II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Rahman (2015) menunjukkan bahwa agroindustri chips jagung pada Kelompok Wanita Tani Anggrek di Desa Kaloling Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng memberikan keuntungan sebesar Rp3.657.215 sedangkan nilai tambah yang tercipta dari agroindustri chips jagung sebesar Rp7.698 dengan imbalan tenaga kerja sebesar Rp3.405 dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp4.294 dalam tiga kali proses produksi.
Rosiana et al., (2016) menunjukkan bahwa analisis nilai tambah kopi di Lampung memberikan nilai tambah lebih besar pada pengolahan bubuk kopi dalam skala kecil dibandingkan dalam skala besar. Nilai tambah tercatat Rp25.244/kg dalam skala kecil, sedangkan dalam skala besar hanya Rp19.897.
Pengolahan biji kopi menjadi kopi sangrai menghasilkan nilai tambah yang lebih kecil dibandingkan mengolahnya menjadi bubuk kopi. Pengolah kopi bubuk menghasilkan keuntungan sebesar 59,56 persen, sedangkan kopi bubuk hanya memperoleh keuntungan 48,67 persen.
Hidayat et al., (2018) menunjukkan bahwa agroindustri kripik pisang di Desa Tebat Monok, Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang memberi nilai tambah per kilogram selai pisang sebesar Rp4.372,37 , kerupuk pisang manis sebesar Rp2.944,00 dan kerupuk pisang asin sebesar Rp3.627,90.
Pendapatan selai pisang sebesar Rp29.566.251,00 , kerupuk pisang manis sebesar Rp18.437.067,00 dan kerupuk pisang asin sebesar Rp20.286.567,00.
Rata-rata BEP perbulan selai pisang sebesar Rp1.415.636 , kerupuk pisang manis sebesar Rp988.966 dan kerupuk pisang asin sebesar Rp781.352. R/C ratio selai pisang sebesar 1,66, kerupuk pisang manis 1,49 dan kerupuk pisang asin 1,71. Kesimpulannya selai pisang memberikan nilai tambah tertinggi dibandingkan kerupuk pisang manis dan asin.
Pramasari dan Yuli (2018) menunjukkan bahwa agroindustri kopi lengkuas di Kabupaten Sumenep menghasilkan nilai tambah kopi lengkuas sebesar Rp273.050 dengan rasio nilai tambah 68,26%. Strategi pengembangan
6
agroindustri kopi lengkuas yang dapat dilakukan yaitu dengan penetrasi pasar, memperhatikan kontinuitas produk, memperluas distribusi produk, dan meningkatkan kualitas produk.
Anggraeni et al., (2019) menunjukkan bahwa usaha marning jagung skala rumah tangga di Kabupaten Magelang telah efisien, hal ini ditunjukkan dengan R/C ratio lebih dari 1, yaitu sebesar 1,12 yang berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar 1,12 kali dari biaya yang telah dikeluarkan dan memberikan nilai tambah sebesar Rp2.038/kg.
Husniah et al., (2019) menunjukkan bahwa agroindustri kerupuk tempe di Kecamatan Puger Kabupaten Jember, nilai tambah kerupuk tempe pada masing-masing skala usaha adalah positif dengan nilai tambah terbesar dimiliki oleh agroindustri skala menengah sebesar Rp1.706,93/kg bahan baku dikarenakan biaya penyusutannya terendah diantara skala agroindustri lainnya.
Saputri dan Rita (2020) menunjukkan bahwa nilai tambah dari pengolahan marning jagung di Kelurahan Loa Janan Ulu, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar Rp11.716,07 kg dengan rasio sebesar 44,91%.
Tabel 3. Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
Nama dan Tahun
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Rahman (2015)
Analisis Nilai Tambah Agroindustri Chips Jagung
- Analisis keuntungan
- Analisis nilai tambah
- Metode Hayami
- Lokasi penelitian
Rosiana et al., (2016)
Analysis Of Added Value Of Coffee In Lampung Province
- Analisis nilai tambah metode hayami
- Lokasi penelitian
- Objek penelitian
- Membandingkan 2 jenis pengolahan biji kopi (sangrai dan bubuk)
Hidayat et al., (2018)
Agroindustrial Study of Banana Crackers and Selai Based on Income, Value Added and Break Even Point
- Analisis nilai tambah
- Lokasi penelitian
- Objek penelitian
- Analisis titik impas (BEP)
- Analisis nilai tambah menggunakan rumus NTb, NTn, NTbb Pramasari
dan Yuli (2018)
Value Added and Strategy Development Of Galangal-Coffee Agroindustry
- Analisis nilai tambah metode Hayami
- Analisis SWOT untuk menganalisis strategi pemasaran
- Lokasi penelitian
- Objek penelitian Anggraeni
et al., (2019)
Analisis Usaha Marning Jagung Skala Rumah Tangga di Kabupaten Magelang
- Analisis biaya, keuntungan, efisiensi, nilai tambah metode Hayami
- Lokasi penelitian
- Analsis resiko
Husniah et al., (2019)
Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kerupuk Tempe di Kecamatan Puger Kabupaten Jember
- Analisis nilai tambah metode hayami
- Objek penelitian
- Lokasi penelitian
Saputri dan Rita (2020)
Analisis Usaha dan
Nilai Tambah
Pengolahan Marning Jagung (Studi Kasus di Kelurahan Loa Janan Ulu, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara)
- Analisis biaya, penerimaan, nilai tambah metode hayami
- Lokasi penelitian
Sumber : Rahman, 2015; Rosiana et al., 2016; Hidayat et al., 2018; Pramasari dan Yuli, 2018; Anggraeni et al., 2019; Husniah et al., 2019; Saputri dan Rita, 2020
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai referensi dalam pelaksanaan penelitian ini, karena memiliki kesamaan yaitu membahas mengenai nilai
tambah suatu produk. Metode dasar yang digunakan yaitu menggunakan deskriptif kuantitatif, jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, dan metode analisis nilai tambah menggunakan metode hayami.
Perbedaan penelitian ini dengan sebagian dari penelitian terdahulu yaitu terletak pada objek penelitian dan lokasi penelitian, dan metode perhitungan nilai tambah yang digunakan.
B. Tinjauan Pustaka 1. Agroindustri
Bisnis sektor agroindustri memberikan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Sektor agroindustri adalah salah satu bidang yang banyak ditekuni oleh pelaku UMKM. Banyak dijumpai di supermarket hasil olahan produk makanan atau minuman yang diproduksi UMKM berbasis agroindustri. Makanan dan minuman dengan berbagai cita rasa ini dapat memberikan peluang bisnis yang meggiurkan bagi para produsen (Rahman, 2018).
Agroindustri adalah industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku untuk menghasilkan suatu produk. Hasil tanaman yang berlimpah di Indonesia merupakan peluang bagi pelaku agroindustri untuk berkembang. Pengolahan pada hasil pertanian akan meningkatkan umur simpan dan harga jual suatu produk (Tama et al., 2019).
Menurut Tarmizi (2017), agroindustri adalah salah satu subsistem yang penting dalam sistem agribisnis karena memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Keberadaan agroindustri yang ada di pedesaan diharapkan dapat meningkatkan permintaan terhadap komoditas pertanian.
Menurut Zaini (2019), pengembangan agroindustri dapat meningkatkan permintaan terhadap hasil pertanian, sehingga mampu meningkatkan produksi, harga hasil pertanian, dan pendapatan yang diperoleh petani. Berkembangnya sektor pertanian akan meningkatkan permintaan sektor agroindustri hulu, pemasaran, dan penunjang (asuransi,
keuangan, konsultan, dan pendidikan). Artinya, pengembangan sektor agroindustri mempunyai efek yang besar terhadap perekonomian.
2. Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman yang mudah diperoleh.
Jagung dapat diolah secara sederhana maupun diolah menjadi produk lain.
Jagung memiliki rasa yang manis dan tekstur yang lembut. Pertumbuhan tanaman jagung sangat memerlukan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat. Suhu yang mendukung pertumbuhan tanaman jagung yaitu antara 21-34°C. Agar dapat tumbuh optimum, media tanam untuk menanam jagung harus gembur, subur, dan kaya humus (Sari et al., 2019). Manfaat jagung bagi tubuh antara lain mengatasi konstipasi, menurunkan resiko diabetes dan mengontrol kadar gula dalam darah, mengatasi depresi, baik untuk kesehatan jantung, baik untuk kesehatan mata, dan mencegah penyakit divertikulosis (Suriyanti dan Mas’ud, 2019). Menurut Sheng et al., (2018), jagung memiliki nutrisi dan fitrokimia yang unik jika dibandingkan dengan biji-bijian utuh yang lainnya. Jagung memiliki kandungan vitamin (A, B, E, dan K), mineral (Mg, P, dan K), asam fenolik (asam ferulat, asam kumarat, dan asam siringat), karotenoid dan flavonoid (antosianin), dan serat. Mengkonsumsi jagung secara teratur dapat menurunkan resiko terkena penyakit seperti kardiovaskular, diabetes tipe 2, obesitas, dan dapat meningkatkan kesehatan pencernaan.
Jagung atau Zea mays merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan dan mudah dijumpai di Indonesia. Menurut Satriyo et al., (2016), produksi jagung memiliki peran penting dalam pengembangan industri yang ada di Indonesia. Sebagian besar industri pengolahan pangan menggunakan jagung sebagai bahan baku utamanya.
Salah satu agroindustri yang bahan bakunya menggunakan jagung adalah marning jagung. Menurut Gardjito et al., (2013), varietas jagung yang cocok sebagai bahan baku untuk membuat marning jagung adalah varietas
jagung pulut atau jagung ketan karena mengandung amilosa rendah dan amilopektin tinggi.
Menurut Astawan dan Andreas (2009), jagung ketan atau waxy corn memiliki nama ilmiah zea mays certaina. Bentuk bijinya seperti lilin dan mengandung pati seperti tepung tapioka. Kadar amilopektin yang dimiliki jagung ketan hampir 99 persen. Amilopektin adalah gugus gula yang bercabang yang akan berwarna merah apabila dicampur dengan iodium. Kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung ketan.
3. Marning Jagung
Marning jagung merupakan makanan ringan yang berasal dari olahan jagung. Cara membuat marning jagung yaitu jagung disisir terlebih dahulu kemudian direbus selama delapan jam dengan bumbu garam atau bisa juga dengan menggunakan gula merah. Setelah direbus, jagung dijemur sampai benar-benar kering kemudian digoreng (Irmayani et al., 2019). Menurut Silva et al., (2020) pengeringan merupakan proses menghilangkan kelembaban, mengurangi air yang ada pada suatu produk dan menjamin umur simpan produk sehingga memungkinkan produk untuk disimpan dalam waktu yang lama.
Bentuk marning jagung selama beberapa dekade adalah bulat pecah. Beberapa diantaranya sangat keras sehingga sulit dan kurang nyaman untuk dikonsumsi sebagian orang. Inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat marning jagung dengan bentuk pipih, sehingga kualitas tekstur dapat ditingkatkan tanpa merusak rasa (Yuristanti, 2011).
Pengolahan jagung menjadi marning jagung merupakan salah satu contoh agroindustri jagung. Pengolahan jagung dapat dilakukan dalam berbagai rasa dan bentuk. Proses pengolahan yang dilakukan pada jagung hingga menjadi marning jagung menghasilkan nilai tambah (Agustina et al., 2015).
4. Biaya
Menurut Ramdhani et al., (2020), dalam sudut pandang konsumen biaya merupakan pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk mengkonsumsi barang atau jasa. Biaya dalam sudut pandang produsen merupakan semua beban yang harus ditanggung produsen untuk menghasilkan barang. Produksi sendiri dapat diartikan sebagai proses mengubah input menjadi ouput. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu, bahwa biaya produksi merupakan total nilai dari input dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan suatu produk (barang atau jasa). Menurut Untoro (2010), biaya produksi merupakan seluruh pengeluaran yang dikeluarkan prusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Menurut Sumarwan et al., (2018), biaya variabel dapat dinyatakan per unit maupun total. Biaya variabel merupakan biaya yang diasumsikan relatif konstan per unit, yaitu biaya yang meningkat bersamaan dengan bertambahnya volume penjualan. Semakin meningkat produksi yang dihasilkan, maka biaya variabel juga akan meningkat. Contoh biaya variabel yaitu biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja.
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dan tidak berubah-ubah. Biaya tetap timbul karena adanya pengambilan keputusan dan kebijakan manajemen, misalnya yaitu keputusan dalam kepemilikan pabrik, organisasi pokok atau kepemilikan aktiva tetap, dan ekuipmen.
Biaya tetap tidak berubah dengan adanya pertambahan atau pengurangan jumlah produksi atau barang yang dijual. Contoh biaya tetap yaitu gaji karyawan, biaya asuransi, beban pajak PBB, biaya penyusutan mesin pabrik, biaya iklan (Bismala et al., 2018).
5. Penerimaan
Analisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa penerimaan atau revenue. Penerimaan adalah jumlah yang diterima atas penjualan hasil produksi yang telah dihasilkan. Besarnya penerimaan yang diperoleh perusahaan ditentukan oleh harga jual per barang dan banyaknya produk yang mampu terjual (Mesra, 2016).
Menurut Setyono (2011), total revenue (TR) yaitu penerimaan produsen sebagai hasil penjualan seluruh output yang dihasilkan. Total revenue dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TR = P x Q Keterangan : TR = Total revenue P = Harga jual (price)
Q = Jumlah output (quantity)
Menurut Mardiah (2008), terdapat 3 fungsi penerimaan, yaitu penerimaan total, penerimaan rata-rata, dan penerimaan marginal.
Penerimaan total merupakan keseluruhan penerimaan yang diterima produsen dari hasil penjualan barang yang diproduksi, dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang dijual dengan tingkat harga. Penerimaan rata-rata merupakan penerimaan produsen yang dari hasil penjualan setiap barang, dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
AR = Penerimaan rata-rata TR = Penerimaan total
Penerimaan marginal marupakan penerimaan tambahan dari hasil penjualan setiap unit barang yang dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan :
MR = Penerimaan marginal
= Tambahan penerimaan total
= Tambahan jumlah produk yang dihasilkan 6. Keuntungan
Bisnis merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan target yang diinginkan.
Keuntungan merupakan tujuan utama dalam bisnis, baik dalam jangka pendek atau panjang. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak yaitu dalam bentuk keuntungan finansial (Kasmir dan Jakmal, 2015).
Tujuan adanya sebuah bisnis yaitu untuk memperoleh keuntungan.
Keuntungan merupakan laba atau selisih nilai penjulan terhadap biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa. Rumus mencari keuntungan yaitu penerimaan dikurangi total biaya produksi (Mahyuddin, 2010). Keuntungan diperoleh apabila selisih penerimaan
dengan total biaya adalah positif
(Stimpson dan Alex, 2015).
7. Efisiensi Usaha
Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Hal ini dikarenakan kemungkinan pendapatan yang besar diperoleh dari investasi yang besar pula. Efisiensi dapat diartikan sebagai upaya untuk menggunakan input yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh output sebesar-besarnya. Efisiensi memiliki tujuan untuk memperkecil biaya produksi per satuan produk untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal (Primyastanto, 2014).
Revenue Cost Ratio atau R/C ratio adalah salah satu cara untuk menghitung efisiensi usaha. R/C ratio digunakan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas penggunaan modal pada suatu usaha. Analisis ini membandingkan biaya yang digunakan atau modal dengan penerimaan yang diterima (Warisno dan Dahana, 2018).
Rumus menghitung R/C ratio sebagai berikut : R/C ratio = TR / TC
Keterangan : TR = Penerimaan
TC = Biaya total produksi
Apabila R/C ratio lebih dari 1, maka usaha yang dijalankan menguntungkan. Jika R/C ratio sama dengan 1, maka usaha yang
dijalankan dikatakan impas. Jika R/C ratio kurang dari 1, maka usaha yang dijalankan tersebut tidak menguntungkan (Ibrahim, 2020).
8. Nilai Tambah
Pengembangan produk pertanian tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi tetapi juga harus mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk. Menurut Zaini et al., (2019), nilai tambah atau value added merupakan bertambahnya nilai suatu komoditas karena telah melalui proses pengolahan, pengangkutan, atau penyimpanan dalam suatu produksi. Bahan baku yang telah melalui proses pengolahan, maka besarnya nilai tambah dari bahan baku tersebut dapat diperkirakan.
Menurut Marimin dan Nurul (2018), konsep nilai tambah yaitu suatu perubahan nilai karena adanya suatu perlakuan terhadap input pada suatu proses produksi. Nilai tambah yang terjadi pada sektor hilir melibatkan industri pengolahan. Komoditas pertanian yang mudah rusak memerlukan penanganan yang tepat sehingga produk tersebut dapat tetap sampai ke tangan konsumen. Penanganan yang dapat dilakukan antara lain pengolahan, pengemasan, pengawetan, dan manajemen mutu guna menciptakan nilai tambah sehingga harga produk menjadi lebih tinggi.
Nilai tambah suatu produk perlu diciptakan untuk meningkatkan atau menciptakan daya saing suatu produk dan menambah daya tarik pelanggan untuk membeli suatu produk. Menurut Parakkasi (2020), syarat value added adalah apabila suatu produk telah mampu memenuhi kebutuhan dasar saja. Pelanggan akan cenderung memilih produk yang bisa memberikan nilai lebih dibanding dengan produk yang hanya memenuhi kebutuhan dasar saja.
Menurut Nabilah (2018), terdapat dua cara untuk menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan pemasaran. Salah satu metode untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan menggunakan metode Hayami. Menurut Hubeis (1997) dalam Nabilah (2018), ada tiga indikator rasio nilai tambah, yaitu :
1. Jika besarnya rasio nilai tambah < 15% maka nilai tambah rendah.
2. Jika besarnya rasio nilai tambah 15% - 40% maka nilai tambah sedang.
3. Jika besarnya rasio nilai tambah > 40% maka nilai tambah tinggi.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Proses pengolahan jagung menjadi marning jagung dapat memberikan nilai tambah bagi jagung itu sendiri. Harga komoditas hasil pertanian yang telah melalui proses pengolahan pun harganya akan lebih tinggi sehingga akan memberikan keuntungan lebih terhadap produsen. Faktor-faktor yang diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah suatu komoditas antara lain peralatan produksi, tenaga kerja, bahan-bahan tambahan dan lainnya yang diperlukan dalam proses produksi. Secara umum, kerangka teori dapat dilihat dalam bagan kerangka teori berikut :
Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Analisis Metode Hayami (Nilai Tambah) Biaya Total
Penerimaan Total Harga
o u t p u t Biaya Variabel :
Biaya Bahan Baku Biaya Bahan Penolong Biaya Bahan Bakar Biaya Tenaga Kerja Biaya Listrik dan Air Biaya Transportasi Biaya Tetap :
Biaya Penyusutan Alat Biaya PBB
Pajak PBB
Output (marning
jagung) Proses
Produksi Input
UMKM Marning Jagung di Kabupaten Wonogiri
Analisis Keuntungan (Keuntungan)
Analisis R/C Ratio (Efisiensi
Usaha)
D. Asumsi
1. Tenaga kerja keluarga diasumsikan dibayar seperti tenaga kerja luar.
2. Seluruh produk marning jagung terjual seluruhnya.
E. Pembatasan Masalah
1. Harga input dan output berdasarkan dengan tingkat harga yang berlaku di daerah penelitian.
2. Penelitian dilakukan menggunakan data produksi UMKM selama 1 bulan yaitu bulan April 2021.
3. Penelitian dilakukan di 4 UMKM yang mengolah marning jagung yang ada di Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri, yaitu UMKM Mekar, Lancar, CCW, dan KD .
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Agroindustri adalah industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku untuk menghasilkan suatu produk.
2. Jagung atau Zea mays merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan dan mudah dijumpai di Indonesia. Jagung memiliki banyak manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.
3. Marning jagung merupakan makanan ringan yang berasal dari olahan jagung yang digoreng. Biasanya tersaji dalam beraneka rasa, seperti pedas, manis, atau gurih dan bentuknya bulat pecah.
4. Bahan baku adalah bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi marning jagung adalah jagung.
5. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu tetap, tidak dipengaruhi oleh banyaknya kuantitas yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan dan biaya PBB.
6. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan jumlah output yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya kemasan, biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar, biaya listrik dan air.
7. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
8. Penyusutan merupakan biaya yang dialokasikan untuk aset tetap selama periode tertentu. Biaya penyusutan atau depresiasi dihitung menggunakan metode garis lurus, yaitu beban penyusutan yang dibebankan setiap tahunnya bernilai sama.
Keterangan :
Nilai awal : Harga beli alat produksi
Nilai sisa : Harga saat tahun terakhir alat produksi digunakan Umur ekonomis : Lama alat produksi digunakan
9. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang menangani proses produksi.
10. Biaya total produksi merupakan seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk. Terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
11. Penerimaan atau total revenue (TR) yaitu penerimaan produsen sebagai hasil penjualan seluruh output yang dihasilkan. Penerimaan diperoleh dengan mengalikan harga dengan output yang dihasilkan.
12. Keuntungan merupakan laba atau selisih antara penerimaan dengan biaya total.
13. Efisiensi memiliki tujuan untuk memperkecil biaya produksi per satuan produk untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Revenue Cost Ratio atau R/C ratio adalah salah satu cara untuk menghitung efisiensi usaha. R/C ratio digunakan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas penggunaan modal pada suatu usaha.
14. Nilai tambah atau value added merupakan bertambahnya nilai suatu komoditas karena telah melalui proses pengolahan dalam suatu proses produksi.