4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang gambaran dari EPS, PER, ROA, ROE dan return saham secara deskriptif berdasarkan data yang diperoleh dan disertakan dalam lampiran.
a. Return saham
Data return saham diperoleh dari pengurangan harga saham penutupan pada hari pertama bulan january dengan harga saham penutupan kemarin yang dibagikan dengan harga saham penutupan kemarin. Analisis deskriptif mengenai return saham dilakukan dengan mengelompokkan return saham ke dalam berbagai kategori.
Tabel 4.1
Kriteria perusahaan berdasarkan return saham
Return Saham Jumlah Perusahaan
Return Saham (+) selama 5 tahun 0 Return Saham (+) selama 4 tahun 1 Return Saham (+) selama 3 tahun 3 Return Saham (+) selama 2 tahun 18 Return Saham (+) selama 1 tahun 46 Return Saham (-) atau 0 selama 5 tahun 120
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Berdasarkan tabel 4.1 kita bisa melihat bahwa jumlah perusahaan yang return sahamnya positif lebih besar dari 0 selama 5 tahun ternyata tidak ada sedangkan jumlah perusahaan yang return sahamnya negatif atau sama dengan 0 melebihi separuh dari keseluruhan perusahaan yang tergolong ke dalam sampel yaitu sebesar 63,82% dengan jumlah sebanyak 120 perusahaan. Dari tabel di atas
kita bisa melihat bahwa sebagian besar return saham perusahaan bernilai negatif atau sama dengan 0.
Tabel 4.2
Return Saham Tertinggi dan Terendah Per Tahun
Tahun Return Saham
tertinggi Terendah
2000 16,67% -16,07%
2001 25% -30,3%
2002 100% -33,59%
2003 20% -32,26%
2004 21,33% -16,67%
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Berdasarkan tabel 4.2 kita bisa melihat bahwa nilai return saham tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar 16,67% yang dimiliki oleh perusahaan Global Financindo sedangkan nilai return saham terendah yaitu sebesar -16,07%
dimiliki oleh perusahaan Smart. Pada tahun 2001, nilai return saham tertinggi sebesar 25% dimiliki oleh perusahaan Bina Danatama dan nilai return saham terendah sebesar -30,3% dimiliki oleh perusahaan Intikeramik Alamasri. Pada tahun 2002, nilai return saham tertinggi sebesar 100% yang dimiliki oleh perusahaan Mas Murni dan nilai return saham terendah sebesar -33,59 yang dimiliki oleh perusahaan Sarasa Nugraha. Pada tahun 2003, nilai return saham tertinggi sebesar 20% yang dimiliki oleh perusahaan Lippo Securities dan nilai return saham terendah sebesar -32,26% yang dimiliki oleh perusahaan Sona Topas Tourism. Sedangkan pada tahun 2004, nilai return tertinggi sebesar 21,33%
dimiliki oleh perusahaan Jaya Real Property dan nilai return saham terendah sebesar -16,67% oleh perusahaan Indomobil Sukses.
b. Earning per share (EPS)
EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba atau rugi bersih yang diperoleh oleh perusahaan dari tiap lembar saham. Berikut ini dinyatakan jumlah perusahaan dengan nilai EPS yang positif dan negatif.
Tabel 4.3
Kriteria Perusahaan Berdasarkan EPS
EPS Jumlah Perusahaan
EPS (+) selama 5 tahun 61 EPS (+) selama 4 tahun 38 EPS (+) selama 3 tahun 34 EPS (+) selama 2 tahun 26 EPS (+) selama 1 tahun 20 EPS (-) selama 5 tahun 9
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui perusahaan yang memiliki nilai EPS positif selama 5 tahun berjumlah 61 perusahaan sedangkan perusahaan yang memiliki nilai EPS negatif selama 5 tahun hanya berjumlah 9 perusahaan.
Tabel 4.4
EPS tertinggi dan terendah per tahun
Tahun EPS
Positif Negatif
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah 2000 4.827 1 -1 -6.510 2001 5.403 0,10 -3 -3.315 2002 4.037 0 -1 -1.076 2003 4.805 0,21 -0,65 -508 2004 6.962 0,09 -2 -991 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Dari tabel di atas, nilai EPS positif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar 4.827 yang dimiliki oleh perusahaan Sepatu Bata dan nilai EPS positif terendah sebesar 1 yang dimiliki oleh perusahaan Bank Danamon. Pada tahun 2001, nilai EPS positif tertinggi adalah sebesar 5.403 yang dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia dan nilai EPS positif terendah sebesar 0,1 yang dimiliki oleh perusahaan Bank Pan Indonesia. Pada tahun 2002, nilai EPS positif tertinggi adalah sebesar 4.037 yang dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia dan nilai EPS positif terendah sebesar 0 yang dimiliki oleh perusahaan Asiana Grain. Pada tahun 2003, nilai EPS positif tertinggi adalah sebesar 4.805 yang dimiliki oleh perusahaan Aqua Golden dan nilai EPS positif terendah sebesar 0,21 yang dimiliki oleh perusahaan Asia. Pada tahun 2004, nilai EPS
positif tertinggi adalah sebesar 6.962 yang dimiliki oleh perusahaan Aqua Golden dan nilai EPS positif terendah sebesar 0,09 yang dimiliki oleh perusahaan Tiga Pilar Perkasa.
Nilai EPS negatif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar -1 yang dimiliki oleh perusahaan Ristia Bintang Mahkota dan nilai EPS negatif terendah sebesar -6.510 yang dimiliki oleh perusahaan Japfa. Pada tahun 2001, nilai EPS negatif tertinggi adalah sebesar -3 yang dimiliki oleh perusahaan Darya Varia dan nilai EPS negatif terendah sebesar -3.315 yang dimiliki oleh perusahaan Japfa.
Pada tahun 2002, nilai EPS negatif tertinggi adalah sebesar -1 yang dimiliki oleh perusahaan Ristia Bintang Mahkota dan nilai EPS negatif terendah sebesar -1.076 yang dimiliki oleh perusahaan Prasidha Aneka Niaga. Pada tahun 2003, nilai EPS negatif tertinggi adalah sebesar -0,65 yang dimiliki oleh perusahaan Metro Data Electronics dan nilai EPS negatif terendah sebesar -508 yang dimiliki oleh perusahaan Suba Indah. Pada tahun 2004, nilai EPS negatif tertinggi adalah sebesar -2 yang dimiliki oleh perusahaan Resource dan nilai EPS negatif terendah sebesar -991 yang dimiliki oleh perusahaan Ades Waters Indonesia.
c. Price Earning Ratio (PER)
Berikut adalah jumlah perusahaan yang memiliki nilai PER positif dan negatif selama 1 hingga 5 tahun.
Tabel 4.5
Kriteria Perusahaan Berdasarkan Nilai PER
PER Jumlah Perusahaan
PER (+) selama 5 tahun 63 PER (+) selama 4 tahun 36 PER (+) selama 3 tahun 34 PER (+) selama 2 tahun 31 PER (+) selama 1 tahun 15 PER (-) selama 5 tahun 9
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 -2004
Dari analisa deskriptif dapat diketahui bahwa perusahaan yang memiliki nilai PER positif selama 5 tahun berjumlah 63 perusahaan sedangkan nilai PER negatif selama 5 tahun dimiliki oleh 9 perusahaan.
Tabel 4.6
PER Tertinggi dan Terendah Per Tahun
Tahun PER
Positif Negatif
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah 2000 1.440,99 0,13 -0,04 -134,41 2001 854,83 0,15 -0.04 -132.9 2002 405,26 0,04 -0,04 -99,95 2003 248,66 0 -0,25 -138,42 2004 2.844,87 0 -0,15 -124,46 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Dari tabel di atas, nilai PER positif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar 1.440,99 yang dimiliki oleh perusahaan Tunas Baru Lampung dan nilai PER positif terendah sebesar 0,13 yang dimiliki oleh perusahaan Pacific Utama.
Pada tahun 2001, nilai PER positif tertinggi adalah sebesar 854,83 yang dimiliki oleh perusahaan Bukit Sentul dan nilai PER positif terendah sebesar 0,15 yang dimiliki oleh perusahaan BFI Finance. Pada tahun 2002, nilai PER positif tertinggi adalah sebesar 405,26 yang dimiliki oleh perusahaan Evershine Textile dan nilai PER positif terendah sebesar 0,04 yang dimiliki oleh perusahaan Bina Danatama. Pada tahun 2003, nilai PER positif tertinggi adalah sebesar 248,66 yang dimiliki oleh perusahaan Equity Development dan nilai PER positif terendah sebesar 0 yang dimiliki oleh perusahaan Global Financindo. Pada tahun 2004, nilai PER positif tertinggi adalah sebesar 2.444,87 yang dimiliki oleh perusahaan Tiga Pilar Perkasa dan nilai PER positif terendah sebesar 0 yang dimiliki oleh perusahaan Ricky Putra Globalindo.
Nilai PER negatif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar -0,04 yang dimiliki oleh perusahaan Japfa dan nilai PER negatif terendah sebesar -134,41 yang dimiliki oleh perusahaan Ristia Bintang Mahkota. Pada tahun 2001, nilai PER negatif tertinggi adalah sebesar -0,04 yang dimiliki oleh perusahaan Japfa dan nilai PER negatif terendah sebesar -132,9 yang dimiliki oleh perusahaan Darya Varia. Pada tahun 2002, nilai PER negatif tertinggi adalah sebesar -0,04 yang dimiliki oleh perusahaan Global Financindo dan nilai PER negatif terendah sebesar -99,95 yang dimiliki oleh perusahaan Karwll Indonesia. Pada tahun 2003, nilai PER negatif tertinggi adalah sebesar -0,25 yang dimiliki oleh perusahaan
Suba Indah dan nilai PER negatif terendah sebesar -138,42 yang dimiliki oleh perusahaan Metro Data Electronics. Pada tahun 2004, nilai PER negatif tertinggi adalah sebesar -0,15 yang dimiliki oleh perusahaan Panca Wiratama Sakti dan nilai PER negatif terendah sebesar -124,6 yang dimiliki oleh perusahaan Schering Plough.
d. Return On Assets (ROA)
Jumlah perusahaan yang memiliki nilai ROA positif dan negatif selama 1 hingga 5 tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Kriteria Perusahaan Berdasarkan ROA
ROA Jumlah Perusahaan
ROA (+) selama 5 tahun 63 ROA (+) selama 4 tahun 37 ROA (+) selama 3 tahun 36 ROA (+) selama 2 tahun 24 ROA (+) selama 1 tahun 18 ROA (-) selama 5 tahun 10
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sejumlah 63 perusahaan memiliki nilai ROA positif selama 5 tahun sedangkan nilai ROA negatif selama 5 tahun dimiliki oleh 10 perusahaan.
Tabel 4.8
ROA Tertinggi dan Terendah Per Tahun
Tahun ROA
Positif Negatif
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah 2000 52,12% 0,04% -1,39% -101,75%
2001 52,18% 0,01% -0,48% -110,78%
2002 93,74% 0,07% -0,13% -109,61%
2003 468,44% 0,09% -0,15% -54,92%
2004 144,04% 0,02% -0,2% -64,91%
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Dari tabel di atas, nilai ROA positif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar 52,12% yang dimiliki oleh perusahaan Pacific Utama dan nilai ROA positif terendah sebesar 0,04% yang dimiliki oleh perusahaan Bina Danautama.
Pada tahun 2001, nilai ROA positif tertinggi adalah sebesar 52,18% yang dimiliki oleh perusahaan BFI Finance dan nilai ROA positif terendah sebesar 0,01% yang dimiliki oleh perusahaan Bank Pan Indonesia. Pada tahun 2002, nilai ROA positif tertinggi adalah sebesar 93,74% yang dimiliki oleh perusahaan Great River dan nilai ROA positif terendah sebesar 0,07% yang dimiliki oleh perusahaan Bina Danautama. Pada tahun 2003, nilai ROA positif tertinggi adalah sebesar 468,44%
yang dimiliki oleh perusahaan Prasidha Aneka Niaga dan nilai ROA positif terendah sebesar 0,09% yang dimiliki oleh perusahaan Asia. Pada tahun 2004, nilai ROA positif tertinggi adalah sebesar 144,04% yang dimiliki oleh perusahaan Ades Waters Indonesia dan nilai ROA positif terendah sebesar 0,02% yang dimiliki oleh perusahaan Tiga Pilar Perkasa.
Nilai ROA negatif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar -1,39% yang dimiliki oleh perusahaan Ashasimas Flat dan nilai ROA negatif terendah sebesar -101,75% yang dimiliki oleh perusahaan Semen Cibinong. Pada tahun 2001, nilai ROA negatif tertinggi adalah sebesar -0,48% yang dimiliki oleh perusahaan Darya Varia dan nilai ROA negatif terendah sebesar -110,78% yang dimiliki oleh perusahaan Asiana Green. Pada tahun 2002, nilai ROA negatif tertinggi adalah sebesar -0,13% yang dimiliki oleh perusahaan Ristia Bintang Mahkota dan nilai ROA negatif terendah sebesar -109,61% yang dimiliki oleh perusahaan Prasidha Aneka Niaga. Pada tahun 2003, nilai ROA negatif tertinggi adalah sebesar -0,15% yang dimiliki oleh perusahaan Bintang Mitra dan nilai ROA negatif terendah sebesar -54,92% yang dimiliki oleh perusahaan Siwani Makmur. Pada tahun 2004, nilai ROA negatif tertinggi adalah sebesar -0,2% yang
dimiliki oleh perusahaan Resource dan nilai ROA negatif terendah sebesar -64,91% yang dimiliki oleh perusahaan Sarasa Nugraha.
e. Return On Equity (ROE)
Berikut ini adalah jumlah perusahaan dengan nilai ROE positif dan negatif selama 1 hingga 5 tahun.
Tabel 4.9
Kriteria Perusahaan Berdasarkan ROE
ROE Jumlah Perusahaan
ROE (+) selama 5 tahun 66 ROE (+) selama 4 tahun 31 ROE (+) selama 3 tahun 38 ROE (+) selama 2 tahun 26 ROE (+) selama 1 tahun 18 ROE (-) selama 5 tahun 9
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 - 2004
Berdasarkan data deskriptif dapat diketahui perusahaan yang memiliki ROE positif selama 5 tahun berjumlah 66 perusahaan sedangkan yang memiliki ROE negatif selama 5 tahun hanya berjumlah 9 tahun.
Tabel 4.10
ROE Tertinggi dan Terendah Per Tahun
Tahun ROE
Positif Negatif
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah 2000 110,28% 0,19% -0,39% -441,52%
2001 20.242,26% 0,06% -0,7% -775,95%
2002 1.201.9% 0,37% -0,17% -1.128,55%
2003 2.509,15% 0,59% -0,18% -316,59%
2004 848,77% 0,09% -0,32% -29.006,16%
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000 -2004
Dari tabel di atas, nilai ROE positif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar 110,28% yang dimiliki oleh perusahaan Ades Waters Indonesia dan nilai ROE positif terendah sebesar 0,19% yang dimiliki oleh perusahaan Jaka Artha Graha. Pada tahun 2001, nilai ROE positif tertinggi adalah sebesar 20.242,26%
yang dimiliki oleh perusahaan Semen Cibinong dan nilai ROE positif terendah sebesar 0,06% yang dimiliki oleh perusahaan Bank Pan Indonesia. Pada tahun 2002, nilai ROE positif tertinggi adalah sebesar 1.201,9% yang dimiliki oleh perusahaan Dharmala Intiland dan nilai ROE positif terendah sebesar 0,37% yang dimiliki oleh perusahaan Bina Danatama. Pada tahun 2003, nilai ROE positif tertinggi adalah sebesar 2.509,15% yang dimiliki oleh perusahaan Dharmala Intiland dan nilai ROE terendah sebesar 0,59% yang dimiliki oleh perusahaan
Bukit Sentul. Pada tahun 2004, nilai ROE positif tertinggi adalah sebesar 848,77%
yang dimiliki oleh perusahaan Ades Waters Indonesia dan nilai ROE positif terendah sebesar 0,09% yang dimiliki oleh perusahaan Tiga Pilar Perkasa.
Nilai ROE negatif tertinggi pada tahun 2000 adalah sebesar -0,39% yang
dimiliki oleh perusahaan Ristia Bintang Mahkota dan nilai ROE negatif terendah sebesar -4.441,52% yang dimiliki oleh perusahaan Smart. Pada tahun 2001, nilai
ROE negatif tertinggi adalah sebesar -0,7% yang dimiliki oleh perusahaan Pelangi Indah Canindo dan nilai ROE negatif terendah sebesar -775,95% yang dimiliki oleh perusahaan Sierad Produce. Pada tahun 2002, nilai ROE negatif tertinggi adalah sebesar -0,17% yang dimiliki oleh perusahaan Ristia Bintang Mahkota dan nilai ROE negatif terendah sebesar -1.128,55% yang dimiliki oleh perusahaan Ciputra Development. Pada tahun 2003, nilai ROE negatif tertinggi adalah sebesar -0,18% yang dimiliki oleh perusahaan Bintang Mitra dan nilai ROE negatif terendah sebesar -316,59% yang dimiliki oleh perusahaan Langgeng Makmur. Pada tahun 2004, nilai ROE negatif tertinggi adalah sebesar -0,32%
yang dimiliki oleh perusahaan Resource dan nilai ROE negatif terendah sebesar -29.006,16% yang dimiliki oleh perusahaan Sarasa Nugraha.
4.2 Pembahasan
Pada bagian ini akan diberikan pembahasan mengenai hasil dari pengolahan data dengan menggunakan dua model regresi linear berganda.
4.2.1 Uji Pengaruh Rasio Pasar Terhadap Return Saham
Hasil pengolahan data pada model pertama adalah sebagai berikut:
4.2.1.1 Uji Asumsi Regresi Klasik a. Pengujian Gejala Multikolinieritas
Pada model pertama untuk nilai VIF dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
X11 Æ VIF = 1.000 Tolerance = 1.000 X12 Æ VIF = 1.000 Tolerance = 1.000
Dari kedua variabel tersebut menunjukkan nilai VIF yang lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat multikolinieritas.
b. Pengujian Gejala Heteroskedastisitas
Pada model pertama pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat plot antara residual versus fit. Jika terjadi trend baik itu naik, turun maupun mengelompok, maka dikatakan ada heteroskedastisitas pada data. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terjadi trend data titik-titik yang mengelompok, maka dikatakan bahwa terjadi kasus heteroskedastisitas. Kasus heteroskedastisitas juga dapat dilihat pada nilai korelasi Rank Spearman antara residual terhadap variabel bebas. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel EPS dan PER terhadap residual lebih kecil (0.000) bila dibandingkan dengan taraf kesalahan (α) 5%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala heteroskedastistas.
c. Pengujian Gejala Autokorelasi
Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson seperti yang ditunjukkan tabel 4.11.
Tabel 4.11
Daftar Durbin Watson (Tabel)
Durbin Watson Kesimpulan
Kurang dari 1.1
1.1 sampai dengan 1.44 1.55 sampai dengan 2.46 2.47 sampai dengan 2.90 Di atas 2.91
Ada Otokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi
Pada model pertama, berdasarkan hasil print out maka menunjukkan bahwa Durbin Watson hitung adalah 2.065 sehingga hal ini berarti berada di daerah tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara anggota pengamatan dalam variabel-variabel bebas yang sama tidak memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
4.2.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel bebas dalam penelitian yaitu Variabel EPS (X11) dan PER (X12) terhadap Return saham(Y1)
Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan software SPSS 11.0 for windows, didapatkan model sebagai berikut:
Y1 = -0.00641 + 0.0000009037X11 - 0.00000653X12
Dimana:
Y1 : return X11 : EPS X12 : PER
Berikut ini adalah hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 11.0 for windows pada model pertama :
Tabel 4.12
Analisis Regresi Linier Berganda Model I
No Koefisien Koefisien Regresi t- hitung Sig. keputusan 1 Konstan -0.00641 -3.354 0.001 Tolak H0
2 EPS 0.0000009037 0.357 0.721 Terima H0
3 PER -0.00000653 -0.368 0.713 Terima H0
F hitung = 0.132 Signifikansi F = 0.877 Adjusted R Square = -0.002 t tabel = 1.6966 R Square = 0 α = 0.05
4.2.1.3 Uji F (Uji Serempak)
Pengujian serempak dengan uji-F dilakukan untuk menguji kesesuaian model yang didapatkan. Kesesuaian model didapatkan jika variabel bebas secara signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat (return saham).
Untuk model regresi yang pertama : 1. Besarnya nilai
F tabel = Fα (df regresi, df residual)= Fα (k, n – k – 1 ) F tabel = F0.05 (2, 937) = 3,0800
2. Daerah kritis atau daerah penolakan Bila F hitung ≥ F tabel maka H0 ditolak Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima 3. F hitung = 0,132
Karena F hitung < F tabel yaitu 0,132 < 3,0800, maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5 % dengan df regresi = 2 dan df residual 937. Sehingga dapat diketahui bahwa semua variabel bebas yang terdiri dari EPS dan PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat yaitu return saham. Hal ini dikarenakan kualitas data keseluruhan yang kurang memadai, antara lain nilai return saham yang sebagian besar bernilai 0 atau negatif, demikian juga dengan nilai EPS dan PER yang kebanyakan bernilai negatif dan fluktuasi nilai EPS dan PER yang tajam selama periode pengamatan.
4.2.1.4 Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi dari masing-masing parameter model regresi dengan tingkat keyakinan α = 5%. Berikut ini hasil uji parsial (uji individu) masing-masing variabel bebas pada model pertama :
a. Uji parsial pengaruh X11 (EPS) terhadap return saham (Y1).
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung pengujian sebesar 0,357, sedangkan nilai dari ttabel sebesar 1,6966.
Karena nilai dari thitung lebih kecil dari ttabel, maka H0 diterima pada tingkat signifikansi sebesar 0,05, yang berarti secara parsial EPS (X11) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham (Y1).
b. Uji parsial pengaruh X12 (PER) terhadap return Saham (Y1)
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung pengujian sebesar -0,368, sedangkan nilai dari ttabel sebesar 1,6966.
Karena nilai dari thitung lebih kecil dari ttabel, maka H0 diterima pada tingkat signifikansi sebesar 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial PER (X12) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham (Y1).
4.2.2 Uji Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Hasil pengolahan data pada model kedua adalah sebagai berikut:
4.2.2.1 Uji Asumsi Regresi Klasik a. Pengujian Gejala Multikolinieritas
Pada model kedua untuk nilai VIF dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
X21 Æ VIF = 1.020 Tolerance = 0.980 X22 Æ VIF = 1.020 Tolerance = 0.980
Dari kedua variabel tersebut menunjukkan nilai VIF yang lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat multikolinieritas.
b. Pengujian Gejala Heteroskedastisitas
Pada model kedua pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat plot antara residual versus fit. Jika terjadi trend baik itu naik, turun maupun mengelompok, maka dikatakan ada heteroskedastisitas pada data. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terjadi trend data titik-titik yang mengelompok, maka dapat dikatakan bahwa terjadi kasus heteroskedastisitas.
Dengan melihat nilai korelasi Rank Spearman antara residual terhadap variabel bebas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel EPS dan PER terhadap residual lebih kecil (0.000) bila dibandingkan dengan taraf kesalahan (α) 5%.
Sehingga dapat diketahui bahwa terjadi gejala heteroskedastistas.
c. Pengujian Gejala Autokorelasi
Pada model kedua, berdasarkan hasil print out maka menunjukkan bahwa Durbin Watson hitung adalah 2.064 sehingga hal ini berarti berada di daerah tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara anggota pengamatan dalam variabel-variabel bebas yang sama tidak memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi pada model kedua digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel bebas dalam penelitian yaitu Variabel ROA (X21) dan ROE (X22) terhadap Return saham(Y2). Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan software SPSS 11.0 for windows, didapatkan model sebagai berikut:
Y2 = -0.00642 + 0.0009091X21 + 0.00005643X22
Dimana:
Y2 : return X21 : ROA X22 : ROE
Berikut ini adalah hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 11.0 for windows pada model kedua :
Tabel 4.13
Analisis Regresi Linier Berganda Model II
No Koefisien Koefisien Regresi t- hitung Sig. keputusan 1 Konstan -0.00642 -3.415 0.001 Tolak H0
2 ROA 0.0009091 0.109 0.914 Terima H0
3 ROE 0.00005643 0.353 0.724 Terima H0
F hitung = 0.075 Signifikansi F = 0.928 Adjusted R Square = -0.002 t tabel = 1.6966 R Square = 0 α = 0.05
4.2.2.3 Uji F (Uji Serempak)
Untuk model regresi yang kedua : 1. Besarnya nilai
F tabel = Fα (df regresi, df residual)= Fα (k, n – k – 1 ) F tabel = F0.05 (2, 937) = 3,0800
2. Daerah kritis atau daerah penolakan Bila F hitung ≥ F tabel maka H0 ditolak Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima 3. F hitung = 0,075
Karena F hitung < F tabel yaitu 0,075 < 3,0800, maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5 % dengan df regresi = 2 dan df residual 937. Sehingga dapat diketahui bahwa semua variabel bebas yang terdiri dari ROA dan ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat yaitu return saham. Hal ini dikarenakan kualitas data keseluruhan yang kurang memadai, antara lain nilai return saham yang sebagian besar bernilai 0 atau negatif, demikian juga dengan nilai ROA dan ROE yang kebanyakan bernilai negatif dan fluktuasi nilai ROA dan ROE yang tajam selama periode pengamatan.
4.2.2.4 Uji t (Uji Parsial)
Berikut ini hasil uji parsial (uji individu) masing-masing variabel bebas (X) pada model kedua :
a. Uji parsial pengaruh X21 (ROA) terhadap return saham (Y2).
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung pengujian sebesar 0,109, sedangkan nilai dari ttabel sebesar 1,6966.
Karena nilai dari thitung lebih kecil dari ttabel, maka H0 diterima pada tingkat signifikansi sebesar 0,05, yang berarti secara parsial ROA (X21) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham (Y2).
b. Uji parsial pengaruh X22 (ROE) terhadap return Saham (Y2)
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung pengujian sebesar 0,353, sedangkan nilai dari ttabel sebesar 1,6966.
Karena nilai dari thitung lebih kecil dari ttabel, maka H0 diterima pada tingkat signifikansi sebesar 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial ROE (X22) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham (Y2).