan harus memiliki syarat, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dari proses pendidikan.
6 Syahruddin, Andi Ernawati, Muh. Nasir Ede. 2013. Teachers’ Pedagogical Competence in School-Based Management. Journal of Education and Learning. Vol.7 (4) pp. 213-218.
6 2.3 Guru Profesional
Guru merupakan orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya, baik secara individu maupun kelompok, guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat–
tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah dan sebagainya. Guru tidak hanya bertanggung jawab dan memiliki wewenang terhadap muridnya saja namun guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada murid- muridnya. Seperti yang diungkapkan Nel Noddings, 2004 (Lalor.J. Lorenzi, F, &
Rami, 2014, p. 5) it is not the job of teachers simply to secure demonstrable learning on a pre-specified set of objective and that the teachers role cannot be reduced merely to a set of skill. Skill and competencies should be an essential component of teacher education but a more holistic approach should be taken to ensure that attitudes and personal value are also cultivated.
Tugas guru bukan untuk memastikan pembelajaran yang dapat ditunjukkan pada seperangkat tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan bahwa peran guru tidak dapat dikurangi hanya pada seperangkat keterampilan. Keterampilan dan kompetensi harus menjadi komponen penting berpendidikan guru, namun pandangan tentang sikap dan nilai pribadi juga harus diolah. Syaiful Sagala mengungkapkan secara singkat bahwa “guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik”. Seorang guru bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik, guru tidak hanya memberitahu, menjelaskan atau mendemonstrasikan, tetapi guru juga harus mampu memotivasi dan menginspirasi siswa.7
Ngainun Naim menyebutkan bahwa kualifikasi pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: 1) Kemantapan dan integritas pribadi, 2) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan, 3) Berpikir alternatif, 4) Adil, jujur, dan objektif, 5) Berdisiplin dalam melaksanakan tugas, 6) Ulet dan tekun bekerja, 7) Berusaha
7 Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Hal 21
7
memperoleh hasil kerja yang sebaikbaiknya, 8) Simpatik dan menarik, luwes,bijaksana dan sederhana dalam bertindak.8
Guru yang memiliki pribadi yang baik akan memiliki integritas pribadi (kepercayaan diri) dalam mengajar, peka terhadap pembaruan artinya guru tidak kaku terhadap perkembangan jaman, memiliki pemikiran yang alternatif dalam menghadapi masalah, adil, jujur dan objektif (berdasarkan kenyataan) yang harus dimiki guru dimana guru tidak boleh membeda-bedakan peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajar, disiplin dalam melaksanakan tugas, ulet dan tekun bekerja agra memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya serta guru harus memiliki rasa simpatik, menarik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak.
Hamzah B. Uno menyebutkan syarat untuk menjadi guru, sebagai berikut: 1) Guru harus berijazah, 2) Guru harus sehat jasmani dan rohani, 3) Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 4) Guru harus bertanggungjawab, 5) Guru di Indonesia harus berjiwa nasional, 6) Berilmu.9
Seorang guru harus memiliki ijazah untuk membuktikan bahwa guru tersebut memiliki izin untuk mengajar dan memiliki wewenang untuk menjalankan profesinya sebagai seorang guru, guru juga harus sehat jasmani dan rohani karena itu merupakan syarat penting dalam setiap pekerjaan, sudah selayaknya seorang guru bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa karena guru merupakan contoh anak didiknya, tanggung jawab dan tugas guru adalah mendidik dan membimbing siswanya selama proses pembelajaran berlangsung serta guru harus memiliki jiwa nasionalisme tanpa membeda-bedakan siswanya .
Guru yang profesional akan memiliki ilmu/pengetahuan luas yang sifatnya melekat pada diri guru, sehingga guru memiliki cara/metode yang berbeda dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, guru tidak semata-mata hanya mengajarkan apa yang telah guru pelajari di perguruan tinggi tetapi guru harus memiliki tujuan, konsep yang tepat dalam mendidik siswa, teliti dalam menyediakan sumber pembelajaran, guru harus mampu bekerja kelompok (berorganisasi) dengan guru lain untuk bertukar pendapat dan guru juga harus mampu berorganisasi dengan
8 Ngainun Naim. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 39
9 Hamzah. B. Uno. 2010. Profesi Kependidikan; Problematika, solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. BumiAksara. Hal 29
8
siswa dimana guru menjadi pemegang utama dalam proses pembelajaran di dalam kelas, mampu memaknakan kurikulum (menjabarkan isi kurikulum) yang akan menjadi acuan dalam pembuatan bahan ajar serta guru harus menentukan evaluasi pembelajaran ilmunya.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, ada beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru profesional, yaitu: 1) Fleksibel (dalam menyatakan prinsip dan pendirian), 2) Bersikap terbuka (ditanya, dimintai bantuan), 3) Berdiri sendiri (memiliki pengetahuan mengajar), 4) Peka (terhadap penampilan yang diperlihatkan siswa), 5) Tekun, 6) Realistik, 7) Melihat ke depan, 8) Rasa ingin tau, 9) Ekspresif, 10) Menerima diri.10
Guru harus memiliki sikap fleksibel, bersikap terbuka terhadap siswa dan teman sejawat, berdiri sendiri/ mandiri dimana guru orang yang telah dewasa, sanggup berdiri sendiri, baik secara intelektual, sosial maupun emosi, peka terhadap penampilan yang akan diperlihatkan siswa, tekun, realistik, melihat kedepan, memiliki rasa ingin tahu, ekspresif serta menerima diri/menerima keadaan dan kondisi dirinya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru profesional adalah kemampuan penguasaan seorang guru terhadap suatu bidang studi yang diajarkan, tingkat pemahamannya terhadap peserta didik, kemampuan penguasaan pembelajaran, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap peserta didik, serta mampu mengembangkan kepribadian serta keprofesionalannya.
Syarat-syarat untuk menjadi guru seperti yang dikemukakan oleh Piet A.
Sahertian adalah : 1) Dalam menghadapi masalah selalu dapat mencari alternatif pemecahanmasalah, 2) Dapat menggeneralisasi berbagai alternatif dalam memecahkan masalah, 3) Punya kepedulian kepada siswa dan teman sejawat, 4) Selalu menyediakan waktu dan tenaga yang cukup untuk membantu siswa, 5) Selalu mempedulikan tugas pokok, 6) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara terus-menerus.11
10 Nana Syaodih Sukmadinata.2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Hal 256
11 Piet A. Sahertian. 2000. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 49
9 2.4 Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan kinerja seseorang yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku. Seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan akan selalu dituntut untuk berfikir, tuntutan untuk berfikir yang akan menentukan suatu hasil dari pekerjaan, setiap pekerja memiliki cara berfikir sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya, dari cara berfikir akan terlihat karakteristik dari seorang pekerja.
Seperti yang diungkapkan Spencer dan Spencer (dalam Hamzah B Uno), Pekerjaan yang sudah lama ditekuni akan membuat pekerja terbiasa dan memiliki pola pikir serta perilaku yang dalam memecahkan segala permasalan yang ada.12
Mulyasa, (2005: 37) mengatakan, “kompetensi merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”. Pendapat ini menunjukkan bahwa kompetensi tidak hanya meliputi satu komponen saja melainkan banyak komponen yang saling berpadu menjadi satu.
Pendapat mulyasa diatas hampir sama dengan pendapat Maleki, 2005 (Fereste K, Nasrin S, & Ahmad D, 2014, p. 2) “considers the competence of teacher as knowledge, attitudes, and skills that the teachers use to help the physical, intellectual, emotional, social, and spiritual development of learner”. Artinya kompetensi guru sebagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki guru untuk membantu pengembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual pelajar.
Guru harus memiliki karakteristik dalam mengajar, karena mengajar bukanlah sesuatu yang mudah, guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap dan perilaku yang baik, dan memiliki keterampilan. komponen tersebut tidak bisa berjalan satu-satu tetapi komponen tersebut harus berjalan bersama.
Gilley dan Enggland (Martinis Yamin dan Maisah, 2010: 2) mengatakan, kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga membolehkan ia mengisi suatu peran. Peran disini dimaksudkan adalah suatu pekerjaan yang telah diminati, ditentukan dengan ciri-ciri individual yang sifatnya khas atau istimewa.
Spencer dan Spencer (dalam Hamzah B Uno), membagi lima karakteristik
12 Hamzah. B. Uno. ... Hal 63
10
kompetensi yaitu: 1) Motif yaitu, sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu, 2) Sifat yaitu, karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi, 3) Konsep diri yaitu, sikap, nilai dan image dari seseorang, 4) Pengetahuan yaitu, informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu, 5) Keterampilan yaitu, kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental.
Lebih spesifik sebagaimana dinyatakan dalam UU No.14 Tahun 2005 pasal 1 tentang guru dan dosen yang menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
2.5 Latar Belakang Pendidikan Guru
Latar belakang pendidikan merupakan salah satu tolak ukur guru dapat dikatakan profesional atau tidak, semakin tinggi latar belakang pendidikan seorang guru maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat profesionalismenya, karena latar belakang pendidikan akan menentukan kepribadian seseorang, termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya, faktor-faktor inilah yang akan mempengaruhi kompetensi profesional guru dalam mengajar.
Kualitas pendidikan guru yang memadai, tentunya akan berpengaruh positif terhadap potensi peserta didik. Latar belakang pendidikan ini diartikan sebagai tingkat pendidikan yang telah ditempuh seseorang. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud adalah latar belakang pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang. Pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Latar belakang pendidikan guru dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kesesuaian antara bidang ilmu yang ditempuh, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28, bahwa “Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
11 2.6 Pengalaman Mengajar Guru
Pengalaman merupakan segala sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dsb), pengalaman sangat erat kaitannya dengan waktu dan kondisi yang dialami oleh seseorang dalam menekuni suatu bidang. Pengalaman dalam semua kegiatan diperlukan, karena pengalaman merupakan salah satu persyaratan utama agar guru mampu mengantar peserta didik mencapai hasil belajar yang baik. Guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar tentu pernah mengalami suatu masalah dalam mengajar. Selama mengajar guru akan menemukan pengalaman baru, jika pengalaman mengajar tersebut dipahami dan dimanfaatkan sebagaimana semestinya akan memberi pelajaran yang berarti bagi guru itu sendiri. Menurut penelitian CALDER yang dilakukan oleh clotfelter, ladd, and vendor 2007a, 2007b, Haris and Sass 2007, Kane Rockoff, and Staiger 2006, ladd 2008, Sass 2008 (Jenifer King Rice, 2010, p. 1) mengatakan bahwa experience matters, but more is not always better. the impact of experience is strongest during the first few years of teaching after that, marginal returns diminish. a number of CALDER studies confirm findings from existing research that, on average, brand new teacher are less effective than those with some experience under their belt. Pengalaman memang penting, tetapi tidak selalu lebih baik dari aspek lainnya . Dampak dari pengalaman sangat kuat terasa ditahun- tahun awal pengajaran, dan setelah itu akan mulai berkurang sejumlah kajian dari CALDER menunjukkan penemuan dari beberapa risat bahwa rata-rata guru-guru baru kurang efektik (dalam mengajar) dibanding dengan mereka yang sudah berpengalaman. Guru yang sudah lama mengajar akan memiliki pengalaman yang banyak dimana guru mampu menguasai kelas dan memiliki strategi dalam menyelesaikan tugasnya, tetapi tidak menuntut kemungkinan apabila pengalaman guru ini tidak dikembangkan dan guru monoton tidak mencoba sesuatu yang baru maka pengalaman guru akan berkurang juga. itu sebabnya pengalaman guru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Skilbeck & comel 2005 (dalam Sue Hudson , Denies Beutel, and Peter Hudson) mengatakan “Early teaching experience has a large impact on teacher dropout rates, long-term commitment to
12
the profession and teaching performance in the future.”13 Pengalaman mengajar memiliki dampak besar pada tingkat harapan/keinginan utama guru, dimana komitmen jangka panjang terhadap profesi merupakan kinerja pengajaran di masa depan. Guru harus memiliki keinginan jangka panjang untuk menentukan profesinya sebagai guru.
Pengalaman bermanfaat yang diperoleh selama mengajar tersebut akan dapat mempengaruhi kualitas guru dalam mengajar. Kaplan dan Owing 2007 (Mirjam Anugerahwati and Ali Saukah) mengatakan for example, in talking about qualified teachers, it distinguishes the quality of the teacher from the quality of teaching. The first refers to what the teacher knows and brings to class. That includes talent, professional preparation, licensing and certification, as well as previous professional experience.14
Berbicara tentang guru berkualitas, yang membedakan guru berkualitas adalah kualitas pengajarannya. Pertama mengacu pada apa yang guru ketahui dan apa yang guru bawa ke dalam kelas. Ini termasuk bakat, persiapan profesional, lisensi (perijinan) dan sertifikasi, serta pengalaman profesional sebelumnya. Guru harus memanfaatkan apa yang mereka ketahui untuk meningkatkan pembelajaran siswa, seperti cara penyampaian materi, teknik dan strategi.
2.7 Pendidikan Dasar
Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “ Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.” Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I&II) dijelaskan bahwa “Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar
13 Sue Hudson , Denies Beutel, and Peter Hudson. 2007. A Program For Beggining teacher's Perceptions of their induction into teaching. International Journal of Practical Experiences in Professional Education 10(2):pp. 1-7. INC. Vol 10/ no 2
14 Mirjam Anugerahwati and Ali Saukah. 2010. Professional Competence Of English Teachers In Indonesia: a Profile Of Exemplary Teachers. Indonesian Journal of English Language Teaching. Volume 6/Number 2. Hal 76-84
13
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”15
Saefudin Sa’ud dan Sumantri mengemukakan bahwa peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem pendidikan dasar di masa depan memerlukan berbagai input pandangan, antara lain: gagasan tentang pendidikan dasar masa depan.
2.8 Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah peneliti ada beberapa penelitian terdahulu yang relevansi dengan penelitain ini, diantannya penelitian Yaya dapat disimpulkan bahwa “This study aimed at formulating alternative policies concerning quality of education focusing on suitable condition of primary school teachers to enhance the quality of education, and appropriateness of primary school teachers’ educational background towards their taught subject-matter.”16
15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
16 Yaya Jakaria, 2014. Analysis Of Appropriateness And Suitability Of Primary School Teachers’ Educational Background And Their Taught-Subject-Matter. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014. Hal 499-514
14 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan guru MI/dasar secara komprehensif dan mengungkapkan kesesuaian antara mata pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan guru MI/dasar. Adapun kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu dianalisis dari data guru MI/dasar yang bersumber dari data pokok pendidikan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).17 jenis penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif. Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan komunikasi dan format siaran. Anselm Strauss dan Juliet Corbin berpendapat bahwa istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.18
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu dengan menyesuikan metode kualitatif agar lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, metode ini menyajikan secaca langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.19
Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang diantaranya:
1. Penelitian kualitatif dapat menghasilkan teori, mengembangkan pemahaman, dan menjelaskan ralita yang kompleks;
2. Bersifat induktif-deskriptif;
3. Memerlukan waktu yang panjang;
4. Datanya berupa deskripsi, dokumen, catatan lapangan, foto dan gambar;
5. Informannya maximum variety;
17 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 180
18 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, terj. Muhammad Shodiq dkk, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h.
4.
19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatf: Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 9-10
15 6. Penelitiannya berkonteks mikro.20
3.2 Sumber Penelitian
Sumber data penelitian ada tiga jenis yakni : person (Kepala Sekolah dan Guru/pendidik), place (MI/dasar Aceh Utara), dan paper (kertas/dokumen). Dari ketiga jenis sumber data tersebut dapat dicari alternatif kemungkinan jenis metode, dan sekaligus instrumen pengumpulan data.21
3.3 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka digunakan instrumen penelitian yaitu instrumen non tes yang dimaksud untuk mengukur kesesuaian latar belakang pendidikan dengan mata pelajran yang.
Instrumen penelitian tersebut diukur dengan menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi.
3.4 Pengumpulan data
Dalam usaha mengumpulkan data, peneliti berusaha mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, baik berupa pendapat, fakta-fakta maupun dokumentasi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ada tigametode, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan teknik (participant observation), yaitu dilakukan dengan cara penelitian melibatkan diri untuk berinteraksi pada kegiatanyang dilakukan oleh subyek penelitian dalam lingkungannya, selain itu juga mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk catatan lapangan.22
b. Wawancara
Dalam penelitian metode wawancara yang digunakan adalah metode tak berstruktur atau wawancara mendalam. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
20 Ibid, h. 24
21 Arikunto, S.“Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2006. h 114
22 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hal. 91
16
informasi tentang latar belakang pendidikan guru MI. Selain itu, metode `ini juga digunakan peneliti untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian latar belakang pendidikan guru madrasah ibtidaiyah aceh utara dengan mata pelajaran yang diampu
c. Dokumentasi
Dalam pendokumentasian ini, penulis mengambil data tentang dokumen- dokumen apa saja yang ada hubungannya dengan yang dikaji oleh peneliti yaitu data guru mulai dari latar belakang guru SK pembagian tugas. Pada sebuah penelitian, teknik dokumentasi digunakan sebagai sumber data pendukung. Di samping itu data dokumentasi diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi.
3.5 Teknik Analisis Data
Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan untuk mengelola data kualitatif adalah dengan menggunakan metode induktif.
Alur pemikiran ini digunakan untuk memperoleh suatu pendapat yang terdiri dari beberapa pendapat bersifat khusus. Dengan cara menghubungkan pendapat tersebut kemudian ditarik kesimpulan secara umum. Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur Analisa data ke dalam 3 langkah:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”. Dengan dilakukannya reduksi data, maka akan diperoleh data yang lebih jelas. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data mentah yang berasal dari catatan lapangan, hasil observasi dan dokumentasi.
2. Penyajian Data
17
Penyajian data dilakukan setelah data direduksi.Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie chart, pictogram dan sejenisnya Penyajian data yang dilakukan agar memudahkan peneliti menarik kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan upaya yang dilakukan untuk mencari makna mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan Langkah akhir ini diikuti pula dengan kegiatan menyusun rekomendasi. Untuk mengetahui kecenderungan dari setiap variabel yang diteliti, juga dilakukan analisis tendensi sentral (kecenderungan).23
23 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 336
18 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan: untuk Sejauh mana tingkat kesesuaian latar belakang pendidikan guru madrasah ibdidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan aceh utara dengan mata pelajaran yang diampu dan faktor sebab terjadinya ketidaksesuaian latar belakang pendidikan guru madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan aceh utara dengan mata pelajaran yang diampu.
4.2 Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan Aceh Utara, dengan melakukan observasi, wawancara serta dokumentasi, yang menjadi subjek penelitian sebanyak 32 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah. Subjek penelitian adalah 376 guru dari madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan Aceh Utara memilki jenjang pendidikan minimal S-1.
4.3 Analisis Jenjang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan guru madrasah ibtidaiyah dan guru sekolah dasar memiliki jenjang pendidikan S-1 sebesar 97,34% yaitu 366 guru, D-III sebesar 0,53% sebanyak 2 guru, D-II sebesar 1,32% sebanyak 5 orang dan jenjang pendidikan SPG 0,79% yaitu 3 guru. Secara keseluruhan bisa disimpulkan bahwa guru madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan Aceh Utara memilki jenjang pendidikan minimal S-1. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru yang mempersyaratkan kualifikasi guru harus berpendidikan D-IV atau S-1 telah mendorong peningkatan kualifikasi guru.
Undang-undang tersebut mengharuskan semua guru memiliki gelar sarjana (S-1)
19
atau diploma D-IV sebelum tahun 2015. Guru yang belum mendapatkan sarjana disebabkan faktor masa kerja yang hampir (1-3 tahun) pansiun.
Berdasarkan Diagram di atas dapat disimpulkan bahwa guru madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar di lingkungan Aceh Utara memiliki jenjang pendidikan rata-rata S-1. Dengan rincian berikut ini:
Tabel 4.1 Rincian Persentase Jenjang Pendidikan Guru
No Jenjang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Dasar
Jumlah Persentase % Jumlah Persentase %
S-1 95 97,93% 261 97,02
D-III 0 0% 2 0,74%
D-II 1 1,03% 4 1,48%
SPG 1 1,03% 2 0,74%
97%
1% 1% 1%
Jenjang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah dasar di Lingkungan Aceh Utara
S-I D-III D-II SPG
4.4 Analisis Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan dengan Mata Pelajaran yang Diampu
Kualifikasi akademik dan ketidaksesuaian latar belakang pendidikan guru akan mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Pengetahuan dan pemahaman tenaga pendidik terhadap teori, metode, dan strategi pembelajaran, guru cenderung menggunakan pembelaj
efektif, sudah efektifi. Hal ini disebabkan dalam upaya meningkatkan daya saing diperlukan pembelajaran yang lebih efektif, dan dipadu antara dimensi pengetahuan dengan dimensi proses kognitif p
pendidikan. Strategi pembelajaran secara terus
dalam pembelajaran tersebut menyenangkan dan membuat peserta didik aktif berkreasi, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara e
a. Madrasah Ibtidaiyah
Secara umum kesesuaian latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu dilingkungan aceh utara dikatagorikan sangat baik hal ini dapat dilihat beredasarkan hasil dari observasi peneliti yaitu sebagai berikut:
Secara umum di madrasah ibditaiyah dari 97 guru kelas 64 (66%) orang yang mengajar sesuai dengan bidang keahlian dan 33 (34%) mengajar tidak sesuai dengan bidah keahlian, diantaranya berasal dari bidang keilmuan PAI mengajar sebagai guru
Tidak Sesuai 34%
Latar Belakang Pendidikan Guru Madrasah Idtidaiyah dengan Mata pelajaran yang
20
Analisis Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan dengan Mata Pelajaran
Kualifikasi akademik dan ketidaksesuaian latar belakang pendidikan guru akan mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Pengetahuan dan pemahaman tenaga pendidik terhadap teori, metode, dan strategi pembelajaran, guru cenderung menggunakan pembelajaran satu arah, jauh dari pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, sudah efektifi. Hal ini disebabkan dalam upaya meningkatkan daya saing diperlukan pembelajaran yang lebih efektif, dan dipadu antara dimensi pengetahuan dengan dimensi proses kognitif pembelajarannya di dalam domain empat pilar pendidikan. Strategi pembelajaran secara terus-menerus harus dikaji, sehingga dalam pembelajaran tersebut menyenangkan dan membuat peserta didik aktif berkreasi, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Madrasah Ibtidaiyah
Secara umum kesesuaian latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu dilingkungan aceh utara dikatagorikan sangat baik hal ini dapat dilihat beredasarkan hasil dari observasi peneliti yaitu sebagai berikut:
Secara umum di madrasah ibditaiyah dari 97 guru kelas 64 (66%) orang yang mengajar sesuai dengan bidang keahlian dan 33 (34%) mengajar tidak sesuai dengan bidah keahlian, diantaranya berasal dari bidang keilmuan PAI mengajar sebagai guru
Sesuai 66%
Latar Belakang Pendidikan Guru Madrasah Idtidaiyah dengan Mata pelajaran yang
diampu
Analisis Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan dengan Mata Pelajaran
Kualifikasi akademik dan ketidaksesuaian latar belakang pendidikan guru akan mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Pengetahuan dan pemahaman tenaga pendidik terhadap teori, metode, dan strategi pembelajaran, guru cenderung aran satu arah, jauh dari pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, sudah efektifi. Hal ini disebabkan dalam upaya meningkatkan daya saing diperlukan pembelajaran yang lebih efektif, dan dipadu antara dimensi pengetahuan embelajarannya di dalam domain empat pilar menerus harus dikaji, sehingga dalam pembelajaran tersebut menyenangkan dan membuat peserta didik aktif
fektif.
Secara umum kesesuaian latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu dilingkungan aceh utara dikatagorikan sangat baik hal ini dapat dilihat
Secara umum di madrasah ibditaiyah dari 97 guru kelas 64 (66%) orang yang mengajar sesuai dengan bidang keahlian dan 33 (34%) mengajar tidak sesuai dengan bidah keahlian, diantaranya berasal dari bidang keilmuan PAI mengajar sebagai guru
Latar Belakang Pendidikan Guru Madrasah
Idtidaiyah dengan Mata pelajaran yang
21
kelas, hal ini disebabkan pada tahun 2014 guru tersebut mendapatkan sertifikat pendidik sebagai guru kelas, namun pihak sekolah tetap memperhatikan kualitas guru untuk mampu mengajar semua mata pelajaran yaitu meliputi lima mata pelajaran yaitu pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan PKn, berdasarkan hasil analisis peneliti banyak guru mampu mengajar ke lima mapel tersebut, hal ini dikarenakan pihak sekolah memperhatikan kapasitas guru disekolahnya, ada guru yang mengajar di kelas rendah dikarenan memiliki keterbatasan pada pelajaran matematika dan pelajaran yang lain. Ada juga guru tetap mengajar di kelas atas tapi pada mata pelajaran-pelajaran tertentu ditentukan guru lain yang mampu mengajar pelajaran tersebut. Dalam ini peneliti juga menemukan hal yang bersifat negatif walaupun tapi hal ini sudah diatasi oleh pihak madrasah yaitu berupa ketidaklayakan guru dalam mengajar, hal ini bukan tanpa sebab, banyak faktor yang mempengaruhi, misalnya ketidaksesuaian latar belakang pendidikan (nonpendidikan atau latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampu), jumlah mata pelajaran yang diampu, kesibukan, tidak mampu merancang dan melaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran, dan sebagainya.
Maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan bukan faktor utama dalam menunjang mata pelajaran yang diampu. Banyak faktor yang mempengaruhi penunjang guru dalam mengampu mata pelajaran adalah: “a) penegetahuan; b) keterampilan; c) kemampuan (bakat); d) sikap dan e) perilaku dari para pekerja yang ada di dalam organisasi; (f) pengalaman mengajar”. Pengetahuan dalam meningkatkan kualitas dapat diperoleh dari lamanya berprofesi sebagai guru jadi semakin lama seseorang menjadi guru maka semakin banyak pula pengalaman yang didapat. Guru yang mempunyai keterampilan cenderung mempunyai nilai tambah tersendiri dan tentunya mempunyai pengalaman yang cukup sebelum terjun ke dunia kerja. Kemampuan atau bakat merupakan efek dari keterampilan yang dimilikinya sehingga apabila kemampuannya tinggi maka bakat yang dimilikinya juga tinggi, hal ini tentu saja berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja terdiri dari: pelatihan, keterampilan, kecakapan guru dalam
22
mengajar, hal ini yang dimaksudkan adalah masa kerja bahwa semakin lama bekerja semakin banyak keterampilan yang dimiliki sehingga produktivitasnya akan meningkat. Akan tetapi tingkat pendidikan merupakan prasyarat guru untuk melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
b. Sekolah Dasar
Sedangkan sekolah dasar kesesuaian latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu dilingkungan aceh utara dikatagorikan sangat baik hal ini dapat dilihat beredasarkan hasil dari observasi peneliti yaitu sebagai berikut:
Secara umum di madrasah ibditaiyah dari 269 guru kelas 178 (73,60%) orang yang mengajar sesuai dengan bidang keahlian dan 69 (26,39%) mengajar tidak sesuai dengan bidah keahlian, diantaranya berasal dari bidang keilmuan Pendidikan Biologi, pendidikan Geografi, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Matematika, pendidikan PKn mengajar sebagai guru kelas, hal ini disebabkan untuk melanjutkan kejenjang S-1 dari SPG dan D-II tidak ada jurusan PGMI atau PGSD sehingga melanjutkan ke jurusan lain. Karena guru tidak dapat sertifikasi kalau tidak ada jenjang pendidikan minimal S-1. Dalam hal ini pihak guru tersebut walupun bukan dari jurusan guru kelas tapi tidak memiliki kendala dalam hal mengajar guru kelas dikeranakan faktor pengalaman mengajar yang sudah lama hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif pengalaman mengajar terhadap
0 50 100 150 200 250
Sesuai Tidak Sesuai
Jumlah
Jumlah
23
kualitas guru produktif kompetensi pada guru kelas. Sumbangan pengalaman mengajar dalam meningkatkan kualitas guru sangat besar hal ini terlihat tidak ada guru yang mengeluh atau mendapatkan kesulitan dalam negajar lima mata pelajaran sebgai guru kelas walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nida Aulia (2015) yang menyebutkan bahwa pengalaman mengajar mempunyai kontribusi terhadap peningkatan tingkat komptensi profesional guru. Penelitian tersebut menghasilkan simpulan adanya pengaruh positif dan signifikan pengalaman mengajar terhadap profesionalisme guru dengan hasil uji t atau parsial yang diperoleh dari tingkat probabilitas sebesar 0,04 < 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap tingkat kompetensi profesional guru.
Adanya pengaruh pengalaman mengajar terhadap profesional guru diperkuat oleh pendapat Sumitro. Menurut Sumitro (2002: 70) hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah bahwa mereka harus senantiasa meningkatkan pengalamannya sehingga mempunyai pengalaman yang banyak dan kualitas yang dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Berdasarkan pendapat dan penelitian yang relevan tersebut menguatkan bahwa pengalaman mengajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalisme guru produktif kompetensi keahlian guru kelas. Pengalaman mengajar dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu ditingkatkan karena pengalaman mengajar dapat memudahkan guru. Maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan dan pengamlaman mengajar mempunyai ketrampilan cenderung mempunyai nilai tambah tersendiri. Kemampuan atau bakat merupakan efek dari ketrampilan yang dimilikinya sehingga apabila kemampuannya tinggi maka bakat yang dimilikinya juga tinggi, hal ini tentu saja berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru tersebut. Akan tetapi secara parsial pengembangan keprofesian berkelanjutan dapat yang mempengaruhi produktivitas kerja guru, yaitu diantaranya: keterampilan/pelatihan, kecakapan guru dalam menyelesaikan pekerjaannya, hal ini yang dimaksudkan adalah masa kerja bahwa semakin lama
24
bekerja semakin banyak keterampilan yang dimiliki sehingga produktivitasnya akan meningkat.
Banyak faktor yang mempengaruhi guru dalam mengampu mata pelajaran adalah: “a) pengetahuan dalam artian relasi latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan; b) keterampilan; c) kemampuan (bakat) serta motivasi; d) sikap serta tanggung jawab dan e) perilaku dari para guru yang ada di dalam sekolah; f) pengalaman mengajar”. Di samping itu ada faktor ekternal yang yang memberikan pengaruh dalam hal proses belajar mengajar di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah yaitu manajemen para pimpinan lembaga, sehingga kekurangan yang terjadi pada guru bisa diatasi dengan demikian ilmu yang sesuai dengan tuntunan kurikulum tertransfer dengan baik kepada pesarta didik.
25 BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu dapat diambil beberapa simpulan yang berkaitan dengan kesesuaian latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu untuk guru madrasah ibtidaiyah dan sekoah dasar. Adapun kesimpulan tersebut Banyak faktor yang mempengaruhi guru madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar di lingkunagn Aceh Utara dalam mengampu mata pelajaran adalah: “a) pengetahuan dalam artian relasi latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan;
b) keterampilan; c) kemampuan (bakat) serta motivasi; d) sikap serta tanggung jawab dan e) perilaku dari para guru yang ada di dalam sekolah; f) pengalaman mengajar”. Di samping itu ada faktor ekternal yang yang memberikan pengaruh dalam hal proses belajar mengajar di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah yaitu manajemen para pimpinan lembaga, sehingga kekurangan yang terjadi pada guru bisa diatasi dengan demikian ilmu yang sesuai dengan tuntunan kurikulum tertransfer dengan baik kepada pesarta didik
5.2 Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah diharapkan kepada guru yang mengampu mata pelajaran baik yang memilki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan pelajaran yang diampu maupun guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang relevan dengan mata pelajaran yang diampu terus melakukan pengembangan diri dengan cara terus berkarya belajar , pengembangan keprofesian berkelanjutan dan produktivitas tinggi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tanzeh. 2009, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras,
Anselm Strauss dan Juliet Corbin; 2003, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, terj. Muhammad Shodiq dkk, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
Ashton, P. T. & Webb, R. B. 1986. Making a Difference: Teacher Sense of Efficacy and Student Achievement. New York: Longman
Deddy Mulyana, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dedi Supriyadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. dicita Karya Nusa, Yogyakarta.
1 Delors, Jacques. 1996. “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-First Century.
Paris: UNESCO Publishing.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hadi Subroto, Tisno, dkk. (2007). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka. Hal 3
Hamzah. B. Uno. 2010. Profesi Kependidikan; Problematika, solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. BumiAksara.
https://www.kompasiana.com/.../laporan-peringkat-hdi-indonesia-terbaru-2016 Jamil Suprihatiningrum. 2012. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, Dan
Kompetensi Guru. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
John. W. Best, 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Joni, T.R. 1999. Strategi Belajar Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta:
P2LPTK.
27
Kosgei, A, Mise, JK., Odara, O. & Ayugi, M. E. 2013. Influence of Teacher Characteristic on Students’ Academic Achievement among Secondary Schools, Journal of Education and Practice www.iiste.org journals/index.php/JEP/article/view/4495/4563 ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X 4 (3).
Lexy J. Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatf: Edisi Revisi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mirjam Anugerahwati and Ali Saukah. 2010. Professional Competence Of English Teachers In Indonesia: a Profile Of Exemplary Teachers. Indonesian Journal of English Language Teaching. Volume 6/Number 2.
Moh. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, 2005. Kurikulum berbasis kompetensi konsep karakteristik, dan implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata.2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ngainun Naim. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta
Piet A. Sahertian. 2000. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Rachmawati, R. 2011. Rose’s Blog, 2011 karakteristik guru
Rulam Ahmadi, 2005. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif, Malang:UMPRES.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Bandung: PT. Rajagrafindo Persada.
Subana Sudrajat . 2001., Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia.
Sue Hudson , Denies Beutel, and Peter Hudson. 2007. A Program For Beggining teacher's Perceptions of their induction into teaching. International Journal of Practical Experiences in Professional Education 10(2):pp. 1-7. INC. Vol 10/
no 2
28
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata. 2004.Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Kesuma Karya.
Sutrisno Hadi, 1986. Metodologi Research 1 Penulisan Peper, Skripsi, Teshis, dan Disertasi, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Sutrisno Hadi, 1989. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset.
Syaefudin, S dan Sumantri M, Pendidikan Dasar dan Menengah.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/
Syahruddin, Andi Ernawati, Muh. Nasir Ede. 2013. Teachers’ Pedagogical Competence in School-Based Management. Journal of Education and Learning. Vol.7 (4) pp. 213-218.
Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Alfabeta.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru. Jakarta
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Yaya Jakaria, 2014. Analysis Of Appropriateness And Suitability Of Primary School
Teachers’ Educational Background And Their Taught-Subject-Matter. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014. Hal 499- 514