BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Paradigma dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan metode survei, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu yang pengumpulan datanya dengan data primer dan menggunakan instrumen penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan ( Burke & Cooper, 2006). Jenis data menggunakan cross- sectional, yaitu data dikumpulkan dalam satu waktu tertentu (Cooper & Schindler, 2014).
3.2. Obyek Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Prodi/Jurusan pada perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Tengah yang berada di bawah kementerian Ristek dan Dikti. Unit kajian adalah Prodi/ Jurusan yang berakreditasi A. Penetapan obyek pada program studi dengan pertimbangan bahwa unit pelaksanaan inti kegiatan akademik ada dalam Prodi/
Jurusan yang merupakan bagian dari sumberdaya perguruan tinggi, yang sumber dayanya dikelola oleh Prodi termasuk otonomi perencanaan dan pengeloan kegiatan akademik.
Prodi menjadi bagian kunci dalam melaksanakan aktivitas, artinya segala kegiatan akademik dan pendukungnya ditentukan ditingkat Prodi/Jurusan dan kontribusinya mampu mendukung kinerja ditingkat fakultas dan universitas (Wanza et al., 2017).
Dengan melihat peranan dan kontribusi di tingkat prodi tersebut maka unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit organisasi.
Populasi adalah kumpulan dari seluruh obyek yang akan diteliti artinya populasi merupakan wilayah generalisasi yang meliputi subyek/obyek dan mempunyai karakteristik yang sama yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Cooper dan Schindler, 2014). Populasi penelitian ini adalah seluruh Program Studi (Prodi) yang terakreditasi A dari perguruan tinggi di Jawa Tengah yang juga terakreditasi A yaitu sejumlah 395 prodi (https://banpt.or.id.). Alasan dipilihnya perguruan tinggi dan prodi berakreditasi A diasumsikan bahwa perguruan tinggi dan prodi tersebut telah mengimplementasikan manajemen kualitas sehingga pencapaian kinerja sesuai tujuan yang diharapkan serta sebagai contoh bagi prodi dannperguruan tinggi lainnya yang belum terakreditasi A. Jumlah Prodi/Jurusan pada perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Tengah mencapai 395 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Populasi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta Terakreditasi A di Jateng
N0 Nama Perguruan Tinggi
Jumlah Prodi Terakreditasi A
1 Akademi Kepolisian (AKPOL) 1
2 Akademi Militer (AKMIL) 3
3 Politeknik Negeri Semarang (POLINES) 10
4 Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) 3
5 Unv. Diponegoro Semarang (UNDIP) 105
6 Univ. Negeri Semarang (UNNES) 61
7 Univ. Sultan Agung (UNISULA) 9
8 Univ. Katolik Soegijapranata (UNIKA) 5
9 Univ. Islam Walisongo Semarang 23
10 Univ. Dian Nuswantoro (UDINUS) 8
11 Univ. Katolik Satya Wacana (UKSW) 13
12 Univ. Jendral Soedirman (UNSOED) 34
13 Univ. Sebelas Maret (UNS) 92
14. Univ. Muhammadiyah Surakarta (UMS) 28
Jumlah 395
Sumber: BAN PT, 2019. (https://banpt.or.id.).
Sampel adalah elemen-elemen bagian dari populasi, artinya merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Cooper dan Schindler, 2014).
penelitian ini menggunakan teknik probability sampling yang didalamnya dilakukan dengan teknik sampel jenuh yaitu seluruh Kaprodi sejumlah 395 responden. Definisi Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitisn. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. (Sekaran, 2006). menurut Hair, (2017), menjelaskan bahwa ukuran sampel minimum yang direkomendasikan adalah 100-150 agar dapat menjamin solusi MLE yang stabil. Batas maksimalnya adalah 400 karena jika lebih dari 400, metode ini menjadi lebih sensitif dan hampir setiap perbedaan terdeteksi, sehingga membuat goodness of fit-nya buruk. Kriteria penelitian menggunakan PLS- SEM dikemukakan oleh Hair, (2017) dan Chin, (1998) bahwa:
1. Jumlah sampel yang terkumpul berukuran kecil
2. Digunakan untuk memprediksi variabel dependen dengan melibatkan sejumlah besar variabel independen
3. Digunakan untuk teori teori yang belum kuat yang sifatnya prediktif 4. Digunakan untuk mengkonfirmasi teori
Pengumpulan data dilaksanakan disaat kondisi pandemi covid 19 di bulan maret – Agustus 2020 sehingga pengumpulan data sepenuhnya dilakukan melalui via online (Whats up dan email). Setelah dilakukan pengumpulan data dengan cara meyebarkan kuesioner kepada responden, Adapun data mengenai jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini terinci ada pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Hasil Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah Prosentase (%)
Kuesioner disebarkan 395 100
Kuesioner yang terisi Kuesioner tidak terisi
171 224
43,2 56,7 Kuesioner tidak sesuai/rusak 13 3,2 Kuesioner yang dapat digunakan 158 40
Sumber : Data primer yang diolah, 2021
Bedasarkan Tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa dari sejumlah 395 kaprodi, hanya bisa terkumpul dan diolah dengan program Smart PLS adalah sejumlah 158 kaprodi.
3.3. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis Peneliti ini adalah kuantitatif yaitu sebagian besar kegiatan pada pengukuran konsep dengan skala baik secara langsung atau tidak langsung memberikan nilai numerik yang digunakan dalam perhitungan statistik dan pengujian hipotesis (Zikmund, Babin, Carr, & Griffin, 2010). Sumber data penelitian menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah spesifik yang ada (Cooper dan Schindler, 2013). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survey, yaitu memberikan pertanyaan-pertanyaan terstruktur berupa kuesioner kepada pimpinan Prodi/jurusan sebagai sampel dengan alasan bahwa prodi secara langsung terlibat dengan aktivitas tatakelola dan pengambilan keputusan khususnya pada Prodi di lingkungan perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Tengah.
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas, dua variabel mediasi dan satu variabal terikat. Pada dasarnya variabel bebas adalah variabel yang dapat memprediksi variabel yang lain. Variabel bebas dari Praktek Manajemen kualitas diwakili oleh 5 dimensi dan didukung dengan 23 indikator. Variabel mediasi KC (Z1) diukur dengan 4 indikator SECI dan Budaya Organisasi (Z2) diukur dengan 4 indikator, sedangkan variabel terikat kinerja Organisasi (Y) diukur dengan 3 indikator yaitu produktivitas & penelitian, komitmen karyawan dan kerjasama perusahaan.
Definisi Operasional merupakan variabel definisi praktis operasional tentang variabel atau istilah lain dalam penelitian yang dipandang penting (Sekaran, 2006).
Berikut definisi operasional setiap variabel.
a. Kinerja organisasi didefinisikan proses menilai kinerja prodi yang mendukung kinerja perguruan tinggi secara keseluruhan dan terus menerus (Jamil & Lodhi, 2015;
Fernández-López, 2018). Berpijak pada teori kinerja organisasi maka tolok ukur kinerja organisasi dalam penelitian ini meliputi tiga indikator yaitu:
1) Produktivitas penelitian, merupakan kegiatan menghasilkan karya keilmiahan hingga terpublikaskan.
2) Komitmen Staff, didefinisikan perasaan keterikatan secara psikologis yang dirasakan antara staff dan perguruan tinggi.
3) Kerjasama, didefinisikan upaya membangun hubungan antara perguruan tinggi dengan pihak eksternal (industri).
b. Praktek Manajemen Kualitas (Quality Management Practice)
Didefinisikan sebagai pendekatan manajemen melalui beberapa prinsip atau konsep inti tentang cara prodi beroperasi secara efektif untuk menghasilkan kinerja yang baik (Bou-Llusar et al., 2008). Praktek manajemen kualitas memiliki lima dimensi /prinsip (Nguyen, 2017) yang diukur dengan 23 item indikator yaitu:
1) Kepemimpinan, adalah Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
2) Perencanaan stategis, didefinisikan pendekatan sistematis untuk menentukan tujuan prodi jangka panjang, termasuk tujuan untuk meningkatkan kualitas dan rencana untuk mencapainya.
3) Manajemen proses, didefinisikan sebagai sebuah desain dan kontrol pada kegiatan prodi yang menekankan pada sistem pemeriksaan yang otomatis 4) Sumber daya manusia, didefiniskan partisipasi atau keterlibatan seluruh sivitas
akademik prodi dalam mencapai tujuan prodi yang berorientasi pada kualitas.
5) Fokus Kepuasan konsumen, didefinisikan sejauh mana prodi dapat memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen internal dan eksternal.
c. Knowledge Creation didefinisikan sebagai kemampuan prodi dalam menciptakan, menyebarkan, dan mengimplementasikan pengetahuan baru (Nonaka & Takeuchi, 1995; Nonaka et al. 2000). Merujuk pada hasl penelitian Mehralian et al. (2015) maka KC diukur dengan 8 item indikator dari SECI (Sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi). Penjelasan operasional SECI menurut Al Zwain (2014) adalah:
1. Sosialisasi merupakan proses dimana Orang belajar dengan bersosialisasi dengan orang lain orang, berbagi ide dan bertukar pengalaman melalui berbagai hal sarana, seperti pertemuan atau forum diskusi.
2. Eksternalisasi merupakan Pengetahuan individu diakumulasikan, didokumentasikan dan dikategorikan tersedia untuk digunakan kembali oleh orang lain.
3. Kombinasi merupakan Proses konversi tersebut dapat dicapai melalui groupware untuk menciptakan pengetahuan organisasi baru.
4. Internalisasi merupakan proses dimana Orang-orang belajar dengan mendapatkan publik (eksplisit) pengetahuan dari buku, internet, atau pelatihan untuk mendapatkan pengalaman dalam pekerjaan tertentu.
d. Budaya organisasi didefinisikan serangkaian asumsi mental bersama yang mengarahkan interpretasi dan tindakan dalam prodi dengan menggambarkan perilaku organisasi. Dalam Praktik manajemen menurut Ravasi & Schultz, (2006) dan Danison et al. (2003) bahwa budaya organisasi didukung empat indikator, yaitu:
1) Keterlibatan, didefinisikan partisipasi dalam memberikan kontribusi dan rasa tanggung jawab atas pekerjaannya.
2) Konsistensi, didefinisikan sebagai suatu sikap keseuaian antara cara bertindak dengan apa yang telah digariskan organisasi oleh aturan ekplisit maupun implisit.
3) Adaptasi, didefinisikan norma dan kepercayaan yang meningkatkan kemampuan prodi dalam menafsirkan atau menerjemahkan sinyal dari
kedinamisan lingkungan ke dalam perubahan organisasi dan perilaku internal institusi.
4) Misi, merupakan arah, tujuan dan strategi bersama yang digunakan sebagai dasar kegiatan dalam prodi dan institusi.
3.5. Metode Analisis
Metode analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 2.1. bertujuan untuk menguji kesahihan instrumen agar terbebas dari bias dengan menggunakan metode Harman Single Factor Test dan program Smart PLS dengan menilai outer model. Sedangkan untuk pengujia kekauatan model dan pengujian hipotesis maka dilakukan dengan pengujian Smart PLS dengan inner model .
3.5.1. Analisis Metode Bias Instrumen
Common Method Biases (CMB) merupakan suatu masalah dalam penelitian
karena dapat menyebabkan error dalama pengukuran atau pengujian data (Podsakoff et al., 2003). Salah satu teknik yang paling sering digunakana oleh peneliti terdahulu untuk menunjukkan common method biases adalah Harman’s single factor test. Prinsip Harman’s single factor test adalah memasukkan semua konstruk penelitian dalam sebuah
analisis faktor untuk menentukan apakah mayoritas varian dapatadijelaskan oleh satu faktor umum (Juneman, 2013). Penelitian ini menyarankan agar tidak ada satupun faktor instrumen yang varian melebihi dari 50% sehingga tidak terjadi common method biases (Harman, 1967: Podsakoff dan Organ, 1986).
3.5.2. Analisis Smart PLS
Metode analisis dengan Partial Least Square (PLS) bertujuan menguji Teknik pemodelan persamaan struktural (Structural Equation Modelling) berbasis variance atau component based SEM. Studi ini menggunakan model persamaan struktural, yaitu.
Teknik untuk menganalisis fenomena dalam semua kompleksitasnya, sesuai dengan pendekatan, menggabungkan hubungan langsung, mediasi, dan moderasi secara bersamaan. PLS digunakan dalam penelitian ini karena kekokohan dan kurang pembatasan pada distribusi data dan ukuran sampel. Hair et al., (2017) menjelaskan PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat predictive model.
PLS-SEM bertujuan untuk menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar konstruk tersebut. Estimasi parameter yang diperoleh melalui PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kategori kedua
mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading). Kategori ketiga adalah berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi untuk outer model dan inner model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta) (Hair, 2017). Evaluasi model PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non parametrik.
Oleh karena itu model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model, inner model dan pengujian hipotesis.
3.5.3. Evaluasi Model Pengukuran
Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Penilaian validitas meliputi validitas convergent dan validitas discriminant. Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji
keakuratan (reliabilitas) suatu konstruk. Kriteria penilaian uji validitas convergent dan validitas discriminat dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Kriteria Penilaian Uji Validitas Convergent dan Validitas Discriminant
Validitas Parameter Kriteria Penilaian
Validitas Convergent
Outer Loading a. > 0,70 keandalan baik
b. 0,40 – <0,60 menganalisa dampak penghapusan indikator pada konsistensi reliabilitas:
- Bila penghapusan meningkatkan ukuran di atas ambang batas, maka indikator reflektif dihapus tetapi
mempertimbangkan content validity
- Bila penghapusan tidak meningkatkan ukuran di atas ambang batas, maka indikator reflektif dipertahankan
c. < 0,4 maka hapus indikator reflektif tetapi pertimbangkan dampaknya pada content validity AVE (Average
Variance Extracted)
> 0,50 untuk confirmatory dan exploratory research
Validitas Discriminant
Cross Loading Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk variable laten lainnya
Akar AVE dan korelasi antar konstruk laten
Akar AVE > korelasi antar konstruk laten
Sumber: Hair, 2017
Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan pengujian reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam
mengukur konstruk. Pengujian reliabilitas suatu konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan menilai Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha. Kriteria penilaian untuk uji reliabilitas konstruk dengan indikator reflektif dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Kriteria Penilaian Uji Reliabilitas Konstruk
Parameter Kriteria Penilaian
Composite Reliability
a. < 0,60 menunjukkan kurangnya keandalan konsistensi internal
b. > 0,60 masih dapat diterima untuk exploratory research
c. > 0,70 memuaskan Cronbach’s
Alpha
a. > 0,70 untuk confirmatory research
b. 0,60 masih dapat diterima untuk exploratory research
Sumber : Hair, 2017 dan Chin, 2010
3.5.4. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Penilaian model struktural menggunakan PLS dengan melihat nilai R-Square untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model structural. Nilai R-Square merupakan uji goodness fit model. Perubahan nilai R-Square digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel endogen, apakah mempunyai pengaruh substantif. Hasil dari PLS R-Square mempresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model. Kriteria penilaian evaluasi model
struktural dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Kriteria Penilaian Evaluasi Model Struktural Kriteria Kriteria Penilaian
R-Square 0,67: model kuat, 0,33: model moderat 0,19 model lemah
Sumber: Hair, 2017
Nilai Goodness of Fit (GOF) digunakan untuk evaluasi terhadap inner model.
Indeks goodness-of-fit (GoF) sebagai solusi operasional permasalahan karena dapat diartikan sebagai indeks untuk memvalidasi model PLS secara global (Hair, 2017).
GoF adalah rata-rata geometrik dari rata-rata komunalitas untuk outer model dan rata-rata R-square untuk inner model. Perhitungan Goodness of Fit dapat dilakukan dan Kriteria yang digunakan dalam GoF pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6.
Kriteria Penilaian Goodness of Fit
Kriteria Kriteria Penilaian
GOF Gof Kecil = 0,1
GoF Sedang = 0.25
GoF Besar = 0.38
Sumber : (Tenenhaus, Vinzi, Chatelin, & Lauro, 2005)
3.5.5. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis menggunakan PLS dengan melihat nilai p value atau nilai t pada masing-masing hipotesis. Rule of tumbs dari terdukungnya suatu hipotesis penelitian adalah: (1) jika koefesien atau arah hubungan variabel (ditunjukkan oleh nilai original sample) sejalan dengan yang dihipotesiskan, dan (2) jika nilai t statistik lebih dari 1,64 (two-tiled) atau 1,96 (one-tiled) dan probability value (p-value) kurang dari 0,05 atau 5% (Hair, 2017).
Tahapan Pengujian Mediasi
Karakteristik inti efek mediasi (efek tidak langsung) adalah melibatkan variabel ketiga sebagai perantara dalam hubungan antara variabel independen dan dependen. Secara teknis, pengaruh variabel independen X terhadap variabel dependen Y dimediasi oleh variabel ketiga, M, yang disebut variabel mediasi atau mediator seperti digambarkan pada Gambar 3.1.
Pengujian Mediasi
Pada saat merumuskan hipotesis mediasi, fokus pada "bagaimana, atau dengan cara apa, variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y) melalui satu atau lebih variabel intervensi potensial, atau mediator (M)" (Hayes, 2018). Pada Gambar 3.1. menunjukkan efek yang dimediasi di mana X memberikan efek tidak langsung atau melalui mediasi M pada Y. Prosedur pengujian variabel mediasi dalam hubungan antara variabel X dan Y adalah sebagai berikut (Baron & Kenny, 1986 dan Hair et al., 2006):
1. Jika variabel independen tidak memiliki pengaruh langsung pada variabel dependen setelah melalui variabel mediator, maka dikatakan sebagai variabel mediasi sempurna (full mediation)
2. Jika variabel independen berkurang pengaruhnya pada variabel dependen setelah melalui variabel mediator namun masih tetap signifikan, maka dikatakan sebagai mediasi parsial (sebagian)
Gambar 3.1.
3. Jika variabel independen berpengaruh langsung ke variabel dependen namun setelah melalui variabel mediator menjadi tidak berengaruh, maka dikatakan tidak memediasi.
4. Jika variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen baik secara langsung maupun melalui variabel mediator, maka dikatakan tidak memediasi.