• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada pelaksanaan pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan diperlukan koordinasi dari berbagai pihak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pada pelaksanaan pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan diperlukan koordinasi dari berbagai pihak"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WAY KANAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

NOMOR 1 TAHUN 2018

(Skripsi)

Oleh M. Sacca Nezer

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

ABSTRAK

PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WAY KANAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

NOMOR 1 TAHUN 2018 Oleh

M. SACCA NEZER

Kerusakan DAS dari waktu ke waktu terus meningkat, hal ini terjadi akibat adanya perubahan pola penggunaan lahan dari pertanian ke non-pertanian, berkurangnya areal hutan, semakin intensifnya pemanfaatan lahan dan kurangnya usaha konservasi tanah dan air, serta belum jelasnya arah pembangunan dalam mengatasi permasalahan sumberdaya air secara nasional.

Pengelolaan daerah aliran sungai memiliki aturan hukum dari tingktan nasional, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai hingga Peraturan daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Way Kanan (2) Apa saja Faktor- faktor yang menjadi penghambat Dinas Kabupten Way Kanan dalam pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif-empiris yaitu melakukan kajian terhadap peraturan perundang-undangan dengan menggunakan data sekunder dan teknik penelitian hukum kepustakaan dan studi lapangan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan memiliki peran yang sangat besar dalam menangani pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan. Rencana Aksi dan Rencana Strategis telah dibentuk secara berkala agar terciptanya daerah aliran sungai yang baik. Pada pelaksanaan pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan diperlukan koordinasi dari berbagai pihak. (2) Pelaksanaanya mengalami hambatan ketika kurangnya pemahaman dari warga sekitar tentang pentingnya pengelolaan daerah aliran sungai. kurangnya keterpaduan dan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pengelolaan daerah aliran sungai serta lemahnya koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan. Sehingga lemahnya koordansi yang dilaksanakan oleh para pelaksana dalam menjalankan pengelolaan daerah aliran sungai menjadi masalah yang harus diselesaikan bersama.

Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai, Peraturan Daerah, Dinas Lingkungan Hidup

(3)

ABSTRACT

THE ROLE WAY KANAN REGENCY EVIRONMENTAL SERVICE IN WATERSHED MANAGEMENT BASED ON REGIONAL

REGULATIONS WAY KANAN DISTRICT NUMBER 1 OFF 2018

By

M. SACCA NEZER

Watershed damage continues to increase from time to time, this is due to changes in land use patterns from agriculture to non-agriculture, reduced forest areas, more intensive land use and lack of soil and water conservation efforts, as well as unclear development directions in overcoming resource problems. water nationally. Watershed management has legal regulations from the national level, Law Number 32 of 2009 concerning Environmental Protection and Management, RI Government Regulation Number 37 of 2012 concerning Watershed Management to Way Kanan District Regional Regulation Number 1 of 2018 concerning Regional Management River flow. The problems in this thesis are (1) What is the role of the Way Kanan Regency Environmental Service in the Management of Watersheds in Way Kanan Regency (2) What are the factors that hinder the Way Kanan Regency Office in managing watersheds in Way Kanan Regency. The research used is normative-empirical legal research, namely conducting a study of laws and regulations using secondary data and legal research techniques from literature and field studies.

The results of this study indicate that (1) the Environmental Office of Way Kanan Regency has a very large role in handling watershed management in Way Kanan Regency. Action Plans and Strategic Plans have been periodically formed to create good watersheds. The implementation of watershed management in Way Kanan Regency requires coordination from various parties. (2) Its implementation is hampered by a lack of understanding from local residents about the importance of managing watersheds. lack of integration and coordination in planning, implementing and monitoring watershed management as well as weak coordination among various stakeholders. So that the lack of coordination carried out by executors in carrying out watershed management is a problem that must be resolved together.

Keywords: River Basin Area, Regional Regulation, Environmental Agency

(4)

PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WAY KANAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

NOMOR 1 TAHUN 2018

(Skripsi)

Oleh M. Sacca Nezer

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(5)

CamScanner

(6)

CamScanner

(7)

CamScanner

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap M. Sacca Nezer, dilahirkan di Banjar Negara pada tanggal 18 September 1998. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putra dari pasangan Bapak Jon Paizer dan Ibu Neneng Susilowati.

Penulis mengawali pendidikan di TK Pertiwi di Waykanan yang diselesaikan pada tahun 2004, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Baradatu di Way Kanan yang diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMPN 1 Baradatu Way Kanan diselesaikan pada tahun 2013, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Baradatu Way Kanan pada tahun 2016.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung tahun 2016 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Anggota Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (Hima Han) pada tahun 2018- 2019.Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Dwi Kora, Kecamatan Bukit Kemuning , Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2019.

(9)

MOTTO

"Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak."

(HR Ahmad)

“Jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu.

Jadilah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru”

(Tere Liye)

(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, rezeki, serta kesabaran dan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi sumber inspirasi dalam segala tindakan dan

langkah hidupku, sehingga penulis dapat belajar dan bekerja keras untuk menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati,saya persembahkan

skripsi ini kepada:

Ayah tercinta Jon Paizer dan Ibunda tersayang Neneng Susilowati

Orang tua terhebat yang selama ini telah mendidik dengan penuh kasih sayang dan selalu memberikan semangat serta doanya yang tidak pernah putus untuk kebahagiaan dan kesuksesanku. Terimakasih atas segalanya, semoga kelak

dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa menjadi alasan dibalik senyum tawa kalian.

Kepada Adikku Bunga Salsabila dan Balqis Afsheen Azzahra

yang selama ini telah senantiasa mendoakan, memberikan semangat serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung

Tempatku menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman berharga yang menjadi sebagian jejak langkahku menuju kesuksesan.

(11)

SANWACANA

Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupeten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018”, skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis berharap agar apa yang tersaji dalam skripsi ini dapat menjadi acuan pembanding yang bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. M. Fakih, S.H.,M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Elman Edy Patra, S.H,.M.H selaku Pembimbing I terima kasih atas kesabaran, dukungan dan kesediaan untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, motivasi dan nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Agus Triono Ph.D. selaku Pembimbing II terima kasih atas kesabaran,

(12)

dukungan dan kesediaan untuk meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, bantuan, motivasi serta nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.Hum. selaku Pembahas I dan juga Penguji Utama terima kasih atas kritik, saran dan masukannya yang sangat membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Ati Yuniati,S.H.,M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan kritik, saran dan masukannya demi perbaikan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung;

7. Bapak Dr. SUNARYO, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menjalankan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Seluruh Dosen dan Staf/Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya Bagian Hukum Administrasi Negara yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Bapak Dwi Handoyo, Ibu Febrianty selaku narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan, terima kasih telah bersedia meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bantuan, masukan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Keluarga Besarku yang selama ini selalu memberikan dukungan, motivasi dan nasihat kepada penulis selama menjalankan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(13)

11. Teman seperjuanganku Rakha, Tegar, Rizky, dan Ananda, Fajar, Jamal, Denis, Febi, Yoga, Ivan, Hisam terima kasih telah bersedia meluangkan waktunya untuk selalu menemani, berbagi cerita, memberikan semangat, motivasi, inspirasi dan juga canda tawanya selama ini, semua akan menjadi kenangan manis yang takkan pernah bisa dilupakan dan akan menjadi cerita dari perjalanan hidup penulis.

12. Teman-teman Ngenbrolku Agung,Ical, Febi, David, Pesa, Richat Sinthia, Monica, Gita, Laras, Balqis, Eka terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, motivasi dan canda tawa yang telah kalian berikan kepada penulis selama perkuliahan, semoga kelak kita semua menjadi pribadi yang sukses.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis sejak awal kuliah hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

14. Almamaterku Tercinta, Keluarga Besar HIMA HAN beserta seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Unila Angkatan 2016 “VIVAJUSTICIA”.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, November 2022 Penulis

M. Sacca Nezer

(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN JUDUL ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN PERNYATAAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ...x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang...1

2.1 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ...7

2.1.1 Rumusan Masalah ...7

2.1.2 Ruang Lingkup ...8

3.1 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...8

3.1.1 Tujuan Penelitian ...8

3.1.2 Kegunaan Penelitian ...8

BAB II ...10

TINJAUAN PUSTAKA ...10

2.1 Peran ...10

2.1.1 Pengertian Peran ...10

2.1.2 Jenis – Jenis Peran ...12

2.2 Lingkungan Hidup ...12

2.2.1 Pengertian Lingkungan Hidup ...12

2.2.2 Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup...14

2.2.3 Penegakan Hukum Tentang Lingkungan Hidup ...16

2.3 Daerah Aliran Sungai ...20

2.3.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai...20

2.3.2 Karakteristik Daerah Aliran Sungai ...21

BAB III ...23

METODE PENELITIAN ...23

3.1 Pendekatan Masalah ...23

3.2 Sumber Data ...24

(15)

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data...25

3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data ...25

3.3.2 Prosedur Pengelolaan Data ...26

3.4 Analisis Data ...27

BAB IV ...28

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...28

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan ...28

4.2 Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Way Kanan ...33

4.3 Faktor Penghambat Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Way Kanan ..40

BAB V ...45

PENUTUP ...45

5.1 Kesimpulan ...45

5.2 Saran ...46

DAFTAR PUSTAKA ...47

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah satu kesatuan dari suatu ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia di dalamnya yang membentuk suatu sistem dengan hubungan yang saling mempengaruhi untuk membentuk kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Munculnya kasus- kasus lingkungan yang terjadi di setiap daerah, tidak dapat di lepaskan dari sikap dan perilaku demikian tidak lain merupakan implikasi dari masih kuatnya pandangan antroposentrisme, yang selalu menempatkan manusia dan kepentingannya sebagai pusat dari segalanya.

Manusia di anggap paling menentukan dalam tatanan ekosistem, sehingga ia bisa melakukan apa saja terhadap lingkungan, walaupun dengan cara-cara yang merusak lingkungan. Sebagai akibatnya, kini telah terjadi apa yang dinamakan dengan krisis lingkungan, seperti krisis air, udara bersih, punahnya satwa, dan sebagainya. Krisis ini telah pula menjadi salah satu penyumbang terjadi krisis global yang serius.1

Lajunya pertambahan penduduk dan meningkatnya kebutuhan manusia akan

1Muhammad Akib, Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Perspektif holistik – Ekologis, (Bandar Lampung, Penerbit Universitas Lampung, 2011) hlm 1

(17)

2

kebutuhan pangan dan papan menyebabkan lingkungan ikut dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia karena antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang penting untuk saling memenuhi kebutuhannya, antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan timbal balik. Lingkungan mempengaruhi hidup manusia dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia ada dalam lingkungan hidupnya dan tidak dapat terpisahkan dari padanya. Dengan demikian lingkungan hidup menjadi bagian penting dari kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika lingkungan hidup rusak maka kebutuhan hidup manusia akan terganggu. Lingkungan hidup yang rusak adalah lingkungan yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya dalam mendukung kehidupan.2

Di dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH-2009) yang diundangkan pada 3 Oktober 2009 dan di nyatakan berlaku sejak diundangkan. Menurut Pasal 1 ayat 2 UUPPLH-2009, Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang di lakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pengertian ini memiliki lingkup pengaturan yang lebih luas di bandingkan dengan dua Undang –undang sebelumnya.

Lingkup pengaturannya tidak hanya menekankan pada aspek pengendalian

2Abdul Rauf, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan BUMN terhadap stakeholder (Jakarta, Surya Citra, 2001) hlm 2

(18)

3

lingkungan hidup, tetapi menurut Pasal 4 UUPLH-2009 meliputi aspek perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Lingkungan pengaturan demikian selaras dengan pengertian lingkungan hidup dalam Pasal 1 ayat 1 UUPPLH, yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dari pengertian ini sangat jelas bahwa pengertian lingkungan hidup meliputi kesatuan ruang yang meliputi semua SDA baik hayati maupun non hayati, sumber daya buatan, dan sumber daya manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pengertian tersebut memberikan makna bahwa pendekatan yang di gunakan telah bergeser dari cara pandang antroposentrisme atau biosentrisme ke arah cara pandang yang lebih holistik ekologis.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai terlihat bahwa tujuan pengelolaan DAS untuk mewujudkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi aktif Instansi Terkait dan masyarakat dalam Pengelolaan DAS yang lebih baik, mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai dengan Daya Dukung dan daya tampung lingkungan DAS secara berkelanjutan, mewujudkan kuantitas, kualitas dan keberlanjutan ketersediaan air yang optimal menurut ruang dan waktu dan mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lingkungan hidup yang dijaga manusia adalah sungai. Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Sungai berfungsi menampung curah hujan dan mengalirkannya ke

(19)

4

laut atau bisa disebut sebagai drainase alam. Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan tekanan sosial ekonomi terhadap lahan pertanian, sehingga penduduk melakukan pembukaan lahan ke daerah yang berlereng dan hutan lindung. Rerata sekitar 50.000 ha lahan pertanian teknis setiap tahun dirubah menjadi lahan non-pertanian.3 Sementara itu tanah pertanian kelas satu yang digunakan sebagai lahan non-pertanian, pada akhirnya sangat sulit untuk dicari gantinya karena tanah yang tersedia untuk perluasan pertanian tinggalah tanah marjinal yang miskin. Kerusakan DAS dari waktu ke waktu terus meningkat, hal ini terjadi akibat adanya perubahan pola penggunaan lahan dari pertanian ke non-pertanian, berkurangnya areal hutan, semakin intensifnya pemanfaatan lahan dan kurangnya usaha konservasi tanah dan air, serta belum jelasnya arah pembangunan dalam mengatasi permasalahan sumberdaya air secara nasional. Selain permasalahan fisik dan sosial ekonomi masyarakat yang berada di dalam DAS, kerusakan DAS juga disebabkan oleh masalah institusi, hukum dan kelembagaan yang mengatur DAS. Gejala utama yang timbul dari kondisi tersebut antara lain:

(1) Masyarakat Dalam DAS Masih Ditempatkan Sebagai Objek Dan Bukan Subjek Pembangunan

(2) Manfaat Pembangunan Belum Terdistribusi Secara Merata

(3) Masyarakat Belum Mampu Untuk Berpartisipasi Secara Nyata Dalam Proses Pembangunan Dan

(4) Masyarakat Masih Menjadi Bagian Terpisah Dari Ekosistem DAS.

Kegiatan-kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan DAS seringkali melampaui batas. Kegiatan–kegiatan manusia yang dapat mengganggu fungsi DAS adalah penebangan pohon yang berlebihan atau penggundulan hutan,

3Trihono Kadri, Skripsi: “Menelaah Strategi Pengelolaan DAS di Indonesia (Sebuah Kritik) “ (Jakarta:

Universitas Trisakti, 2005) hlm 33

(20)

5

pembangunan pemukiman, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan dan lahan pertanian. Pertumbuhan jumlah penduduk juga mempengaruhi penggunaan lahan. Pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin meningkat menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan sebagai sarana bermukim. Kebutuhan akan lahan sebagai sarana bermukim penduduk menjadi kebutuhan yang vital untuk saat ini. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia seringkali tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, sehingga mengakibatkan degradasi lahan, dan menurunkan kondisi fisik lahan tersebut, disisi lain sumber daya alam utama yaitu tanah dan air keduanya tersebut mudah mengalami kerusakan atau degradasi.

Faktor alam merupakan faktor yang disebabkan oleh alam, dapat berupa terjadinya bencana alam seperti gunung meletus dan tanah longsor, sedangkan faktor manusia merupakan faktor yang berasal dari manusia, manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ekosistem DAS. Permasalahan utama dalam pembangunan pengelolaan DAS adalah belum mantapnya institusi dan lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif. Meskipun upaya-upaya pengelolaan DAS di Indonesia telah cukup lama dilaksanakan, namun karena kompleksitas masalah yang dihadapi hasilnya belum mencapai yang diinginkan, terutama yang berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia dan kelembagan masyarakat. Kemiskinan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan lingkungan dan dampak negatif dari pembangunan.

Sebaliknya kemerosotan daya dukung lingkungan dapat menjadi penyebab muncul dan berkembangnya kemiskinan. Untuk mengatasi kemiskinan, pendekatan harus dapat dilekatkan dalam berbagai program pembangunan,

(21)

6

maupun sebagai program yang khusus dan eksplisit. Peraturan daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang pengelolaan daerah aliran sungai terpadu menyatakan bahwa daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan memegang peranan penting dalam menyangga ekosistem lingkungan dan memiliki fungsi penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan di daerah. Pemerintah daerah Kabupaten Way kanan mempunyai kewajiban dalam mengelola daerah aliran sungai, agar terciptanya daerah aliran sungai yang bersih dan layak untuk dipakai oleh masyarakat yang ada didekat daerah aliran sungai. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan harus melakukan banyak kegiatan yang mampu meningkatkan kualitas daerah aliran sungai tersebut.

Salah satu contoh kasus kerusakan DAS di Lampung, banyaknya alih fungsi lahan yang masif memicu kerusakan daerah aliran sungai atau DAS di Lampung.

Dari 3,8 juta hektar kawasan DAS, 773.015 hektar atau sekitar 20 persen dalam kondisi kritis. Selain itu, ada 1,14 juta hektar DAS yang berpotensi rusak.4 Masalah DAS juga terjadi di Way Kanan, hujan yang cukup tinggi pada Senin malam (4/5/2020) menyebabkan beberapa sungai besar di Way Kanan meluap.

Diantaranya sungai Way Kanan, Way Besai, Way Umpu, Way Tahmi, dan sungai Way Giham. Ketinggiannya mencapai 50 cm. Sejumlah Camat sudah berkordinasi dengan BPBD Way Kanan, untuk menurunkan tim siaga di

beberapa wilayah yang terkena banjir.5

4Kompas “773.015 Hektar DAS Lampung Kritis” Diakses dari

https://kompas.id/baca/nusantara/2017/10/26/773-015-hektar-das-lampung-kritis/. Dikutip pada 07 Oktober 2020 pukul 20.45

5Kupas Tuntas “ Curah Hujan yang Cukup Tinggi Akibatnya Beberapa Sungai Besar di Way Kanan Meluap”

Diakses dari https://www.kupastuntas.co/2020/05/05/curah-hujan-yang-cukup-tinggi-akibatkan-beberapa- sungai-besar-di-way-kanan-meluap Dikutip pada 13 Oktober 2020 pukul 19.05

(22)

7

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu mengatakan DAS (Daerah Aliran Sungai) suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pengelolaan DAS bertujuan untuk mencegah kerusakan dan memperbaiki yang rusak pada DAS. Faktor manusia dan faktor alam merupakan faktor yang mempengaruhi kerusakan DAS.

Berdasarkan latar belakang terdebut maka permasalahan yang dibahas adalah

“Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan dalam pengelolaan daerah aliran sungai sebagai tujuan dari penelitian ini”.

2.1 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 2.1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Way Kanan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Dinas Kabupten Way Kanan dalam pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018

(23)

8

2.1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Hukum Administrasi Negara, dengan kajian mengenai Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018 dan akan dilaksanakan penelitian di Kabupaten Way Kanan

3.1 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 3.1.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas maka tujuan penelitian ini yaitu : a. Untuk mengetahui dan memahami tentang Peran Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Way Kanan

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Dinas Kabupaten Way Kanan dalam pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan.

3.1.2 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan bagi aparat penegak hukum, pemerintah dan masyarakat, serta menjadi acuan untuk penelitian berikutnya yang membahas lebih dalam mengenai Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018.

(24)

9

2. Kegunaan Praktis

a. Untuk memberikan pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat mengenai Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 1 Tahun 2018.

b. Untuk dipergunakan bagi para akademisi dan pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pedoman dan pertimbangan dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

(25)

10 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran

2.1.1 Pengertian Peran

Peran adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya.

Seseorang dapat dikatakan berperan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan akan timbul suatu harapan baru. Dengan harapan-harapan ini seseorang kemudian akan bersikap dan bertindak atau berusaha untuk mencapainya dengan cara dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu peranan dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat.6

Menurut Horton, peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu, dan status adalah kedudukan seseorang dalam sekelompok atau kedudukan kelompok dalam kaitannya dengan kelompok lain.

Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan

6Suwarno, Teori Sosiologi Sebuah Pemikiran Awal, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2011, hlm. 141.

(26)

11

status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya.7 Soerjono Soekant berpendapat peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan atau kedudukan tanpa peran. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, yang mencakup:8

a. Peranan yang ideal (ideal role) Peranan ideal adalah peranan yang dilakukan seseorang atau Lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai yang seharusnya dilakukan, dikehendaki dan diharapkan sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem hukum yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

b. Peranan yang seharusnya (expected role) Peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku pada kehidupan masyarakat.

c. Peranan yang dianggap diri sendiri (perceived role) Peranan yang dianggap diri sendiri adalah peranan yang telah dikembangkan antara kehendak hukum yang tertulis dengan kenyataan, yang mana kenyataan dalam hal ini penegakan hukum harus menentukan dengan kemanpuannya berdasarkan kenyataan yang terjadi.

d. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role) Peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau dimasyarakat sosial yang terjadi secara nyata.

7Paul B. Horton, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, 1987, hlm. 117.

8Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hukum, Rajawali, Jakarta 2011, hlm. 20.

(27)

12

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh sekelompok orang atau masyarakat terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertent

2.1.2 Jenis – Jenis Peran

Jenis-jenis Peran adalah sebagai berikut :

a) Peran normatif adalah peran yang dilakukan oleh seseoang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

b) Peran ideal adalah peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem.

c) Peran faktual adalah peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara konkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.9

2.2 Lingkungan Hidup

2.2.1 Pengertian Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 (UUPPLH) dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 yang dimaksud lingkungan hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup pada

9Ibid. Hlm. 243.

(28)

13

prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubung satu dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup yang sangat menentukan.10

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup (alam) hanya sebuah benda yang diperuntukan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup hanya dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek.11

Jenis lingkungan ada empat macam yaitu :

1. Lingkungan fisik atau anorganik yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.

2. Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan-tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan prenatal dan proses-proses biologi seperti reproduksi pertumbuhan dan sebagainya.

3. Lingkungan sosial, Ini dapat dibagi dalam tiga bagian :

a) Lingkungan fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan materiil : peralatan, senjata, mesin, gedung-gedung dan lain-lain.

b) Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu manusia dan interaksinya terhadap sesamanya dan tumbuhan beserta hewan domestik

10Suparto Wijoyo, Sketsa Lingkungan dan Wajah Hukumnya,(Jakarta, Surya Kencana, 1998) hlm 3

11Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta, Sinar grafika, 2009) hlm 1

(29)

14

dan semua bahan yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik.

c) Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat batin manusia seperti sikap, pandagan, keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.

4. Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang terdapat didaerah kota atau desa. 12

2.2.2 Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup pada dasarnya merupakan tanggung jawab bersama, antara pemerintah (negara), swasta dan masyarakat.

Pengelolan lingkungan hidup yang didasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance), akan menghindari atau mengurangi konflik di bidang lingkungan hidup. Berbagai faktor dapat mempengaruhi perlibatan masyarakat di dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber dari internal, antara lain: kemauan atau keinginan masyarakat serta kemampuan untuk terlibat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; maupun faktor eksteral, antara lain : ruang yang disediakan oleh undang- undang, peran aparat lembaga formal dan nonformal yang membantu masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Kegiatan yang mendukung kreativitas masyarakat untuk memelihara lingkungan

12NHT Siahaan, Hukum Lingkungan (Jakarta, Pancuran Alam, 2009) hlm 3

(30)

15

sendiri hendaknya dilakukan sebagai pendukung dari pengembangan program yang dilaksanakan. Hal ini diperlukan karena kegiatan ini menyangkut jaminan akses ke sumber daya, hak untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan, dan hal atas pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan mereka secara berkelanjutan di samping memelihara kelestarian lingkungan. Terdapat enam kegiatan dalam kaitannya dengan mendukung kreativitas masyarakat dalam memelihara lingkungan sendiri, seperti berikut :

1. Menyediakan akses yang terjamin ke sumber-sumber daya bagi kelompok dan perorangan serta pembagian yang adil dalam pengelolaannya.

Masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya lebih berkepentingan dengan tata pengelolaan yang diterapkan dibandingkan pihak luar yang tidak terkait langsung.

2. Meningkatkan Penukaran Informasi, keahlian, dan teknologi. Informasi diperlukan masyarakat untuk mengembangkan wawasan kelingkungan dalam pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.

3. Meningkatkan partisipasi dalam konservasi dan pembangunan. Pemerintah setempat, masyarakat, kalangan dunia usaha, dan kelompok – kelompok lain yang berkepentingan harus membantu menyusun rencana pembangunan yang akan dijalankan. Semua anggota masyarakat perlu berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka, seperti keputusan tentang tata guna serta pengelolaan sumber daya bersama.

4. Mengembangkan pemerintah daerah yang efektif. Pemerintah daerah merupakan satuan-satuan kunci dalam pemeliharaan lingkungan yang

(31)

16

bertanggung jawab atas perencanaan tata guna lahan, pengendalian pembangunan, penyedian air, pengelolaan limbah, pelayanan kesehatan, pengangkutan umum dan pendidikan.

5. Pemeliharaan lingkungan oleh masyarakat. Pemeliharaan lingkungan oleh masyarakat dilaksanakan atas dasar strategi yang dikembangkan dalam bentuk tindakan nyata.

6. Menyediakan dukungan keuangan dan teknik untuk kegiatan – kegiatan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat. Penyediaan dana dapat dilakukan oleh kelompok swadaya masyarakat, perusahaan yang berada di lingkungan tempat tinggal, organisasi non pemerintah, dan lembaga pelestarian lingkungan hidup.

2.2.3 Penegakan Hukum Tentang Lingkungan Hidup

Di Indonesia regulasi yang mengatur tentang perlindungan lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam regulasi itu, ada 3 cara penegakan hukum yang bisa dilakukan dalam upaya perlindungan lingkungan hidup.

Tiga penegakan hukum itu adalah : 1. Penegakan hukum administrasi 2. Penegakan hukum pidana 3. Penegakan hukum perdata.

Berikut ini adalah penjelasan dari 3 penegakan hukum yaitu :

2. Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Hidup

(32)

17

Penegakan hukum administrasi melalui 2 cara yaitu cara pengawasan dan sanksi administrasi. Pengawasan jika kita lihat dalam Pasal 71 UU Nomor 32 Tahun 2009 yaitu pengawasan dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat. Peran pengawasan pemerintah dalam Pasal 71 UU Nomor 32 Tahun 2009 disebutkan dilakukan oleh Gubernur, Walikota atau Bupati.

Dalam Pasal 71 angka 2 UU Nomor 32 tahun 2009 Menyebutkan peran itu dapat didelegasikan kepada pejabat berwenang. Adapun peran pejabat yang diberi wewenang itu adalah :

1. Melakukan pemantauan 2. Meminta keterangan

3. Membuat salinan dari dokumen 4. Membuat catatan yang diperlukan 5. Memasuki tempat tertentu

6. Memotret

7. Membuat rekaman audio visual 8. Mengambil sampel

9. Memeriksa peralatan 10. Memeriksa instalasi

11. Menghentikan pelanggaran tertentu

Sedang peran masyarakat menurut Pasal 70 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Peran masyarakat adalah :

a) Pengawasan sosial

b) Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan

(33)

18

c) Penyampaian informasi dan laporan.

Sedangkan sanksi administrasi menurut PP Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan yaitu Kepala Daerah (Gubernur, Walikota dan Bupati) dapat memberikan sanksi administrasi kepada pihak yang melakukan pelanggaran.

Sanksi yang diberikan menurut Pasal 71 PP Nomor 27 Tahun 2012 Tentang izin lingkungan adalah :

1) Teguran tertulis 2) Paksaan pemerintah

3) Pembekuan izin lingkungan 4) Pencabutan izin lingkungan.

2. Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup

Regulasi pidana yang bisa menjadi dasar hukum penegakan hukum lingkungan adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut ketentuan dalam regulasi, ada perbuatan yang dapat dipidana oleh aparat penegak hukum.

Perbuatan hukum yang dimaksud berupa pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan yang diatur dalam UUPPLH. Sedikitnya ada 7 ketentuan yang dapat menjadi dipidana jika ketentuan dilanggar oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ketentuan yang dimaksud adalah :

1. Ketentuan tentang baku mutu

2. Ketentuan tentang rekayasa genetika

(34)

19

3. Ketentuan tentang Limbah 4. Ketentuan tentang Lahan

5. Ketentuan tentang Izin Lingkungan

6. Ketentuan tentang Informasi Lingkungan Hidup 2. Penegakan Hukum Perdata Hukum Lingkungan

Penegakan hukum lingkungan dalam perdata dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Class Action atau Gugatan Masyarakat 2. Hak Gugat Organisasi

3. Hak Gugat Pemerintah baik itu pemerintah pusat dan daerah

Class Action atau gugatan masyarakat dalam diatur dalam Pasal 90 UU Nomor 32 Tahun 2009. Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup. Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.

Hak gugat Organisasi sendiri diatur dalam Pasal 92 UU Nomor 32 Tahun 2009, hak ini dapat diberikan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya

(35)

20

atau pengeluaran riil. Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan:

1. Berbentuk badan Hukum

2. Menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup

3. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.

Hak gugat pemerintah Pasal 90 dalam UUPPLH, Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.

2.3 Daerah Aliran Sungai

2.3.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai

Istilah Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak digunakan oleh beberapa ahli dengan makna atau pengertian yang berbeda-beda, ada yang menyamakan dengan cacthment area, watershed, atau drainage basin. Menurut Notohadiprawiro (1985) Daerah Aliran Sungai merupakan keseluruhan kawasan pengumpul suatu sistem tunggal, sehingga dapat disamakan dengan cacthment area. Martopo (1994), memberi pengertian bahwa, Daerah Aliran Sungai (DAS)

merupakan daerah yang dibatasi oleh topografi pemisah air yang terkeringkan oleh sungai atau sistem saling berhubungan sedemikian rupa sehingga semua aliran sungai yang jatuh di dalam akan keluar dari saluran lepas tunggal dari

(36)

21

wilayah tersebut. Soemarwoto (1985), mengemukakan batasan DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh igir-igir gunung yang semua aliran permukaannya mengalir ke suatu sungai utama. Atas dasar difinisi tersebut diatas maka Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya) dan kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan satu kesatuan ekosistem, hal ini berarti bahwa apabila keterkaitan sudah terselenggara maka pengelolaan hutan, tanah, air, masyarakat dan lain-lain harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen ekosistem tersebut.

2.3.2 Karakteristik Daerah Aliran Sungai

Karakteristik DAS merupakan gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Karakteristik DAS pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan. Karakteristik DAS secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Karakteristik biogeofisik meliputi : karakteristik meteorologi DAS, karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan karakteristik kemampuan DAS.

b) Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan meliputi : karakteristik sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.

(37)

22

Dalam sistem DAS ditunjukkan bahwa mekanisme perubahan hujan menjadi aliran permukaan sangat tergantung pada karakteristik daerah pengalirannya.

Menurut Asdak (2010), besar kecilnya aliran permukaan dipengaruhi 2 (dua) faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan curah hujan dan karakteristik fisik DAS. Faktor karakteristik fisik DAS yang ikut berpengaruh terhadap aliran permukaan dapat dibedakan atas 2 (dua) kelompok, yaitu :

a) Karakteristik DAS yang stabil (stable basin characteristics), meliputi : jenis batuan dan tanah, kemiringan lereng, kerapatan aliran di dalam DAS

b) Karakteristik DAS yang berubah (variable basin characteristics), yaitu penggunaan lahan.

Struktur dan tekstur tanah berpengaruh terhadap proses terjadinya infiltrasi, kemiringan lereng akan mempengaruhi perjalanan aliran untuk mencapai outlet, dan alur-alur drainase akan mempengaruhi terbentuknya timbunan air permukaan (rawa, telaga, danau), kerapatan vegetasi/penutup lahan berpengaruh sebagai penghambat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah.

(38)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Sesuai dengan masalah yang dibahas maka pendekatan masalah dalam penelitian ini akan dilakukan dengan dua cara yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empiris yaitu:

1. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari peraturan-peraturan hukum yang berlaku yang erat kaitannya dengan permasalahan penelitian yang meliputi peratuan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, dan sumber lain yang erat kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.

2. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris yaitu pendekatan masalah yang dilakukan dengan melalui penelitian lapangan untuk mendapatkan informasi dan data-data dengan mewawancarai pihak Dinas Lingkungan Hidup yang dianggap mengetahui secara jelas permasalahan yang dibahas.

(39)

24

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan.

Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari hasil studi dan penelitian di lapangan. Data primer ini akan diambil dari hasil wawancara dengan pejabat Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan dan pejabat Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Pengelolaan Air Sungai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, menelaah, dan mengutip terhadap berbagai teori, asas dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian. Data sekunder yang digunakan ini terdiri dari tiga bahan hukum sebagai berikut:

A. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa peraturan Perundang-Undangan yang terdiri dari :

a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

c. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengelolaan

(40)

25

Daerah Aliran Sungai Terpadu.

B. Bahan Hukum Sekunder, terdiri dari : Bahan hukum sekunder, yaitu bahan bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer, berupa kumpulan buku- buku hukum, literatur hasil karya ilmiah sarjana-sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian.

C. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti hasil penelitian hukum, bulletin, majalah, artikel-artikel di internet yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti.

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan terkait dengan permasalahan.

2) Studi Lapangan

Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan wawancara (interview) kepada responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas

(41)

26

dalam penelitian.

Wawancara maksudnya adalah melakukan Tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden dengan narasumber atau informan untuk mendapatkan informasi. Wawancara adalah bagian yang penting dalam suatu penelitian hukum terutama dalam penelitian hukum empiris. Karena tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya diperoleh dengan jalan bertanya secara langsung kepada responden. Wawancara ini dapat menggunakan panduan daftar pertanyaan yang dilakukan secara bebas asalkan peneliti mendapatkan informasi dan data yang dibutukan.

3.3.2 Prosedur Pengelolaan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok- kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar- benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Identifikasi data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

(42)

27

3.4 Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulanyang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

(43)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan memiliki peran yang sangat besar dalam menangani pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan. Rencana Aksi dan Rencana Strategis telah dibentuk secara berkala agar terciptanya daerah aliran sungai yang baik. Secara historis, Kabupaten Way Kanan tumbuh dari pemukiman yang berawal di bantaran sungai. Namun saat ini terlihat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan di sepanjang sungai. Upaya-upaya yang intensif dan berkesinambungan harus dilaksanakan untuk tetap menjaga kualitas lingkungan sungai agar tidak melebihi ambang batas pencemaran, sehingga tetap aman dimanfaatkan oleh masyrakat.

Pada pelaksanaan pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan diperlukan koordinasi dari berbagai pihak. Pada pelaksanaanya mengalami hambatan ketika kurangnya pemahaman dari warga sekitar tentang pentingnya pengelolaan daerah aliran sungai. kurangnya keterpaduan dan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pengelolaan DAS serta lemahnya koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan. Sehingga lemahnya koordansi yang dilaksanakan oleh para pelaksana dalam menjalankan pengelolaan daerah

(44)

46

aliran sungai menjadi masalah yang harus diselesaikan bersama.

5.2 Saran

Dalam melakukan pengelolaan daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan perlu dilakukannya paya-upaya yang intensif dan berkesinambungan harus dilaksanakan untuk tetap menjaga kualitas lingkungan sungai agar tidak melebihi ambang batas pencemaran, sehingga tetap aman dimanfaatkan oleh masyrakat.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan dapat melakukan pendataan kembali mengenai potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi kemajuan Kabupaten Way Kanan. Selain itu koordinasi dengan semua pemangku kebijakan serta masyarakat sekitar agar terlaksananya pengelolaan yang optimal bagi daerah aliran sungai di Kabupaten Way Kanan.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Akib, Muhammad. 2011. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Perspektif holistik – Ekologis. Bandar Lampung:Penerbit Universitas Lampung.

C, Asdak, 1999. “DAS sebagai Satuan Monitoring dan Evaluasi Lingkungan: Air sebagai Indikator Sentral”, Seminar Sehari PERSAKI DAS sebagai Satuan Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, 21 Desember 1999. Jakarta.

Horton. Paul B. 1987. Sosiologi, Erlangga:Jakarta, 1987

Husin, Sukanda. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia Jakarta:Sinar grafika

Kadri, Trihono. 2005. Skripsi: “Menelaah Strategi Pengelolaan DAS di Indonesia (Sebuah Kritik) “ Jakarta: Universitas Trisakti

Rauf, Abdul. 2001. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan BUMN terhadap stakeholder. Jakarta:Surya Citra

Siahaan, NHT. 2009. Hukum Lingkungan Jakarta, Pancuran Alam,Soekanto, Soerjono. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hukum, Rajawali:

Jakarta

Suwarno. 2011. Teori Sosiologi Sebuah Pemikiran Awal, Universitas Lampung, Bandar Lampung,

Wijoyo, Suparto. 1998. Sketsa Lingkungan dan Wajah Hukumnya, Jakarta: Surya Kencana

Martopo, S. dkk. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Notohadiprawiro T., 1988. Tanah, Tataguna Lahan dan Tata Ruang dalam Aanalisis Dampak Lingkungan. PPLHUGM, Yogyakarta

Soemarwoto, Otto 1985. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Penerbit Jambatan, Jakarta.

(46)

48

Soekanto, Soejarno 1986. Penghantar Penelitian Hukum, Cet ke-3.

Jakarta:UI.Press.

Soekanto,Soerjono. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hukum. Rajawali, Jakarta

Sukanda Husin. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta, Sinar grafika.

Pemeritah Kabupaten Way Kanan, Selayang Pandang Kabupaten Way Kanan, dalam http://www.waykanankab.go.id/ diakses pada tanggal 10 September 2017

Badan Pusat Statistik Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Way Kanan dalam Angka, Way Kanan: BPS Kabupaten Way Kanan, 2016

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2- JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Way Kanan

Kompas “773.015 Hektar DAS Lampung Kritis” Diakses dari https://kompas.id/baca/nusantara/2017/10/26/773-015-hektar-das-

lampung- kritis/. Dikutip pada 07 Oktober 2020 pukul 20.45

Kupas Tuntas “ Curah Hujan yang Cukup Tinggi Akibatnya Beberapa Sungai

Besar di Way Kanan Meluap” Diakses dari

https://www.kupastuntas.co/2020/05/05/curah-hujan-yang-cukup-tinggi- akibatkan-beberapa-sungai-besar-di-way-kanan-meluap Dikutip pada 13 Oktober 2020 pukul 19.05

https://waykanankab.bps.go.id/indicator/153/223/1/daerah-alir-sungai.html diakses pada 7 oktober 2021

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelajaran ini, anda akan belajar bahasa yang digunakan pada waktu melayani tamu-tamu yang check out dari hotel, bagaimana menanyakan dengan sopan siapa yang membayar, dan

Optimasi chaos (COA) digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan nonlinier dengan mengoptimasi persamaan (2), sedangkan metode Quasi-Newton digunakan untuk menyelesaikan

Pada masa perkembangan awal sistem informasi dua dekade yang lalu, pada ahli sistem informasi menganggap bahwa sistem informasi adalah disiplin terapan yang didasarkan pada

Kurnia Anggun tersedia Dokumen V-Legal untuk produk yang wajib dilengkapi dengan Dokumen VLegal, dan telah sesuai dengan dokumen PEB dan dokumen invoice,

Selain itu, banyak dukungan atau bantuan yang diperlukan berkaitan dengan upaya tersebut, misalnya bantuan berupa pengadaan alat produksi, pengadaan barang fisik

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi aparat penegak hukum untuk kemudian dapat menerapkannya dalam penegakan hukum terhadap tindak

Secara Praktis penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi aparat penegak hukum, khususnya petugas LPKA dan masyarakat pada umumnya mengenai perlakuan atau

Dan apabila terjadi pencurian start ke 3 (tiga) maka atlet yang melakukannya akan langsung didiskualifikasi, walaupun mungkin atlet tersebut tidak melakukan pencurian