• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan dalam penelitian tentang problematika pembelajaran PAI, di antaranya:

1. Titi, Prawanti Lia dan Sumarni, Woro, 2020, “Kendala Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19.” Fokus masalah yang dibahas adalah hambatan dan.efektivitas pembelajaran daring di SD selama.Covid-19.

Metode yang digunakan adalam metode deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran daring di SD banyak mengalami permasalahan. Permasalahan ini dialami oleh siswa, orang tua siswa, maupun guru. Permasalah tersebut di antaranya pengetahuan siswa maupun orang tau siswa terhadap teknologi relatif kurang, pembelajaran dan penilaian menjadi membosankan karena dilangsungkan secara daring.

Dan semua itu membuat pembelajaran terhambat. (Prawanti & Sumarni, 2020)

2. Umaroh, Izza, 2021, “Problematika.Pembelajaran.Daring.Masa Pandemi Covid-19 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Bagi Peserta Didik di SMP Negeri 23 Surabaya”. Fokus masalah penelitian ini di antaranya, perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi dan problematika pembelajaran daring PAI di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, di mana data-data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan temuan dan kesimpulan bahwa, RPP pembelajaran PAI sampai saat ini belum relevan untuk diterapkan ke dalam pembelajaran daring PAI. Namun berbagai macam media digunakan pada pembelajaran daring di sekolah ini dapat menjadi pendukung pembelajaran daring.

Misalnya, google classroom, microsoft office, youtube, Whats App, dan media lain seperti quiz, labirin, word wall, serta banyak lahi. Maka dari itu, problematika..pembelajaran,.daring PAI ini meliputi pemahaman peserta didik yang berbeda-berbeda, keterbatasan kuota internet dan kepemilikan

(2)

smartphone, kompetensi guru dalam mengajar daring, keterbatasan pengawasan guru dalam pembelajaran daring, serta motivasi belajar peserta didik yang berkurang. (Umaroh, 2021)

3. Rahmawati, Eva, 2021, “Problematika Pembelajaran PAI Secara Daring Bagi Anak Tunanetra di SMPLB-A Yayasan Pendidikan Anakanak Buta Gebang Putih Surabaya.” Peneliti memfokuskan penelitian ini pada problematika anak tunanetra selama pembelajaran PAI secara daring, dan solusi terhadap problematika dalam pembelajaran tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pembelajaran PAI secara daring bagi anak tunanetra, yaitu menggunakan Whatsapp dan waktu pembelajaran adalah bergantung pada materi yang diajarkan. Kemudian, problematika yang dihadapi dalam pembelajarannya adalah, pertama penjelasan Guru PAI masih terbilang kurang jelas karena rasa ingin tahu peserta didik rendah, kedua disebabkan oleh jaringan internet dan harga kuota internet yang mahal sehingga sulit dijangkau. Adapun solusi yang diberikan dalam mengatasi problem tersebut, yaitu membiasakan peserta didik untuk mencari tahu, baik melalui internet atau berdiskusi dengan orang tua di rumah dan guru memberi penjelasan tambahan dengan cara membuat video pembelajaran langsung, memberikan pengertian apabila ada yang tidak hadir dalam pembelajaran daring karena kesulitan sinyal internet dan memberikan bantuan kuota internet dari dana Bos setiap 3 bulan sekali.

Kemudian, memberikan keleluasaan peserta didik untuk berdiskusi dengan orang tua atau keluarga yang ada di rumah, namun apabila tidak mendukung maka Guru PAI akan menjawab di waktu yang luang.

(Rahmawati, 2021)

4. Rahamadi, Rahmadi, 2016, “Problematika.Guru.Dalam.Proses Pembelajaran.Pendidikan.Agama.Islam.di.SMP Negeri 6 Palangka Raya.”

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui.problem guru dalam perencanaan, penguasaan materi, penguasaan kelas, penggunaan metode, dan media pembelajaran pendidikan agama Islam. Metode penelitian.yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

(3)

bahwa adanya inkonsistensi guru dalam merencanakan dan menentukan.alokasi waktu dalam RPP dengan alokasi waktu yang disediakan sekolah, dan kurangnya penguasaan materi PAI yang merupakan problem internal guru. Selain itu, ketersediaan media yang masih minim, untuk itu guru membiyai pembuatan media secara pribadi, selain media yang memang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Selain itu, guru belum mempunyai kemampuan yang baik untuk membangun suasana belajar yang menarik, sehingga minat siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI berkurang dan berakibat pada banyaknya peserta didik yang tidak memperhatikan pembelajaran. (Rahamadi, 2016)

5. Mulasi, Syibran dan Saputra, Ferdy, 2019, “Problematika Pembelajaran PAI Pada Madrasah Tsanawiyah di wilayah Barat Selatan Aceh.” Adalah permasalahan guru pada pembelajaran PAI dan solusi untuk menangani permasalahan merupakan fokus utama yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa, permasalahan SARPRAS pembelajaran PAI (buku bacaan), hal itu berimplikasi pada menurunnya minat baca siswa. Maka dari itu, menstimulus siswa dengan motivasi-motivasi, dan mengembangkan media pembelajaran untuk mendorong siswa agar lebih aktif.lagi,dalam.proses belajar mengajar merupakan solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. (Mulasi & Saputra, 2019)

6. Pribadi, Budiman, 2019, “Problematika pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Atas Negeri Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara”.

Problematika dalam pembelajaran PAI bagi guru PAI, peserta didik, dan kepala sekolah serta solusi atas problematika tersebut merupakan fokus pembahasan penelitian ini. Kualitatif deskriptif adalah metode yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Hasilnya adalah, problem yang dihadapi dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri Karang Jaya meliputi, problematika yang disebabkan oleh banyaknya siswa yang tidak dapat menulis dan membaca al-Qur’an secara benar dan fashih, sehingga,siswa.kurang memahami mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Selain itu,.rendahnya minat peserta didik dalam mempelajari bidang studi

(4)

pendidikan agama Islam dan guru yang mengalami kesulitan dalam mengkondisikan siswa dalam pembelajaran. Solusi.terhadap.permasalahan yang dilakukan guru.PAI yaitu memotivasi peserta.didik.dalam kegiatan pembelajaran seperti mengadakan kompetisi, memberi..ulangan,..memberi hadiah, memberi tahu hasil belajar maupun pemberian pujian atau.hukuman. (Pribadi, 2019)

Berdasarkan pemaparan penelitian terdahulu di atas, penelitian tentang pembelajaran daring utamanya dalam mengkaji problematika memang sudah sangat banyak. Secara garis besar, penelitian terdahulu di atas mengkaji tentang problematika pembelajaran daring yang berfokus pada problem guru dalam perencanaan pembelajaran daring di SMP, atau Madrasah Tsanawiyah dan SD.

Sedangkan, peneliti dalam penelitian ini lebih fokus pada problematika pembelajaran daring pendidikan agama Islam dan upaya guru mata pelajaran PAI dalam menghadapi problematika tersebut. Hal ini menjadi aspekyang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Selain itu sekolah atau satuan pendidikan yang dituju oleh peneliti juga berbeda yaitu di SMA Muhammadiyah 1 Malang.

B. Landasan Teori

1. Konsep Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendewasakan peserta didik dengan bertumpu pada niali-nilai ajaran Islam. Ramayulis menyatakan bahwa pengertian pendidikan dalam Islam ialah sebagai berikut:

“Kata ‘didik’ merupakan asal kata dari pendidikan yang diawali dengan ‘pe’ dan diakhiri dengan .’kan’, serta mengandung.makna aktivitas. Secara bahasa, pendidikan.artinya ‘pemeliharaan’. Semula,.istilah pendidikan berasal dari bahasa.Yunani, ‘paedagogie’ artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan.ke dalam bahasa.Inggris.dengan.“education”, berarti pengembangan atau bimbingan. Sedangkan, dalam

(5)

bahasa Arab, istilah ini.disebut “tarbiyah” yang berarti pendidikan”. (Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, 2001)

Pernyataan tersebut mengartikan bahwa secara istilah pendidikan berarti usaha.manusia.,untuk..membina,kepribadiannya sesuai.dengan.nilai-nilai.di dalam.masyarakat dan.budaya.

Senada dengan pendapat di atas, PP Nomor 55,Tahun.2007.Bab.I Pasal,2,.menyebutkan:

“Pendidikan.agama,.,adalah,.,pendidikan...yang…memberikan pengetahuan,.membentuk..sikap, kepribadian, dan keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.”

Sedangkan Abdul menjelaskan bahwa:

“Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Kemudian, menghayati tujuan ajarannya yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.” (Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, 2004)

Pernyataan tersebut mengartikan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh sehingga pada akhirnya dapat dijadikan sebagai pandangan hidup.

Adapun pendapat selanjutnya mengenai pendidikan agama, Darajat menyatakan bahwa:

“Pendidikan.agama.menyangkut.manusia.seutuhnya.atau

bersifat komprehensif,.anak tidak cuma dibekali pengertian- pengertian agama.atau,mengembangkan--intelekpanakasaja, tetapi mengenai seluruh kepribadian, mulai dari latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang berhungan manusia dengan tuhan, manusia, alam, maupun diri sendiri.” (Darajat, 2005)

(6)

Dengan demikian, pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di dunia ini saja tetapi juga mengajarkan bagaimana mempersiapkan kehidupan di akhirat nanti.

Pengertian-pengertian pendidikan agama Islam di atas, memberi pemahaman bahwa, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk mencapai tingkat kedewasaan sesuai dengan ajarana gama Islam dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian, pendidikan agama Islam meski dalam konteks bidang studi, tetapi tidak sekadar menabung pengetahuan agama Islam dalam diri peserta didik, namun yang utama adalah mengenai pembinaan, pembentukan dan pengembangan kepribadian muslim yang beriman, bertakwa dan beramal shaleh.

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

Adapun dasar pendidikan agama Islam menurut Zuhairini, di antaranya: 1) Dasar ideal, Pancasila. 2) Dasar konstitusional, Undang- Undang Dasar 1945. 3) Dasar yuridis, Undang-Undang Pendidikan Nasional. 4) Dasar operasional, Kurikulum Pendidikan Nasional yang memuat mata pelajaran agama. Dengan demikian, pendidikan agama Islam secara yuridis adalah berdasar apada dasar-dasar negara Republik Indonesia. Namun yang paling utama, pendidikan agama Islam adalah berdasar pada al-Qur’an dan Sunnah. (Zuhairini & dkk, 2009)

Dasar pendidikan agama Islam menurut Khalaf adalah al- Qur’an, karena al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah (penguat) dalam hal pengakuannya sebagai Rasul, agar

(7)

dijadikan sebagai undang-undang bagi seluruh umat manusia, di samping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya. (Khalaf, 1997)

Berdasarkan.uraian.di.atas..dapat..diperjelas.bahwa,,,dasar dari pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah..Rasulullah.SAW.

Keduanya.adalah.pedoman.dan tuntunan hidup umat Islam dalam segala aktivitasnya sebagai usaha melaksanakan pendidikan Islam, baik masalah materi, metode maupun tujuannya.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam secara umum memiliki tujuan membimbing anak supaya menjadi insan kamil yang bermanfaat bagi masyarakat, agama dan Negara. Tujuan ini hendak diraih oleh setiap orang yang melaksanakan pendidikan agama Islam karena dalam mendidik agama keimanan merupakan hal utama yang harus diinternalisasi.

Tujuan khusus pendidikan agama Islam adalah selaras dengan tujuan pendidikan Islam. Mengutip Zaini, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat atau sehat dan terampil, berotak cerdas dan berilmu banyak, berhati tunduk kepada Allah, serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan pendirian yang teguh. (Zaini, 1986)

Bertolak dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa, pendidikan agama Islam ialah menciptakan manusia sebagai ‘abdullah, mencetak generasi yang berkualitas iman dan takwa, beramal shaleh, berakhlak mulia, serta mampu berdiri sendiri (sebagai salah satu dari ciri insan kamil).

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ramayulis menjelaskan bahwa, ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tiga ruang lingkup ini memiliki titik tekan masing-masing dalam nilai yang diinternalisasi, yaitu nilai Alqur’an, akidah, syariah, akhlak, dan tarikh.

(Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, 2005)

(8)

Adapun ruang lingkup PAI di sekolah umum meliputi beberapa aspek, di antaranya: al-Qur’an dan Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Berikutnya PAI dilaksanakan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa serta menekankan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah dengan alam sekitarnya.

Aspek-aspek yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam sangatlah luas. Seperti yang dikemukakan oleh Departemen Agama Republik Indonesia bahwa:

“Pendidikan agama Islam dan budi pekerti melingkupi penilaian yang cukup luas, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Maka, ruang lingkupnya adalah mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: (1) hubungan manusia dengan Allah SWT; (2) hubungan manusia dengan dirinya sendiri; (3) hubungan manusia dengan sesama manusia;

(4) dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan.” (Departemen Agama Republik Indonesia, 2004) Mata pelajaran pendidikan agama pasca pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diubah penyebutan menjadi pendidikan agama Islam, kemudian setelah pemberlakuan K13 (Kurikukulum 2013) mata pelajaran pendidikan agama Islam diubah lagi menjadi pendidikan agama Islam dan budi pekerti.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam adalah sangat luas, di madrasah al-Qur’an dan Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih dan Sejarah Kebudayaan Islam, sedangkan di Sekolah umum adalah mengikuti K13, yakni pendidikan agama Islam dan budi pekerti.

2. Konsep Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, diartikan sebagai tahapan interaksi antara siswa dengan sesamanya, dengan guru, dan dengan sumber belajar di sekolah. (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2015)

(9)

Pembelajaran dilekatkan pada kata “mengajar” yang kata dasarnya, “ajar” artinya petunjuk bagi seseorang untuk diketahui.

Pembelajaran diambil dari kata “ajar” dan terdapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, yang artinya adalah proses, pembuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Menurut Hartinah, pembelajaran ialah sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. (Susanto, 2016; Hartinah, 2011)

Artinya, pembelajaran merupakan proses pendewasaan yang berarti mengajar dalam bentuk penyampaian materi, namun bukan dalam arti (transfer of knowledge), melainkan lebih diartikan sebagai penyampaian dan pengambilan nilai (transfer of value) dari materi yang diajarkan, sehingga bimbingan guru itu berguna untuk menjadikan peserta didik lebih dewasa.

Pembelejaran secara lebih praktis, menurut Sugiahartoto adalah suatu upaya pendidik atau guru secara sadar dan disengaja dengan tujuan menyampaikan ilmu pengetahuan, melalui dengan mengorganisir dan membentuk sistem lingkungan belajar melalui berbagai macam metode, agar peserta didik dapat belajar lebih optimal.

(Irhan & Wiyani, 2017)

Suprihatiningrum menyatakan, pembelajaran merupakan kegiatan menggabungkan pekerjaan dan pengalaman, artinya apa yang dikerjakan…orang….di….dunia….manjadikan…pengalaman.baginya.

Pengalaman. tersebut.akan.menambah.keterampilan,.pengetahuan atau pemahaman yang mencerminkan nilai yang dalam (Suprihartiningrum, 2017).

Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli pendidikan dapat dipahami dengan pengertian-pengertian, sebagai berikut:

1) Syaiful Sagala

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan ataupun teori belajar yang menjadi penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses

(10)

komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik (Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 2012).

2) Corey

Pembelajaran merupakan pengelolaan lingkungan seseorang yang dilakukan dengan disengaja sebagai upaya mengikutsertakan orang tersebut ke dalam kondisi khusus yang berimplikasi pada respon terhadap situasi tertentu (Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 2012).

3) Oemar Hamalik

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur.manusiawi,.material.fasilitas,.perlengkapan dan prosedur yang saling.mempengaruhi dalam.mencapai tujuan.pembelajaran. Manusia.yang.terlibat dalam.sistem pembelajaran terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya (Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 2012).

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas, Syaiful.Sagala dan.Oemar.Hamalik mendefinisikan.belajar sebagai.suatu kegiatan yang tidak hanya dimainkan oleh.pendidik atau.peserta didik,.tetapi keduanya memiliki peran yang sama.pentingnya dalam mencapai.tujuan pembelajaran. Sedangkan Corey.memandang belajar sebagai proses penyampaian.pengetahuan..(transfer.of.knowledge).

Akan tetapi, pada hakikatnya pengertian belajar tidak lepas dari pengertiannya baik dari segi bahasa maupun istilah. Pembelajaran bahasa adalah terjemahan dari kata “instruksi” yang berarti “suatu usaha mengajar seseorang atau sekelompok orang, melalui berbagai usaha (usaha) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan menuju pencapaian tujuan yang direncanakan”.

(11)

AECT (Association for Educational Communication and Technology) menyatakan pengertian belajar dalam arti sistem dari berbagai.komponen.instruksional,.yakni.pesan,.orang,.bahan,.peralata,.

teknik.dan.setting.atau.lingkungan....Karena.pengertian-pengertian di atas, maka kesimpulannya pembelajaran merupakan suatu sistem totalitas yang melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi.

(Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 2012) Interaksi pembelajaran memerlukan komunikasi yang teratur antara pendidik dan peserta didik, sehingga akan terbentuk dua tindakan, yakni mentransfer ilmu pengetahuan (usaha.guru).dan.

belajar (usaha murid). Karena itu, Gunawan.menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah aktifitas pendidik dengan terarah dalam.desain instruksional (instructional design) atau. peserta didik.belajar.secara.

aktif (student active learning). (Gunawan, 2014)

Pembelajaran berdasarkan seluruh pengertian-pengertian di atas merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu peserta didik agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran serta membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri.

b. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Muhaimin menjelaskan bahwa, pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan suatu kegiatan yang mengupayakan agar peserta didik dapat, perlu, terangsang, dan mau untuk terus-menerus belajar mengenai ajaran Islam, baik sekadar untuk mengetahui tata cara beragama yang baik, ataupun mendalami Islam sebagai pengetahuan. (Muhaimin, 2002)

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang terencana.untuk mewujudkan suasana belajar, guna meningkatkan potensi yang dimiliki peserta didik, dengan adanya peningkatakan tersebut peserta didik akan dapat mengubah pola sikap dan pola laku menjadi lebih.baik sebagaimana tuntunan sumber pendidikan agama Islam

(12)

dalam melangsungkan hubungan sesama makhluk dan hubungan dengan Khalik atau Pencipta (hablun minAllah wa hablun minanNas).

c. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pembelajaran agama Islam tidak terlepaskan dari fungsi pendidikan itu sendiri, termasuk di dalamnya pendidikan Islam, yaitu transformasi pengetahuan dan pengalaman. Ramayulis menjelaskan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1) Pengembangan

Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, yang sudah ditanamkan oleh keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan yang telah dimiliki oleh setiap anak didik melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar dapat berkembang dengan maksimal.

2) Penyaluran

Menyalurkan setiap anak didik yang berbakat di bidang agama agar bakat berkembang dengan maksimal dan bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang di sekitarnya.

3) Perbaikan

Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan anak didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

4) Pencegahan

Menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

5) Penyesuaian

Mengupayakan anak didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga anak didik dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

(13)

6) Sumber nilai

Memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, 2001)

Beberapa fungsi pembelajaran pendidikan Islam dari Majid dan Ramayulis memberikan pemahaman bahwa, manfaat dari pembelajaran pendidikan agama Islam akan bernilai bila diejawantahkan oleh subjek yang ada dalam dunia pendidikan melalui pembelajaran.

d. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran pada tercapainya tujuan tersebut. Mager mengartikan tujuan pembelajaran adalah perilaku siswa yang dapat dikerjakan dalam kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. (Mager, 1962) Kemudian, Edwar L. Dejnozka dan David E. Kapal (2011), serta Kemp (2007) mengemukakan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spesifik yang dinyatakan dalam tindakan yang diejawantahkan ke dalam suatu gambaran tertulis sebagai bentuk hasil belajar. Selain itu, Fred Percival dan Henry Ellington (2014) juga menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran ialah satu-kesatuan pernyataan konkrit dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa yang dicita-citakan dan dapat dicapai sebagai tujuan belajar (Amirudin, 2016).

Bertolak pada pendapat-pendapat tentang tujuan pembelajaran secara umum yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan pembelajaran secara garis besar tidak jauh berbeda, yaitu cita-cita yang diharapkan setelah selesainya proses pembelajaran. Maka dari itu, tujuan pembelajaran.pendidikan.agama.Islam sejalan dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri, yakni teraplikasikannya pengabdian penuh kepada Allah, baik secara individu, kelompok atau kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya, yang semua itu adalah perliku yang

(14)

dari hasil belajar yang dicita-citakan oleh pendidikan Islam. (Nata, 2010)

Pengertian dari tujuan pendidikan Islam itu juga dapat dipahami dengan berpedoman pada firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS, Ali Imran 2:102).

(Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan Syariah, 2012)

Umi Kultsum, dalam buku yang berjudul Pendidikan dalam Perspektif Hadist menjelaskan pembelajaran pendidikan agama Islam secara umum, sebagai berikut:

1) Beriman

Sebagaimana tujuan pendidikan pada

umumnya, .kualifikasi mukmin merupakan unsur yang harus dimasukkan, dan harus.merincinya dalam pola laku.berdasarkan pada keimanan secara khususnya.

2) Bertakwa

Ketakwaan adalah yang hal paling menentukan derajat manusia. Meski pengetahuan, ilmu, dan status sosial di masyarkat seorang manusia itu tinggi, bila tidak memiliki ketakwaan kepada Allah, hal tersebut sama sekali tidak bernilai di hadapan Allah.

3) Berakhlak.mulia

Kualitas iman seseorang itu dapat diukur dengan akhlak yang ditampilkannya, artinya semakin baik kualitas iman seseorang akan semakin baik pula akhlaknya, begitupun sebaliknya (Kultsum, 2012).

4) Kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan hidup umat Islam adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Begitu pula pada dunia pendidikan (Kultsum, 2012):

(15)

ݘძ圐ʬ걐 ᕰფm Ϧ˶ ფ 琞 ៰ფm ფ βϨფΗ 걐 β걐Ϩ圐ʬ걐 Ϩ β mΗ ფΗ ფβϨΗ걐ფ Ϩݘფm ფϥβ 걐 Η 䳀 䖟䔟ʬ걐 ფβ˶m ფ Ϧ ʬფm Ϩ ᕰ䖟䖟 䖟 ᕰფ䖟䖟 ფ

ᕰ ფ圐ფ䖟䔟 ʬ걐 ძᕰფ Ϩ

“Dan/carilah.(pahala).negeri akhirat dengan apa yang telah Allah berikan kepadamu, tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia ini dan berbuat baiklah (kepada sesama) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah.kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat.kerusakan”(QS. Al Qasas 28:77) (Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan Syariah, 2012)

Hasan Langgulung memberi penjelasan tentang tujuan dari pembelajaran pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan manifestasi dari konsep ideal kepribadian manusia,.dan.pada/umumnya.manusia

pasti.akan.berupaya.untuk.mendahulukan.kebahagiaan,.baik.di dunia atau akhirat (Langgulung, 1992).

Usaha.mencapai.tujuan pendidikan Islam, di antaranya terlebih dahulu mencapai tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam. Tujuan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai tujuan operasional atau tujuan praktis yang dapat dicapai melalui sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Misalnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada masa permulaan anak didik mampu terampil berbuat, baik dalam ucapan ataupun perbuatan anggota badan lainnya. Anak harus terampil melakukan ibadah shalat (sekurang-kurangnya ibadah wajib), meskipun belum memahami dan menghayati ibadah itu (Ihsan & Ihsan, 2007).

Dari beberapa penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu kemampuan yang diharapkan

(16)

diperoleh oleh siswa setelah melakukan rangkaian proses pembelajaran.

Sedangkan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah bertujuan untuk mewujudkan tujuan praktis dari pendidikan Islam itu sendiri, di mana pendidikan Islam mengutamakan peserta didik mempunyai aspek psikomotorik yang sesuai dengan tuntunan Islam, sebagai upaya peningkatan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

e. Unsur-Unsur Pembelajaran

Sistem pembelajaran dapat dikatakan sah ketika memenuhi unsur-unsur, yaitu sedikitnya peserta didik, tujuan dan prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Pendidik dalam sistem pembelajaran bukan merupakan unsur yang sah karena secara fungsi bisa diwakilkan oleh media, misalnya: buku, slide ppt, teks yang diprogram, dan semisalnya.

Namun, kepala sekolah adalah termasuk dari salah satu unsur sistem pembelajaran karena berhubungan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. (Hamalik, 2007)

Oemar Hamalik dalam karyanya Kurikulum dan Pembelajaran, mengklasifikasikan unsur-unsur pembelajaran, namun tetap menjadi satu kesatuan dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu:

1) Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru a) Motivasi pembelajaran siswa

b) Kondisi guru siap membelajarkan siswa

2) Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar

a) Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran.

b) Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.

c) Pengadaan sarana belajar yang dilakukan oleh guru, siswa sendiri, dan bantuan orangtua.

d) Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif

(17)

e) Subjek belajar perlu diberikan pembinaan. (Hamalik, 2007) f. Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam

Daring merupakan singkatan dari (dalam jaringan) sebagai pengganti kata online yang sering digunakan untuk merujuk pada suatu kegiatan menggunakan teknologi internet. Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial.

Sadikin dan Hamidah menjelaskan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Demikian pula Dewi menjelaskan bahwa pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring siswa memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun (Sadikin & Hamidah, 2020; Dewi, 2020).

Pembelajaran daring memiliki perbedaan dengan pembelajaran yang menggunakan komputer; misalnya, e-learning, pembelajaran berbasis internet, dan pembelajaran berbasis internet. E-learning mengacu pada semua bentuk pembelajaran, di mana informasi dan teknologi komunikasi dieksploitasi untuk memungkinkan tatap muka dan interaksi online. Pembelajaran berbasis internet adalah cara belajar yang didukung oleh suatu program yang menggunakan jaringan internet. Pembelajaran yang berbasis komputer ialah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan komputer pribadi tanpa internet.

Sementara, pembelajaran daring berbentuk pembelajaran melalui.sistem.manajemen tertentu dengan atau tanpa.instruksi.tatap muka.secara.fisik. (Ngoc & Phung, 2021)

Pendidik dalam pembelajaran daring berperan.penting dalam menggunakan berbagai macam media yang tersedia sekarang.

(18)

Sebabnya, pendidik harus bersifat adaptif menghadapi segala macam kondisi, keadaan, serta yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat dalam hal pembelajaran. (Wahyono, Husamah, & Budi, 2021)

Pembelajaran daring memang memiliki bermanfaat bagi peserta didik terlebih di masa Covid-19. Sebab mereka mampu belajar dengan kondisional selama mematuhi tata tertib yang ada dan memiliki alat komunikasi untuk mengakses pembelajaran. Ini adalah bukti bahwa Covid-19 tidak hanya memberi dampak negatif terhadap institusi pendidikan, namun dampak positif juga dapat dirasakan sebagai bentuk upaya menghadapi persoalan pendidikan di masa pandemi. (Alqurashi, 2019)

Pelaksanaan pembelajaran daring sangat memerlukan yang namanya, hubungan atau interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Pendidik sebagai orang yang menyajikan materi dalam suatu pembelajaran, dan peserta didik merupakan orang yang menerima materi. Peserta didik dapat berinteraksi dengan guru secara synchronous (interaksi belajar pada waktu yang bersamaan seperti menggunakan video call, telepon atau live chat) atau asynchronous (interaksi belajar pada waktu yang tidak bersamaan) melalui kegiatan pembelajaran yang telah disediakan dengan menggunakan forum atau message.

Model pembelajaran daring ini sebenarnya telah diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, adapun prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran daring ialah sebagai berikut.

1) Dari peserta didik diberi tahu menuju.peserta didik.mencari tahu;

2) Dari guru.sebagai satu-satunya sumber belajar.menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

(19)

4) Dari pembelajaran berbasis konten.menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

5) Dari pembelajaran parsial.menuju pembelajaran terpadu.

Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

6) Dari.pembelajaran yang bersifat.verbalisme menuju keterampilan yang bersifat aplikatif;

7) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skill) dan keterampilan mental (soft skill);

8) Pembelajaran yang.mengutamakan pembudayaan.dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

9) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai.dengan memberi keteladanan (ing ngarsonsung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

10) Pembelajaran.yang berlangsung.di rumah di.sekolah dan.di masyarakat;

11) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

12) Pemanfaatan.teknologi informasi.dan komunikasi untuk meningkatkan.efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran;

13) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016)

Prinsip utama pelaksanaan pembelajaran daring ini adalah adanya interaksi atau komunikasi antar peserta yang disini adalah siswa, maupun instruktur atau guru dalam lingkungan belajar yang menggunakan pembelajaran berbasis web yang sama. Selain itu, harus ada ketergunaan yaitu bagaimana perkembangan pembelajaran berbasis web ini menciptakan lingkungan belajar yang konsisten dan sederhana, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan seluruh penjelasan di atas, pembelajaran daring pendidikan agama Islam berarti pembelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi proses pelaksanaan, fungsi, dan tujuannya dijalankan dengan menggunakan metode teknologi internet atau digital.

g. Media Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam

(20)

Pembelajaran daring tidak membatasi media yang ingin digunakan, selama media tersebut berpedoman pada prinsip pembelajaran daring. Guru dapat menggunakan media yang sekiranya peserta didik juga dapat menggunakannya. Hal ini betujuan agar komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berlangsung dengan baik selama pelaksanaan pembelajaran. (Atsani, 2020)

Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran daring yang dapat digunakan, meliputi whatsapp group, google (google suite for education), ruangguru, zenius, dan zoom meeting. Namun untuk menentukan media mana yang relevan digunakan dalam pembelajaran, pendidikan harus mempertimbangkan materi, kondisi peserta didik, waktu, dan aspek lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Maka dari itu, menguasai banyak media pembelajaran merupakan keharusan bagi para tenaga pendidik. (Nasution, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

dan akhir, (2) frekuensi rata-rata musik, dan (3) kemunculan frekuensi. Dari ketiga acuan ini akan digunakan sebagai pembanding dengan frekuensi yang ada pada tembang tradisional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran manakah yang lebih efektif antara metode Student Teams Achivement Division (Berbagi Prestasi sebagai Tim)

Selain itu, penelitian ini juga membahas tentang bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah debitur apabila terjadi kredit macet yang bisa berakibat pada

Gaya bahasa personifikasi pada kutipan di atas dapat dilihat pada kata melainkan dalam kepalanya, dari kata tersebut terlihat bahwa bahasa yang disampaikanmenggambarkan

1. Dien Noviyani R., S.E, M.M, Akt, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal. Yuni Utami, SE, M.M, selaku Ketua Progdi Fakultas Ekonomi dan

minimal dengan bahasa Inggris dan Arab serta kemampuan untuk menguasai materi yang disampaikan oleh dosen pengampu masing- masing Program Studi, seperti mata

Diduga perlakuan pemberian 2,5 ml herbisida/1 liter air dengan mulsa jerami padi ketebalan 6 cm dapat menekan gulma secara optimal sehingga persaingan unsur hara

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca dengan penggunaan metode ceramah dan media papan