1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perdagangan adalah suatu proses transaksi yang terjadi dengan bertemunya secara langsung penjual dan pembeli yang melakukan perpindahan kepemilikan barang dan jasa. Perdagangan tersebut disebut perdagangan konvensional. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi ini membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah dan cepat. Pentingnya keefisienan dan keefektifan dalam setiap kegiatan mendorong munculnya transaksi perdagangan yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang memungkinkan terjadinya transaksi tanpa mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung, dan juga dapat dilakukan kapan pun. Transaksi perdagangan yang memanfaatkan perkembangan teknologi merupakan transaksi electronic commerce, atau yang dikenal dengan istilah e-commerce.
Menurut Mariza Arfina dan Robert Marpaung (2007), e-commerce atau yang lebih dikenal dengan e-com dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan "get and deliver". E-commerce adalah suatu produk dari perkembangan teknologi dan bisnis modern yang mulai menjauhi prinsip-prinsip bisnis konvensional. (Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 2, Nomor 2, September 2002).
Keuntungan dari adanya e-commerce ini adalah dapat dilakukannya penghematan biaya yang mungkin akan dikeluarkan oleh pihak yang melakukan perdagangan dengan model konvensional. Biaya yang dapat ditekan, seperti biaya promosi karena para pedagang cukup menggunakan website sebagai media atau katalog promosi online, biaya sewa tempat untuk membuka toko atau tempat berjualan, dan biaya transportasi yang akan dikeluarkan oleh pembeli untuk keperluan pergi ke tempat tujuan atau toko tersebut. Proses perdagangan konvensional sangatlah memakan waktu, biaya, dan tingkat kompleksitasnya tinggi. Tentunya, hal-hal tersebut dapat diminimalisasi dengan adanya e-
commerce yang menggunakan media elektronik dalam melakukan transaksinya.
Hanya dengan menggunakan sebuah server yang ditempatkan di sebuah tempat dan memiliki sebuah website yang dapat diakses kapan pun dan dimana pun maka
“perusahaan maya” ini pun siap beroperasi.
Dengan kemudahan ini, para pembeli yang berada di manapun dapat dengan mudah mengakses website milik penjual dan memilih barang atau jasa yang diingikan. Kemudian, pembeli dapat melakukan pemesanan, lalu barang atau jasa tersebut akan dikirimkan. Pembayaran atas transaksi e-commerce ini pun sangat mudah, dengan adanya kemajuan teknologi, pembayaran atas transaksi tersebut dapat menggunakan e-payment atau melalui bank yang kemudian penghasilan dari transaksi tersebut dapat langsung masuk ke rekening penjual.
Indonesia termasuk salah satu Negara dengan perkembangan nilai transaksi e-commerce yang cukup tinggi, yaitu dari 1,3 juta orang pada tahun 2007 menjadi 5,2 juta orang pada tahun 2009 (Sudarmadi, 2011). Dari data tersebut dapat dilihat adanya perkembangan jumlah yang signifikan dari pengguna transaksi elektronik. Tentunya, hal ini menyebabkan bertambahnya penghasilan bagi penjual. Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan. Penghasilan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Menurut Kasubdit Peraturan Pemotongan Pemungutan PPh dan PPh Orang Pribadi Direktorat Peraturan Perpajakan II Ditjen Pajak Dasto Ledyanto, mengatakan bahwa proses jual-beli yang dilakukan secara online termasuk dalam kategori kegiatan usaha yang wajib dipungut pajak. Selain itu, menurut Naba Aji Notoseputro dalam Jurnal Paradigma Volume 8 Tahun 2006, menyebutkan bahwa sebenarnya transaksi jual-beli melalui internet sama dengan transaksi jual-beli biasa, hanya pada transaksi ini menggunakan media elektronik sebagai sarana penghubung (dalam hal ini internet).
Kegiatan usaha e-commerce dapat dilakukan melalui menyewa sebagian space atas server (perangkat komputer) yang dimiliki (meng-hosting) pada web hosting (perusahaan hosting) yang biasanya menjadi sarana utama bagi pelaku usaha di bidang ini. Perusahaan hosting menyediakan disk space untuk disewa pengusaha untuk menempatkan aplikasi berbasis web, misalnya web e-commerce, company profile, dan lain sebagainya. Pemilik perusahaan hosting biasanya menyewakan space yang dimilikinya kepada perusahaan-perusahaan tertentu yang selanjutnya akan menggunakannya sebagai website-nya. Perusahaan yang menyewa space kemudian mengisinya dengan perangkat lunak berbasis web, yang dapat diakses oleh user. Untuk mempermudah para user dalam mengakses web tersebut maka diperlukan sebuah domain. Pengertian domain menurut Wikipedia adalah nama unik yang diberikan untuk mengidentifikasi nama server komputer seperti web server atau email server di jaringan komputer ataupun internet. Nama domain berfungsi untuk mempermudah pengguna di internet pada saat melakukan akses ke server, selain juga dipakai untuk mengingat nama server yang dikunjungi tanpa harus mengenal deretan angka yang rumit yang dikenal sebagai IP address.
Nama domain ini juga dikenal sebagai sebuah kesatuan dari sebuah situs web seperti contohnya "wikipedia.org". Nama domain kadang-kadang disebut pula dengan istilah URL, atau alamat website. Kemudian dari website tersebut maka perusahaan melakukan penawaran produknya. Adanya transaksi antara penyedia hosting yang ada didalam maupun diluar negeri dengan penyewa space yang juga berada didalam maupun diluar negeri menimbulkan penghasilan yang seharusnya dikenakan pajak penghasilan.
Penghasilan yang mungkin timbul dalam transaksi sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting adalah mengenai sewa. masalah mulai timbul ketika akan dikenakannya aspek pajak dalam penghasilan sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting dikarenakan letak server yang bisa berada di dalam Indonesia maupun diluar Indonesia. Masalah lain yang juga dapat timbul adalah mengenai penyewa dari space tersebut, sehingga dapat menimbulkan aspek pajak yang berbeda atas letak server dan penyewa space tersebut.
Penghasilan yang mungkin timbul akibat transaksi sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting yang dimiliki dan terletak di Indonesia dan di
sewa oleh wajib pajak dalam negeri, adalah pendapatan atas sewa karena transaksi sewa-menyewa space tersebut, dan juga royalti yang diakibatkan penggunaan hak kepemilikan atas space atau website. Pengenaan pajak penghasilan yang meliputi sewa dan royalti diatur dalam Pasal 23. Menurut Rachmanto Surahmat yang ditulis dalam artikel mengenai Undang-Undang PPh dan kegiatan usaha melalui e- commerce, “ketentuan Pasal 23 yang menyangkut penghasilan dari penggunaan harta tidak terlalu jelas ruang lingkupnya. Apabila pengertian "harta" diberi interpretasi yang luas maka mencakup harta berwujud dan harta tak berwujud.
Yang pasti adalah bahwa suatu website bukan merupakan harta berwujud, sehingga apabila pengertian "harta" diberi arti yang luas maka penyewaan
"website" akan dicakup dalam ketentuan Pasal 23 yang dimaksud”. Selain itu pengenaan royalti atas transaksi sewa-menyewa space yang dimiliki dan terletak di Indonesia juga masih belum diatur secara jelas, karena definisi "royalti"
berdasarkan Undang-Undang PPh (penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h) adalah imbalan sehubungan sengan penggunaan: hak atas harta tak berwujud, hak atas harta berwujud, dan Informasi. Pada dasarnya royalti adalah imbalan sebagai pengganti penggunaan atas hak, sehingga kepemilikan hak tersebut tetap pada penemunya/pemilik. Bila dibandingkan dengan kasus perangkat lunak dalam kaitannya dengan website, perangkat lunaknya sudah berpindah tangan kepada yang membelinya, sehingga penggolongan sebagai penghasilan atas royalti pun masih harus dipastikan lagi.
Selain itu, penghasilan juga mungkin timbul atas sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting yang dimiliki dan terletak di Indonesia, tetapi disewa oleh wajib pajak luar negeri. Penghasilan yang mungkin timbul itu adalah penghasilan dari luar negeri yang dikenakan pajak diluar negeri dan dapat dijadikan kredit pajak Pasal 24 didalam negeri. Menurut Siti Resmi (2003) dalam bukunya Perpajakan Teori dan Kasus, PPh Pasal 24 merupakan pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri.
Pajak penghasilan juga akan dikenakan jika terjadi transaksi sewa- menyewa space atas server pada perusahaan hosting yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, dan disewa oleh wajib pajak dalam negeri. Penghasilan yang
mungkin timbul adalah penghasilan yang dikenakan atas timbulnya Bentuk Usaha Tetap (BUT) dengan syarat adanya tax treaty antara Indonesia dengan negara tersebut. Dalam Pasal 2, BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Pasal 2 ayat (5) huruf P, mengatur contoh bentuk BUT, dan yang mengarah kepada e-commerce adalah komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usahanya melalui internet. Selain itu, penghasilan yang mungkin adalah dikenakan PPh Pasal 26 sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 dikarenakan penerima penghasilan tersebut adalah wajib pajak luar negeri.
Pemerintah Indonesia tidak akan mengenakan pajak atas penghasilan yang timbul atas transaksi sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, dan disewa oleh wajib pajak luar negeri karena atas transaksi tersebut tidak ada hubungannya dengan Indonesia.
Selain adanya pajak yang dikenakan atas server yang disewakan, atas jasa desain web yang diberikan oleh suatu perusahaan hosting dapat dikenakan pajak atas jasa tersebut dan dapat menimbulkan aspek pajak lainnya.
Adanya penghasilan yang terjadi dalam transaksi sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting yang belum diatur secara jelas dalam peraturan, merupakan potensi pajak penghasilan. Hal ini membuat penulis ingin menggali lebih dalam apa saja objek penghasilan yang melekat pada transaksi antara penyedia space atas server pada perusahaan hosting dengan penyewa space.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perlakuan pajak penghasilan terhadap penghasilan yang diterima oleh perusahaan hosting dalam transaksi sewa-
menyewa antara penyedia space atas server pada perusahaan hosting dengan penyewa space dalam hal:
1. Server yang dimiliki dan terletak di Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak dalam negeri;
2. Server yang dimiliki dan terletak di Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak luar negeri;
3. Server yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak dalam negeri;
4. Server yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak luar negeri.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui bagaimana pengenaan pajak penghasilan terhadap transaksi e-commerce antara penyedia space atas server pada perusahaan hosting dengan penyewa space dalam transaksi e-commerce.
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, manfaat yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui potensi dan isu permasalahan yang terjadi dalam perkembangan e- commerce dan penentuan pajak penghasilan atas transaksi sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting di Indonesia yang diharapkan berguna untuk menambah wawasan baru, membantu dalam memahami konsekuensi perpajakan dalam perdagangan online agar dapat menjadi wajib pajak yang baik dan melakukan kegiatan usaha dengan benar, menjadi referensi dalam pemahaman mengenai perlakuan pajak untuk transaksi e-commerce.
1.5 Batasan Penelitian
Melihat sangat luasnya penelitian mengenai e-commerce yang meliputi 28 transaksi, maka penulis hanya menjelaskan tentang tata cara perdagangan online, serta pengenaan Pajak Penghasilan atas Orang Pribadi dengan
menggunakan Undang-Undang PPh nomor 36 tahun 2008 terhadap transaksi penyewaan space atas server pada perusahaan hosting yang meliputi:
1. Server yang dimiliki dan terletak di Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak dalam negeri;
2. Server yang dimiliki dan terletak di Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak luar negeri;
3. Server yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak dalam negeri;
4. Server yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak luar negeri.
1.6 Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi yang dilakukan dengan sistematika sebagai berikut : 1. Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang hal-hal yang menjadi latar belakang terjadinya penghasilan sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan penelitian yang diperoleh dari melakukan penelitian.
2. Landasan Teori
Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang meliputi pengertian mengenai transaksi, internet, web hosting, e-commerce, sewa, jasa, dan royalti; jenis-jenis transaksi e-commerce; proses timbulnya penghasilan dan saat terutangnya penghasilan; aspek pajak penghasilan atas e-commerce; kewajiban pajak formal pemilik perusahaan hosting; dan peraturan perpajakan pengenai e- commerce di Jepang, yang mendasari penyusunan skripsi ini.
3. Metode Penelitian
Menguraikan tentang rancangan penelitian yang merupakan studi literatur, jenis dan sumber data, instrumen dan metode pengumpulan data yang berupa Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, artikel, literatur, buku, dan melakukan wawancara dengan beberapa ahli.
4. Analisa Data
Bab ini berisi tentang skema-skema kemungkinan atas sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting yang meliputi:
1. Server yang dimiliki dan terletak di Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak dalam negeri;
2. Server yang dimiliki dan terletak di Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak luar negeri;
3. Server yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak dalam negeri;
4. Server yang dimiliki dan terletak diluar Indonesia, yang disewa oleh wajib pajak luar negeri.
Serta pembahasan masalah berdasarkan data dan teori yang telah dikemukakan pada landasan teori.
5. Kesimpulan dan Saran
Menjelaskan mengenai kesimpulan yang telah diperoleh mengenai apakah atas sewa-menyewa space atas server pada perusahaan hosting terutang pajak penghasilan, dikaitkan dengan penelitian yang telah dilakukan atas rumusan masalah yang sudah ditetapkan beserta saran-saran yang dianggap perlu.