• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN MEDAN BARU, KOTAMADYA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN MEDAN BARU, KOTAMADYA MEDAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN MEDAN BARU, KOTAMADYA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Okber Rajagukguk 151201040

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

202 1

(2)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN MEDAN BARU, KOTAMADYA MEDAN

SKRIPSI Oleh:

OKBER RAJAGUKGUK 151201040

Skripsi sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Okber Rajagukguk

NIM : 151201040

Judul Skripsi : Analisis Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, Januari 2021

Okber Rajagukguk NIM 151201040

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

ABSTRACT

OKBER RAJAGUKGUK: Green Open Space Analysis of Medan Baru District, Medan City. Supervised by: Samsuri.

Medan Baru is a sub-district in the downtown area, a trade and service area. The higher population growth causes a limited area of an area to provide oxygen needs. Green open space filled with trees as the city's lungs is a producer of oxygen that has not been replaced. This study aims to map green open space using Landsat 8 OLI satellite imagery and estimate the need for green open space in Medan Baru District. This research was conducted for three months (April - June 2019). The analysis carried out is the NDVI transformation (Normalized Difference Vegetation Index), CO2 absorption, and O2 requirements. The NDVI transformation analysis results show that a rather dense density class dominates Medan Baru District. The analysis of green open space as an absorber of CO2 was 7569.17 tons/year. The need for O2 is 86.458 kg/day or an area of 0.1708 ha, and the available amount is 65.777.06 kg O2 / day or an area of 129.93 Ha so that when compared to RTH to oxygen demand with the area of RTH currently available, it is still sufficient.

Keywords: Medan Baru District, Landsat 8 OLI imagery, NDVI, Green open space

(6)

iv

ABSTRAK

OKBER RAJAGUKGUK: Analisis Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan. Dibimbing oleh Samsuri

Medan Baru merupakan sebuah Kecamatan di kawasan pusat kota yang sebagian merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menyebabkan semakin terbatasnya wilayah suatu daerah untuk menyediakan kebutuhan oksigen. Ruang terbuka hijau yang dipenuhi pepohonan sebagai paru-paru kota merupakan penghasil oksigen yang belum tergantikan.

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan RTH dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 OLI dan memperkirakan kebutuhan RTH di Kabupaten Medan Baru.

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan (April - Juni 2019). Analisis yang dilakukan adalah transformasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), penyerapan CO2, dan kebutuhan O2. Hasil analisis transformasi NDVI menunjukkan bahwa Kecamatan Medan Baru didominasi oleh kelas kerapatan yang agak rapat. Hasil analisis RTH sebagai penyerap CO2 adalah 7.569,17 ton/tahun. Kebutuhan O2 sebesar 86.458 kg/hari atau seluas 0.1708 Ha dan jumlah yang tersedia 65.777.06 kg O2/hari atau seluas 129.93 Ha sehingga jika dibandingkan dengan RTH kebutuhan oksigen dengan luas RTH yang ada saat ini masih terpenuhi.

Kata kunci : Kecamatan Medan Baru, Citra Landsat 8 OLI, NDVI, Ruang terbuka hijau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Durian , 28 Oktober 1997 dari pasangan Bapak Edison Rajagukguk, S.Pd., MM dan Ibu Rosmawaty Sitorus, S.PAK. Penulis merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, dengan 2 kakak pria saya bernama Jocky L Rajagukguk, S.TP, Rifky Rajagukguk, A.Md, dan 1 kakak perempuan saya yang bernama Nora H Rajagukguk, S.Si.

Penulis menempuh pendidikan formal di SDN 010237 tahun 2009, SMPN 1 Medang Deras 2012, dan SMAN 1 Tebing Tinggi tahun 2015 dan pada tahun yang sama diterima di Program Studi Kehutahanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN dan memilih minat Manajemen Hutan.

Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tanggal 18 Juli – 27 Juli 2017 di KHDTK Pondok Buluh Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Bogor. Pada tanggal 24 Agustus - 04 September 2018. Pada tahun 2020 penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Oksigen Di Kecamatan Medan Baru)”. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota HIMAS-USU dan aktif sebagai Anggota GORGA (Gerakaan Observasi Rimbawan Giat Alam).

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Analisis Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan” disusun sebagai syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Bapak Edison Rajagukguk, S.Pd., MM dan Ibu Rosmawaty Sitorus, S.PAK serta kepada ketiga saudara saya Jocky L Rajagukguk, S.TP, Nora H Rajagukguk, S.Si dan Rifki Rajagukguk, A.Md yang telah memberi doa, nasihat dan semangat kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing saya atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk kepentingan penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2021

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK. ... iii

ABSTRACT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 4

Kerapatan Vegetasi ... 4

Sistem Informasi Geografis ... 5

Penginderaan Jarak Jauh ... 6

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 9

Alat dan Data Penelitian... 9

Penyiapan Data... 10

Penggabungan Band Citra ... 10

Koreksi Citra ... 10

Cropping citra ... 11

Analisis Data ... 11

Transformasi NDVI ... 11

Analisis Ruang Terbuka Hijau ... 11

Pengolahan dan Analisis Data ... 13

Teknik Pengumpulan Data ... 15

Populasi Sampel ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) Di Kecamatan Medan Baru ... 18

Kelas Kerapatan Vegetasi Di Kecematan Medan Baru ... 20

Analisi Tipe Tutupan Lahan... 22

Hasil Analisis dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Kebutuhan Oksigen ... 26

Analisis RTH sebagai Penyerapan CO2 ... 28

(10)

viii KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(11)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Data Primer dan Sekunder yang Dibutuhkan dalam Penelitian ...10

2. Jumlah Kebutuhan oksigen setiap konsumen oksigen ...12

3. Nilai NDVI Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018 ...16

4. Kebutuhan Oksigen Di Kecamatan Medan Baru ...24

5. Analisis daya serap gas CO2 berdasarkan luas area ...25

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 9

2. Alur Tahapan Analisis Kerapatan Vegetasi dan Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kecamatan Medan Baru ... 12

3. Sebaran NDVI Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018 ... 19

4. Peta Sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018... 20

5. Visualisasi Kelas Kerapatan Jarang; (a) Kelas Jarang Pada Citra; (b) Kelas Jarang Pada Peta; (c) Kelas Jarang Pada Google Earth. ... 21

6. Visualisasi Kelas Kerapatan Agak Rapat; (a) Kelas Agak Rapat Pada Citra ; (b) Kelas Agak Rapat Pada Peta; (c) Kelas Agak Rapat Pada Google Earth. ... 21

7. Visualisasi Kelas Kerapatan Rapat; (a) Kelas Rapat Pada Citra; (b) Kelas Rapat Pada Peta;(c) Kelas Rapat Pada Google Earth. ... 21

8. Visualisasi Kelas Kerapatan Sangat Rapat; (a) Kelas Sangat Rapat Pada Citra; (b) Kelas Sangat Rapat Pada Peta; (c) Kelas Sangat Rapat Pada Google Earth. ... . 22

9. Taman USU ... 22

10. Pemakaman ... 23

11. Jalur Hijau Jalan ... 24

12. Vegetasi di Sempadan Sungai ... 24

13. Perkarangan Rumah ... 25

14. Peta RTH Eksisting Kecamatan Medan Baru Menggunakan Google Earth Tahun 2018 ... 29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan dan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan merupakan satu ruang yang kompleks dimana terdapat pemukiman dengan berbagai sektor jasa dan lingkungan (Sirait, 2009).

Medan Baru merupakan Kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 43.553 jiwa dengan kepadatan sekitar 75 jiwa/Ha di wilayah tersebut (Badan Pusat Statistik, 2019). Masalah tata guna lahan dipicu karena pembangunan fisik yang semakin banyak dilakukan, serta wilayah perkotaan yang sudah tidak bisa menampung kehidupan manusia yang tiap tahunnya selalu meningkat.

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor utama dalam perkembangan pemukiman. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk selalu diikuti denan peningkatan pemanfaatan lahan untuk pemukiman.

Peningkatan jumlah penduduk selalu meningkat setiap tahunnya sejalan dengan pertambahan perubahan penggunaan lahan. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menyebabkan semakin terbatasnya kawasan suatu wilayah sehingga mendasari terjadinya perubahan alih fungsi lahan. Masalah mengenai pertumbuhan penduduk selalu dikaitkan dengan perkotaan. Wilayah perkotaan merupakan pusat pemukiman yang memiliki banyak kegiatan ekonomi dan sosial (Sumaatmadja, 1988).

Vegetasi merupakan salah satu komponen penting perkotaan yang mempunyai banyak manfaat. Manfaat vegetasi di perkotaan dapat mempengaruhi udara di sekitarnya secara langsung maupun tidak langsung dengan cara mengubah kondisi atmosfer lingkungan udara (Irwan, 2008). Vegetasi sebagai penyusun perkotaan sangat beranekaragam. Kumpulan dari berbagai vegetasi

(14)

2

yang berbeda-beda pada tiap penggunaan lahan di suatu daerah yang tumbuh di dalamnya.

Ruang terbuka hijau yang penuh dengan pohon sebagai paru-paru kota merupakan produsen oksigen yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak digantikan yang lain adalah berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan manusia. Menurut Purba dkk (2018), setiap satu hektar ruang terbuka hijau diperkirakan mampu menghasilkan 0.6 ton oksigen guna dikonsumsi 1500 penduduk per hari, sehingga dapat bernafas dengan lega.

Kebutuhan oksigen yang dimaksud adalah oksigen yang digunakan oleh manusia, ternak, dan kendaraan bermotor. Untuk mengetahui kebutuhan oksigen disuatu areal perkotaan maka perlu mengetahui jumlah penduduk yang ada, jumlah kendaraan serta jumlah hewan ternak. Estimasi luas RTH dihitung berdasarkan kebutuhan oksigen oleh penduduk, kendaraan bermotor, dan hewan ternak.

Penelitian ini mengkaji kondisi aktual RTH dan mengestimasi kebutuhan RTH saat ini, berdasarkan kebutuhan oksigen agar terjadi keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan oksigen. Keseimbangan tersebut diperlukan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan hidup di perkotaan. Dengan memperhatikan hal tersebut diperlukan data-data spasial Kawasan wilayah kota yang direncanakan secara berkelanjutan untuk pengelolaan lahan secara berkelanjutan. Maka perlu diadakan penelitian Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Baru 2018.

Tujuan Penelitian

1. Memetakan ruang terbuka hijau menggunakan citra satelit Landsat 8 OLI 2. Mengestimasi kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhan

oksigen di Kecamatan Medan Baru

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Ruang Terbuka Hijau dan untuk estimasi kebutuhan ruang terbuka hijau di Kecamatan Medan Baru yang bermanfaat bagi penataan ruang kota bagi pihak terkait.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Baru dihuni oleh 40,963 orang penduduk dimana penduduk terbanyak berada di kelurahan Padang Bulan dan Titi Rantai yakni sebanyak 9,405 orang di kelurahan Padang Bulan dan 9,325 orang di kelurahan Titi Rantai. Jumlah penduduk terkecil di kelurahan Darat yakni sebanyak 1,988 orang. Bila dilihat dari luas kelurahan, kelurahan Padang Bulan memiliki luas yang terbesar yakni 1,68 km2 sedangkan kelurahan Darat memiliki luas terkecil yakni 0,28 km2. Bila dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka kelurahan Babura merupakan kelurahan terpadat yaitu 4.725 jiwa tiap km2.

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru sebanyak 40,963 penduduk terdiri dari 20,228 orang laki-laki serta 20,735 orang perempuan. Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk Kecamatan Medan Baru relatif lebih banyak penduduk usia produktif. Kecamatan Medan Baru sendiri terdapat 3 universitas yaitu Universitas Sumatera Utara, Universitas Dharma Agung, Universitas Muhammadyah Sumatera Utara dan juga terdapat Batalyon Internasiomal 6/Serbu Kodam I/Bukit Barisan, sehingga keadaan yang demikian menjadikan area tersebut dipenuhi oleh banyaknya pemukiman (Badan Pusat Statistik, 2019).

Ruang Terbuka Hijau

Kebutuhan RTH di suatu wilayah berdasarkan Amanat UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dimana Ruang Terbuka Hijau harus mencapai 30%

dari luas wilayah tersebut. Dari 30% RTH yang ada 20% dikelola oleh publik, dan 10% dikelola oleh privat/perorangan..

Hutan kota dan RTH berperan dalam penyediaan jasa lingkungan. Hutan kota dapat memperbaiki kualitas lingkungan, meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat, menyediakan berbagai jasa lingkungan kepada individu dan masyarakat, menghasilkan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi warganya (Nowak et al. 2001; Joga & Ismaun 2011).

Tanaman memiliki kemampuan untuk berfotosintesis, proses fotosintesis tumbuhan memerlukan gas CO2 sebagai bahan bakunya dan hasil fotosintesis

(16)

4

tersebut berupa oksigen dan zat-zat makanan yang diperlukan oleh tumbuhan dan makhluk hidup yang lain ( Purwaningsih, 2007).

Kestabilan ekosistem perkotaan terganggu akan berdampak pada penurunan air tanah, intrusi alir laut, banjir/genangan, penurunan permukaan tanah, abrasi pantai, pencemaran air seperti air minum berbau dan mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar CO2, menipisnya lapisan ozon, pencemaran karbon dioksida belerang dan pemandangan suasana yang gersang. Disamping itu terjadi polusi suara atau bunyi berupa tingginya tingkat kebisingan. (Rizal, 2008).

Adapun ditinjau berdasarkan fungsinya, ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi yakni fungsi intrinsik dan ekstrinsik (Dirjentaru, 2008). Fungsi intrinsik terdiri atas fungsi ekologis, sedangkan fungsi ektrinsik meliputi fungsi sosial dan budaya, ekonomi, serta estetika. Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi, dan konservasi hayati. Dapat disimpulkan pada dasarnya ruang terbuka hijau memiliki tiga fungsi dasar antara lain berfungsi secara sosial yakni sebagai fasilitas untuk umum dengan fungsi rekreasi, pendidikan dan olahraga, serta menjalin komunikasi antar warga kota; berfungsi secara fisik yaitu sebagai paru-paru kota, melindungi sistem air, peredam bunyi, pemenuhan kebutuhan visual, menahan perkembangan lahan terbangun/ sebagai penyangga, dan melindungi warga kota dari polusi udara; serta berfungsi sebagai estetika yaitu pengikat antar elemen gedung dalam kota, pemberi ciri dalam membentuk wajah kota, dan unsur dalam penataan arsitektur perkotaan.

Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperlukan guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup di wilayah perkotaan secara ekologis, estetis, dan sosial. Secara ekologis, ruang terbuka hijau berfungsi sebagai pengatur iklim mikro kota yang menyejukkan. Vegetasi pembentuk hutan merupakan komponen alam yang mampu mengendalikan iklim melalui pengendalian fluktuasi atau perubahan unsur-unsur iklim yang ada di sekitarnya misalnya suhu, kelembapan, angin dan curah hujan. Ruang terbuka hijau memberikan pasokan oksigen bagi makhluk hidup dan menyerap karbon serta sumber polutan lainnya. Secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(17)

5

ekologis ruang terbuka hijau mampu menciptakan habitat berbagai satwa, misalnya burung. Secara estetis, ruang terbuka hijau menciptakan kenyamanan, harmonisasi, kesehatan, dan kebersihan lingkungan. Secara sosial, ruang terbuka hijau mampu menciptakan lingkungan rekreasi dan sarana pendidikan alam.

Ruang terbuka hijau yang dikelola sebagai tempat pariwisata dapat membawa dampak ekonomis seperti meningkatkan pendapatan masyarakat (Putra, 2012).

Kerapatan Vegetasi

Vegetasi merupakan sumberdaya alam utama dalam kehidupan makhluk hidup,yaitu sebagai penyedia makanan dan tempat bernaung bagi hewan dan manusia. Dalamsuatu ekosistem hanya vegetasi yang mampu menyediakan energi bagi makhluk hidupmelalui proses fotosintesa dengan bantuan sinar matahari, dalam bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh hewan maupun manusia berupa:

daun, buah, biji, maupun ubi. Gangguan/kerusakan yang terjadi pada sekelompok vegetasi menyebabkan perubahan keseimbangan ekosistem tempat vegetasi itu berada (Arnanto, 2013).

Indeks vegetasi adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari pengolahan sinyal digital data nilai kecerahan (brightness) beberapa kanal data sensor satelit. Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan proses pembandingan antara tingkat kecerahan kanalcahaya merah (red) dan kanal cahaya inframerah dekat (near infrared). Fenomena penyerapan cahaya merah oleh klorofil dan pemantulan cahaya inframerah dekat oleh jaringan mesofil yang terdapat pada daun akan membuat nilai kecerahan yang diterima sensor satelit pada kanal-kanal tersebut akan jauh berbeda. Pada daratan non-vegetasi, termasuk diantaranya wilayah perairan, pemukiman penduduk, tanah kosong terbuka, dan wilayah dengan kondisi vegetasi yang rusak, tidak menunjukkan nilai rasio yang tinggi (minimum). Sebaliknya pada wilayah bervegetasi sangat rapat, dengan kondisi sehat, perbandingan kedua kanal tersebut akan sangat tinggi (maksimum). Hal ini disebabkan karena nilai dari rasio NIR/RED akan memberikan nilai yang sangat besar untuk tumbuhan yang sehat. Oleh karena itu, dikembangkanlah suatu

algoritma indeks vegetasi yang baru dengan normalisasi, yaitu NDVI (Normalized Diffrence Vegetation Index) (Sudiana dan Diasmara, 2008).

(18)

6

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Georafis atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Teknologi Sistem Informasi Geografis mengintegrasikan operasi- operasi umum database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi pada suatu waktu tertentu (Sukojo dan Diah, 2003).

Sistem Informasi Geografis adalah sebuah sistem atau teknologi berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan menganalisa, serta menyajikan data-data dan informasi dari suatu objek atau fenomena yang berkaitan dengan letak atau keberadaannya di permukaan bumi. Pada dasarnya SIG dapat dirinci menjadi beberapa sub sistem yang saling berkaitan mencakup input data, manajemen data, pemrosesan atau analisis data, pelaporan (output), dan hasil analisa (Wijaya, 2004).

Komponen-komponen yang membangun SIG adalah perangkat lunak, perangkat keras, data, pengguna, dan aplikasi. SIG dalam pengelolaan sumber daya alam di lingkungan pemerintah lokal, sebagai contoh, memerlukan sistem yang mendukung yang mendukung tersedianya kelima komponen tersebut tentunya dibutuhkan sumber daya yang mencukupi untuk membangun SIG.

Hanya saja, kesediaan dana saja belum mencukupi. Adanya komitmen berkelanjutan untuk mencapai sebuah sistem pemerintahan yang baik (good governance) diiringi oleh keberadaan institusional yang kokoh, kapasitas teknis yang mencukupi, serta pemahaman yang baik tentang pilihan-pilihan yangada dalam mencapai pembangunan yang berkesinambungan, merupakan persyaratan mutlak dalam Sistem Infromasi Geografis untuk membangun sistem yang dapat digunakan berbasis aplikasi dan software untuk Sistem Informasi Geografis (Ekadinata et al., 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(19)

7

Kebutuhan teknologi penginderaan jauh yang dipadukan dengan Sistem informasi Geografi (SIG) untuk tujuan inventarisasi dan pemantauan sangat penting terutama bila dikaitkan dengan pengumpulan data yang cepat dan akurat.

Disamping itu pengumpulan data dengan teknologi penginderaan jauh dapat mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh subjektivitas. Mengingat luasnya dan banyaknya variasi wilayah Indonesia, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, maka aplikasi penginderaan jauh dan SIG sangat tepat. Kedua teknologi tersebut dapat dipadukan untuk pengumpulan data, manipulasi data, analisis data serta menyediakan informasi secara terpadu (Wahyunto, 2007).

Menurut Elly (2009), Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang berbasiskan komputer digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi- informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau krisis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan menangani data yang berefrensi geografis.

Penginderaan Jarak Jauh

Penginderaan jarak jauh adalah ilmu (untuk beberapa kasusdikatakan seni) dalam penerimaan/perolehan informasi mengenai permukaan bumi tanpa secara langsung melakukan kontak dengannya. Ini dilakukan oleh penginderaan dan pencatatan energi yang direfleksikan atau dipancarkan dan melakukan proses, analisa dan aplikasi terhadap informasi tersebut. Penginderaan jarak jauh dari angkasa telah berkembang selama beberapa dekade terakhir dari sebuah aplikasi coba–coba menjadi suatu teknologi yang banyak mempengaruhi berbagai aspek penelitian tentang bumi dan planet. Sistem penginderaan dengan satelit menyediakan data-data kritis seperti perkiraan cuaca, agrikultur, eksplorasi sumber daya alam, dan monitoring lingkungan. Pengembangan satelit meteorologikal awal 1960an mengantar penelitian mengenai citra atmosferik, dan adanya benda ruang angkasa menunjukkan adanya potensial untuk mengorbitkan kamera untuk menyediakan informasi mengenai permukaan bumi (Setiawan, 2012).

Berdasarkan resolusi yang digunakan, citra hasil penginderaan jarak jauh bisa dibedakan atas (Jaya, 2002) :

(20)

8

1. Resolusi Spasial merupakan ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan dengan bentuk permukaan disekitarnya, atau sesuatu yang ukurannya bisa ditentukan. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi (recognize) dan menganalisis suatu objek di bumi selain mendeteksi (detectable) keberadaannya.

2. Resolusi Spektral merupakan dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor.

3. Resolusi Radiometrik merupakan ukuran sensitifitas sensor untuk membedakan aliran radiasi (radiationflux) yang dipantulkan atau diemisikan suatu objek oleh permukaan bumi.

4. Resolusi Temporal merupakan frekuensi suatu sistem sensor merekam suatu areal yang sama (revisit). Seperti Landsat TM yang mempunyai ulangan setiap 16 hari, SPOT 26 hari dan lain sebagainya.

Sekian banyak satelit Penginderaan Jarak Jauh yang sering digunakan untuk pemetaan penutupan lahan adalah Landsat (LandSatelite). Seri Landsat yang dikenal pertama kali adalah Earth Resource Technology Satelite (ERTS).

Penggunaan nama Land Satelite yang kemudian disingkat menjadi Landsat ini dimulai sejak satelit ini digunakan untuk mempelajari lautan dan daerah pesisir (Bakosurtanal, 2003). Citra landsat Thematic Mapper terpilih untuk rancangan ini karena memiliki spasial dan resolusi spektral yang bagus. Sebagai pengetahuan yang baik, Landsat TM meliputi informasi spektral dan kenampakan (tiga band yaitu biru, hijau dan panjang gelombang merah).

Penginderaan jauh dapat diartikansebagai teknologi untuk mengidentifikasi suatu objek di permukaan bumi tanpamelalui kontak langsung dengan objek tersebut. Saat ini teknologi penginderaan jauh berbasis satelit menjadi sangat populer dan digunakan untuk berbagai tujuan kegiatan, salah satunya untuk mengidentifikasi potensi sumber daya wilayah pantai dan lautan. Teknologi ini memiliki beberapa kelebihan, seperti: harganyayang relatif murah dan mudah didapat, adanya resolusi temporal (perulangan) sehingga dapat digunakan untuk keperluan monitoring, cakupannya yang luas dan mampu menjangkau daerah yang terpencil, bentuk datanya digital sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan ditampilkan sesuai keinginan (Suwargana, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(21)

9

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2019 sampai dengan Juni 2019, Di Kecamatan Medan Baru, Sumatera Utara. Secara Geografis Kecamatan Medan Baru terletak antara 03° 55’ 34” (LU) dan 98° 65’ 82” (BT).Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Data Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat pengambilan data dan alat analisis data. Alat pengambilan data lapangan antara lain GPS, kompas kamera foto, alat tulis dan lain-lain. Alat analisis data yang akan digunakan adalah Excel, ArcGis, dan ERDAS Imagine. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 1.

(22)

10

Tabel 1. Data Primer dan Sekunder yang Dibutuhkan dalam Penelitian.

Penyiapan Data

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi di lapangan secara langsung dan mendukung kebenaran data yang di hasilkan dari pengelolaan citra dengan transformasi NDVI.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi data primer dan data sekunder yang di perlukan sesuai dengan tujuan analisis. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung ke lokasi penelitian (ground checking) dengan menggunakan metode Purposive Sampling, sedangkan data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari instansi pemerintah terkait dalam penelitianini.

Interpretasi citra dilakukan secara digital pada citra Landsat tahun 2018.

Langkah-langkahnya yaitu penggabungan band citra, koreksi citra, dan pemotongancitra,

a. Penggabungan Band Citra

Citra yang di peroleh dari earthexplorer.usgs.gov terdiri dari beberapa band yang terpisah, oleh karna itu sebelum Citra di olah lebih lanjut, harus di gabungkan terlebih dahulu.. Penggabungan band citra dapat dilakukan dengan menggunakan ERDAS Imagine 9.2.

b. Koreksi Citra

Koreksi Pada Citra dilakukan untuk menghilangkan gangguan pada citra akibat pengaruh atmosfer, sehingga didapatkan cita dengan kualitas yang lebih baik.

c. Pemotongan Citra (CroppingCitra)

Pemotongan citra dilakukan untuk mendapatkan Lokasi yang di inginkan dengan cara memotong cita dengan batasan administrai lokasi yang di inginkan.

Pemotongan citra dapat dilakukan dengan menggunakan software ArcGis 10.3

No Nama Data Sumber Jenis Data Tahun

1. Data lapangan (Ground check) Survei Lapangan Primer 2019 2 Citra landsat 8 path/row129/57 www.earthexplorer.usgs

.gov

Sekunder 2018 4. Peta Administrasi Kecamatan

Medan Baru

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Medan

Sekunder 2018 5. Data Kependudukan

Kecamatan Medan Baru

Badan Pusat Statistik Medan

Sekunder 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(23)

11

Metode Analisis Data a. Transformasi NDVI

Indeks vegetasi atau NDVI adalah indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman. Indeks vegetasi merupakan kombinasi matematis antara band merah dan band NIR (Near-Infrared) sebagai indikator keberadaan dan kondisi vegetasi. Untuk Landsat 5 band yang di gunakan yaitu band 3 (Red/Merah) dan 4 (Near Infrared/Inframerah Dekat), dan untuk Landsat 8 yaitu band 4 (Red/Merah) dan 5 (Near Infrared/Inframerah Dekat).

b. Analisis Ruang Terbuka Hijau

Analisis Ruang Terbuka Hijau dilakukan berdasarkan, peta NDVI dan data lapangan (ground checking) sehingga diperoleh peta analisis ruang terbuka hijau di lokasi penelitian.

Gambar 2. Alur Tahapan Analisis Kerapatan Vegetasi dan Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kecamatan Medan Baru

Klasifikasi Kerapatan Vegetasi Citra Landsat Tahun 2018

Analisis NDVI

Peta NDVI 2018

Peta Kerapatan

Vegetasi 2018 Data Ruang

Terbuka Hijau

Analisis Ruang Terbuka hijau

Sebaran RTH di Kecamatan Medan Baru

(24)

12

Pengolahan dan Analisis Data

Penentuan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen menggunakan rumus yang telah dimodifikasi oleh Putra (2012) adalah sebagai berikut :

Dimana ;

 Lt= Luas RTH pada tahun ke-t

 At = Jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t

 Bt = Jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ket

 Ct = Jumlah kebutuhan oksigen bagi hewan ternak pada tahun ke-t

 Dt = Jumlah kebutuhan oksigen bagi genset hotel pada tahun ke-t

 54 = nilai konstanta yang menunjukkan bahwa 1m2 luas lahan bervegetasi menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari (konstanta ini merupakan hasil rata-rata dari semua jenis tanaman baik berupa pohon, semak/belukar, perdu atau padang rumput)

 0,9375 = nilai konstanta yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara dengan produksi 0,9375 gram

Tabel 2. Jumlah Kebutuhan oksigen setiap konsumen oksigen

Konsumen Kategori Kebutuhan

O2 (Kg/Hari) Keterangan

Manusia 0,864*

Kendaraan bermotor

Mobil penumpang 11,63* 3jam/hari

Bus 45,76* 2jam/hari

Truk 22,88* 2jam/hari

Sepeda Motor 0,58* 1jam/hari

Ternak Sapi 1,702*

Kambing 0,314*

Ayam 0,167*

Babi 1,24**

Hotel Mesin genset 529* 5jam/hari

Industri Mesin Boiler dan Generator 529.41 Waktu aktif 8 jam/hari Massa jenis Oksigen = 1,429 gram/liter

Sumber : *Putra (2012)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(25)

13

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut :

 Setiap orang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang sama setiap hari, yaitu 600 liter atau 0,864 kg perhari.

 Kebutuhan oksigen oleh kendaraan bermotor yaitu 11,63 kg/jam untuk mobil penumpang dengan waktu operasi 3 jam/hari, mobil beban (truk) 22,88 kg/jam, bus 45,76 kg/jam dan sepeda motor 0,58 kg/jam

 Waktu kendaraan aktif kendaraan bermotor yakni kendaraan penumpang 3 jam/hari, kendaraan bus dan kendaraan beban 2 jam/hari, serta sepeda motor 1 jam/hari.

 Kendaraan bermotor hanya beroperasi di Kecamatan Medan Baru

 Kebutuhan oksigen bagi hotel menggunakan mesin genset 529 kg/hari dengan waktu aktif 5 jam/hari.

 Kebutuhan oksigen bagi industri tidak diperhitungkan.

 Suplai oksigen hanya oleh tanaman .

Teknik Pengumpulan Data

Kajian dari penelitian yang bersifat kuantitatif yakni temuan dalam penelitian ini akan dideskripsikan secara kuantitatif dalam bentuk angka-anka.

Metode pengambilan sampel dalam kajian kuantitatif penelitian ini adalah metode Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak sehingga seluruh anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sample. Teknik Random Sampling digunakan dengan cara menetapkan sampel yang semua anggotanya memiliki peluang sama dan tidak terikat oleh apa pun untuk dimasukkan ke dalam sampel penelitian.

Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode kuisioner. Metode kuisioner adalah salah satu metode pengumpulan data dengan kuisioner sebagai alatnya. Pada kuisioner diberikan petunjuk- petunjuk agar pelaksanaan pengisian kuisioner berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan sampel yang akan ditentukan adalah secara Random atau acak.

(26)

14

Populasi Sampel

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan survey melalui kuisioner dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi. Keseluruhan pengamatan yang dilakukan, berhingga atau tidak membentuk apa yang disebut dengan populasi. Inferensi dari sampel penelitian pada populasi haruslah meyakinkan, untuk itu sampel haruslah diambil sehingga mewakili populasi. Sedangkan untuk melihat kualitas kuisioner yang digunakan dalam penelitian, dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas untuk menentukan layak atau tidaknya kuisioner yang sudah dibuat menjadi instrumen penelitian.

Populasi dari penelitian adalah Rumah Tangga yang berada Di Kecamatan Medan Baru. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 386 responden yang diambil melalui teknik random sampling yang pengambilan sampel dilakukan secara acak sehingga seluruh anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sample.

Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumus Slovin.

Dengan jumlah populasi 11.174 rumah tangga. maka dengan rumus Slovin :

n = Maka :

= 386

Keterangan :

n = Jumlah Responden N = Jumlah Populasi

e = Persentasi error atau kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir ; e = 0,05 (5%)

Untuk menentukan sampel/responden tiap kelurahan nya menggunakan rumus sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(27)

15

Keterangan : n sudah didapat menggunakan rumus slovin yaitu sebanyak 386

sampel

Contoh pengambilan sampel pada salah satu kelurahan, yaitu Padang bulan :

= 103,8

= Dibulatkan menjadi 104

Untuk menghitung jumlah kendaraan berdasarkan rata-rata dari hasil sensus Di Kecamatan Medan Baru :

Rata-Rata Jumlah Kendaraan x Jumlah Rumah Tangga

(28)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Di Kecamatan Medan Baru

Normalized Diffrence Vegetation Indeks diperoleh dari pengolahan citra Landsat dengan metode analisis NDVI. Normalized Difference Vegetation Index diperoleh dari pengolahan citra landsat dengan metode analisis NDVI. Citra landsat yang digunakan memiliki beberapa kelebihan yaitu aksesibiitas, hemat biaya, menjangkau tutupan global, band termal, area lebih luas, kualitas data yang bagus, resolusi spektral dan resolusi spasial Miller et al (2012). Hasil pengolahan citra tahun 2018 dengan menggunakan dengan menggunakan analisis NDVI Kecamatan Medan Baru dapat dilihat dari Table 3.

Tabel 3 . Nilai NDVI Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018

No NDVI Luas (Ha) Luas (%)

1 0 - 0,2 74,44 13,60

2 0,2 - 0,4 262,01 47,87

3 0,4 - 0,6 127,14 23,23

4 > 0,6 83,73 15,30

Total 547,31 100

Berdasarkan hasil pengolahan data dari citra Landsat 8, data tahun 2018 nilai NDVI Di Kecamatan Medan Baru yang tersebar yaitu pada rentang 0,2-0,4 yaitu sebesar 262,01 Ha atau sebesar 47% dari luas total NDVI, sedangkan kisaran NDVI yang terkecil yaitu pada rentang NDVI 0-0,2 dengan luas 74,44 Ha atau sebesar 13,60% dari luas keseluruhan Di Kecamatan Medan Baru. Luas total NDVI Di Kecamatan Medan Baru sebesar 547,31 Ha dimana rentang nilai yang paling besar terdapat pada rentang 0,2-0,4. Sebaran NDVI Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018 dapat dilihat dari Gambar 3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(29)

17

Gambar 3. Sebaran NDVI Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018

Nilai NDVI memiliki kategori diantaranya nilai yang lebih kecil dari nol atau negatif di lapangan berupa badan air, awan, dan area bebatuan yang termasuk dalam nilai NDVI rendah, sedangkan nilai NDVI sedang yaitu berkisar diantara 0,2-0,3 berupa rerumputan dan semak. Nilai NDVI yang tinggi berkisar 0,6-0,8 berupa hutan hujan hal ini sesuai dengan pernyataan Jiang dkk (2006) yang mengatakan bahwa NDVI bernilai positif dari kisaran 0,3-0,8 dimana nilai NDVI rendah yaitu 0,1 dan dibawahnya berupa bebatuan, pasir dan badan air, sedangkan nilai NDVI sedang yaitu semak dan rerumputan nilainya 0,2-0,3 serta nilai NDVI tinggi berkisar 0,6-0,8 berupa hutan. Sebaran NDVI Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018 dapat dilihat dari Gambar 4.

(30)

18

Gambar 4. Peta Sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Di Kecamatan Medan Baru Tahun 2018

Kelas Kerapatan Vegetasi Di Kecamatan Medan Baru

Dari hasil pengecekan ke lapangan (ground check) kelas kerapatan jarang di lapangan berupa jalan dengan vegetasi dan pemukiman, dimana pemukiman tersebut memiliki vegetasi sehingga dari perekaman citra masuk menjadi kelas jarang. Pada kelas kerapatan agak rapat di lapangan berupa tempat pemakaman umum (TPU) dan lahan bervegetasi. Pada kelas rapat berupa padang rumput dan semak serta lahan pertanian dengan tumbuhan tegakan tinggi sedangkan pada kelas sangat rapat berupa hutan kota, perkebunan sawit, dan kumpulan pohon yang memiliki tajuk lebat. Visualisasi kelas kerapatan vegetasi jarang dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan visualisasi kelas kerapatan vegetasi agak rapat dapat dilihat pada Gambar 6, dan visualisasi kelas kerapatan rapat dapat dilihat pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(31)

19

Gambar 7, serta visualisasi kelas kerapatan vegetasi sangat rapat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 5. Visualisasi Kelas Kerapatan Jarang; (a) Kelas Jarang Pada Citra; (b) Kelas Jarang Pada Peta; (c) Kelas Jarang Pada Google Earth.

Gambar 6 . Visualisasi Kelas Kerapatan Agak Rapat; (a) Kelas Agak Rapat Pada Citra.;

(b) Kelas Agak Rapat Pada Peta; (c) Kelas Agak Rapat Pada Google Earth.

Gambar 7 . Visualisasi Kelas Kerapatan Rapat; (a) Kelas Rapat Pada Citra; (b) Kelas Rapat Pada Peta;(c) Kelas Rapat Pada Google Earth.

Gambar 8 . Visualisasi Kelas Kerapatan Sangat Rapat; (a) Kelas Sangat Rapat Pada Citra; (b) Kelas Sangat Rapat Pada Peta; (c) Kelas Sangat Rapat Pada Google Earth.

b.

a.

. Kelas Kerapatan Agak Rapat Pada Citra

b.

a.

a. b. c.

c.

c.

a. b. c.

(32)

20

Analisis Tipe Tutupan Lahan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.2 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035 Zona Ruang Terbuka Hijau Publik adalah Taman Kota, Pemakaman Umum, Kawasan Wisata, taman rekreasi, Hutan Kota, Lapangan Olahraga, Jalur Hijau Jalan, dan Zona Ruang Terbuka Hijau Privat adalah Ruang Terbuka Hijau milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun, halaman rumah, gedung milik masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan.

1. Taman Universitas Sumatera Utara

Taman Universitas Sumatera Utara adalah salah satu RTH Publik yang terletak Di Kecamatan Baru dengan luas 120 Ha. Taman USU dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Taman USU

Jenis vegetasi yang ada di taman ini adalah, Saga (Adenanthera pavonina), Mahoni (Swietenia mahagoni), Asam Jawa (Tamarindus indica), Mangga (Mangifera indica), Glodokan (Polyalthia longifolia), Kiara payung (Filicium decipiens), Trembesi (Samanea saman) yang menyebar mengelilingi lokasi taman dan masuk ke dalam kelas kerapatan Rapat.

2. Pemakaman

Pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah, tanaman di sekeliling pemakaman juga juga memiliki fungsi ekologi yaitu menjadi area resapan air. Pemakaman dapat dilihat pada Gambar 10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(33)

21

Gambar 10. Pemakaman

Adapun vegetasi yang ada pada pemakaman ini adalah Ketapang (Terminalia catappa), Kamboja (Plumeria) , Mangga (Mangifera indica), yang bersifat menyebar dan biasanya memiliki tajuk yang lebar, dan juga adanya tanaman hias yang sengaja ditanam oleh masyarakat di batu nisan. Pemakaman masuk ke dalam kelas kerapatan Agak rapat.

3. Jalur hijau jalan

Jalur Hijau Jalan adalah sisi kiri dan kanan jalan yang digunakan sebagai penempatan tanaman yang difungsikan sebagai peneduh jalan. Jalur Hijau Jalan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Jalur Hijau Jalan

Adapun Jenis Vegetasi yang ada adalah Angsana (Pterocarpus indicus), Mahoni (Swietania mahagoni), Glodokan (Polyalthia longifolia) yang mudah tumbuh tanpa perlu perawatan khusus berjejer dengan jarak tertentu sepanjang jalan dan memiliki tajuk yang lebar. Jalur hijau jalan masuk ke dalam Kelas Kerapatan Agak Rapat.

(34)

22

4. Sempadan Sungai

Sempadan Sungai adalah bagian dari daratan sepanjang sisi kiri kanan sungai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai dan ditetapkan pada jarak tertentu yang sejajar dengan batas tepi bibir kering sungai. Berdasarkan hasil grounchek Di Kecamatan Medan Baru memiliki satu aliran sungai yaitu Sungai Deli dengan vegetasi di sempadan sungai seperti dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Vegetasi di Sempadan Sungai

Adapun vegetasi yang berada di sepanjang sempadan sungai bersifat menyebar di sepanjang sempadan sungai, selain berfungsi untuk mencegah erosi secara tidak langsung masyarakat di sekitar sering menggunakan vegetasi yang ada menjadi tempat berteduh dan membangun pondok untuk mereka berteduh.

5. RTH Privat

RTH Privat adalah Ruang Terbuka Hijau milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Perkarangan Rumah dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Perkarangan Rumah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

23

Perkarangan rumah juga dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau, selain menyejukan, masyarakat juga dapat memanfaatkan buah apabila vegetasi yang ditanam warga merupakan tanaman berbuah. Pada umumnya pemukiman masuk ke dalam kelas jarang, namun vegetasi yang ada di pekarangan dapat menjadikan pemukiman berada di kelas Agak Rapat.

Berdasarkan hasil pengamatan Kecamatan Medan Baru memiliki RTH Privat dengan kelas kerapatan agak rapat seperti hasil dari NDVI (Gambar 6) dan hasil groundchek (Gambar 13) seperti ditemukan di Jl. K.H.Wahid Hasyim, Babura, Kec. Medan Baru, Kota Medan.

Ruang terbuka hijau memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomi, estetika, dan sosial yang mempengaruhi kualitas hidup manusia. Ruang terbuka hijau memiliki peranan dalam perlindungan ekosistem, sarana menciptakan kebersihan, kesehatan, dan perbaikan iklim mikro yang dapat memengaruhi tingkat kenyamanan lingkungan. Tingkat kenyamanan lingkungan tersebut dapat dinilai berdasarkan keadaan suhu dan kelembaban lingkungan. Suhu dan kelembaban yang ada ditinjau dari aspek keberadaan vegetasi (Indraputra, 2015).

Tegakan pohon memiliki kemampuan yang lebih baik dan efektif mengurangi suhu di area perkotaan, dimana wilayah perkotaan padat penduduk sehingga dengan adanya Vegetasi dapat mengurangi perbedaan suhu, hal ini sesuai dengan pernyataan Zain (2015) bahwa dengan adanya vegetasi pada suatu perkotaan berkontribusi dalam mengurangi terjadinya perbedaan suhu di perkotaan dengan suhu di wilayah lainnya di sekitar perkotaan.

Berdasarkan data lapang, RTH tersebar di kelas kerapatan vegetasi Agak rapat, Rapat, dan Sangat Rapat. Vegetasi yang cukup baik berada di kelas Rapat dan Sangat Rapat. Kelas Agak Rapat didominasi oleh Pemakaman dan Pemukiman yang memiliki sedikit vegetasi di sekitarnya. Kelas Rapat didominasi oleh semak, lapangan, taman, dan sawit. Pohon, dan semak mendominasi di kelas Sangat Rapat.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan telah dijelaskan di mana setiap Rumah Besar harus memiliki pohon pelindung 3, Rumah Sedang harus memiliki pohon pelindung 2, dan Rumah Kecil

(36)

24

harus memiliki pohon pelindung 1. Jika tidak memiliki halaman maka dapat membentuk Taman Atap Bangunan (Roof Garden), Dan hal lain terkait RTH sudah ada di atur di dalam nya.

Hasil Analisis dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Kebutuhan Oksigen

Setelah diketahui kebutuhan oksigen masing-masing konsumen yaitu jumlah penduduk, kendaraan bermotor, ternak dan industri., maka dengan menggunakan rumus Putra (2012) dapat dihitung kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kecamatan Medan Baru. Tabel 4 menyajikan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kebutuhan oksigen bagi manusia, hewan ternak, dan kendaraan bermotor.

Tabel 4. Kebutuhan Oksigen Di Kecamatan Medan Baru :

Konsumen Kategori Jumlah ⁽¹⁾

Jumlah kebutuhan

oksigen (g/hari) ⁽²⁾

Jumlah rth yang dibutuhkan

(m²) ⁽³⁾

Manusia - 40963 35392 699

Kendaraan bermotor

Mobil penumpang dan mikrolet 2316 *⁾ 26933 532

Bus 29 *⁾ 1325 26

Truk 58 *⁾ 1325 26

Sepeda Motor 21535 *⁾ 12491 247

Ternak

Sapi 0 0 0

Kambing 0 0 0

Ayam 0 0 0

Babi 0 0 0

Hotel Mesin genset 17 8993 178

Industri Mesin Boiler dan Boiler 0 0 0

Total 86458 1708

Keterangan : *) Jumlah kendaraan didapat dari rata-rata jumlah kendaraan yang didapat dari sensus kemudian dikalikan dengan jumlah rumah tangga Di Kecamatan Medan Baru

Sumber Data : 1. Medan Baru Dalam Angka 2019

2. Dihitung berdasarkan perkalian antara jumlah dan kebutuhan oksigen perhari untuk tiap jenis konsumen

3. Hasil Analisa Kebutuhan RTH Di Kecamatan Medan Baru menggunakan rumus Putra (2012).

Berdasarkan dari hasil Tabel kebutuhan oksigen Di Kecamatan Medan Baru terlihat bahwa perkiraan kebutuhan oksigen berdasarkan jumlah penduduk 35,392 kg/hari. Perkiraan kebutuhan oksigen berdasarkan jumlah kendaraan 42,073 kg/hari. Perhotelan membutuhkan oksigen sebanyak 8,993 kg/hari. Untuk sektor ternak dan industri Di Kecamatan Medan Baru tidak dimasukkan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(37)

25

perhitungan karena tidak memiliki peternakan dan pabrik-pabrik dalam skala luas.

Dengan demikian, total jumlah oksigen yang dibutuhkan Di Kecamatan Medan Baru, adalah sebesar 86,458 kg/hari. Berdasarkan kebutuhan oksigen tersebut maka dapat diestimasi bahwa kebutuhan RTH Di Kecamatan Medan Baru adalah seluas 0.1708 Ha.

Menurut (Dahlan dalam Sahid, 2016), Setiap 1 m2 luas RTH mampu menghasilkan 50,625 gram O2/m2/hari dengan asumsi bahwa setiap 1 m2 luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari dan 1 gram berat kering tanaman setara dengan menghasilkan oksigen 0,9375. Dengan kata lain jika suatu luas RTH dikatakan seluas n m2 maka akan menghasilkan n x 50,625 gram O2/hari. Kecamatan Medan Baru memiliki RTH eksisting 129,93 Ha sehingga didapatkan hasil 1.299.300 m2 x 50,625 gr O2/Hari = 65.777.063 gr/hari atau 65.777,063 kg O2/hari.

Analisis RTH sebagai Penyerap CO2

Menurut UU Nomor 26 tahun 2007 yang menyebutkan kebutuhan RTH masing-masing wilayah adalah 30% dari keseluruhan luas wilayah dimana 20%

berupa RTH Publik dan 10% berupa RTH Privat. Kecamatan Medan baru memiliki luas 547,31 Ha atau 2,20% dari luas wilayah kota Medan. Kebutuhan RTH Publik sebesar 109,46 Ha dan RTH Privat sebesar 54,73 Ha.

Tabel 5. Analisis daya serap gas CO2 berdasarkan luas area

Area Luas (Ha) Penyerapan CO2 (Ton/Tahun)

Taman Gajah Mada 1.54 89.45

TPU Gajah Mada 1.84 107.45

TPU Sei Tuntung Baru 0.43 25.21

Padang Rumput Jl.Sei Tuntung Baru 0.15 9.01

RTH Privat Jl.Kapten Patimura 2.87 167.04

Padang Rumput Jl. Kapten Patimura 1.52 88.27

Lapangan Brimob Jl. K.H Wahid Hasyim 0.77 44.78

Padang Rumput Jl. Sei Asahan 0.40 23.50

Pusdiklat LPPM USU 2.41 140.53

USU 107.40 6256.87

Lapangan GBKP Jl. Terompet 0.97 56.44

Padang Rumput Jl.Berdikari 0.41 24.03

Padang Rumput Jl.Harmonika Baru 0.27 15.94

Padang Rumput 2 Jl.Harmonika Baru 4.12 240.00

Padang Rumput Jl.Bunga Cempaka 0.78 45.65

Komplek Citra Garden 2.05 119.66

Jalur Hijau Kecamatan Medan Baru 1.98* 115.35*

Total 129.93 7569.17

* Purwasih dkk, 2012

(38)

26

Gambar 14. Peta RTH Eksisting Kecamatan Medan Baru Menggunakan Google Earth Tahun 2018

Penyerapan karbon dioksida pada tanaman adalah kemampuan suatu tanaman untuk menyerap karbon dioksida melalui pori stomata yang banyak terdapat di permukaan daun (Salisbury & Ross, 1995). Karbon dioksida digunakan dalam proses fotosintesis untuk mendapatkan energi dan merubahnya dalam bentuk gugus gula dan oksigen.

Vegetasi yang tumbuh pada RTH memiliki peran vital sebai penyerap emisi gas CO2 di udara. Suatu area vegetasi dapat menyerap emisi CO2 sebesar 58,2576 ton/tahun/Ha (Tinambunan, 2015). Analisis area RTH yang ada di Kecamatan Medan baru disajikan pada Gambar 14 dan analisi daya serap areal vegetasi disajikan dalam Tabel 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(39)

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Luas wilayah Kecamatan Medan Baru diidentifikasi seluas 547,31 Ha dimana rentang nilai yang paling besar terdapat pada rentang 0,2-0,4 (Agak Rapat) yaitu sebesar 262,01 Ha atau sebesar 47% dari luas total NDVI, sedangkan kisaran NDVI terkecil yaitu pada rentang NDVI 0-0,2 (Jarang) dengan luas 74,44 Ha atau sebesar 13,60% dari luas keseluruhan di Kecamatan Medan Baru.

Berdasarkan faktor-faktor jumlah penduduk, kendaraan, dan perhotelan, maka kebutuhan minimal RTH di Kecamatan Medan Baru adalah seluas 0.1708 Ha sedangkan RTH eksisting di Kecamatan Medan Baru seluas 126,93 Ha. Sehingga jika dibandingkan RTH terhadap kebutuhan oksigen dengan luas RTH yang ada masih memenuhi atau mencukupi kebutuhan.

Saran

Diperlukan upaya pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan untuk mempertahankan keberadaan RTH di Kecamatan Medan Baru untuk mempertahankan kualitas lingkungan di dalam tata ruang wilayah kota.

(40)

28

DAFTAR PUSTAKA

Arnanto, A. 2013. Pemanfaatan Transformasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Citra Landsat Tm Untuk Zonasi Vegetasi Di Lereng Merapi Bagian Selatan. Geomedia. 11 (2) : 155-170.

Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Medan Baru Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kota Medan. Medan.

Bakosurtanal. 2003. Inventarisasi Data Dasar Survei Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Sumberdaya mangrove Pulau Madura dan Kep. Kangean Jawa Timur. http://pssdal.Bakosurtanal.go.id/laporan/2003/lap_000045.pdf. [6 Maret 2018].

Chander, G., Markham, B.L., and Helder, D.L.2009.Summary of Current Radiometric Calibration Coefficients For Landsat Mss, Tm, Etm+, And EO-1 ALI Sensors.In Press, Remote Sensing Of Environments, Manuscript Number RSE-D-08-00684.US.

Dirjentaru. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum.

Ekadinata, A., Zulkarnain MT., Widayati A., Dewi S., Rahman S., dan Van Noordwijk M. 2008. Perubahan Penggunaan dan Tutupan Lahan di Indonesia tahun 1990, 2000 dan 2005. World Agroforestry Centre – ICRAF. Bogor.

Elly, J. M. 2009. Sistem Informasi Geografi Menggunakan Aplikasi ArcView 3.2 dan Er Mapper 6.4. Graha Ilmu. Yogjakarta.

Irwan, D. Z. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lasekap Hutan Kota. Cidesindo.

Jakarta.

Jaya. I. N. S. 2002. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboratorium Inventarsisasi Hutan, Jurusan Manjemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Bogor.

Joga, N., Ismaun, I. 2011. RTH 30% resolusi (kota) hijau. Gramedia, Jakarta.

Lestari, R.A.E dan Jaya, I.N.S.2005.Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh Satelitdan SIG untuk menentukan luas hutan kota : Studi Kasus di Kota Bogor,Jawa Barat.Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No.2:55- 69(2005).

Miller, H, M. John, L. Koontz. Lesie, R.Lynne K. Stephen, R. 2012. Users, Uses, and value Of Landsat Satellite Imagery Result from teh 2012 Survey of Users. Departemen of the Interior. United Stated America.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(41)

29

Purba, D.,Sawitri S dan Hani’ah. 2018. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Oksigen Di Kota Pekalongan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.

Geodesi Undip. 7(4):264-273.

Purwaningsih S. 2007. Kemampuan Serapan Karbondioksida Pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Putra, E. H. 2012. Analisis kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Oksigen Menggunakan Citra Satelit EO-1 Ali (Earth Observer-1 Advanced Land Imager) di Kota Manado. Info BPK Manado. 2 (1) : 41-54.

Rijal, S. 2008. Kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Makasar Tahun 2017.

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 3 (1): 65-77.

Sahid, D.R., Y. Malik. 2016. Kajian Ruang Terbuka Hijau dan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Skripsi. Departemen Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Salisbury FB. and C.W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.

Setiawan, A, Hermana J 2012. Analisa Kecukupan Ruang Terbuka HijauBerdasarkan Penyerapan Emisi CO2 dan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen di Kota Probolinggo. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print).

Sirait, J. H. 2009. Konsep Pengembangan Kawasan Kota. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. 4 (3).

Sudiana, D., dan Diasmara, E. 2008. Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Data Satelit NOAA/AVHRR dan TERRA/AQUA-MODIS. Seminar on Intelligent Technology and Its Applications 2008.

Sukojo, B.M, dan Diah S. 2003. Penerapan Metode Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisa Perubahan Penggunaan Lahan.

Makara, Teknologi. 7 (1).

Sumaatmadja, N. 1988 Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan.

Alumni. Bogor.

Suwargana, N. 2008. Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi.

Penginderaan Jauh. 5 (1) : 64-74.

(42)

30

Tinambunan RS. 2015. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekan Baru [Tesis]. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang mendefinisikan Ruang Terbuka Hijau ( RTH ).

Wahyunto. 2007. Peranan Citra Satelit Dalam Penentuan Potensi Lahan.http://www.litbang.deptan.go.id/warta-ip/pdf-file/wahyunto-13.html.

[6 Maret 2019]

Wijaya, CI. 2004. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Jawa Barat Menggunakan Sistem Informasi Geografis [skripsi]. Bogor:

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Alur Tahapan Analisis Kerapatan Vegetasi dan Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di  Kecamatan Medan Baru
Gambar 3. Sebaran  NDVI Di Kecamatan  Medan Baru Tahun 2018
Gambar  4.  Peta  Sebaran  Normalized  Difference  Vegetation  Index  (NDVI)  Di  Kecamatan Medan Baru Tahun 2018
+6

Referensi

Dokumen terkait

Baja merupakan alternative bahan bangunan tahan gempa yang sangat baik, karena jika dibandingkan dengan struktur beton, baja dinilai memiliki sifat daktilitas

  Perubahan   morfologi  tersebut  dianalisa  berdasarkan  hasil  penjalaran  serta  transpor  sedimen  berupa   perubahan  profil  pantai,  kemunduran  garis

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prioritas Nasional Tahun 2019- 2024, ditetapkan 6 (enam) Sasaran Strategik Kementerian Dalam Negeri. Adapun tujuan dan Sasaran

Judul : minat dan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa smp memilih smk (tinjauan studi kasus pada smp rsbi/sbi dan ssn di kota semarang. Program : penelitian pemula Tahun : 2011

Bahan ini kemudian mendingin dan mengeras dalam lithosfer dan menempatkan diri ke tepi lempengan lithosfer pada kedua sisi retakan (kerak samudera). Bahan tersebut

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax.. Pengabdian

Dengan demikian, selain makhluq rasional, manusia adalah makhluq spritual, yang mengapresiasikan “titah” Tuhan sebagai khalifah fil ardl, yang

(1) Perpanjangan studi bagi mahasiswa program magister yang belum dapat menyelssaikan belajarnya dalam kurun waktu 2 (dua) tahun akademik atau 4 (empat) semester sebagaimana