• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan dengan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, terdapat beberapa literature review. teori dan konsep yang digunakan sebagai acuan dalam proses pembahasan hasil penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan terkait dengan teori serta konsep yang digunakan untuk menentukan arah pembahasan. Berikut dijelasakan tinjauan pustaka mengenai teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian.

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada sub-bab ini dijelaskan mengenai studi terdahulu, yang berisi tentang hasil penelitian terdahulu, fokus penelitian yang sejenis dan pembeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain dari pada itu, hasil penelitian terdahulu ini juga menjadi bahan acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Penulis memuat beberapa jurnal yang dijadikan referensi dimana jurnal tersebut berkaitan dengan penelitian penulis.

Penelitian terdahulu yang pertama berjudul Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Di Karimunjawa, dimana dalam penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil agar tetap berkelanjutan dengan berbagai kebijakan yang ada.. Dalam penelitian ini menggunakan komponen pengembangan pariwisata Yaitu ada 4 komponen yang harus dipenuhi yaitu attractions, accessibilities, amenities, dan ancillary services menurut

(2)

Cooper dkk, dalam Astuti dan Noor, dimana dalam pengembangan pariwisata untuk mencapai paiwisata berkelanjutan harus ada ke 4 komponen tersebut.

Pemerintah daerah setempat menekankan bahwa Dalam pengembangan pariwisata di pulaupulau kecil tersebut diarahkan agar ada Pengembangan pariwisata direncanakan dan dikembangkan secara ramah lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan sosial, namun dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan sehingga terjadinya upaya pengimplementasian pariwisata berkelanjutan terhadap pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil.(Qodriyatun, 2018)

Penelitian terdahulu yang kedua berjudul Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Dalam Prespektif Lingkungan (Studi Kasus Wisata Alam Waduk Gondang Di Kabupaten Lamongan), dalam penelitian ini menjelaskan bahwa Wisata alam Waduk Gondang ini diyakini mampu menjadi roda perekonomian di Kabupaten Lamongan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Sehingga dalam hal diperlukan perbaikan dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, agar tetap menjaga kelestarian dan sumber daya alam yang ada serta manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi saat ini maupun generasi mendatang. Potensi yang ada di waduk gondang tersebut diantaranya: agroforest, perikanan, budaya dan edukasi. Sedangkan implementasi kriteria pembangunan berkelanjutan dalam prespektif lingkungan di wisata alam Waduk Gondang telah diimplementasikan sesuai dengan kriteria pembangunan berkelanjutan, yaitu tidak adanya pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural

(3)

resources, tidak ada polusi dan dampak lingkungan, dan kegiatannya dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource.(Ananta, 2020)

Penelitian yang ketiga berjudul Analisis Potensi dan Strategi Pengembangann Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Desa Sembungan, Wonosobo, Jawa Tengah, dalam jurnal ini menggunakan Indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan berdasarkan World Tourism Organization (UNWTO) berjumlah dua belas. Beberapa diantaranya berkaitan dengan aspek pembangunan sumberdaya manusia berjumlah enam indikator. Isu yang diangkat mulai dari keberlanjutan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, keadilan sosial, ketenagakerjaan, kendali masyarakat lokal dalam pariwisata dan kemakmuran komunitas. Akan tetapi dalam jurnal ini menjelaskan bahwa Karakteristik pariwisata berdasarkan indikator pariwisata berkelanjutan di Desa Sembungan menunjukkan perlunya banyak pembenahan untuk dapat mencapai pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Diantaranya dilihat dari segi atraksi wisata dan keunikan wisata, serta sumberdaya manusia.(Budiani, 2018)

Penelitian yang terakhir berjudul Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) Kota Cimahi dalam jurnal ini menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran, tiga dimensi yang menjadi fokus utama, yaitu dimensi kelestarian lingkungan, dimensi kelestarian sosial-budaya, serta dimensi peningkatan ekonomi. Konsep dibuat sesuai dengan keadaan di lapangan yang telah dikaitkan dengan teori yang ada. Konsep pengembangan pariwisata dalam dimensi kelestarian lingkungan dilakukan dengan memberikan sign-board atau papan informasi mengenai area

(4)

tumbuhan yang ada di Kabuci, menyediakan tempat sampah organik dan non organic yang nantinya bermanfaat terhadap pelestarian lingkungan yaitu pemanfaatan sampah untuk jangka panjang. (Noor, 2016)

2.2 Pengembangan Pariwisata

2.2.1 Definisi Pariwisata

Sebelum membahas lebih dalam lagi terkait pengembangan pariwisata, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai pariwisata. The Ecotourism Society mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: ―Pariwisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat‖. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi.

Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang- orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah. Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat

(5)

strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara Pariwisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah tourism, yaitu turisme, Terjemahan

Menurut Oka A. Yoeti Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah yang seharusnya dari tourism adalah wisata.

Pengertian tentang pariwisata mengalami perkembangan dari waktu ke

sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari

sosial, budaya, alam, dan ilmu. Selanjutnya menurut Musanef mengartikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara

perjalanan bertamasya dan berekreasi.

waktu, yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian pariwisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk pariwisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan o!eh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.

Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Kodhyat pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat

(6)

di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan guna bertamasya atau rekreasi dan untuk menutupi kebutuhan yang beraneka ragam. Pengertian ini dapat dipahami bahwa unsur pokok dari pariwisata

2.2.2 Definisi Pengembangan Pariwisata

adalah adanya unsur perjalanan, unsur tempat, aktivitas perjalanan, adanya unsur waktu, unsur tempat dan tujuan serta pemenuhan kebutuhan.

jam atau lebih. Dalam pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang

adalah perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata

Primadany, 2016)

semata-mata sebagai pengunjung tempat wisata tersebut. (Sefira Ryalita harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut (Qodriyatun, 2018)

Menurut Yoeti pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu: 1) perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal; 2) tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa mencari nafkah di negara, kota atau DTW yang dikunjungi. 3) uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya, di mana dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan; dan 4) perjalanan dilakukan minimal 24

(7)

Terkait dengan pengembangan pariwisata, Paturusi memberikan definisi yang berbeda, didefinisikan bahwa pengambangan merupakan suatu strategi yang digunakan untuk memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan. Di samping itu, mampu memberikan manfaat dan keuntungan bagi wisatawan, industry pariwisata (investor), pemerintah serta masyarakat local dimana daerah tujuan wisata tersebut. Pada dasarnya pengembangan pariwisata dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan permasalahan. (Suniastha, 2019)

Pengembangan pariwisata merupakan suatu usaha secara berencana dan terstruktur untuk membenahi objek dan kawasan yang ada dan membangun objek dan kawasan wisata yang baru yang akan dipasarkan pada calon wisatawan. Pengembanngan pariwisata pada prinsipnya sama dengan pengembangan produk wisata, yang mana dalam pengembangan produk wisata yang merupakan sarana pariwisata hendaknya disesuaikan dengan perubahan selera wisatawan yang sangat dinamis.

Untuk kemajuan pengembangan pariwisata, ada beberapa usaha yang perlu dilakukan secara terpadu dan dengan baik, yaitu: 1. Promosi untuk memperkenalkan objek dan kawasan wisata. 2. Transportasi yang lancar 3.

Kemudahan keimigrasian atau birokrasi 4. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman 5. Pemandu wisata yang cakap 6. Penawaran barang barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang wajar. 7. Pengisian

(8)

waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik 8. Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup. (Suta & Mahagangga, 2018)

1. Tahapan Pengembangan Pariwisata

Menurut Burder ada enam tahapan pengembangan pariwisata yang memberikan implikasi serta dampak yang berbeda secara teoritis. Tahapan- tahapan tersebut yaitu :

1. Tahap eksplorasi, pertumbuhan spontan dan penjajakan (exploration) Pada tahap ini jumlah wisatawan relative kecil, mereka cenderung dihadapkan pada keindahan alam dan budaya yang masih alami di daerah tujuan wisata. Fasilitas pariwisata dan kemudahan yang didapat wisatawan juga kurang baik. Atraksi di daerah tujuan wisata belum berubah oleh pzriwisata dan kontak dengan masyarakat local relatif tinggi.

2. Tahap keterlibatan (involvement)

Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat local dengan pemerintah dalam menyediakan fasilitas wisata. Kemudian promosi daerah wisata dimuai dengan keterlibatan pemerintah. Hasilnya terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

3. Tahap pengembangan dan pembangunan (development)

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang meningkat tajam. Pada musim puncak wisatawan biasanya menyamai, bahkan melebihi jumlah penduduk local. Investor luar berdatangan memperbaruhi fasilitas. Sejalan dengan meningkatnya jumlah dan popularitas daerah tujuan wisata,

(9)

masalah-masalah rusaknya fasilitas umum di tempat pariwisata mulai terjadi. Perencanaan dan kontrol wisata nasional mulai dibutuhkan, bukan hanya untuk pemecah masalah yang terjadi, melainkan juga untuk pemasaran internasional.

4. Tahap konsolidasi (consolidation)

Pada tahap ini tingkat pertumbuhan sudah mulai menurun walaupun total jumlah wisatawan masih relatif meningkat. Daerah pariwisata belum berpengalaman mengatasi masalah dan kecenderungan terjadinya monopoli yang sangat kuat.

5. Tahap kestabilan (stagnation)

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang berada pada puncaknya.

Artinya, wisatawan tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan wisata.

Ini disadari bahwa kunjungan wisatawan dan pemanfaatan bisnis serta komponen-komponen lain pendukungnya dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung. Daerah tujuan wusata mungkin mengalami masalah-masalah lingkungan,social dan ekonomi.

6. Tahap penurunan kualitas (deeline) dan kelahiran baru (rejuvenation) Pada tahap decline, pengunjung kehilangan daerah tujuan wisata yang diketahui semula menjadi restart baru. Resort menjadi bergantung pada sebuah daerah tangkapan secara geografi lebih kecil untuk perjalanan harian dan kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan berpeluang kuat untuk berubag dan fasilitas-fasilitas pariwisata, seperti akomodasi akan berubah

(10)

pemanfaatannya. Akhirnya, pengambilan kebijakan mengakui tingkat ini dan memutuskan untuk lebih dikembangkan sebagai kelahiran baru.

Selanjutnya terjadi kebihaksanaan baru dalam berbagai bidang, seperti pemanfaatan, pemasaran, saluran distribusi, dan meninjau kembali posisi daerah tujuan wisata. (Suniastha, 2019)

2.3 Pariwisata Berkelanjutan

2.3.1 Kemunculan Pariwisata Berkelanjutan Sebagai Suatu Konsep

Pada September 2000, dalam KTT Millennium PBB di New York, 189 negara, termasuk Indonesia, telah mendeklarasikan Millennium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium, yang berisi delapan tujuan yang ingin dicapai pada 2015 untuk menjawab tantangan-tantangan utama pembangunan global. Kedelapan tujuan itu adalah: mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, pendidikan untuk semua, memperjuangkan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan mortalitas anak, meningkatkan kesehatan maternal, membasmi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya, menjamin keberlanjutan lingkungan, dan membangun kerjasama global untuk pembangunan. Menjelang akhir periode MDGs, ada dua kabar penting untuk dunia, satu kabar baik, dan lainnya kabar buruk. Kabar baik datang dari UN News Center, 2 November, 2011, yang menyebut bahwa dalam 40 tahun terakhir, negara-negara yang berada di 25

(11)

persen peringkat terbawah mengalami perbaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sampai 82%. IMF dalam the 2013 Global Monitoring Report juga menjelaskan tren positif dalam pencapaian MDGs. Pengurangan separo penduduk miskin dunia, pengurangan separo penduduk tanpa akses air bersih, eliminasi ketimpangan gender dalam pendidikan primer pada 1015, dan perbaikan kehidupan di seratus juta permukiman kumuh pada 2020 berhasil dicapai lebih cepat, yaitu di 2010.(Sri Nurhayati Qodriyatun, 2018)

Sejumlah negara di Asia juga mengalami kemajuan. Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan secara signifikan di Malaysia, Vietnam dan Cina. Di Thailand dan Malaysia, kebijakan jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan ditambah dengan perhatian mereka terhadap lingkungan telah membuat negara-negara tersebut berada di jalur pertumbuhan yang berkelanjutan. Indonesia juga dilaporkan mencapai kemajuan, tetapi tidak di seluruh indikator. Walaupun secara umum MDGs telah berhasil, namun, ada masalah penting yang dapat mengganggu upaya untuk meningkatkan dan menjaga kinerja tersebut, yaitu masalah degradasi lingkungan. Ini merupakan kabar buruk untuk dunia. Indonesia merupakan bagian dari kabar buruk tersebut. Menurut ADB, Indonesia memiliki keragaman hayati di dalam hutan hujannya, tetapi gagal mengelola risorsis secara berkelanjutan dan adil.

Penduduk terus bertambah, sementara sumberdaya alam yang menopang kehidupan manusia, seperti energi, air, dan pangan justru mengalami kelangkaan. Kelangkaan sumberdaya alam ini diperparah oleh masalah pemanasan global dengan seluruh implikasinya, seperti badai, banjir,

(12)

dan kekeringan. Jika masalah lingkungan ini tidak dikendalikan dengan baik, pada gilirannya akan dapat merusak capaian MDGs tersebut. Pada tahun itu terjadi kekhawatiran apakah tren positif dalam pencapaian indikator-indikator MDGs itu akan dapat tetap terjaga dalam 40 tahun ke depan, karena dengan adanya tekanan kependudukan dan lingkungan yang lebih berat, harga pangan akan naik 50%, dan akses penduduk dunia, terutama di Asia Selatan dan sub- Sahara Afrika terhadap air bersih, sanitasi dan energi akan semakin menurun.

Pasca MDGs, dunia perlu menemukan model pembangunan baru yang dapat menjawab tantangan global ini. Summit 2012 di Rio de Janeiro telah menemukan jawabannya, yaitu Sustainable Development Goals (SDGs).

Model pembangunan yang berkelanjutan ini menjadi suatu pilihan yang tidak terelakkan bagi dunia untuk mengadopsinya.

Pembangunan yang berkelanjutan adalah berkenaan dengan bagaimana memenuhi kebutuhan manusia sekarang tanpa perlu mengorbankan kebutuhan generasi mendatang; pembangunan yang menggabungkan antara green growth, yaitu nexus antara elemen (strands) ekonomi dan lingkungan dengan inclusive growth, yaitu nexus antara elemen sosial dan lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu upaya untuk menghubungkan sejumlah titik isu global—ketidakadilan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, stress lingkungan, air, energi, dan keamanan pangan. Pengabaian terhadap satu titik akan menggagalkan pembuatan garis.(Zaenuri, 2012)

(13)

SDGs dihadirkan untuk menggantikan MDGs dengan tujuan yang lebih memenuhi tantangan masa depan dunia. SDGs mempunyai 17 tujuan dan 169 target. Tujuan dan target tersebut akan menstimulus aksi dalam 15 tahun kedepan pada area-area yang penting bagi kemanusiaan dan planet yaitu: manusia, planet, kemakmuran, perdamaian, dan kemitraan. MDGs dan SDGs juga berbeda dalam hal jumlah tujuan dan indikator. Sebelumnya, pada MDGs ada 8 tujuan dan 60 indikator. Pada SDGs, jumlah tersebut bertransformasi menjadi 17 tujuan dan 232 indikator (revisi terakhir dari UNStats pada Maret 2017). Di antara 17 tujuan pada SDGs, ada 4 yang benar- benar tidak ada pada MDGs, yaitu tujuan 9 (industri, inovasi, dan infrastruktur), tujuan 10 (mengurangi ketimpangan), tujuan 11 (masyarakat dan kota yang berkelanjutan), dan tujuan 16 (perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat). Namun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, baik dari segi substansi maupun proses penyusunannya. MDGs yang disepakati lebih dari 15 tahun lalu hanya berisi 8 Tujuan, 21 Sasaran, dan 60 Indikator. Sasarannya hanya bertujuan mengurangi separuh dari tiap-tiap masalah pembangunan yang tertuang dalam tujuan dan sasaran. (Said, 2016)

Pada akhirnya Pembangunan berkelanjutan mengeluarkan suatu konsep yaitu konsep pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism yang diperkenalkan oleh World Commission on Environment and development (WCAD di Brunlad Report), disebutkan bahwa, ―Sustainable development is development that meets the needs of present without compromising the ability of future generation to meet their own needs‖. Dari pernyataan tersebut

(14)

dipahami bahwa Sustainable Development adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan dengan mempertirnbangkan kebutuhan pada saat ini dengan tidak mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian pula WTO (World Trade Organization) mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan yang mencakup, Ecological Sustainability; Social and Cultural Sustainability; dan Economic Sustainability, baik untuk generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang. Dalam perjalanan waktu, konsep pernbangunan berkelanjutan (Sustainable Development) diadopsi kedalarn konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism Development).

2.3.2 Definisi Pariwisata Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan diartikan sebagai proses pembangunan pariwisata yang berorientasi kepada kelestarian sumber daya yang dibutuhkan untuk pembangunan pada masa mendatang, pengertian pembangunan pariwisata berkelanjutan ini pula diartikan ―Form of tourism that are consistent with natural, social, and community values and which allow both host and guest to enjoy positive and worth while interaction and shared experience‖ .

Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dikelola mengacu pada pertumbuhan kualitatif, maksudnya adalah meningkatkan kesejahteraan, perekonomian dan kesehatan masyarakat. Peningkatan kulitas hidup hanya dapat dicapai dengan meminimalkan dampak negatif sumber daya alam yang

(15)

tidak dapat diperbarui. Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata berkelanjutan yaitu pertumbuhan ekonomi yang sehat. kesejahteraan masyarakat local, tidak merubah struktur alam, dan melindungi sumber daya alam, kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat, memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untukpembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk generasi yang akan datang. Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang. (Arida, 2016)

Pariwisata dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, industri pariwisata, dan kebutuhan masyarakat lokal saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan dalam tujuannya harus menganut tiga prinsip dasar, yaitu: (1) Kelangsungan ekologi; (2) Kelangsungan sosial budaya; dan (3) Kelangsungan ekonomi dimana pembangunannya mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. (Aditama A Musaddad, 2019)

(16)

Selain itu, Wall, menekankan pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak hanya pada ekologi dan ekonorni, tetapi juga berkelanjutan kebudayaan karena kebudayaan juga merupakan sumber daya penting dalam pembangunan pariwisata. Oleh karena itu, Suwena rnengkategorikan suatu kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila rnernenuhi syarat-syarat yaitu Pertama, Secara ekologi berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak menimbulkan efek negatif terhadap ekosistem setempat. Selain itu, konservasi merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumber daya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisat. Kedua, secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap usaha pariwisata (industri dan wisatawan) tanpa menimbulkan konflik social. Ketiga, secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya wisatawan yang cukup berbeda (kultur wisatawan). Keempat, secara ekonomi menguntungkan, yaitu keuntungan yang didapati dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.(Sunarta & Arida, 2017)

Menurut Kruk, E., et al, sebagaimana prinsip keberlanjutan merujuk pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya dari pengembangan pariwisata. Sehingga Kruk mencetuskan beberapa indikator pariwisata berkelanjutan dikatakan tercapai apabila memenuhi indikator-indikator yaitu :

a. Memanfaatkan sumber daya lingkungan secara optimal serta mempertahankan proses ekologis

(17)

Memanfaatkan secara optimal sumber daya lingkungan yang merupakan elemen kunci dalam pengembangan pariwisata, mempertahankan sumber daya lingkungan dan mengembangkan, melalui pengelolahan dan turut andil dalam melestarikan warisan alam serta penataan lahan yang sesuai sehingga tidak merusak sumber daya lingkungan dan keanekaragaman hayati di suatu destinasi wisata.

Pariwisata berkelanjutan harus berdasarkan kriteria keberlanjutan yang antara lain dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial bagi masyarakat setempat. Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, aspek ekologi merupakan aspek yang banyak disorot ketika membahas tentang sustainable design. Hal ini disebabkan karena aspek ini terkait langsung dengan faktor-faktor alami yang ada di bumi yang kita pijak ini. Sehingga hal-hal yang menunjukkan degradasi lingkungan jelas terlihat dan terasa. Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut:

1. Meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan, 2. Meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan, 3. Melindungi modal alam yang kritis/penting

b. Keaslian sosiokultural dan warisan budaya

Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat setempat, melestarikan nilai-nilai warisan budaya dan adat yang mereka bangun, dan berkontribusi untuk meningkatkan rasa toleransi serta pemahaman

(18)

antar-budaya agar kebudayaan dapat berkembang hingga jangka panjang sehingga hal tersebut berdampak baik terhadap pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

c. Dampak Pariwisata Berkelanjutan

Dampak dari adanya pengembangan pariwisata berkelanjutan memunculkan berbagai hal diantaranya adalah dampak yang dihasilkan dari kebijakan pariwisata berkelanjutan. Dampak tersebut biasanya ada yang berupa dampak positif yang memberikan kemajuan seperti terciptanya lingkungan berkelanjutan yang sesuai dan dapat dikembangkan serta bermanfaat bagi masa depan. Lingkungan yang berkelanjutan dihasilkan dari kesuksesan penerapan pariwisata berkelanjutan, sehingga dalam hal ini pariwisata berkelanjutan sangat mempengaruhi lingkungan.

Dampak selanjutnya yang dihasilkan dari adanya pariwisata berkelanjutan ini adalah dampak ekonomi, hal ini sangat singkron dimana ada pengembangan pariwisata maka juga adanya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang dihasilkan baik dari pencapaian perluasan lapangan pekerjaan, maupun perekrutan pegawai pada tempat wisata, sehingga memunculkan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekita hal ini dapat dikatakan untuk menambah angka pertumbuhan ekonomi daerah/sekitar.

2.3.3 Prinsip-Prinsip Pariwisata Berkelanjutan

(19)

Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk generasi yang akan datang. Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsipprinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, diantaranya yaitu :

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumbersumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuantujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun sebelumnya.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok

(20)

sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal.

Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan lokal tersebut.

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteriakriteria dan standar-standar internasional.

(21)

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.

6. Daya Dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara regular sehingga dapat ditentukan penyesuaian yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use). (Sunarta & Arida, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal tinggal sementara seseorang diluar tempat

1) Wisata merupakan kegiatan perjalanan sementara yang dilakukan dengan mencari kesenangan untuk merasakan dan menikmati objek wisatanya. 2) Pariwisata adalah hal-hal

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu diberikan kepada orang

Pengertian-pengertian pendidikan agama Islam di atas, memberi pemahaman bahwa, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik

Objek wisata adalah suatu tempat yang dikunjungi oleh wisatawan dengan melakukan kegiatan pariwisata serta memiliki tujuan untuk mendapatkan kesenangan, kepuasan,

Wisata menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam adalah kegiatan

Yoeti (1985) pengembangan pariwisata disuatu negara terbukti memberi keuntungan yang tidak sedikit bahkan melebihi pendapatan yang diperoleh dari ekspor bahan

Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian pelabuhan mencangkup pengertian sebagai prasarana dan sistem, yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area