ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA
DENGAN METODE CROSS SECTION DAN METODE POLIGON DI PT. BARA INDAH LESTARI DESA KUBU KECAMATAN SELUMA UTARA KABUPATEN SELUMA PROVINSI BENGKULU
SKRIPSI
Oleh
EZZO ESTRADA NIM 112080205
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2010
▸ Baca selengkapnya: typical cross section adalah
(2)ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA
DENGAN METODE CROSS SECTION DAN METODE POLIGON DI PT. BARA INDAH LESTARI DESA KUBU KECAMATAN SELUMA UTARA KABUPATEN SELUMA PROVINSI BENGKULU
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh
EZZO ESTRADA NIM 112080205
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2010
RINGKASAN
Untuk memenuhi kebutuhan pasar akan komoditi batubara sebagai power plant dan sebagian dipergunakan untuk kepentingan domestik seperti produksi semen, pabrik kertas, maka PT. Bara Indah Lestari akan melakukan perluasan wilayah penambangan pada zone P-2, dengan demikian pada zone P-2 perlu dilakukan estimasi sumberdaya batubara sehingga dapat memberikan taksiran kuantitas (tonase) dan kualitas dari sumberdaya batubara.
Berdasarkan data yang tersedia yaitu peta topografi dan hasil analisis kimia batubara yang diambil dari 15 lubang bor, diketahui bahwa kualitas batubara di daerah penelitian mengandung kalori berkisar 5100-7100 cal/gr serta data analisa proksimat lainnya.
Dengan kondisi lapangan yang merupakan dperbukitan bergelombang maka dilakukanlah upaya penghitungan sumberdaya batubara dengan metode cross section dan metode poligon sebagai pembanding.
Didalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan penaksiran sumberdaya merupakan salah satu tugas penting karena dapat memberikan taksiran dari kuantitas dan kualitas dari suatu bahan galian,
Estimasi sumberdaya batubara dilakukan dengan menggunakan metode cross section dan metode poligon. Jumlah tonase yang diperoleh dengan menggunakan metode cross section sebesar 1.248.602,1 Ton, sedangkan dengan menggunakan metode poligon sebesar 1.412.199,93 Ton.
Dari hasil estimasi sumberdaya dengan metode cross section dan metode poligon diperoleh perbedaan estimasi sumberdaya sebesar 163.597,83 Ton. Perbedaan tersebut dikarenakan pada metode poligon kondisi topografi pada daerah penelitian dianggap datar, sedangkan pada metode cross section kondisi topografi sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Yogyakarta.
Materi dan data-data yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini disusun berdasarkan hasil survey yang dilakukan di pertambangan P.T Bara Indah Lestari dari tanggal 15 Januari sampai tanggal 20 Februari 2010.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : bimbingan kepada :
1. Pemerintah Kabupaten Seluma khususnya seluruh staff dan karyawan Dinas Pertambangan Kabupaten Seluma.
2. Dr.H. Didit Welly Udjianto, MS, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Dr. Ir. S. Koesnaryo. M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. Anton Sudiyanto, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing II.
5. Ir.Drs. Abdul Rauf, MSc, selaku dosen pembimbing I.
Penyusun berharap, semoga saja skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya didalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertambangan.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Yogyakarta, 03 Agustus 2010 Penulis
Ezzo Estrada
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 1
1.3. Tujuan Penelitian ... 1
1.4. Metode Penelitian ... 2
1.5. Manfaat Penelitian ... 2
II. TINJAUAN UMUM 2.1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah ... 3
2.2. Iklim Dan Curah Hujan ... 3
2.3. Geologi Daerah Penelitian ... 4
2.4. Sifat Fisik dan Kualitas Batubara ... 7
2.5. Genesa Batubara ... 7
III. DASAR TEORI 3.1. Klasifikasi Cadangan ... 15
3.2. Metode Cross Section ... 17
3.3. Metode Poligon ... 19
3.4. Perhitungan Kadar Rata-rata Batubara ... 21
IV. ESTIMASI CADANGAN 4.1. Pelaksanaan Eksplorasi ... 22
4.2. Hasil Eksplorasi ... 23
4.3. Estimasi Potensi Batubara... 23
4.4. Metode Cross Section ... 24
4.5. Metode Poligon ... 25
4.6. Estimasi Kandungan Kimia Batubara Rata-Rata ... 26
4.7. Estimasi Sumberdaya Batubara ... 27
Halaman V. PEMBAHASAN 5.1. Penyebaran Endapan Batubara ... 29
... Sumberdaya Batubara ... 30
... Perbedaan Estimasi ... 31
... Kadar Kalori Rata-rata Batubara ... 31
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 33
6.2. Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 35
LAMPIRAN ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Daerah Penelitian ... 4
2.2. Stratigrafi Daerah Penelitian ... 6
2.3. Peta Geologi Cekungan Bengkulu ... 6
2.4. Kronologis Pembentukan Batubara……….. 12
2.5. Kedudukan Clay Band Terhadap Lapisan Batubara………. 13
3.1. Penampang tegak dari suatu endapan melintang……….. 18
3.2. Penampang endapan berbentuk kerucut terpancung………. 19
3.3. Poligon dari pengaruh lubang bor………. 20
D.1. Peta Topografi Penelitian……...………. 47
E.1. Peta perhitungan metode cross section………. 48
F.1. Peta Daerah Pengaruh Titik Bor..………. 49
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Analisis Kualitas Batubara Daerah Penelitian ... 7
3.1. Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral menurut Mc.Kelvey ... 16
4.1. Persyaratan Kuantitatif Ketebalan Lapisan batubara dan Lapisan pengotor ... 23
4.2. Hasil estimasi potensi batubara dengan metode cross section ... 24
4.3. Hasil estimasi potensi batubara dengan metode poligon ... 25
4.4. Analisis Kualitas Batubara (Proximate Analysis) Daerah Penelitian ... 26
4.5. Analisis Kalori Batubara ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman A. ESTIMASI POTENSI BATUBARA MENGGUNAKAN METODE CROSS
SECTION ... 37
B. ESTIMASI POTENSI BATUBARA MENGGUNAKAN METODE POLIGON . 40 C. PENAMPANG VERTIKAL METODE CROSS SECTION ... 45
D. PETA TOPOGRAFI DAERAH PENELITIAN ... 45
E. PETA PERHITUNGAN METODE CROSS SECTION ... 45
F. PETA DAERAH PENGARUH TITIK BOR ... 45
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Bara Indah Lestari merupakan salah satu perusahaan lokal yang berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan potensi batubara di Bengkulu. Kuasa Pertambangan yang dipegang oleh PT. Bara Indah Lestari Bengkulu, terletak di kecamatan Seluma Utara, Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu.
Target produksi batubara pada PT. Bara Indah Lestari saat ini sebesar 400.000 ton per tahun, atau harus memproduksi batugamping sebesar 1.100 ton per hari. Untuk memenuhi permintaan batubara baik dari dalam negeri ataupun luar negeri, maka PT.
Bara Indah Lestari akan melakukan perluasan wilayah penambangan pada zone P-2, dengan demikian pada zone P-2 perlu dilakukan estimasi sumberdaya batubara sehingga dapat memberikan taksiran kuantitas (tonase) dan kualitas (kadar) dari sumberdaya batubara.
1.2. Identifikasi Masalah
Data hasil eksplorasi yang berupa data bor yang dilakukan oleh Tim Eksplorasi PT. Bara Indah Lestari Bengkulu sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas batubara yang ada di wilayah Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD) PT. Bara Indah Lestari Bengkulu. Data yang digunakan terdiri dari 15 data bor pada zone P-2.
Batubara yang ada di daerah penelitian mempunyai ketebalan yang bervariasi dengan kondisi topografi yang bergelombang.
Estimasi sumberdaya batubara dilakukan dengan menggunakan metode cross section, kemudian dibandingkan dengan metode poligon. Data-data yang diperlukan
yaitu topografi daerah penelitian, informasi geologi, kadar mineral, jenis batuan (rock), density.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya sumberdaya batubara yang ada pada zone P-2 dengan membandingkan metode cross section dan metode poligon sehingga dapat diketahui taksiran kuantitas (tonase) dan kualitas sumberdaya
batubara, mengetahui umur tambang berdasarkan sasaran produksi PT. Bara Indah Lestari Bengkulu.
1.4. Metode Penelitian
Kegiatan yang dilakukan untuk pemecahan masalah dalam rangka kegiatan estimasi sumberdaya batubara di PT. Bara Indah Lestari Bengkulu adalah :
1. Mengadakan analisis terhadap peta topografi, yang meliputi pemeriksaan penyebaran batubara berdasarkan atas sifat-sifat batubara.
2. Mengadakan analisis terhadap data lubang bor untuk mendapatkan informasi kalori dan proksimat pada batubara.
3. Melakukan penelitian kedalaman pemboran inti batubara untuk mengetahui ketebalan batubara dan batas bawah batubara.
4. Melakukan perhitungan sumber daya batubara dengan metode cross section dan metode poligon.
1.5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan diatas, maka sasaran dari kegiatan ini adalah teridentifikasinya bahan galian endapan batubara di PT. Bara Indah Lestari, yang terletak di Desa Kubu, Kecamatan Seluma Utara, Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu yang mempunyai prospek dan siap dikembangkan, berupa :
1. Diketahuinya penyebaran lapisan batubara.
2. Diketahuinya estimasi sumber daya batubara dengan metode cross section dan metode polygon.
3. Manfaat bagi masyarakat umum khususnya para investor.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah.
Kuasa Pertambangan batubara yang di usahakan oleh PT. Bara Indah Lestari secara administrative terletak di Dusun Kubu, Desa Bukit Kubu, Kecamatan Seluma Utara, Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu. Secara geografis terletak pada koordinat 102o36’17.4’’ – 102o37’40.9’’ BT dan 3o56’3.4’’ – 3o57’19.4’’ LS, dengan batas wilayah di sebelah Barat terdapat jalan yang menghubungkan Desa Batu dengan Desa Kubu, disebelah Selatan berbatasan dengan Hulu sungai Sekalak Seluma, di Timur berbatasan dengan Desa Lubuk Lesam dan sebelah Utara berbatasan langsung dengan daerah terbukan dengan beberapa bukit.
Lokasi penambangan PT. Bara Indah Lestari terletak di sebelah Utara kota Seluma
20 Km, sudah tersedia jalan aspal menuju Desa Batu dan jalan kerikil menuju Desa Kubu, dlanjutkan dengan jalan tambang menuju lokasi.
2.2 Iklim dan Curah Hujan.
Lokasi penambangan PT. Bara Indah Lestari yang berlokasi di Desa Bukit Kubu Kecamatan Seluma merupakan daerah yang beriklim tropis, dengan kisaran temperatur antara 300 C – 350 C, yang terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Berdasarkan data curah hujan di daerah penambangan tahun 1998 – 2008, maka diketahui :
1. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April, Sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan Mei sampai bulan September.
2. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Januari sebesar 472 mm, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 195,6 mm. Curah hujan rata – rata adalah 414,2 mm/bulan dan rata – rata hari hujan adalah 12 hari/bulan.
Gambar 2.1
Peta Lokasi Daerah Penelitian
2.3 Geologi Daerah Penelitian.
2.3.1. Morfologi.
Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan dengan ketinggian 520 m – 320 m diatas permukaan air laut. Adapun morfologi daerah penelitian dapat dibedakan atas dua satuan morfologi yaitu :
1. Satuan morfologi dataran
Terletak sebelah baratdaya dan selatan, dibentuk oleh batuan sedimen, dicirikan oleh kemiringan lereng yang rendah, Sungai pada tahapan dewasa.
2. Satuan morfologi perbukitan bergelombang.
Terletak sebelah utara dan tengah, dibentuk oleh batuan volkanik, dicirikan dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi dan Sungai-Sungai pada tahapan muda.
2.3.2. Stratigrafi.
Daerah penelitian termasuk dalam Formasi Lemau yang tersusun atas breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, pada beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan batubara. Satuan batuan ini menempati arah sebaran relatif baratlaut-tenggara. Dari adanya kandungan glaukonit formasi ini diperkirakan diendapkan dalam lingkungan laut dangkal.
1. Breksi.
Breksi umumnya terdiri dari komponen dasitan dengan ukuran antara 0.5 – 5 cm, menyudut sampai menyudut tanggung. Sisipan batupasir berwarna abu- abu sampai kekuningan dengan ukuran butir halus, klastik dan berkomposisi dasitan, mengandung glaukonit, memperlihatkan perlapisan dan mempunyai struktur sedimen paralel laminasi.
2. Batupasir.
Sisipan batupasir berwarna abu-abu sampai kekuningan dengan ukuran butir halus, klastik dan berkomposisi dasitan, mengandung glaukonit,
memperlihatkan perlapisan dan mempunyai struktur sedimen parallel laminasi.
3. Batulempung.
Batulempung di daerah ini berasosiasi dengan batupasir halus yang menempatkan diri sebagai sisipan pada struktur sediment pembawa batubara.
Struktur Geologi
Struktur geologi di daerah penelitian dipengaruhi oleh sesar Baratlaut-Tenggara merupakan sesar mendatar sepanjang kurang lebih 75 km dan ditafsirkan merupakan bagian dari sistim sesar Sumatera. Stratigrafi yang terdapat di daerah penelitian merupakan termasuk dalam Formasi Lemau yang terdiri atas batuan yang mempunyai kisaran umur dari Tersier – Kuarter, dari adanya kandungan glaukonit formasi ini diperkirakan diendapkan dalam lingkungan laut dangkal.
Sumber : Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 4 Desember 2007: 247-259 (modifikasi dari Yulihanto drr., 1995)
Gambar 2.3
Stratigrafi Daerah Penelitian
Gambar 2.2
Peta Geologi Cekungan Bengkulu 2.4 Sifat Fisik dan Kualitas Batubara.
2.4.1 Sifat Fisik.
Berdasarkan sifat fisiknya batubara di daerah penelitian adalah warna hi- tam, mengkilap (bright banded), gores hitam dengan pecahan konkoidal, dan ringan, Keadaan tersebut dikarenakan adanya pengaruh terobosan sill andesit.
Secara petrografis, organik batubara di daerah ini tersusun oleh kelompok maseral vitrinit (87,4 - 99,0%) yang terdiri atas telokolinit (48,8 - 78,2%), detrovitrinit + desmokolinit (17,0 - 35,6%), dan gelokolinit + korpokolinit (0 - 3,0%).
2.4.2 Kualitas Batubara
Berdasarkan uji Laboratorium untuk analisa proksimat, batubara di daerah penelitian terdapat kandungan seperti yang terlihat pada tabel 2.1. di bawah ini.
Tabel 2.1
Analisis Kualitas Batubara Daerah Penelitian.
ANALYSIS UNIT BASIS VALUE
Kalori Cal/gr adb 5100 - 7400
Kadar air /
inherent % adb 6-21
Abu % adb 8-18
Zat Terbang % adb 30 - 42
Karbon Tetap % adb 30 - 53
Sulfur Total % adb 0.22 – 1.22
HGI % adb 51 - 54
2.5 Genesa Batubara
Batubara merupakan bahan galian fosil padat yang sebagian besar terdiri atas unsur carbon. Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan memelukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Batubara mempunyai sifat heterogen, karena terdiri dari maceral maupun mineral pengotor yang terbentuk dalam suatu rawa-rawa. Secara umum batubara berasal dari proses penghancuran pohon-pohon oleh bakteri anaerob hingga menjadi massa yang berbentuk seperti agar-agar pada kondisi rawa-rawa yang dinamakan peak atau gambut. Gambut merupakan bakal calon pembentuk batubara, karena panas dan tekanan (proses pembatubaraan) akan membentuk batubara lignit, bituminous, dan antrasit. Pada pembentukannya terkadang diselingi adanya pengendapan darat maupun laut, sehingga batubara yang terbentuk biasanya lapisan yang berselang-seling antara batubara dan sisipannya. Mengingat proses
pembentukannya ini maka di dalam batubara selalu akan ada pengotor, baik yang terbentuk secara bersamaan dengan proses terjadinya batubara, maupun dari luar. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbu-tumbuhan perlu diketahui di mana batubara terbentuk dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara.
2.5.1 Tempat Terbentuknya batubara
Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal dua macam teori:
1. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil.
2. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran yang tidak luas tetapi dijumpai pada beberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi.
2.5.2 Faktor yang Berpengaruh
Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang kompleks, dalam arti harus dipelajari dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian faktor yang diperlukan untuk pembentukan batubara, yaitu:
1. Posisi Geoteknik
Posisi geoteknik adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi geoteknik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase terkhir, posisi geoteknik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur dari lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan akhir.
2. Topografi (Morfologi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.
Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi geoteknik.
3. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai.
Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi geotektonik. Temperatur yang lembab pada iklim tropis dan sub tropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7 – 9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 m.
Sedangkan pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5 – 6 m dalam selang waktu yang sama.
4. Penurunan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tersebut menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk.
5. Umur Geologi
Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi secara tidak langsung membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organik. Makin tua
umur batuan makin dalam penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang memiliki umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara. Disamping itu faktor erosi akan merusak semua bagian dari endapan batubara.
6. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu. Flora merupakan faktor penentu terbentuknya berbagai tipe batubara. Evolusi dari kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga devon, flora belum tumbuh dengan baik. Setelah devon pertama kali terbentuk lapisan batubara di daerah lagon yang dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara besar-besaran dalam waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh dengan subur selama masa karbon. Pada masa tersier merupakan perkembangan yang sangat luas dari berbagai jenis tanaman.
7. Dekomposisi
Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik merupakan titik awal untuk sebuah alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses degradasi biokimia lebih berperan.
Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja microbiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma dan pati. Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara berbitumen. Dalam suasana kekurangan oksigen terjadi proses proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan sebagian unsur carbon akan hilang dalam bentuk carbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan metan (CH4).
Akibat pelepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah relatif unsur carbon akan bertambah. Kecepatan pembentukan gambut bergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi
proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, sehingga hanya bagian kertas saja yang tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.
8. Sejarah Sesudah Pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan gambut. Disamping itu sejarah geologi endapan batubara bertanggung jawab terhadap terbentuknya struktur cekungan batubara, berupa perlipatan, pensesaran, intrusi magmatik dan sebagainya.
9. Struktur Cekungan Batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan batubara pada umumnya mengalami deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif menyebabkan bantuk lapisan batubara tidak menerus.
10. Metamorfosa Organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak lagi berperan tetapi lebih didominasi proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta bertambahnya prosentase carbon padat, belerng, dan kandungan abu. Perubahan mutu batubara diakibatkan oleh faktor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan percepatan proses metamorfosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik dan optiknya.
2.5.3 Terbentuknya Lapisan Batubara Tebal
Salah satu syarat yang dapat membentuk lapisan batubara tebal adalah apabila terdapat suatu cekungan yang oleh karena adanya beban pengendapan bahan-bahan pembentuk batubara di atasnya mengakibatkan dasar cekungan tersebut turun secara perlahan-lahan.
Dasar cekungan yang turun secara perlahan-lahan memungkinkan permukaan air laut akan tetap dan kondisi rawa stabil. Apabila karena proses geologi dasar cekungan turun secara cepat, maka air laut akan masuk ke dalam cekungan sehingga mengubah kondisi rawa menjadi kondisi laut.
Gambar 2.4
Kronologis Pembentukan Batubara
Akibatnya diatas lapisan pembentuk batubara akan terendapkan lapisan sedimen laut antara lain batubara. Pada tahap selanjutnya akan terjadi kembali pengendapan batulempung yang memungkinkan untuk kembli terbentuk kondisi rawa. Proses selanjutnya akan terkumpul dan terendapkan bahan-bahan pembentuk batubara (sisa tumbuhan) diatas lapisan batulempung (claystone).
Demikian seterusnya sehingga terbentuk lapisan antara yang berupa batubara dan batulempung. Tidak jarang dijumpai lapisan batubara sering terbentuk lapisan antara yang berupa batulempung yang disebut clay band atau clay parting.
Gambar 2.5
Kedudukan Clay Band Terhadap Lapisan Batubara
2.5.4 Reaksi Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari cellulose. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh faktor fisika, kimia alam akan mengubah cellulose menjadi lignit, sub-bitumine, bitumine dan antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat digambarkan sebagai berikut:
5(C6H10O5) → C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO cellulose lignit gas metan
5(C6H10O5) → C22H20O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO cellulose bitumine gas metan
Keterangan :
Cellulose (zat organik) yang merupakan zat pembentuk batubara.
Unsur C dalam lignit lebih sedikit dibanding bitumine.
Semakin banyak unsur C lignit semakin baik mutunya.
Unsur H dalam lignit lebih banyak dibandingkan pada bitumine.
Semakin banyak unsur H lignit makin kurang baik mutunya.
Senyawa CH4 (gas metan) dalam lignit lebih sedikit dibanding dalam bitumine.
Semakin banyak CH4 lignit semakin baik kualitasnya.
Gas-gas yang terbentuk selama proses coalification akan masuk ke dalam celah- celah vein batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas metan yang sudah terakumulasi di dalam celah vein, terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperatur, karena tidak dapat keluar, sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi
kebakaran. Oleh sebab itu mengetahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkan keselamatan kerja.
BAB III DASAR TEORI
Menurut Alan M. Bateman, Eksplorasi adalah suatu kegiatan pertambangan untuk mencari endapan mineral berharga (prospeksi) sampai dengan evaluasi dari prospek tersebut yang dapat digunakan untuk memperluas lokasi daerah penambangan tersebut.
Tujuan dari eksplorasi adalah untuk penemuan geologis dari endapan mineral bernilai ekonomis dan digunakan untuk mengetahui ukuran, bentuk, kedudukan, sifat baik fisik maupun kimia dan nilai dari endapan mineral tersebut.
3.1.1. Klasifikasi Cadangan
Maksud dari estimasi adalah untuk menentukan jumlah dan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan untuk eksploitasi bahan galian secara komersial. Nilai dari hasil perhitungan cadangan dapat digunakan untuk kegiatan selanjutnya, yaitu untuk menentukan biaya produksi, membantu perencanaan, efisiensi operasi, kontrol kehilangan dalam penambangan.
Cadangan menurut Mc Kelvey adalah bagian dari sumber daya teridentifikasi dari suatu komoditas mineral yang ekonomis dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan kebijaksanaan pada waktu itu.
Pengertian cadangan menurut U.S. Berau of Mine and US Geological Survey diklasifikasikan kedalam 3 kategori :
a. Cadangan Terukur
Yaitu cadangan yang kuantitasnya dihitung dari hasil pengukuran yang nyata, misal dari pemboran, singkapan, paritan dan terowongan. Sedangkan kualitasnya diperoleh dari hasil conto. Jarak titik-titik conto atau jarak pemboran satu dengan lainnya tergantung dari pengetahuan dan informasi mengenai daerah, sehingga model geologi endapan mineral dapat diketahui secara jelas. Struktur, komposisi, kualitas, kedudukan dan kelanjutan kelonggakan mineral serta batas penyebarannya dapat ditentukan dengan baik. Batas kesalahan perhitungan baik untuk kualitas maupun kuantitasnya tidak boleh lebih dari 20%.
b. Cadangan Teridentifikasi
Yaitu cadangan yang kualitas dan kuantitasnya sebagian diperoleh dari hasil perhitungan atau data produksi dan sebagian lagi dihitung berdasarkan produksi untuk jarak-jarak tertentu berdasarkan keadaan geologi setempat. Jarak titik-titik conto atau jarak pemboran satu dengan yang lainnya tergantung dari pengetahuan dan informasi mengenai suatu daerah, sehingga struktur, kualitas, ketebalan, kelanjutan kelonggakan mineral serta batas penyebarannya belum dapat ditentukan secara baik. Batas kesalahan dari perhitungan baik untuk kualitas maupun kuantitasnya antara 20% sampai 30%.
Tabel 3.1
Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral menurut Mc.Kelvey TOTAL RESOURCE
TOTALITAS SUMBERDAYA MINERAL
INCREASING DEGREE OF ECONOMIC FEASIBILITY KENAIKAN TINGKAT KELAKSANAAN EKONOMI IDENTIFIED
TERIDENTIFIKASI
UNDISCOVERED TAK
TERIDENTIFIKASI DEMONTRATED
TERUNJUK
TERE KA
HYPOTHE TICAL HYPOTETI
K
SPECULAT IVES SPEKULA
TIF MEASUR
ED TERUKU
R
INDICAT ED TERINDI
KASI ECONO
MIC EKONO
MIS
RESERVES CADANGAN
SUB EKONOMIC SUB EKONOMIS PARA MARGINAL
RESOURCES
SUMBER DAYA MINERAL
SUB MARGINAL
INCREASING DEGREE OF GEOLOGIC ASURANCE
KENAIKAN TINGKAT KEYAKINAN GEOLOGI c. Cadangan Tereka
Yaitu cadangan yang kuantitasnya diperhitungkan berdasarkan pada pengetahuan keadaan geologi setempat. Cadangan ini diperhitungkan dari beberapa titik conto dan pengukuran lapangan serta keadaan geologi. Batas kesalahan dari perhitungan baik untuk kuantitas maupun kualitas lebih dari 40%.
3.2. Metode Penampang (Cross Section)
Metode Penampang (Cross Section) adalah salah satu metode estimasi cadangan secara konvensional, prinsip dari metode ini adalah dengan cara membagi endapan menjadi blok – blok dengan interval tertentu, jarak yang sama atau berbeda sesuai dengan keadaan geologi dan kebutuhan penambangan.
Didasarkan pada pembuatan blok maka terdapat beberapa cara dari metode ini, yaitu blok penambangan dibatasi oleh dua buah penampang dan sebuah bidang permukaan yang tidak teratur dan masing – masing blok terakhir dibatasi oleh bidang permukaan yang tidak teratur. Pengukuran luas dilakukan dengan menggunakan planimeter. Sedangkan perhitungan volume dilakukan dengan menggunakan dua persamaan yaitu Mean Area dan Frustum.
3.2.1. Mean Area
Persamaan maen area merupakan salah satu persamaan yang digunakan untuk menghitung volume dari suatu endapan. Persamaan ini digunakan apabila terdapat dua buah penampang dengan luas S1 dan S2 dengan jarak L seperti yang pada gambar dibawah ini dengan memenuhi S1 relatif sama S2 atau (S1/S2) lebih besar 0,5 sampai mendekati 1. Seperti yang terlihat pada gambar 3.1.
Adapun persamaan untuk mengestimasi volume batubara dengan menggunakan persamaan Mean Area adalah sebagai berikut :
n n
n S L
L S S L S
S V S
2 ) ... (
2 ) (
2 )
( 1
2 3 2 1 2
1
Keterangan :
L1, L2, L3,……, Ln = jarak antar penampang (m).
S1, S2, S3,……., Sn = luas setiap penampang (m2).
Gambar 3.1
Penampang tegak dari suatu endapan melintang
3.2.2. Frustum.
Persamaan Frustum merupakan salah satu persamaan yang juga digunakan untuk mengestimasi volume dari suatu endapan. Persamaan ini digunakan apabila volume endapan mempunyai bentuk seperti kerucut terpancung, dengan L1/L2 lebih kecil 0,5. Seperti yang terlihat pada gambar 3.2.
Adapun persamaan untuk mengestimasi volume batubara dengan menggunakan persamaan Frustum adalah sebagai berikut :
V = n n n n
n L L L xL
xL t L L t L
xL L L t L
1 1
1 3
2 3 2 2 2 1 2 1 1
... 3 3
3
Keterangan :
L1 , L2 ,L3 , …., Ln = luas setiap penampang (m2).
t1 ,t2 ,t3,……,tn = jarak antar penampang (m).
Gambar 3.2
Penampang endapan berbentuk kerucut terpancung.
3.3. Metode Poligon
Salah satu metode yang termasuk dalam cara volume daerah pengaruh adalah metode poligon. Metode ini disebut juga metode prisma poligon atau metode daerah pengaruh.
Metode poligon berdasarkan pada suatu konsep yang menyatakan bahwa semua nilai satuan pada suatu titik bor diperluas sampai setengah dari jarak ketitik bor terdekat yang mengelilinginya sehingga membentuk suatu daerah pengaruh.
Luas daerah pengaruh dari masing-masing titik bor, ditentukan dengan cara membagi jarak diantara titik bor yang berdekatan menjadi dua. Dengan demikian pengaruh dari tiap-tiap lubang bor akan membentuk suatu poligon tertutup seperti terlihat pada gambar 3.3.
Dalam metode ini bagian yang akan dihitung jumlah cadangannya digantikan oleh beberapa prisma poligon, dan setiap poligon tersebut menggambarkan volume daerah pengaruh suatu lubang bor.
Volume daerah pengaruh untuk tiap-tiap poligon merupakan hasil perkalian antara luas daerah pengaruh (luas tiap poligon) dengan ketebalan lapisan batubara pada daerah pengaruh.
Gambar 3.3
Poligon dari pengaruh lubang bor
Kemudian volume masing-masing daerah pengaruh dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
V = t
Dimana : V = volume daerah pengaruh t = tebal lapisan batubara A = luas daerah pengaruh
Dari persamaan tersebut, didapatkan rumus umum volume untuk sekelompok blok poligon adalah :
n n
n t A t A t A
V V
V1 2 1 1 2 2
Tonase batubara dihitung dengan persamaan :
n n
n V f V f V f
Q Q
Q1 2 1 1 2 2
dimana : Q1,Q2,…,Qn = Tonase setiap blok (ton)
f1,f2,…,fn = Bobot isi batubara (ton/m3)
3.4. Perhitungan Kadar Rata-rata Batubara.
Berdasarkan analisis conto, maka dapat dicari kadar rata-rata dari batubara.
Persamaan untuk mencari kadar rata-rata, adalah sebagai berikut :
Cav =
n n
n n n
A t A
t A t
A t k A
t k A t k
...
...
2 2 1 1
2 2 2 1 1 1
Keterangan
Cav = kadar rata-rata komponen batubara k1,k2,…,kn = kadar masing- masing conto t1,t2,…,tn = kedalaman titik conto A1,A2,..,An = luas daerah pengaruh
BAB IV
ESTIMASI SUMBERDAYA
Kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum memulai perhitungan sumberdaya adalah melakukan eksplorasi terlebih dahulu guna mengetahui letak endapan bahan galian, kadar, tonase dari bahan galian tersebut.
4.1. Pelaksanaan Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan terdiri dari pemetaan topografi, penentuan lokasi titik bor, pemboran inti batubara.
4.1.1. Pemetaan Topografi
Pemetaan topografi dilakukan dengan skala 1:2000 pada daerah dengan luas sekitar 30 Ha. Maksud dan tujuan dilakukan pemetaan ini adalah untuk penyediaan peta dasar bagi aktifitas selanjutnya, seperti penentuan titik bor, perhitungan sumberdaya dan kegiatan penambangan lainnya. (Lampiran D)
4.1.2. Penentuan Lokasi Titik Bor
Kegiatan penentuan titik-titik bor dilakukan untuk menentukan lokasi titik- titik bor inti batubara di lokasi Zone P-2 PT. Bara Indah Lestari.
Penentuan 15 titik lokasi bor inti di Zone P-2 PT. Bara Indah Lestari dibuat sesuai dengan penyebaran batubara yang diperoleh dari pemboran inti sebelumnya pada tahun 2008 (kode BH Consultant MCT).
4.1.3. Pemboran Inti Batubara
Pemboran yang dilakukan untuk penyelidikan geologi lanjutan terutama untuk menemukan lapisan batubara atau bahan galian lainnya, bentuk, kemiringan, kedalaman, ketebalan lapisan dan jenis-jenis batuan diatas maupun dibawah lapisan-lapisan bahan galian.
Pemboran inti batubara dilakukan dengan jumlah lubang bor 15 buah yang dilakukan di Zone P-2 PT. Bara Indah Lestari. Kedalaman lubang 75 meter dari atas permukaan air laut. Dari 15 titik bor inti batubara diperoleh total kedalaman 1.125 meter.
4.2. Hasil Eksplorasi
4.2.1.Penyebaran Lapisan Batubara
Penentuan penyebaran endapan batubara berdasarkan hasil dari uji data bor yang dimodelkan menjadi penampang-penampang sayatan pada lubang bor. Hasil dari data bor menghasilkan lokasi endapan batubara pada kedalaman tertentu yang digolongkan menjadi 3 seam utama lapisan batubara. Menurut persyaratan
kuantitatif lapisan batubara dan lapisan pengotor BSN, 1999 (Tabel 4.1), dapat ditentukan seam batubara yang potensial untuk dihitung.
Tabel 4.1
Persyaratan Kuantitatif Ketebalan Lapisan batubara dan Lapisan pengotor
Ketebalan
Jenis Batubara Brown
Coal Hard Coal Minimum lapisan Batubara (m) ≥ 1,00 m ≥ 0,40 m Maksimum Lapisan pengotor (m) ≤ 0,30m ≤ 0,30
Brown Coal adalah dari rank Gambut/Peat sampai Sub-Bituminous. Hard Coal adalah rank Bituminous sampai Antrasit.
Pada daerah penelitian, batubaranya digolongkan sebagai rank sub-
bituminous sampai bituminous maka ketebalan minimum batubara yang potensial untuk dihitung sebagai sumberdaya adalah 0,4 meter, sehingga seam yang
berpotensi untuk dihitung sejumlah 3 buah.
4.3.Estimasi Potensi Batubara
Metode estimasi yang digunakan untuk mengestimasi potensi batubara di PT. Bara Indah Lestari dengan menggunakan metode cross section dan metode poligon. Dasar pertimbangan penggunaan metode di atas adalah batubara mempunyai kesinambungan secara lateral antar tiap lapisan, mudah dilaksanakan, cepat dan hasil estimasi
representatif.
Estimasi potensi batubara pada daerah penelitian, dibatasi sampai kedalaman 75 meter di atas permukaan air laut., dengan tebal lapisan tanah penutup rata-rata sekitar 1 - 10 meter.
4.4. Metode Cross Section.
Dasar pemilihan metode ini dikarenakan bahan galian yang diestimasi dalam hal ini adalah batubara mempunyai homogenitas yang tinggi.
Adapun langkah - langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Membuat sayatan pada peta topografi dengan jarak antar sayatan 110 m sesuai dengan lintasan titik bor yang dilewati dan keadaan geologi yang diasumsikan dapat mewakili daerah sekitarnya.
b. Kemudian dilakukan penggambaran sayatan (penampang tegak) dari masing-masing sayatan.
c. Setelah itu menghitung luas dari masing - masing penampang dan luas tanah penutup dengan menggunakan program AutoCAD 2002 + Quicksurf.
d. Menghitung volume batubara secara keseluruhan dengan menggunakan rumus mean area ataupun rumus frustum.
e. Tonase didapatkan dari perkalian volume yang dengan densitas batubara sebesar 1.3 Ton/m3. (Lampiran E)
Tabel 4.2
Hasil estimasi potensi batubara dengan metode cross section
No Seksi
Luas Batubara
Luas
Tanah Spasi Volume Volume Tanah (m2)
Penutup
(m2) (m)
Batubara
(m3) Penutup(m3)
1
A -
A' 1.805,5735 12.175,189
110 201.930,377 1.589.789,7 B -
B' 1.865,8879 16.730,078
2
B -
B' 1.865,8879 16.730,078
110 197.923,198 1.972.296,3 C -
C' 1.732,7157 19.129,855
3
C -
C' 1.732,7157 19.129,855
110 150.737,73 1.940.178,9 D -
D' 1.007,9703 16.146,126
4
D -
D' 1.007,9703 16.146,126
110 155.796,086 2.121.452,8 E -
E' 1.824,6858 22.425,744
5
E -
E' 1.824,6858 22.425,744
110 158.782,443 2.186.416 F - F' 1.062,2677 17.327,274
6
F - F' 1.062,2677 17.327,274
110 145.844,281 2.381.067,9 G -
G' 1.589,4465 25964.869
Total Volume Batubara 1.011.014,114 m3
Total Potensi Batubara 1.011.014,114 m3 x 1.3 Ton/m3 = 1.314.318 Ton 4.5. Metode Poligon
Dalam perhitungan sumberdaya dengan metode poligon, perhitungan volume dilakukan terhadap batas luar lubang bor yang besarnya ½ dari jarak lubang bor satu dengan lubang
bor lainnya dengan langkah sebagai berikut :
a. Menghubungkan antara lubang bor satu dengan lubang bor lainnya, kemudian garis tersebut dibagi sama panjang dengan menarik garis tegak lurus.
b. Setelah semua lubang bor dihubungkan maka akan terbentuk suatu daerah pengaruh yang besarnya masing-masing tidak sama. (Lampiran F)
c. Untuk menghitung luas daerah pengaruh yang telah terbentuk menggunakan program AutoCAD 2002 + Quicksurf.
d. Volume sumberdaya batubara didapatkan dengan dari perkalian antara luas daerah pengaruh dengan tebal rata-rata batubara.
Adapun hasil estimasi potensi batubara dengan metode poligon dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil estimasi potensi batubara dengan metode poligon
No
Titik Bor
Luas Poligon (m2)
Tebal
(m) Volume (m3)
Berat Jenis
(ton/m3) Tonase 1 DH-1 9.267,8884 6,4 59.314,48576 1,3 77.108,83149 2 DH-2 21.775,4561 5,4 117.587,4629 1,3 152.863,7018 3 DH-3 14.435,1914 4 57.740,7656 1,3 75.062,99528 4 DH-4 24.673,6113 4,3 106.096,5286 1,3 137.925,4872 5 DH-5 9.131,3145 5,6 51.135,3612 1,3 66.475,96956 6 DH-6 22.670,3552 3,8 86.147,34976 1,3 111.991,5547 7 DH-7 20.019,8181 4,4 88.087,19964 1,3 114.513,3595 8 DH-8 12.365,5046 4,5 55.644,7707 1,3 72.338,20191 9 DH-9 22.926,3464 3,9 89.412,75096 1,3 116.236,5762 10
DH-
10 17.533,5371 4,7 82.407,62437 1,3 107.129,9117 11
DH-
11 19.300,9456 3,8 73.343,59328 1,3 95.346,67126 12
DH-
12 12.082,1353 4,6 55.577,82238 1,3 72.251,16909 13
DH-
13 28.335,6821 4,2 119.009,8648 1,3 154.712,8243 14
DH-
14 16.542,4902 2,9 47.973,22158 1,3 62.365,18805 15
DH-
15 16.364,5239 3,3 54.002,92887 1,3 70.203,80753 Total Volume Batubara (m3) 1.143.481,73
Total Potensi Batubara (Ton) 1486526.25 4.6. Estimasi kandungan kimia batubara rata-rata
Tujuan dilakukan perhitungan ini adalah untuk mengetahui kandungan unsur-unsur kimia dari batubara tersebut, apakah memenuhi syarat untuk dipasarkan. Adapun hasil analisa proksimat untuk batubara di daerah penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Analisis Kualitas Batubara (Proximate Analysis) Daerah Penelitian.
ANALYSIS UNIT BASIS VALUE
Calori Kkal/Kg adb 5100 - 7400
Kadar air /
inherent % adb 6-21
Ash % Adb 8-18
Volatile Matter % Adb 30 - 42
Fixed Carbon % Adb 30 - 53
Total Sulfur % Adb 0.22 – 1.22
HGI % Adb 51 - 54
4.6.1. Perhitungan Kalori Batubara
Dengan menganalisa hasil data bor maka dapat dihitung kadar rata-rata batubara untuk 15 daerah pengaruh titik bor pada zone P-2.
Tabel 4.5
Analisis Kalori Batubara
Poligon
Kedalaman lubang bor
(m)
Luas daerah pengaruh (m2)
Kalori (Cal/gr)
k×t×A t×A
t A k
DH-1 50 9.267,8884 5.546,66 2.570.291.294 463.394,42 DH-2 50 21.775,4561 6.355,66 6.919.869.766 1.088.772,805 DH-3 75 14.435,1914 6.131 6.637.661.886 1.082.639,355 DH-4 50 24.673,6113 5.393,33 6.653.646.402 1.233.680,565 DH-5 50 9.131,3145 6.222,66 2.841.053.274 456.565,725 DH-6 80 22.670,3552 7.102,31 12.880.951.235 1.813.628,416 DH-7 75 20.019,8181 6.355,27 9.542.351.203 1.501.486,358 DH-8 75 12.365,5046 5.786,39 5.366.372.412 927.412,845 DH-9 50 22.926,3464 5.632,12 6.456.196.704 1.146.317,32 DH-10 75 17.533,5371 5.608 7.374.605.704 1.315.015,283 DH-11 75 19.300,9456 5.616 8.129.558.287 1.447.570,92 DH-12 65 12.082,1353 5.326 4.182.714.420 785.338,7945 DH-13 75 28.335,6821 5.737,84 12.193.920.764 2.125.176,158 DH-14 50 16.542,4902 5.874,16 4.858.661.712 827.124,51 DH-15 80 16.364,5239 5.771,36 7.555.644.692 1.309.161,912
Jumlah 104.163.000.000 17.523.285,39 Dari Table 4.5 dapat dihitung kadar kalori rata-rata untuk keseluruh daerah pengaruh titik bor yaitu :
Cav =
n n
n n n
A t A
t A t
A t k A
t k A t k
...
...
2 2 1 1
2 2 2 1 1 1
39 . 285 . 523 . 17
000 . 000 . 163 . Cav104
5.944,26
Cav Cal/gr
Dihasilkan kadar rata-rata kalori batubara untuk zona P-2 sebesar 5.944,26 Cal/gr
4.7. Estimasi Sumberdaya Batubara
Hasil perhitungan sumberdaya batubara yang telah didapatkan dengan mengacu pada hasil perhitungan yang terkecil maka perlu diperhitungkan faktor koreksi. sehingga jumlah volume sumberdaya batubara tidak dapat ditambang seluruhnya.
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhinya adalah faktor adanya pengaruh lapisan tanah penutup dan asumsi kesalahan manusia sebesar 5%. Angka 5% dianggap dapat mewakili kesalahan yang dibuat manusia pada saat perhitungan, uji lab, dan hal lain yang berkaitan pada saat penelitian.
4.7.1. Metode Cross Section
Besarnya potensi batubara sebelum dikurangi faktor koreksi kesalahan manusia adalah 1.314.318 Ton
Faktor Koreksi Kesalahan Manusia (5%)
Faktor kesalahan manusia sebesar 5% dari total potensi batubara, sehingga besarnya faktor kesalahan manusia:
= 5 % x 1.314.318 Ton
= 65.715,9 Ton
Hasil estimasi sumberdaya batubara dengan menggunakan metode cross section sebesar :
= 1.314.318 Ton – 65.715,9 Ton = 1.248.602,1 Ton
4.7.2. Metode Poligon
Besarnya potensi batubara sebelum dikurangi faktor koreksi kesalahan manusia adalah sebesar 1.486.526,25 Ton (Tabel 4.2.)
Faktor Koreksi Kesalahan Manusia (5%)
Faktor kesalahan manusia sebesar 5% dari total potensi batubara. Total sumberdaya batubara adalah 1.486.526,25 Ton, sehingga besarnya faktor kesalahan manusia:
= 5 % x 1.486.526,25 Ton
= 74.326,3125 Ton
Dari faktor koreksi kesalahan manusia maka didapatkan hasil estimasi sumberdaya batubara dengan menggunakan metode cross section sebesar :
= 1.486.526,25 Ton – 74.326,3125 Ton = 1.412.199,93 Ton
4.7.3. Selisih Perhitungan
Selisih perhitungan sumberdaya pada batubara dimaksudkan untuk
mengetahui selisih dari hasil perhitungan perbandingan kedua metode. Dari hasil perhitungan selisih perhitungan sumberdaya batu basalt, maka diperoleh selisih perhitungan dari kedua metode adalah sebagai berikut:
Metode Cross Section) = 1.248.602,1 Ton
Metode Poligon = 1.412.199,93 Ton
Selisih perhitungan = Hasil perhitungan terbesar – Hasil perhitungan terkecil = 1.412.199,93 Ton – 1.248.602,1 Ton
= 163.597,83 Ton
BAB V PEMBAHASAN
Didalam pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumber daya akan berubah menjadi sumberdaya atau tidak. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumber daya mineral yang layak tambang berubah statusnya menjadi sumberdaya sedangkan yang belum layak tambang tetap menjadi sumber daya mineral. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum/perundang-undangan.
Penentuan layak tidaknya endapan batubara yang akan ditambang didasarkan pada hasil eksplorasi yang telah dilaksanakan. Untuk mengetahui apakah endapan batubara di daerah zone P-2 PT. Bara Indah Lestari layak ditambang, maka akan dibahas mengenai hasil eksplorasi yang meliputi, penyebaran endapan batubara, faktor- faktor teknis penambangan untuk mengetahui volume endapan batubara yang tidak tertambang pada zone P-2 PT. Bara Indah Lestari.
5.1. Penyebaran Endapan Batubara
Dari hasil penyelidikan geologi diketahui bahwa di lokasi penelitian terdapat penyebaran batubara yang mencakup daerah penelitian, batubara yang terdapat di daerah penelitian termasuk dalam formasi Lemau, dengan ketebalan dapat mencapai 3,5 meter. Daerah penelitian ini mempunyai topografi yang perbukitan bergelombang, yang ini menunjukkan bahwa telah terjadi proses pelarutan sesuai dengan tahapan didalam siklus karst topografi yang sampai saat ini masih tetap berjalan.
Batubara di daerah penelitian memiliki ketebalan bervariasi dari 0.4 m – 3,5 m. Arah umum perlapisan Barat Laut – Tenggara dengan kemiringan yang bervariasi antara 5° - 24°. Ketebalan batubara yang diestimasi dari elevasi 460 meter sampai elevasi 270 meter di atas permukaan air laut dengan ketebalan maksimum pada titik bor DH-1 yaitu setebal 3,5 meter dan ketebalan minimum terdapat pada titik bor DH-7 dengan
ketebalan 3,5 meter, adanya perbedaan ketebalan batubara yang diestimasi disebabkan oleh adanya proses pelapukan dan sedimentasi pada permukaan topografi yang berbeda- beda di tiap-tiap daerah.
Berdasarkan uji laboratorium untuk analisa proksimat (Tabel 4.4) pada batubara di daerah penelitian membuktikan bahwa batubara ini layak untuk dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri yang sebagian terbesar dipergunakan untuk kepentingan power plant dan sebagian dipergunakan untuk kepentingan domestik
seperti produksi semen, pabrik kertas dsb. Batubara ini diekspor ke Bangladesh, Srilangka dan Pakistan dan India.
5.2. Sumberdaya Batubara
Pemilihan metode perhitungan di daerah penelitian harus sesuai dengan keperluan dan kegunaan, sederhana dan cepat dalam pengerjaan, hasilnya dapat dipercaya, sesuai dengan data yang tersedia, serta mudah dalam pemeriksaan ulang.
5.2.1. Estimasi Sumberdaya dengan metode Cross Section
Pada metode ini dilakukan dengan membuat penampang (sayatan), berjumlah 8 sayatan dengan interval 110 meter. Penampang ini dibuat berdasarkan topografi
endapan batubara, yaitu bagian topografi puncak, lereng dan lembah. Volume antar dua penampang yang dipisahkan oleh jarak, dihitung berdasarkan formula mean area. Dari hasil estimasi sumberdaya tertambang batubara dengan metode cross section didapatkan tonase batubara sebesar 1.248.602,1 Ton.
5.2.2. Estimasi Sumberdaya dengan metode Poligon
Dalam perhitungan sumberdaya dengan metode poligon, perhitungan volume dilakukan terhadap batas luar lubang bor yang besarnya ½ dari jarak lubang bor satu dengan lubang bor lainnya. Perluasan daerah pengaruh ini dikenakan kepada semua sisinya, dengan demikian pengaruh dari suatu lubang bor akan berbentuk suatu poligon yang tertutup. Setiap poligon menggambarkan daerah pengaruh suatu lubang bor.
Volume setiap poligon dihitung dengan cara melakukan perkalian antara luas daerah pengaruh poligon dengan tebal endapan batubara. Dari hasil estimasi sumberdaya tertambang batubara dengan metode poligon didapatkan tonase batubara sebesar 1.412.199,93 Ton.
5.3. Perbedaan Estimasi
Nilai perbedaan estimasi yang dijadikan acuan adalah nilai estimasi yang terkecil dari kedua metode. Berdasarkan estimasi dengan menggunakan metode cross section diperoleh estimasi tonase sumberdaya batubara tertambang sebesar 1.248.602,1 Ton, sedangkan dengan metode poligon diperoleh estimasi tonase batubara tertambang sebesar 1.412.199,93 Ton.
Hasil estimasi sumberdaya dari kedua metode diperoleh nilai estimasi untuk metode cross section yang lebih kecil bila dibandingkan dengan metode poligon. Perbedaan hasil estimasi sumberdayanya sebesar 163.597,83 Ton.
Pada metode cross section dibuat 8 penampang, sedangkan pada metode poligon dibuat 15 buah luas daerah pengaruh yang dihitung. Adanya kecenderungan metode cross section lebih detil dalam mengukur bentuk topografi dibandingkan dengan metode poligon. Artinya hasil estimasi metode cross section akan lebih akurat dibandingkan dengan metode poligon. Hasil metode cross section lebih kecil dibandingkan dengan metode poligon. Perbedaan tersebut dikarenakan pada metode poligon, kondisi
topografi pada daerah penelitian dianggap datar, sedangkan pada metode cross section,
kondisi topografi sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Estimasi sumberdaya yang digunakan dari kedua hasil estimasi adalah hasil yang terkecil atau hasil yang pesimistis, yaitu metode cross section.
Metode cross section lebih cocok digunakan untuk mengestimasi sumberdaya endapan batubara yang ada di daerah penelitian, karena pada topografi yang
bergelombang dilakukan sayatan, maka permukaan yang bergelombang tersebut akan dapat diestimasi sumberdayanya, sesuai dengan kondisi di lapangan yang berupa perbukitan bergelombang.
5.4. Kadar Kalori Rata-Rata Batubara
Untuk perhitungan kadar kalori rata-rata pada zone P-2 yang merupakan analisa dari 15 data daerah pengaruh dari masing-masing titik bor yang berupa kadar pada tiap titik bor, luas daerah pengaruh titik bor serta kedalaman titik bor. didapatkan kalori rata- rata sebesar 5.944,26 Cal/gr (Tabel 4.5) Berdasarkan uji laboratorium untuk analisa proksimat (Tabel 4.4) pada batubara di daerah penelitian membuktikan bahwa batubara ini layak untuk dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri yang sebagian terbesar dipergunakan untuk kepentingan power plant dan sebagian
dipergunakan untuk kepentingan domestik seperti produksi semen, pabrik kertas dsb.
Batubara ini diekspor ke Bangladesh, Srilangka dan Pakistan dan India.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil pengamatan dan penilaian di lapangan seperti yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan analisa dengan masing-masing metode, ditemukannya adanya perbedaan-perbedaan yang meliputi ; cara pembuatan penampang, cara perhitungan volume dan luas, tingkat kesulitan, serta waktu.
2. Hasil estimasi sumberdaya batubara dengan metode cross section sebesar 1.314.318 Ton., sedangkan dengan metode poligon sebesar 1.486.526,25 Ton.
3. Hasil estimasi sumberdaya batubara setelah dikurangi oleh faktor koreksi adalah 1.248.602,1 Ton dengan menggunakan metode cross section, sedangkan dengan metode poligon didapatkan sebesar 1.412.199,93 Ton.
4. Perbedaan hasil estimasi untuk metode cross section dan metode polygon adalah sebesar 163.597,83 Ton.
5. Hasil perhitungan kalori rata-rata batubara di daerah zone P-2 dihasilkan kalori rata-rata sebesar 5.944,26 Cal/gr.
6. Dari hasil estimasi cadangan batubara dapat disimpulkan bahwa metode cross section paling cocok untuk digunakan untuk menghitung sumberdaya dengan kondisi topografi yang bergelombang.
6.2. Saran
1. Dalam kegiatan penambangan sebaiknya menggunakan perkiraan jumlah cadangan dengan nilai minimal atau dari perhitungan cadangan yang terkecil. Hal ini menunjukkan sikap pesimis, tetapi jika kenyataannya yang paling tepat adalah estimasi dengan hasil yang maksimal, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
2. Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihannya yaitu sederhana, murah, dan representatif, sedangkan kekurangan dari metode poligon yaitu tidak sesuai untuk topografi yang relatif rata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Rauf (1998), “Perhitungan Cadangan Endapan Mineral”, Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
2. Abdul Rauf (1999),“Eksplorasi Tambang”, Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
3. Atlas Copco (2003), “Instruction Atlas Copco ROC F 7 – 10”, Atlas Copco Rock Drill AB., Sweden.
4. Badan Pendidikan Dan Pelatihan Energi Dan Sumberdaya Mineral (2003), “Open Pit Plan Design” Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Teknologi Mineral Dan Batubara, Bandung.
5. Bateman, Alan M. (1979), “Economic Mineral Deposit”, John Wiley & Sons Inc, New York.
6. Charles A. Kliche (1999), “Rock Slope Stability”, Society for Mining, Metallurgy, and Exploration Inc, Shaffer Parkway, Littleton, CO, USA.
7. Hustrulid, W,. Kuchta, M. (1995), “Open Pit Mine Planning & Design”Vol 1, A.A.
Balkema/Rotterdam/Brookfield.
8. Sukandarrumidi (1999), “Bahan Galian Industri”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
9. McKelvey, 1972, "Recource Classification System", U.S.Geological Survey
10.Winanto Ajie. M dan Indah Setyowati, (1999), “Rekayasa Bahan Galian Industri”, Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
11.……...(2002), “AutoCAD User Documentation Help File”, AutoDesk Inc.
12.………(2001), “Caterpillar Performance Handbook Edition 32”, Caterpillar Inc.
13.………(1997), “Report on Geological Survey of Nusakambangan for PT Semen Nusantara”, Onoda Engineering and Consulting Ltd., Cilacap.
14.……..(2001), “Specifications and Application Handbook Edition 22”, Komatsu Ltd.
15.…….. (1998), “QuickSurf Manual 5.1”, Schreiber Instrument Inc.
LAMPIRAN A
ESTIMASI POTENSI BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION
1. Blok I
Volume Sayatan Batubara A-A’ dengan B-B’ Jarak sayatan = 110 meter
= 110
2
1.865,8879 1.805,5735
= 201.930,377 m3 Volume Tanah Penutup
= 110
2
16.730,078 12.175,189
= 1.589.789,685 m3
2. Blok II
Volume Sayatan Batubara B-B’ dengan C-C’ Jarak sayatan = 110 meter
= 110
2
1.732.7157 1.865,8879
= 197.923.198 m3 Volume Tanah Penutup
= 110
2
19.129,855
16.730,078
= 1.972.296,288 m3
3. Blok III
Volume Sayatan Batubara C-C’ dengan D-D’ Jarak sayatan = 110 meter
= 110
2
1.007,9703 1.732,7157
= 150.737,73 m3 Volume Tanah Penutup
= 110
2
16.146,126
19.129,855
= 1.940.178,939 m3
4. Blok IV
Volume Sayatan Batubara D-D’ dengan E-E’ Jarak sayatan = 110 meter
= 110
2
1.824.6858 1.007.9703
= 155.796,0855 m3 Volume Tanah Penutup
= 110
2
22.425.744 16.146.126
= 2.121.452,834 m3
5. Blok V
Volume Sayatan Batubara E-E’ dengan F-F’ Jarak sayatan = 110 meter
= 110
2
1062.2677 1824.6858
= 158.782,4425 m3 Volume Tanah Penutup
= 110
2
17.327,274
22.425,744
= 2.186.415,968 m3
6. Blok VI
Volume Sayatan Batubara F-F’ dengan G-G’ Jarak sayatan = 110 meter
= 110
2
1.589,4465 1.062,2677
= 145.844,281 m3 Volume Tanah Penutup
= 110
2
25.964.869 17.327.274
= 2.381.067,882 m3