• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIMENSI HUKUM TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DIMENSI HUKUM TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALAM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 14

DIMENSI HUKUM TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALAM

Faturohman1, Asnawi2

1,2Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa Email:arturcikaseban@gmail.com1, srgasnawi@gmail.com2

Abstrak

Dalam sistem pengelolaan lingkungan dikenal Negara memiliki kekuasaan atas sumber daya alam. Perinsip demikan berarti Negara melalui pemerintah berwenang mengatur, mengndalikan dan mengembangkan segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan. Adapun tujuan Penelitian adalah upaya perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup untuk mengetahui Tangung jawab negara dalam Penegakan hukum terhadap pelanggaran lingungan dan alam. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan Kasus, Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kepastian penegakan hukum adalah tangung jawab pemerintah terhadap pelangaran lingkungan dan alam.

Kata Kunci: Lingkungan, Tangungjawab Pemerintah, Kepasitian Hukum.

Abstract

In the environmental management system, it is known that the State has power over natural resources. This principle means that the State through the government is authorized to regulate, control and develop all matters relating to environmental management. Article 8 paragraphs (1) and (2) of the Environmental Management Act. The purpose of the research is the protection and management of the environment to determine the State's responsibility in law enforcement against violations of the environment and nature. This research is a normative juridical research with a statutory approach and a case approach. This research uses secondary data, which consists of secondary legal materials and tertiary legal materials. From the results of the study, it was concluded that the certainty of law enforcement is the government's responsibility for environmental and natural violations

Keywords: Environment, Government Responsibility, Legal Certainty.

(2)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 15

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Negara menguasai segala aspek sumber daya alam yang tekandung di dalam bumi untuk sebesar-besarnya kesejahtraan rakyat. Dan sumber daya alam tersebut merupakan kekayaan alam nasional yang dikuasai oleh Negara. Sebagaimana diatur di dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang meinyebutkan bahwa “bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebasar-besarnya kemakmuran rakayat.

Negara mempunyai peran yang sangat strategis untuk menelola kekayaan alam sebegai wujud repersentasi dari dikuasanyai sumber daya alam tersebut untuk memamurkan rakyat.

Berdasarkan asas tanggung jawab negara, negara akan menjamin pemanfaatan sumberdaya alam yang memebrikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahtaraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini, mapun generasi yang akan datang sebagai tujuan dilaksanakannya pembangunan yang berkelanjutan dan negara menjamin hak warga negara atas lingkungan yang baik dan sehat. Pada kenyataannya kegiatan eksploitasi alam dan lingungan sering menimbulkan kerusakan lingungan, sehingga jaminan warga negara untuk mendapatkan lingungan hidup yang baik menjadi tidak terpenuhi. Sehingga tanggung jwawab negara meruapakan hal yang diperlukan untuk dapat memastikan rakyat mendapatkan lingungan hidup yang baik. Disaping itu eksistensi negara meruapakn hal yang sangat peting sebagai wujud perlindungan terhadap rakyat.

2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengusa terhadap lingkungan dan alam?

2) Bagaimana Tanggungjawab negara terhadap Lingungan dan alam?

3. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui dan memahami tentang Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengusa terhadap alam dan lingkungan.

2) Untuk mengetahui dan memahami tentang Bagaimana Tanggungjawab negara terhadap Lingungan dan Alam

(3)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 16

4. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan yuridis normatif untuk menunjang metode ini dengan berbagai cara mencara data sekunder yang di perlukan dalam penelitian. Metode Penelitian pendekatan kepustakaan yaitu menginventarisasi data-data sekunder libery researt untuk kemudian dilakukuan Analisis Kulitatif data-data tersebut kemudian dilakukan analisis kulitatif data-data tersebut kemudian dikunakan dalam penulisan meliputi bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang mengikat diperoleh dari peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkunan, buku-buku hukum, dan lain-lain.

B. PEMABAHASAN

1. Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengusa

Dalam sistem pemerintahan modern, kekuasaan yang tidak di ikuti oleh tanggung jawab penguasanya sudah ditiggalkan berhubung aspek pengendalian yang datang dari masyarakat (public Control) sudah sdemikan besar. Demeikan juga tidak kecualinya kepada aspek pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingungan, Negara berperan tidak hanya menguasai dan mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya, meskipun hal itu ditunjukan untuk kemakuran rakyat (social prosperity).1

Dalam sistem pengelolaan lingkungan dikenal Negara memiliki kekuasaan atas sumber daya alam. Perinsip demikan berarti Negara melalui pemerintah berwenang mengatur, mengndalikan dan mengembangkan segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.

Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan.2

Kekuasaan yang meluas yang dipunyai Negara terhadap bumi, air, udara dan segala sesuatu yang terkandung diatas nya sesuai asas konstitusional, tentu pula merefleksikan adanya tanggungjawab yang sangat besar pula. Karena itu kekuasaan yang meluasseperti yang terdapat pada Pasal 8 ayat (1) dan (2) UUPL harus pula diikuti dengan pengaturan lingkungan yang bervisi kepentingan rakyat banyak, pemeliharaan alam dan lingungan pencegahan pencemaran, perlindungan terhadap segala ancaman yang merusak dan berpotensi merugikan alam dan

1 N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan, Cetakan kedua, Pancuran Alam, Jakarta, 2009, hlm 123.

2Ibid.

(4)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 17

lingkungan, serta pula bertanggung jawab atas hal-hal yang merugikan masyarakat dari kerusakan alam dan lingkungan termasuk bencana alam.

Bila mendasarkan aspek kekuasaan berdasarkan istrumen hukum yang kuat dan jelas yakni UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dan (Pasal 8 ayat 1 dan 2 UUPL maka pada dasarnya Negara pun sebenarnya harus bertanggunjawab secara yuridis atas semua hal yang menjadi objek pengusaannya. Sebab sekalipun kekusaan Negara demikan dikaitkan dengan aspek klausul bahwa keuasaan bukan berarti memiliki, namun aspek menguasai adalah idnetik dengan memiliki. Dan kalua dideskripsikan dengan Bahasa lain maka kekuasaan Negara demikan apada aspek yang lebih realistic akan terlihat menjadi menguasai, atau menguasai sama dengan memiliki. Batas keduanya sangat tipis dan hapir tidak dapat dibedakan.

Tetapi jika ditinjau dari aspek Yuridis formal, diberbagai produk legislative mengenai pengaturan berbagai aspek Sumber Daya Alam dan lingungan dari tingkat Undang-undang sampai dengan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, tidak terdapat pengaturan yang khusus memberikan tanggungjawab kepada Negara atau pemerintah. Sepintas lalu bila melihat keadaan demikan memang tampak tidak begitu adil (fair) dan konsekwen, mengapa hanya merumuskan kekuasaan dan penguasaan Negara saja namun tidak pula mengaitkannya dengan kewajiban Negara mengai formula yuridis atau kerusakan alam /lingungan.3

Dilihat dari Interprtasi yang lebih terpadu, sebearnya aspek kekuasaan Negara atau atas semua sumber daya alam dan lingkunagn menjadikannya sudah sedmikian rupa memiliki taggungjawab, apakah demikian halnya? Masalah ini masih memerlukan kesematan mengkajinya secara khusus dengan berbagai aspek yang lebih intgeral dan komprehensif.

2. Tanggungjawab negara terhadap Alam dan Lingungan

Berkaitan dengan faktor probelamtis mengenai pengusaan alam oleh negara, dan kemudian tanggungjawab hukum Negara kepada pengaturan lingkungan, pemliharaan alam, pencegahan kerusakan dan sifat tanggungjwabnya terhdap bencana alam, di bawah ini perlu dibahas lebih jauh. Siapa atau pihak mana yang diminta taggungjwab jika terjadi kerusakan dan bencana alam, termasuk bukan Karen sebab atau berkaitan dengan rangkaian perbuatan manusia?

3 Ibid, hlm 124.

(5)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 18

Pencemran lingungan, yang timbul dari aktifitas manusia, amupun yang timbul karena proses (aktivitas) alam, memiliki dampak yang sama terhadap peri kihdupan manusia. Yaitu, sama-sama merugikan kepentingan manusia, dalam wujud mengancam kesehatan, merusak sumber daya alam, merusak sumber daya lingkungan, mengurangi jumlah asset-aset ekonomi, dan menurunkan mutu tara ekologis.

Akan tetapi kika dihubungkan dengan proses tanggung jawab kedua macam insiden di atas terjadi perbedaan karakter yang lebih mendasar. Perbedaan yang dimaksidkan disini ialah perbedaan karakter pertanggungjawaban atas kerguan-kerugian yang timbul sebagai akibat pencemaran lingkungan hidup, baik yang timbul karena aktivitas manusia mapun karena proses alam sendiri.

Guna menjelsakan maksud ini, perlu menjuruskannya pada sebuah pertanyaan berikut ini:

bagaimanakah perbedaan bentuk pertangungjawaban pencemaran yang terjadi, anatar yang timbul karena perbuatan manusia dengan yang timbul karena “ulah” alam itu alam itu sendiri?

Berikutnya adalah apakah kerugian kerugian yang timbul karena pencemara yang berasal dari aktivitas alam dapat dituntutkan sutu pertanggungjwaban ganti rugi oleh pihak-pihak korban dan kepada siapa ia menuntut ganti rugi tiu?

Disatu sisi, pencemaran yang bersumber dari aktifitas manusia, kini tidak asing lagi kita lihat dan kita rasakan sehari hari. Hal demikain terjadi dengan pencemaran oleh pabrik-pabrik, kecelakaan lingungan karena aktivitas perbuatan manusia, seperti runtuhnya bangunan, karena pmekaian atau pemproduksian zat-zat berbahaya, atau karena pemakaian instalasi pertambangan, gudang amunisi, kilang minyak Dll.

Disisi lain tidak asing pula kiita dengar pencemaran yang akibatnya justeru lebih dahsyat dari yang ditimbulkan oleh pencemaran Non alamiah seperti di atas yakni bencana alam karena memang benar-benar perbuatan alam. Msialnya melutusnya gunung merapi yang memuntahkan alahar dingin atau panas, emusnakahan sawah lading serta harta benda penuduk bahkan sampai ada korban nyawa manusia seperti ketika gunung galunggung meletus beberapa tahun yang lalu. Bencana lainnya seperti banjir dan sunami yang terjadi di aceh tahun 2004 dan pantai selatan pulau jawa tahun 2006, telah mengahunyutkan ratusan ribu manusia, memporak- porandakan rumah-rumah penduduk, sawah, tambak-tambak ikan, merusak waduk dan irigasi, emnghanyutkan jembatan hingga mengakibatkan kerugian bernilai puluhuan milyar.

(6)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 19

Jika pada sebab akibat yang pertama, pertanggungjawaban hukum dengan berbagai mekanisme yuridisnya sudah jelas, yakni siapa yang melakukan pencemaran itu dengan sendirinya dikaitkan kepada subjek pertangungjawbannya. Sementara pada sebab akibat yang kedua yakni bencana alam, apakah dapat dikaitkan dengan suatu subjek pertanggungjawban tertentu.

Bencana alam seperti meletusnya gunung merapi, tsunami, banjir, dan sebagainya patut dipersoalkan dari dimensi yuridisnya berkaitan pula dengan aspek kekuasaan negara kepada alam, sumber daya alam dan lingungan.

Permasalahan yang hendak dikemukakan adalah pertama bagaimana mengkaitkan bencana alam yang terjadi dengan situasi subjek pertangungjawaban. Kedua apakah memungkinkan pihak korban bencana alam demikan menuntut sesuatu tanggungjawab.

Apakah kedua karakter pencemaran atau perusakan alam yang disebutkan di atas dapat di tuntut pertanggungjawaban, karena telah minimbulaknkerugian-kerugian pada korban?

Pertanggungjawaban hukum demikan, dapat dihubungkan kepada pengertian pencearan lingkungan menurut UU PLH Nomor 4 tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 23 Tahun 1997 UUPLH (Undang-undang Pengelolaan Lingungan Hidup. UU Nomor 4 Tahun 1982 cukup menarik karena UUPLH tersebut memasukan selain manusia juga alam sebagai palaku atau sumber perbuatan pencemaran.

Berikut definisi Pencemaran Lingkungan menurut UUPLH No 4 tahun 1982 adalah:

“Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energy, dana tau komponen lain kedalam lingungan dana tau berubahnya tatanan lingungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukqnnya”.

Pengertian pencemaran lingungan yang diberikan oleh UUPLH 1982 hampir sma dengan pengertian yang dtetapkan lembaga-lembaga hukum baik yang berbentuk konvensi Internasional, rekomendasi, mapun prinsip yang diberikan pada perbincangan-perbincangan yang bersifat Internasional. OECD (organization for Economic Copration and Developmen).

Berkitan dengan pengertian pencemaran Prof. Munadjat Danusaputro mencoba beberikan definisi sebagai berikut:

(7)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 20

“pencemaran adalah suatu kedaan, dimana suatu zat dana tau energy dintroduksikan ke dalam suatu lingungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sendiri dalam konsekunesi sedemikan rupa, hingga menyebebakan terjadinya perubahan dalam termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahtraan dan keselamatan hayati”

Terhadap meikiran di atas Prof. Dr. Komar Kantaatmadja, ahli hukum lingkungan laut dari Universitas Padjajaran, menilainyasebagai terpengaruh oleh pandangan yang luas dan tentang pengertian hukum itu sendiri, yakni perangkat ketentuan mengenai pengaturan tingkah laku, baik yang merupakan produk manusia, mapun yang bukan ciptaan manusia.

(Kantaatmaja, 1981:19).

Dalam berbagai karya Prof.St. Munadzat sering mengkaitkan prinsip kselarasan, kesatupaduan ataui holistic dan lain-lain pandangan, yang mencerminkan bahwa segala sesuatunya harus dipandang tidak terlepas satu dengan yang lain. (Danusaputro 1978 :94)

Hanaya sekarang bagaimana konteks penentuan pengertian di atas dengan konsep yuridis.

Untuk menjawab pertanyaan ini Prof.Dr. Komar Kantaatmadja mencoba mengidentifikasi perosalan yuridis bila pencemaran lingkungan terkait dengan masalah-masalah yang bukan berasal dari perbuatan manusia. Dalam membahas dimensi pencemaran laut oleh miyak yang menyinggung banyak aspek perbuatan alam. Komar Kantaatmaja, melihat tiga hubungan masalah yang sulit diterima secara yuridis.

1) Tidak ada Legal inputablity dari alam itu sendiri;

2) Sukar mengatur alam secara hukum

3) Membuka kemungkinan akan pertanggungjawban negara terhadap bentuk pencemaran (dari alam) (kantaatmadja 1981: 20).

Dalam UU PLH 1997 yang mengganti UU UUPLH 1982 proses alam tidak terlihat dalam Perumusan Definsis pencemaran. Definsis pencemaran yang diletakan pada ketentuan umum Pasal 1 angka 12 UUPL 1997 hanya merumuskan manusia sebagai pelaku perbuatan pencemaran dan tidak mengikutkan alam sebagai pelaku pencemaran. Tampaknya disadari pembuat Undang-undang bahwa hal demikain membuka peluang pertanggungjawbana yuridis

(8)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 21

untuk pemerintah jika mengikuti seperti pengertian/definsi yang diberikan oleh UU tahun 1982.

C. PENUTUP 1. Kesimpulan

Negara memiliki kekuasaan atas sumber daya alam. Perinsip demikan berarti Negara melalui pemerintah berwenang mengatur, mengndalikan dan mengembangkan segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan atas lingkungan mempunyai tanggungjawab hukum berdasarkan aspek legal consequency dari aspek mengusaan alam dan lingungan.

Kerusakan atau pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh alam itu sendiri dan pencemaran yang bersumber dari aktifitas manusia. Manusia atau badan hukum yang melakukan pencematran dapat diminta pertangngjawban sebagai subjek hukum sedangkan.

Alam secara hukum tidak dapat dipertangngjawbakan sebagai subjek hukum karena alam bukan merupaka subjek hukum.

2. Saran

Negara mempunyai tanggungjawab meralisasikan apa yang telah diatur dan diamanatkan Pasa 33 ayat (2) UUD 1945. Terutama yang berkaitan dengan kekayaan alam yang terkandung didalamnya diperuntukan untuk kemakmuran dan kesejahtraan rakyat dapat diwujudkan menjadi sebuah kenyataan.

(9)

Doi Artikel : 10.46306/rj.v2i1.29 22

Daftar Pustaka

N.H.T Siahaan,2009, Hukum Lingkungan Cetakan kedua, Pancuran Alam, Jakarta.

Undang-undang Negara Repubik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009. Tentang Perlindungan Serta Pengelolaan Lingkungan Hidup

Referensi

Dokumen terkait

Metode K-Means diharapkan mampu mengelompokkan pendataan obat bulanan yang dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan persediaan obat pada tahun berikutnya, selain

Selanjutnya, entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dimana bagian Kelompok Usaha atas laba dan rugi setelah akuisisi dan penghasilan komprehensif lain

Kontak pada kulit yang berulang-ulang akan mengakibatkan iritasi dan membuat kulit lebih peka,kemungkinan dapat menyebabkan sensitisasi silang dengan epoksi lain. Preparasi

Para peminum toak mengobjektivasikan bahwa dengan keberadaan minuman toak di Tuban sejak dahulu yang diberikan secara turun-temurun kepada generasi ke generasi dan memang sudah

Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan apabila pengguna sistem informasi merasakan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh penyedia paket program aplikasi

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,473, yang berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dalam kegiatan pertanian dengan

Tugas wakil kepala bagian adalah membantu kepala bagian operasi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab operasional lapangan baik pengaturan armada, jadwal, kelaikan

Bila 100 mL contoh larutan jenuh masing masing garam Pb berikut ini, manakah yang mengandung konsentrasi ion Pb 2+ (aq) paling tinggiA. Berikut ini, manakah pernyataan yang