19 BAB II KAJIAN TEORI
A. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atauadanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.12 Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, Implementasi intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan.13
Bahwa dapat disimpulkan implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program atau aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan terhadap suatu pembelajaran dan memperoleh hasil yang diharapkan.
12 Nurdin Usman, 2002, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: Grasindo, Hlm. 70.
13 Purwanto dan Sulistyastuti, 1991, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, Jakarta: Bumi Aksara, Hlm. 21.
▸ Baca selengkapnya: salah satu manfaat pemeliharaan menurut purwanto dan muhammad ali adalah
(2)20
Sedangkan impelementasi dalam pemerintah desa merupakan suatu kebijakan yang dapat dilihat dari segi keaktivitasanya suatu rancangan pelaaksanaan kegiatan untuk mendukung kegiatan yang sudah di prioritaskan dengan dilakukan sesuai cara yang benar dan adil sesuai yang terdapat dalam norma ketentuan peratuan.
Dengan itu, untuk faktor pendukung yang mempengaruhi implementasi antara lain: a) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan, b) jenis manfaat yang diterima oleh target group, c) Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, d) Apakah letak sebuah program sudah tepat.
B. Definisi Desa
Keberadaan desa sebagai suatu organisasi sosial sebenarnya telah lama muncul sebelum munculnya negara modern yang kita kenal sekarang ini.
Desa sebagai suatu tipe masyarakat kompleks muncul bersamaan dengan tebentuknya negara tradisional atau kerajaan. Keberadaan desa sendiri tidak serta merta terbentuk begitu saja, namun melawati evaluasi organisasi masyarakat sendiri tidak terlepas dari pengaruh faktor lingkungan, pertumbuhan penduduk, penemuan teknologi.14
Desa memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya persekutuan dalam masyarakat, dengan batas-batas berupa hak dan kewenangan yang belum diatur oleh persekutuan
14 Sidik Permana, 2012, Antropologi Perdesaan dan Pembangunan Berkelanjutan, Yogyakarta:
Deepublish. Hlm. 7.
21
masyarakat yang lebih luas dan tinggi tingkatannya, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan penghidupan kesatuan masyarakat yang bersangkutan. Desa yang otonom akan memberikan ruang gerak yang luas pada perencanaan pembangunan yang merupakan kebutuhan nyata masyarakat dan tidak banyak dibebani oleh program-program kerja dari berbagai instansi dan pemerintah
Secara umum istilah desa atau pendesaan berasal dari Bahasa sansekerta yang secara denotatif desa berarti organisasi yang mandiri atau suatu Kawasan pemukiman yang mengatur dirinya sendiri. Sedangkan desa secara konotatif mengandung arti sebagai wilayah jajahan atau dalam artian keberadaan desa tidak terlepas dari organisasi yang lebih tinggi yakni negara, baik pada bentuk negara modern kerajaan/negara tradisional, secara politis desa berada dibawah control kekuasaan negara sebagai organisasi tertinggi.15
Desa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh beberapa keluarga dan dipimpin oleh kepala desa. Desa juga bisa diartikan sebagai wilayah yang berada diluar kota yang merupakan satu kesatuan.16 Sedangkan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa menyebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarkat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerntahan negara kesatuan republik Indonesia.17
15 Ibid., Hlm. 10.
16 Amran Y. S. Chaniago, 2007, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, Hlm.
210.
17 Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
22
Dalam pengertianya mengenai desa terdapat berbagai defini yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
a. Menurut R. Bintarto, desa dapat diakatan sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubunganya dengan daerah-daerah lain.18
b. Menurut N. Daldjoeni, desa dapat dikatakan sebagai pemukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya bermata pencaharian dengan bertani atau bercocok tanam.19
c. Menurut Rifhi Siddiq, desa merupakan suatu daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah dengan interaksi sosial bersifat homogen dan mayaritas penduduknya bermata pencaharian petani karena umumnya di pedesaan berapa wilayah agraris.20 Dilihat dari segi definisinya sebagaimana yang sudah disebutkan diatas, maka dalam peraturan umum desa memiliki kewenangan. Adapun kewenangan dari desa adalah:21
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa.
18 R. Bintaro, 1986, Desa-Kota, Bandung: Alumni, Hlm. 11.
19 N. Daldjoeni, 1987, Intraksi Desa-Kota, Jakarta: Rineka Cipta, Hlm. 44.
20 Rifhi Siddiq, 2006, Antropologi Sosial, Jakarta: Pustaka Setia, Hlm. 37.
21 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
23
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada kepala desa.
Dengan itu desa juga memiliki ciri-ciri, yaitu, pertama, pada umumnya terletak atau sangat dekat dengan pusat wilayah usaha tani. Kedua, dalam wilayah tersebut pertanian merupakan kegiatan perekonomian yang sangat dominan. Ketiga, faktor penguasaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakat. Keempat, tidak seperti dikota ataupun kota besar penduduknya merupakan pendatang, populasi penduduk desa lebih bersifat terganti dengan sendirinya. Kelima control sosial lebih bersifat informal dan interaksi antara warga desa lebih bersifat personal dalam bentuk tatap muka. Keenam, mempunyai tingkat hemogenetis yang relative tinggi dan ikatan sosial yang relative lebih ketat dari pada kota.22
Desa dalam bentuknya didasarkan atas adanya prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usulnya desa dan keadaan kondisi sosial budaya masyarakat setempat23. Adapun syarat-syarat dengan terbentuknya desa antara lain:
22 Suhartono, 2000, Politik Lokal Parlemen Desa, Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, Hlm. 14.
23 Didik Sukriano, 2008, Politik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesis, Jurnal Konstitusi, Vol.
1, Hlm. 1.
24 a. Jumlah penduduk.
b. Wilayah kerja yang telah memiliki akses transportasi antara wilayah.
c. Sosial budaya yang dapa menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat desa.
d. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, serta sumber daya alam ekonomi pendukung.
e. Batas wilayah yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati atau walikota.
f. Sarama dan prasarana bagi pemerintahan desa dan pelayanan public.
g. Telah tersedianya dana oprasional, penghasilan tetap dan tunjangan lainnya bagi prangkat desa sesuai denga ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam lingkup desa demikian terdapat berbagai lembaga yang mengelola pemerintahan desa yang disebut dengan pemerintah desa.
Pemerintahan desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu dengan prangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.
Dengan itu pemerintah desa dapat dikatakan penyelenggara urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republic Indonesia.
Semua desa dapat dikelompokan berdasarkan kemantapan dari pemerintah, yaitu mencakup desa swadaya, desa swakarya dan desa swasembada, dapat dilihat dari sektor-sektor unggulannya yaitu terdiri dari desa pertanian, desa nelayan, desa pariwisata dan lain sebagainnya dan Ketika
25
dilihat dari pendekatan pembangunan dapat dikelompokan sebagai desa terpadu, desa mandiri, dan desa partisipatif. Oleh karena demikian, muncul definisi baru terkait dengan pendesaan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan tipologi Kawasan pendesaan, terutama yang paling penting yaitu perubahan perkembangan globalisasi dari tahun ketahun.
C. Keuangan Desa
Pengelolaan keungan desa telah dijelaskan dalam pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yang menyatakan bahwa keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja dan pembayaran yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang meliputi:
a. Perencanaan.
b. Penatausahaan.
c. Pelaksanaan.
d. Pelaporan, dan e. Pertanggungjawaban.
Dalam pengelolaan keungan desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Prinsip yang mendasari pengelolaan keungan daerah adalah:24
24 Waluyo, 2007, Manajemen Public, Konsep, Aplikasi dan Implementasi Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Bandung: Mandar Maju, 218-219.
26 a. Transparasi
Transparasi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan pelaksanaan anggaran. Dengan demikian transparasi berarti bahwa setiap anggota masyarakat didaerah memiliki hak dan akses yang sama untuk diketahui proses anggaran yang dibuat bahkan implemetasinya, karena hal demikian menyangkut aspirasi dan kepentingan terutama pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat melalui kegiatan yang dilaksanakan.
b. Akuntabilitas
Adalah pertanggungjawaban pablik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus dapat dipertanggungjawaban kepada masyarakat dan pemerintah daerah terkait dengan kegagalan maupun keberhasilan sebagai bahan evaluasi tahun berikutnya.
c. Efektif dan effisien
Adalah proses penganggaran yang memegang prinsip ekonomis, efisien, dan efektifitas. Ekonomis berkaitan dengan pemulihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang wajar. Sedangkan efisien berarti penggunaan sumber daya masyrakat telah tercapai tingkat maksimal atau berdaya guna bagi kepentingan masyarakat. Sedangan efektifitas merupakan penggunaan target atau tujuan. Sehingga efektif dan efisien merupakan pengelolaan keuangan publik dengan capaian ekonomis, efisien, dan efektivitas yang baik.
27
Keuangan desa memiliki ruang lingkup pengelolaan yang tidak juah berbeda dibandingkan pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota. Dengan keterbatasan jumlah dana yang di Kelola dan jumlah maupun kapasitas sumber daya manusia yang mengelola keungan desa, maka dalam pengelolaan keungan desa sebaliknya dibuat sederhana mungkin namun tidak mengorbankan azas transparansi dan akuntabilitas.
Dalam pengelolaan dana desa perlu juga mengidentifikasi adanya resiko terjadinya kesalahan baik bersifat administrative maupun substantif yang dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya koptensi aparatur desa dalam hal penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Keberhasilan dari suatu pembangunan desa tidak terlepas dari aspek pengelolaan keuangan desa yang di Kelola dengan baik.
Dalam keuangan desa sepertihalnya sudah disebutkan diatas, bahwa dalam pengelolaan dana desa harus mengedepankan disiplin anggaran.
Untuk mencapai pengelolaan keuangan yang baik, perlunya sejumlah asas- asas yang harus diperhatikan. Adapun asas-asas, antara lain:25
a. Asas kesatuan, yaitu asas yang menghendaki agar semua pendapatan dan belanja desa disajikan dalam kesatuan dokumen anggaran desa.
25 Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, 2015, Pengelolaan Keunagan Desa, Bandung: Fokus Media, Hlm. 7-9.
28
b. Asas universitalitas, yaitu asas yang mengharuskan agar suatu transaksi keuangan desa ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran desa.
c. Asas tahunan, yaitu asas yang membtasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahunan anggaran.
d. Asas spesialitas, yaitu asas yang mewajibkan agar setiap kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya.
e. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan pengelolaan keungan desa harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat desa, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
f. Asas proposionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik dan ketentuan perundang-undang yang berlaku.
g. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskrimintaif tentang pengelolaan keuangan desa tetap memperhatikan perlindungan terhadap hak pribadi serta golongan.
h. Asas pemeriksaan oleh BPK yang bebas dan mandiri, yaitu asas yang memberikan kebebasan bagi BPK untuk melakukan pemeriksaan keungan desa dengan tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun.
29
i. Asas value for money yaitu asas yang menekankan bahwa dalam pengelolaan keungan desa harus dilakukan secara ekonomis, efisien dan efektif.
j. Asas kejujuran, yaitu asas yang menekankan bahwa dalam pengelolaan dana pablik harus dipercayakan kepada aparat yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga potensi munculnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat diminimalkan.
k. Asas pengendalian yaitu asas yang menghendaki dilakukannya monitoring terhadap penerimaan maupun pengeluaran anggaran pendapatan belanja desa. Sehingga bila terjadi selisih dapat segera dicari penyebab timbulnya selisih tersebut.
l. Asas pertanggungjawaban, yaitu asas yang mewajibkan kepada penerima amanah atau mandate untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
m. Asas keadilan, yaitu asas yang menekankan perlunya keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif.
n. Asas kepatuhan, yaitu asas yang menekankan adanya suatu sikap dan Tindakan yang wajar dan proposional.
30
o. Asas manfaat untuk masyarakat, yaitu asas yang mengharuskan bahwa keuangan desa wajib digunakan atau diutamakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa.
Dengan demikian dari berbagai asas yang sudah dikemukakan diatas terhadap pengelolaan keuangan desa agar dana desa yang jumlahnya sangat terbatas dapat dipertanggungjawabkan secara penuh. Dana desa yang ditransfer untuk meningkatkan sumber daya masyarkat desa lewat pemerintah desa perlu benar di realisasikan dengan baik, karena dana desa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat serta pembangunan untuk keberlanjutan.
D. Dana Desa
Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020, menyebutkan bahwa dana desa merupakan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk menandai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Dan fokus utama dalam penyaluran dana desa hanya lebih terkait dengan implementasi pengelokasian dana desa agar didalam pelaksanaannya benar-benar untuk kepentingan masyarakat.
31
Dana desa digunakan untuk memadai pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangal lokal berskala desa yang diatur dan diurus oleh desa. Anggaran pelaksanaan APBN fokus penting dari penyaluran dana ini lebih terkait pada implementasi pengelokasian dana desa agar bisa sesempurna gagasan para inisiatornya. Scenario awal dana desa diberikan dengan mengganti program pemerintah yang dulunya di sebut PNPM, namun dengan berlakunya dana des aini, dapat menutup kesempatan beberapa pihak asing untuk menyalurkan dana kedaerah Indonesia dengan program-program yang sebenarnya juga dapat menjadi pemicu pembangunan daerah.26
Sesuai yang diamanatkan oleh undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, bahwa pemerintah mengalokasikan dana desa dengan mechanism transfer kepada kabupaten/kota. Dari pengelokasian dana tersebut, maka tiap-tiap kabupaten maupun kota mengelokasikan kepada setiap desa yang berdasarkan jumlah desa dengan memperhatikan mengenai jumlah penduduk, luas wilayah, dan juga angka kemiskinan.
Dari hasil perhitungan tersebut juga disesuaikan dengan tingkat kesulitas geografis masing-masing desa.
Disamping ada dana desa, juga ada pendapatan lain berupa pendapatan asli daerah (PADES), merupakan bagian dari hasil PDRD kabupaten/kota, alokasi dana desa dari kabupaten/kota, bantuan keuangan yang berasal dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, bagi hasul
26 Thomas, 2013, Pengelolaan Alokasi dan Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Di Desa Subawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tanah Tidung, E-Journal Pemerintahan Integrative, Vol. No. 1, Hlm. 1.
32
pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota, hibah dan sumbangan dari pihak ketiga, serta lain dari lain pendapat desa yang sah.27
Dengan adanya alokasi dana desa, kepastian dalam pendanaan baik untuk sumber daya maupun pembangunan dapat terus dilaksanakan tanpa haris menunggu terlalu lama datangnya dana bantuan dari bantuan dari pemerintah pusat. Pemberian dari alokasi dana desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa guna melaksanakan otonominya sendiri secara mandiri. Dalam hal ini dilakukan agar desa dapat tumbuh dan berkembang yang sesuai dengan pertumbuhan desa itu sendiri dan berdasarkan keanekaragaman, otonomi asli, demokratis, partisipasi, pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran pemerintah desa dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat desa.
Tujuan regulasi dana desa sebagaiman yang terdapat dalam ketentuan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI, yang mana dalam upaya untuk memastikan agar penggunaan dana desa memiliki stimulus bagi ekonomi, penggunaannya diarahkan untuk:
a. Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat desa, sehingga konsumsi rumah tangga dapat terjaga.
b. Peningkatan pelayanan dasar berskala, terutama disektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Konektivitas desa melalui
27 W Riawan Tjandra, 2013, Hukum Keuangan, Jakarta: Grasindo, Hlm. 26.
33
pembangunan infrastuktur sangat penting untuk mendorong stabilitas harga dan distribusi yang merata. Prioritas penggunaan danadesa diarahkan untuk membiayai bidang pembangunan dan bidang pemberdayaan masyarakat desa. Cara pelaksanaan diutamakan melalui swakelola dengan menyerap tenaga kerja setempat, bahan baku lokal, serta kegiatan lainnya yang mendorong masyarakat produktif secara ekonomi.
E. Pemanfaatan Dana Desa
Pemanfaatan dana desa disebutkan dalam undang-undang nomor 6 tahun tahun 2014 tentang desa maupun peraturan dibawahnya. Pemanfaatan dana desa dimaksudkan untuk menambah kesejahteraan penduduk desa dan kualitas hidup masyarakat serta pengendalian kemiskinan, dengan itu dana desa diutamakan guna melaksanakan program-program dan aktivitas pengembangan desa.
Pemanfaatan alokasi dana desa atau penggunaannya adalah diperuntukan untuk membiayai program pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan dana desa harus memenuhi beberapa indicator antara lain:28
a. Tercapainya tujuan dalam pengelolaan dana desa dapat dilihat dari segi infrastruktur dan sumber daya masyarakat yang masih rendah dan belum lengkap.
28 Dina Banurea Dan Mahmuddin, Op.Cit., Hlm. 11.
34
b. Pengawasana oleh tim pelaksanaan kegiatan desa.
c. Laporan pertanggungjawaban.
d. Keterlihatan aktor publik.
Dalam melakukan pembangunan dipedesaan melalui pemanfaatan alokasi dan desa tidak dapat dilakukan begitu saja. Pembangunan ifrastruktur perdesaan berjalannya harus sesuai dengan prinsip pembangunan pedesaan dan prispin pengelolaan ADD. Pemanfaatan dana desa untuk pembangunan dan perkembangan desa dapat didukung oleh beberapa faktor. Dengan itu ada beberapa faktor untuk pemanfaatan penggunaan dana desa untuk perkembangan desa, yaitu faktor lokasi, fasilitas daerah, dan infrastruktur diantarannya jalan penghubung.29
Dengan adanya dana desa diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin baik untuk kepentingan sumberdaya masyarakat ataupun untuk kepentintangan pembangunan. Sebelum adanya dana desa perubahan- perubahan yang ada didalam masyarakat sangat melambat terutama ini disebabkan karena pendapatan rendah, Pendidikan kurang memadai, dan status pekerjaan yang jauh dibatas normal.
F. Prioritas Penggunaan Dana Desa
Undang-Undang Desa memandatkan bahwa tujuan pembangunan Desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
29 Surjono, P., 2006, Menejemen Pelayanan Public, Jakarta: Cendekia, Hlm. 235.
35
dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Prioritas penggunaan dana desa adalah pilihan kegiatan yang didaahulukan dan diutamakan dari pada pilihan kegiatan lainnya untuk dibiayai dengan dena desa.30 Dalam prioritas penggunaan dana desa setiap tahun berbeda sesuai dengan pedoman peraturan yang berlaku. Prioritas penggunaan dana desa tahun 2020 diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Menurut PERMENDES No 11 Tahun 2019 Prioritas Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan di bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, antara lain sebagai berikut:
a. Peningkatan Kualitas Hidup.
b. Peningkatan Kesejahteraan.
c. Penanggulangan Kemiskinan, dan d. Peningkatan Pelayanan Public.
Pemerintah desa sebagai tembok bagi masyarakat desa, harus benar- benar memahami apa yang lebih diprioritaskan dalam penggunaan dana desa.
Dari itu pemerintah desa harus menetapkan prioritas penggunaan dana desa dengan melalui musyawarah desa. Dengan demikian Desa dalam
30 Pasal 1 ayat 16 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
36
merencanakan prioritas penggunaan Dana Desa bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, mempertimbangkan Tipologi Desa dan tingkat perkembangan Desa.31
Pemerintah Desa dalam menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa dalam kegiatan perencanaan pembangunan Desa harus berdasarkan pada prinsip-prinsip, antara lain:32
a. Kebutuhan prioritas.
b. Keadilan.
c. Kewenangan desa.
d. Fokus.
e. Partisipatif.
f. Swakelola, dan
g. Berbasis sumber daya Desa.
Dengan demikian dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa menyatakan bahwa Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara berjangka yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Kedua dokumen perencanaan Desa dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Desa, yang menjadi dokumen perencanaan di Desa.
RPJM Desa dan RKP Desa merupakan pedoman dalam penyusunan Anggaran
31 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
32 Pasal 3 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
37
Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa). Dana Desa merupakan salah satu sumber pendapatan Desa yang termuat dalam APB Desa. Perencanaan penggunaan Dana Desa merupakan bagian dari mekanisme perencanaan Desa yaitu mulai dari penyusunan RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa. Kegiatan- kegiatan yang dibiayai Dana Desa harus menjadi bagian dari RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa.
G. Daerah Tertinggal
Daerah tertinggal adalah kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan penduduk yang relatif tertinggal. Didalam konsepnya BPPN atau badan perencanaan pembangunan nasional, wilayah tertinggal tersebut pada umunya diciricirikan dengan letak geografis yang relative terpencil, atau wilayah-wilayah yang didalamnya miskin terhadap sumber daya dan atau yang rawan terhadap bencana alam. Didalam suatu wilayah tertinggal dapat dimaknai di lingkup desa, yang berarti desa tertinggal.
Desa tertinggal adalah Desa Tertinggal adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya.33
Sebagaimana halnya dari uraian dareh tertinggal demikian, Bahwa Desa Nisa Kec, Woha, merupakan salah satu masuk dalam kategori dalam desa tertinggal, karena pada dasarnya wilayah Desa Nisa yang setiap tahunnya
33 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
38
akan rawan dengan bencana alam yakni banjir bandang dan sering terjadinya konflik sosial, serta fasilatas umum yang masih kurang memadai. Untuk itu, Desa Nisa masih perlu mendapat perhatian khusus dari prangkat kebijakan yang paling atas, sebagai pemangku kebijakan bagi masyarakat.
Disamping desa tertinggal, pemerintah sering menggunakan istilah daerah atau desa terpencil yaitu dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat. Hanya saja dalam pengertian daerah tertinggal digunakan terbatas didalam rangka atas pemberian inisiatif pajak, tunjangan pegawai, atau penyedia sarana dan prasarana, Kesehatan, serta pendidikan. Diwilayah daerah tertinggal secara umum dapat diartikan sebagai wilayah yang sulit dalam berbagai aspek, seperti belum tercapainya pelayanan umum, harga kebutuhan pokok yang sangat mahal, tidak atau belum tersedia mengenai sarana prasana pablik, sehingga dalam hal ini menimbulkan kesulitan yang tinggi bagi penduduk yang telah berdomisili diwilayah tersebut.34
Selanjutnya untuk dapat mengetahui suatu daerah mengalami ketinggalan dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan sebelumnya yang mengacu pada Permendes No 19 Tahun 2017. Kemudian menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENNAS), suatu daerah dikategorikan daerah tertinggal yaitu:35
34 Bungaran Antonius Simanjuntak, 2013, Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia: Merangkai Sejarah Politik Dan Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Hlm.
134.
35 Muhtar, At. All, 2011, Masyarkat Desa Tertinggal, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 16. No. 2, Hlm. 22.
39
a. Secara geografis daerah ini realatif sulit dijangka karena letaknya yang jauh dari di pedalaman, perbukitan atau penggunungan, kepulauan, pasisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena terdapat faktor germofologis lainnya sehingga dalam hal ini sulit dijangka oleh transportasi, jaringan maupun media komunikasi.
b. Dilihat dari sumber daya alam, tidak memiliki potensi atau sumber daya alam yang besar namun dilingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi negara atau tidak dapat dieikploitasi dan daerah tertinggal yang akibata dieikploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
c. Dari sumber daya manusia pada umumnya masyarakat didaerah tertinggal ini mengai tingkat Pendidikan, pengetahuan dan keterampilannya relatif rendah serta kelembagaan atas adat yang belum berkembang.
d. Kemudian mengena keterbatasan dalam sarana prasarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, Kesehatan pendidik dan pelayanan yang lainnya menyebabkan kesulitas untuk melakukan dalam segala aktivitas ekonomi dan sosial.
e. Seringnya mengalami bencana alam di suatu daerah dan konflik sosial yang berakibat terganggunya dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi.
f. Suatu daerah dapat dikatakan menjadi tertinggal karena disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat sama sekali seperti
40
kurangnya kepemilikan pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan pendekatan, dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya mengenai kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.
Dengan itu, pembangunan daerah tertinggal tidak hanya terdapat dalam aspek ekonomi, aspek pembanguna, maupun aspek sosial budaya, dalam penfasiran demikian mengenai aspek sosial budaya masyarakat lokal daerah tertinggal sangat perlu mendapat perhatian khusus dari prangkat kebijakan yang paling atas, sebagai pemangku kebijakan bagi masyarakat.