• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PARIWISATA DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PARIWISATA DI KOTA MEDAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PARIWISATA DI KOTA MEDAN

OLEH

HAFIZA SYAFIRA 150501022

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PARIWISATA DI KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh tingkat upah minimum, jumlah kamar hotel dan jumlah wisatawan mancanegara terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pariwisata di Kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan data sekunder dengan sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik Kota Medan dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Dalam penelitian ini periode waktu yang digunakan berkisar pada tahun 2002-2016. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat upah minimum berpengaruh negatif dan tidak signifikan,jumlah kamar hotel berpengaruh positif dan tidak signifikan, dan jumlah wisatawan mancanegara terjadi pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pariwisata di Kota Medan. Dengan nilai R2 sebesar .berarti 87,96%

merupakan penjelas terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya 12,04%

dijelaskan oleh variabel lain dan tidak dimasukkan dalam model analisis penelitian ini.

Kata kunci : Tingkat Upah minimum, Jumlah Kamar Hotel , Jumlah Wisatawan Mancanegera dan Tenaga Kerja.

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF EMPLOYMENT IN THE MEDAN CITY TOURISM INDUSTRY

This study aims to analyze the influence of the minimum wage rate, the number of hotel rooms and the number of foreign tourists on employment in the sector of the tourism industry in Medan City.

This research is a quanitative descriptive study using secondary data with the source data comes from Statistics Medan and the Central Bureau of Statistics of North Sumatra, In this study, the time period used in the 2002 - 2016 range. The analytical method used is multiple linear regression analysis.

Regression analysis showed that the negative effect minimum wage rate variable and not significantly, the number of foreign tourists has positve effects occur but not significant , and the number of hotel rooms has positive and not significant,on employment in the tourism sector industry in Medan. With R2 value of 0,879608 means that 87,96% are explanatory to the dependent variable. While the remaining 12,04% is explained by other variables and is not included in this study analysis model.

Keywords : Minimum Wage Rate, Number of Hotel Rooms, the number of tourist sand employment.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmatnya saya dapat menyelesaikan skripsi saya ini yang berjudul “Analisis penyerapan tenaga kerja pada industri pariwisata di Kota Medan”. Penulisan skripsi ini juga diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Saya mengucapkan Terimakasih kepada kedua orang tua yang saya cintai Drs. Syarkowi Hamid dan Zahira Ahmad,Spd yang selalu memberikan semangat , nasehat, dukungan serta doa kepada saya selama saya menjalankan perkuliahan dan selama penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nst, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan

4. Bapak Drs. Murbanto Sinaga , MA , selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si , selaku dosen penguji 1 penulis yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rujiman ,MA selaku dosen penguji 2 penulis yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi

(8)

Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesai skripsi ini.

8. Seluruh Keluarga Besar Alm.H.Abdul Hamid Rasyid dan Keluarga Besar Alm.Ahmad Yusuf yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk saya.

9. Abang kandung saya Briptu Syafwan Akbar dan Kakak saya Dian Maya Sari Parinduri,Spd yang selalu memberikan motivasi , semangat dan dukungan kepada saya.

10. Sahabat sahabat saya tercinta, Annisa , Ardhya Garini Yazib, Ayu Maulida , Desy Lumongga Lubis , Friska Syari, Nadya Rozan, Fadli Nahar Daulay, Iqbal Habib Bangun,Fadhel Muhammad, yang selalu menemani saya, yang menjadi tempat berbagi keluh kesah yang selalu mendukung, memberi semangat dan memberikan kritik sarannya kepada saya dan juga memberi waktu luang dalam membantu proses penyusunan skripsi ini.

11. Teman teman serta senior dan junior saya kak Zumaya Chalidi , bg Aryo Afief Palego , Asya Rizki Ila Utami, Manan Alfatah Nasution, Maulanil Irfan Siagian, Maysarah Davina,Glena Shafira, Dian Rahmah, dan Tasya Auliadina yang memberikan semangat dan membantu saya sampai menjadi tempat berbagi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman teman serta seluruh pengurus di HMD-EP Periode 2016/2017 &

2017/2018dan terkhusus Syafina Fathlia Yasmin yang merupakan Partner keluh kesah saya selama di HMD-EP dan teman saya dari awal perkuliahan.

13. Teman teman perkumpulan pertama saya di kampus yaitu KB , Sukses untuk semuanya,see you!

14. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan terkhusus angkatan 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung serta memberikan kritik dan sarannya selama pengerjaan skripsi ini.

15. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan orang orang yang membantu dan mendoakan penulis , Akhir kata penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati saya, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019 Penulis,

Hafiza Syafira NIM: 150501022

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I.PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tinjauan Teoritis... 9

2.1.1 Tenaga Kerja ... 9

2.1.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja ... 12

2.1.1.2 Permintaan Tenaga Kerja ... 12

2.1.1.3 Penawaran Tenaga Kerja ... 20

2.1.2 Tingkat Upah ... 21

2.1.3 Pariwisata ... 23

2.1.3.1 Definisi Pariwisata ... 23

2.1.3.2 Jenis Dan Fungsi Pariwisata ... 25

2.1.3.3 Manfaat Pariwisata ... 27

2.1.4 Hubungan Industri Pariwisata Dengan Penyerapan Tenaga Kerja ... 28

2.1.5Hotel ... 29

2.1.6 Jumlah Kamar Hotel (Tingkat Hunian Hotel) ... 31

2.1.7 Wisatawan ... 31

2.1.8 Hubungan Variabel Dependen Dengan Variabel Independen ... 32

2.1.8.1 Hubungan Antara Tingkat Upah Dengan Penyerapan Tenaga Kerja ... 32

2.1.8.2 Hubungan Antara Jumlah Kamar Hotel Dengan Penyerapan Tenaga Kerja ... 33

2.1.8.3 Hubungan Antara Jumlah Wisatawan Dengan Penyerapan Tenaga Kerja ... 34

2.2 Penelitian Terdahulu ... 35

2.3 Kerangka Konseptual ... 38

2.4 Hipotesis ... 39

(11)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi Penelitian ... 40

3.3 Definisi Operasional ... 40

3.4 Metode Analisis Data ... 41

3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 41

3.4.2 Deteksi Asumsi Klasik ... 42

3.4.3 Pengujian Hipotesis ... 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 47

4.1.1 Kondisi Geografi ... 47

4.1.2 Luas dan Batas Wilayah ... 47

4.1.3 Iklim ... 49

4.2 Keadaan Penduduk ... 49

4.2.1 Jumlah Penduduk ... 49

4.3 Potensi Objek Pariwisata Kota Medan ... 51

4.3.1 Perkembangan Pariwisata di Kota Medan ... 52

4.4 Hasil Analisis ... 53

4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 53

4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 55

4.4.3 Pengujian Hipotesis ... 59

4.4.3.1Pengujian Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 61

4.4.3.2 Pengujian Pengaruh Jumlah Kamar Hotel Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 61

4.4.3.3.Pengujian Pengaruh Jumlah Wisatawan MancanegaraTerhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 62

4.5 Pembahasan ... 65

4.5.1 Pengaruh Tingkat Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 65

4.5.2 Pengaruh Jumlah Wisatawan Mancanegara terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 66

4.5.3 Pengaruh Jumlah Kamar Hotel terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Table 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja pada Sektor Pariwisata

di Kota Medan Periode Tahun 2002 -2016 ... 3

Table 1.2 Upah Minimum Kota Medan pada Tahun 2002-2016 ... 4

Table 1.3 Banyaknya jumlah kamar hotel dan akomodasi lainnya di kota Medan Periode tahun 2002 -2016 ... 5

Table 1.4 Banyaknya jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke sumatera utara melalui pelabuhan belawan kota MedanPeriode tahun 2002 -2016 ... 6

Table 2.1 Penelitian Terdahulu ... 36

Table 4.1 Luas Wilayah Dan Jumlah Kepadatan Penduduk Berdasarkan KecamatanTahun 2015 ... 48

Table 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin Kota Medan 2015 ... 50

Table 4.3 Objek Wisata Kota Medan ... 51

Table 4.4 Hasil analisis regresi... 53

Table 4.5 Uji Multikolinieritas ... 56

Table 4.6 Uji Heteroskedastisitas ... 57

Table 4.7 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Secara individu ... 60

Table 4.8 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Pengaruh Variabel Tingkat Upah (X1), Jumlah Kamar Hotel (X2), serta Jumlah Wisatawan Mancanegara (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y) ... 63

Table 4.9 Koefisien Determinasi Pengaruh Variabel Tingkat Upah (X1), Jumlah Kamar Hotel (X2), serta Jumlah Wisatawan Mancanegara (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y) .... 64

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ... 11

Gambar 2.2 Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 18

Gambar 2.3 Kurva Penawaran Tenaga Kerja... 21

Gambar 2.4 Model Kerangka Konseptual ... 39

Gambar 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera ... 58

Gambar 4.2 Uji Normalitas Dengan Grafik ... 59

(14)

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran

Lampiran 1 Data Penelitian

Lampiran 2 Hasil Estimasi Linear berganda Lampiran 3 Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas Dengan Metode Jarque Bera Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik

Lampiran 6 Hasil Estimasi Heteroskedastisitas

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata.

Dalam Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No.4 tahun 1969 dinyatakan bahwa, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaga kerja sendiri baik tenaga kerja fisik maupun tenaga kerja pikiran, sebagaimana dalam penjelasan atas Undang-Undang no.14 Tahun 1969 tentang ketentuan ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja.

Kesempatan kerja menurut Simanjuntak (2005) mengemukakan bahwa besarnya permintaan perusahaan akan tenaga kerja pada dasarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut.Oleh karena itu dalam rangka pengembangan dunia kepariwisataan, perlu ditingkatkan upaya dalam bentuk industri kepariwisataan, baik oleh pemerintah, semua jajaran terkait seperti Departemen Seni dan Budaya, Dinas Pariwisata, dan Perusahaan Swasta yang bergerak dibidang industri pariwisata. Untuk menunjang upaya tersebut dalam hal ini melalui kerja sama dikalangan pemerintah dan swasta, maka

(16)

berbagai kebijaksanaan seperti promosi, mutu pelayanan, dan mutu obyekwisata melalui kerja sama sektoral secara terpadu dilaksanakan upaya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing dan domestik dimana dampaknya diharapkan akan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

Pengembangan pariwisata yang diprogramkan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta akan diarahkan kepada usaha untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan karena merupakan sumber pendapatan yang cukup signifikan. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah secara positif mempengaruhi tingkat kesempatan kerja khususnya dibidang pariwisata.Oleh karena itu sektor pariwisata perlu didukung oleh beberapa sektor penunjang pariwisata, baik dibidang transportasi maupun dibidang akomodasi serta pelayanan termasuk sektor hotel, dan restoran.Dengan adanya penunjang pariwisata, jumlah wisatawan yang berkunjung diharapkan semakin meningkat, yang pada akhirnya bermuara pada penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta dapat pula mempengaruhi tingkat produktivitas masyarakat dalam kegiatan perekonomian, khususnya pada bidang industri pariwisata.

Sektor hotel, hiburan dan restoran pada masa ini tetap menjadi andalan kegiatan ekonomi di Kota Medan, sebagai salah satu tujuan wisata. Oleh karena itu, dengan keindahan alam, adanya berbagai objek wisata alam dan hawa yang sejuk di Kota Medan akan mendatangkan banyak wisatawan atau pengunjung yang datang sehingga banyak pengusaha yang tertarik untuk mendirikan atau membangun sebuah tempat peristirahatan berupa hotel yangdilengkapi oleh restoran dan tempat hiburan seperti karaoke yang selalu ramaidikunjungi oleh wisatawan terutama pada

(17)

3

hari sabtu dan minggu dan hari libur lainnya.Hotel yang telah berdiri saat ini terdiri dari berbagai kelas denganberagam fasilitas, namun itu semua tidak menjadikan para pengusaha untuk tidak membangun hotel dan restoran yang baru demi memenuhi kebutuhan pengunjung atau konsumen yang datang dari luar kota bahkan turis asing sekalipun yang datang ke Kota Medan serta permintaan pada setiap periodenya cenderung meningkat.

Pada Tabel 1.1 ini dapat dilihat pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor pariwisata di Kota Medan :

Tabel 1.1

Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja pada Sektor Pariwisata di Kota Medan Periode Tahun 2002 -2016

Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

5215 5111 4653 5378 5374 5222 5187 6132 6701 6882 6885 7745 7699 7125 7269

- -1,99 -8,96 15,58 -0,07 -2,82 -0,67 18,21 9,27 2,70 0,04 12,49

-0,59 -7,45 2,02

Rata rata pertumbuhan 25,27

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja setiap tahun mengalami pertumbuhan rata-rata tenaga kerja sebesar 25,27persen dari tahun 2002 hingga 2016 dengan peningkatan terbesar adalah pada tahun 2009 yaitu 18,21 persen. Peningkatan tersebut terjadi dikarenakan banyaknya para

(18)

investor atau pengusaha yang berinvestasi pada sektor pariwisata selain itu juga disebabkan banyaknya pengunjung wisatawan asing yang berkunjung di Kota Medan sehingga mampu memberikan dampak positif berupa peningkatan penyerapan tenaga kerja pada industri pariwisata di Kota Medan.

Tabel 1.2

Upah Minimum Kota Medan Periode Tahun 2002-2016

Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

464000 505000 537000 600000 750000 820000 918000 1020000 1100000 1197000 1285000 1650000 1851500 2037000 2271255

- 8,83 6,33 11,73

25 9,33 11,95 11,11 7,84 8,81 7,35 28,40 12,21 10,01 11,5

Rata rata pertumbuhan 170,4

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata jumlah Upah Minimum di Kota Medan adalah sebesar 170,4persen dari tahun 2002-2016 dengan peningkatan terbesar pada tahun 2013 yaitu 28,40 persen.

(19)

5

Tabel 1.3

Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara Melalui Pelabuhan Belawan Kota Medan

Periode Tahun 2002-2016

Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

21414 15110 9708 9181 6936 7312 7011 5075 17202 18975 22132 22631 24769 20916 20167

- -29,43 -35,75 -5,42 -24,45

5,42 -4,11 -27,61 238,95 10,30 16,63 2,23 9,44 -15,55

-3,58

Rata rata pertumbuhan 137,07

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2017

Berdasarkan Tabel 1.3, terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata jumlah wisatawan mancanegara melalui Pelabuhan Belawan Kota Medan adalahsebesar 137,07 persen dari tahun 2002-2016

(20)

Tabel 1.4

Banyaknya jumlah kamar hotel dan akomodasi lainnya di kota Medan Periode tahun 2002 -2016

Tahun Jumlah (hotel) Pertumbuhan (%)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

5398 4973 4895 5366 5431 5813 6816 6763 7363 7591 7685 9194 9386 9512 10652

- -8,54 -1,56 9,62 1,21 7,03 17,25

-0,78 8,87 3,09 1,22 19,63

2,08 1,34 11,98

Rata rata pertumbuhan 72,44

Sumber:BPS Provinsi Sumatera Utara,2016

Berdasarkan tabel 1.4 terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata jumlah kamar hotel Hotel dan Akomodasi lainnya di Kota Medan adalah sebesar 72,44persen dari tahun 2002-2016

Melihat peningkatan penyerapan tenaga kerja pada industri pariwisata selama ini di Kota Medan sebagaimana diuraikan diatas merupakan fenomena penting yang akan dipelajari dalam penelitian ini , berdasarkan hal tersebut penulis menyusun penelitian yang berjudul:“ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PARIWISATA DI KOTA MEDAN”

(21)

7

1.2 Rumusan Masalah

Pengembangan pariwisata yang diprogramkan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta akan diarahkan kepada usaha untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan karena merupakan sumber pendapatan yang cukup signifikan. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah positif mempengaruhi tingkat kesempatan kerja khususnya dibidang pariwisata.

Peningkatan penyerapan tenaga kerja ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktow yaitu pertumbuhan hotel, jumlah kamar hotel , jumlah wisatawan dan jumlah objek wista. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah pokok yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:

a) Apakah variabel tingkat upah di Kota Medan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja?

b) Apakah variabel jumlah wisatawan mancanegara di Kota Medan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja?

c) Apakah variabel jumlah kamar hotel di Kota Medan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

d) Untuk menganalisis pengaruh tingkat upah di Kota Medan terhadap penyerapan tenaga kerja.

e) Untuk menganalisis pengaruh jumlah wisatawan mancanegara di Kota Medan terhadap penyerapan tenaga kerja

(22)

f) Untuk menganalisi pengaruh jumlah kamar hotel di Kota Medan terhadap penyerapan tenaga kerja.

1.4 Manfaat Penelitian a) Pemerintah

Diharapkan dapat memberikan manaat maupun masukan-masukan yang berharga bagi Pemeintah untuk menggalakkan wisata di Kota Medan.

b) Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat bermanfaat bagi pihak lain sehingga mengetahui seberapa besar peranan pariwisata dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat.

c) Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai peranan industri pariwisata dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja daerah melalui penerapan ilmu dan teori yang penulis peroleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya.

d) Peneliti Lain

Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang menjadikan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai peranan sektor pariwisata dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan dapat dijadikan sumber pembanding dalam penelitian dengan tema yang sama.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan menurut Payaman Simanjuntak (2001), tenaga kerja (man power )adalah penduduk yangsudah bekerja atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur.Pada awalnya batasan umur penggolongan tenaga kerja di Indonesia sejak tahun 1971 adalah bilamana seseorang sudah berumur 10 tahun atau lebih.Pemilihan batasan umur ini berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk bekerja atau mencari pekerjaan. Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan dan penetapan kebijakan wajib belajar 9 tahun, maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang bekerja berkurang. Oleh karena itu, semenjak dilaksanakan SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) tahun 2001, batas umur penggolongan kerja yang semula 10 tahun atau lebih diubah menjadi 15 tahun atau lebih. Indonesia tidak menggunakan batas umur maksimum dalam pengelompokkan usia kerja karena belum mempunyai jaminan sosial

(24)

nasional. Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan di hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta (Simanjuntak, 2001).

Tenaga kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan bekerja serta golongan menganggur dan mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golonganyang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.Ketiga golongan dalam kelompok ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja.Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai angkatan kerja potensial (Simanjuntak, 2001).

(25)

11

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus Penerima

Rumah Tangga Pendapatan

Setengah Bekerja Pengangguran PenuhPenuh

Kentara (Jam Tidak Kentara Kerja Sedikit)

Produktivitas Penghasilan Rendah Rendah

Sumber : Simanjuntak (2001)

Gambar 2.1

Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

(26)

2.1.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja.Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja (Kuncoro, 2002)

2.1.1.2 Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan adalah suatu hubungan antar harga dan kuantitas.Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja adalah hubungan antar tingkat upah (harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki untuk dipekerjakan dalam jangka waktu tertentu.

Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.Orang membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 2001).

Menurut Arfida (2003), permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah (yang dilihat dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh majikan untuk

(27)

13

dipekerjakan (dalam hal ini dapat dikatakan dibeli). Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan :

1. ) Tingkat Upah

Makin tinggi tingkat upah, makin sedikit tenaga kerja yang diminta. Begitu pula sebaliknya

2. Teknologi

Kemampuan menghasilkan tergantung teknologi yang dipakai. Makin efektif teknologi, makin besar artinya bagi tenaga kerja dalam mengaktualisasi ketrampilan dan kemampuannya.

3. Produktivitas

Produktivitas tergantung modal yang dipakai. Keleluasaan modal akan menaikkan produktivitas

4. Kualitas tenaga kerja

Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang merupakan indeks kualitas tenaga kerja mempengaruhi permintaan tenaga kerja. Begitu pula keadaan gizi mereka.

5. Fasilitas Modal

Dalam realisasinya, produk dihasilkan atas sumbangan modal dan tenaga kerja yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan peranan input yang lain dapat merupakan faktor penentu lain.

(28)

Menurut Sumarsono (2003), permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil.

1. Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.

2. Perubahan permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan

Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat, perusahaan cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut perusahaan akan menambah penggunaan tenaga kerjanya

3. Harga Barang Modal Turun

Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan harga jual barang per unit ikut turun. Pada keadaan ini perusahaan akan cenderung meningkatkan produksi karena permintaan hasil produksi bertambah besar. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dapat bertambah besar karena peningkatan kegiatan perusahaan.

Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasarkan pada teori ekonomi neoklasik, di mana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah tenaga kerja yang dapat

(29)

15

dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marjinal Physical Product dari tenaga kerja (MPPL), (2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut Marginal Revenue (MR). Penerimaan marjinal di sini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga MR = VMPPL

= MPPL. P, dan (3) biaya marjinal, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang pekerja, dengan kata lain upah karyawan tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal, maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pemberi kerja, sehingga ia akan terus menambah jumlah pekerja selama MR lebih besar dari tingkat upah.

Value Marginal Physical Product of Labor atau VMPP adalah nilai pertambahan hasil marjinal dari tenaga kerja. P adalah harga jual barang per unit, DL adalah permintaan tenaga kerja, W adalah tingkat upah, dan L adalah jumlah tenaga kerja. Peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya.

Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang tertentu, maka jumlah tenaga kerja yang diminta suatu lapangan usaha akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap.

Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam suatu lapangan usaha tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap

(30)

produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, pengusaha lebih mengoptimalkan jumlah tenaga kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru.

Marginal Revenue Product atau MRP dari suatu input variabel adalah penerimaan tambahan yang diperolah suatu perusahaan dengan mempekerjakan unit input tambahan, cateris paribus. Jika tenaga kerja adalah faktor variabel, misalnya merekrut unit tambahan akan menghasilakan output tambahan (produk marginal dari tenaga kerja). Penjualan output tambahan itu akan menghasilkan penerimaan. Produk penerimaan marginal adalah penerimaan yang diproduksi dengan menjual barang atau jasa yang diproduksi oleh unit marginal tenaga kerja.Dalam perusahaan bersaing, produk penerimaan marginal adalah nilai produk marginal suatu factor (Case and Fair, 2007.

Dengan menggunakan tenaga kerja sebagai faktor variabel, kita bisa menyatakan dalil ini dengan lebih formal dengan mengatakan jika MPL adalah produk tenaga kerja marginal dan PX adalah harga output, maka produk penerimaan marginal dari tenaga kerja adalah MRPL = MPL X PX (Case and Fair, 2007).

Menurut Simanjuntak (2001), dasar yang digunakan pengusaha untuk menambah atau mengurangi jumlah karyawan adalah: Pertama-tama sang

(31)

17

pengusaha perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang diperoleh pengusaha sehubungan dengan penambahan seorang karyawan. Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marjinal atau marginal physical product dari karyawan, atau disingkat MPPL. Kedua, pengusaha menghitung jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marginal tersebut. Jumlah uang ini dinamakan penerimaan marginal atau marginal revenue, yaitu nilai MPPL tadi. Jadi, marginal revenue sama dengan nilai dari MPPL, yaitu besarnya MPPL dikalikan dengan harganya per unit (P).

Jadi :

MR = VMPL = MPPL x P

Dimana:

MR : Marginal revenue, penerimaan marginal

VMPPL : Value marginal physical product of labor, nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan

MPPL : Marginal physical product of labor

P : Harga jual barang yang diproduksikan per unit

Akhirnya pengusaha membandingkan MR tersebut dengan biaya mempekerjakan tambahan seorang tadi. Jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan tambahan seorang karyawan adalah upahnya sendiri (W) dan dinamakan biaya marjinal atau marginal cost (MC). Bila tambahan pemerimaan marjinal (MR) lebih besar dari biaya mempekerjakan orang yang menghasilkannya (W), maka mempekerjakan

(32)

tambahan orang tersebut akan menambah keuntungan pengusaha. Dengan kata lain dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari W (Simanjuntak, 2001).

Misalnya tenaga kerja terus ditambah sedangkan alat-alat dan faktor produksi lain jumlahnya tetap. Maka perbandingan alat-alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marginal menjadi lebih kecil pula.

Dengan kata lain, semakin bertambah karyawan yang dipekerjakan, semakin kecil MPPL-nya dan nilai MPPL itu sendiri. Ini yang dinamakan hukum diminishing returns dan dilukiskan dengan garis DD dalam berikut:

Sumber : simanjuntak (2001) Gambar 2.2

Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Garis DD melukiskan besarnya nilai hasil marginal karyawan (value marginal physical product of labor atau VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 0A=100 Orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke-100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama dengan MPPL x P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah

(33)

19

yang sedang berlaku (W). Oleh sebab itu laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan memperkerjakan tenaga kerja hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL x P sama dengan upah yang dibayarkan pada karyawan. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba maksimum bila MPPL x P

= W . Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari pada ON, misalnya OB akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah pada tingkat yang berlaku (W), padahal hasil nilai marginal yang diperolehnya sebesar W2 yang lebih kecil dari pada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah karyawan yang lebih besar dari pada ON. Penambahan karyawan yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W atau pengusaha dapat menaikkan harga jual barang (Simanjuntak, 2001)

Aspek lain yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari hubungan tingkat upah, MPPL, harga barang dan jumlah karyawan yang dapat dipekerjakan adalah bahwa sebagai reaksi terhadap peningkatan upah (Simanjuntak, 2001):

1. Pengusaha menuntut peningkatan produktivitas kerja karyawannya sedemikian rupa sehingga pertambahan produksi yang dihasilkan karyawan senilai dengan pertambahan upah yang diterimanya; atau bila ini tidak dapat terlaksana,

2. Pengusaha terpaksa menaikkan harga jual barang,dan/ atau 3. Pengusaha mengurangi jumlah karyawan yang bekerja, atau

(34)

4. Pengusaha melakukan kombinasi dari dua diantara ke tiga alternatif di atas atau kombinasi dari ketiganya.

Permintaan tenaga kerja dapat dibedakan menjadi permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek dan permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang.

Perbedaan antara permintaan jangka pendek dan jangka panjang adalah: (1) Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan tidak sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain, dan (2) Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan itu sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain (Arfida, 2003)

2.1.1.3 Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk menyediakannya.

Kenaikan tingkat upah mempengaruhi penyediaan tenaga kerja melalui dua daya yang saling berlawanan.Kenaikan tingkat upah di satu pihak meningkatkan pendapatan (income effect) yang cenderung untuk mengurangi tenaga kerja. Di sisi lain, kenaikan tingkat upah dapat diartikan semakin mahalnya harga dari waktu. Nilai waktu yang lebih tinggi mendorong seseorang untuk menyubstitusikan waktu senggangnya untuk lebih banyak bekerja. Penambahan waktu kerja tersebut dinamakan efek substitusi (substitution effect).

Daya substitusi ini akan meningkatkan jumlah tenaga kerja tetapi setelah mencapai titik tertentu, WB, pertambahan upah justru akan mengurangi waktu

(35)

21

yang disediakan oleh keluarga untuk keperluan bekerja (S2S3). Hal ini disebut backward bending curve, atau kurva penawaran yang membelok.

Sumber : simanjuntak (2001) Gambar 2.3

Kurva Penawaran Tenaga Kerja

Titik S2 disebut titik belok, dan tingkat upah WB, dimana kurva penawaran keluarga membelok, dinamakan tingkat upah kritis.Tiap-tiap keluarga mempunyai titik belok, tingkat upah kritis dan bentuk kurva yang berbeda, sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang ada dalam masing-masing keluarga, tingkat pendapatan, serta jumlah tanggungan dari keluarga tersebut.

2.1.2Tingkat Upah

Didalam teori ekonomi upahdiartikan sebagai pembayaran keatas jasa-jasa fisik, maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha, dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran ke atas jasa jasa pekerja kasar dan tidak tetap.(Sukirno, 2013).

Dalam Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah disebutkan bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha

(36)

kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundang undangan yang berlaku dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan , baik untuk buruh itu sendiri maupun keluarganya.

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh didalam lingkungan usaha atau kerjanya disuatu daerah pada suatu tahun tertentu. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh atau pekerja untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan.

Dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh atau pekerja

Kenaikan tingkat upah akan diikuti oleh turunnya tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran. Demikian pula sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah maka akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan kerja, sehingga akan dikatakan bahwa kesempatan kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah. Kenaikan tingkat upah yang disertai oleh penambahan tenaga kerja hanya akan terjadi bila suatu perusahaan mampu meningkatkan harga jual barang (Simanjuntak, 2001).

Menurut Keputusan Menteri No.1 Th. 1999 Pasal 1ayat1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan

(37)

23

tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama1 tahun berjalan. Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Definisi tunjangan tetap disini adalah tunjangan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran atau pencapaian prestasi kerja contohnya tunjangan jabatan, tunjangan komunikasi, tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. Bedahalnya dengan tunjangan makan dan transportasi, tunjangan itu bersifat tidak tetap karena penghitungannya berdasarkan kehadiran atau performa kerja.

Menurut Kuncoro (2002), kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain.

Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum.

2.1.3 Pariwisata

2.1.3.1 Definisi Pariwisata

Menurut Lundberg, Stavenga, & Krishnamoorty (1997), pariwisata adalah suatu konsep umum yang sejarahnya balik ke tahun 1811 atau sebelumnya, dan definisinya terus berubah. Istilah “tourism” (kepariwisataan) mencakup orang-

(38)

orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya dan perusahaan- perusahaan yang melayani mereka dengan memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atau membuatnya lebih menyenangkan.Menurut Gamal Suwantoro,pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya, dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Sedangkan menurut UU RI No. 9 tahun 1990 pasal 7 tentang kepariwisataan, berbunyi “pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain dibidang tersebut”.

Kemudian menurut UU RI No.10 tahun 2009 pasal 1 ayat 3 tentang kepariwisataan, berbunyi “pariwisata adalahberbagai macam kegiatan wisata dan didukun berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah”.

Pariwisata sebagai suatu konsep dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda.Perspektif mengenai pariwisata merupakan suatau kegiatan melakukan perjalanan dari rumah untuk maksud usaha atau bersantai.Dan perspektif mengenai pariwisata ialah suatu bisnis dalam menyediakan barang dan jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengeluaran oleh atau untuk wisatwan

(39)

25

atau pengunjung dalam perjalanannya.Serta perspektif mengenai kepariwisataan adalah suatu lingkup usaha yang terdiri atas ratusan komponen usaha, ada usaha besara dan ada usaha kecil. Tetapi, sebagian besar usaha kecil, termasuk didalamnya angkutan udara, kapal-kapal pesiar (cruise), kereta api, agen-agen penyewaan mobil, pengusaha tour dan biro perjalanan, penginapan, restoran dan pusat-pusat konveksi.

2.1.3.2 Jenis dan Fungsi Pariwisata

Sesuai potensi alam yang dimiliki suatu negara, maka timbul bermacammacam pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama- kelamaan mempunyai ciri tersendiri. Jenis-jenis pariwisata dapat dibedakan menurut letak geografis yaitu: pariwisata lokal, pariwisata regional, dan pariwisata nasional yang terdiri dari pariwisata dalam negeri dan pariwisata internasional. Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran yaitu: pariwisata aktif dan pariwisata pasif. Dikatakan pariwisata aktif karena dengan masuknya wisatawan asing tersebut, berarti dapat memasukkan devisa bagi negara yang dikunjungi, yang dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara tersebut. Dan disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa, kegiatan ini merugikan asal wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.

Berdasarkan Instruksi Presiden No. 9/1969 mengenai tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia meliputi tiga aspek pokok yaitu segi sosial, segi ekonomi, dan segi budaya.Dengan demikian fungsi pariwisata jugamencakup tiga aspek tersebut. Fungsi pariwisata dari segi ekonomi dapat dikemukakan bahwa dari

(40)

sektor pariwisata dapat diperoleh devisa, baik berupa pegeluaran para wisatawan asing maupun sebagai penanam modal dalam industri pariwisata termasuk penerimaan berupa retribusi bagi wisatawan.

Hal ini seperti dikemukakan oleh Hartono (1974, hal 45) seperti berikut ini: “Peranan pariwisata dalam pembangunan Negara pada garis besarnya, berintikan tiga segi yaitu segi ekonomi (sumber devisa dan pajak), segi sosial (penciptaan kesempatan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita pada wisatawan asing)”.Fungsi pariwisata dari segi ekonomi dapat dikemukakan bahwa dari sektor pariwisata dapat diperoleh devisa, baik berupa pegeluaran para wisatawan asing maupun sebagai penanam modal dalam industri pariwisata termasuk penerimaan berupa retribusi bagi wisatawan. Adapun jumlah penerimaan dari sektor pariwisata ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:

Jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah pengeluaran wisatawan, lamanya wisatawan yang menginap. Fungsi sosial yang paling dominan dari sektor pariwisata adalah perluasan penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.Usaha kepariwisataan dengan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pariwisata sangat membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat membantu mengurangi persoalan pengangguran.

Penciptaan kesempatan kerja secara langsung dapat dikemukakan, misalnya di bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, obyek wisata, dan kantor pariwisata pemerintah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja tidak langsung, seperti meningkatnya hasil produksi di bidang pertanian dan kerajinan tangan karenatermotivasi dengan kunjungan wisatawan.Dalam hal fungsi pariwisata dari

(41)

27

segi budaya dapat diartikan sebagai memperkenalkan dan mendayagunakan kebudayaan Indonesia.Seperti diketahui bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan milik rakyat sebuah negara yang merupakan manifestasi dari karya dan kreasi yang spiritual dari manusia yang membentuk rakyat sebuah negara dan menjadi sasaran utama dari perasaan keingintahuan dari seseorang yang asing bagi negara tersebut.

Seperti dimaklumi tentang alam Indonesia seperti panorama alam, iklim tropis, daerah khatulistiwa yang dipadukan dengan aneka ragam koleksi seni budaya dan tata kehidupan masyarakat yang khas adalah merupakan salah satu sumber berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia.

2.1.3.3 Manfaat Pariwisata

Kepariwisataan dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan- kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan atau kesehatan, proyek sarana budaya dan kelestarian lingkungan, dan sebagainya, yang semuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi wisatawan dalam lingkungan wilayah yang bersangkutan, maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, di mana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan di tengah-tengah industri lainnya.

(42)

Adapun yang menjadi manfaat Pariwisata adalah :

a. Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara;

b. Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapanganpekerjaan bagi masyarakat;

c. Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat;

d. Meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, pendapatan daerah, dan devisa negara;

e. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

f. Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan;

g. Menjaga kelestarian flora, fauna, dan lingkungan.

Tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah:

1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata;

2. Memupuk rasa cinta tanah air;

3. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;

4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;

5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

2.1.4 Hubungan Industri Pariwisata dengan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor industri memegang peran penting dalam pembangunan ekonomidisuatu negara sebab melalui pembangunan disektor industri diharapkan

(43)

29

dapat menciptakan penyerapan tenaga kerja yang lebih besar sehingga dapat pula meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan permintaan tenaga kerja pada suatu perusahaan dapat terjadi apabila kondisi permintaan masyarakat terhadap suatu barang/jasa tertentu mengalami peningkatan produksi pada perusahaan tersebut, dengan asumsi tingkat upah tetap.(Simanjuntak, 2001). Dengan kata lain, jika pembangunan industri terus berlangsung maka dapat menciptakan lapangankerja baru bagi angkatan kerja. Sektor industri pariwisata salah satunya yang merupakan industri yang selalu mengalami pembangunan baik secara langsung terkait dengan sektor pariwisata maupun yang tidak terkait secara langsung, sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Menurut Wahab (1992) pemasaran pariwisata di masa yang mendatang berorientasi pada daerah tujuan wisata.Pariwisata mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, artinya ketika sektor pariwisata mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi dapat mengalami kenaikan juga dan begitupun sebaliknya disaat mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi ikut turun. Sehingga apabila sektor pariwisata mengalami pembangunan maka dapat terciptanya penyerapan tenaga kerja melalui sub-sub sektor yang baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan atau terkait dengan sektor pariwisata.

2.1.5 Hotel

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar

(44)

dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. (Susilo, 2015)

Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum.

Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama hotel terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota denganjenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.

2. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya.

Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk penggolongan hotel di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang /dituangkan dalam surat keputusan Menparpostel, bahwa hotel adalah suatu jenisakomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk

(45)

31

menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

2.1.6 Jumlah Kamar Hotel (Tingkat Hunian Hotel)

Tingkat Hunian Hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Dengan tersedianya kamar hotel yang memadai, para wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi. Sehingga mereka akan merasa lebih aman, nyaman dan betah untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata. Oleh karena itu industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, akan memperoleh pendapatan yang semakin banyakapabila para wisatawan tersebut semakin lama menginap (Sehingga juga akan meningkatkan pendapatan atau omzet perhotelan.

2.1.7 Wisatawan

Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-Undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. (Susilo, 2015)

Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawansebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negara yang bukan negara di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi:

(46)

1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan kesehatan.

2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bisnis, pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi.

3. Pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan.

2.1.8 Hubungan Variabel Dependen DenganVariabel Independen

Hubunganantaravariableindependen denganvariabel dependenmenjelaskan tentang adanya keterkaitan antara variabel dependen dengan variableindependen.

2.1.8.1 Hubungan Antara Tingkat UpahDengan Penyerapan Tenaga Kerja

Upah sebagai komponen tingkat pendapatan tenaga kerja bagi pengusaha dapat dipandang sebagai beban, karena semakin besar upah yang dibayarkan kepada karyawan, semakin kecil proporsi keuntungan bagi pengusaha (Simanjuntak, 2005). Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya operasional perusahaan. Naiknya tingkat upah akan menaikkan biaya operasional perusahaan, selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit jasa. Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga produk, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak mau

(47)

33

membeli barang yang bersangkutan. Turunnya target produksi mengakibatkan bekurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect.

Menurut Kuncoro (2002), kuantitas penyerapan tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naiksedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum.

2.1.8.2 Hubungan Antara Jumlah Wisatawan Dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Secara teoriris (Ida Austriana, 2005), dalam skripsi Susilo (2015) menyatakan bahwa semakin lama wisatawan berada di daerah wisata maka semakin banyak jumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan konsumsi seperti transportasi, akomodasi, makan dan lain-lain selama di daerah wisata tersebut.Dengan adanya kegiatan konsumtif dari para wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara memberikan efek terhadap pendapatan disektor pariwisata di daerah tersebut.

Apabila terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan maka pendapatan disektor pariwisata ikut meningkat sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan maka ikut menurunkan pendapatan sektor pariwisata.Jadi, semakin tinggi jumlah kunjungan wisatawan bisa menjadi

(48)

daya tarik bagi para pengusaha atau investor untuk melakukan investasi pada sarana dan prasarana yang terkait dengan sektor pariwisata dengan tujuan untuk menarik lebih banyak wisatawan berkunjung.Sehingga terjadinya penyerapan tenaga kerja karena dibutuhkannya tenaga kerja untuk bekerja pada lapangan pekerjaan baru tersebut.

2.1.8.3 Hubungan Antara JumlahKamar Hotel denganPenyerapanTenaga Kerja

Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak pembangunan daerah, perlu dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan pendapa tan industri, penyerapan tenaga kerja serta perluasan usaha.Hotel merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan pelayanan jasa bagi masyarakat dan wisatawan.Dengan semakin banyaknya jumlah kamar hotel yang disediakan oleh para pengusaha nantinya akan bisa menampung banyaknya wisatawan yang berkunjung ke hotel tersebut sehingga akan mendorong terjadinya peningkatandalam lapangan kerja yang membutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang padaakhirnya penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat. (Julianto, 2016)

Pernyataan diatas juga didukung oleh Simanjuntak (2005) bahwa peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang tertentu, maka jumlah tenaga kerja yang diminta suatu lapangan usaha akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap..

(49)

35

2.2 Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang terkait tentang lama mencari kerja pada tenaga kerja terdidik. Beberapa penelitian tersebut antara lain

Maysitho (2016) , Dalam Penelitiannya dengan Judul “Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Perhotelan Di Provinsi Lampung” Dengan Variabel Bebas Yang Digunakan Adalah Jumlahhotel, Jumlah Kamar, Dan Upah Minimum Dan Variabel Terikat Penyerapan Tenaga Kerja , Penelitian Ini Menggunakan Metode AnalisisRegresi Berganda Dengan Hasil Penelitian Jumlah Hotel, Jumlah Kamar, Dan Upah Minimum Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Muh. Ramdhan (2018) ,Dalam Penelitiannya dengan Judul “Analisis PenyerapanTenaga Kerja Pada Sektor Pariwisata di Kabupaten/KotaDaerah Istimewa Yogyakarta (Tahun 2011-2015)” Dengan Variabel Bebas yang digunakan Adalah Jumlah hotel, jumlah kunjungan wisatawan,upah minimum, pendapatan sektor pariwisata , Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif kuantitatif dengan hasil penelitian Jumlah hotel dan pendapatan sektor pariwisata berpengaruh negatif sedangkan jumlah kunjungan wisatawan dan upah minimum berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata.

Susilo (2015) , Dalam Penelitiannya dengan Judul “Pengaruh sektor Pariwisata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang” Dengan Variabel Bebas yang digunakan adalah jumlah hotel dan restoran, jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, dan tingkat

(50)

pendapatan ,Penelitian Ini Menggunakan Metode AnalisisRegresi Berganda Dengan Hasil Penelitian jumlah hotel dan restoran, jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, dan tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap pendapatan tenaga kerja sedangkan jumlah objek wisata tidak berpengaruh.

Josep julianto (2016) , Dalam Penelitiannya dengan judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pariwisata Di Sumatera Utara” ” Dengan Variabel Bebas yang digunakan adalah Tingkat upah , jumlah kamar hotel , jumlah wisatawan mancanegara Penelitian Ini Menggunakan Metode AnalisisRegresi Berganda Dengan Hasil Penelitian Tingkat upah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan,jumlah kamar hotel berpengaruh positif dansignifikan, dan jumlah wisatawan mancanegara tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

Penelitian terdahulu dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut : TABEL 2.1

PENELITIAN TERDAHULU No Peneliti dan

tahun

Judul Variabel dan

metode analisis

Hasil 1. Maysitho (2016) Penyerapan Tenaga

Kerja pada Industri Perhotelan di Provinsi Lampung

Variabel Bebas Jumlah hotel, jumlah kamar, dan upah minimum

Variabel terikat Penyerapan Tenaga Kerja Metode Analisis Regresi Berganda

Jumlah hotel, jumlah kamar, dan upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja 2. Muh. Ramdhan

(2018)

Analisis Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Sektor Pariwisata

Variabel Bebas Jumlah hotel, jumlah kunjungan wisatawan,upah

Jumlah hotel dan

pendapatan sektor

Referensi

Dokumen terkait

 Pelaksannannya meliputi : mulai dari dari diri kita, menciptakan kebersihan dalam kelas,. lingkungan kelas, halaman sekolah/ lingkungan sekolah,membuang sampah

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Perbaikan Saluran Irigasi DI.. Sanggrahan Desa

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Thawing Terhadap Kandungan Protein, Lemak, Kadar Air dan pH Daging Halus Ikan Patin

Dalam tabel distribusi Chi kuadrat untuk nilai 1% dengan derajat bebas 4 adalah 13,3 dan untuk nilai 5% dengan derajat bebas 4 adalah 4,49, sehingga nilai test sebesar

Ulama sepakat bahwa setiap permainan yang menjadikan satu pihak bisa menang dan pihak lain kalah adalah termasuk judi yang diharamkan, baik menggunakan sarana apa

Selanjutnya harapan sekaligus tekad dari Jurusan Manajemen Perbankan Syariah- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol dalam menyusun Jurnal ilmiah Jurnal ilmiah Al-Masraf

Hasil sidik ragam perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan rasio bahan baku dan target kerapatan berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap air papan semen partikel,

Jika kita melihat korelasi antara permbuat kebijakan (pemerintah) dan pelaksana kebijakan (Dinas Sosial) dalam program permakanan, ini sangat tepat Dinas Sosial